Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Upaya pemberdayaan masyarakat agar mau dan mampu serta


mandiri dalam melindungi kesehatan diri dari lingkunganya,
denganmembangkitkan kesedaran akan pontensi yang dimiliki serta
menciptakan iklim untuk berkembang dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan .

Promosi kesehatan bagian dari upaya kesehatan atau publik


secara keseluruhan,yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat,
yaitu upaya meningkatkan kemampuan masyarakat. Untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan, yang lebih bersifat upaya
promotif, preventif tanpa mengasampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik bermutu


yang mewakili suatu hal yang nyata. Model dalam kebidanan adalah
aplikasi struktur kebidanan yang memungkinkan seorang bidan untuk
menerapkannya sebagai cara mereka bekerja.

Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharg,


kebenaran, keyakinan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku. Model dalam
promosi kesehatan antara lain : model keyakinan kesehatan ( health
belief model ), transteoritical model (TTM), teori sebab akibat, model
transaksional stres dan koping, theory of reasoned Action (TRA), .

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Health Belief Model (Model


Kepercayaan Kesehatan) ?
2. Apa yang dimaksud dengan Transtheoritical Model (Model
Transteoritik “Bertahap”) ?
3. Apa yang dimaksud dengan Teori Sebab Akibat ?
4. Bagaimanakah Model transaksional Stres dan Koping ?
5. Bagaimanakah yang dimaksud dengan Theory of Reasoned
Action (TRA) ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan maksalah ini adalah untuk menambah


wawasan kita mengenai model dan nilai promosi kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Menurut Rosenstock dan Hocbaum, 1974 inti dari teori ini adalah belief
atau kepercayaan. Menegaskan bahwa persepsi seseorang dalam
kerentanan dan kemujaraban pengobatan mempengaruhi keputusan
seseorang dalam prilaku kesehatan (M. Ridwan, 2009). Mengutip dari
buku Promosi Kesehatan karangan Heri D. J. Maulana, 2009 model ini
digunakan sebagai upaya menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi
masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit
(Houchbaum, 1958; Rosenstock, 1974 dalam Glanz dkk., 1997) dan
seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan manusia (Kirscht, 1988; Schmidt dkk., 1990)
yang dimulai dari pertimbangan orang-orang tentang kesehatan
(Damoiseaux, 1987 dalam Smet, 1994).

Mengutip dari buku Promosi Kesehatan karangan Heri D. J. Maulana,


2009 menurut teori HBM, kemungkinan seseorang melakukan tindakan
pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil dua keyakinan atau
penilaian kesehatan (health beliefs), antara lain sebagai berikut

1) Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived


thrat of injury or illness)
Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa
penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi
dirinya. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan pada hal-hal
berikut:
 Ketidakkebalan yang dirasakan (perceived vulnerability).
Individu mungkin dapat menciptakan masalah kesehatannya sendiri
sesuai dengan kondisi.

3
 Keseriusan yang dirasakan (perceived severity). Individu
mengevaluasi keseriusan penyakit jika penyakit tersebut muncul
akibat ulah individu tersebut atau penyakit dibiarkan tidak ditangani,
2) Keuntungan dan kerugian (benefits and costs)
Pertimbangakan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk
memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
3) Petunjuk berprilaku juga diduga tepat untuk memulai proses
prilaku, yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang
menonjol (salient position). Hal ini berupa berbagai informasi dari
luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan (misalnya
media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota
keluarga yang lain atau teman).

Sedangkan untuk penerapan HBM yaitu adalah perilaku


pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai
prilaku, seperti check up pencegahan dan skrining, dan imunisasi.
Contohnya, kegunaan HBM dalam imunisasi memberi kesan bahwa orang
yang mengikuti program imunisasi percaya hal-hal berikut.

 Kemungkinan terkena penyakit tinggi (ketidakkebalan)


 Jika terjangkit, penyakit tersebut membawa akibat serius
 Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk pencegahan
penyakit
 Tidak ada hambatan serius untuk imunisasi, tetapi hasil
beberapa penelitian HBM menunjukan kebalikannya.

Dalam perkembangannya, HBM telah menggunakan ketertarikan


dalam kebiasaan seseorang dan sifat-sifat yang dikaitkan dengan
perkembangan dari kondisi kronis, termasuk gaya hidup tertentu seperti
merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alkohol,
penggunaan kondom untuk pencegahan AIDS, dan gosok gigi (Heri D. J.
Maulana, 2009).

4
Sedangkan kelemahan dari model ini terdapat 4 kelemahan (Heri D. J.
Maulana, 2009), yaitu:

a. HMB lebih didasarkan penelitian terapan dalam


permasalahan pendidikan kesehatan daripada penelitian
akademis.
b. HBM dirasakan pada beberapa asumsi yang dapat
diragukan, seperti pemikiran behwa setiap pilihan perilaku selalu
berdasarkan pertimbangan rasional.selain rasionalisasinya
diragukan, HBM juga tidak memberikan spesifik yang tepat
terhdap kondisi ketika individu membuat pertimbangan tertentu.
c. HBM hanya memerhatikan keyakinan kesehatan.
Kenyataannya, orang dapat membuat banyak pertimbangan
tentang perilaku yang tidak berhubungan dengan kesehatan,
tetapi masih memengaruhi kesehatan. Contohnya, seseorang
dapat bergabung dengan kelompok olahraga karena kontak sosial
atau ketertarikan pada seseorang dalam kelompok tersebut.
Keputusan yang diambil tidak ada kaitannya dengan kesehatan,
tetapi memengaruhi kondisi kesehatannya.
d. Berkaitan dengan ukuran dari komponen-komponen HBM.

Sedangkan kelemahan dari model ini adalah:

a. Bahwa kepercayaan lain pada diri seseorang saling bersaing


dengan kepercayaan kesehatan yang akan memepengaruhi
prilakun itu sendiri
b. Prilaku seseorang merupakan titik tolak utama sebelum
kepercayaan seseorang itu terbentuk dan bukan kepercayaan
yang terlebih dahulu menjadi titik tolak seseorang.

Salah satu contoh dari model kepercayaan kesehatan adalah seorang


wanita akan menggunakan alat kontrasepsi bila:

5
 Wanita tersebut telah memiliki beberapa orang anak dan
mengetahui bahwa dirinya masih memiliki kemempuan atau
potensi untuk bisa hamil kembali sampai beberapa tahun
mendatang
 Melihat kondisi lingkungan tetangganya yang menunjukakkan
status ekonominya rusak akibat terlalu banyak mempunyai
anak
 Mengetahui dan mendapatkan informasi bahwa teknik dari
kontrasepsi tertentu menunjukkan efektifitas sebesar 95%
 Mengetahui bahwa alat kontrasepsi itu aman dan tidak mahal
 Selain itu dianjurkan pula oleh petugas kesehatan supaya
memulai untuk menggunakan alat kontrasepsi

2.2 Transtheoritical Model (Model Transteoritik “Bertahap”)

Menurut Prochaska dkk, 1979 model ini dalam tahap aksi dan
pemeliharaan seseorang dapat kembali kepola perilaku sebelumnya, hal
ini karena individu mempertimbangkan untung dan rugi peribahan suatu
perilaku sebelum melangkah dari tahp satu ke tahap berikutnya (M.
Ridwan, 2009).

Prochaska dkk, 1979 mengidentifikasi model ini dalam 4 tahapan in-


dependen (M. Ridwan, 2009), yaitu:

 Prekontemplasi. Yaitu seseorang belum memikirkan sebuah


prilaku sama sekali, orang tersebut belum bermaksud mengubah
suatu prilaku.
 Kontemplasi. Seseorang benar-benar memikirkan suatu
prilaku, namun masih belum siap melakukannya.
 Aksi. Seseorang sudah melakukan perubahan prilaku
 Pemeliharaan. Keberlangsungan jangka panjang dari
perubahan prilaku yang terjadi.

6
Sedangkan salah satu untuk contoh dari model ini adalah kasus
kebersihan rumah, yaitu seorang ibu karena kurang mendapat
pengetahuan dan pelatihan tidak pernah berfikir untuk menutup makanan,
memasak air minum atau menjaga kebersihan dapur. Setelah mendengar
siaran radio tentang bahaya kuman dan melihat tetangganya
membersihkan rumah, ia mulai berkontemplasi untuk mengambil aksi
menjaga kebersihan di rumah. Kemudian ia mencari informasi dari
tetangga dan petugas kesehatan setempat akhirnya memulai proses
perubahan perilaku. Setelah satu periode waktu, ibu tersebut menutup
makanan, memasak air minum dan menjaga kebersihan lingkungan dapur
sebagai tugas rutin sehari-hari.

Model ini menjelaskan kesiapan atau kerelaan individu untuk


berubah, yaitu merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat dandari
sehat menjadi lebih sehat lagi.

Model ini mempunyai 5 tahap diantaranya:

1. Tahap Pre Kontemplasi:


Pada tahap ini individu tidak mengetahui adanya masalah dan
tidak memikirkan perubahan perilaku pada dirinya. Disini
komunikasi berperan untuk menumbuhkan kesadaran tentang
kebutuhan untuk berubah dengan memberikan informasi
(untung/rugi penyakit).
2. Tahapan Kontemplasi:
Disini individu mulai berpikir tentang perubahan dimasa yang akan
datang disini komunikato rmembantu memberikan motivasi
dukungan untuk membuat perencanaan spesifik.
3. Keputusan/ Menentukan (Decision/ Deterinination)
Tahapan ini individu mulai membuat rencana perubahan dengan
itu kita membantu mengembangkan rencana tindakan nyata
dengan mengatur tujuan secara bertahap.

7
4. Aksi (Action)
Pada tahap ini individu mengimplementasikan rencana tindakan
spesifik.Komunikator berperan membantu memberikan umpan
balik, memecahkan masalah, dukungan sosial dan pemaksaan.
5. Perawatan ( Maintenace )
Tahap ini individu mengulang tindakan yang direkomendasikan,
komunikator membantu mengulang, menentukan alternatif serta
menghindari kegagalan.

2.3 Teori Sebab Akibat


Teori Sebab Akibat Teori Sebab Akibat adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :

1 Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance)

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas


pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian
pengobatan (Health seeking behavior).

3. Perilaku kesehatan lingkungan Seorang ahli (Becker 1979)


membuat klasifikasi lain tentang perilaku ini yakni

A.. Perilaku hidup sehat

B. Perilaku Sakit (Illnes Behavior)

C. Perilaku peran sakit (The sick role behavior)

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil


yang saling berhubungan secara umum teori merupakan analisis
hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada
sekumpulan fakta.  Pada teori sebab akibat, apa yang dialami manusia

8
pasti ada penyebabnya. Pengetahuan tentang sebab akibat mampu
mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan fokus terhadap akibat.
Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari bebagai lapangan ilmu secara
umum sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kautalitas).
Kautalitas terkait erat dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Prinsip pertama : perinsip kausalitas


mengasiscayakan setiap kondisi (akibat) pasti mempunyai sebab.
2. Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak
mungkin terpisah dari sebab ; jika ada sebab maka ada akibat dan
begitu sebaliknya.
3. Prinsip ketiga : hukum keselarasan antara sebab dan
akibat yang menganiscayakan setiap himpunan secara esensial harus
selaras dengan sebab dan akibat di alam.
Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan menjadi
lelas ketika memahami hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi sebab
akibat dalam promosi kesehatan memberi penekanan pada petugas
kesehatan bahwa suatu penyakit yang terjadi pasti ada penyebabnya.

2.4 Model Transaksional Stres dan Koping


       Stres adalah suatu kondisi atau keadaan tubuh yang terganggu
karena tekanan psikologi. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit
fisik tetap lebih mengenai kejiwaan. Banyak hal yang memicu stres,
seperti : rasa khwatir, kesal, kletihan, frustasi, perasaan tertekan,
kesedihan, pekerjaan yang berlebihan, sindrom premenstruasi (PMS),
fokus yang berlebIhan pada suatu hal, perasaan bingung, berduka cita
dan juga rasa takut.
          Stresor adalah keadaan yang diakibatkan oleh lingkungan internal
atau eksternal sehingga memengaruhi tindakan kesejahteraan dan
membutuhkan kesehatan fisik maupun psikologis untuk mengembalikan
keseimbangan (Lazarus & Cohen, 1977). Diawal 1960-an dan 1970-an,

9
stres dianggap sebagai fenomena transaksional stimulus ke perseptor.
Koping (kemahiran bertahan) adalah menstabilkan faktor yang dapat
membantu individu memprtahankan adaptasi psikososial selama perode
menegangkan. Koping meliputi perilaku kognitif dan upaya mengurangi
atau menghilangkan stres terkait kondisi dan tekanan emosional (Lazarus
dan Folkam, 1984 ; Moos dan Schaefer, 1993). Ada dua cara menghadapi
stres. Cara pertama adalah respon berfokus pada masalah yaitu resfon
diarahkan pada peristiwa eksternal. Stres dihilangkan atau dikurangi
dengan memecahkan atau mnegendalikan masalah. Cara kedua adalah
respon berfokus pada emosi yaitu resfon diarahkan pada reaksi emosional
dari peristiwa dan cenderung digunakan untuk menangani masalah-
masalah yang tidak terkendali.
          Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka
kerja untuk mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman
stres ditafsirkan sebagai transaksi orang dengan lingkungannya.
Transaksi ini bergantung pada dampak dari stresor eksternal. Hal ini
dimediasi oleh penilaian pertama orang tentang streosor dan penilaian
kedua pada sumber daya sosial atau budaya sekitarnya. Ketika
berhadapan dengan stresor, seseorang mengevaluas potensi ancaman
atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian seseorang tentang
makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif, terkendali, menantang,
atau tidak relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor adalah evaluasi
pengendalan stresor dan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapnya.
Sebagai conto, penilaian sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan
membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan tentang situasi
yang terjadi (cohen, 1984).
         Glenz,dkk. (2002) melakukan survei, eksperimen, dan
kuesieksperimen terhadap teknik terapi biofeedback, relaksasi, dan citra
visual untuk memperkuat teorinya yang mengembangkan kesadaran dan
kontrol tanggapan pada stres. Biofeedback adalah salah satu teknik
mengurangi stres dan ketegangan dalam mnanggapi situasi sehari-hari.

10
Teknik relaksasi menggunakan stimulus mental yang konstan, sikap pasif,
dan lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi yang umum digunakan
adalah relaksasi pelatihan, hipnosis, dan yoga. Visual citra adalah teknik
yang digunakan untuk meningkatkan suasan hati seseorang dan
meningkatkan keterampilan koping, misalnya dengan memvisualisasikan
pertahanan antibodi menghancurkan sel tumor.

- Aplikasi Model Transaksional dari Stres dan Koping


        Aplikasi ini beguna untuk promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pengaruh stres pada orang tidak semua sama. Stres dapat
menyebabkan penyakit pengalaman negatif. Faktor penting dalam
mengatasi stres adalah apakah hal itu memengaruhi dan bagaimana
orang mencarinperawatan medis atau dukungan sosial pada orang
profesional. Untuk mengatasi stres, strategi masalah berfokus koping,
emosi yang berfokus koping, dan makna berbasis koping dapat digunakan
sebab penelitian yang memfasilitasi atau menghambat praktik-praktik
gaya hidup (Glanz,dkk,2002).

2.5 Theory of Reasoned Action (TRA)


          TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum, yang mana
teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, khususnya berkaitan
dengan masalah sosiopsikologis. Teori ini kemungkinan berkembang dan
banyak dignakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan
perilaku kesehatan. Teori ini menghubungkan antara keyakinan, sukaf,
kehendak (intention) dan perilaku. Kehendak merupakan prediktor terbaik
perilaku, artinya cara terbaik mengetahui apa yang akan dilakukan
seseorang adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Konsep penting
dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu memperhatikan
sesuatu yang dianggap penting. Kehendak ditentukan oleh sikaf dan
norma subjektif. Komponen sikaf merupakan hasil pertimbangan untung-

11
rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavor) dan pentingnya
konsekuensi-konskuensi bagi individu (evaluation regarding the outcome).
- Aplikasi TRA
          TRA merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan
telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berainan,
seperti pengaturan penggunaan subtansi ertentu (merokok, alkohol, dan
narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan
penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol,
penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran, dan praktik olahraga.
TRA juga digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan keselamatan
dan kesehatan kerja K3), seperti  tindakan keselamatan dalam
pertambangan batubara, ketidakhadiran karyawan, dan perilaku
konsumen.

- Kelemahan TRA
          Kelemahan TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya
berkorelasi sedang, kehendak tidak selalu menuju perilaku itu sendiri,
terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau memengaruhi
kehendak atau perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994). Meskipun
demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh
TRA berhubungan dengan norma subjektif, Menutut TRA, seseorang
dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama
sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan
sesuatu tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik
bermutu yang mewakili suatu hal yang nyata. Model dalam kebidanan
adalah aplikasi struktur kebidanan yang memungkinkan seorang bidan
untuk menerapkannya sebagai cara mereka bekerja.

Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharg,


kebenaran, keyakinan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku. Model dalam
promosi kesehatan antara lain : model keyakinan kesehatan ( health
belief model ), transteoritical model (TTM), teori sebab akibat, model
transaksional stres dan koping, theory of reasoned Action (TRA), serta
health field concept.

Model dan nilai promosi kesehatan terdiri atas :

1. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)


2. Transtheoritical Model (Model Transteoritik “Bertahap”)
3. Teori Sebab Akibat
4. Model transaksional Stres dan Koping
5. Theory of Reasoned Action (TRA)

3.2 Saran
Sebaiknya kita lebih menambah wawasan kita mengenai promosi
kesehatan khususnya dalammodel dan nilai promosi kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

- Maulana, Heri D. J.. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:EGC


- M. Ridwan. 2009. Promosi Kesehatan dalam Rangka Perubahan
Perilaku. Jurnal
- Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika
- Kesehatan “Metro Sai Wawai” Volime II No. 2 Edisi Desember
2009, ISSN:19779-469X

14

Anda mungkin juga menyukai