Anda di halaman 1dari 90

MP

MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISSN 0852-1921
Volume 24 Nomor 2 September 2013

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan
tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan
September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting
Mustiningsih

Wakil Ketua Penyunting


Desi Eri Kusumaningrum

Penyunting Pelaksana
Sunarni
Asep Sunandar
R. Bambang Sumarsono
Teguh Triwiyanto
Wildan Zulkarnain
Ahmad Nurabadi

Mitra Bestari
Dwi Deswari (UNJ)
Rusdinal (UNP)
Ali Imron (UM)
Aan Komariyah (UPI)
Ahmad Yusuf Sobri (UM)

Pelaksana Tata Usaha


M. Syahidul Haq

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: JurusanAdministrasi Pendidikan FIP Universitas


Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.
219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. E-mail: umanpen@yahoo.com.
Langganan 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapat
dikirimkan melalui rekening tabungan ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh Jurusan


Administrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain.
Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan
format seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"), Naskah
yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013

DAFTAR ISI
Kontribusi Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar, 95-99
Nellitawati

Perspektif tentang Jam Pelajaran Tambahan Hubungannya dengan


Prestasi Belajar Siswa Kelas Unggulan dan Reguler, 100-107
Christella
Mustiningsih
Sunarni

Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa, 108-113


Agustin Sa’adah
Maisyaroh
Ahmad Supriyanto

Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama


di Era Globalisasi dan Multikultural, 114-124
Agustinus Hermino
Viengdavong Luangsithydeth

Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan, 125-134
Teguh Triwiyanto

Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri, 135-145


Sitti Roskina Mas

Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik


dan Orangtua Peserta Didik, 146-156
Ruri Puspita Sari
Bambang Budi Wiyono

Analisi Animo Siswa Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)


dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 157-166
Rita Fajrin Muliyasari
Asep Sunandar

Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni, 167-174


Nur Fendi
Sultoni

Perbedaan Tingkat Etos Kerja antara Guru Tetatp dan Guru Tidak Tetap, 175-180
Titin Eka Sari
Ali Imron
Bambang Setyadin
KONTRIBUSI PEMBINAAN MORAL KERJA
GURU SEKOLAH DASAR

Nellitawati

E-mail: nellitawati_unp@yahoo.com
Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat Padang, 25171

Abstract: The purpose of this study is to describe: 1) teacher training, 2) teacher morale, and 3) the
contribution of the teachers training to the morale of works. The hypothesis of this study is: teachers
training contribute to teacher morale. Type of this research is correlational. Data were analyzed by
correlation and simple regression techniques. The results showed that: teacher works morale in SD
Negeri Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan has been good with an
average score of 80.69% from the ideal score, while the teachers training still in the category of simply
by an average score of 78.40% of the ideal score, the next note also that teachers training has been
contribute about 23.2% to the teachers’ work morale. The results of this study imply that increased
teacher work morale can be done through teacher training.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang: 1) pembinaan guru, 2) moral kerja
guru, dan 3) kontribusi pembinaan guru terhadap moral kerja guru. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian adalah: pembinaan guru berkontribusi terhadap moral kerja guru. Jenis penelitin ini adalah
korelasional. Data penelitian dianalisis dengan teknik korelasi dan regresi sederhana. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa: moral kerja guru SD Negeri Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten
Solok Selatan sudah baik dengan skor rata-rata 80,69% dari skor ideal, sedangkan pembinaan guru
masih berada pada kategori cukup dengan skor rata-rata 78,40% dari skor ideal, selanjutnya diketahui
juga bahwa pembinaan guru berkontribusi sebesar 23,2% terhadap moral kerja guru. Hasil penelitian
ini berimplikasi bahwa peningkatan moral kerja guru dapat dilakukan melalui pembinaan guru.

Kata kunci: pembinaan guru, moral kerja guru, guru sekolah dasar

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat panutan yang harus “digugu dan ditiru” dan
penting dalam kehidupan manusia yang dapat sebagai contoh bagi kehidupan dan pribadi peserta
dipandang sebagai suatu investasi untuk masa didiknya, dalam artian baik atau buruknya perilaku
depan yang lebih baik yang tidak ternilai harganya. yang ditampilkan oleh anak didik merupakan
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan cerminan dari gurunya.
dan peradaban manusia yang akan terus Begitu pentingnya peranan guru, sehingga
berkembang, sebagai usaha untuk membentuk guru dituntut untuk memiliki moral kerja yang baik.
suatu kepribadian dengan nilai-nilai dan norma- Moral kerja merupakan suatu sikap dan tingkah
norma masyarakat dan kebudayaan yang ada. laku yang terwujud dalam bentuk ketekunan dan
Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan kegigihan seseorang dalam kerjanya. Tinggi atau
menjadi suatu keharusan untuk selalu mengikuti rendahnya moral kerja guru dipengaruhi oleh
tuntunan dan perkembangan serta perubahan yang banyak faktor. Pemberian binaan atau pembinaan
terjadi dengan cepat dalam masyarakat. terhadap guru merupakan salah satu faktor yang
Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas ikut mempengaruhi moral kerja yang dimiliki oleh
dari keberadaan dan peran dari seorang guru. guru. Dalam artian jika pembinaan yang diterima
Dalam melaksanakan perannya tersebut seorang oleh guru baik, maka diduga moral kerjanya pun
guru dituntut untuk memiliki moral kerja yang baik. akan menjadi baik. Saydam (2000:443)
Ini dikarenakan, guru merupakan sosok yang akan menyatakan bahwa moral kerja seorang guru salah
menjadi model bagi anak didiknya. Ini sesuai satunya ikut dipengaruhi oleh pembinaan yag
dengan pendapat Roqib dan Roqib dan Nurfuadi dilakukan terhadap guru tersebut.
(2009:122) yang menyatakan guru adalah seorang
95
96 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 95-99

Moral berasal dari kata morale, yang berarti Uraian di atas memberikan gambaran bahwa
semangat juang (Saydam, 2000:443). Dalam moral kerja guru memiliki kedudukan yang penting
kehidupan sehari-hari moral sering dikaitkan atau dalam upaya mewujudkan tujuan organisasi. Oleh
dihubungkan dengan sikap manusia. Sikap yang karena itu perlu dilakukan upaya untuk
dilihat atau dinilai dari sisi baik atau buruknya meningkatkan moral kerja guru. Saydam
perilaku manusia tersebut. Danim (2003:48) (2000:443) menyatakan bahwa moral kerja
menjelaskan bahwa moral kerja merupakan seorang karyawan (guru) dapat ditingkatkan
padanan kata bahasa Inggris yaitu working melalui pembinaan.
morale, yang diartikan sebagai “kegairahan Pembinaan berasal dari kata dasar “bina”,
kerja”. Selanjutnya Danim menegaskan bahwa yang berarti bangun. Sedangkan yang dimaksud
moral atau kegairahan kerja adalah kesepakatan dengan pembinaan adalah pembaraharuan,
batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang atau penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang dilaksanakan secara berdaya guna dan
sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih
Pernyataan ini memberi penekanan kepada kita baik (Saydam, 2000:408). Sedangkan yang
bahwa moral kerja memiliki kesamaan dengan dimaksud dengan pembinaan yang dilakukan
kegairahan kerja. terhadap guru adalah kegiatan yang dilakukan
Guru sebagai orang yang berada pada garda terhadap keberadaan guru, agar mereka lebih
depan pendidikan diharapkan dapat memiliki moral berdaya guna dan berhasil guna dalam melakukan
kerja yang tinggi terhadap tugasnya. pekerjaan yang menjadi beban tugasnya.
Sastrohadiwiryo (2002:282) menyatakan bahwa Pembinaan pada hakekatnya adalah upaya
moral kerja secara deskriptif dapat diartikan yang dilakukan untuk mengarahkan para
sebagai suatu kondisi rohaniah/perilaku guru yang pengikutnya dan memberikan latihan serta
menimbulkan kesenangan yang mendalam pada bimbingan, agar memiliki pengetahuan, sikap, dan
diri guru untuk bekerja dengan giat dan konsekuan keterampilan untuk mendukung petunjuk kegiatan.
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembinaan adalah suatu kegiatan yang
Argyris (dalam Danim, 2003:49) menyatakan guru mempertahankan, memperbaiki, dan
yang mempunyai moral kerja tinggi mempunyai menyempurnakan yang telah ada sesuai dengan
karakteristik seperti bersemangat, mempunyai yang diharapkan. Keputusan Menteri Pendidikan
komitmen, bersikap jujur, mempunyai inisiatif, dan Kebudayaan (1997:134) menjelaskan bahwa
mempunyai partisipasi maksimal, memiliki rasa pembinaan artinya proses, perbuatan, tindakan dan
sejawat, dan memiliki disiplin yang tinggi dalam kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna untuk
melaksanakan tugas dan tangung jawabnya. Guru memperoleh hasil yang lebih baik. Wahjosumidjo
yang memiliki moral kerja rendah merupakan (2008:271) menyatakan pembinaan adalah upaya
kebalikan dari kondisi guru yang memiliki moral yang dilakukan terhadap staf atau sekelompok
kerja tinggi. sumber daya yang ada disekolah seperti laboran,
Dari uraian pendapat yang dikemukakan di pustakawan dan guru dan tenaga administrasi
atas, dapat diketahui satu hal yang penting bahwa dalam memperbaiki dan menyempurnakan
suasana batin seseorang terutama guru dapat pekerjaannya. Ini mengandung makna bahwa
mempengaruhi tujuan individu dan tujuan pembinaan yang dilakukan kepada guru bertujuan
organisasi. Ini berarti bahwa suasana batin guru untuk memperbaiki dan menyempurnakan
dapat mempengaruhi cara kerja dan hasil kerjanya. pekerjaan guru supaya menjadi lebih baik.
Suasana batin dimaksud berupa perasaan senang Pembinaan terhadap guru lebih banyak
atau tidak senang, bergairah, atau tidak bergairah, diarahkan pada pembinaan sikap terhadap
bersemangat atau tidak bersemangat. Dengan pekerjaannya. Ini sejalan dengan pendapat
kata lain seseorang yang bekerja dengan perasaan Saydam (2000:409) yang menyatakan bawa
tenang, senang dan penuh kegembiraan akan proses pembinaan yang dilakukan kepada guru
menghasilkan hasil kerja yang baik serta lebih banyak diarahkan pada pembinaan sikap
menimbulkan inspirasi baru, tetapi sebaliknya (attitude) guru dalam bertingkah laku dalam
seseorang yang tidak memiliki gairah dalam melaksanakan pekerjaannya. Pembinaan yang
bekerja hasilnya kurang memuaskan atau ia hanya dilakukan kepada guru bersifat terus menerus.
bekerja tanpa usaha peningkatan. Pembinaan terhadap guru sangatlah penting untuk
dilaksanakan. Ini dikarenakan dengan adanya
Nellitawati, Konstribusi Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar 97

pembinaan yang diberikan diharapkan guru Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
memiliki sikap yang sesuai dengan sikap, budaya menggunakan teknik stratified proportional
yang digunakan dalam dunia pendidikan. Dalam random sampling. Teknik sampling dilakukan
artian, dengan adanya sikap dan budaya yang berdasarkan tingkat pendidikan (sarjana dan non
positif yang dimiliki oleh guru, maka guru pun sarjana) dan masa kerja (<15 tahun dan e”15
akan melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik tahun). Instrumen yang digunakan untuk
da seefisien mungkin. mengumpulkan data penelitian ini adalah angket
Melihat begitu pentingnya kedudukan dari model skala Likert yang telah teruji validitas dan
pembinaan ini, dapat pula dirumuskan akibat yang reliabilitasnya. Data penelitian ini dianalisis dengan
dapat muncul apabila tidak diadakannya pembinaan menggunakan teknik korelasi sederhana. Sebelum
kepada guru. Timbulnya tanggung jawab yang menggunakan teknik analisis ini, ada beberapa
rendah terhadap tugas merupakan akibat yang pengujian persyaratan analisis adalah: 1) data
dapat muncul apabila tidak dilakukannya bersumber dari sampel yang dipilih secara acak,
pembinaan kepada guru. Saydam (2000:411) 2) data berdistribusi normal, 3) data bersifat
mengemukakan beberapa akibat yang dapat homogen, dan 4) garis regresi linier. Berdasarkan
muncul jika tidak dilakukannya pembinaan hasil analisis, semua persyaratan terpenuhi.
terhadap guru, maka guru cenderung: tidak akan
berdisiplin dengan baik, tidak mau bekerja keras, HASIL DAN PEMBAHASAN
kalau bekerja hanya asal jadi, kurangnya kepedulian
terhadap prestasi dan produktivitas, memiliki Berdasarkan pada hasil analisis data dan
semangat dan gairah kerja yang rendah, serta tingkat pencapaian respon guru SD Negeri
memiliki mental lemah dan tidak kuat dalam Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten
menahan godaan-godaan. Solok Selatan terhadap variabel-variabel yang
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas diukur, dapat dijelaskan bahwa tingkat pencapaian
dapat kita ketahui bahwa untuk meningkatkan respon guru terhadap variabel Moral Kerja Guru
moral kerja yang dimiliki oleh guru agar menjadi berada pada kategori baik (80,69% dari skor ideal),
lebih baik lagi dapat dilakukan melalui pembinaan. sedangkan untuk variabel Pembinaan Guru
Pembinaan yang dimaksud disini adalah pembinaan termasuk kategori cukup (78,40 % dari skor ideal),
yang diberikan oleh kepala sekolah. Pembinaan dan perlu untuk ditingkatkan. Temuan penelitian
ini dapat diilihat dari bagaimana usaha atau proses ini berbeda dengan hasil pengamatan awal yang
pemberian bantuan yang diberikan kepala sekolah peneliti lakukan. Pengamatan awal menemukan
kepada guru berupa bimbingan, latihan, bahwa Moral Kerja Guru SD Negeri Kecamatan
pengawasan dan dorongan untuk memperta- Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok
hankan, memperbaiki, dan menyempurnakan Selatan terlihat masih rendah atau kurang baik.
pekerjaan yang telah ada secara berdaya guna Perbedaan temuan penelitian dengan temuan
untuk memperoleh hasil yang memuaskan, serta pengamatan awal terjadi karena hasil pengukuran
juga membantu guru untuk menjadi lebih baik dari yang dilakukan berdasarkan pengamatan saja atau
sebelumnya. tanpa instrumen yang valid dan reliabel tidak cukup
kuat untuk dijadikan dasar dalam melakukan
METODE
generalisasi, sehingga perlu dilakukan penelitian
yang sistematis sesuai dengan prosedur, untuk
Jenis penelitian ini adalah korelasional, yang mendapatkan pembuktian dan kebenaran secara
melihat hubungan dua variabel, yaitu Pembinaan empiris.
Guru (X) sebagai variabel bebas dan Moral Kerja Hasil analisis data dan pengujian hipotesis
Guru (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian akan menunjukkan bahwa ketiga hipotesis yang diuji
melihat kontribusi pembinaan guru terhadap moral dalam penelitian ini dapat diterima. Hasil analisis
kerja guru Sekolah Dasar Kecamatan Koto Parik data menunjukkan bahwa Pembinaan Guru
Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan. Populasi memiliki pengaruh atau peranan yang berarti untuk
penelitian adalah seluruh guru di Sekolah Dasar meningkatkan Moral Kerja Guru SD Kecamatan
Kecamatan Koto Par ik Gadang Diateh, Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok
Kabupaten Solok Selatan yang berstatus Pegawai Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Negeri Sipil (PNS). Jumlah populasi sebanyak 158 Pembinaan Guru memiliki hubungan yang
orang, dan sampel penelitian sebanyak 103 orang. signifikan dan memberikan kontribusi yang berarti
98 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 95-99

untuk Moral Kerja Guru. Besarnya kontribusi akan menjadi baik pula. Dengan kata lain, dapat
Pembinaan Guru terhadap Moral Kerja Guru dinyatakan bahwa untuk meningkatkan moral kerja
adalah 23,2%. Selanjutnya persamaan regresi yang guru dapat dilakukan melalui peningkatan
diperoleh antara variabel pembinaan guru dengan pembinaan yang dilakukan terhadap guru.
moral kerja yaitu v = 42,002 + 0,492 X. Hal ini
menunjukkan bahwa pada saat variabel KESIMPULAN DAN SARAN
pembinaan guru (X) belum memberikan pengaruh
terhadap moral kerja guru (Y), nilai moral kerja Kesimpulan
guru (Y) ada sebesar 42,002 dan pada saat
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian
pembinaan guru (X) memberikan pengaruh
hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
terhadap moral kerja guru (Y), maka nilai moral
berikut: 1) moral kerja guru SD Negeri Kecamatan
kerja guru (Y) akan berubah sebesar 42,002 +
Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan
0,492 (satu satuan). Persamaan regresi tersebut
sudah berada pada kategori baik, yaitu 80,69% dari
memberikan gambaran bahwa Pembinaan Guru
skor ideal, 2) pembinaan guru SD Negeri
memiliki pengaruh yang berarti terhadap
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten
peningkatan Moral Kerja Guru. Hal ini sejalan
Solok Selatan sudah masih berada pada kategori
dengan pendapat Fatah (2004:17) yang
cukup, yaitu 78,40% dari skor ideal. Artinya,
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pembinaan terhadap guru SD Negeri Kecamatan
Moral Kerja Guru salah satunya adalah
Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan
Pembinaan Guru. Selanjutnya Gray (dalam
ini perlu diperbaiki, dan 3) pembinaan Guru
Winardi, 2002) menyatakan bahwa Pembinaan
memberikan kontribusi sebesar 23,2% terhadap
Guru merupakan salah satu upaya yang dapat
Moral Kerja Guru SD Negeri Kecamatan Koto
dilakukan dalam meningkatkan moral kerja guru.
Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan. Hal
Pembinaan Guru merupakan salah faktor yang
ini berarti jika pembinaan yang dilakukan terhadap
dapat digunakan untuk meningkatkan moral kerja
guru semakin baik, maka makin baik pula moral kerja
guru. Dapat dijelaskan bahwa dengan adanya
guru SD Negeri Kecamatan Koto Parik Gadang
pembinaan yang baik, tentunya dapat membantu
Diateh Kabupaten Solok Selatan.
guru dalam mewujudkan moral kerja yang baik
pula.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa Saran
Pembinaan Guru SD Negeri Kecamatan Koto Dari temuan penelitian ini diajukan beberapa
Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan saran sebagai rekomendasi kepada berbagai pihak
masih berada pada kategori cukup, sehingga perlu sebagai berikut: 1) Kepala sekolah SD Negeri
untuk ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten
Peningkatan pembinaan ini bertujuan agar dalam Solok Selatan agar dapat memperbaiki pembinaan
pelaksanaan tugasnya guru memiliki rasa tanggung yang dilakukan terhadap guru di sekolah dalam
jawab yang tinggi dan kesungguhan terhadap rangka meningkatkan moral kerja guru melalui
pekerjaan tersebut. Pembinaan Guru ini dapat pemberian bimbingan, pengarahan, dan
ditingkatkan oleh pimpinan/kepala sekolah dengan pengawasan, 2) Pengawas sekolah, agar dapat
cara memberikan bimbingan dan arahan yang jelas lebih meningkatkan moral kerja yang dimiliki oleh
tentang prosedur penyelesaian suatu pekerjaan. guru melalui pembinaan yang lebih intensif secara
Selain itu, peningkatan pembinaan guru ini dapat terus menerus, 3) UPTD Kecamatan Parik
pula dilakukan dengan cara mengintensifkan Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan agar
pengawasan yang dilakukan terhadap guru. dapat melakukan pembinaan profesi guru secara
peningkatan terhadap pembinaan guru ini perlu terus menerus (continuous professional
dilakukan. Ini dikarenakan berdasarkan hasil development), yaitu melalui wadah guru yang
penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sudah ada seperti Kelompok Kerja Guru (KKG).
pembinaan guru berpengaruh signifikan terhadap Selain itu diharapkan UPTD dapat membuat
moral kerja guru. Artinya, jika pembinaan guru kebijakan mengenai peningkatan Moral Kerja Guru
baik, maka moral kerja yang dimiliki oleh guru pun ke arah yang lebih baik.
Nellitawati, Konstribusi Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar 99

DAFTAR RUJUKAN

Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Sastrohadiwiryo, S. 2002. Manajemen Tenaga


Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Kerja Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Cipta. Saydam, G. 2000. Manajemen Sumber Daya
Keputusan Menteri Pendidikan dan Manusia, Suatu Pendekatan Mikro.
Kebudayaan Nomor 324 Tahun 1997 Jakarta: Djambatan.
tentang Pemberian Wewenang kepada Wahjosumijo. 2008. Kepemimpinan Kepala
Pajabat. Sekolah. Jakarta: Rajawali Press.
Roqib, M., dan Nurfuadi. 2009. Kepribadian
Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.
PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN
HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS
UNGGULAN DAN REGULER

Christella
Mustiningsih
Sunarni

E-mail: ellachris38@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study was to determine how the perception an extra hour lesson,
student learning achievement, to determine whether there is a connection between the perception an
extra hour lesson and student learning achievement, and to determine differences in the perception
an extra hour lesson and student learning achievement at excellent class and regular in SMP
Laboratorium Universitas Negeri Malang. The study was a descriptive correlational and comparative.
The results showed that the level of perception an extra hour lesson at excellent class and regular in
higher classifications, the level of student achievement at excellent class include the good
classification and regular class include the enough classification. There was no significant connection
between the perception an extra hour lesson excellent class and regular, there was no significant
difference between the student learning achievement at excellent class and regular in SMA
Laboratorium Universitas Negeri Malang.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: persepsi tentang jam pelajaran tambahan (JPT),
prestasi belajar siswa, hubungan antara persepsi JPT dan prestasi belajar siswa, perbedaan persepsi
tentang JPT dan prestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Reguler di SMP Laboratorium UM. Jenis
penelitian adalah deskriptif korelasional dan komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
persepsi JPT siswa Kelas Unggulan dan Reguler termasuk dalam klasifikasi tinggi. Tingkat prestasi
belajar siswa Kelas Unggulan termasuk dalam klasifikasi baik. Kelas Reguler termasuk dalam klasifikasi
cukup. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswa
Kelas Unggulan dan Reguler. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara JPT siswa Kelas Unggulan
dan Reguler. Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Reguler
di SMP Laboratorium UM.

Kata kunci: prestasi belajar, jam pelajaran tambahan, kelas unggulan, kelas reguler

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia Indonesia setelah lulus menempuh sekolah dasar
sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan (SD). SMP ditempuh dalam waktu tiga tahun, mulai
pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun dia dari kelas 7 hingga 9. Siswa kelas 9 diwajibkan
berada. Pendidikan merupakan sarana dari mengikuti ujian nasional (UN) yang akan
pemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuan mempengaruhi kelulusan atau tidak lulusnya siswa
yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi. Upaya
sumber daya manusia (SDM). Seiring pencapaian hasil belajar yang diharapkan dapat
perkembangan dunia pendidikan yang semakin ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya guru
pesat, menuntut adanya lembaga pendidikan untuk membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan. mereka mampu belajar mandiri baik individu
Salah satu cara yang dilakukan untuk maupun kelompok, misalnya dengan penambahan
meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan jam pelajaran di sekolah, metode kerja kelompok,
peningkatan kualitas kegiatan belajar. Sekolah penugasan pemecahan masalah dan lain-lain.
Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang Mengadakan pelajaran tambahan yang difungsikan
pendidikan dasar pada pendidikan formal di untuk mengurangi risiko-risiko yang tidak
100
Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 101

diinginkan. Jam pelajaran tambahan adalah Lokasi penelitian ini adalah di SMP
sejumlah jam pelajaran tambahan yang dilakukan Laboratorium UM yang berada pada Jalan
di luar jam pembelajaran reguler yang diberikan Simpang Bogor T-7 Malang.Populasi dalam
sebelum atau setelah jam sekolah berakhir. penelitian ini adalah siswa kelas 9 di SMP
Berbagai cara dilakukan untuk menerima Laboratorium UM semester Ganjil Tahun Ajaran
pelajaran tambahan. Mulai dari diberikan 2012/2013 yang berjumlah 178 orang. Jumlah
lembaran-lembaran soal, ataupun pembimbing populasi untuk kelas reguler, yaitu berjumlah 162.
pelajaran tambahan menerangkan materi-materi Sampel kelas Reguler berjumlah 110 orang sesuai
yang dirasa susah bagi siswa. Dengan cara seperti dengan tabel Krejcie dan Morgan, maka untuk
ini akan semakin meningkatkan kemampuan mengambil jumlah sampel untuk tiap kelas peneliti
mereka khususnya bagi pelajaran-pelajaran yang akan membagi jumlah sampel dengan jumlah kelas.
akan diujikan dan juga merupakan tindak lanjut SMP Laboratorium UM terdapat lima kelas 9
upaya guru dalam rangka mencerdaskan kehidupan Reguler. Sehingga setiap kelas diambil 22 orang
bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya untuk sampel Kelas Reguler. Selanjutnya untuk
manusia. Sekolah berharap dengan adanya mengetahui seseorang menjadi anggota sampel
pelajaran tambahan siswa menjadi lebih siap dalam atau tidak, peneliti memilihnya secara acak dari
kegiatan belajar mengajar, sehingga siap juga dalam satu kelas.
menempuh ujian, baik ujian yang diadakan sekolah Dalam penelitian ini teknik analisis data
maupun ujian yang diadakan pemerintah. Prestasi menggunakan teknik analisis dengan langkah-
belajar yang dicapai oleh siswa terkait dengan langkah sebagai berikut: teknik analisis deskriptif,
kemampuan siswa dalam menangkap isi dan pesan untuk menentukan kualifikasi Jam Pelajaran
dari kegiatan belajar yang dilakukannya. SMP Tambahan (JPT) dilakukan dengan cara
Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) menjumlahkan skor angket. Menentukan
merupakan salah satu sekolah yang telah persentase untuk mengetahui perbandingan skor
menerapkan kegiatan JPT pada siswa dari kelas variabel dan masing-masing sub-variabel. Analisis
7 sampai kelas 9. korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan
Namun tujuan dari tiap tingkat kelas dalam antara persepsi tentang JPT dan prestasi belajar
pemberian JPT berbeda. Untuk Kelas 9 pemberian siswa kelas unggulan dan reguler di SMP
JPT difokuskan pada mata pelajaran UN. SMP Laboratorium UM. Peneliti menggunakan analisis
Laboratorium UM juga merupakan sekolah yang korelasi product moment dioperasikan dengan
telah memiliki Kelas Unggulan yang ditempatkan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for
di kelas 9F dan Kelas Reguler yaitu kelas 9A-9E. Windows. Berdasarkan instrumen yang digunakan,
Sekolah ini memiliki dua kurikulum yang diterapkan data yang terkumpul merupakan data nominal dan
kepada dua golongan siswa yang berbeda, siswa ordinal sehingga analisis statistik yang digunakan
reguler dan siswa unggulan. adalah analisis non-parametris yang nantinya
digunakan rumus uji beda, yaitu t Test.
METODE
HASIL
Penelitian ini menggunakan penelitian
kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif Deskripsi data persepsi tentang JPT siswa
korelasional dan komparatif. Penelitian korelasional kelas unggulan diperoleh melalui angket yang
untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan diberikan kepada 16 responden, angket ini terdiri
antara variabel persepsi tentang jam pelajaran dari 19 item pernyataan persepsi tentang JPT. Dari
tambahan (JPT) dan variabel prestasi belajar siswa 16 responden terdapat 9 responden atau 56,25%
Kelas Unggulan dan Reguler. Sedangkan penelitian siswa unggulan yang memiliki kualifikasi tinggi. Ada
komparatif digunakan peneliti untuk 5 responden atau 31,25% siswa unggulan yang
membandingkan tingkat persepsi tentang JPT dan memiliki kualifikasi cukup, dan terdapat 2
prestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Reguler. responden atau 12,50% siswa unggulan yang
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang mendapat kualifikasi sangat tinggi. Mean untuk
akan diuji variabel bebas (X) adalah persepsi persepsi tentang JPT kelas Unggulan yaitu 72,1.
tentang JPT dan variabel terikatnya (Y) adalah Deskripsi data persepsi tentang JPT siswa
prestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Reguler kelas reguler diperoleh melalui angket yang diberikan
SMP Laboratorium UM. kepada 110 responden, angket ini terdiri dari 19 item
102 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 100-107

pernyataan persepsi tentang JPT. Dari 110 mendapat kualifikasi sangat baik. Mean untuk rata-
responden terdapat 86 responden atau 78,2% siswa rata prestasi belajar siswa kelas unggulan yaitu
reguler yang memiliki kualifikasi tinggi. Terdapat 18 84,31.
responden atau 16,4% siswa reguler yang mendapat Deskripsi data tentang prestasi belajar siswa
kualifikasi cukup, ada 4 responden atau 3,6% siswa kelas 9 reguler diperoleh dari rata-rata nilai hasil
reguler yang memiliki kualifikasi sangat tinggi. Dan Ulangan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013
terdapat 2 responden atau 1,8% siswa reguler yang terkhusus pada mata pelajaran yang akan diujikan
memiliki kualifikasi rendah. Mean untuk persepsi secara nasional, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa
tentang JPT kelas 9 Reguler yaitu 71,9. Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam
Deskripsi data tentang prestasi belajar siswa (IPA). Nilai yang diambil sesuai dengan jumlah
kelas 9 unggulan diperoleh dari rata-rata nilai hasil sampel yaitu 110 siswa. Deskripsi prestasi belajar
ulangan semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dari 110
untuk mata pelajaran yang akan diuji secara responden terdapat 58 responden atau 52,7% siswa
nasional, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, reguler yang memiliki kualifikasi cukup, terdapat
Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 45 responden atau 40,9% siswa reguler yang
Nilai yang diambil sesuai dengan jumlah sampel memiliki kualifikasi baik, dan ada 7 responden atau
yaitu 16 siswa. 6,4% siswa reguler yang memiliki kualifikasi sangat
Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaran baik. Mean untuk prestasi belajar pada mata
Bahasa Indonesia dari 16 responden terdapat 9 pelajaran Bahasa Indonesia adalah 81,3.
responden atau 56,25% siswa unggulan yang Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaran
memiliki kualifikasi sangat baik, dan terdapat 7 Bahasa Inggris dari 110 responden terdapat 104
responden atau 43,75% siswa unggulan yang responden atau 94,5% siswa reguler yang memiliki
memiliki kualifikasi baik. Mean untuk prestasi kualifikasi cukup, dan terdapat 6 responden atau
belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia 5,5% siswa reguler yang memiliki kualifikasi baik.
adalah 90. Deskripsi prestasi belajar pada mata Mean untuk prestasi belajar pada mata pelajaran
pelajaran Bahasa Inggris dari 16 responden Bahasa Inggris adalah 74,2. Deskripsi prestasi
terdapat 8 responden atau 50% siswa unggulan belajar dari mata pelajaran Matematika dari 110
yang memiliki kualifikasi baik, dan terdapat 8 responden terdapat 87 responden atau 79,1% siswa
responden atau 50% siswa unggulan yang memiliki reguler yang memiliki kualifikasi cukup, terdapat
kualifikasi cukup. Mean untuk prestasi belajar pada 20 responden atau 18,2% siswa reguler yang
mata pelajaran Bahasa Inggris adalah 82. memiliki kualifikasi baik dan terdapat 3 responden
Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaran atau 2,7% yang memiliki kualifikasi sangat baik.
Matematika dari 16 responden terdapat 10 Mean untuk prestasi belajar pada mata pelajaran
responden atau 62,5% siswa unggulan yang Matematika adalah 76.
memiliki kualifikasi cukup, terdapat 4 responden Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaran
atau 25% siswa unggulan yang memiliki kualifikasi Matematika dari 110 responden terdapat 87
baik, dan terdapat 2 responden atau 12,5% yang responden atau 79,1% siswa reguler yang memiliki
memiliki kualifikasi sangat baik. Mean untuk kualifikasi cukup, terdapat 20 responden atau
prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika 18,2% siswa reguler yang memiliki kualifikasi baik,
adalah 80. Deskripsi prestasi belajar pada mata dan terdapat 3 responden atau 2,7% yang memiliki
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dari 16 kualifikasi sangat baik. Mean untuk prestasi belajar
responden terdapat 13 responden atau 81,25% pada mata pelajaran Matematika adalah 76.
siswa unggulan yang memiliki kualifikasi baik, dan Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaran Ilmu
terdapat 3 responden atau 18,75% siswa unggulan Pengetahuan Alam dari 110 responden terdapat
yang memiliki kualifikasi sangat baik. Mean untuk 65 responden atau 59% siswa reguler yang
prestasi belajar pada mata pelajaran Ilmu memiliki kualifikasi cukup, terdapat 38 responden
Pengetahuan Umum adalah 88. Deskripsi rata-rata atau 34,6% siswa reguler yang memiliki kualifikasi
prestasi belajar siswa kelas unggulan dari 16 baik, dan terdapat 7 responden atau 6,4% yang
responden terdapat 12 responden atau 75% siswa memiliki kualifikasi baik. Mean untuk prestasi
unggulan yang memiliki kualifikasi baik, ada 3 belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
responden atau 18,75% siswa unggulan yang Alam adalah 88.
memiliki kualifikasi cukup. Dan terdapat 1 Deskripsi rata-rata prestasi belajar siswa
responden atau 6,25% siswa unggulan yang kelas regular dari 110 responden terdapat 83
Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 103

responden atau 75,5% siswa reguler yang Dari hasil analisis karena nilai t hitung < t tabel
mendapat kualifikasi cukup. Ada 26 responden atau (1,169 < 1,979) maka Ha ditolak dan Ho diterima.
23,5% siswa reguler yang memiliki kualifikasi baik, Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
dan terdapat 1 responden atau 1% siswa reguler yang signifikan antara persepsi tentang JPT siswa
yang memiliki kualifikasi sangat baik. Mean untuk kelas unggulan dan reguler di SMP Laboratorium
rata-rata prestasi belajar siswa kelas 9 reguler yaitu UM.
84,31. Pengujian hipotesis Independent sample t
Korelasi product moment antara persepsi Test untuk prestasi belajar dimaksudkan untuk
tentang JPT dan prestasi belajar siswa kelas memperjelas ada atau tidaknya perbedaan antara
unggulan di SMP Laboratorium UM. Pengujian prestasi belajar siswa kelas unggulan dan siswa
hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk reguler di SMP Laboratorium UM. Teknik analisis
memperjelas ada atau tidaknya hubungan antara yang digunakan untuk pengujian hipotesis dengan
persepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswa uji t untuk sampel tidak berhubungan atau
kelas unggulan di SMP Laboratorium UM. Teknik independent samples t Test menggunakan
analisis yang digunakan adalah dengan korelasi program komputer SPSS 16.0 for windows
pearson product moments dengan jumlah dengan jumlah responden sebanyak 126, yaitu 110
responden sebanyak 126, yaitu 110 untuk kelas untuk kelas reguler dan 16 untuk siswa unggulan.
reguler dan 16 untuk kelas unggulan. Dari hasil Dari hasil analisis karena nilai t hitung > t tabel
analisis karena nilai t hitung < t tabel (0,138 < 0,497) (5,911 > 1,979), maka Ha diterima. Disimpulkan
maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dapat bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang prestasi belajar siswa kelas unggulan dan reguler
signifikan antara persepsi tentang JPT dan prestasi di SMP Laboratorium UM.
belajar siswa kelas unggulan di SMP Laboratorium
UM. PEMBAHASAN
Korelasi product moment antara persepsi
tentang JPT dan prestasi belajar siswa kelas Berdasarkan data hasil penelitian persepsi
reguler di SMP Laboratorium UM. Pengujian tentang JPT siswa kelas unggulan yang diperoleh
hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk melalui angket. Dapat dikatakan bahwa sebanyak
memperjelas ada atau tidaknya hubungan antara 56,25% siswa unggulan memiliki kualifikasi yang
persepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswa tinggi dalam hal JPT dengan mean 72,1. Banyak
kelas reguler di SMP Laboratorium UM. Teknik faktor yang dapat menyebabkan siswa kelas
analisis yang digunakan adalah dengan korelasi unggulan memiliki persepsi tentang JPT yang dalam
pearson product moments dengan jumlah kualifikasi tinggi. Hal ini terjadi baik faktor internal
responden sebanyak 126, yaitu 110 untuk kelas maupun eksternal. Menurut Walgito (2002:46), apa
reguler dan 16 untuk kelas reguler. Dari hasil yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi
analisis karena nilai t hitung < t tabel (0,052 < 0,195) individu dalam mengadakan persepsi, merupakan
maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dapat faktor internal.
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang Di samping itu masih ada faktor lain yang
signifikan antara persepsi tentang JPT dan prestasi dapat mempengaruhi proses persepsi, yaitu faktor
belajar siswa kelas reguler di SMP Laboratorium stimulus dan faktor lingkungan di mana persepsi
UM itu berlangsung, merupakan faktor eksternal”.
Pengujian hipotesis independent sample t Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yang
Test untuk persepsi tentang Jam Pelajaran dipersepsi oleh individu selain tergantung pada
Tambahan (JPT) dimaksudkan untuk memperjelas stimulusnya juga tergantung kepada keadaan
ada atau tidaknya perbedaan antara persepsi individu yang bersangkutan. Diadakannya JPT ini
tentang JPT siswa kelas unggulan dan siswa diharapkan dapat meningkatkan penguasaan
reguler di SMP Laboratorium UM. Teknik analisis materi pelajaran bagi siswa. Sehingga prestasi
yang digunakan untuk pengujian hipotesis dengan siswa juga dapat berkembang sesuai dengan
uji t untuk sampel tidak berhubungan atau harapan sekolah. Dengan kata lain, sekolah telah
independent samples t Test menggunakan berhasil dalam proses pembelajaran dalam
program komputer SPSS 16.0 for windows membentuk keunggulan dalam kemampuan baik
dengan jumlah responden sebanyak 126, yaitu 110 pengembangan pengetahuan dasar, akhlak mulia,
untuk kelas reguler dan 16 untuk siswa unggulan. dan kedisiplinan dalam diri siswa. Setiap komponen
104 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 100-107

pendidikan harus dapat bekerjasama dalam kualifikasi cukup dengan mean 80. Menurut
meningkatkan ketercapaian yang maksimal dalam Setyosari (2011), belajar adalah suatu usaha
pelaksanaan JPT untuk peningkatkan prestasi manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk
belajar para siswa unggulan. membantu menfasilitasi belajar orang lain. Secara
Berdasarkan pada data persepsi tentang JPT khusus pembelajaran merupakan upaya yang
siswa kelas reguler yang telah diperoleh melalui dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantu
angket yang diberikan kepada 110 responden, siswa. Dengan demikian, pembelajaran dapat
angket ini terdiri dari 19 item pernyataan persepsi diartikan sebagai serangkaian peristiwa eksternal
tentang JPT. Dapat disimpulkan bahwa siswa yang dirancang yang memiliki pengaruh terhadap
kelas reguler memiliki kualifikasi yang tinggi dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan
hal JPT dengan mean 71,9. Hal ini diduga terjadi prestasi belajar.
bisa dikarenakan pada proses pelaksanaan JPT Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil
yang dilakukan pada pagi hari saja, sehingga siswa kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata
dapat menyerap pelajaran dengan baik karena pelajaran Matematika untuk siswa kelas unggulan
keadaan siswa yang masih segar. Waktu untuk di SMP Laboratorium UM termasuk dalam
siswa reguler mengikuti pelaksanaan JPT yang kualifikasi baik dengan mean 88. Data di atas
diberikan dari sekolah dilakukan hanya pada pagi menunjukan bahwa siswa kelas 9 unggulan
hari saja. memiliki kemampuan yang tidak terlalu berbeda
Persepsi tentang JPT untuk kelas reguler jauh antar siswa sekelasnya. Menurut Tirtonegoro
terdapat pada kualifikasi tinggi, hal ini dapat terjadi (2001:43) menyatakan “yang dimaksud dengan
dengan kemauan keras dalam penerimaan stimulus prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta
yang diberikan dan semangat siswa untuk penilaian usaha belajar”. Sehingga hasil prestasi
mengikuti pelaksanaan JPT. Hal tersebut menurut belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu
Robbin (2003:160) dipengaruhi oleh beberapa Pengetahuan Umum didasarkan pada kemauan
faktor salah satunya pada faktor situasi yaitu setiap individu untuk meningkatkan prestasi dalam
unsur-unsur lingkungan sekitar dapat dirinya.
mempengaruhi persepsi kita, misalnya waktu, Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil
keadaan atau tempat kerja dan keadaan sosial. kesimpulan bahwa rata-rata prestasi belajar untuk
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil siswa kelas unggulan di SMP Laboratorium UM
kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata termasuk dalam kualifikasi baik dengan mean
pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas 84,31. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa
unggulan di SMP Laboratorium UM termasuk terkait dengan kemampuan siswa dalam
dalam kualifikasi sangat baik dengan mean 90. menangkap isi dan pesan dari kegiatan belajar yang
Prestasi belajar yang diperoleh ini dari hasil belajar dilakukannya. Sedangkan menurut Djamarah
yang tinggi yang dilakukan baik di sekolah maupun (2002), “Prestasi belajar adalah hasil yang
di rumah. diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata aktivitas dalam belajar”.
pelajaran Bahasa Inggris untuk siswa kelas Prestasi belajar yang telah didapatkan siswa
unggulan di SMP Laboratorium UM termasuk dapat menjadi tolak ukur keberhasilan mengajar
dalam kualifikasi antara baik dan cukup dengan guru dalam kelas. Jika banyak siswa yang telah
mean 82. Hal ini dikarenakan siswa kelas unggulan mencapai atau berada di atas rata-rata kompetensi
memiliki kemampuan yang di atas rata-rata. Siswa kelulusan minimum (KKM) yang telah ditetapkan
kelas unggulan memiliki kesempatan yang sangat sekolah, dapat dikatakan bahwa pembelajaran
luas untuk dapat terus meningkatkan kemampuan berhasil. Begitupun sebaliknya jika banyak siswa
akademiknya dengan memanfaatkan fasilitas yang yang prestasi belajarnya belum mencapai KKM,
telah disediakan sekolah agar prestasi belajar siswa maka proses pembelajaran yang dilakukan oleh
kelas unggulan dapat mencapai hasil yang lebih guru harus diperbaiki kembali. Pembelajaran yang
maksimal. efektif dan inovatif yang dilakukan guru dalam
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kelas merupakan salah satu kunci untuk siswa
kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata dapat berprestasi.
pelajaran Matematika untuk siswa kelas unggulan Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil
di SMP Laboratorium UM termasuk dalam kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata
Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 105

pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas


mean 77.37. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
reguler di SMP Laboratorium UM termasuk dalam
reguler memiliki kemampuan rata-rata yang sama
kualifikasi cukup dengan mean 81,3. Menurut
antara satu dengan yang lainnya, ini bisa
Tirtonegoro (2001:43) menyatakan “yang dimaksud
dikarenakan tingkat kemampuan dan kamauan
dengan prestasi belajar adalah hasil dari
dalam prestasi belajar siswa reguler rata-rata
pengukuran serta penilaian usaha belajar”.
sama. Siswa kelas reguler harus kerja keras untuk
Prestasi belajar yang telah diperoleh siswa mampu
dapat meningkatkan prestasi belajar dengan lebih
memperlihatkan kemampuan yang dimiliki. Antara
memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan
siswa satu dengan yang lain memiliki kemampuan
sekolah dalam proses pembelajaran. Begitupun
yang berbeda tergantung dari kemampuan dan
kepada guru untuk dapat lebih memperhatikan dan
kemauan belajar.
memberikan teknik mengajar yang sesuai dengan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil
kemampuan dan kapasitas siswa.
kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata
Dari hasil analisis data pada Bab IV, diperoleh
pelajaran Bahasa Inggris untuk siswa kelas reguler
korelasi antara variabel X (persepsi tentang JPT)
di SMP Laboratorium UM termasuk dalam
dan variabel Y (prestasi belajar) pada siswa kelas
kualifikasi cukup dengan mean 74,2. Data di atas
unggulan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
menunjukan bahwa siswa kelas 9 unggulan
antara persepsi tentang JPT dengan prestasi belajar
memiliki kemampuan yang tidak terlalu berbeda
siswa kelas unggulan. Hal ini dapat dilihat dari t
jauh antar siswa sekelasnya. Menurut Djamarah
hitung lebih kecil dari t tabel (0,138 < 0,497), dengan
(2002), “Prestasi belajar adalah hasil yang
demikian Ha ditolak dan Ho diterima sehingga
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
prestasi belajar siswa kelas unggulan tidak diikuti
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari
dengan persepsi tentang JPT di SMP Laboratorium
aktivitas dalam belajar”.
UM. Kelas unggulan menurut Silalahi (dalam
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil
Rental, 2011) adalah kelas yang menyediakan
kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata
program pelayanan khusus bagi peserta didik
pelajaran Matematika untuk siswa kelas reguler
dengan cara mengembangkan bakat dan
di SMP Laboratorium UM termasuk dalam
kreativitas yang dimilikinya untuk memenuhi
kualifikasi cukup dengan mean 76. Sardiman
kebutuhan peserta didik yang memiliki potensi
(2007:75) menyatakan bahwa “dalam kegiatan
kecerdasan dan bakat istimewa. Sehingga disini
belajar, motivasi adalah keseluruhan daya
persepsi tentang JPT tidak menjadi suatu kriteria
penggerak dari dalam diri seseorang yang dapat
utama dalam peningkatan prestasi belajar siswa
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelas unggulan karena siswa unggulan sudah
kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan
memiliki kecerdasan dan bakat yang istimewa.
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
Dari hasil paparan data pada Bab IV,
dikehendaki dari proses belajar tersebut dapat
diperoleh korelasi antara variabel X (persepsi
tercapai”. Sehingga siswa kelas reguler harus tetap
tentang JPT) dan variabel Y (prestasi belajar) pada
memiliki motivasi yang positif untuk terus
siswa kelas reguler menunjukkan bahwa tidak ada
meningkatkan prestasi belajarnya untuk mencapai
hubungan antara persepsi tentang JPT dengan
prestasi yang maksimal.
prestasi belajar siswa kelas reguler. Hal ini dapat
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil
dilihat dari t hitung lebih kecil dari t tabel (0,052 <
kesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata
0,195), dengan demikin Ha ditolak dan Ho diterima
pelajaran Matematika untuk siswa kelas reguler
sehingga prestasi belajar siswa kelas reguler tidak
di SMP Laboratorium UM termasuk dalam
diikuti dengan persepsi tentang JPT di SMP
kualifikasi cukup dengan mean 88. Prestasi belajar
Laboratorium UM. Prestasi merupakan suatu
yang dicapai oleh siswa terkait dengan kemampuan
proses pembelajaran dan hasil dari belajar itu
siswa dalam menangkap isi dan pesan dari kegiatan
merupakan penilaian dari usaha belajar yang telah
belajar yang dilakukannya. Sehingga siswa reguler
dilakukan. Pada umumnya kelas reguler memiliki
terus berusaha untuk dapat meningkatkan kegiatan
kemampuan rata-rata dengan siswa yang lain.
belajarnta agara dapat lebih menangkap isi dan
Sehingga disini persepsi tentang JPT tidak menjadi
pesan dari pembelajaran yang diberikan oleh guru.
suatu kriteria utama dalam peningkatan prestasi
Berdasarkan data di atas, maka dapat
belajar siswa kelas reguler karena prestasi
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas 9
merupakan usaha dari individu untuk dapat
reguler tergolong dalam kualifikasi cukup dengan
memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuannya.
106 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 100-107

Siswa kelas unggulan tergolong tinggi yaitu nyaman dalam proses pembelajarannya jika
sebesar 56,25%, begitupun untuk siswa kelas dibandingkan siswa kelas reguler.
reguler juga tergolong tinggi yaitu 78,20%. Hasil
yang tidak terlalu jauh ini bisa dikarenakan baik siswa KESIMPULAN DAN SARAN
kelas unggulan maupun siswa kelas reguler memiliki
persepsi yang sama untuk kegiatan JPT. Walgito Kesimpulan
(2002:69) menyatakan bahwa “persepsi merupakan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan
suatu proses yang didahului oleh proses
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya
beberapa hal oleh peneliti adalah sebagai berikut:
stimulus oleh individu melalui alat indera”.
(1) tingkat persepsi tentang Jam Pelajaran
Persamaan ini dapat terjadi karena minat
Tambahan (JPT) siswa Kelas Unggulan di SMP
terhadap pelaksanaan JPT antara siswa kelas
Laboratorium UM termasuk dalam klasifikasi tinggi;
unggulan dan reguler sama. Menurut Robbin
(2) tingkat persepsi tentang JPT siswa Kelas
(2003:160) persepsi dipengaruhi oleh beberapa
Reguler di SMP Laboratorium UM termasuk dalam
faktor, salah satunya yaitu pelaku persepsi adalah
klasifikasi tinggi; (3) tingkat prestasi belajar siswa
bila seorang individu memandang pada suatu objek
Kelas Unggulan di SMP Laboratorium UM, yaitu:
dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,
(a) tingkat prestasi belajar mata pelajaran Bahasa
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik
Indonesia termasuk dalam klasifikasi sangat baik,
pribadi dar i pelaku persepsi individu itu.
(b) tingkat prestasi belajar mata pelajaran Bahasa
Karakteristik pribadi yang lebih relevan
Inggris termasuk dalam antara klasifikasi baik dan
mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif,
cukup, (c) tingkat prestasi belajar mata pelajaran
kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
Matematika termasuk dalam klasifikasi cukup, (d)
pengharapan (ekspektasi). Hal ini disebabkan
tingkat prestasi belajar mata pelajaran Ilmu
karena siswa kelas unggulan dan reguler memiliki
Pengetahuan Alam termasuk dalam klasifikasi baik,
kebutuhan yang sama terhadap pelaksanaan JPT
dan (e) tingkat rata-rata prestasi belajar siswa Kelas
di sekolah.
Unggulan termasuk dalam klasifikasi baik; (4) tingkat
Prestasi belajar yang telah dicapai oleh setiap
prestasi belajar siswa Kelas Reguler di SMP
siswa akan berbeda sesuai dengan kemampuan
Laboratorium UM, yaitu: (a) tingkat prestasi belajar
yang dimiliki pada diri masing-masing. Pernyataan
mata pelajaran Bahasa Indonesia termasuk dalam
ini juga tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada
klasifikasi baik, (b) tingkat prestasi belajar mata
hasil prestasi belajar siswa di SMP Laboratorium
pelajaran Bahasa Inggris termasuk dalam klasifikasi
UM. Siswa kelas regular yang memiliki
cukup, (c) tingkat prestasi belajar mata pelajaran
kemampuan di bawah siswa kelas unggulan dalam
Matematika termasuk dalam klasifikasi cukup, (d)
hasil prestasi belajar. Pernyataan ini diperkuat
tingkat prestasi belajar mata pelajaran Ilmu
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
Pengetahuan Alam termasuk dalam klasifikasi
yang hasilnya dapat diketahui bahwa pada prestasi
cukup, dan (e) tingkat rata-rata prestasi belajar
belajar siswa kelas unggulan tergolong baik yaitu
siswa Kelas Reguler termasuk dalam klasifikasi
sebesar 75%, sedangkan untuk siswa kelas reguler
cukup; (5) tidak ada hubungan yang signifikan antara
tergolong cukup yaitu 75,5%. Jadi sudah dapat
persepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswa
dilihat bahwa dalam hasil prestasi belajar, siswa
Kelas Unggulan; (6) idak ada hubungan yang
kelas unggulan lebih tinggi dari pada siswa kelas
signifikansi antara persepsi tentang JPT dan prestasi
reguler. Mean dari prestasi belajar siswa kelas
belajar siswa Kelas Reguler; (7) tidak ada
unggulan juga lebih tinggi dari pada siswa kelas
perbedaan yang signifikan antara JPT siswa Kelas
reguler, yaitu 84,31 sedangkan untuk siswa kelas
Unggulan dan Reguler di SMP Laboratorium UM;
kelas reguler yaitu 77,37.
dan (8) ada perbedaan yang signifikan antara
Perbedaan yang terjadi ini dikarenakan
prestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Reguler
karena kemampuan siswa kelas unggulan di atas
di SMP Laboratorium UM.
siswa kelas regular, selain itu siswa kelas unggulan
dapat dengan cepat untuk menyerap pelajaran yang
diberikan oleh guru. Perbedaan ini juga dapat Saran
dikarenakan fasilitas yang diberikan pun berbeda, Saran yang dapat diberikan oleh peneliti
siswa kelas unggulan memiliki fasilitas yang lebih adalah: (1) bagi kepala SMP Laboratorium UM,
Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 107

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan maupun kelas reguler dapat berjalan dengan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar maksimal; (3) bagi siswa unggulan untuk dapat lebih
prestasi belajar antara siswa kelas unggulan dan menggali potensi yang ada dalam dirinya sehingga
kelas reguler dapat lebih meningkatkan. Pada pelaksanaan JPT dapat membantu siswa dalam
pelaksanaan JPT siswa kelas 9 di SMP meningkatkan prestasi belajar; (4) bagi siswa
Laboratorium UM lebih diperhatikan dalam proses reguler agar dapat memanfaatkan waktu dan
pembelajarannya agar siswa mengerti akan tujuan kesempatan dalam pelaksanaan JPT sehingga
diadakannya JPT, sehingga siswa lebih memanfaat dapat membantu siswa untuk meningkatkan
pelaksanaan JPT untuk mengoptimalkan prestasi prestasi belajar di sekolah; dan (5) bagi peneliti
belajar siswa; (2) bagi guru SMP Laboratorium lain agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
UM, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan untuk penelitian selanjutnya,
masukan agar guru dapat memperhatikan dan dalam hal pengaruh pengadaan sarana prasarana
meningkatkan proses pembelajaran khususnya JPT, pengaruh kinerja guru dalam pelaksanaan JPT
untuk variasi dan inovasi yang dilakukan dalam dan yang nantinya dikaitkan dengan prestasi belajar
mengajar. Sehingga prestasi belajar dan siswa.
pelaksanaan JPT terhadap siswa kelas unggulan

DAFTAR RUJUKAN

Djamarah, B. S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembelajaran.


PT. Rineka Cipta. Malang: Elang Mas.
Rental, Z. 2011. Pengaruh Kelas Unggulan Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan
terhadap Hasil Belajar Siswa. (Online), Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi
(http://anuraini-rental.blogspot.com/2011/08/ Aksara.
pengar u h-kelas- unggulan-ter hada p- Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum.
hasil_17.html), diakses 23 Februari 2013). Yogyakarta: Andi.
Robbins, S. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 1. Wiyono, B. B., dan Sunarni. 2009. Evaluasi
Jakarta: PT Indeks Karya Media. Program Pendidikan dan Pembelajaran.
Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Malang: FIP Universitas Negeri Malang.
Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
HUBUNGAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS
DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Agustin Sa’adah
Maisyaroh
Ahmad Supriyanto

E-mail: umifaiza18@yahoo.com
Jurusan AP FIP UM, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study to determine: (1) the implementation of classroom management
approaches undertaken by teachers, (2) the level of student motivation, (3) the relationship between
the implementation of classroom management approach to student motivation. This study uses a
quantitative approach to the study design used is descriptive correlation study with a population of
154 students, the number of samples 111. The data collection techniques are angket. Hasil data
processing was done with SPSS 10.0 for Windows by using the Pearson Correlation formula then
there is a relationship between the implementation of classroom management with student motivation.

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) pelaksanaan pendekatan manajemen kelas
yang dilakukan oleh guru, (2) tingkat motivasi belajar siswa, (3) hubungan antara pelaksanaan
pendekatan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional, dengan populasi 154 siswa dan jumlah
sampel 111. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan angket. Hasil pengolahan data yang
telah dilakukan dengan SPSS 10,0 for windows dengan menggunakan rumus Pearson Correlation
maka terdapat hubungan antara pelaksanaan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa.

Kata kunci: manajemen kelas, motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa

Tujuan Pendidikan Nasional Pemerintah Republik bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut
Indonesia melalui Departemen Pendidikan Ekosiswoyo (1996:5) manajemen kelas adalah
Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan tahap-tahap dan prosedur untuk menciptakan dan
pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu mempertahankan lingkungan belajar dan
dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan pembelajaran yang kondusif. Menurut Usman
guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta (2003:97) pengelolaan kelas yang efektif
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses
Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat belajar mengajar yang efektif. Pengelolaan
dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan dipandang sebagai salah satu aspek
tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu penyelenggaraan sistem pembelajaran yang
pendidikan di Indonesia meningkat. mendasar, diantara sekian macam tugas guru di
Peningkatan mutu pendidikan diawali dengan dalam kelas.
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar yang Di dalam kelas guru dituntut untuk bisa
diselenggarakan di kelas, karena kelas merupakan memberikan materi sesuai dengan kurikulum yang
segmen sosial dari kehidupan sekolah secara ada dan juga bisa menciptakan kondisi kelas yang
keseluruhan. Gairah proses belajar dan semangat harmonis demi tercapainya tujuan pendidikan yang
pencapaian prestasi belajar yang tinggi, amat telah ditentukan. Efektifitas pengelolaan kelas
tergantung pada pembiasaan sehari-hari atas sepenuhnya tergantung pada kecakapan seorang
kehidupan yang terjadi di antara guru dan para guru dalam mengenali hakikat masalah yang
anak didiknya di dalam kelas. dihadapinya, baik ciri-cirinya tingkah laku yang
Sebagai tenaga profesional, seorang guru tampak ataupun menurut norma-norma yang
dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan berlaku khusus di kelas dan yang berlaku umum di
dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal masyarakat.
108
Sa’adah dkk, Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa 109

Berdasarkan uraian di atas, fungsi penelitian yang bersifat korelatif karena penelitian
manajemen kelas sangat mendasar sekali karena ini meneliti seberapa jauh hubungan variabel-
kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi variabel yang diteliti berdasarkan koefisien korelasi.
kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi,
menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola karena untuk melihat hubungan antara variabel
proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam pendekatan manajemen kelas sebagai variabel
menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikator bebas (X) dan variabel motivasi belajar siswa kelas
proses belajar mengajar berlangsung secara II sampai dengan kelas V di SD Negeri
efektif. Karangwidoro 01 sebagai variabel terikat (Y).
Keberhasilan guru dalam menciptakan Dengan populasi 154 siswa dan diambil sejumlah
kondisi yang optimal di dalam kegiatan belajar sampel 111 siswa.
mengajar juga dapat mempengaruhi siswa untuk Adapun teknik pengumpulan data dengan
belajar dan menerima stimulus dengan tanggapan teknik angket/kuesioner. Dengan demikian angket
positif yang pada akhirnya akan mempengaruhi yang disebarkan dalam penelitian ini merupakan
motivasi siswa dalam belajar. Menurut Dimyati dan alat untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan
Mudjiono (1994:229) motivasi belajar adalah pendekatan manajemen kelas dan motivasi belajar
kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses siswa. Dalam penelitian ini penulis mengolah data
belajar. Lemahnya motivasi belajar dan tidak dengan menggunakan bantuan komputer program
adanya motivasi belajar dalam diri siswa akan SPSS 10.0 for windows.
melemahkan kegiatan belajar yang kemudian akan
diikuti dengan rendahnya mutu hasil belajar, maka HASIL
dari itu motivasi belajar pada diri siswa perlu
diperkuat terus-menerus agar siswa memiliki Jumlah item angket mengenai pendekatan
motivasi belajar yang kuat dengan menciptakan manajemen kelas ada 34 butir. Dari hasil penelitian
suasana belajar yang mengembirakan. didapatkan bahwa variabel pelaksanaan
Situasi atau keadaan kelas yang termotivasi manajemen kelas terbukti 80 responden (72,08%)
dapat mempengaruhi proses belajar maupun termasuk dalam kualifikasi baik, 17 responden
tingkah laku siswa. Siswa yang termotivasi untuk (15,32%) termasuk dalam kualifikasi sangat baik
belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas dan 14 responden (12,6%) termasuk dalam
belajar yang sedang mereka kerjakan. Guru kualifikasi kurang baik. Skor rata-rata yang didapat
sebagai seorang pengajar juga harus menata dari variabel pelaksanaan pendekatan manajemen
lingkungan atau suasana belajar secara bijaksana, kelas adalah 99,58 yang berarti masuk dalam skala
sehingga siswa termotivasi untuk belajar interval 87-113. Dengan demikian dapat
mengetahui. disimpulkan bahwa pelaksanaan pendekatan
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui manajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01
pelaksanaan pendekatan manajemen kelas yang Malang berada dalam kualifikasi baik.
dilakukan oleh guru SD Negeri Karangwidoro 01 Jumlah angket dalam subvariabel pendekatan
Kecamatan Dau Kabupaten Malang, 2) pengubahan tingkah laku ada 20 butir. Hasil
mengetahui tingkat motivasi belajar siswa SD penelitian menunjukkan bahwa variabel
Negeri Karangwidor o 01 Kecamatan Dau pendekatan pengubahan tingkah laku adalah 67
Kabupaten Malang, dan 3) mengetahui hubungan responden (60,3%) termasuk dalam kualifikasi
antara pendekatan manajemen kelas yang baik, 14 responden (12,6%) termasuk dalam
dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar kualifikasi sangat baik dan 30 responden (27,1%)
dengan tingkat motivasi belajar siswa di SD Negeri termasuk dalam kualifikasi kurang baik. Skor rata-
Karangwidoro 01 Kecamatan Dau Kabupaten rata yang didapat dari variabel pelaksanaan
Malang. pendekatan Pengubahan Tingkah Laku adalah 55,2
yang berarti masuk dalam skala interval 52-67.
METODE
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pendekatan manajemen kelas di SD
Penelitian ini menggunakan pendekatan Negeri Karangwidoro 01 Malang berada dalam
kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif kualifikasi baik.
korelasional. Ditinjau dari variabel-variabelnya, Jumlah angket dalam sub variabel pendekatan
penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam Iklim Sosio-emosional ada 6 butir Hasil penelitian
110 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 108-113

menunjukkan bahwa variabel pendekatan iklim Jumlah pertanyaan dalam angket subvariabel
sosio emosional adalah 59 responden (53,2%) Motivasi Belajar Ekstrinsik ada 11 butir. Hasil
termasuk dalam kualifikasi baik, 33 responden penelitian menunjukkan bahwa variabel motivasi
(29,7%) termasuk dalam kualifikasi sangat baik belajar adalah 60 responden (54,1%) termasuk
dan 19 responden (17,1%) termasuk dalam dalam kualifikasi sangat baik, 48 responden
kualifikasi kurang baik. Skor rata-rata yang didapat (43,2%) termasuk dalam kualifikasi baik dan 3
dari variabel pelaksanaan pendekatan Iklim Sosio- responden (2,7 %) termasuk dalam kualifikasi
emosional adalah 18,4 yang berarti masuk dalam kurang baik. Skor rata-rata yang didapat dari
skala interval 16-20. Dengan demikian dapat variabel motivasi belajar adalah 36 yang berarti
disimpulkan bahwa pelaksanaan pendekatan masuk dalam skala interval 36-44. Dengan
manajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01 demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
Malang berada dalam kualifikasi baik. pendekatan manajemen kelas di SD Negeri
Jumlah angket dalam subvariabel pendekatan Karangwidoro 01 Malang berada dalam kualifikasi
Proses Kelompok ada 8 butir. Hasil penelitian sangat baik.
menunjukkan bahwa variabel pendekatan proses Hasil analisis korelasi Product Moment antara
kelompok adalah 46 responden (41,4%) termasuk pelaksanaan pendekatan manajemen kelas dengan
dalam kualifikasi baik, 62 responden (55,8%) motivasi belajar siswa di SD Negeri Karangwidoro
termasuk dalam kualifikasi sangat baik dan 3 01 dengan jumlah N = 111 diperoleh rxy = 0,702
responden (2,8 %) termasuk dalam kualifikasi sedangkan r tabel adalah 0,187 sehingga r hitung
kurang baik. Skor rata-rata yang didapat dari (0,702) > r tabel (0,187), dengan demikian maka
variabel pelaksanaan pendekatan Pr oses Hipotesis Nol (Ho) yang diajukan ditolak dengan
Kelompok adalah 26 yang berarti masuk dalam kata lain bahwa ada hubungan yang signifikan antara
skala interval 26-32. Dengan demikian dapat variabel pelaksanaan pendekatan manajemen kelas
disimpulkan bahwa pelaksanaan pendekatan dan variabel motivasi belajar siswa.
manajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01
Malang berada dalam kualifikasi sangat baik. PEMBAHASAN
Jumlah angket dalam subvariabel Motivasi
belajar ada 27 butir. Berdasarkan hasil penelitian Menurut Djamarah dan Zaini dalam Swardi
menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar (2008:108) secara sederhana pengelolaan kelas
adalah 48 responden (43,3%) termasuk dalam berarti kegiatan pengaturan kelas untuk
kualifikasi baik, 61 responden (54,9%) termasuk kepentingan pengajaran. Menurut Mulyasa
dalam kualifikasi sangat baik dan 2 responden (1,8 (2007:91) pengelolaan kelas merupakan
%) termasuk dalam kualifikasi kurang baik. Skor keterampilan guru untuk menciptakan iklim
rata-rata yang didapat dari variabel motivasi belajar pembelajaran yang kondusif dan
adalah 89 yang berarti masuk dalam skala interval mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
87-106. Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran.
bahwa pelaksanaan pendekatan manajemen kelas Berdasarkan analisis yang dilakukan maka
di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang berada diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
dalam kualifikasi sangat baik. sekitar 72,08 % dari 111 siswa kelas II sampai
Jumlah pertanyaan dalam angket subvariabel dengan kelas V di SD Negeri Karangwidoro 01
Motivasi Belajar instrinsik ada 16 butir. Hasil Kecamatan Dau Kabupaten Malang menyatakan
penelitian menunjukkanbahwa variabel motivasi bahwa guru mereka sering melakukan pendekatan
belajar adalah 74 responden (66,7%) termasuk manajemen kelas, 15,32% menyatakan selalu dan
dalam kualifikasi sangat baik, 36 responden 12,6 % menyatakan kadang-kadang. Hal ini
(32,4%) termasuk dalam kualifikasi baik dan 1 didukung dengan nilai rata-rata dari pendekatan
responden (1,8 %) termasuk dalam kualifikasi manajemen kelas yang menunjukkan nilai sebesar
kurang baik. Skor rata-rata yang didapat dari 99,58 dimana menurut kriteria skor dalam kuisioner
variabel motivasi belajar adalah 53,3 yang berarti penelitian ini nilai tersebut termasuk ke dalam
masuk dalam skala interval 53-64. Dengan kategori ser ing. Dengan demikian, dapat
demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan disimpulkan bahwa guru di SD Negeri
pendekatan manajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01 Kecamatan Dau Kabupaten
Karangwidoro 01 Malang berada dalam kualifikasi Malang sering menerapkan pendekatan
sangat baik. manajemen kepada peserta didiknya.
Sa’adah dkk, Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa 111

Berdasarkan angket yang disebarkan pada rata-rata pendekatan proses kelompok 26 dimana
111 responden tentang pendekatan pengubahan menurut kriteria skor dalam kuisioner penelitian
tingkah laku yang meliputi variasi dalam pemberian ini nilai tersebut termasuk ke dalam kategori selalu.
penguatan dan hukuman, car a pemberian menurut siswa di SD Negeri Karangwidoro 01
penguatan dan hukuman dan waktu memberikan Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang
penguatan dan hukuman maka diperoleh hasil menyatakan bahwa guru mereka selalu
penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 60,3% menerapkan pendekatan manajemen melalui
dari siswa kelas II sampai dengan kelas V di SD proses kelompok selama proses belajar mengajar.
Negeri Karangwidor o 01 Kecamatan Dau Salah satu aspek psikologis yang ada pada
Kabupaten Malang menyatakan bahwa guru diri seseorang adalah motivasi. Menurut Egsenck
mereka sering melakukan pendekatan manajemen (Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatu
kelas yaitu modifikasi perilaku adalah 27,1% proses yang menentukan tingkatan kegiatan,
menyatakan kadang-kadang, dan sisanya sekitar intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkah
126% menyatakan kondisi selalu, Hal ini didukung laku manusia. Seseorang termotivasi atau terdorong
dengan nilai rata-rata dari pendekatan pengubahan untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan
tingkah laku yang menunjukkan nilai sebesar 55,2 atau kebutuhan yang hendak dicapai. Secara
dimana menurut kriteria skor dalam kuisioner umum, motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu
penelitian ini nilai tersebut termasuk ke dalam motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi belajar
kategori ser ing. Dengan demikian, dapat pada penelitian ini menggunakan 2 indikator untuk
disimpulkan bahwa guru di SD Negeri mengukur persepsi siswa terhadap motivasi belajar
Karangwidoro 01 Kecamatan Dau Kabupaten yaitu motivasi belajar instrinsik dan motivasi
Malang sering menerapkan pendekatan ekstrinsik, berdasarkan angket yang disebarkan
manajemen yaitu modifikasi perilaku kepada diketahui bahwa sekitar 54,9% dari 111 siswa kelas
siswa-siswa didiknya. II sampai dengan kelas V di SD Negeri
Pendekatan manajemen iklim sosial emosional Karangwidoro 01 Kecamatan Dau Kabupaten
yang diterapkan oleh guru di SD Negeri Malang memiliki motivasi belajar yang baik, 43,3%
Karangwidoro 01 Kecamatan Dau Kabupaten memiliki motivasi yang sangat baik, dan sisanya
Malang menurut persepsi siswanya menunjukkan sekitar 1,2 % memiliki motivasi yang rendah. Hal
kondisi sering sekitar 53,2%, kadang-kadang ini didukung dengan nilai rata-rata dari motivasi
sekitar 24,3%, 15,3% menyatakan selalu, dan belajar siswa perilaku yang menunjukkan nilai
sisanya sekitar 7,2% menyatakan tidak pernah. sebesar 89, di mana menurut kriteria skor dalam
Nilai rata-rata persepsi siswa mengenai intensitas kuisioner penelitian ini nilai tersebut termasuk ke
penerapan pendekatan manajemen iklim sosial dalam kategori baik.Dengan demikian, motivasi
emosional yang dilakukan oleh guru di SD Negeri belajar siswa di SD Negeri Karangwidoro 01
Karangwidoro 01 Kabupaten Malang Kecamatan Dau Kabupaten Malang terkategori
menunjukkan nilai sebesar 18,4 dimana menurut baik.
kriteria skor dalam kuisioner penelitian ini nilai Hasil analisis statistika deskriptif diketahui
tersebut termasuk ke dalam kategori sering dengan bahwa sekitar 69,37% siswa memiliki motivasi
demikian berarti bahwa guru sering menerapkan belajar siswa di SD Negeri Karangwidoro 01
pendekatan manajemen iklim sosial emosional Kecamatan Dau Kabupaten Malang sering muncul
selama proses belajar mengajar. dari diri siswa sendiri, 25,23% menyatakan kadang-
Pendekatan manajemen yaitu pr oses kadang, 4,50% menyatakan selalu, dan 0,90%
kelompok yang diterapkan oleh guru di SD Negeri menyatakan tidak pernah. Nilai rata-rata persepsi
Karangwidoro 01 Kecamatan Dau Kabupaten yang menunjukkan bahwa motivasi siswa-siswa
Malang menurut persepsi siswanya menunjukkan di SD Negeri Karangwidoro 01 Kecamatan Dau
kondisi sekitar 41,4 %, guru sering menerapkan Kabupaten Malang cenderung sering berasal dari
pendekatan manajemen melalui proses kelompok, diri siswa sendiri.
55,8 % selalu 2,8% kadang-kadang. Hal ini Sedangkan hasil analisis data dari variabel
menunjukkan bahwa guru di SD Negeri motivasi ekstrinsik menunjukkan bahwa Sekitar
Karangwidoro 01 Kecamatan Dau Kabupaten 58,56% siswa sering kali mendapatkan motivasi
Malang selalu melakukan pendekatan manajemen belajar siswa berasal dari lingkungan sekitar, bukan
dalam menghadapi siswanya selama proses belajar dari diri siswa sendiri. Sekitar 32,43% motivasi
mengajar. Kondisi tersebut didukung dengan nilai belajar siswa kadang-kadang berasal dari
112 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 108-113

lingkungan, 7,21% selalu berasal dari lingkungan samping memaparkan hubungan keduanya secara
sekitar, dan 1,80% tidak pernah. menyeluruh juga memaparkan hubungan antara
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap pendekatan manajemen kelas dan motivasi
siswa-siswa di SD Negeri Karangwidoro 01 belajar siswa.
Kecamatan Dau Kabupaten Malang memiliki
motivasi belajar yang sering berasal dari faktor KESIMPULAN DAN SARAN
intrinsik bukan dari faktor ekstrinsik. Hal ini
didukung dengan nilai rata-rata skor sebesar 53,3% Kesimpulan
untuk indikator motivasi intrinsik sedangkan
Pelaksanaan pendekatan manajemen kelas
indikator motivasi ekstrinsik lebih rendah yaitu yang
di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang sudah baik,
35,6% membuktikan bahwa motivasi belajar siswa
yang berarti guru kelas II sampai dengan kelas V
lebih dominan berasal dari niat dan keinginan pribadi
telah melaksanakan pendekatan manajemen kelas
siswa.
yaitu pendekatan pengubahan tingkah laku,
Analisis data yang telah dilakukan untuk
pendekatan penciptaan iklim sosio–emosional dan
mencari apakah ada hubungan antara pelaksanaan
pendekatan proses kelompok. Namun dari ketiga
pendekatan manajemen kelas dan motivasi belajar
pendekatan tersebut pendekatan pengubahan
siswa di SD Negeri Karangwidoro 01 didapatkan
tingkah laku yang memiliki korelasi paling tinggi
bahwa terdapat hubungan yang signifikan, hal ini
dengan motivasi belajar siswa, disusul dengan
ditunjukkan oleh hasil pengolahan data yang telah
pendekatan sosio-emosional dan proses kelompok.
dilakukan dengan SPSS 10,0 for windows dengan
Tingkat motivasi belajar siswa kelas II sampai
menggunakan rumus Pearson Correlation
dengan kelas V di SD Negeri Karangwidoro 01
didapatkan nilai r hitung sebesar 0,702 dengan
Malang adalah sangat tinggi. Terdapat hubungan
tingkat signifikan sebesar 0,05 untuk r tabel dengan
yang kuat antara pelaksanaan pendekatan
jumlah responden 111 dengan tingkat kepercayaan
manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa.
95% atau tingkat kesalahan 5 % didapatkan r tabel
sebesar 0,187 hal ini dapat diartikan jika nilai r
hitung 0,702> r tabel 0,187 maka terdapat Saran
hubungan antara pelaksanaan manajemen kelas Berdasarkan hasil penelitian disebutkan
dengan motivasi belajar siswa. bahwa pelaksanaan pendekatan manajemen kelas
Sugiyono (2004:216) memberikan penafsiran di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang dalam
terhadap koefisien korelasi yang ditemukan kategori baik, namun untuk hasil penelitian tentang
tersebut untuk nilai r hitung 0,702 dapat dikatakan pendekatan sosio-emosional dan proses kelompok
bahwa hubungannya adalah termasuk kategori masih kurang optimal dalam pelaksanaannya. Guru
kuat, hal ini dapat difahami karena dari ketiga hendaknya lebih meningkatkan kemampuannya
pendekatan manajemen kelas kesemuanya dalam melaksanakan pendekatan sosio-emosional
memiliki hubungan dengan motivasi belajar siswa, dan proses kelompok dalam kegiatan belajar
pendekatan pengubahan tingkah laku memiliki mengajar di kelas agar dapat meningkatkan
hubungan dengan motivasi belajar siswa karena r motivasi belajar siswa.
hitung > r tabel (0,585 > 0,187), pendekatan Selain itu dari hasil penelitian tersebut bisa
penciptaan iklim sosio emosional juga memiliki dijadikan acuan bagi kepala sekolah untuk
hubungan dengan motivasi belajar siswa karena r mengadakan pembinaan guru, meningkatkan dan
hitung > r tabel (0,449 > 0,187) demikian pula mengembangkan kemampuannya dalam
dengan pendekatan proses kelompok karena r melaksanakan kegiatan manajemen kelas.
hitung r hitung > r tabel (0,318 > 0,187). Terutama dengan menggunakan pendekatan sosio
Keunggulan penelitian ini dibandingkan emosional dan pendekatan kelompok sehingga ada
dengan penelitian sebelumnya adalah bawasannya variasi belajar bagi siswa dalam mengikuti proses
penelitian terdahulu hanya menemukan hubungan belajar mengajar di kelas. Sehingga akan tercapai
antara manajemen kelas dan motivasi belajar siswa lingkungan belajar dan pembelajaran yang
secara menyeluruh, sedangkan penelitian ini di kondusif.
Sa’adah dkk, Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa 113

DAFTAR RUJUKAN

Dimyati dan Mudjiono.1994. Belajar dan Usman, M. U. 2003. Menjadi Guru Profesional.
Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ekosiswoyo, R. et.al, 1996. Manajemen Kelas Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Suatu Upaya untuk Memperlancar Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Kegiatan Belajar. Semarang: IKIP Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi.
Semarang Press. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Swardi. 2008. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rosdakarya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF
PSIKOLOGIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DI ERA GLOBALISASI DAN MULTIKULTURAL

Agustinus Hermino
Viengdavong Luangsithydeth

E-mail: agustinus_hermino@yahoo.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: Character education for students is education for shaping one’s personality through
character education, the results are seen in action the students, which is in good behavior, honest
responsible, respect for others, hard work, and so on. In the era of globalization, multicultural present,
the character education is essential in order to become the norm in the lives of students. The importance
of character education in schools, it requires school leaders to have a good insight into the
implementation of character education in the schools they lead.

Abstrak: Pendidikan karakter bagi siswa adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang
melalui pendidikan budi pekerti. Hasilnya terlihat dalam tindakan nyata para siswa, yaitu dalam
tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Di era globalisasi yang multikultural dewasa ini, pendidikan karakter sangat penting guna menjadi
norma dalam kehidupan siswa. Pentingnya pendidikan karakter di sekolah, menuntut pemimpin sekolah
untuk mempunyai wawasan yang baik terhadap penerapan pendidikan karakter di sekolah yang
dipimpinnya.

Kata kunci: pendidikan karakter, perspektif psikologis, era globalisasi, multikultural

Pendidikan adalah kata kunci dalam setiap usaha dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan dan
meningkatkan kualitas kehidupan manusia, dimana kepribadian unggul.
didalamnya memiliki peranan dan objektif untuk Sebagai suatu proses, pendidikan dimaknai
‘memanusiakan manusia. Pendidikan pada sebagai semua tindakan yang mempunyai efek
hakekatnya adalah proses pematangan dan pada perubahan watak, kepribadian, pemikiran, dan
pendewaan diri. Melalui proses tersebut diharapkan perilaku. Dengan demikain, pendidikan bukan
manusia dapat memahami apa arti dan hakekat sekedar pengajaran dalam arti kegiatan
hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan mentransfer ilmu, teori, dan fakta-fakta akademik
tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena semata, serta pencetakan ijasah semata. Lebih
itulah fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan dalam lagi, pendidikan pada hakekatnya
kepribadian unggul dengan menitik-beratkan pada merupakan proses pembebasan peserta didik dari
proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dan ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidak-
keimanan. Puncak pendidikan adalah tercapainya berdayaan, ketidakbenaran, ketidak-jujuran, dan
titik kesempurnaan kualitas hidup. dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan
Pengertian dasar pendidikan adalah proses (Mulyasana, 2011:2).
menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi Kompleksitas sistem pendidikan yang ada di
dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, Indonesia khususnya, mengharuskan pendidik
watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara dapat memposisikan dirinya bukan hanya sebagai
utuh. Pendidikan tidak dimaksudkan untuk pengajar saja tetapi lebih dalam kapasitas sebagai
mencetak karakter dan kemampuan peserta didik seorang pendidik, yang dengan tulus mencurahkan
sama seperti gurunya. Proses pendidikan diarahkan energi dan kemampuannya untuk mencerdasakan
pada proses berfungsinya semua potensi peserta peserta didiknya. Dengan demikian, maka sebuah
didik secara manusiawi agar mereka menjadi pendidikan yang dibangun di atas

114
Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 115

kelemahlembutan, lebih mudah membuahkan hasil karakter anak di sekolah, menjadi sesuatu yang
dari pada pendidikan yang dibangun di atas dapat disalurkan pada aktifitas-aktifitas positif pada
kekerasan, dan intimidasi (Kazhim, 2011: 42). anak-anak sekolah di Amerika Serikat (USA) telah
Berkenaan dengan pendidikan karakter banyak dilakukan oleh para pakar pendidikan,
(Gunawan, 2012) adalah pendidikan untuk diantaranya Kohlberg (dalam Welton & Mallan,
membentuk kepribadian seseorang melalui 1981) yang meneliti tentang pendidikan moral
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam strategi pembelajaran pada anak-anak;
dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku Moore (dalam Spodek, 1982) yang meneliti tentang
yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hubungan sosial anak-anak di kelas dan sekolah
orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Pernyataan sebagai pengaruh dalam pembelajaran moral di
tersebut selaras dengan yang pernah ditulis kelas; Bushell (dalam Spodek, 1982) yang meneliti
sebelumnya oleh Jessup (1969: 4) yaitu “The first tentang model pembelajaran moral di kelas pada
function of education in human society, in point anak-anak di sekolah; Conant (dalam Roche, 1985)
of time, is to direct and accelerate learning in yang meneliti tentang pengembangan kurikulum di
such a way that the rising generation will be sekolah berkenaan dengan pendidikan moral;
well prepared for adult life”. McDonald (dalam Olsen & Fuller, 2003) yang
Dalam perkembangan Bangsa Indonesia, meneliti tentang peran pendampingan guru dan
Bapak pendiri Bangsa Indonesia, yaitu presiden orangtua pada anak-anak; Yin Lim (dalam Olsen
pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno & Fuller, 2003) yang meneliti tentang model
menyatakan bahwa “Bangsa ini harus dibangun keterlibatan orangtua pada pendidikan anak-anak
dengan mendahulukan pembangunan karakter di taman kanak-kanak; Glessner (dalam Olsen &
(character building) karena character building Fuller, 2003) yang meneliti tentang model
inilah akan membuat Indonesia menjadi bangsa keterlibatan orangtua pada pendidikan anak-anak
yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat, kalau di sekolah dasar; Cornell, Peterson, & Richards
character building ini tidak dilakukan, maka (1999) yang meneliti tentang hubungan marah
bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”. dengan situasi sosial bawaan, yang selanjutnya
Sementara itu, di dalam kebijakan nasional, akan dibawa hingga ke sekolah. Pada penelitian
antara lain ditegaskan bahwa pembangunan tersebut, ditemukan bahwa amarah merupakan
karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam faktor predisposisi dari perilaku agresif dan amarah
proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal itu paralel dengan dorongan agresi (Berkowitz,
kemerdekaan, bangsa Indonesia telah bertekad 2003).
untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa Berkenaan dengan era globalisasi dan
sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari multikultural, hal ini seperti dikemukakan dalam
pembangunan nasional. Hal ini juga seperti penelitian yang dilakukan oleh Fallon dan Barnett
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 (2009) bahwa berkenaan dengan era globalisasi,
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka peran guru bersama para administrator
yang pada pasal 3 yang menegaskan bahwa: sekolah har us berkerja bersama untuk
meningkatkan kualitas siswanya baik dari sisi
Pendidikan nasional berfungsi akademis maupun non akademis sehingga dapat
mengembangkan kemampuan dan dicapai hasil pembelajaran yang maksimal.
membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka METODE
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi Penelitian ini menggunakan pendekatan
peserta didik agar menjadi manusia yang kajian pustaka. Sedangkan tujuannya adalah untuk
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang mendapatkan model dan strategi pendidikan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, karakter pada siswa Sekolah Menengah Pertama
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan (SMP) berkenaan dengan era globalisasi dan
menjadi warga negara yang demokratis multikultural dengan mengacu pada kajian hasil-
serta bertanggung jawab. hasil penelitian relevan. Pemaknaan terhadap data
dilakukan berdasarkan kedalaman atas fakta-fakta
Lebih lanjut, penelitian-penelitian pendukung yang diperoleh pada penelitian oleh para peneliti
berkenaan dengan psikologi dalam pendidikan sebelumnya, yang selanjutnya dimaknai untuk
116 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

mendapatkan model yang cocok dan relevan accumulation of gradual learnings, of changes
dengan situasi di Indonesia. Penelitian ini in specific behaviors”.
diharapkan dapat menemukan pola atau strategi Berkenaan dengan nilai-nilai pembelajaran
pendidikan karakter pada siswa Sekolah Menengah yang terkandung dalam muatan kurikulum, maka
Pertama (SMP) berkenaan dengan era globalisasi penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
dan multikultural. sebelumnya (Misco, 2007; Peng, et.al., 2013;
Pembahasan secara mendalam didukung Agrawal, 2013; Mason, 2013) dikemukakan bahwa
dengan hasil-hasil penelitian atau pendapat oleh kurikulum yang digunakan pada sekolah-sekolah
para peneliti sebelumnya tersebut adalah sejalan adalah kurikulum yang hendaknya relevan dengan
dengan yang dikemukakan oleh Creswell (2009: kebutuhan sekolah tersebut, baik untuk
25) yaitu “The literature review accomplishes kepentingan akademis, maupun berkenaan dengan
several purposes. It shares with the reader the perkembangan moral bagi anak-anak di sekolah
result of other studies that are closely related tersebut yang tetap dalam kaidah nilai-nilai yang
to the on being undertaken”. Demikian pula menjadi kekhasan dalam pendidikan di sekolah-
McAlpine & Amundsen (2011:211), yaitu: sekolah yang ada. Terhadap nilai-nilai tersebut,
maka hal ini juga sejalan seperti yang dikemukakan
We must recognize that we benefit as oleh Allport, sebagaimana dikutip oleh Kadarusmadi
well and will be able to apply our learning (1996: 55) menyatakan bahwa nilai adalah: “a
to various academic roles (researchers, belief upon which a man acts by preference. It
supervisors, teachers, program is this a cognitive, a motor, and above all, a
directors). This approach to knowledge deeply propriate disposition”. Pengertian
and identity development has the tersebut berarti bahwa nilai itu merupakan
potential to bring about individual change kepercayaan yang dijadikan preferensi manusia
in ways of thinking and acting, even if dalam tindakannya. Manusia menyeleksi atau
institutional change is not yet an memilih aktivitas berdasarkan nilai yang
outcome. dipercayainya. Begitu pula Ndraha (1997: 27-28)
menyatakan bahwa nilai bersifat abstrak, karena
Selanjutnya Mertens (2010: 225) juga itu nilai pasti termuat dalam sesuatu. Sesuatu yang
menegaskan perihal penelitian kualitatif, yaitu: memuat nilai (vehicles) ada empat macam, yaitu:
“There are key words associated with raga, perilaku, sikap, dan pendirian dasar.
qualitative methods include complexity, Terhadap kemampuan guru di dalam
contextual, exploration, discovery, and mengajarkan pendidikan karakter di sekolah, hal ini
inductive logic”. Berdasarkan pendapat ilmiah seperti yang telah dilakukan oleh para peneliti
tersebut, hasil pembahasan dalam penelitian ini sebelumnya (Mayer, et.al., 2004; Chan, 2011;
diharapkan dapat menemukan makna dan Skaalvik & Skaalvik, 2013; Kopnina, 2013; Mills &
memberikan kontribusi pada temuan relevan. Quinn, 2013; Twigg, et.al., 2013), bahwa sangat
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para diperlukan dalam memahami situasi yang ada, baik
peneliti sebelumnya (Misco, 2007; Chattopadhay, diri siswa maupun di dalam sekolah. Hal ini penting
2013; Holgado, et.al., 2013; Wagner, 2013) karena dengan adanya pemahaman yang baik oleh
mengemukakan bahwa pendidikan karakter sangat guru ketika memberi pelajaran di sekolah, dimana
penting diberikan kepada anak-anak di sekolah, hal di dalam mata pelajaran terkandung nilai-nilai
ini agar anak-anak mengerti akan pentingnya nilai- pendidikan karakter yang hendak dicapai, maka
nilai moral kemanusiaan dan dapat menghormati secara tidak langsung guru pun telah memberikan
terhadap situasi dan kondisi lingkungannya. pemahaman yang baik bagi siswa untuk bagaimana
Ditegaskan pula, bahwa pendidikan karakter seharusnya dalam belajar, dan hal ini dapat dilakukan
sangat bermanfaat dalam menyiapkan siswa dalam sejak pendidikan usia dini. Bahkan hasil penelitian
kehidupan di era globalisasi. Kondisi tersebut oleh Mayer, et.al. (2004) ditegaskan bahwa dengan
sejalan seperti yang dikemukakan oleh Carol pemahaman pendidikan karakter yang baik bagi para
Copple, Richard de Lisi, dan Irving Sigel seperti siswa, maka sebenarnya telah memposisikan siswa
tertulis (dalam Spodek, 1982: 3), yaitu “… The tersebut dalam kondisi keseimbangan Emotional
development of the child is viewed as simple Intelligence (EI) yang baik.
one type of behavioral change. For the leaning Pendidikan karakter di era globalisasi, tidak
theorist, intellectual development consists of an berlaku hanya bagi siswa-siswa yang berada di
Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 117

daerah perkotaan saja atau pada sekolah-sekolah Salah satu tokoh yang mencetuskan
yang mempunyai siswa yang heterogen, tetapi juga tentang teori perkembangan adalah Erik Erikson
berlaku bagi semua pendidikan disegala daerah. (1920-1994), yang merupakan seorang psikoanalis.
Hal ini seperti hasil penelitian oleh para peneliti Di dalam teori perkembangan yang dikemukakan
sebelumnya (Hannum, et.al., 2013; Sargent, et.al., olehnya, Erikson memberikan banyak penekanan
2013; Scherrer, 2013; Twigg, et.al. 2013), pada aspek-aspek sosial dan budaya
dikemukakan bahwa pendidikan di daerah yang perkembangan, ser ta meyakini bahwa
jauh dari kota pun tetap perlu mendapatkan dan perkembangan berlangsung seumur hidup, bukan
memahami pentingnya pendidikan karakter di sekedar pengalaman-pengalaman masa kanak-
sekolah. Namun demikian untuk sekolah-sekolah kanak yang menentukan kesehatan psikologis di
yang terletak jauh dari perkotaan, dimana budaya masa dewasa. Terhadap tahap perkembangan
masih dijunjung kuat sebagai norma kehidupan. tersebut, didasarkan atas dasar keberhasilan
Maka pembelajaran pendidikan karakter tidak akan penuntasan tahap sebelumnya dan tantangan-
sesulit ketika mengajarkannya pada siswa di tantangan dalam setiap tahap yang tidak
daer ah perkotaan, dimana pola pikir dan dituntaskan dengan baik kemungkinan akan muncul
kemajemukan dalam kehidupan sehari-hari dapat kembali berupa masalah-masalah di masa
mempengaruhi perkembangan kepriba-dian dan mendatang (Upton, 2012: 22).
perilaku siswa. Berkenaan dengan masa remaja, Erikson
Kepemimpinan pendidikan yang dalam hal ini juga memberikan pandangan bahwa masa remaja
adalah kepala sekolah, juga menjadi kajian dalam sebagai periode hiruk-pikuk, penuh kekacauan dan
penerapan pendidikan karakter. Hal ini seperti hasil kebimbangan yang disebabkan oleh perubahan-
penelitian oleh para peneliti sebelumnya (Shockley, perubahan hormonal dan krisis-krisis identitas.
2008; Mills & Quinn, 2013; Fallon & Barnett, 2009; Begitu pula Uston (2012) juga menegaskan bahwa
Greenberg, et.al., 2007; Kalargyrou, et.al, 2012) bagi minoritas remaja, masa remaja dapat sangat
yaitu bahwa sebagai seorang pemimpin pendidikan bermasalah. Meski demikian, penting untuk
maka kepala sekolah harus dapat mencermati mengetahui bahwa anak-anak yang mengalami
keragaman yang ada pada sekolah tersebut, baik masa emosional di masa remaja biasanya memiliki
dari sisi siswanya maupun kondisi lingkungan masalah emosional yang sudah terjadi sebelumnya,
sekolah, sehingga dengan demikian sekolah dapat perkembangan identitas dimasa remaja terkait
memposisikan keberadaannya pada situasi dan dengan pencarian identitas diri, sehingga
kondisi kebutuhan yang diperlukan oleh para memungkinkan identitasnya menjadi tidak stabil,
siswanya, bukan hanya disekolah saja tetapi akan serta para remaja yang nakal kemungkinan telah
dibawa pada kehidupan sosial masyarakat di luar memiliki masalah-masalah perilaku semasa kanak-
sekolah. kanaknya.
Kondisi psikologis yang ada pada siswa-siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN remaja yang dalam hal ini adalah siswa siswi
Sekolah Menengah Pertama (SMP), hal ini juga
Psikologi Perkembangan Siswa Sekolah Menengah sejalan seperti dikemukakan oleh Berkowitz
Pertama (2008) dalam Samani & Hariyanto (2011: 16)
Secara umum, istilah perkembangan manusia bahwa: 1) satu-satunya cara untuk membangun
merujuk pada bagaimana manusia tumbuh, dunia yang lebih ber moral adalah dengan
menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang menciptakan manusia yang lebih bermoral; 2)
perjalanan hidup mereka, melalui perkembangan pentingnya perwujudan kata pepatah yang
fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan mengatakan “Perilaku anak adalah satu-satunya
sosioemo-sional, perkembangan kognitif atau bahan pertanggungjawaban yang dapat diminta
pikiran, serta perkembangan bahasa (Slavin, 2008: kepada orangtua (a child is the only substance
40). Sejalan dengan hal tersebut Upton (2012:2) from which a responsible adult can be made)”;
mengemukakan bahwa perkembangan manusia 3) sekolah memiliki peranan dan pengaruh yang
merupakan bagian dari psikologi perkembangan, kuat dan ekstensif terhadap para muda karena
yang dalam hal ini adalah studi ilmiah tentang mereka menghabiskan sebagian besar waktunya
perubahan-perubahan pikiran dan perilaku yang bertahun-tahun, sejak masih anak-anak sampai
berkaitan dengan usia. dewasa di sekolah.
118 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

Nilai dalam Pendidikan Karakter Dari berbagai pendapat di atas, dapat


dimengerti bahwa nilai merupakan suatu keyakinan
Dalam kajian lebih dalam, istilah “nilai” tidak
atau kepercayaan yang menjadi dasar bagi
mudah untuk diberikan batasan secara pasti. Ini
seseorang atau sekelompok orang untuk memilih
disebabkan karena nilai merupakan sebuah yang
tindakannya, atau menilai sesuatu yang bermakna
realitas yang abstrak (Ambroisje dalam Kaswardi,
atau tidak bermakna bagi kehidupannya.
1993). Begitu pula menurut Rokeach dan Bank
Sedangkan sistem nilai adalah suatu peringkat yang
(dalam Thoha, 1996), nilai adalah suatu tipe
didasarkan pada suatu peringkat nilai-nilai seorang
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup
individu dalam hal intensitasnya. Dengan demikian
sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak
untuk mengetahui atau melacak sebuah nilai harus
atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai
melalui pemaknaan terhadap kenyataan-
suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.
kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola
Ini berarti hubungannya dengan pemaknaan atau
pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.
pemberian arti suatu objek.
Pemaknaan tersebut merupakan bentuk dari
Nilai juga dapat diartikan sebagai sebuah
kematangan spiritual dan kematangan fungsi
pikiran (idea) atau konsep mengenai apa yang
mental. Untuk kematangan spiritual, hal ini sejalan
dianggap penting bagi sesorang dalam
dengan yang dikemukakan dalam Soedjatmoko
kehidupannya (Fraenkel dalam Thoha, 1996).
(2010: 179) yaitu bahwa menghadapi masa depan
Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidak
yang serba tidak pasti ini, langkah dasar lain yang
menuntut adanya pembuktian empirik, namun lebih
timbul di berbagai masyarakat ialah usaha untuk
terkait dengan penghayatan dan apa yang
mengembangkan dan menyebarluaskan suatu sikap
dikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atau
mental bar u, yang mampu member ikan
tidak disenangi oleh seseorang. Nilai-nilai memiliki
kemantapan spiritual. Sedangkan sehubungan
dua macam atribut, yaitu isi dan intensitasnya.
dengan kematangan fungi mental, maka Vygotsky
Atribut isi (content) adalah berkaitan dengan
(dalam Adisusilo, 2012: 169) menandaskan bahwa
apakah sesuatu itu penting. Sedangkan atribut
kematangan fungsi mental anak justru terjadi lewat
intensitas menyangkut sejauh mana tingkat
proses kerja sama dengan orang lain.
kepentingannya. Ketika kita merangking nilai-nilai
seseorang berdasarkan intensitasnya, kita
mendapatkan sistem nilai dari orang tersebut. Pada Peranan Kepala Sekolah
dasarnya semua orang memiliki hirarki nilai yang Peran kepala sekolah dalam mempimpin
membentuk sistem nilai pribadinya. Sistem ini dapat sekolah mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai
diketahui melalui pandangan orang tentang tingkat pemimpin dan manajer dalam bidang pendidikan
kepentingan suatu nilai seperti kemerdekaan disekolah yang dipimpinnya; sebagai pemimpin
(kebebasan), kesenangan, harga diri, kejujuran, sekolah untuk menakodai jalannya roda organisasi
kepatuhan, dan kesamaan. sekolah dan menghasilkan siswa-siswa berprestasi
Rokeach dalam Ndraha (1997: 20) dan berbudi pekerti baik; dan sebagai pengayom
menyatakan “A value system is a learned semua warga sekolah agar secara bersama bahu
organization of principles and rules to help one membahu memajukan pendidikan di sekolah
choose between alternatives, solve conflict, and tersebut. Kondisi ini juga seperti dikemukakan oleh
make decision.” Artinya suatu sistem nilai Maxwell (dalam Simon, 2010: 16) bahwa agar
merupakan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang maju dalam kepemimpinan sekolah, maka kepala
dapat dipelajari dalam suatu organisasi untuk sekolah perlu dahulukan kepentingan sekolah.
membantu seseorang memilih di antara berbagai Pemimpin sejati adalah melayani, yaitu melayani
alternatif, menyelesaikan konflik dan membuat orang lain, melayani kepentingan mereka, dan
keputusan. Lebih lanjut diungkapkan oleh Fraenkel dalam melakukannya takkan selalu popular, takkan
pada tahun 1973 (dalam Welton & Mallan, 1981: selalu mengesankan. Pendapat tersebut juga
155) “No one has ever seen a value. Like sejalan dengan yang dikemukakan dalam Mulyasa
concepts and ideas, values exist only in our (2011: 67) bahwa secara sederhana kepemimpinan
minds. Values are standards of conduct, beauty, kepala sekolah dapat diartikan sebagai cara atau
efficiency, or worth that individuals believe in usaha kepala sekolah dalam memengaruhi,
and try to live up to or maintain”. mendorong, membimbing, mengarahkan,
memberdayakan, dan menggerakkan guru, staf,
Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 119

peserta didik, orangtua peserta didik, komite


sekolah, dewan pendidikan, dan pihak lain yang Guru pada tataran kelas maupun sekolah juga
terkait, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. bertugas untuk memberikan keteladanan pagi para
Berkenaan dengan kepemimpinannya, kepala siswa. Adanya keteladanan yang dicontohkan serta
sekolah sebagai leader sekaligus sebagai manager diwacanakan oleh kepala sekolah pada sekolah
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, yang dipimpinnya, dan hal ini juga sejalan dengan
dan guru merupakan leader dan manager dalam yang dikemukakan oleh Dakir (2010: 101) “….
pelaksanaan pendidikan karakter di kelas (Wiyani, Penanaman pengertian yang benar dan yang
2012: 68). Kepala sekolah memberikan instruksi selanjutnya kalau langkah-langkah tersebut dapat
kepada guru untuk memimpin dan me-manage para dilaksanakan dengan baik, diharapkan bagi peserta
siswa melalui kegiatan transformasi nilai-nilai luhur didik akan mempunyai sikap (attitudes), kemudian
berdasarkan aturan yang ada maupun kekhasan nilai (values), dan akhirnya terbentuklah suatu
nilai-nilai pendidikan yang ada pada sekolah yang kepribadian (personality) yang agamis”.
dipimpinnya. Terhadap hal ini juga seperti Berkenaan dengan penyiapan Rencana
dikemukakan World Bank (1999) dalam Rivai & Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka guru
Murni (2009: 789) “Give people a handout or a dalam hal ini haruslah cermat dan professional agar
tool, and they will live a litte better. Give them nilai-nilai karakter yang diharapkan dapat dicapai
an education, and they will change the world”. oleh para siswa. Pada hal tersebut, maka guru juga
Terhadap hal ini maka kepala sekolah pada sekolah harus dapat mengintegrasikan kondisi sekolah pada
perlu menekankan kepada para guru untuk pembelajaran yang dilakukan di kelas, sehingga
menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah disiapkan oleh guru dan disetujui
(RPP) dengan baik serta mencantumkan indikator oleh kepala sekolah dapat dilaksanakan dengan
karakter yang ingin dicapai dalam pembelajaran baik. Terhadap hal ini, Fitri (2012: 46) juga
tersebut. mengemukakan bahwa strategi pendidikan
karakter dapat dilihat dalam empat integrasi, yaitu:
1) integrasi ke dalam mata pelajaran, 2) integrasi
Peran Guru dalam Tataran Kelas melalui pembelajaran tematik, 3) integrasi melalui
Guru memegang peranan yang sangat penciptaan suasana berkarakter dan pembiasaan,
stretegis terutama dalam membentuk karakter serta 4) integrasi melalui kegiatan ektrakurikuler, dan 5)
mengembangkan potensi siswa. Keberadaan guru integrasi antara program pendidikan sekolah,
yang handal di sekolah, baik secara perilaku keluarga, dan masyarakat.
maupun akademis pada saat pembelajaran akan Di lain pihak, peran guru Bimbingan
memposisikan guru sebagai sosok yang digugu Konseling (BK) merupakan sebuah kebutuhan di
dan ditiru. Pada sekolah pada umumnya, peran sekolah sebagai pendukung pelaksanaan program
guru sebagai role model akan sangat terlihat. Hal pendidikan karakter, dan juga sebagai salah satu
ini karena disekolah guru merupakan sumber bentuk kepedulian dari sekolah untuk membantu
pengetahuan bagi siswa. Pembangunan karakter mengatasi terhadap siswa yang mempunyai
tidak hanya sebatas dalam kebiasaan menasihati masalah, sehingga masalah bisa terpecahkan dan
siswa. Karakter hanya terbentuk dengan siswa tetap dapat belajar dan berprestasi di sekolah
persentuhan kualitas kepribadian dalam proses tersebut. Hal ini juga seperti dikemukakan dalam
belajar bersama (Noor, 2012: 124). Hamalik (2010: 183) bahwa guru memegang
Pada tataran kelas, guru merupakan faktor peranan utama dan bertanggung jawab
penting yang besar pengaruhnya terhadap membimbing para siswa untuk mengembangkan
keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, potensi yang dimilikinya dan membantu
bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya memecahkan masalah dan kesulitan para siswa
peserta didik dalam mengembangkan pribadinya yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa
secara utuh (Mulyasa, 2011: 63). Dikatakan tersebut mampu secara mandiri membimbing
demikian, karena guru merupakan figur utama dirinya sendiri.
serta contoh dan teladan bagi siswa. Oleh karena
itu, dalam pendidikan karakter guru harus mulai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dari dirinya sendiri agar apa-apa yang dilakukannya Berkarakter
dengan baik menjadi baik pula pengaruhnya
Joseph dan Leonard tahun 1982 (dalam
terhadap siswa.
Mulyasa, 2011: 85) mengemukakan bahwa
120 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

“Teaching without adequate written planning is jenjang pendidikan anak usia dini. Adapun alasan
sloopy and almost always ineffective, because rasional dari “experience and concept learning”
the teacher has not thought out exactly what to tersebut adalah: (1) Bahwa pada masa pendidikan,
do and how to do it”. Kutipan ini bermakna akan usia anak merupakan masa peka yang penting bagi
pentingnya RPP bagi suksesnya pelaksanaan anak untuk mendapatkan pendidikan. (2)
pendidikan karakter di sekolah. Guru professional Pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan,
harus mampu mengembangkan RPP berkarakter termasuk stimulasi yang diberikan oleh orang
yang baik, logis, dan sistematis, karena di samping dewasa akan memperngaruhi kehidupan anak di
untuk melaksanakan pembelajaran, RPP tersebut masa mendatang. (3) Bahwa dengan kondisi
mengemban “professional accountability”, nomor 1 dan 2 diatas, maka diperlukan upaya yang
sehingga guru dapat mempertanggungjawabkan apa mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh
yang dilakukannya. RPP berkarakter yang kembangnya berupa kegiatan pendidikan dan
dikembangkan guru memiliki makna yang cukup pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan
mendalam bukan hanya kegiatan rutinitas untuk minat anak. (4) Selanjutnya dengan kondisi nomor
memenuhi kelengkapan administratif, melainkan 3 diatas, maka tingkat pencapaian perkembangan
cermin dari pandangan, sikap dan keyakinan yang terjadi pada setiap anak adalah
professional guru mengenai apa yang terbaik untuk menggambarkan rentang pertumbuhan dan
siswanya. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki perkembangan yang mungkin dilalui dan dicapai
RPP yang matang sebelum melaksanakan anak secara berurutan dan berkesinambungan.
pendidikan karakter, baik persiapan tertulis maupun Dan (5) Bahwa tingkat perkembangan yang
tidak tertulis. dicapai anak pada masa tersebut akan menjadi
Sehubungan dengan RPP berkarakter dasar pendapaian perkembangan pada tahap
tersebut, Mulyasa (2011: 84) mengemukakan berikutnya.
bahwa terdapat beberapa hal penting yang perlu Penjabaran di atas juga sejalan dengan yang
diperhatikan, yaitu: a) RPP berkarakter dipandang dikemukakan oleh Carol Copple, Richard de Lisi,
sebagai suatu proses yang secara kuat diarahkan dan Irving Sigel seperti tertulis dalam Spodek (1982:
pada tindakan mendatang, misalnya untuk 3), yaitu “… The development of the child is
pembentukan karakter, dan mungkin akan viewed as simple one type of behavioral
melibatkan orang lain, seperti pengawas, dan change. For the leaning theorist, intellectual
komite sekolah; b) RPP berkarakter diarahkan development consists of an accumulation of
pada tindakan di masa mendatang (future action), gradual learnings, of changes in specific
yang dihadapkan kepada berbagai masalah, behaviors”. Dengan demikian, mengetahui
tantangan, dan hambatan yang tidak jelas, dan tidak pengelolaan pendidikan karakter disekolah pada
pasti (semerawut/chaos); dan c) RPP berkarakter anak-anak, khususnya pada anak usia remaja di
sebagai bentuk kegiatan perencanaan erat Sekolah Menengah Pertama (SMP), harus
hubungannya dengan bagaimana sesuatu dapat dicermati secara sistem, mulai dari tingkat individu
dikerjakan. Oleh karena itu, RPP yang baik adalah anak, kelompok, hingga pada konteks sekolah. Hal
yang dapat dilaksanakan secara optimal dalam ini adalah dalam rangka menciptakan program yang
pembelajaran dan pembentukan karakter peserta cocok bagi sekolah dalam mencermati pengelolaan
didik. pendidikan karakter anak, sejak awal tahun ajaran
baru di sekolah. Adapun informasi awal terhadap
Pembelajaran Pengalaman situasi dan kondisi secara keseluruhan dari anak-
anak yang akan diterima pada tahun ajaran baru
Konsep “pembelajaran pengalaman” yang disekolah adalah berdasarkan informasi dari
selanjutnya dapat diartikan dalam bahasa Inggris orangtua calon siswa sekolah tersebut saat
dengan istilah learning experience. Berkenaan dilakukan wawancara oleh pihak sekolah kepada
dengan hal tersebut, Welton dan Mallan (1981) masing-masing orangtua dan anak.
memberi istilah sebagai “experience and concept Berdasarkan keseluruhan penjelasan diatas,
learning”, yaitu sebuah sistem pembelajaran yang maka konsep pendidikan karakter dalam perspektif
dirancang berdasarkan usia anak-anak yang psikologis siswa Sekolah Menengah Pertama
dipadukan dengan pengalaman anak dan (SMP) di era globalisasi dan multikultural, dapat
pengalaman guru yang dirancang sedemikian rupa digambarkan bahwa seperi pada Gambar 1 di
disesuaikan dengan tahapan umur anak pada bawah ini.
Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 121

mental infl uences. In this conception


Managing Mainstream of reciprocal determinism, (a)
Systems personal factors in the form of
cognitions, affects, and biological
Managing Groups events, (b) behaviors, and (c)
environmental influences, create
interactions that result in a triadic
Managing reciprocality. Social cognitive theory
Individuals is rooted in a view of human agency
in which individuals are proactively
engaged in their own development
and can largely determine the
outcomes of their actions. Individuals
Gambar 1 Tiga Level Intervensi dalam
Pengelolaan Pendidikan Karakter
are imbued with certain capabilities
that define what it is to be human.
Merujuk dari gambar di atas, terdapat tiga Primary among these are the
level intervensi yang harus dicermati dalam capabilities to symbolize, plan
pengelolaan pendidikan karakter yaitu: 1) alternative strategies (forethought),
managing individual, yang dalam hal ini adalah learn through vicarious experience,
pada tataran siswa. Pada level ini semua informasi self-regulate, and self-reflect.
mengenai kondisi anak akan dicermati oleh guru
secara individu, khususnya bagi anak-anak yang KESIMPULAN
mempunyai masalah khusus terutama dari kondisi
Karakteristik pendidikan karakter pada
lingkungan keluarga. Peran guru, khususnya wali
Sekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya:
kelas sangat penting pada tahap ini karena selain
a) mengedepankan keterlibatan semua guru; b)
berperan sebagai pengajar dan pendidik, maka wali
melibatkan warga sekolah sehubungan dengan
kelas adalah wakil orangtua yang diharapkan dapat
kekhasan sekolah; c) melibatkan ahli pendidikan
menjadi pendukung bagi perkembangan dan
dalam rangka merencanakan kurikulum pendidikan
kemajuan pendidikan bagi anak tersebut; 2)
karakter yang sejalan dengan situasi dan kondisi
managing groups, yang dalam hal ini adalah pada
sekolah; d) perencanaan yang mengedepankan
tataran kelas. Peran masing-masing guru mata
“experience and concept learning”, yaitu
pelajaran dalam berkoordinasi dengan wali kelas
sebuah sistem pembelajaran yang dirancang
sangat penting, karena setiap guru mata pelajaran
berdasarkan usia anak-anak yang dipadukan
akan mencermati setiap siswanya dalam kelas
dengan pengalaman anak dan pengalaman guru
yang selanjutnya akan dikoordinasikan dengan wali
yang dirancang sedemikian rupa disesuaikan
kelas; dan 3) managing mainstream systems, yang
dengan tahapan umur anak pada jenjang
dalam hal ini adalah pada tataran sekolah. Peran
pendidikan siswa Sekolah Menengah Pertama; dan
guru mata pelajaran, wali kelas, dalam
e) menggunakan rambu-rambu perundang-
berkoordinasi dengan kepala sekolah sangat
undangan yang diisyaratkan oleh negara sebagai
penting guna mencermati proses belajar mengajar
dasar perencanaan.
secara keseluruhan, serta kebijakan sekolah dalam
Karakteristik pelaksanaan pendidikan
hal perilaku siswa dalam pendidikan. Berkenaan
karakter pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dengan keseluruhan penjelasan tersebut, hal ini juga
meliputi: a) kepala sekolah sebagai leader dan
sejalan dengan teori pendukung, seperti teori sosial
manager dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah;
kognitif seperti yang dikemukakan oleh Bandura
b) komite sekolah supporting partner dalam
(1986) dalam Wentzel & Wigfield (2009: 35)
mendukung seluruh pelaksanaan kurikulum di
sebagai berikut:
sekolah, c) guru sebagai center person dalam
pelaksanaan kurikulum di kelas, d) siswa sebagai
In Bandura’s (1986) social cognitive
target point dalam pelaksanaan pendidikan
theory, human functioning results
karakter pada sekolah, e) sekolah secara umum
from a dynamic interplay among
menanamkan nilai-nilai karakter sebagai kekhasan
personal, behavioral, and environ-
dalam pendidikan yang dimiliki oleh sekolah, f)
122 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

adanya pembinaan keimanan yang teratur untuk dan g) nilai perilaku siswa dapat diberlakukan
para guru dan siswa pemeluk masing-masing sebagai salah satu pertimbangan pada kenaikan
agama dalam bentuk kegiatan pembinaan rohani; kelas siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Adisusilo, S.J.R. 2012. Pembelajaran Nilai Fitri, A.Z. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis
Karakter. Konstruktivisme dan VCT Nilai & Etika di Sekolah. Jogyakarta: Ar-
sebagai Inovasi Pendekatan Pembela- Ruzz Media.
jaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers. Greeberg, D.N., Clair, J.A., Maclean, T.L. 2007.
Agrawal, T. 2013. Educational inequality in rural Enacting the Role of Management Profes-
and urban India. International Journal of sor: Lessons From Athena, Prometheus,
Educational Development. (Online), (http:/ and Asclepius. Journal Management
/www.elsevier.com /locate/ijedudev. (34) Education. Vol.6, No.4, 439-457. (Online),
11-19), diakses 14 Desember 2013). (http://jme. sagepub.com/ content/21/2/
Berkowitz, L. 2003. Affect, aggression, and 155.abstract, diakses 14 Desember 2013.
antisocial Behavior. Dalam Davidson, R.J, Guawan, H. 2012. Pendidikan Karakter. Konsep
Scherer, K.R., Goldsmith, H.H. Handbook dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
of Affective Sciences. Oxford: University Hamalik, O. 2010. Manajemen Pengembangan
Press. Hlm. 804 823. Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Chan, A. 2011. Critical multiculturalism: Supporting Hannum, E., Liu, J., Frongillo, E.A. 2013, Poverty,
early childhood teachers to work with food insecurity and nutritional deprivation in
diverse immigrant families. (Online), (http:/ rural China: Implications for children’s
/www://education. monash.edu.au/ literacy achievement. International Journal
irecejournal/. International Rese-arch in of Educational Development. (Online),
Early Childhood Education Journal. Vol. (http://www. elsevier.com/locate/ijedudev.
2, No. 1, 2011, page 63. ISSN 1838-0689), (34) 90-97), diakses 14 Desember 2013).
diakses 2 Oktober 2013). Holgado, D., Maya-Jariego, I., Ramos, I., Palacio,
Chattopadhay, T. 2013. School as a site of student J., Oviedo-Trespalacios, O., Romero-
social capital: An exploratory study from Mendoza, V., Amar, J. 2013. Impact of child
Brazil. International Journal of labor on academic performance: Evidence
Educational Development. (Online), (http:/ from the program ‘‘Edu came Primero
/www.elsevier.com/locate/ijedudev. (34) 67- Colombia’’. International Journal of
76), diakses 14 Desember 2013). Educational Development. (Online), (http:/
Cornell, D.G., Peterson, C.S., & Richards, H. 1999. /www.elsevier.com/locate/ijedudev, Vol (34)
Anger as a predictor of aggression among 58-66), diakses 14 Desember 2013).
incar cerated adolescent. Journal of Jessup, F.W. 1969. Lifelong Learning. A
Consulting and Clinical Psychology, 62 Symposium on Continuing Education.
(1), 108 115. London: Pergamon Press, Ltd.
Creswell, J.W. 2009. Research Design. Qualita- Kadarusmadi. 1996. Upaya Orangtua dalam
tive, Quantitative, and Mixed Method Menata Situasi Pendidikan dalam
Approaches. Los Angeles: SAGE Keluarga. Disertasi tidak dipublikasikan.
Publications, Inc. Bandung: PPS IKIP Bandung.
Dakir, H. 2010. Perencanaan dan Pengembang- Kalargyrou, V., Pescosolido, A.T., Kalargiros, E.A.
an Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. Leadership Skills in Management
Fallon, G. & Barnett, J. 2009. Impact of School Education. Academy of Educational
Organizational Restructuring into a Leadership Journal. Vol.16, No.4, 39-63.
Collaborative Setting on the Nature of (Online), (http://www.academicjournals.org/
Emerging For ms of Collegiality. journal/ IJSTER/article-full-text.../6975
International Journal of Education CD22112ý), diakses 14 Desember 2013).
Policy and Leadership, Volume 4, Number Kaswardi, E.M. 1993. Pendidikan Nilai
9, Year 2009, (online), (http://www.ijpl.org), Memasuki Tahun 2000. Jakarta:
diakses 4 Desember 2013). Gramedia.
Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 123

Kazhim, M.N. 2011. Sukses Mendidik Anak Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen Pendidikan
Tanpa Kekerasan. Sebuah Konsep Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan Anak yang Ideal & Mulyasana, D. 2011. Pendidikan Bermutu dan
Seimbang. Solo: Pustaka Arafah. Berdaya Saing. Bandung: Remaja
Kopnina, H. 2013. Schooling the World: Exploring Rosdakarya.
the critical cour se on sustainable Ndraha, T. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta:
development through an anthropological Rineka Cipta.
lens. International Journal of Noor, R.M. 2012. The Hidden Curriculum.
Educational Development. (Online), (http:/ Membangun Karekter Melalui Kegiatan
/www.elsevier.com/ locate/ijedudev. Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Pedagogja.
(62)220-228), diakses 14 Desember 2013). Olsen, G., & Fuller, M.L. 2003. Home-School
Mason, M. 2013. Educational inequality and Relations. Working Successfully with
educational quality. International Journal Parents and Families. Second Edition.
of Educational Development. (Online), Boston: Pearson Education, Inc.
(http://www.elsevier.com /locate/ijedudev. Peng, W.J., McNess, E., Thomas, S., Wu, X.R.,
Vol (34) 1-2), diakses 14 Desember 2013). Zhang, C., Li, J.Z., Tian, H.S. 2013.
Mayer, J.D., Salovey, P., Caruso, D.R. 2004. Emerging perceptions of teacher quality and
Emotionalle Inteligence. Theory, Findings, teacher development in China.
and Implications. (Online), (http://www. International Journal of Educational
calcasa.org/wp-content/uploads/files/ Development. (Online), (http://www.
ei2004 mayersaloveycarusotarget.pdf. elsevier.com/locate/ijedudev. (34) 58-66),
International Journal of Psychological, diakses 14 Desember 2013).
Vol.15, No.3, 197-215), diakses 12 Rivai, V.H. & Murni, S. 2009. Education
November 2013). Management. Analisis Teori dan Praktik.
McAlpine, L. & Amundsen, C. 2011. Doctoral Jakarta: Rajawali Pers.
Education: Research-Based Strategies Roche, E.F. 1985. How School Administrators
for Doctoral Students, Supervisors and Solve Problems. New Jersey: Prentice-
Administrators. New York: Springer. Hall, Inc.
Mertens, D.M. 2010. Research and Evaluation Samani, M., & Hariyanto. 2011. Konsep dan
in Educational and Psychology. 3 rd Model Pendidikan Karakter. Bandung:
Edition. California: SAGE Publications, Inc. Remaja Rosdakarya.
Mills, M.K. & Quinn, A.J. 2013. Innovation in the Sargent, T., Kong, P., Zhang, Y. 2013. Home
Teaching of Sustainability in the Business environment and educational transitions on
Classroom Via a Combined model of the path to college in rural northwest China.
Experiental Learning, Reflective Practice International Journal of Educational
and Metaphor. International Journal of Development. (34) 98-106. (Online),
Organisational Behaviour, Volume 17(3), (http:www.elsevier.com/locate/ijedudev),
4-7. ISSN 1440-5377. (Online), (http:// diakses 14 Desember 2013
w w w. u s q . e d u . a u / ~ / m e d i a / U S Q / Scherrer, J. 2013. The Negative Effects of Student
BusinessLa w/Jour na ls/ Mobility: Mobility as a Predictor, Mobility
I J O B % 2 0 Vo l % 2 0 1 7 % 2 0 as a Mediator. International Journal of
3%20Paper%201.ashx), diakses 10 Education Policy and Leadership. Vol. 8,
November 2013). No. 1. (Online), (http://www.ijepl.org,
Misco, T. 2007. Using Curriculum Deliberation to diakses 16 Desember 2013.
Address Controversial Issues: Developing Shockley, K.G. 2008. Africentric Education
Holocaust Education Curriculum for Latvian Leadership: Theory and Practice.
Schools. International Journal of International Journal of Education
Education Policy and Leadership. Vol. 2, Policy and Leadership. Vol. 3, No. 3.
No. 8. (Online), (http://www. ijepl.org), (Online), (http://www.ijepl.org, diakses 16
diakses 16 Desember 2013). Desember 2013.
Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen Kepemimpinan Simon, M, BHK. 2010. Majalah OIKOS:
Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Kepelayanan dalam Kepemimpinan.
Malang: AXA Creative Design.
124 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

0689. (Online), (http://www.education.


Skaalvik, E.M. & Skaalvik, S. 2013. Teachers’ monas h.edu. au/ ir ecejou r na l/
perceptions of the school goal structure: InternationalResearch in Early
Relations with teachers’ goal orientations, Childhood Education Journal), diakses
work engagement, and job satisfaction. 2 Oktober 2013).
International Journal of Educational Upton, P. 2012. Psikologi Perkembangan.
Development. (Online), (http://www. Jakarta: Erlangga.
elsevier. com/ locate/ijedudev. (62) 199- Wagner, D.A. 2013. Improving Lear ning
209), diakses 14 Desember 2013). Assessments for Developing Countries.
Slavin, R.E. 2008. Educational Psycology: International Journal of Educational
Theory and Pratice. Boston: Pearson Development. (Online), (http:// www.
Education, Inc. elsevier.com/locate/ijedudev. (34) 110-111,
Soedjatmoko. 2010. Menjadi Bangsa Terdidik diakses 14 Desember 2013).
Menurut Soedjatmoko. Jakarta: Penerbit Welton, D.A. & Mallan, J.T. 1981. Children and
Buku Kompas. Their World: Strategies for Teaching
Spodek, B. 1982. Handbook of Research in Social Studies. 2 nd Edition. Boston:
Early Childhood Education. New York: Houghton Mifflin Company.
Macmillan Publishing, Inc. Wentzel, K.R. & Wigfield, A. 2009. Handbook
Thoha, C. 1996. Kapita Selekta Pendidikan of Motivation at School. London:
Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Routledge.
Twigg, D., Pendergast, D., Fluckiger, B., Garvis, Wiyani, N.A. 2012. Manajemen Pendidikan
S., Johnson, G., Robertson, J. 2013. Karakter. Konsep dan Implementasinya
Coaching for Early Childhood Educators: An di Sekolah. Yogyakarta.
insight into the effectiveness of an initiative.
Vol. 4, No. 1, 2013, page 73. ISSN 1838-
PEMETAAN MUTU MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH MELALUI
AUDIT MANAJEMEN PENDIDIKAN

Teguh Triwiyanto

E-mail: teguh.triwiyanto.fip@um.ac.id
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: It takes a good mapping of the quality of education. Mapping the quality of the School
Based Management (SBM) can be done through three educational management audit analysis.
Three analyzes are: economic analysis, efficiency, and effectiveness of education. The third analysis
can be used to measure high and low SBM components, namely, curriculum and learning, students,
teachers and education personnel, finance education, infrastructure, community participation, and
the culture and environment of the school. The analysis is performed on the four schools of
management processes (planning is, implementation, monitoring, and evaluation of education).

Abstrak: Dibutuhkan pemetaan yang baik mengenai mutu pendidikan. Pemetaan mutu Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) dapat dilakukan melalui tiga analisis audit manajemen pendidikan. Tiga
analisis tersebut yaitu: analisis ekonomi, efisiensi, dan efektifitas pendidikan. Ketiga analisis tersebut
dapat digunakan untuk mengukur tinggi dan rendahnya komponen MBS, yaitu kurikulum dan
pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan pendidikan, sarana dan
prasarana, partisipasi masyarakat, dan budaya dan lingkungan sekolah. Analisis tersebut dilakukan
pada empat proses manajemen sekolah (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
pendidikan).

Kata kunci: manajemen berbasis sekolah, audit manajemen pendidikan

Unsur-unsur yang mempengaruhi keberhasilan satu bentuk manajemen pendidikan yang sering
proses pendidikan dapat diringkas menjadi dua digunakan dan dikenal di Indonesia yaitu
komponen, yaitu komponen yang berasal dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
diri individu yang sedang belajar, dan komponen Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No.
yang berasal dan luar diri individu. Komponen yang 20/2003 dinyatakan bahwa “Pengelolaan satuan
terdapat di dalam individu dikelompokkan menjadi pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
dua subkomponen, yaitu komponen psikis dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan
komponen fisik. Kedua subkomponen tersebut standar pelayanan minimal dengan prinsip
keberadaannya ada yang ditentukan oleh faktor manajemen berbasis sekolah/madrasah”.
keturunan, ada juga yang oleh faktor lingkungan, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan
dan ada pula yang ditentukan oleh keturunan dan konsep pengelolaan sekolah yang ditujukan untuk
lingkungan. Sedangkan komponen berasal dan luar meningkatkan mutu pendidikan di era desentralisasi
individu dikelompokkan menjadi subkomponen pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor
lingkungan alam, gur u, metode mengajar, 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
kurikulum, program, metode pelajaran, sarana dan Pasal 48, Ayat (1) dan Sekolah Dasar (SD)
prasarana, dan kondisi sosial-ekonomi. berlandaskan PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Komponen yang berasal dari luar individu Perubahan atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
diperlukan pengelolaan (manajemen) untuk Standar Nasional Pendidikan Peratuan Pasal 49,
mengarahkan pada tujuan pendidikan. Ayat (1) yang menyatakan prinsip MBS meliputi:
Keberhasilan pengelolaan komponen-komponen kemandirian, keadilan, keterbukaan, kemitraan,
tersebut akan meningkatkan mutu proses dan mutu partisipatif, efisiensi, dan akuntabilitas.
hasil pendidikan. Peningkatan mutu tersebut tentu Hasil evaluasi (Direktorat Pembinaan
saja dapat diukur melalui adanya perbaikan- Sekolah Dasar Kemdikbud, 2012) program MBS
perbaikan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Salah di Indonesia pada tahun 2000, 2002, 2005, dan 2010
125
126 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

menunjukkan bahwa program pembinaan MBS layanan pendidikannya. Padahal beban tersebut
memberikan dampak positif, antara lain: (1) harus ditambah dengan sekolah yang masih berada
peningkatan manajemen sekolah yang lebih di standar minimal, yang tentu saja belum optimal
transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel; mutu layanan pendidikannya. Oleh karena itu,
(2) peningkatan mutu pendidikan; (3) menurunnya dibutuhkan pemetaan yang baik mengenai mutu
tingkat putus sekolah; (4) peningkatan pendidikannya.
implementasi pembelajaran yang berpusat pada
siswa dengan strategi PAKEM; dan (5) Audit Manajemen Pendidikan
peningkatan peran serta mayarakat terhadap
pendidikan. Salah satu bagian dari sistem pengukuran
Semangat memperbaiki pendidikan di kinerja untuk mengendalikan aktivitas manajemen
Indonesia tampak pada visi Kementerian yaitu audit manajemen. Pengukuran kinerja
Pendidikan Nasional 2010-2014 yaitu merupakan bagian dari fungsi pengendalian
terselenggaranya layanan prima pendidikan manajemen karena pengukuran kinerja dapat
nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas digunakan untuk mengendalikan aktivitas.
komprehensif. Untuk mewujudkan visi tersebut Mahmudi (2007:58) mengatakan bahwa setiap
memang berat mewujudkannya, terutama dalam aktivitas harus terukur kinerjanya agar dapat
situasi pengelolaan pendidikan nasional dan layanan diketahui tingkat efisiensi dan efektivitasnya.
pendidikan yang carut marut seperti sekarang ini. Efisiensi dan efektifitas tersebut merupakan dasar
Pengelolaan pendidikan nasional semestinya mulai untuk melakukan penilaian kinerja.
beranjak ke arah kematangan dalam bidang Istilah audit manajemen (management audit)
kurikulum, sarana prasarana, pembiayaan, sumber sering disebut juga dengan audit kinerja
daya manusia yang terlibat (pendidik dan tenaga (performance audit) dan disamakan dengan audit
kependidikan), peserta didik, dan partisipasi oper asional (operational audit) karena
masyarakat, tetapi pada kenyataannya persoalan- manajemen yang melaksanakan kegiatan operasi
persoalan terus menderanya. Bukan sekedar organisasi dan menentukan kinerja organisasi.
menjadikan pengelolaan pendidikan menjadi Audit manajemen bertujuan memberikan penilaian
bertambah baik, malah tarik ulur kepentingan terhadap kinerja organisasi dengan memperhatikan
sering menjadikan urusan pendidikan terbengkalai. aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas kegiatan
Ujung-ujungnya layanan pendidkan nasional yang operasi organisasi (Wijatno, 2009:273)
semestinya mampu dinikmati merata setiap Bidang pendidikan karena sifat operasi
masyarakat sampai hari ini masih banyak organisasi dan kinerja organisasinya juga
menyisakan persoalan. membutuhkan audit manajemen. Audit manajemen
Sementara itu misi Kementerian Pendidikan dalam bidang pendidikan atau sekolah merupakan
Nasional 2010-2014 juga memperlihatkan bahwa kegiatan penjaminan kinerja dan konsultasi
memang terdapat kelemahan-kelemahan dalam manajemen yang bersifat independen dan obyektif.
pengelolaan dan layanan pendidikan nasional. Isi Kegiatan tersebut merupakan proses akademis
yang dicanangkan merupakan wujud masih banyak yang dirancang untuk: (1) memberikan nilai tambah
kelemahan yang mesti diperbaiki kalau tidak mau dan memperbaiki kinerja akademis sekolah; (2)
pendidikan nasional semakin tenggelam. Misi itu memberikan keyakinan bahwa pencapaian
sendiri yaitu: meningkatkan ketersediaan layanan peningkatan mutu dan standart akademis sekolah
pendidikan, memperluas keterjangkauan layanan berjalan efisien dan efektif; dan (3) mengendalikan
pendidikan, meningkatkan kualitas/mutu dan kegiatan sekolah agar sesuai dalam kaidah aturan
relevansi layanan pendidikan, mewujudkan dan norma hukum yang berlaku.
kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, Pengertian audit manajemen tersebut
dan menjamin kepastian memperoleh layanan menunjukkan bahwa kegiatan tersebut merupakan
pendidikan. bagian dari aktivitas pengendalian manajemen
Mutu pendidikan yang harus diperbaiki oleh pendidikan. Pengendalian manajemen pendidikan
pemerintah memang berat. Kalau memang data terdiri atas dua bagian, yaitu pengendalian substansi
yang ditampilkan oleh pemerintah benar, maka manajemen pendidikan dan proses pengendalian
hampir 50 persen sekolah di semua jenjang belum manajemen pendidikan. Pengendalian substansi
memenuhi standar pendidikan minimal. Artinya, manajemen pendidikan meliputi beberapa
masih banyak sekolah yang harus diperbaiki mutu komponen yaitu: kurikulum dan pembelajaran,
Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 127

sumber daya manusia, peserta didik, pembiayaan, kependidikan yang memadai dari pengampu
sarana dan prasarana, dan partisipasi masyarakat. kebijakan sekolah. Supriadi (2011:47) dari hasil
Komponen pengendalian manajemen penelitiannya menyimpulkan bahwa pelaksanaan
kurikulum merupakan aktivitas pengelolaan kebijakan prasyarat peningkatan kompetensi
seperangkat rencana dan pengaturan tentang pendidik di sekolah sangat penting karena para
kompetensi yang dibakukan dan cara pendidik merupakan ujung tombak dalam
pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan melaksanakan pendidikan di sekolah. Prasyarat ini
kemampuan. Pengendalian manajemen kurikulum mencakup komunikasi, sumber daya, disposisi sikap
dilaksanakan dalam rangka membantu peserta eksekutif, dan struktur birokrasi.
didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis Sejalan dengan temuan penelitian ini, bahwa
dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, kegiatan-kegiatan layanan pendidik dan tenaga
sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kependidikan meliputi perencanaan merupakan
kemandirian, dan seni. kegiatan untuk mengarahkan sumber-sumber yang
Dalam sistem pendidikan, pemerintah terbatas secara efektif dan efisien, pelaksanaan
sebenarnya sudah melakukan langkah merupakan upaya merealisasikan rencana menjadi
pengendalian manajemen kurikulum ini melalui tindakan nyata untuk mencapai tujuan secara
perangkat-perangkat kebijakan dan peraturan. efektif dan efisien, dan pengawasan serta
Peraturan tersebut misalnya Undang-Undang pembinaan sebagai upaya pengendalian secara
Nomor 20 Sisdiknas Bab X, Peraturan Menteri profesional. Maka strategi peyelenggaraan dan
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun pemberdayaan layanan manajemen pendidik dan
2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk tenaga kependidikan diperlukan dimulai dari
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sementara itu pengendalian manajemen
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses, peserta didik merupakan rangkaian kegiatan
dan lain-lainnya. pengeloaan peserta didik dari awal masuk sampai
Selanjutnya komponen pengendalian dengan lulus suatu program pendidikan. Wiyono
manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dan Imron (2004:3) menyatakan bahwa siswa
pendidikan atau sering disebut dengan manajemen mempunyai sebutan-sebutan lain seperti murid,
pendidik dan tenaga kependidikan. Komponen ini subjek didik, anak didik, pembelajar, dan
menjadi tumpuan bagi proses pembelajaran yang sebagainya. Apapun istilahnya, yang jelas siswa
erkualitas. Layanan pendidik dan tenaga adalah mereka yang sedang mengikuti program
kependidikan ini terkait dengan kompetensi yang pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang
pada gilirannya dapat diukur mutu dan kadar pendidikan tertentu. Arikunto dan Yuliana (2012:31)
profesionalitasnya. Hasil penelitian Subroto mengatakan bahwa layanan manajemen peserta
(2011:369) menyatakan bahwa pemberdayaan didik meliputi penerimaan, ketatausahaan,
kompetensi pendidik berpengaruh terhadap kinerja pencatatan bimbingan dan penyuluhan, dan
pendidik dan kualitas pendidikan. Artinya, layanan pencatatan prestasi peserta didik.
ini akan baik jika didukung oleh pendidik dan tenaga Penelitian Suratman (2010:89) menunjukan
kependidikan yang kompeten. bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar peserta
Selain kompetensi yang harus dimiliki, strategi didik dibutuhkan dukungan layanan banyak aspek
peyelenggaraan dan pemberdayaan layanan pendidikan. Aspek-aspek tersebut meliputi
manajemen pendidik dan tenaga kependidikan juga kompetensi manajerial kepala sekolah, layanan
mutlak diperlukan. Muniarti Ar (2009:126) dari hasil sarana dan prasarana, kapabilitas pendidik, dan
penelitiannya menyatakan bahwa perumusan dukungan orang tua.
strategi penyelenggaraan sekolah diawali dengan Setelah pengendalian manajemen peserta
perumusan visi, misi, tujuan, sasaran, dan target didik, pengendalian selanjutnya yaitu pengendalian
sekolah. sedangkan strategi pemberdayaan pembiayaan pendidikan. Pembiayaan pendidikan
manajemen dapat dilakukan melalui proses ini menjadi salah satu hal yang menuntut
pembelajaran, kegiatan hubungan kerja sama, keterbukaan dan akuntabilitas dari penyelenggaran
pengembangan sumber daya, dan menyosialisasi- pendidikan. Pengendalian pembiayaan pendidikan
kan eksistensi sekolah. merupakan pengendalian terhadap fungsi-fungsi
Untuk meningkatkan kompetensi pendidik pembiayaan pendidikan. Fungsi pembiayaan
diperlukan prasyarat layanan pendidik dan tenaga didalamnya memuat pemerolahan/sumber-sumber
128 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

dana pendidikan dan bagaimana mengalokasi- masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara
kannya. lembaga pendidikan dan masyarakat dengan tujuan
Penelitian Fuller dan Clarke (McMahon,et al., untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
2001:42) menemukan input-input berikut yang terhadap kebutuhan dan praktik pendidikan dan
memiliki pengaruh yang sangat signifikan pada pada akhirnya bekerja sama untuk meningkatkan
prestasi anak didik di negara-negara berkembang. kualitas pendidikan di lembaga pendidikan.
Input-input pendidikan tersebut meliputi biaya per Hasil penelitian Mas (2011:304) menunjukkan
peserta didik, perbandingan peserta didik dengan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan
pendidik, buku teks, buku tambahan, alat bantu meliputi peran serta perorangan, kelompok, dan
mengajar, bangku, mutu fasilitas, perpustakaan organisasi kemasyarakatan dalam penyeleng-
sekolah, program pemberian makanan, lama garaan dan pengendalian mutu pendidikan. Temuan
pendidikan pendidik, pengetahuan pendidik Sulistyorini (2011:186) menyatakan bahwa
terhadap pelajaran, pengalaman pendidik, dan pasrtisipasi masyarakat dalam pengembangan
waktu pengajaran. Fattah (2000:130) sekolah meliputi: komite sekolah mendukung
menyimpulkan variabel biaya pendidikan yang program sekolah dengan ikut membuat RIPS dan
berkontribusi secara signifikan terhadap mutu RAPBS, mengontrol jalannya program sampai
proses dan mutu hasil belajar yaitu gaji/ mengevaluasi hasil, dan paguyuban membantu
kesejahteraan pendidik, biaya pembinaan meningkatkan mutu pembelajaran.
profesional pendidik, biaya pengadaan bahan Proses pengendalian manajemen pendidikan
pelajaran, biaya pembinaan peserta didik, dan biaya merupakan tahap-tahap yang harus dilalui untuk
pengelolaan sekolah. mewujudkan tujuan pendidikan yang hendak
Pengendalian manajemen pendidikan dicapai. Proses pengendalian manajemen
selanjutnya yaitu pengendalian manajemen sarana pendidikan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan perumusan strategi, perencanaan strategik,
adalah barang atau benda bergerak yang dapat pembuatan program, penganggaran, implementasi,
dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas dan pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan umpan
fungsi unit kerja pendidikan. Contoh mobil, balik.
komputer, pulpen, kertas, tinta printer, dan lain-lain. Proses pengendalian manajemen pendidikan
Prasarana pendidikan adalah barang atau benda tersebut berlangsung secara terus menerus dan
tidak bergerak yang dapat menunjang atau beurutan membentuk sebuah siklus. Setiap siklus
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja menjadi dasar untuk siklus selanjutnya. Setiap
pendidikan. Contoh dari prasarana pendidikan yaitu proses pengendalian manajemen pendidikan
gedung kantor, ruang kelas, laboratorium, terdapat substansi manajemen pendidikan.
perpustakaan, dan lain-lain. Perumusan stategi pendidikan didalamnya memuat
Produk hukum pemerintah yang berhubungan stretegis substansi manajemen pendidikan, yaitu:
dengan pengendalian manajemen sarana dan kurikulum dan pembelajaran, sumber daya
prasarana menjadi acuan yang cukup memadai manusia, peserta didik, pembiayaan, sarana dan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Produk hukum prasarana, dan partisipasi masyarakat.
tersebut antara lain PP 32 Tahun 2013 sebagai Perencanaan strategis didalamnya juga memuat
perubahan atas PP 19 tahun 2005, pasal 1 substansi manajemen pendidikan, yaitu: kurikulum
disebutkan tentang Lingkup Standar Nasional dan pembelajaran, sumber daya manusia, peserta
Pendidikan salah satunya yaitu standar sarana dan didik, pembiayaan, sarana dan prasarana, dan
prasarana. Dalam melaksanakan amanat tersebut partisipasi masyarakat. Demikian seterusnya
diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional memuat substansi manajemen pendidikan tersebut.
(Permendiknas) No. 24 Tahun 2007 tentang Produk proses pengendalian manajemen
Standar Sarana Prasarana SD/MI, SMP/MTs, dan pendidikan dapat berupa kinerja dari masing-
SMA/MA. masing proses dan substansi pendidikan. Kinerja
Pengendalian manajemen partisipasi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
masyarakat atau sering juga disebut hubungan pengukuran kinerja pada proses dan substansi
lembaga pendidikan dan masyar akat manajemen.
memperlihatkan upaya bersama-sama membangun Dalam dunia pendidikan, pegukuran kinerja
pendidikan. Maisyaroh (2004:118) mengatakan dilakukan terutama untuk mengukur tingkat 3E,
bahwa hubungan lembaga pendidikan dan yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (value for
Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 129

money). Istilah Value for Money (VFM) dalam MBS menyediakan layanan pendidikan yang
pengelolaan organisasi sektor publik yang komprehensif dan tanggap terhadap kebutuhan
berdasarkan tiga elemen utama, yaitu ekonomi, masyakat setempat.
efisiensi, dan efektivitas (Chambers dan Rand, Tujuan diadakannya manajemen berbasis
1997; dan Bourn, 2007). Konsep ekonomi, efisiensi, sekolah atau manajemen pendidikan yaitu
dan efektivitas terkait dengan tahapan input, proses, mengoptimalkan kinerja setiap substansi untuk
dan output. Dalam konteks pendidikan, maka yang mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan.
terdapat berupa konsep ekonomis pendidikan, Arikunto dan Yuliana (2012:6) menyebut substansi
efisiensi pendidikan dan efektivitas pendidikan. Jika manajemen pendidikan ini dengan istilah bidang
suatu aktivitas tidak memiliki ukuran kinerja, maka garapan, betapapun kecilnya suatu organisasi
akan sulit bagi organisasi untuk menentukan pendidikan, tentu memiliki unsur-unsur bidang
apakah aktivitas tersebut berhasil atau gagal. Selain garapan/substansi itu. Hanya proporsi dari masing-
itu, manajemen/pengelola juga akan kesulitan untuk masing unsur tersebut saja yang tidak sama.
mengenali aktivitas mana yang perlu dikuragi atau Unsur-unsur substansi/garapan garapan itu
dihilangkan untuk meningkatkan efisiensi. meliputi: (1) kurikulum dan pembelajaran; (2)
Sesuai dengan konsep tersebut di atas, maka peserta didik; (3) pendidik dan tenaga
untuk melakukan audit manajemen pendidikan kependidikan; (4) keuangan pendidikan; (5) sarana
terhadap kinerja manajerial kepala sekolah meliputi dan prasarana; (6) partisipasi masyarakat; dan (7)
tiga aspek. Ketiga aspek tersebut yaitu ekonomi budaya dan lingkungan sekolah. Purwanto
pendidikan, efisiensi pendidikan, dan efektivitas (2009:14) menyatakan bahwa semua kegiatan
pendidikan. sekolah akan dapat berjalan lancar dan berhasil
baik jika pelaksanaannya melalui proses-proses
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dan Mutu yang terdapat dalam unsur-unsur substansi/garapan
Pendidikan garapan tersebut.
Tujuan MBS yaitu meningkatkan kemandirian
Sejak tahun 2001, untuk meningkatkan mutu sekolah melalui pemberian kewenangan yang lebih
pendidikan sekolah-sekolah negeri, di Indonesia besar dalam mengelola sumberdaya sekolah dan
mulai menerapkan konsep MBS dengan mendorong keikutsertaan semua kelompok
menggunakan buku acuan Manajemen kepentingan. Selaian itu seklah juga membina dan
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) mengembangkan tujuh komponen manajemen
yang diterbitkan Depdiknas dalam bentuk: Buku 1 sekolah melalui empat proses manajemen sekolah
Konsep Dasar MPMBS, Buku 2 Rencana dan yang lebih efektif (perencanaan, pelaksaaan,
Program Pelaksanaan, Buku 3 Panduan pengawasan, dan evaluasi pendidikan).
Monitoring dan Evaluasi, Buku 4 Pedoman Tata Mutu pendidikan merupakan tujuan akhir dari
Krama dan Tata Tertib, dan Buku 5 Pembelajaran MBS. Mutu pendidikan adalah tingkat keberhasilan
dan Pengajaran Kontekstual. Sampai sekarang penataan lingkungan yang memberi nuansa agar
MBS terus digalakan pemerintah untuk diterapkan, program belajar tumbuh dan berkembang secara
diharapkan sekolah-sekolah memiliki respons yang optimal. Ulfatin dan Arifin (2004) menyatakan
baik terhadap otonomi pendidikan ini. bahwa dalam pemikiran terdahulu, guru dalam
Responsibilitas manajemen berbasis sekolah mengajarkan suatu bidang studi merasa berhasil
merupakan balikan yang tercermin dalam bentuk apabila mampu menyelesaikan semua materi
tindakan dan perilaku kepala sekolah dalam hal program pembelajaran yang telah dirancang.
otonomi manajemen pendidikan pada satuan Pemikiran ini banyak mempengaruhi perancangan
pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah dan kurikulum 1994 yang dikenal sebagai kurikulum
guru dibantu oleh komite sekolah dalam mengelola berbasis materi (content based curriculum).
kegiatan pendidikan. Danim (2010:38) menyatakan Dewasa ini, pembelajaran bukan lagi
bahwa sekolah menjadi lembaga otonom yang didasarkan pada penuntasan materi, melainkan
menyelenggaraanya tetap berada pada koridor pada proses dan hasil yang diukur dari kemampuan
sistem pendidikan nasional dapat dijumpai pada yang telah dicapai murid baik secara individu atau
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS rata-rata kelas. Latar inilah yang melahirkan
menonjolkan spirit desentralisasi sampai ke tingkat kurikulum 2004 yang dikenal sebagai kurikulum
sekolah, untuk dibedakan dengan tradisi berbasis kompetensi (competence based
sentralisasi. Minarti (2010:46) menyebutkan bahwa curriculum) dan dilanjutkan Kurikulum Tingkat
130 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulum Analisis yang pertama untuk melakukan
tahun 2013 juga memperlihatkan keberlanjutan pemetaan MBS yaitu analisis ekonomi pendidikan.
penggunaan KBK. Analisis ekonomi pendidikan merupakan salah satu
Banyak upaya untuk meningkatkan mutu analisis cabang dari ilmu ekonomi (Blaug, 1970,
pendidikan, tetapi upaya meningkatkan mutu 1985; Woodhal, 1985), yang selain berusaha
pendidikan sering menemui kendala. Unicef menghubungkan antara pendidikan dan ekonomi
(2007:189) menengarai bahwa salah satu kegiatan pada masa awal perkembangannya di tahun 1960
sebagai wujud upaya di atas yaitu melalui sistem (Schultz, in Karabel and Halsey, 1977), sekarang
pembinaan profesional, pembentukan gugus telah berkembang menjadi penerapan prinsip-
sekolah dan pembinaan profesional di masing- prinsip ekonomi untuk menganalisis kegiatan
masing sekolah. Pada setiap gugus SD/MI dibentuk pendidikan (Woodhall, 1985; Cohn, 1979).
Kelompok Kegiatan Kepala Sekolah (KKKS) dan Analisis ekonomi pendidikan meuapakan studi
Kelompok Kerja Guru (KKG), sedangkan di SMP/ bagaimana individu dan masyarakat memilih,
MTs disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran dengan atau tidak menggunakan uang, kesempatan
(MGMP). Walaupun gugus sekolah sudah sumber daya yang terbatas untuk memproduksi
dibentuk dan kegiatan kelompok kerja guru melalui berbagai jenis pelatihan, pengembangan
KKG dan MGMP telah berjalan, namun pengetahuan, keterampilan, pikiran, karakter, dan
pelaksanaan kegiatan ini sering kurang memadai selanjutnya – terutama pendidikan formal – dengan
sebagai for um untuk meningkatkan mutu waktu yang panjang dan mendistribusikan semua
pembelajaran di sekolah. itu, sekarang dan masa mendatang, untuk
Mutu pendidikan oleh Soetopo (2009:40) bermacam-macam individu dan kelompok dalam
dikatakan memiliki beberapa komponen yang masyarakat.
memperoleh tekanan yang tertinggi dalam Isu-isu utama dalam ekonomi pendidikan oleh
manajemen mutu pendidikan yaitu pr oses Cohn (1978:8) dikelompokkan dalam: (1)
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut identification and measuremen of the economic
mencakup pembuatan keputusan, pengelolaan, value of education; (2) the allocation of
lembaga, program, proses pembelajaran, resources in education; (3) teachers salaries;
monitoring, dan evaluasi. Semua input diproses (4) the finance of education, and (5) educational
untuk pemberdayaan peserta didik, tidak sekedar planning.
menguasai pengetahuan, tetapi mampu Analisis ekonomi pendidikan menurut De
membangkitkan peserta didik belajar bagaimana Serpa (dalam Nurhadi,1983:2) mempunyai dua
belajar (learning to learn). Sebagai modal dalam macam tujuan, yaitu: tujuan positif dan tujuan
meningkatkan mutu proses, perlu ditingkatkan etos normatif. Tujuannya yang positif, ekonomi
kerja, iklim sekolah, budaya sekolah, moral kerja, pendidikan berusaha mendeskripsikan,
dan kesadaran para personil sekolah yang mengelompokkan, menjelaskan, dan mempredik-
menopang peningkatan mutu. sikan gejala-gejala dalam dunia pendidikan. Istilah
normatif pada hakekatnya menunjuk adanya
Pemetaan Mutu MBS standar. Standar yang digunakan dalam ekonomi
pendidikan adalah efisiensi. Dalam ekonomi
Pemetaan mutu MBS dapat dilakukan melalui pendidikan, efisiensi ekonomik atau efisiensi
tiga analisis audit manajemen pendidikan. Tiga alokatif (allocative/economic efficiency), yaitu
analisis tersebut yaitu: analisis ekonomi, efisiensi, upaya meningkatkan efisiensi dengan cara
dan efektifitas pendidikan. Ketiga analisis tersebut mengalokasikan kembali sumber daya yang ada.
dapat digunakan untuk mengukur tinggi dan Selain itu analisis ekonomi pendidikan sangat
rendahnya komponen MBS, yaitu kurikulum dan erat berkaitan dengan input sumber daya yang
pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga digunakan. Konsep ekonomi yang digunakan yaitu
kependidikan, keuangan pendidikan, sarana dan optimalisasi input sumber daya untuk mencapai
prasarana, partisipasi masyarakat, dan budaya dan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Wijatno
lingkungan sekolah. analisis tersebut dilakukan (2009:278) mengatakan sumber daya input
melalui empat proses manajemen sekolah pendidikan dapat berupa pendidik, pegawai, gaji,
(perencaaan, pelaksanaan, pengawasan, dan peralatan jasa, dan sebagainya. Pengukuran
evaluasi pendidikan). ekonomis dapat juga dilakukan dengan
mengidentifikasi apakah masih terdapat biaya-biaya
Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 131

yang tidak diperlukan sehingga harus dihilangkan pendidikan mempunyai sifat-sifat pelayanan
atau diminimalkan tanpa mengurangi kebutuhan umum.
yang diperlukan dan output yang dihasilkan. Pengertian efisiensi pendidikan tidak sama
Semakin kecil input realisasi dibandingkan persis dengan konsep efisiensi pada bidang
dengan input rencana akan menjadikan semakin ekonomi atau produksi barang. Dalam proses
ekonomis. Begitu juga sebaliknya, semakin besar produksi barang efisiensi dapat dikemukakan dalam
input realisasi dibanidngkan dengan input rencana bentuk uang atau bentuk moneter lain dan
akan menjadikan semakin tidak ekonomis. Artinya, mempengaruhi yang terlibat didalamya: produsen,
perlu ada usaha perbaikan tata kelola pendidikan penjual, pembeli, konsumen dan sebagainya. Istilah
dengan mengoptimalkan sumber-sumber yang ada ini tersebut merupakan penggambaran teknis
jika menginginkan adanya pemanfaatan biaya dalam proses produksi. Nurhadi (1988:48)
pendidikan secara ekonomis. menyatakan bahwa dalam proses produksi,
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan efisiensi didefinisikan sebagai suatu keadaan
analisis ekonomi pendidikan untuk pemetaan MBS. dimana sesuatu produk yang diharapkan mencapai
Langkah-langkahnya terdiri dari: (1) menentukan tingkat yang maksimal atas dasar suatu biaya input
biaya input perencanaan berbasis sekolah; (2) tertentu atau dimana biaya input ditekan seminimal
menentukan biaya input realisasi pendidikan; (3) mungkin dalam rangka menghasilkan suatu produk
menghitung persentase pencapaian kinerja yang telah ditetapkan. Pengertian produksi barang
ekonomi pendidikan melalui membagi biaya input tentu akan berbeda dengan produksi pendidikan
realisasi dengan biaya input rencana berbasis yang memproses dan menghasilkan manusia
sekolah dan dikalikan 100; (4) memberikan makna; terdidik.
dan (5) membuat skor ekonomi pendidikan. Analisis efisiensi pendidikan menggambarkan
Analisis selanjutnya, analisis kedua untuk hubungan antara input dan output, atau antara
pemetaan MBS, yaitu analisis efisiensi pendidikan. masukan dan keluaran. Suatu sistem yang efisien
Analisis efisiensi pendidikan menunjukkan ditunjukkan oleh keluaran yang lebih untuk sumber
keterkaitan yang erat antara efisiensi sebagai masukan (resources input). Efisiensi pendidikan
sebuah konsep dengan ekonomi pendidikan dan artinya memiliki kaitan antara pendayagunaan
biaya dalam pendidikan. Kajian efisiensi pendidikan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga
menggunakan disiplin ilmu ekonomi sebagai mencapai optimalisasi yang tinggi. Nurhadi
landasannya, bahwa pendidikan merupakan salah (1988:79) menyatakan efisiensi dalam proses
satu faktor produksi yang memiliki keuntungan dan pendidikan akan dicapai apabila produk pendidikan
nilai ekonomis yang harus dipenuhi. J. Hallak yang telah ditetapkan itu dapat dicapai dengan
(1985:2) menyatakan bahwa secara ekonomi, biaya input yang minimal, atau produk pendidikan
pemilik faktor produksi menyerahkan faktor yang diperoleh secara maksimal didapat dengan
tersebut kepada produsen, maka biaya bagi si biaya (input) yang telah ditetapkan. Proses
pemilik akan berupa, hilangnya pemakaian pendidikan ini menurut Kir Haryono (1994:24)
(consumption forgone), sedangkan produsen dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu: (1)
memperoleh biaya yang tepat dan dapat trukur, sebagai barang konsumsi ia menghasilkan output
terdiri dari upah, bunga, ongkos-ongkos dan dan (2) sebagai barang investasi ia menghasilkan
sebagainya. outcomes.
Sebagai produsen jasa pendidikan, sama Sama seperti kegiatan ekonomi lainnya konsep
halnya dengan bidang-bidang aktivitas lainya, efisiensi pendidikan juga memperhitungkan biaya
secara teoritis menimbulkan konsep biaya yang kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan
sama. Walaupun begitu, pendidikan sendiri memiliki ini sering disebut income forgone, yaitu potensi
sifat-sifat khusus yang berbeda dengan bidang pendapatan bagi siswa selama ia mengikuti
produksi atau ekonomi lainnya. Coombs dan J. penyelesaian pendidikan. Karena itu konsep
Hallak (1985:2) menyatakan bahwa penerapan efisiensi pendidikan lebih kompleks dari sekedar
konsep biaya terhadap pendidikan mengungkapkan keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari
adanya tiga bentuk kesulitan yang melekat pada berbagai jenis dan sifatnya. Biaya itu tidak sekedar
sifat aktivitas pendidikan itu sendiri dan terutama berbentuk uang tetapi juga biaya kesempatan.
timbul dari: (a) definisi produksi pendidikan; (b) Sebagai contoh, seorang lulusan SLTA yang tidak
identifikasi transaktor ekonomi yang berhubungan melanjutkan keperguruan tinggi karena suatu sebab,
dengan pendidikan; dan (c) kenyataan bahwa apabila ia bekerja tentu akan memperoleh
132 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

penghasilan dan apabila ia melanjutkan besarnya Wijatno (2009:279) menekankan, bahwa hal yang
pendapatan selama kurang lebih empat tahun kuliah perlu diperhatikan bahwa ekonomi pendidikan,
di perguruan tinggi harus diperhitungkan. efisiensi pendidikan, dan efektifitas pendidikan
Selain sering dihubungkan dengan efektifitas harus saling berhubungan dan bergantungan agar
pendidikan, efisiensi pendidikan juga sering tidak berdiri sendiri karena akan menyebabkan tidak
dihubungkan dengan mutu pendidikan dan efisiensi tercapai ketiganya (ekonomis, efisiensi, dan
dengan pemerataan pendidikan (Nurhadi, 1988:7; efektifitas) secara keseluruhan. Sebuah lembaga
Winarso, 2000:40; dan Kir Haryono, 1994:47). pendidikan mungkin saja ekonomis, tetapi tidak
Penelitian mengenai hal tersebut sebagian efektif; ataus ebaliknya, menjadi efektif, tetapi tidak
menunjukkan bahwa hasil balik pendidikan bisa ekonomis sehingga kinerja dan tujuan perusahaan
diukur dengan apa yang diperoleh seseorang di secara keseluruhan sebenarnya tidak tercapai.
satu pihak dan diperoleh negara di pihak lain. Hasil Analisis efektivitas pendidikan mengggunakan
balik pribadi ditentukan dari jumlah keuntungan langkah-langkah sebagai berikut: (1) memasukkan
yang diperoleh seseorang sepanjang hidupnya. nilai/besarnya target kinerja; (2) memasukkan nilai/
Keuntungan-keuntungan ini tidak hanya diukur dari besarnya output realisasi; (3) menghitung
produktivitas dan penghasilan tetapi juga dari pencapaian kinerja efektivitas dengan membagi
kesejahteraan hidup. Hasil balik bagi negara output realisasi dengan target kinerja kemudian
meliputi hal-hal seperti misalnya hasil pajak. dikalikan dengan 100; (4) memberi makna
Termasuk didalamnya adalah bahwa sebuah sistem kualitatif; dan (5) memberikan skor ekonomi.
pendidikan (lembaga pendidikan atau sekolah) juga Untuk menentukan skor efektivitas pendidikan
dapat diukur hasil baliknya. digunakan skala pencapaian kinerja efektivitas
Sebagaimana sudah disebutkan di muka pendidikan. Skala tersebut berupa kedudukan dan
bahwa efisiensi pendidikan termasuk dalam peringkat (persentase) dari hasil analisis yang
kategori efisiensi ekonomik, sementara itu efisiensi kemudian diberi makna skor.
pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam, Keseluruhan skor pelaksanaan MBS yang
yaitu efisiensi eksternal dan efisiensi internal dilakukan melalui analisis ekonomi, efisiensi, dan
(Kaswarjono dkk, 1972; Simmons, 1980; Coombs efektifitas kemudian digabungkan untuk kemudian
dan Hallak, 1987; dan Nurhadi, 1988:46). digunakan untuk menentukan mutu pendidikan.
Langkah-langkah analisis atau pengukuran Mutu pendidikan tersebut kemudian menjadi
efisiensi pendidikan terdiri dari: (1) membuat rasio cerminan atas pelaksanaan MBS di masing-masing
rencana yang dilakukan antara input perencanaan sekolah. Cerminan yang dimaksud merupakan
berbasis sekolah dengan output perencanaan pemetaan dari setiap sekolah yang dianalisis.
berbasis sekolah; (2) membuat rasio realisasi
program pendidikan yang dilakukan antara input KESIMPULAN
realisasi dengan output realisasi program
pendidikan; (3) menghitung persentase pencapaian Terdapat hampir 50 persen sekolah disemua
kinerja efisiensi melalui membagi rasio rencana jenjang belum memenuhi standar pendidikan
dengan rasio realisasi dan dikalikan 100; (4) minimal. Artinya, masih banyak sekolah yang harus
memberikan makna kualitatif; dan (5) membuat diperbaiki mutu layanan pendidikannya. Padahal
skor efisiensi pendidikan. Untuk menentukan skor beban tersebut harus ditambah dengan sekolah
efisiensi pendidikan digunakan skala pencapaian yang masih berada di standar minimal, yang tentu
kinerja efisiensi pendidikan. Skala tersebut berupa saja belum optimal mutu layanan pendidikannya.
kedudukan dan peringkat (persentase) dari hasil Oleh karena itu, dibutuhkan pemetaan yang baik
analisis yang kemudian diberi makna skor. mengenai mutu pendidikannya.
Analisis ketiga untuk pemetaan MBS yaitu Pemetaan mutu MBS dapat dilakukan melalui
analisis efektifitas pendidikan. Analisis efektivitas tiga analisis audit manajemen pendidikan. Tiga
pendidikan merupakan indikator keberhasilan suatu analisis tersebut yaitu: analisis ekonomi, efisiensi,
organisasai pendidikan dalam mencapai tujuannya. dan efektifitas pendidikan. Ketiga analisis tersebut
Namun, efektivitas tidak memperhatikan biaya dapat digunakan untuk mengukur tinggi dan
yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan rendahnya komponen MBS, yaitu kurikulum dan
oragnisasi pendidikan tersebut. Berapa pun biaya pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga
yang telah dikeluarkan suatu lembaga pendidikan kependidikan, keuangan pendidikan, sarana dan
jika mencapai tujuannya, maka diaktakan efektif. prasarana, partisipasi masyarakat, dan budaya dan
Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 133

lingkungan sekolah. analisis tersebut dilakukan Perlu dikembangkan model pemetaan MBS
melalui empat proses manajemen sekolah melalui audit manajemen pendidikan. Hasil-hasil
(perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan audit manajemen pendidikan dapat dijadikan basis
evaluasi pendidikan). pemetaan kondisi-kondisi MBS di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Akadun. 2009. Faktor Peningkatan Kinerja Guru Minarti, S. 2010. Manajemen Sekolah Mengelola
dalam Perspektif Kepemimpinan Kepala Lembaga Pendidikan Secara Mandiri.
Sekolah. Jurnal Pendidikan. Volume 36 Yogyakarta: Arr-ruzz Media.
Nomor 2 Juli 2009:133-137. Murniati Ar. 2009. Strategi Kepala Sekolah dalam
Arikunto, S dan Yuliana, L .2012. Manajemen Pemberdayaan Sekolah Menengah
Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Kejuruan. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 16
Case, K.A.N.2009. Guru Profesional Nomor 2 Juni 2009: 126-134.
Penyiapan dan Bimbingan Praktisi Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Pemikir. Jakarta: Indeks. sebagai Pengganti PP Nomor 19 Tahun
Danim, S. 2010. Otonomi Manajemen Sekolah. 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Bandung Alfabeta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Tahun 2010 tentang Pemberian Tugas
Kemdikbud.2012. Materi Bimtek Tambahan Guru Sebagai Kepala Sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2007
Kemdikbud tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Direktorat PMPTK. 2004. Kemampuan Guru Purwanto, N. 2009. Administrasi dan Supervisi
CPNS. Jakarta. Pendidikan. Bandung: Remaja
Fattah, N. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Rosdakarya.
Pendidikan. Bandung: Remaja. Siskandar. 2011. Menuju Pemantapan
Hallak. J. 1985. Analisis biaya dan pengeluaran Profesionalisme Gur u dan Dosen.
untuk pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara- Prosiding Temu Ilmiah dan Seminar
Unesco. Ilmiah Grand Desain Program
Kir Haryono.1994. Efisiensi internal STM Pendidikan Profesi Pendidik dan Tenaga
Program Studi Mekanik Umum tahun Kependidikan. Bandung: Fakultas Ilmu
ajaran 1987/1988-1991/1992 di Pendidikan Universitas Pendidikan
Propinsi Jawa Tengah. Tesis, tidak Indonesia.
diterbitkan, PPS IKIP Jakarta di Soetopo, H. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah
Yogyakarta. & Kurikulum Berbasis Kompetensi
LPPKS. 2011. Format Evaluasi Potensi (Bunga Rampai Pokok Pikiran
Kepemimpinan Peserta Diklat Calon Pembaharuan Pendidikan di Indonesia).
Kepala Sekolah. Surakarta: LPPKS. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja sektor Universitas Negeri Malang.
Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Soetopo, H.2009. Peranan LPTK dalam
Maisyaroh. Manajemen Partisipasi Masyarakat Menyiapkan Tenaga Kependidikan yang
Berbasis Sekolah. Dalam Maisyaroh, dkk Berkualitas. Jurnal Manajemen
(Eds). 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan. Volume 20 Nomor 1 Maret
Pendidikan Berbasis Sekolah. Malang: 2009:52-65.
Universitas Negeri Malang. Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan.
Mas,S.R. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Orang Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Tua dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Universitas Negeri Malang.
Jurnal Manajemen Pendidikan. Volume Subr oto,W.T. 2011. Analisis Pengaruh
23, Nomor 3, Maret 2011: 298 -304. Pemberdayaan Pendidik Terhadap
McMahon, W. Walter, dkk .2001. Memperbaiki Kinerjanya dalam Meningkatkan Kualitas
keuangan pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Sekolah Dasar Kota
Jakarta: Balitbang Depdiknas-Unicef. Surabaya. Dalam Kamil dan Baehaqi (Eds.),
134 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

Proceeding Temu Ilmiah dan Seminar Pelatihan Manajemen sekolah bagi Kepala
Ilmiah Grand Desain Program Sekolah Dasar Se-Indonesia di Malang, Juli
Pendidkan Profesi Pendidik dan Tenaga – Agustus 2004.
Kependidikan. Bandung: UPI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sulistyorini. 2011. Peran Serta Masyarakat dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Pengembangan Sekolah Dasar. Jurnal Unicef, Depdiknas, & European Union. 2007.
Pendidikan dan Pembelajaran. 18 Nomor Modul Pelatihan Praktek yang Baik 1
2 Oktober 2011: 180-187. Manajemen Berbasis Sekolah, Peran
Supr iyadi, A. 2011. Analisis Prakondisi Serta Masyarakat, Pembelajaran Aktif,
Implementasi Kebijakan Peningkatan Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Kompetensi Guru. Jurnal Pendidikan dan Jakarta: Unicef.
Pembelajaran. Volume 18 Nomor 1 April Unicef, Depdiknas, Unesco, dan Nzaid. 2008.
2011:47-56. Panduan Implementasi MBS/CLCC Fase
Suratman, B. 2010. Kompetensi Manajerial Kepala 2 2007 – 2010. Jakarta: Unicef.
Sekolah, Ketersediaan Sarana Prasarana, Usman, H. 2010. Manajemen Teori, Praktik,
Kapabilitas Mengajar Pendidik, dan dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Dukungan Orang Tua, Kaitannya dengan Aksara.
Prestasi Belajar Peserta didik SMP Negeri Wijatno. S. 2009. Pengelolaan Perguruan Tinggi
di Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan dan Secara Efisien, Efektif, dan Ekonomis
Pembelajaran. Volume 17 Nomor 1 April untuk Meningkatkan Mutu
2010: 89-97. Penyelenggaraan Pendidikan dan Mutu
Ulfatin, N dan Arifin. I. 2004. Manajemen Lulusan, Jakarta: Salemba Empat.
Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Wiyono, B.B. 2010. Partisipasi Masyarakat
Strategi Pembelajaran Model Belajar terhadap Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan.
Mandiri Berbasis PAKEM. Makalah Jurnal Manajemen Pendidikan. Volume
disampaikan dalam Pendidikan dan 23 Nomor 1 Maret 2010:1-11.
PENGELOLAAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MADRASAH
ALIYAH NEGERI

Sitti Roskina Mas

E-mail: strosmas@yahoo.co.id,
Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jenderal Sudirman 6 Gorontalo 96128

Abstract: Educational Quality Assurance MAN. The main objective of the research to describe
about: minimal sereferenced standard at MAN, quality assurance in curriculum and teaching-learning
process, students, human resources especially teachers, facilities, and apartements (boarding school)
at MAN Insan Cendekia Gorontalo. The research used a qualitative approach with a single case
study. Data were collected by using interviews, observation, and documentation, and finally data
were analyzed ualitative-descriptive. The research findings indicated that the minimal criterion standard
has become a main standard for quality assurance of MAN Insan Cendekia Gorontalo, the quality of
assurances in curriculum and teaching-learning process, students, human resources especially
teachers, facilities, and boarding school has been implemented at MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang standar pelayanan minimal,
penjaminan mutu kurikulum dan proses belajar-mengajar, siswa, dan ketenagaan khususnya guru,
fasilitas, dan keasramaan pada MAN Insan Cendekia Gorontalo. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan studi kasus tunggal. Data dikumpulkan dengan menggunakan
wawancara, observasi, dokumentasi dan data dianalisis secara kualitatif deskriptif. Temuan penelitian
mengindikasikan bahwa Standar Acuan Minimal (SAM) telah menjadi standar utama pada penjaminan
mutukurikulum dan proses belajar-mengajar, kesiswaan, ketenagaan khususnya guru, fasilitas, dan
keasramaanyang telah diimplementasikan pada MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Kata kunci: manajemen, penjaminan mutu, pendidikan, madrasah aliyah

Tingginya tuntutan mutu dari pihak stakeholders yang dihasilkan oleh dunia industri berupa barang
pendidikan harus direspon oleh pihak sekolah dengan mudah dapat dilihat sedangkan produk yang
secara bertanggung jawab. Untuk itu, sekolah perlu dihasilkan oleh sistem pendidikan (sekolah) berupa
mengembangkan sistem penjaminan mutu yang jasa bersifat tidak nyata sehingga tidak mudah
dapat memberikan kepastian kepada seluruh menentukan mutunya. Menentukan mutu sekolah
stakeholderstentang mutu lulusan yang tidak cukup melihat mutu lulusannya tetapi lebih
dihasilkan. Arifin (2007) mengemukakan bahwa kepada bagaimana proses menghasilkan suatu
sistem penjaminan mutu sangat penting dalam lulusan.
lembaga pendidikan karena dapat menentukan Penjaminan mutu pendidikan lebih
proses pendidikan apakah telah berlangsung berorientasi pada proses dibandingkan dengan
sebagaimana seharusnya, dengan demikian hasil. Syafaruddin (2002) menyatakan jaminan
penyimpangan yang terjadi pada proses dapat mutu pendidikan akan tercapai bila mencakup tiga
dideteksi sehingga dapat dievaluasi dan diperbaiki mutu terpadu yakni every process, every job, dan
secara berkesinambungan. Jaminan mutu di every person. Misalnya, mutu penyelenggaraan
sekolah dapat memberikan dua informasi, karena proses pembelajaran dilihat dari unsur-unsurnya
merupakan umpan balik bagi sekolah dan sebagai indikator mutu, antara lain, tenaga pengajar,
memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa kurikulum, sarana prasarana, produktivitas, dan
sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik mutu lulusan.
bagi siswa. Upaya member ikan kepastian mutu
Memberikan jaminan mutu pendidikan jauh pendidikan di sekolah perlu ada perumusan
lebih kompleks dibandingkan dengan penjaminan standarisasi penjaminan mutu berupa
mutu yang dilakukan oleh dunia industri. Produk pengembangan indikator-indikator baik berkaitan
135
136 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

proses maupun hasil dari serangkaian kegiatan di kurikulum dan proses pembelajaran, (3) penjaminan
sekolah yang menunjukkan sekolah tersebut mutu bidang kesiswaan, (4) penjaminan mutu bidang
bermutu. Hasil penelitian Ansar, dkk (2005) pada ketenagaan terutama guru, dan (5) penjaminan mutu
kajian sekolah efektif pada pendidikan dasar di bidang keasramaan di MAN Insan Cendekia
Gorontalo menyebutkan sembilan indikator untuk Gorontalo.
melihat krakteristik sekolah efektif, antara lain:
administrasi dan manajemen sekolah, kepala METODE
sekolah dan pengawas, kurikulum dan
pembelajaran, peserta didik, ketenagaan, organisasi Penelitian ini menggunakan pendekatan
dan kelembagaan, pembiayaan dan pendanaan, kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
sarana dan prasarana, dan peran serta masyarakat digunakan dalam penelitian ini adalah: teknik
dalam pendidikan. wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data
Samidjo (2003) mengidentifikasi kinerja yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data
sekolah efektif (bermutu) atas: suasana sekolah yang berkaitan dengan SAM, pengelolaan
yang aman, lingkungan yang teratur dan kondusif penjaminan mutu pada aspek kurikulum dan proses
untuk berlangsungnya proses pembelajaran, kepala pembelajaran, kesiswaan, ketenagaan (guru),
sekolah aktif mengatasi dan menyelesaikan sarana prasarana, dan keasramaan.
masalah pengajaran dan observasi kelas, kepala Informan penelitian dipilih dengan
sekolah dan staf pengajar memiliki harapan yang menggunakan tehnik purfosif, dengan memilih
tinggi bagi siswa, ada rasa memiliki tujuan bersama orang-orang yang dianggap mengetahui tentang
dengan kurikulum baku, dan program pendidikan fokus masalah secara mendalam dan dapat
diarahkan untuk menjamin diperolehnya prestasi dipercaya untuk dijadikan sumber data, dan tehnik
siswa pada tes standar. ini dipadukan dengan tehnik snowball sampling.
Mengacu pada kriteria sekolah bermutu yang Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala
dikemukakan para ahli tersebut, mendorong madrasah sebagai informan kunci, wakil kepala
beberapa pakar pendidikan yang bergabung dalam sekolah, ketua litbang, guru-guru, siswa, orang tua,
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan alumni.Data yang terkumpul di analisis secara
bekerja sama dengan badan pengkajian dan deskriktif dengan alur: reduksi data, penyajian
penerapan teknologi (BPPT) merintis sekolah data, dan penarikan kesimpulan.
bermutu dengan mendirikan SMU Insan Cendekia
pada tahun 1996 di dua tempat yakni di Serpong- HASIL
Banten dan Gorontalo. Seiring dengan perjalanan
selama tiga belas tahun, MAN Insan Cendekia Standar Acuan Minimal (SAM) Sistem
Penyelenggaraan MAN Insan Cendekia Gorontalo
telah tumbuh menjadi sebuah lembaga pendidikan
yang berkualitas tidak saja secara regional dan Penjaminan mutu MAN Insan Cendekia
nasional bahkan secara internasional. Hal tersebut Gorontalo dalam rangka mencapai visi diperlukan
terbukti dari berbagai prestasi yang diraih selama standarisasi yang dapat menjadi acuan
ini, baik prestasi akademik maupun prestasi non pengembangan ke depan dengan standar mutu
akademik, dan diterimanya alumni MAN Insan yang terjamin. SAM penyelenggaraan MAN Insan
Cendekia diberbagai perguruan tinggi negeri favorit Cendekia Gorontalo sebagai suatu kebijakan dikaji
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. dengan melihat aspek tujuan SAM, muatan SAM,
Keberhasilan yang diraih MAN Insan penyusunan dan pembahasan SAM, tugas Litbang,
Cendekia Gorontalo selama ini telah membuktikan dan masa kerja Litbang, serta perubahan SAM.
pengelolaan dan sistem mutu dijalankan dengan SAM bertujuan memberikan arah dan
benarsehingga dapat memenuhi tuntutan dan kebijakan penyelenggaraan pendidikan di MAN
keinginan pelanggannya. Hal ini sesuai harapan Insan Cendekia Gorontalo. Dengan demikian SAM
civitas MAN Insan Cendekia yang dirumuskan menjadi acuan atau alat ukur sistem penjaminan
dalam empat pilar manajemennya,yakni customer mutu MAN Insan Cendekia Gorontalo. SAM
satisfaction, continous improvement, speaking sebagai miniatur yang telah didokumenkan menjadi
with fact, dan respect for people. sistem penyelenggaraan MAN Insan Cendekia
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: Gorontalo. SAM ini dijadikan patokan untuk
(1) Standar Acuan Minimal (SAM) MAN Insan mewujudkan pendidikan yang berkualitas sebagai
Cendekia Gorontalo, (2) penjaminan mutu bidang jaminan kepada pelanggannya.
Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 137

SAM MAN Insan Cendekia Gorontalo berkualitas tinggi yang beriman dan bertaqwa
memuat (1) visi dan misi, (2) target, (3) garis-garis kepada Allah SWT, menguasai ilmu pengetahuan
besar yang meliputi standar minimal seluruh bidang dan teknologi, serta mampu mengaktualisasikannya
yang ada di MAN Insan Cendekia Gorontalo dalam masyarakat, memiliki kesehatan jasman dan
meliputi standar kurikulum, standar kesiswaan, rohani yang baik serta kepribadian yang mantap,
standar SDM terutama guru, standar manajemen mandiri, dan bertanggung jawab kepada
keasramaan, standar sistem manajemen dan masyarakat dan bangsa Indonesia.
organisasi, dan standar sarana prasarana. Dengan Untuk mencapai tujuan pendidikan MAN
standar mutu yang jelas, dapat dicapai, diterima, Insan Cendekia Gorontalo, penjaminan mutu bidang
teramati dan terukur,menjadi jaminan untuk kesiswaan berdasar pada standar: (1) penerimaan
memperbaiki mutu yang dilakukan secara terarah siswa baru,yang meliputi kriteria berkepribadian
dan berkelanjutan oleh seluruh warga MAN Insan mantap, memiliki keimanan yang kuat, sehat
Cendekia Gorontalo. jasmani dan rohani, serta lulus tes psikolastik
dengan nilai minimal 900, (2) prosedur penerimaan
Penjaminan Mutu Bidang Kurikulum siswa baru, meliputi tahapan masa persiapan,
pendaftaran, seleksi tulis, pengumuman kelulusan,
Penjaminan mutu bidang kurikulum dan proses tes kesehatan, dan persiapan masuk sekolah bagi
pembelajaran dilakukan dengan: (1) treatment yang telah lulus, (3) masa orientasi siswa, dan (4)
matrikulasi pada mata pelajaran MAFIKIBI, (2) pembinaan kesiswaan terdiri atas tiga jalur yakni:
struktur kurikulum mengacu pada KTSP DEPAG OSIS, penegakan disiplin, dan Unit Kegiatan
2006. Bentuk pengembangan kurikulum Pelajar (UKP).
dilakukanberdasarkan pada visi dan misi MAN Insan Penetapan standar penjaminan mutu
Cendekia Gorontalo, yang disesuaikan dengan kesiswaan, model pembinaan kesiswaan ditata
kebutuhan perkembangan belajar siswa. Pengayaan secara formal dan didesain secara lembaga
materi mengacu pada cambridge khususnya bidang sehingga segala bentuk kebijakan baik dalam tahap
studi MAFIKIBI, (3) disain silabus dan perangkat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun
pembelajaran disusun bersama team teaching, pengevaluasi selalu dirumuskan secara
mengayakan materi dengan informasi terkini serta kelembagaan dan resmi di bawah pertanggung-
memperkaya jenis tagihan, dan penugasan, (4) jawaban Kepala Madrasah.
penggunaan media dan strategi pembelajaran
disesuaikan dengan tuntutan materi yang akan Penjaminan Mutu Bidang Ketenagaan Terutama Guru
diajarkan, (5) penilaian hasil belajar siswa didasarkan
pada persyaratan Kriteria Ketuntasan Minimal Salah satu target yang diharapkan MAN
(KKM) dari setiap bidang studi dan jenis tagihan yang Insan Cendekia Gorontalo adalah 95 % alumni
harus dikerjakan siswa, (6) penentuan jurusan siswa MAN Insan Cendekia Gorontalo diterima pada
ditetapkan berdasarkan hasil tes psikotes dan ulangan perguruan Tinggi berkualitas baik di dalam negeri
kenaikan kelas, (7) pembimbingan akademik dalam maupun diluar negeri. Agar bisa memproses siswa
bentuk responsi, tutorial dan bimbingan khusus. dengan lulus berkualitas, MAN Insan Cendekia
Responsi merupakan kegiatan penguatan konsep dan Gorontalo menetapkan standar yang berkaitan
pengayaan materi pelajaran tertentu yang terintegrasi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama
dalam jam reguler. Tutorial merupakan kegiatan guru.
rancangan pengajaran tambahan oleh guru kepada Standar penjaminan mutu bidang ketenagaan
seseorang atau sejumlah kecil siswa di asrama. (guru) MAN Insan Cendekia Gorontalo, adalah:
Bimbingan khusus merupakan program intensif untuk (1) menetapkan sistem penerimaan guru dengan
olimpiade, persiapan UN dan persiapan SPMB, dan standar minimal yaitu lulus tes akademik,
(8) pengembangan budaya ilmiah dikemas dalam psikologi, dan microteaching, (2) pembinaan
muatan lokal melalui penulisan KIR dan buku profesi maupun karier untuk meningkatkan
sederhana. profesionalisme guru melalui program studi lanjut
(S2 dan S3), peningkatan spritual,workshop
Penjaminan Mutu Bidang Kesiswaan pembelajar an, pemagangan guru pada
internasional school, MGMP, (3) menetapkan
Pendidikan MAN Insan Cendekia Gorontalo standar kinerja meliputi standar pembelajaran,
bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia disiplin, tanggung jawab, komitmen pada prestasi,
138 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

dan demokratis, (4) menetapkan standar perilaku manajemen dan organisasi, dan (e) sarana dan
yang mencerminkan keteladanan yang islami, dan prasarana (SAM MAN Insan Cendekia Gorontalo,
(5) menetapkan standar kesejahteraan yang tinggi. 2006).
Litbang sebagai tim khusus audit internal
Penjaminan Mutu Bidang Keasramaan mutu MAN Insan Cendekia Gorontalo bertugas
untuk mengkaji agenda dan menindaklanjuti
Asrama siswa merupakan wadah yang sehingga pengendalian mutu dapat diupayakan.
potensial dan strategis untuk membentuk siswa Oleh karena itu, tugas Litbang menggali data dan
sesuai dengan visi, misi MAN Insan Cendekia informasi baik dari dalam maupun dari luar
Gorontalo, yang tidak terpisahkan dengan program lembaga untuk menjadi dasar pembuatan
kegiatan sekolah secara keseluruhan. Untuk itu kebijakan. Selanjutnya data dan informasi yang
pengelolaan keasrmaan perlu distandarkan juga telah diperoleh dianalisis dan hasilnya menjadi
mulai dari sarana prasaran asrama, dan kegiatan masukan kebijakan program ke depan pada semua
di asrama. bidang yang ada di MAN Insan Cendekia
Penjaminan mutu bidang keasramaan MAN Gorontalo. Hal itu sejalan dengan Wijono (2000)
Insan Cendekia Gorontalo dilaksanakan bahwa proses perencanaan penjaminan mutu
berdasarkan standar pembinaan di asrama yang harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
meliputi pembinaan hidup berasrama, keagamaan, (1) merencanakan QA, (2) menyusun standar-
dan kemampuan berbahasa asing. Untuk standar dan spesifikasi, (3) mengkomunikasikan
mengevaluasi kegiatan dituangkan dalam raport pedoman-pedoman dan standar-standar, (4)
asrama siswa. Pemantauan alumni, dilakukan monitoring mutu, (5) mengidentifikasi masalah dan
melalui media dan bertemu langsung. Peran serta menyeleksi peluang untuk peningkatan mutu, (6)
alumni terhadap sekolah sangat nyata sekali, menetapkan masalah-operasionalnya, (7) memilih
sehingga memberikan dampak yang positif kepada tim, (8) analisis masalah dan identifikasi penyebab
adik-adiknya untuk lebih berprestasi. masalah, ((9) membuat solusi-solusi dan kegiatan-
kegiatan peningkatan mutu, dan (10) melaksanakan
PEMBAHASAN dan mengevaluasi upaya-upaya peningkatan mutu.
Pendapat ini diperkuat oleh Juran (1989) untuk
Standar Acuan Minimal (SAM) MAN Insan Cendekia meningkatkan mutu suatu organisasi atau lembaga
Gorontalo dalam TQM diperlukan langkah-langkah: (1)
Pembentukan Institusi Penelitian dan mengembangkan infrastruktur yang diperlukan
Pengembangan (Litbang) MAN Insan Cendekia untuk melakukan perbaikan atau peningkatan mutu,
Gorontalo diharapkan sebagai alat kontrol, dan (2) mengidentifikasi bagian atau komponen yang
sebagai sumber informasi bagi kepala madrasah membutuhkan perbaikan, dan (3) memfasilitasi apa
dalam upaya mengoptimalkan pencapaian visi, misi, yang dibutuhkan agar dapat dilakukan diagnosis
tujuan dan program madrasah. Selain itu, Unit untuk menemukan sumber penyebab utama,
Litbang ini bertugas melaksanakan penelitian dan memberikan solusi, dan melakukan pengendalian.
pengembangan di lingkungan madrasah yang Litbang MAN Insan Cendekia Gorontalo
berkaitan dengan kurikulum dan pembelajaran, sebagai audit mutu internal lembaga yang
pengembangan ketenagaan, pembinaan ditugaskan untuk mengorganisasikan mutu.
kesiswaan, pengembangan sarana dan prasarana Kebijakan ini sejalan dengan pendapat Satori
serta optimalisasi pengelolaan hubungan sekolah (2008) bahwa penjaminan mutu internal sekolah
dengan masyarakat. Berdasarkan kajian dan merupakan tindakan strategis yang perlu
evaluasi kegiatan oleh Litbang, maka ditetapkan diusahakan dari dalam sekolah sendiri untuk
Standar Acuan Minimal yang menjadi acuan kerja meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa
setiap staf madrasah.SAM merupakan suatu secara berkelanjutan. Dengan demikian Litbang
kebijakan strategis madrasah yang memuat: (1) berperan sebagai komite atau tim pengarah mutu
visi dan misi, (2) target, (3) garis-garis besar MAN MAN Insan Cendekia Gorontalo.
Insan Cendekia yang memuat konsep dasar, SAM sebagai kontrol mutu MAN Insan
prasyarat, standar minimal mutu MAN Insan Cendekia Gorontalo disesuaikan dengan
Cendekia meliputi: (a) kurikulum, (b) pembinaan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesiswaan, (c) manajemen keasramaan, (d) sistem maka setiap tiga tahun diadakan evaluasi. Dengan
demikian SAM merupakan alat kontrol yang tidak
Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 139

berlaku paten. Hal ini mengacu pada pendapat penentuan kelas serta digunakan pula untuk
Sallis (2007) bahwa untuk mencapai mutu mendiagnosa kekurangan dan kesulitan peserta
diperlukan usaha dengan menggunakan seluruh didik pada mata pelajaran inti tersebut.
potensi organisasi melalui usaha perbaikan secara Upaya yang dilakukan MAN Insan
on-going dan terus menerus. Tujuan prinsip ini Cendekia Gorontalo untuk mewujudkan
untuk memberikan kepuasan total kepada semua pembelajaran yang berkualitas adalah menetapkan
pihak yang berkepentingan pada penyelenggaraan standar pengelolaan kurikulum dan proses
pendidikan di MAN Insan Cendekia baik sebagai pembelajaran yang didasarkan pada empat hal: (1)
pelanggan internal maupun sebagai pelanggan bersifat “grounded research”yaitu suatu model
eksternal. Hal ini sejalan dengan Creech (1996) yang merupakan masukan dan temuan dari bawah
menyatakan cara pandang lembaga terhadap (guru mata pelajaran), (2) membuat model
customer focus akan dapat memberikan kepuasan pembelajaran sesuai dengan tuntutan materi, (3)
total kepada pihak-pihak tersebut terutama kepada menyesuaikan model atau format pembelajaran
pelanggan pengguna lulusan, para pegawai, dan dengan kesiapan sarana prasarana, dan (4)
masyarakat. menciptakan iklim pembelajaran yang lebih
Kebijakan SAM yang dibuat sebagai landasan memberikan waktu luang bagi siswa untuk
penyelenggaraan MAN Insan Cendekia Gorontalo melakukan proses eksplorasi dan pembelajaran
sangat sesuai dengan makna dari Total Quality secara mandiri. Dengan demikian standar
Management (TQM) yang dikembangkan oleh kurikulum dirancang sesuai panduan sistem
Deming menyatakan tiga kunci untuk implementasi pengembangan kurikulum
meningkatkan mutu pendidikan, yaitu (1) organisasi sebagimana yang telah ditetapkan pada SAM
harus fokus pada siswa dan guru, (2) setiap orang MAN Insan Cendekia Gorontalo.
dalam organisasi harus memiliki dedikasi untuk Upaya lain yang dilakukan MAN Insan
memperbaiki diri (sendiri-sendiri dan kolektif) Cendekia Gorontalo untuk meningkatkan kualitas
secara terus menerus, (3) organisasi harus pendidikan seiring dengan perubahan status adalah
dipandang sebagai sistem, dan setiap orang yang pihak manajemen sekolah merancang suatu
bekerja dalam sistem harus dilihat sebagai proses panduan sistem implementasi pengembangan
on- going (Ulfatin, 2007). kurikulum yang digunakan sebagai pedoman
Keberhasilan yang diraih MAN Insan penyelenggaraan pendidikan di MAN Insan
Cendekia selama ini membuktikan pengelolaan dan Cendekia Gorontalo. Hal ini dimaksudkan agar
sistem yang benar, dijalankan oleh MAN Insan program pembelajaran relevan dengan keadaan
Cendekia beserta pelaksana di dalamnya dan para dan kebutuhan MAN Insan Cendekia Gorontalo.
pendukungnya untuk mewujudkan pendidikan yang Depag (2003) mengatakan bahwa pengelolaan
bermutu dan bernuansa islami sesuai dengan ide kurikulum merupakan suatu proses mengarahkan
dasar pendirian MAN Insan Cendekia agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
mewujudkan pendidikan madrasah yang unggul di Proses manajemen kurikulum mencakup
bidang imtaq dan iptek. perencanaan, pelaksanaaan dan penilaian serta
keseluruhan proses penyelenggaraannya yang
Penjaminan Mutu Bidang kurikulum dan Proses bertujuan agar seluruh kegiatan pembelajaran
PembelajaranMAN Insan Cendekia Gorontalo terlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna.
Pengelolaan kurikulum di MAN Insan
Salah satu keunikan yang ditemui padabidang Cendekia dirancang dengan berkolaborasi antara
akademik di MAN Insan Cendekia Gorontalo kepala madrasah, wakil kepala bagian kurikulum,
adalah melaksanakan matrikulasi pada siswa baru dan guru-guru. Hal ini dilakukan agar kurikulum
kelas X untuk mata pelajaran inti (MAFIKIBI). relevan dengan kebutuhan perkembangan belajar
Program ini dilaksanakan selama kurang lebih satu siswa, sehingga siswa yang rata-rata
bulan dengan tujuan menyamakan konsep-konsep berkemampuan tinggi dapat ditumbuhkembangkan
dasar dan pengenalan pemakaian alat-alat secara benar dan tepat ter arah kepada
laboratorium dalam mata pelajaran inti tersebut. penguasaan iptek dan imtaq yang seimbang sesuai
Sebelum matrikulasi dilaksanakan peserta didik dengan visi, misi MAN Insan Cendekia Gorontalo.
terlebih dahulu diberikan tes awal yang bertujuan Disain silabus mengacu pada kurikulum yang
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sedang berlaku yakni KTSP DEPAG 2006 dan
sehingga hasil tes awal dapat dijadikan dasar untuk pendalaman materinya mengacu pada Cambridge,
140 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

khususnya bidang studi MAFIKIBI. Hal ini pelayanan pembelajaran dengan guru-guru yang
dimaksudkan untuk mencapai kualitas sistem berkualitas, pelayanan sarana prasarana yang
pembelajaran di MAN Insan Cendekia. Setiap lengkap, serta pelayanan dan pembimbingan yang
guru bidang studi bersama tim teaching wajib baik kepada siswa sehingga prestasi siswa dapat
mengembangkan silabus dan materi pembelajaran dimaksimalkan. Sebagaimana diakui para alumni
sehingga materi yang diberikan sesuai dengan MAN Insan Cendekia Goorontalo bahwa guru
kebutuhan dan kemampuan siswa. memberdayakan kemampuannya sehingga dapat
Implementasi pembelajaran yang memiliki keunggulan baik intelektual, emosional
berkualitasmenurut Beare dkk (1989) bahwa maupun spritual. Komariah dan Triatna (2005)
pembelajaran dapat dilaksanakan dengan mengacu menyatakan bahwa pelayanan pembelajaran yang
pada aktivitas sebagai berikut: (1) bantuan klinis efektif mengupayakan siswa dapat belajar dan
dengan maksud mendiagnosa kebutuhan peserta membuka jalan pemahaman dan menjadi orang
didik dan menyiapkan pengalaman belajar untuk yang dipercaya dalam membangun komunikasi
memenuhi kebutuhan setiap peserta didik, (2) empati dengan siswa sehingga integritas siswa yang
perencanaan dengan menyeleksi atau menentukan terbangun bukan hanya intelektualnya saja, tetapi
tujuan pembelajaran yang tepat, pengalaman juga dimensi sosial dan spritualnya. Ketercapaian
belajar, dan prosedur assesment, (3) pengajaran multiple intelegency, bisa terwujud karena yang
(instruction) yaitu kesuksesan komunikasi di kelas dilakukan dalam sistem pendidikan di MAN Insan
dan tercapainya harapan semua peserta didik, (4) Cedekia adalah orang-orang pilihan yang direkrut
manajemen kelas yaitu bagaimana mengelola kelas dengan memakai sistem penerimaan yang dapat
dengan lingkungan pembelajaran yang dipertanggung jawabkan. Secara alamiah mereka
menyenangkan, (5) memonitor perkembangan mempunyai talenta dan karunia dari Allah yang
yaitu dengan memberikan assesment berkelanjutan berlimpah berupa potensi brain rata-rata ke atas,
dan melaporkan kesemua peserta didik, dan dan mereka berada dalam sebuah sistem
menyiapkan informasi pada proses berjalan pada pendidikan yang sekaligus memadukan tiga
bantuan klinis, perencanaan dan pengajaran, dan kecerdasan; intelegensi, emosi, dan spiritual.
(6) peduli pada peserta didik yaitu guru memberikan Pengembangan Sistem penilaian didasarkan
tindakan yang merefleksikan nilai-nilai seperti pada visi dan misi, serta profil kompetensi lulusan
peduli, dukungan. MAN Insan Cendekia Gorontalo. Pengembangan
Guru MAN Insan Cendekia Gorontalo penilaian dimaksudkan untuk meningkatkan
menggunakan media pembelajaran untuk relevansi program pembelajaran dengan keadaan
memperoleh hasil yang optimal dalam dan kebutuhan MAN Insan Cendekia Gorontalo.
pembelajarandan disesuaikan dengan materi Pelaksanaan penilaian berhubungan dengan setiap
pelajaran. Guru tidak hanya mengandalkan apa bagian dari proses pendidikan, bukan hanya
yang ada di kelas, tetapi guru menggunakan keberhasilan belajar saja tetapi mencakup semua
berbagai sumber pembelajaran di luar kelas. Guru proses mengajar dan belajar. Prinsip penilaian tetap
memiliki kreativitas tinggi dalam pembelajaran, memperhatikan persyaratan kompetensi dasar
menggunakan media dan strategi yang sesuai bidang studi, KKM dari setiap bidang studi, dan
dengan materi, memiliki hubungan yang sangat jenis tagihan yang harus dikerjakan siswa untuk
akrab dengan siswa. Sejalan dengan itu, Sallis menghasilkan informasi dalam menilai siswa.
(2007) mengatakan bahwa institusi pendidikan Format penilaian yang dikembangkan oleh
harus memberikan pelajar kesempatan untuk guru-guru MAN Insan Cendekia Gorontalo bukan
mencontoh pembelajaran dalam variasi model yang hanya menggunakan format tradisional seperti
berbeda dan kombinasi beberapa gaya belajar pilihan ganda, uraian obyektif, menjodohkan, tetapi
sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mereka juga menggunakan asesmen autentik,
meraih sukses secara maksimal. Prabowo (2008) seperti performansi atau kinerja dan portofolio. Hal
menyatakan ketepatan guru dalam memilih dan ini sesuai dengan pendapat O’Malley dan Pierce
menerapkan strategi pembelajaran akan (1996) bahwa asesmen autentik dimaksudkan
mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran. untuk menggambarkan berbagai bentuk penilaian
Pihak internal sekolah selalu berusaha untuk yang merefleksikan pembelajaran, capaian,
mencapai pembelajaran yang berkualitas sehingga motivasi, dan sikap pembelajar pada aktivitas
pihak eksternal seperti orang tua percaya terhadap pembelajaran yang relevan di kelas seperti
jaminan kualitas pelayanan terhadap siswa, baik asesmen performansi dan portofolio.
Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 141

Hal lain yang menarik adalah penentuan Penjaminan Mutu Bidang Kesiswaan MAN Insan
jurusan dan kenaikan kelas di MAN Insan Cendekia Gorontalo
Cendekia Gorontalo yang ditetapkan berdasarkan
Pengelolaan Kesiswaan diawali dengan
dua hasil tes. Kedua hasil tes tersebut adalah tes
menjaring siswa melalui sistem seleksi yang ketat,
psikologi dan tes sumatif (tes kenaikan kelas) yang
yaitu dengan menentukan standar penerimaan
menjadi pertimbangan utama pada penjurusan dan
siswa baru dan prosedur seleksi penerimaan siswa
kenaikan kelas siswa. Hal ini menandakan bahwa
baru. Standar penerimaan siswa baru MAN Insan
MAN Insan Cendekia dalam mengelolah peserta
Cendekia memiliki kriteria calon yang (1)
didik selalu berdasarkan data yang dapat
berkepribadian yang mantap, (2) berkeimanan yang
dipertanggung jawabkan.
kuat, (3) sehat jasmani dan rohani, (4) lulus tes
Program bimbingan akademik MAN Insan
psikolastik dengan nilai minimal 900. Prosedur
Cendekia Gor ontalo juga sangat baik dan
seleksi penerimaan siswa baru dengan mengikuti
terprogram karena bimbingan akademik telah
alur sebagai berikut: (1) masa persiapan, (2) masa
didisain dalam bentuk responsi, tutorial dan
pendaftaran, (3) seleksi tulis, (4) pengumuman
bimbingan khusus. Program responsi merupakan
kelulusan, (5) tes kesehatan, dan persiapan masuk
kegiatan yang terstruktur dalam jam kurikuler yang
sekolah yang telah lulus dan telah memenuhi semua
bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep
persayaratan.
dan melatih keterampilan siswa memecahkan
Program pertama yang dilakukan madrasah
masalah. Program tutorial merupakan kegiatan
bagi siswa yang dinyatakan lulus, mengenalkan
pembimbingan khusus bagi siswa yang belum
lingkungan dan sistem madr asah melalui
mencapai standar ketuntasan, dan bagi siswa yang
penyelenggaraan orientasi yang secara terintegrasi
memperoleh nilai tinggi bimbingan khusus dalam
dengan matrikulasi agar siswa dapat mudah
bentuk bimbingan olimpiade. Bimbingan khusus
beriteraksi dengan lingkungan baru, menumbuhkan
dilaksanakan diluar pembelajaran sekolah.
sikap kepemimpinan, kebersamaan atau solidaritas
Bimbingan akademik bertujuan untuk
yang tinggi di lingkungan sekolah. Penyelenggaraan
mempersiapkan siswa mengikuti UN/UAS dan
kegiatan orientasi dan matrikulasi menunjukkan
seleksi perguruan tinggi yang berkualitas baik di
bahwa ada usaha yang sungguh-sungguh untuk
dalam negeri maupun di luar negeri sehingga target
mengelola siswa dengan baik agar siswa dapat
bidang akademik dapat tercapai. Target akademik
mengikuti proses pembelajaran dengan baik pula.
tersebut adalah (1) siswa lulus 100 % dengan grade
Dengan penyelenggaraan MOS yang dikoordinir
A (rata-rata >75) untuk semua mata pelajaran, (2)
bidang kesiswaan terintegrasi matrikulasi
mendapatkan nilai optimun untuk semua siswa, (3)
dikoordinir bidang akademik selama kurang lebih
mendapat nilai sempurna untuk beberapa mata
satu bulan diharapkan siswa dapat mudah
pelajaran, dan (4) 90 % lulus di PTN favorit. Hal
berinteraksi pada lingkungan yang baru, sehingga
ini sesuai dengan target tim penjaminan mutu
aktivitas pribadi terutama dalam bersosialisasi dan
akademik MAN Insan Cendekia Gorontalo. Hal
belajar mandiri dapat dilakukan siswa dengan baik.
ini diperkuat pendapat Komariah dan Triatna (2005)
Masaong (2009) menyatakan bahwa pengelolaan
kualitas adalah gambaran dan karakteristik
peserta didik yang baik dapat mencapai keefektifan
menyeluruh dari lulusan yang menunjukkan
tujuan program kesiswaan.
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
Pengoptimalan potensi siswa dilakukan baik
yang ditentukan, misalnya hasil ujian akhir.
melalui program di dalam sekolah maupun di luar
MAN Insan Cendekia Gorontalo mempro-
sekolah. Hal ini bertujuan agar siswa tumbuh dan
gramkan muatan lokal yang terdiri atas dua kegiatan
berkembang secara utuh dalam berbagai aspek
yakni penulisan KIR dan penulisan buku sederhana.
kehidupannya. Dengan demikian akan terbentuk
Yang bertujuan untuk memberikan pengalaman
individu yang sesuai dengan tujuan pendidikan di
menulis karya ilmiah dan menumbuhkan budaya
MAN Insan Cendekia pada khususnya. Pembinaan
ilmiah siswa yang merupakan bagian yang tak
kesiswaan dilakukan melalui tiga jalur, yakni
terpisahkan dalam pembelajaran. Penulisan KIR
pembinaan melalui OSIS, penegakan disiplin, dan
dan buku sederhana dapat memberikan pengalaman
pembinaan melalui Unit Kegiatan Pelajar (UKP).
awal dalam menulis dan meneliti sehingga siswa
Pembinaan kesiswaan jalur OSIS atau latihan
yang lanjut ke perguruan tinggi sudah merupakan
kepemimpinan dan berorganisasi bertujuan
hal yang biasa, karena budaya meneliti dan menulis
memberi bekal pengetahuan maupun pengalaman
telah dilakukan sejak di sekolah.
142 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

kepada siswa untuk memimpin dirinya, orang lain MAN Insan Cendekia dengan mengikuti tiga
dan lingkungannya serta berorganisasi dalam macam tes yaitu (1) akademik, (2) psikologi, dan
rangka mengoptimalkan peran sertanya dalam (3) microteaching. Ketigates tersebut harus lulus
memperlancar pelaksanaan program MAN Insan untuk dapat dipertimbangkan menjadi calon guru
Cendekia Gorontalo. Pada intinya pembinaan di MAN Insan CendekiaGorontalo.
OSIS memuat tiga hal penting yaitu pembinaan Standar input calon guru di MAN Insan
kepemimpinan dan keorganisasian, keagamaan, Cendekia Gorontalo berbeda dengan rekrutmen
akademik dan ekstra kurikuler. Hal ini sejalan calon guru MAN lainnya. MAN lainnya hanya
dengan Beare dkk (1989) bahwa perkembangan mengikuti seleksi calon pegawai negeri secara
siswa harus (1) didukung oleh aktivitas ekstra umum yaitu tes akademik sedangkan tes psikologi
kurikuler yang lebih banyak, (2) lebih ditekankan dan microteaching tidak dipersyaratkan. Hal itu
pada pembinaan prilaku dan, (3) pembinaannya menandakan bahwa standar input calon guru selalu
ditekankan pada keyakinan beragama dan standar memperhatikan standar mutu SDM nya. Sallis
moral. (2007) menyatakan investasi SDM adalah kunci
Pembinaan disiplin dimaksudkan untuk mutu dan menentukan keberlangsungan lembaga
menegakkan disiplin dengan berusaha memberi dimasa mendatang. Oleh karena itu mutu guru yang
pembinaan dan penanganan terhadap masalah- diterima menjadi indikator untuk menjaga kualitas
masalah yang berhubungan dengan kedisiplinan pembelajaran, karena guru merupakan pelaksana
siswa, baik di sekolah maupun di asrama, dengan utama pembelajaran yang harus memiliki
berpedoman pada buku tata tertib siswa yang kompetensi dan profesionalisme yang tinggi dalam
termuat pada SAM penyelenggaraan MAN Insan pembelajaran. Brandt (dalam Mulyasa, 2004)
Cendekia. Frymier dkk (1984) mengatakan bahwa menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar
penegakan disiplin dan keamanan di sekolah yang guru dituntut memiliki kompetensi yang tinggi,
baik adalah penegakan disiplin dan keamanan dengan kompetensi yang dimiliki seorang pengajar
sekolah yang dipelopori oleh guru berdasarkan dapat menciptakan suasana belajar kondusif dan
aturan dan tata tertib yang telah ditentukan oleh proses belajar mengajar yang efektif.
sekolah. MAN Insan Cendekia Gorontalo telah Terkait dengan peningkatkan pengabdian,
menegakkan disiplin kepada semua siswanya dan mutu, keahlian dan keprofesionalan guru untuk
dalam sistem pengajarannya dicontohkan para guru perbaikan kualitas pembelajaran, MAN Insan
dan seluruh staf yang terlibat di dalamnya baik Cendekia Gorontalo memprogramkan pembinaan
dalam berperilaku maupun berpakaian yang juga profesi guru baik yang diselenggarakan di dalam
menjadi standar siswa maupun guru. sekolah maupun di luar sekolah. Peningkatan
UKP merupakan kegiatan ekstra kurikuler profesionalisme guru sangat baik, terutama dalam
untuk mengembankan potensi, bakat, dan minat peningkatan studi lanjut hingga saat ini telah
siswa; seperti, bahasa Arab, bahasa Inggris, bina mencapai 50 % yang sudah mengikuti S2 dan
vokalia, musik islam, marchin band, hafids Qur’an sedang mengikuti S3, disamping itu peningkatan
dan keagamaan, ekstra elektronik. Dengan kualitas pembelajaran maupun spritual dengan
demikian, siswa-siswa memiliki keterampilan, seni, mengikutkan guru pada kegiatan diklat, workshop,
pembinaan iman yang mantap melalui kegiatan- pemagangan guru pada international schoolyang
kegiatan UKP. Dengan adanya kegiatan UKP berada di Jakarta, Surabaya, dan Bali, maupun
memberikan peluang kepada siswa untuk berkarya, kegiatan yang secara rutin dilaksanakan pada
berinovasi, dan mengembangkan potensi, bakat, MGMP di lingkungan MAN Insan Cendekia
dan minatnya sehingga para siswa tidak memiliki Gorontalo. Menurut Masaong (2009) MGMP
kesempatan lagi untuk melakukan hal negatif atau adalah salah satu kinerja sekolah yang diharapkan
perilaku menyimpang. dapat meningkatkan kualitas tenaga pengajar
sehingga guru dapat mewujudkan pembelajaran
Penjaminan Mutu Guru MAN Insan Cendekia yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hal
Gorontalo ini sejalan dengan pernyataan Ulfatin (2007)prinsip
dari the world Bankbahwa manajemen guru harus
MAN Insan Cendekia menetapkan standar dapat memberikan kontribusi pada peningkatan
minimal guru yang akan mengajar. Standar kinerja sekolah.
penerimaan guru diawali dengan rekrutmen yang Masaong (2009) yang menyatakan
bermutu menggunakan standar mutu sumber daya pengembangan ketenagaan dilandasi beberapa
Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 143

pertimbangan dalam mewujudkan kinerja sekolah dan kemampuan berbahasa asing siswa. Disamping
yaitu (1) pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan itu, pembina asrama juga melakukan komunikasi
dan teknologi yang menuntut sekolah menyesuaikan alumni dengan memantau keberadaan alumni di
perkembangan tersebut, (2) persaingan sekolah perguruan tinggi dan yang telah bekerja.
dalam memberikan pelayanan yang memuaskan Pembinaan kehidupan di asrama ditekankan
kepada pelanggannya untuk memper kuat pada pembentukan karakter tujuannya supaya
legitimasinya terhadap stakeholders-nya. siswa bisa hidup mandiri, bertanggungjawab, hidup
Pemberian reward bagi guru-guru yang memiliki bersih, dan yang terpenting adalah bagaimana
kinerja baik harus menjadi perhatian kepala siswa bisa hidup bersama dalam asrama dan
sekolah, demikian pula guru-guru yang kinerjanya mereka bisa saling memahami pribadi dan karakter
rendah harus mendapat hukuman dan pembinaan masing-masing. Pembinaan karakter oleh Agustian
secara intensif oleh kepala sekolah. Hal ini sejalan (2006) dinyatakan bahwa kecerdasan emosional
dengan pernyataan Ulfatin (2007) program inisiatif sangat penting untuk memahami diri sendiri dan
sekolah paling strategis, antara lain: (1) pelatihan orang lain demi untuk mencapai tujuan.
guru dan tenaga kependidikan secara in house dan Pembinaan keagamaan di MAN Insan
out house sesuai bidang yang dibutuhkan sekolah, CendekiaGorontalo memang dilaksanakan secara
dan (2) menciptakan iklim kerja yang kondusif terprogram dan terarah bekerjasama antara OSIS,
dengan menerapkan sistem reward dan funishment pembina asramah, dan guru agama. Walaupun
yang tepat dan adil. MAN Insan CendekiaGorontalo bukan lembaga
Disiplin dan tanggung jawab guru MAN Insan pasantren, namun berusaha membentuk lingkungan
Cendekia sangat baik, hal ini terlihat pada kehadiran yang berjiwa dan bernafaskan nilai keislaman
guru di kelas dan kegiatan guru diluar kelas. Guru sehingga siswa dapat membiasakan diri
sangat disiplin dan bertanggungjawab atas setiap mewujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupan
tugas yang diberikan dan dikerjakan berdasarkan sehari-hari.
SOP dari masing-masing tugas. Budaya kerja guru Pembinaan imtaq di MAN Insan Cendekia
yang baik karena standar kerja dan disiplin pegawai Gorontalo telah dapat mewujudkan sumber daya
yang terbentuk sebagai komitmen yang tinggi pada manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan
lembaga. Budaya kerja guru dan disiplin merupakan dan ketaqwaan. Hal inilah yang menjadi pijakan
karakteristik budaya sekolah yang berprestasi seperti MAN Insan Cendekia Gorontalo memposisikan
yang diungkapkan oleh Komariah dan Triatna (2005) pembinaan iman dan taqwa menjadi pondasi utama
bahwa budaya sekolah dibentuk dan dipengaruhi dari keilmuan siswa. Sebab sejauh apapun
oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan, kebijakan- melangkah, segalanya harus dikembalikan
kebijakan pendidikan dan perilaku orang yang ada kediktum agama yang harus menjadi pegangan
di dalamnya. hidup siswa. Dengan demikian ungkapan yang
Perubahan kultur yang dilakukan oleh guru mengatakan perlunya generasi muda yang “berhati
untuk menghasilkan mutu pendidikan menurut Sallis Mekkah dan berotak Jerman” bisa direalisasi-
(2007) dibutuhkan dua hal penting. Pertama, staf kan. Oleh karena itu para siswa harus menyadari
membutuhkan lingkungan yang cocok untuk akan arti penting dan sedemikian urgensinya
bekerja dengan sistem dan prosedur yang religiusitas dalam kehidupan ini. Agustian (2006)
sederhana. Kedua, untuk melakukan pekerjaan menyatakan kecerdasan spritual sangat penting di
dengan baik, staf memerlukan lingkungan yang era sekarang karena kecerdasan spritual
mendukung dan menghargai kesuksesan, dan melibatkan kemampuan menghidupkan kebenaran
prestasi yang mereka raih. Motivasi untuk yang paling dalam, memberi makna ibadah
melakukan pekerjaan dengan baik adalah hasil dari terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui
sebuah gaya kepemimpinan dan dari atmosfir langkah-langkah serta pemikiran yang yang
lingkungan yang meningkatkan kepercayaan diri bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya
serta memberdayakan setiap individu di dalamnya. (hanif), memiliki pola pemikiran tauhid
(integralistik) dan berprinsip “hanya karena Tuhan
Penjaminan Mutu Keasramaan MAN Insan Cendekia Yang Maha Esa”. Pendapat Agustian dipertegas
Gorontalo oleh Saida (2008) pentingnya kecerdasan spiritual
yang perlu dikembangkan melalui pendidikan atau
Kegiatan pembinaan keasramaan meliputi sekolah. Tujuan lembaga pendidikan tidak hanya
pembinaan hidup berasrama, peningkatan imtaq menjadikan kecerdasan otak dan emosi para siswa,
144 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

akan tetapi tugas lain yang juga lebih penting pembelajaran yang digunakan guru selalu
adalah kecerdasan spritual. disesuaikan dengan tuntutan materi, sehingga
Pembinaan bahasa yang dilakukan madrasah pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
baik, karena ditunjang oleh metode pembinaan menyenangkan, (e) penilaian hasil belajar siswa
bahasa yang variatif sehingga lebih memudahkan didasarkan pada persyaratan KKM dari setiap
siswa bercakap-cakap, menyampaikan bidang studi dan jenis tagihan yang harus
pengumuman baik dengan menggunakan bahasa dikerjakan siswa, (f) penentuan jurusan siswa
Inggris maupun bahasa Arab. Disamping itu pula ditetapkan berdasarkan hasil tes psikotes dan
latar belakang siswa sebagian besar berasal dari ulangan kenaikan kelas, (g) pengoptimalan
pasantren yang memang telah terbiasa berbahasa pemahaman dan kemampuan siswa di
asing dalam lingkungannya. Hal ini sejalan dengan selenggarakan bimbingan akademik dalam bentuk
pendapat Huda (1999) bahwa pembinaan bahasa responsi, tutorial dan bimbingan khusus, (h) budaya
peserta didik dilakukan pada dua sisi yaitu ilmiah dikemas dalam muatan lokal melalui
lingkungan berbahasa formal dan informal. Kedua penulisan KIR dan buku sederhana.
lingkungan berbahasa ini berpengaruh pada Penjaminan mutu pada bidang kesiswaan
pemerolehan dan pembelajaran bahasa peserta MAN Insan Cendekia Gorontalo berdasarkan pada
didik. Lingkungan berbahasa formal dan informal standar: (a) penerimaan siswa baru, (b) prosedur
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan penerimaan siswa baru, (c) masa orientasi siswa,
peserta didik untuk berkomunikasi secara alami. dan (d) standar pembinaan kesiswaan yang
meliputi tiga jalur yakni: OSIS, penegakan disiplin,
KESIMPULAN DAN SARAN dan UKP.
Penjaminan mutu ketenagaan terutama guru,
Kesimpulan dilakukan langkah-langkah strategis antara lain: (a)
menetapkan standarrekrutmen guru yakni lulus tes
SAM merupakan suatu kebijakan strategis
akademik, psikologi, dan microteaching, (b)
MAN Insan Cendekia yang berisi (a) visi dan misi,
peningkatan profesionalisme guru dilakukan
(b) target, dan (c) garis-garis besar MAN Insan
melalui studi lanjut, diklat, workshop, magang pada
Cendekia yang memuat konsep dasar, prasyarat,
international school, dan secara rutin melakukan
dan standar mutu pada seluruh bidang yang
kegiatan MGMP, dan (c) menetapkan standar
bertujuan untuk menjamin mutu internal sekolah.
kinerja meliputi standar pembelajaran, disiplin,
Penyusunan SAM diorganisir oleh Litbang yang
tanggung jawab, demokratis, dan komitmen pada
bertugas untuk menggali data dan informasi, baik
prestasi.
dari dalam maupun dari luar lembaga untuk
Penjaminan mutu pada bidang keasramaan
menjadi dasar pembuatan kebijakan pada semua
dilaksanakan berdasarkan: standar pembinaan di
bidang yang ada di MAN Insan Cendekia
asrama yang meliputi pembinaan hidup berasrama,
Gorontalo. Perubahan SAM ditinjau kembali
keagamaan, dan kemampuan berbahasa asing.
setelah tiga tahun untuk perbaikan,
Pemantauan kegiatan keasramaan dituangkan
penyempurnaan, dan pengembangannya. Hal ini
dalam raport asrama siswa.
dilakukan untuk memperbaiki mutu MAN Insan
Cendekia Gorontalo secara terarah dan
berkelanjutan. Saran
Penjaminan mutu bidang kurikulum dan
Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan
proses pembelajaran MAN Insan Cendekia
sebagai berikut: (1) Bagi MAN Insan Cendekia
Gorontalo dilakukan melalui kegiatan antara lain:
Gorontalo, Standar Acuan Minimal (SAM) sebagai
(a) treatment matrikulasi pada mata pelajaran
standar yang telah ditetapkan dievaluasi secara
MAFIKIBI, (b) struktur kurikulum mengacu pada
berkelanjutan sehingga mutu MAN Insan
KTSP DEPAG 2006, dan pengayaan materi
Cendekia dapat dipertahankan secara optimal.
mengacu pada cambridgekhususnya bidang studi
Litbang MAN Insan Cendekia Gorontalo sebagai
MAFIKIBI, (c) disain silabus dan perangkat
unit penjaminan mutu internal sekolah perlu
pembelajaran disusun bersama team teaching
memperluas timnya dengan melibatkan staf ahli
bidang studi dengan mengayakan materi dengan
penjaminan mutu perguruan tinggi, (2) kepada guru
melihat informasi terkini serta memperkaya jenis
diharapkan pengembangan kurikulum dan proses
tagihan, dan penugasan, (d) media dan strategi
pembelajaran dilakukan secara terus menerus
Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 145

sehingga dapat menciptakan pembelajaran kreatif, lembaga penjaminan mutu dapat menjadi acuan
inovatif, dan menyenangkan, serta relevan dengan untuk menilai standar mutu dan peningkatan mutu
kebutuhan perkembangan belajar siswa. pendidikan dan menjadi acuan pula untuk
Khususnya bidang studi MAFIKIBI lebih memetakan sekolah bermutu, dan (5) diharapkan
mengacu pada pendalaman materi Cambdrige hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi
sehingga dapat memenuhi standar pada sekolah lain yang belum optimal
pelaksanaan sertifikasi, (3) hasil penelitian menyelenggarakan penjaminan mutu internal
diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah sehingga dapat memperbaiki penyelenggaraan
khususnya Depag dan Diknas dalam membina pendidikannya untuk meningkatkan kualitas
sekolah-sekolah yang berada di bawah pendidikan.
naungannya, (4) bagi pihak LPMP sebagai

DAFTAR RUJUKAN

Agustian, G. A. 2006. Rahasia Sukses Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional.


Membangun ESQ Power Sebuah Inner Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Journey Melalui Al-Ihsan. Jakarta: Arga. O’Malley, J.M. & Pierce, L.V. 1996. Authentic
Arifin, I. 2007. Strategi Kepala Sekolah Capai Assessment For English Language
Prestasi Juara UKS Nasional. Kasus TK Learners. New York: Addison Wesley
Anak Saleh Malang. Malang: Aditya Publishing Company.
Media. Prabowo, S.L. 2008. Penjaminan Mutu Kurikulum
Beare, H. & Caldwell, B.J. & Millikan, R.H. 1989. di Madrasah. Jurnal El-Hikmah. 5( 2):
Creating An Excellent School. Routledge. 295- 311.
London and New York. Saidah, A. 2008. Kiat Mengembangkan SQ Anak.
Creech, B. 1996. Lima Pilar (Manajemen Mutu Jurnal El-Hikmah. 5(2): 323- 329.
Terpadu) TQM, Cara Membuat TQM Sallis, E. 2007.Total Quality Management In
Bekerja Bagi Anda. (Edisi Bahasa Education. Manajemen Mutu
Indonesia). Jakarta: Binarupa Aksara. Pendidikan. Jogyakarta: Ircisod.
Deming, W.E. 2000. Out Of The Crisis. Samidjo. 2003. Profil Kepala Sekolah Pada
Cambridge: The MIT Press. Sekolah Menengah Kejuruan yang
Frymier, J., Combleth, C., & Donmeyer, R., Efektif. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:
Gansneder, B.M., Jefer, J.T., Klein, M.F., PPS Universitas Malang.
Schwab, M., & Alexander, W.M. 1984. One Sator i,D. 2008. Sistem Penjaminan dan
Hundred Good Schools. West Lafayette, peningkatan Mutu Pendidikan. Makalah
Indiana: Kappa Delta Pi. disajikan dalam Konvensi Nasional
Huda, N. 1999. Language Learning and Pendidikan Indonesia ke VI di Universitas
Teaching: Issues and Trends. Malang: Pendidikan Ganesha 17-19 November.
IKIP Malang. MAN Insan Cendekia Gorontalo. 2006. Standar
Juran, J. M. 1989. Juran On Leadership For Acuan Minimal Penyelenggaraan Sistem
Quality An Executive Handbook. New MAN Insan Cendekia Gorontalo.
York: The Free Press. Gorontalo: MAN Insan Cendekia Gorontalo.
Komariah, A. & Triatna, C. 2005. Visionary Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu:
Leadership. Menuju Sekolah Efektif. Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara: Jakarta. PT Remaja Rosdakarya.
Masaong, K. 2010. Hubungan Kecerdasan Ulfatin, N. 2007. Peningkatan Manajemen Mutu
Intelektual, Kecerdasan Emosional, dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Kecerdasan Spiritual, Gaya di Lembaga Pendidikan pada Jenjang
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sekolah Menengah. Makalah disajikan
Iklim Sekolah Dengan Kinerja Sekolah dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar
Pada Pendidikan Menengah di Kota dalam Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan.
Gorontalo. Disertasi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang, 3 Mei 2007.
Malang: PPs Universitas Negeri Malang.
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN SEKOLAH
TERHADAP KEPUASAN PESERTA DIDIK DAN
ORANGTUA PESERTA DIDIK

Ruri Puspita Sari


Bambang Budi Wiyono

E-mail: ruri_thox@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study describe the service quality of the school, students’ satisfaction,
parental satisfaction learners, determine the effect of service quality and satisfaction of school
learners, the influence between service quality and satisfaction of parents of school students, the
influence of service quality on satisfaction school students and parents SMK students in a city of
Malang. This study uses a quantitative approach with a descriptive correlational design. Its population
students and parents of students in SMK as the city of Malang with sampling using proportional
stratified random sampling. Data analysis using descriptive analysis and multiple regressions. The
results show the quality of school services in either category, the level of satisfaction of the students
in the medium category, the level of satisfaction of parents of learners in the medium category, there
is a significant influence on satisfaction of service quality school students, there was a significant
effect of school service quality to satisfaction of parents of participants students, and no significant
effect on satisfaction of service quality school students and parents of students.

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan kualitas pelayanan sekolah, kepuasan peserta didik,
kepuasan orangtua peserta didik, mengetahui pengaruh antara kualitas pelayanan sekolah dan
kepuasan peserta didik, pengaruh antara kualitas pelayanan sekolah dan kepuasan orangtua peserta
didik, pengaruh antara kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan peserta didik dan orangtua
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan rancangan deskripti korelasional. Populasinya adalah peserta didik dan orangtua peserta
didik di SMK Negeri se-Kota Malang. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportinal stratified
random sampling. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan kualitas pelayanan sekolah dalam kategori baik, tingkat kepuasan peserta
didik dalam kategori sedang, tingkat kepuasan orangtua peserta didik dalam kategori sedang, ada
pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan peserta didik, ada pengaruh
yang signifikan kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan orangtua peserta didik, dan ada
pengaruh yang signifikan kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan peserta didik dan orangtua
peserta didik.

Kata kunci: kualitas pelayanan, kepuasan peserta didik, kepuasan orangtua peserta didik

Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan yang dituju mampu memenuhi kebutuhannya
sumber daya manusia yang berkualitas dan dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Tidak
produktif. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk hanya peserta didik sebagai pengguna jasa dari
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekolah yang memiliki harapan akan terpenuhinya
dari sektor pendidikan, pemberdayaan lembaga kebutuhan ilmu pengetahuan, orangtua peserta
pendidikan perlu dilakukan untuk meningkatkan didik juga memiliki harapan demikian. Menurut
kualitas pendidikan itu sendiri yang dicerminkan Kotler (dalam Ismail 2010: 117), kepuasan
melalui tingkat pelayanan lembaga pendidikan pelanggan itu sendiri merupakan tingkat perasaan
kepada konsumennya. pelanggan setelah membandingkan kinerja atau
Peser ta didik sebagai pengguna jasa hasil yang dirasakan dengan harapannya,
pendidikan tentu mengharapkan, bahwa sekolah sehingga pada dasarnya terdapat hubungan yang

146
Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 147

erat antara kualitas pelayanan dan kepuasan keadaan atau status fenomena. Sedangkan analisis
pelanggan. regresi untuk menggambarkan pengaruh antara
Namun, penyediaan pelayanan yang variabel bebas dan variabel terikat.
berkualitas tidaklah mudah. Hal ini tercermin pada
pemberitaan yang disampaikan melalui media HASIL
massa mengenai lemahnya pelayanan yang
diberikan sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan Deskriptif data yang disajikan dalam
(SMK) Negeri se-Kota Malang akan mampu penelitian ini adalah gambaran kondisi kualitas
memberikan pelayanan yang berkualitas apabila pelayanan sekolah, tingkat kepuasan peserta didik,
sekolah mempunyai sumber daya manusia yang dan tingkat kepuasan orangtua peserta didik di
berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai. SMK Negeri se-Kota Malang.
Berdasarkan uraian di atas, mengingat pentingnya
kualitas pelayanan yang diberikan sekolah terhadap Kualitas Pelayanan
peserta didik maupun orangtua peserta didik
sebagai pelanggannya, maka penelitian ini Kualitas pelayanan, yaitu derajat pemenuhan
difokuskan pada peningkatan kualitas pelayanan kebutuhan dan keinginan peserta didik maupun
dengan judul pengaruh kualitas pelayanan sekolah orangtua peserta didik ser ta ketepatan
terhadap kepuasan peserta didik dan orangtua penyampaiannya untuk mengimbangi atau melebihi
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang. harapan mereka yang diketahui melalui penilaian
responden.
METODE
Bukti Fisik
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan r ancangan deskriptif Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa
korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah dari 391 peserta didik, 203 orang atau sebesar
peserta didik dan orangtua peserta didik di SMK 51,9% peserta didik menyatakan bahwa kualitas
Negeri se-Kota Malang sejumlah 20.370. pelayanan berupa bukti fisik di SMK Negeri se-
berdasarkan rumus Slovin, jumlah populasinya N Kota Malang dalam kategori sangat tinggi, 182
= 20.370 diperoleh sampel sejumlah N = 391. Untuk orang atau sebesar 46,5% peserta didik
menentukan anggota sampel, penelitian ini menyatakan bahwa bukti fisik dalam kategori
menggunakan teknik Stratified Proportioned sedang, dan 6 orang atau sebesar 1,5% peserta
Random Sampling, yaitu teknik pengambilan didik menyatakan bahwa bukti fisik dalam kategori
sampel yang menggabungkan antara teknik rendah.
berstrata, proporsi, dan acak (Arikunto, 2006: 122). Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dari 391 orangtua peserta didik, 298 orang atau
adalah data ordinal (Skala Likert) yang kemudian sebesar 76,2% orangtua peserta didik menyatakan
ditransformasikan menjadi data interval melalui bahwa kualitas pelayanan berupa bukti fisik di
Method Successive Interval (MSI). Alat utama SMK Negeri se-Kota Malang dalam kategori
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sangat tinggi, 89 orang atau sebesar 22,8%
angket atau kuesioner yang disusun berdasarkan orangtua peserta didik menyatakan bahwa bukti
konsep pengukuran Skala Likert. Analisis data fisik dalam kategori sedang, dan 4 orang atau
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sebesar 1% orangtua peserta didik menyatakan
deskriptif dan regresi berganda. Teknik analisis bahwa bukti fisik dalam kategori rendah.
deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Bukti Fisik (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 66,308661-88,962990 Tinggi 203 51,9%
2. 43,654330-66,308660 Sedang 182 46,5%
3. 21,000000-43,654329 Rendah 6 1,5%
Total 391 100%
148 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Bukti Fisik (Orangtua Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 31,750304-42,125454 Tinggi 298 76,2%
2. 21,375151-31,750303 Sedang 89 22,8%
3. 11,000000-21,375150 Rendah 4 1%
Total 391 100%

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Keandalan (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 24,687312-33,530966 Tinggi 130 33,2%
2. 15,843655-24,687311 Sedang 243 62,1%
3. 7,000000-15,843654 Rendah 18 4,6%
Total 391 100%

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Keandalan (Orangtua Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 11,399670-15,099503 Tinggi 302 77,2%
2. 7,699834-11,399669 Sedang 78 19,9%
3. 4,000000-7,699833 Rendah 11 2,8%
Total 391 100%

Keandalan
peserta didik menyatakan bahwa kualitas pelayanan
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari berupa daya tanggap di SMK Negeri se-Kota
391 peserta didik, 130 orang atau sebesar 33,2% Malang dalam kategori sangat tinggi, 239 orang atau
peserta didik menyatakan bahwa kualitas pelayanan sebesar 61,1% peserta didik menyatakan bahwa
berupa keandalan di SMK Negeri se-Kota Malang daya tanggap dalam kategori sedang, dan 28 orang
dalam kategori sangat tinggi, 243 orang atau sebesar atau sebesar 7,2% peserta didik menyatakan bahwa
62,1% peserta didik menyatakan bahwa keandalan daya tanggap dalam kategori rendah.
dalam kategori sedang, dan 18 orang atau sebesar Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa
4,6% peserta didik menyatakan bahwa keandalan dari 391 orangtua peserta didik, 242 orang atau
dalam kategori rendah. sebesar 61,9% or angtua peser ta didik
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari menyatakan bahwa kualitas pelayanan berupa
391 orangtua peserta didik, 302 orang atau sebesar daya tanggap di SMK Negeri se-Kota Malang
77,2% orangtua peserta didik menyatakan bahwa dalam kategori sangat tinggi, 134 orang atau
kualitas pelayanan berupa keandalan di SMK Negeri sebesar 34,3% or angtua peser ta didik
se-Kota Malang dalam kategori sangat tinggi, 78 menyatakan bahwa daya tanggap dalam kategori
orang atau sebesar 19,9% orangtua peserta didik sedang, dan 15 orang atau sebesar 3,8% orangtua
menyatakan bahwa keandalan dalam kategori peserta didik menyatakan bahwa daya tanggap
sedang, dan 11 orang atau sebesar 2,8% orangtua dalam kategori rendah.
peserta didik menyatakan bahwa keandalan dalam
kategori rendah. Jaminan

Daya Tanggap Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa


dari 391 peserta didik, 142 orang atau sebesar
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 36,3% peserta didik menyatakan bahwa kualitas
391 peserta didik, 124 orang atau sebesar 31,7% pelayanan berupa jaminan di SMK Negeri se-
Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 149

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Daya Tanggap (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 33,430185-45,145276 Tinggi 124 31,7%
2. 21,715092-33,430184 Sedang 239 61,1%
3. 10,000000-21,715091 Rendah 28 7,2%
Total 391 100%

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Daya Tanggap (Orangtua Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 17,662307-23,493459 Tinggi 242 61,9%
2. 11,831153-17,662306 Sedang 134 34,3%
3. 6,000000-11,831152 Rendah 15 3,8%
Total 391 100%

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Jaminan (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 27,304785-36,957177 Tinggi 142 36,3%
2. 17,652392-27,304784 Sedang 228 58,3%
3. 8,000000-17,652391 Rendah 21 5,4%
Total 391 100%

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Jaminan (Orangtua Murid)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 20,164186-26,746278 Tinggi 260 66,5%
2. 13,582093-20,164185 Sedang 118 30,2%
3. 7,000000-13,582092 Rendah 13 3,3%
Total 391 100%

Kota Malang dalam kategori sangat tinggi, 228 Empati


orang atau sebesar 58,3% peser ta didik
Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa
menyatakan bahwa jaminan dalam kategori
dari 391 peserta didik, 135 orang atau sebesar
sedang, dan 21 orang atau sebesar 5,4% peserta
34,5% peserta didik menyatakan bahwa kualitas
didik menyatakan bahwa jaminan dalam kategori
pelayanan berupa empati di SMK Negeri se-Kota
rendah.
Malang dalam kategori sangat tinggi, 226 orang
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa
atau sebesar 57,8% peserta didik menyatakan
dari 391 orangtua peserta didik, 260 orang atau
bahwa empati dalam kategori sedang, dan 30 orang
sebesar 66,5% orangtua peserta didik menyatakan
atau sebesar 7,7% peserta didik menyatakan
bahwa kualitas pelayanan berupa jaminan di SMK
bahwa empati dalam kategori rendah.
Negeri se-Kota Malang dalam kategori sangat
Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa
tinggi, 118 orang atau sebesar 30,2% orangtua
dari 391 orangtua peserta didik, 236 orang atau
peserta didik menyatakan bahwa jaminan dalam
sebesar 60,4% orangtua peserta didik menyatakan
kategori sedang, dan 13 orang atau sebesar 3,3%
bahwa kualitas pelayanan berupa empati di SMK
orangtua peserta didik menyatakan bahwa jaminan
Negeri se-Kota Malang dalam kategori sangat
dalam kategori rendah.
tinggi, 145 orang atau sebesar 37,1% orangtua
150 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Empati Pegawai (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 23,970238-32,455355 Tinggi 135 34,5%
2. 15,485118-23,970237 Sedang 226 57,8%
3. 7,000000-15,485117 Rendah 30 7,7%
Total 391 100%

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Empati Pegawai (Orangtua Murid)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 14,450432-19,175646 Tinggi 236 60,4%
2. 9,725214-14,450431 Sedang 145 37,1%
3. 5,000000-9,725214 Rendah 10 2,6%
Total 391 100%

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kepuasan Peserta Didik

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 30,832920-42,749378 Tinggi 55 14,1%
2. 18,916459-30,832919 Sedang 328 83,9%
3. 7,000000-18,916458 Rendah 8 2,0%
Total 391 100%

Tabel 12 Distribusi Frekuensi Kepuasan Orangtua Murid

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase


1. 27,491451-38,237175 Tinggi 40 10,2%
2. 16,745725-27,491450 Sedang 340 87,0%
3. 6,000000-16,745724 Rendah 11 2,8%
Total 391 100%

peserta didik menyatakan bahwa empati dalam Kepuasan Orangtua Peserta Didik
kategori sedang, dan 10 orang atau sebesar 2,6%
Berdasarkan Tabel 12, sebanyak 40 atau
orangtua peserta didik menyatakan bahwa empati
sebesar 10,2% orangtua peserta didik merasa sangat
dalam kategori rendah.
puas akan pelayanan yang diberikan oleh SMKN
se-Kota Malang, 340 atau sebesar 87% orangtua
Kepuasan Peserta Didik peserta didik merasa cukup puas akan pelayanan
Berdasarkan Tabel 11, sebanyak 55 atau yang diberikan oleh SMKN se-Kota Malang, dan
sebesar 14,1% peserta didik merasa sangat puas sebanyak 11 atau sebesar 2,8% orangtua peserta
akan pelayanan yang diberikan oleh SMKN se- didik merasa tidak puas akan pelayanan yang
Kota Malang, 328 atau sebesar 83,9 peserta didik diberikan oleh SMKN se-Kota Malang.
merasa cukup puas akan pelayanan yang
diberikan oleh SMKN se-Kota Malang, dan Pengujian Hipotesis
sebanyak 8 atau sebesar 2% peserta didik merasa Hipotesis 1 (Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah
tidak puas akan pelayanan yang diberikan oleh terhadap Kepuasan Peserta Didik)
SMKN se-Kota Malang. Hipotesis yang akan diuji secara statistik
dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “Diduga
Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 151

bahwa variabel kualitas pelayanan yang terdiri dari orangtua peserta didik di SMK Negeri se-Kota
subvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, Malang.
jaminan, dan empati secara simultan tidak
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan peserta Hipotesis 4 (Pengaruh Bukti Fisik terhadap Kepuasan
didik di SMK Negeri se-Kota Malang”. Hasil Peserta Didik)
analisis data yang dilakukan dengan teknik Regresi
Hipotesis statistik (H0) keempat yang diuji
Ganda diperoleh Fhit = 46,172; Signifikan F < 0,05
menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
pada taraf kepercayaan 0,05 sehingga kualitas pelayanan yaitu bukti fisik secara parsial
disimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal ini tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
berarti, bahwa subvariabel bukti fisik, keandalan, peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”.
daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultan Subvariabel bukti fisik memiliki thit = 2,391 dengan
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan peserta Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,137, koefisien
didik di SMK Negeri se-Kota Malang. Korelasi Product Moment Pearson (rx1y1) = 0,470,
koefisien semi parsial (rx1(x2x3x4x5.y1))= 0,096 dan
koefisien korelasi parsial (rx1y1.x2x3x4x5) = 0,121. Dari
Hipotesis 2 (Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah
bukti hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan,
terhadap Kepuasan Orangtua Peserta Didik)
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan bukti fisik
Hipotesis yang akan diuji secara statistik terhadap kepuasan peserta didik, sehingga menolak
dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “Diduga H0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.
bahwa variabel kualitas pelayanan yang terdiri dari
subvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, Hipotesis 5 (Pengaruh Keandalan terhadap Kepuasan
jaminan, dan empati secara simultan tidak Peserta Didik)
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan orangtua
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”. Hipotesis statistik (H0 ) kelima yang diuji
Hasil analisis data yang dilakukan dengan teknik menyatakan, bahwa “Diduga lmempunyai
Regresi Ganda diperoleh = 33,705; Signifikan F < pengaruh terhadap kepuasan peserta didik di SMK
0,05 pada taraf kepercayaan 0,05 sehingga Negeri se-Kota Malang”. Subvariabel keandalan
disimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal ini memiliki thit = 1,475 dengan Signifikansi t < 0,05
berarti bahwa subvariabel bukti fisik, keandalan, dimana Beta = 0,088, koefisien Korelasi Product
daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultan Moment Pearson (rx2y1) = 0,456, koefisien semi
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan orangtua parsial (rx2(x1x3x4x5.y1))= 0,059 dan koefisien korelasi
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang. parsial (r x2y1.x1x3x4x5 ) = 0,075. Dari bukti hasil
analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan keandalan
Hipotesis 3 (Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah
terhadap kepuasan peserta didik, sehingga menolak
terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Kepuasan
Orangtua Peserta Didik) H0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.

Hipotesis yang akan diuji secara statistik Hipotesis 6 (Pengaruh Daya Tanggap terhadap
dalam penelitian ini menyatakan, bahwa “Diduga Kepuasan Peserta Didik)
bahwa variabel kualitas pelayanan yang terdiri dari
subvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, Hipotesis statistik (H0) keenam yang diuji
jaminan, dan empati secara simultan tidak menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan peserta kualitas pelayanan yaitu daya tanggap secara
didik dan orangtua peserta didik di SMK Negeri parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap
se-Kota Malang”. Hasil analisis data yang kepuasan peserta didik di SMK Negeri se-Kota
dilakukan dengan teknik Regresi Ganda diperoleh Malang”. Subvariabel daya tanggap memiliki thit
= 43,680; Signifikan F < 0,05 pada taraf = -0,738 dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta
kepercayaan 0,05 sehingga disimpulkan H0 di atas = -0,050, koefisien Korelasi Product Moment
ditolak (rejected). Hal ini berarti, bahwa Pearson (rx3y1) = 0,467, koefisien semi parsial
subvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, (rx3(x1x2x4x5.y1))= -0,030 dan koefisien korelasi parsial
jaminan, dan empati secara simultan mempunyai (rx3y1.x1x2x4x5) = -0,038. Dari bukti hasil analisis
pengaruh terhadap kepuasan peserta didik dan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa tidak ada
152 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

pengaruh daya tanggap terhadap kepuasan peserta Pearson (rx1y2) = 0,426, koefisien semi parsial
didik, sehingga menerima H 0 yang telah (rx1(x2x3x4x5.y2))= 0,117 dan koefisien korelasi parsial
dirumuskan dan menolak H1. (rx1y2.x2x3x4x5 ) = 0,139. Dari bukti hasil analisis
tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapat
Hipotesis 7 (Pengaruh Jaminan terhadap Kepuasan pengaruh yang signifikan antara bukti fisik dan
Peserta Didik) kepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolak
H0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.
Hipotesis statistik (H0) ketujuh yang diuji
menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
Hipotesis 10 (Pengaruh Keandalan terhadap Kepuasan
kualitas pelayanan, yaitu jaminan secara parsial Orangtua Peserta Didik)
tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”. Hipotesis statistik (H0) kesepuluh yang diuji
Subvariabel jaminan memiliki thit = 3,449 dengan menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,237, koefisien kualitas pelayanan, yaitu keandalan secara parsial
Korelasi Product Moment Pearson (rx4y1) = 0,547, tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
koefisien semi parsial (rx4(x1x2x3x5.y1))= 0,139 dan orangtua peserta didik di SMK Negeri se-Kota
koefisien korelasi parsial (rx4y1. x1x2x3x5) = 0,173. Dari Malang”. Subvariabel keandalan memiliki thit =
bukti hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, 0,160 dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta =
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara 0,009, koefisien Korelasi Product Moment
jaminan dan kepuasan peserta didik, sehingga Pearson (rx2y2) = 0,345, koefisien semi parsial
menolak H0 yang telah dirumuskan dan tidak (rx2(x1x3x4x5.y2))= 0,007 dan koefisien korelasi parsial
menolak H1. (rx2y2.x1x3x4x5 ) = 0,008. Dari bukti hasil analisis
tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapat
Hipotesis 8 (Pengaruh Empati terhadap Kepuasan pengaruh yang signifikan antara keandalan dan
Peserta Didik) kepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolak
H0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.
Hipotesis statistik (H0) kedelapan yang diuji
menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
Hipotesis 11 (Pengaruh Daya Tanggap terhadap
kualitas pelayanan, yaitu empati secara parsial Kepuasan Orangtua Peserta Didik)
tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”. Hipotesis statistik (H0) kesebelas yang diuji
Subvariabel empati memiliki thit = 4,514 dengan menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,293, koefisien kualitas pelayanan, yaitu daya tanggap secara
Korelasi Product Moment Pearson (rx5y1) = 0,562, parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap
koefisien semi parsial (rx5(x1x2x3x4.y1))= 0,182 dan kepuasan orangtua peserta didik di SMK Negeri
koefisien korelasi parsial (rx5y1. x1x2x3x4) = 0,224. Dari se-Kota Malang”. Subvariabel daya tanggap
bukti hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, memiliki thit = -0,764 dengan Signifikansi t < 0,05
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara dimana Beta = -0,054, koefisien Korelasi Product
empati dan kepuasan peserta didik, sehingga Moment Pearson (rx3y2) = 0,407, koefisien semi
menolak H0 yang telah dirumuskan dan tidak parsial (rx3(x1x2x4x5.y2))= -0.032 dan koefisien korelasi
menolak H1. parsial (rx3y2.x1x2x4x5 ) = -0,039. Dari bukti hasil
analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa
Hipotesis 9 (Pengaruh Bukti Fisik terhadap Kepuasan tidak ada pengaruh daya tanggap terhadap
Orangtua Peserta Didik) kepuasan orangtua peserta didik, sehingga
menerima H0 yang telah dirumuskan dan menolak
Hipotesis statistik (H0) kesembilan yang diuji H1 .
menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
kualitas pelayanan, yaitu bukti fisik secara parsial
Hipotesis 12 (Pengaruh Jaminan terhadap Kepuasan
tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan Orangtua Peserta Didik)
orangtua peserta didik di SMK Negeri se-Kota
Malang”. Subvariabel bukti fisik memiliki thit = Hipotesis statistik (H0) keduabelas yang diuji
2,748 dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel
0,168, koefisien Korelasi Product Moment kualitas pelayanan, yaitu jaminan secara parsial
Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 153

tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan Terdapat lima dimensi yang perlu diperhatikan
orangtua peserta didik di SMK Negeri se-Kota dalam mengukur kualitas pelayanan(menurut
Malang”. Subvariabel jaminan memiliki thit = 3,193 Kotler dalam Ismail, 2010:117), yaitu: keandalan
dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,211, (reliability), keresponsifan/daya tanggap
koefisien Korelasi Product Moment Pearson (responsiveness), keyakinan/jaminan
(r x4y2 ) = 0,474, koefisien semi par sial (confidence), empati (emphaty), dan fisik/
(rx4(x1x2x3x5.y2))= -0,136 dan koefisien korelasi parsial penampilan (tangible). Dimensi-dimensi kualitas
(rx4y2.x1x2x3x5 ) = 0,161. Dari bukti hasil analisis pelayanan tersebut bisa diterapkan pada kualitas
tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapat pelayanan di sekolah.
pengaruh yang signifikan antara jaminan dan Hasil pengolahan data tentang bukti fisik
kepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolak menurut penilaian peserta didik yang ada di SMKN
H0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1. se-Kota Malang menunjukkan, bahwa secara
umum berada dalam kategori sangat bagus.
Hipotesis 13 (Pengaruh Empati terhadap Kepuasan Penilaian orangtua peserta didik tentang bukti fisik
Orangtua Peserta Didik) yang dimiliki SMKN se-Kota Malang juga
menunjukkan, bahwa secara umum bukti fisik
Hipotesis statistik (H0) ketigabelas yang diuji berada dalam kategori sangat baik. Penilaian
menyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabel peserta didik dan orangtua peserta didik yang
kualitas pelayanan, yaitu empati secara parsial menilai bahwa bukti fisik di SMKN se-Kota Malang
tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan berada dalam kategori sangat baik sesuai dengan
orangtua peserta didik di SMK Negeri se-Kota pendapat Helien (dalam Ismail, 2010:118-119) yang
Malang”. Subvariabel empati memiliki thit = 4,797 menyatakan bahwa elemen-elemen tidak nyata
dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,301, lebih sulit diukur dan sering kali subjektif. Bukti
koefisien Korelasi Product Moment Pearson fisik merupakan elemen nyata yang mudah diukur,
(r x5y2 ) = 0,505, koefisien semi par sial sehingga penilaian orangtua peserta didik dan
(rx5(x1x2x3x4.y2))= 0,204 dan koefisien korelasi parsial peserta didik adalah sama, sehingga bukti fisik
(rx5y2.x1x2x3x4 ) = 0,237. Dari bukti hasil analisis SMKN se-Kota Malang berada dalam kategori
tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapat sangat bagus.
pengaruh yang signifikan antara empati dan Hasil pengolahan data tentang keandalan
kepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolak pelayanan menurut penilaian peserta didik yang
H0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1. ada di SMKN se-Kota Malang menunjukkan,
bahwa secara umum berada dalam kategori cukup
PEMBAHASAN bagus. Hal ini berbeda dengan penilaian orangtua
peserta didik tentang keandalan pelayanan yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ada di SMKN se-Kota Malang. Dari hasil
dipaparkan di Bab IV, maka dalam pembahasan pengolahan data, menunjukkan, bahwa secara
temuan hasil penelitian dibagi dalam lima sub- umum keandalan pelayanan berada dalam kategori
pembahasan, yaitu: (1) Kualitas pelayanan sekolah, sangat bagus. Penilaian yang berbeda antara
(2) Kepuasan peserta didik, (3) Kepuasan orangtua peserta didik dan orangtua peserta didik mengenai
peserta didik, (4) Pengaruh kualitas pelayanan kualitas keandalan di SMK Negeri se-Kota Malang
terhadap kepuasan peserta didik, (5) Pengaruh dikarenakan persepsi yang berbeda antara
kualitas pelayanan terhadap kepuasan orangtua keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sallis
peserta didik, dan (6) Pengaruh kualitas pelayanan (dalam Riduwan, 2009: 295) yang mendefinisikan
terhadap kepuasan peserta didik dan orangtua mutu dalam dua perspektif, yaitu mutu absolut dan
peserta didik. Berikut disajikan pembahasan mutu relatif. Mutu relatif merupakan mutu yang
temuan hasil penelitian berdasarkan sub -bahasan ditetapkan oleh selera konsumen.
yang telah ditentukan. Hasil pengolahan data tentang daya tanggap
pegawai menurut penilaian peserta didik yang ada
Kualitas Pelayanan Sekolah di SMKN se-Kota Malang menunjukkan, bahwa
secara umum berada dalam kategori cukup bagus.
Kualitas pelayanan adalah segala bentuk Hal ini berbeda dengan penilaian orangtua peserta
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna didik tentang daya tanggap pegawai SMKN se-
memenuhi harapan konsumen (Anonim, 2011). Kota Malang. Dari hasil pengolahan data
154 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

menunjukkan, bahwa secara umum daya tanggap akan merasa tidak puas bila hasilnya tidak sesuai
pegawai berada dalam kategori sangat bagus. Ini dengan harapan.
mengandung arti, bahwa para pegawai (kepala Hasil pengolahan data tentang kepuasan
sekolah, staf administrasi, dan guru) membantu peserta didik menunjukkan, bahwa dari 391
para peserta didik dan memberikan pelayanan responden, sebanyak 328 orang responden atau
dengan tanggap. Hal ini sesuai dengan pendapat 83,9% menyatakan cukup puas terhadap kualitas
Kotler (dalam Ismail, 2010: 117) yang menyatakan pelayananyang ada di SMKN se-Kota Malang.
bahwa, daya tanggap adalah kemauan untuk Dengan kondisi seperti ini, menunjukkan bahwa
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan kualitas pelayanan SMK Negeri se-Kota Malang
cepat atau dan bermakna ser ta kesediaan juga berada pada tingkat yang cukup optimal. Ada
mendengar dan mengatasi keluhan yang diajukan beberapa indikator yang berkontribusi terhadap
konsumen. cukup optimalnya kualitas pelayanan yang
Hasil pengolahan data tentang jaminan diberikan oleh SMK Negeri se-Kota Malang di
menurut penilaian peserta didik yang ada di SMKN antaranya, yaitu: (1) Tersedianya sarana-prasarana
se-Kota Malang menunjukkan, bahwa secara yang bisa memenuhi kebutuhan peserta didik terkait
umum berada dalam kategori cukup bagus. Hal dengan proses belajar-mengajar di sekolah, (2)
ini berbeda dengan penilaian orangtua peserta didik Kesediaan pegawai sekolah (guru, kepala sekolah,
tentang jaminan SMKN se-Kota Malang. Dari dan pegawai administrasi) untuk melayani peserta
hasil pengolahan data, menunjukkan, bahwa secara didik dengan sepenuh hati, (3) Adanya dukungan
umum jaminan berada dalam kategori sangat dari orangtua peserta didik kepada sekolah.
bagus. Ini mengandung arti, bahwa pegawai
(kepala sekolah, staf administrasi, guru, dan Kepuasan Orangtua Peserta didik
karyawan lainnya) memiliki pengetahuan,
kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya Kepuasan orangtua peserta didik merupakan
yang cukup bagus. lanjutan tingkat perasaan puas peserta didik. Hal
Hasil pengolahan data tentang empati ini terjadi karena apabila peserta didik merasa puas
pegawai menurut penilaian peserta didik yang ada akan pelayanan yang diberikan oleh sekolah dan
di SMKN se-Kota Malang menunjukkan, bahwa berdampak terhadap meningkatnya prestasi putra
secara umum berada dalam kategori cukup bagus. putri mereka, maka orangtua peserta didik juga
Ini mengandung arti, bahwa para pegawai (kepala akan merasa puas. Perasaan puas orangtua
sekolah, staf administrasi, guru, dan karyawan peserta didik juga memiliki dampak yang positif,
lainnya) mudah dalam melakukan hubungan, yaitu kesediaan menjalin kerja sama dan loyalitas
komunikasi yang baik dengan peserta didik maupun terhadap sekolah yang bisa memberikan manfaat
orangtua peserta didik serta bersedia memberikan kepada keduanya.
perhatian pribadi dan memahami kebutuhan Hasil pengolahan data tentang kepuasan
peserta didik. orangtua peserta didik menunjukkan, bahwa dari
391 responden, sebanyak 340 orang responden atau
Kepuasan Peserta Didik 87% menyatakan cukup puas terhadap kualitas
pelayanan yang ada di SMKN se-Kota Malang.
Kepuasan pelanggan menurut Kotler (dalam Adapun bentuk kepuasan orangtua peserta didik
Ismail, 2010: 117) adalah tingkat perasaan akan pelayanan yang diberikan sekolah sesuai
seseorang setelah membandingkan kinerja (atau dengan pendapat Tjiptono dkk, (2008: 41) yang
hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan menyatakan bahwa Kepuasan pelanggan dapat
harapannya. Sedangkan menurut Tse dan Wilson memberi manfaat: (1) Hubungan antara
(dalam Nasution, 2004: 44), bahwa kepuasan dan perusahaan/penyedia jasa dan para pelanggan
ketidakpuasan pelanggan adalah “respon pelanggan menjadi harmonis, (2) Memberikan dasar yang baik
terhadap evaluasi ketidak-sesuaian atau untuk pembelian ulang (menggunakan kembali jasa
diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan tersebut), (3) Membentuk suatu rekomendasi dari
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang mulut ke mulut yang menguntungkan perusahaan,
dirasakan setelah pemakaian”. Artinya, bahwa (4) Dapat menciptakan loyalitas pelanggan, dan
pelanggan akan merasa puas bila hasilnya sesuai (5) Reputasi perusahaan/penyedia jasa menjadi
dengan yang diharapkan dan sebaliknya pelanggan baik di mata pelanggan.
Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 155

Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap
Kepuasan Peserta Didik Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik

Hasil penelitian menunjukkan, secara simultan Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara
ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap simultan ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap
kepuasan peserta didik. Hal ini berdasarkan hasil kepuasan peserta didik dan kepuasan orangtua
pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diketahui, peserta didik. Hal ini berdasarkan hasil pengujian
bahwa pada variabel kualitas pelayanan diperoleh hipotesis yang telah dilakukan, diketahui, bahwa
harga diperoleh = 46,172; Signifikan F = 0,000 < pada variabel kualitas pelayanan diperoleh harga
0,05 sehingga disimpulkan H0 ditolak (rejected). diperoleh = 43,680; Signifikan F = 0,000 < 0,05
Hal ini berarti, bahwa variabel bukti fisik, sehingga disimpulkan H0 ditolak (rejected). Hal
keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati ini berarti, bahwa variabel bukti fisik, keandalan,
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultan
kepuasan peserta didik di SMK Negeri se-Kota mempunyai pengaruh terhadap kepuasan peserta
Malang. Hasil penelitian di atas menunjukkan didik dan orangtua peserta didik di SMK Negeri
bahwa kualitas pelayanan sekolah yang maksimal se-Kota Malang.
akan menghasilkan perasaan puas kepada peserta Kepuasan peserta didik dan orang tua peserta
didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Tse dan didik merupakan perbandingan antara harapan yang
Wilson (dalam Nasution, 2004: 44) yang diinginkan tentang pelayanan yang diperoleh di
menyatakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan sekolah yang didukung oleh sarana dan prasarana
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap dengan apa yang dirasakan setelah mendapatkan
evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang pelayanan. Hal ini sesuai dengan pendapat
dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja (Nasution, 2004: 45) yang menyatakan bahwa
aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian. lepuasan pelanggan dapat didefinisikan secara
sederhana, yaitu suatu keadaan di mana kebutuhan,
Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi
Kepuasan Orangtua Peserta didik melalui produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi.
Peserta didik maupun orangtua peserta didik
Hasil penelitian menunjukkan, secara simultan mengalami berbagai tingkat kepuasan atau
ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap ketidakpuasan setelah mengkonsumsi jasa sesuai
kepuasan orangtua peserta didik. Hal ini dengan sejauh mana harapan mereka terpenuhi
berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah atau terlampaui. Untuk dapat memberikan rasa
dilakukan, diketahui, bahwa pada variabel kualitas puas kepada peserta didik dan orangtua peserta
pelayanandiperoleh = 33,705; Signifikan F = 0,000 didik, maka prioritas utama yang harus diperhatikan
< 0,05 sehingga disimpulkan H0 ditolak (rejected). oleh sekolah adalah kualitas pelayanannya, karena
Ini berarti, bahwa subvariabel bukti fisik, keandalan, kepuasan selalu dikaitkan dengan tingkat
daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultan pelayanan.
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan orangtua
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan sekolah yang maksimal akan Kesimpulan
menghasilkan perasaan puas kepada orangtua
Berdasarkan hasil penelitian dan
peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat
pembahasan, dapat dikemukakan kesimpulan
Giantri (dalam Ismail, 2010: 118), yang
sebagai berikut: (1) Kondisi kualitas pelayanan
menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu
yang terdiri atas: bukti fisik, keandalan, daya
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
tanggap, jaminan, dan empati yang diberikan kepada
interaksi langsung antara seseorang dengan orang
peserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang
lain atau mesin secara fisik dalam memberikan
secara umum berada dalam kategori baik, (2)
kepuasan kepada pelanggan”. Orangtua peserta
Kondisi kualitas pelayanan yang terdiri atas: bukti
didik mengalami berbagai tingkat kepuasan atau
fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati
ketidakpuasan setelah mengkonsumsi jasa sesuai
yang diberikan kepada orangtua peserta didik di
dengan sejauh mana harapan mereka terpenuhi
SMK Negeri se-Kota Malang secara umum
atau terlampaui.
berada dalam kategori sangat baik, (3) Tingkat
156 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

kepuasan peserta didik dan orangtua peserta didik Penampilan guru tidak boleh menjadi hal yang
akan pelayanan pendidikan yang diberikan oleh remeh, karena peserta didik cenderung senang
SMK Negeri se-Kota Malang secara umum mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru yang
berada dalam kategori sedang atau cukup puas, berpenampilan rapi dan bersih. Hal tersebut terbukti
(4) Secara simultan ada pengaruh yang signifikan karena bukti fisik merupakan faktor yang dominan
antara bukti fisik, keandalan, daya tanggap, yang mempengaruhi kepuasan peserta didik
jaminan, dan empati terhadap kepuasan peserta maupun orangtua peserta didik. Selain itu, faktor
didik di SMK Negeri se-Kota Malang, (5) Secara empati guru terhadap peserta didik maupun
simultan ada pengaruh yang signifikan antara bukti orangtua peserta didik hendaknya lebih
fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati diperhatikan. Dalam proses belajar-mengajar, guru
terhadap kepuasan orangtua peserta didik di SMK diharapkan tidak hanya bisa menyampaikan materi
Negeri se-Kota Malang, (6) Secara simultan ada pelajaran saja, melainkan bisa memahami
pengaruh yang signifikan antara bukti fisik, kebutuhan peserta terkait dengan kegiatan belajar
keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati di sekolah.
terhadap kepuasan peserta didik dan kepuasan Tenaga Administrasi Sekolah hendaknya
orangtua peserta didik di SMK Negeri se-Kota lebih tanggap dalam melayani kebutuhan peserta
Malang. didik maupun orangtua peserta didik SMKN se-
Kota Malang terkait dengan proses administrasi
Saran yang dilakukan di sekolah. Meskipun daya tanggap
pegawai memberikan sumbangan yang kecil bagi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kepuasan peserta didik maupun orangtua peserta
disarankan pada Kepala Sekolah hendaknya tidak didik, hal tersebut tidak boleh dianggap remeh
hanya berupaya untuk meningkatkan kualitas karena peningkatan kualitas pelayanan
pelayanan sekolah melalui pemenuhan sarana- membutuhkan peran aktif dari semua komponen
prasarana saja, melainkan pada peningkatan warga sekolah. Peneliti lain dapat mengembangkan
kualitas sumber daya manusia yang ada di sekolah hasil penelitian ini dengan menambahkan variabel
yaitu guru dan tenaga administrasi dalam melayani lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
peserta didik maupun orangtua peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2011. Definisi Kualitas Pelayanan, 4210117126_1978-2403.pdf, diakses 10


(Online), (http:// www.google.com/definisi September 2012).
kualitas pelayanan.html, diakses 10 Nasution, M.N. 2004. Manajemen Mutu
September 2012). Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Riduwan (Ed). 2009. Manajemen Pendidikan.
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: Rineka Cipta. Tjiptono, F, Gregorius C, dan Dadi A. 2008.
Ismail, R.S. 2010. Pengaruh Kualitas Layanan Pemasaran Strategik. Yogyakarta: Andi.
Terhadap Kepuasan Belajar Siswa Al-
Wathan Ambon, Jurnal (Online), Vol. IV,
No. (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
ANALISIS ANIMO SISWA SEKOLAH DASAR (SD)/ MADRASAH
IBTIDAIYAH (MI) DALAM PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN
TINGKAT PERTAMA

Rita Fajrin Muliyasari


Asep Sunandar

E-mail: fajrin_rita@yahoo.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This study aims to determine the mapping of the current junior high school election by
elementary school students, to find out the reasons of the school election. This study uses a
quantitative approach with a descriptive research design. The population of this study is 857 students
and 273 sampel students. The results showed that the level of student interest SD/MI in choosing a
school is very high. This can be seen from the participation of students in choosing a school in the
District Wlingi Blitar or beyond Blitar District Wlingi. Type of school chosen by the respondents of
the selection junior secondary schools, 82.8% or 226 respondents chose SMP and the rest, which is
17.2% or 47 respondents chose MTs. As for the school election in District Wlingi Blitar, 38.5% (105
respondents) chose to continue to SMP 01 Wlingi, 28.2% (77 respondents) chose SMP 02 Wlingi,
7.3% (20 respondents) chose Junior Open, 7.7% (21 respondents) chose MTs Darul Huda and 18.3%
(50 respondents) chose other schools outside the District Wlingi Blitar.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui arus pemetaan dari pemilihan SLTP oleh siswa SD,
dengan mengetahui alasan-alasan dari pemilihan sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan rancangan deskriptif. Populasi berjumlah 857 siswa dengan 273 sampel
siswa. Hasilnya menunjukkan tingkat animo siswa SD/MI dalam memilih sekolah lanjutan sangat
tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari partisipasi siswa dalam memilih sekolah lanjutan yang ada di
Kecamatan Wlingi Blitar maupun di luar Kecamatan Wlingi Blitar. Jenis sekolah yang dipilih oleh
responden dari pilihan SMP dan MTs 226 (82,8%) responden memilih SMP dan sisanya, yaitu 47
(17,2%) memilih sekolah MTs. Sedangkan pemilihan sekolah lanjutan di Kecamatan Wlingi Blitar
sebanyak 105 (38,5%) memilih melanjutkan ke SMPN 01 Wlingi. Sebanyak 77 (28,2%) memilih SMPN
02 Wlingi. Sebanyak 20 (7,3%) memilih SMP Terbuka. Sebanyak 21 (7,7%) memilih MTs Darul Huda
dan 50 (18,3%) memilih sekolah lain yang berada di luar wilayah Kecamatan Wlingi Blitar.

Kata kunci: animo siswa, pemilihan sekolah, Sekolah Dasar/MI

Pendidikan adalah hak setiap warga negara Menanggapi hal tersebut, pemerintah memberikan
Indonesia. Hal tersebut telah tertuang dalam wadah kepada seluruh masyarakat untuk dapat
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (1) menikmati pendidikan, yaitu dengan memberikan
yang berbunyi, bahwa “setiap warga negara berhak banyaknya keringanan dan bantuan kepada
mendapatkan pendidikan”. Selain pasal tersebut, masyarakat yang tidak mampu. Pembekalan
pemerintah juga menjelaskan maksudnya pada pendidikan kepada anak-anak dapat memberikan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa harapan kepada orangtua untuk dapat memperbaiki
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kedua hal kehidupan mereka menjadi lebih layak dan lebih
tersebut membuktikan, bahwa pemerintah memiliki baik.
kewajiban untuk dapat menyelenggar akan Usaha pemerintah untuk dapat memberikan
pendidikan bagi setiap warga masyarakat. pendidikan kepada setiap individu sudah tidak dapat
Berdasarkan kemajuan yang terjadi saat ini ditanyakan lagi. Namun seperti yang kita ketahui
pada umumnya, pendidikan merupakan kebutuhan bersama, bahwa jumlah masyarakat kurang
utama yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk mampu masih banyak. Selain itu, di kondisi
dapat bersaing atau paling tidak dapat bertahan. geografis Indonesia yang berpulau-pulau
157
158 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

mengakibatkan adanya beberapa wilayah yang nasional, per daerah bahkan


sulit untuk dijangkau. Kesadaran akan pentingnya perkecamatan.
pendidikan sangat diperlukan di daerah-daerah
terpencil, karena terdapat beberapa tempat yang Berdasarkan pernyataan di atas, adanya
harus ditempuh jaraknya berkilo-kilo untuk dapat pemetaan sekolah akan membantu masyarakat
mencapai sekolah. Hal tersebut membuktikan, untuk dapat menemukan sekolah yang akan
bahwa motivasi sangat dibutuhkan oleh anak-anak menjadi pilihan. Pemetaan sekolah ini akan sangat
tersebut untuk dapat memperbaiki kehidupan membantu terutama bagi daerah yang memiliki
mereka dan keluarga mereka menjadi lebih baik. persebaran sekolah-sekolah yang luas. Pihak
Keadaan geografis yang dimiliki Kecamatan sekolah juga akan dapat memperbaiki
Wlingi beraneka ragam, mulai dari daerah yang perencanaan pendidikan yang telah dibuat, setelah
tersedia transportasi umum sehingga mudah melihat hasil analisis dari pemetaan sekolah.
menjangkau daerah kota, sampai daerah Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah
pegunungan yang tidak dilalui oleh sarana untuk mengetahui (1) Pemetaan (maping) siswa
transportasi umum. Masyarakat pada daerah SD/MI dalam melanjutkan Sekolah Lanjutan
pegunungan ini, harus berinisiatif sendiri untuk Tingkat Pertama (SLTP), (2) Animo siswa Sekolah
dapat menjangkau daerah kota untuk dapat Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) se-
melakukan kegiatan seperti berbelanja ke pasar, Kecataman Wlingi dalam partisipasi melanjutkan
berdagang, sekolah dan lain sebagainya. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan
Pemerintah mengharapkan agar setiap orang (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Wlingi
dapat mendapatkan pendidikan, sebagai langkah manakah yang paling banyak diminati oleh siswa
awal untuk mencapai kemajuan yang diinginkan. dan latar belakang dari para siswa memilih sekolah
Keinginan pemerintah tersebut berusaha tersebut.
diwujudkan salah satunya adalah dengan Program
Wajib Belajar 9 tahun mulai tingkat Sekolah Dasar METODE
(SD) sampai dengan jenjang yang lebih tinggi, yaitu
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut Rancangan penelitian ini menggunakan
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 47 penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Tahun 2008 Pasal 1 menyatakan, “wajib belajar Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah program pendidikan minimal yang harus adalah data yang bersumber dari data primer dan
diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung sekunder. Variabel yang digunakan dalam penelitian
jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah”. ini adalah pilihan sekolah lanjutan dan alasan dari
Terkait dengan pernyataan di atas, telah jelas siswa untuk memilih sekolah-sekolah lanjutan
disebutkan bahwa setiap siswa yang telah lulus dari tersebut. Variabel pilihan sekolah lanjutan adalah
jenjang SD harus melanjutkan ke jenjang yang lebih status Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
tinggi yaitu SMP. Selain itu, seharusnya tidak ada Tsanawiyah (SMP/MTs) yang terdiri dari sub-
siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dari variabel, yaitu alasan dari pihak sekolah, orangtua
jenjang SD dikarenakan biaya, karena pemerintah dan siswa dalam memilih sekolah lanjutan di daerah
dan pemerintah daerah bertanggungjawab dalam Kecamatan Wlingi Blitar. Variabel alasan berisi
program ini. Menurut Adimphrana (dalam Suciani, tentang hal-hal yang mendasari para siswa yang
2008:53), menyatakan bahwa: dibimbing orangtuanya memilih sekolah-sekolah
lanjutan.
Melalui Badan Akreditasi Sekolah Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
(BAS) Nasional yang surat keputusan adalah seluruh SD/MI di Kecamatan Wlingi Blitar,
(SK) pembentukannya langsung baik negeri ataupun swasta Tahun Ajaran 2012/
diputuskan oleh Menteri Pendidikan 2013 yaitu 857 siswa. Sedangkan sampel dalam
Nasional (Mendiknas). Pemerintah penelitian ini adalah sebagian siswa SD/MI Kelas
akan mencoba menolong masyarakat VI dan orangtua yaitu 273 siswa. Teknik
dengan memetakan sekolah-sekolah pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
atau lebih dikenal dengan school area probability sample.
mapping yang ada untuk mengetahui Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
keberadaan sekolah-sekolah secara angket jenis angket tertutup. Analisis data penelitian
ini menggunakan analisis data deskriptif dengan
Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 159

paparan data grafis dimana menggunakan Blitar, yaitu 7 sekolah dan sekolah lain yang berada
frekuensi dan persentase untuk selanjutnya diberi di luar Kecamatan Wlingi Blitar, siswa Babadan
narasi. Teknik analisis ini bertujuan untuk memilih untuk melanjutkan ke: (1) SMPN 1 dengan
mengetahui gambaran secara kuantitatif mengenai peminat 27 siswa (47,4%), (2) SMPN 2 dengan
kondisi dari masing-masing variabel. Selain peminat 11siswa (19,3%), (3) MTs Darul Huda
menggunakan analisis data deskriptif, penelitian ini dengan peminat 5 siswa (8,7%) dan (4) sekolah
juga menggunakan analisis data geometris lain yang berada di luar Kecamatan Wlingi Blitar
sederhana berupa peta untuk menjelaskan alur dengan peminat 14 siswa (24,6%).
pemetaan dari animo lulusan siswa Sekolah Dasar/ Hasil analisis data yang telah dilakukan
Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) melanjutkan sekolah diperoleh animo siswa di Desa Balerejo untuk
lanjutan. memilih sekolah lanjutan di Kecamatan Wlingi
Blitar. Hasil tersebut digambarkan dengan peta
HASIL yang akan lebih memperjelas hasil penelitian,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.
Deskripsi dari hasil penelitian tentang
pemetaan sekolah SD/MI dalam partisipasi memilih
sekolah lanjutan di Kecamatan Wlingi Blitar
disajikan dengan bentuk peta. Berdasarkan data
yang diperoleh di UPTD Pendidikan Wlingi dan
Kemenag Kabupaten Blitar, jumlah SMP baik
negeri maupun swasta adalah sebanyak enam
sekolah sedangkan untuk jumlah MTs adalah
sebanyak 1 sekolah yang berstatus swasta.
Sedangkan SMP/MTs yang tidak mendapatkan
peminat dari siswa adalah SMP PGRI, SMPLB
Sariwiyata, dan SMP Yohanes Gabr iel.
Berdasarkan hasil analisis data, alternatif pilihan
sekolah lanjutan bagi siswa SD/MI yang berada
di Desa Balerejo ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2 Peta Animo SiswaSD/MI Memilih


Sekolah Lanjutan Desa Balerejo

Balerejo merupakan daerah di Kecamatan


Wlingi Blitar yang paling utara dan jauh dari kota.
Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui, bahwa
animo siswa di Desa Balerejo memilih untuk
melanjutkan ke (1) SMPN 01 dengan peminat 1
siswa (3,5%), (2) SMPN 02 dengan peminat 7
siswa (24,1%), (6) SMP Terbuka dengan peminat
20 siswa (68,9%) dan (8) Sekolah lain yang berada
di luar Kecamatan Wlingi Blitar dengan peminat 1
siswa (3,5%).
Beru adalah Desa di Kecamatan Wlingi Blitar
Gambar 1 Peta Animo Siswa SD/MI Memilih
yang memiliki empat SDN dan satu SDI serta MI
Sekolah Lanjutan Desa Babadan
Plus Al-Azhar yang secara keseluruhan memiliki
jumlah 127 siswa. Animo siswa SD/MI di Desa
Babadan merupakan desa yang memiliki
Beru dalam memilih sekolah lanjutan dapat
enam SD yang terdiri dari lima sekolah negeri dan
digambarkan pada peta, yaitu Gambar 3.
satu sekolah swasta. Berdasarkan gambar 1,
jumlah SMP/MTs yang ada di Kecamatan Wlingi
160 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Gambar 4 menunjukkan, bahwa arus


pemilihan sekolah oleh para siswa di Desa
Klemunan menuju ke (1) SMPN 01 dengan
peminat 4 siswa (23,5%), (2) SMPN 02 dengan
peminat 4 siswa (23,5%), (7) MTs Darul Huda
dengan peminat 23,5%), dan (8) Sekolah lain yang
berada di luar Kecamatan Wlingi Blitar dengan
peminat 5 siswa (29,5%).
Ngadirenggo merupakan desa di Kecamatan
Wlingi Blitar yang memiliki lima SDN dan memiliki
jumlah siswa secara keseluruhan 64 siswa. Animo
siswa di Desa Ngadirenggo akan ditunjukkan
dengan gambaran berupa peta dari hasil analisis
data yang telah dilakukan sebagai berikut.
Gambar 3 Animo Siswa SD/MI Memilih Sekolah
Lanjutan Desa Beru

Gambaran peta dari animo siswa SD/MI


dalam memilih sekolah lanjutan di atas tersebut
menunjukkan, bahwa siswa-siswa di Desa Beru
memilih untuk melanjutkan ke (1) SMP N 01
dengan peminat 26 siswa (51%), (2) SMPN 02
dengan peminat 12 siswa (23,5%), dan (8) sekolah
lain yang berada di luar Kecamatan Wlingi Blitar
dengan peminat 13 siswa (25,5%).
Klemunan merupakan desa yang berada di
bagian selatan dari pusat Kecamatan Wlingi Blitar.
Desa ini terdiri dari tiga SDN dan satu madrasah
swasta dengan jumlah siswa keseluruhan adalah
43 siswa. Berikut ini akan digambarkan arus
pemilihan sekolah oleh siswa yang berada di Desa
Klemunan. Gambar 5 Peta Animo Siswa SD/MI Memilih
Sekolah Lanjutan Desa Ngadirenggo

Berdasarkan gambar 5, dapat diketahui,


bahwa siswa SD di Desa Ngadirenggo memilih
(1) SMPN 01 dengan peminat 7 siswa (35%), (2)
SMPN 02 dengan peminat 12 siswa (60%) dan
(7) MTs Darul Huda sebagai sekolah pilihan untuk
melanjutkan jejang yang lebih tinggi dengan peminat
1 (5%).
Tangkil merupakan desa yang memiliki tiga
SDN dan satu madrasah swasta dengan jumlah
keseluruhan siswanya 102 siswa. Penyebaran
animo siswa SD/MI dalam memilih sekolah
lanjutan di Desa Tangkil digambarkan dengan peta
Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 4 Peta Animo Siswa SD/MI Memilih


Sekolah Lanjutan Desa Klemunan
Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 161

Berdasarkan gambar 7 animo siswa dalam


memilih sekolah lanjutan di Desa Tegalasri adalah
menuju ke (1) SMPN 01 dengan peminat 7 siswa
(18,4%), (2) SMPN 02 dengan peminat 17 siswa
(44,8%), (7) MTs Darul Huda dengan peminat 7
siswa (18,4%), dan (8) sekolah lain yang berada
di luar Kecamatan Wlingi Blitar dengan peminat 7
siswa (18,4%).
Tembalang merupakan desa di Kecamatan
Wlingi Blitar yang memiliki SDN tunggal dengan
jumlah 23 siswa. Persebaran dari animo siswa
dalam memilih sekolah lanjutan di Desa Tembalang
akan ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 6 Peta Animo Siswa SD/MI Memilih


Sekolah Lanjutan Desa Tangkil

Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui,


bahwa penyebaran animo siswa di Desa Tangkil
dalam memilih sekolah lanjutan adalah ke (1)
SMPN 01 dengan peminat 12 siswa (57,1%), (2)
SMPN 02 dengan peminat 3 siswa (14,3%), (7)
MTs Darul Huda dengan peminat 1 siswa (4,8%),
dan (8) sekolah lain yang berada di luar Kecamatan
Wlingi Blitar dengan peminat 5 siswa (23,8%).
Tegalasri merupakan desa di Kecamatan
Wlingi Blitar yang memiliki empat SDN dan satu
Madrasah Negeri dengan jumlah siswa sebanyak
118. Berikut ini adalah gambaran dari animo siswa
SD/MI dalam memilih sekolah lanjutan di Desa Gambar 8 Peta Animo Siswa SD/MI Memilih
Tegalasri. Sekolah Lanjutan Desa Tembalang

Berdasarkan gambar 8 dapat diketahui,


bahwa animo siswa SDN Desa Tembalang dalam
memilih sekolah lanjutan adalah antara (1) SMPN
01 dengan peminat 5 siswa (50%), (2) SMPN 02
dengan peminat 5 siswa (50%).
Wlingi memiliki tiga SDN, yaitu SDN 01,
SDN 02, SDN 03 dengan lokasi yang tersebar dan
jumlah keseluruhan dari siswanya adalah 103
siswa. Peta dari animo siswa SDN di Desa Wlingi
berdasarkan hasil data yang diper oleh
digambarkan dengan Gambar 9.

Gambar 7 Peta Animo Siswa SD/MI Memilih


Sekolah Lanjutan Desa Tegalasri
162 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Hasil analisis SMP/MTs yang paling diminati


di Kecamatan Wlingi Blitar adalah SMPN 01
dengan persentase 38,5% (105 responden).
Sedangkan hasil analisis alasan pemilihan sekolah
lanjutan dapat menjadi pertimbangan bagi calon
lulusan siswa SD/MI di Kecamatan Wlingi Blitar
dalam menentukan pilihan sekolah lanjutan:
Pertama, yaitu dari 273 responden, 93 (34,1%)
responden sangat setuju memilih sekolah lanjutan
dilihat dari nilai UAN yang telah dicapai oleh
sekolah tersebut sebelumnya. Sedangkan 151
(55,3%) menjawab setuju, 26 (9,5%) menjawab
tidak setuju dan sisanya 3 (1,1%) responden
menjawab sangat tidak setuju dengan alasan
Gambar 9 Peta Animo Siswa SD/MI Memilih tersebut. Kedua, Prestasi yang dimiliki sekolah
Sekolah Lanjutan Desa Wlingi menjadi salah satu alasan pemilihan sekolah
lanjutan dengan persentase dari responden 129
Berdasarkan gambar 9 dapat ketahui, bahwa (47,3%) menjawab sangat setuju, 127 (46,5%)
animo siswa SDN Wlingi secara umum memilih menjawab setuju, 16 (5,9%) menjawab tidak setuju
ke (1) SMPN 01 16 siswa (53,3%) dan (2) SMPN dan 1 (0,4%) menjawab sangat tidak setuju dengan
02 dengan peminat 6 siswa (20%), (5) MTs Darul alasan tersebut. Ketiga, dari 182 (66,7%)
Huda dengan peminat 3 siswa (10%), dan (8) responden menjawab sangat setuju memilih
sekolah lain yang berada di luar Kecamatan sekolah lanjutan dengan alasan kedisiplinan yang
Wlingi Blitar dengan peminat 5 siswa (16,7%). diterapkan oleh sekolah. Sedangkan 85 (31,1%)
Sedangkan tingkat animo siswa SD/MI dalam responden menjawab setuju, 5 (1,8%) menjawab
memilih sekolah lanjutan tingkat pertama sangat tidak setuju dan 1 (0,4) menjawab sangat tidak
tinggi. Jenis sekolah yang dipilih oleh responden setuju dengan alasan tersebut. Keempat, dari 15
dari pilihan SMP dan MTs, 82,8% atau 226 (5,5%) responden menjawab sangat tidak setuju
responden memilih SMP dan sisanya, yaitu 17,2% dengan alasan biaya sekolah untuk memilih sekolah
atau 47 responden memilih sekolah MTs. lanjutan, sedangkan 105 (38,5%) responden
Sedangkan untuk pemilihan sekolah lanjutan di menjawab tidak setuju, 109 (39,9%) responden
Kecamatan Wlingi Blitar, 38,5% (105 responden) menjawab setuju, dan sisanya 44 (16,15) responden
memilih melanjutkan ke SMPN 01 Wlingi, 28,2% menjawab sangat setuju dengan alasan biaya
(77 responden) memilih SMPN 02 Wlingi, 7,3% sekolah.
(20 responden) memilih SMP Terbuka, 7,7% (21 Kelima, alasan siswa dalam memilih sekolah
responden) memilih MTs Darul Huda dan 18,3% lanjutan salah satunya adalah mempertimbangkan
(50 responden) memilih sekolah lain yang berada lokasi sekolah yang dekat dengan rumah, hal
di luar wilayah Kecamatan Wlingi Blitar. tersebut terbukti dengan 100 (36,6%) responden
Sementara SMP PGRI, SMPLB Sariwiyata dan menjawab sangat setuju, 129 (47,3%) responden
SMP Yohanes Gabriel tidak mendapatkan peminat menjawab setuju, 43 (15,35) responden menjawab
dari siswa, seperti pada Gambar 10 berikut: tidak setuju dan 1 (0,4%) responden menjawab
sangat tidak setuju dengan alasan tersebut.
Keenam, yaitu memiliki lapangan basket
merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa untuk
menentukan pilihan sekolah lanjutan. 63 (23,1%)
responden menjawab sangat setuju dengan hal
tersebut, 130 (47,6%) responden menjawab setuju
dengan hal itu, 70 (25,%) responden menjawab
tidak setuju dan 10 (3,7%) menjawab sangat tidak
Gambar 10 Animo Siswa SD/MI Memilih Sekolah setuju dengan alasan tersebut. Ketujuh, kegiatan
Lanjutan Kecamatan Wlingi Blitar Ekstrakurikuler yang dimiliki sekolah menjadi daya
Alasan Pemilihan Sekolah
tarik sekolah tersebut bagi siswa yang memiliki
minat pada ekstrakurikuler tersebut. 2 (0,7%)
Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 163

responden menjawab sangat tidak setuju dengan adalah hal yang harus diperhatikan dalam memilih
hal tersebut, 23 (8,4%) menjawab tidak setuju, 124 sekolah lanjutan bagi siswa. 82 (30%) menjawab
(45,4%) responden menjawab setuju dan 124 sangat setuju, 124 (45,4%) menjawab setuju, 57
(45,4%) menjawab sangat tidak setuju dengan (20,9%) menjawab tidak setuju dan 10 (3,7%)
alasan tersebut. Kedelapan, dari 151 (55,3%) menjawab sangat tidak setuju dengan alasan
responden menjawab sangat setuju, bahwa prestasi tersebut.
ekstrakurikuler yang diraih oleh sekolah menjadi Keenambelas, alasan pemilihan sekolah
alasan siswa memilih sekolah lanjutan tersebut, lanjutan dari siswa juga dapat dikarenakan
sedangkan 107 (39,2%) menjawab setuju, 14 keinginan siswa itu sendiri. 121 (44,3%) responden
(5,1%) responden menjawab tidak setuju dan 1 menjawab sangat setuju dengan alasan tersebut,
(0,4%) dari seluruh responden menjawab sangat 111 (40,7%) menjawab setuju, 37 (13,6%)
tidak setuju dengan alasan tersebut. responden tidak setuju dan 4 (1,5%) menjawab
Kesembilan, alasan siswa dalam memilih sangat tidak setuju. Ketujuhbelas, pemilihan
sekolah lanjutan diantaranya adalah lokasi sekolah sekolah lanjutan oleh siswa dapat disebabkan oleh
yang strategis dengan pilihan jawaban responden, saran dari orangtua masing-masing. 85 (31,1%)
74 (27,1%) menjawab sangat setuju, 140 (51,3%) responden menjawab sangat setuju dengan
menjawab setuju, 47 (17,2%) tidak setuju dan 12 pertimbangan tersebut, 151 (55,3%) menjawab
(4,4%) menjawab sangat tidak setuju. Kesepuluh, setuju, 31 (11,4%) menjawab tidak setuju dan 6
yaitu lapangan sepakbola yang dimiliki sekolah (2,2%) menjawab sangat tidak setuju.
menjadi alasan pemilihan sekolah lanjutan, dengan Kedelapanbelas, saran orang lain dapat
persentase 83 (30,4%) menjawab sangat setuju mempengaruhi pertimbangan siswa dalam memilih
dengan hal tersebut, 117 (42,9%) menjawab setuju, sekolah lanjutan. Alasan ini didukung dengan
64 (23,4%) menjawab tidak setuju dan 9 (3,3%) jawaban responden terkait alasan tersebut yaitu
menjawab sangat tidak setuju dengan alasan 13 (4,8%) menjawab sangat setuju, 81 (29,7%)
tersebut. Kesebelas, sekolah lanjutan yang setuju, 135 (49,5%) tidak setuju dan 44 (16,1%)
memiliki taman yang indah akan menjadi daya tarik menjawab sangat tidak setuju.
bagi para siswa yang akan masuk ke sekolah Kesembilanbelas, saran guru sekolah lama
lanjutan. 77 (28,2%) menjawab sangat setuju menjadi pertimbangan bagi siswa dalam memilih
dengan alasan tersebut, 135 (49,5%) menjawab sekolah lanjutan. 60 (22%) responden menjawab
setuju, 53 (19,4) menjawab tidak setuju dan 8 sangat setuju dengan hal tersebut, 117 (42,9%)
(2,9%) menjawab sangat tidak setuju dengan menjawab setuju, 76 (27,8%) menjawab tidak
alasan tersebut. Keduabelas, alasan siswa dalam setuju dan 20 (7,3%) menjawab sangat tidak setuju.
memilih sekolah lanjutan di antaranya adalah Keduapuluh, alasan siswa dalam memilih sekolah
sekolah tersebut menjadi sekolah favorit. Alasan juga dapat dipengaruhi oleh pilihan dari teman-
ini memiliki persentase pilihan jawaban 181 (66,3%) temannya yang lain. 13 (4,8%) respeonden
menjawab sangat setuju dengan hal tersebut, menjawab sangat setuju dengan pernyataan
66(24,2%) menjawab setuju, 22 (8,1%) menjawab tersebut, 60 (22%) menjawab setuju, 147 (53,8%)
tidak setuju dan 4 (1,5%) menjawab sangat tidak menjawab tidak setuju dan 53 (19,4%) menjawab
setuju dengan alasan tersebut. sangat tidak setuju.
Ketigabelas, alasan siswa untuk memilih Keduapuluh satu, yaitu 122 (44,7%)
sekolah lanjutan adalah dengan menyesuaikan nilai responden menjawab sangat setuju bakat dan minat
yang dimiliki dengan standar nilai sekolah tersebut. yang dimiliki oleh siswa dapat mempengaruhi dalam
Jawaban responden 119 (43,6%) menjawab sangat pemilihan sekolah lanjutan. Sedangkan 137
setuju dengan alasan tersebut, 143 (52,4%) (50,2%) responden menjawab setuju, 13(4,8%)
menjawab setuju, dan 11 (4%) responden menjawab tidak setuju dan 1(0,4%) menjawab
menjawab sangat tidak setuju. Empatbelas, sangat tidak setuju dengan hal itu. Keduapuluh
ekonomi keluarga menjadi pertimbangan dalam dua, alasan orangtua dalam memilihkan sekolah
pemilihan sekolah lanjutan. Persentase jawaban lanjutan bagi anaknya dapat dipengaruhi dari nilai
responden dengan hal tersebut adalah 55 (20,1%) UAN yang telah dicapai sekolah tersebut. 1 (0,4%)
menjawab sangat setuju dengan hal itu, 191 (70%) responden menjawab sangat tidak setuju dengan
menjawab setuju, 25 (9,2%) menjawab tidak setuju alasan tersebut, 16 (5,9%) menjawab tidak setuju,
dan 2 (0,7) menjawab sangat tidak setuju. 147, (53,8%) menjawab setuju dan 109 (39,9%)
Kelimabelas, yaitu jarak sekolah dengan rumah menjawab sangat setuju dengan alasan tersebut.
164 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Keduapuluhtiga, keadaan ekonomi keluarga juga PEMBAHASAN


menjadi pertimbangan yang harus diperhatikan oleh
Gambaran dari lulusan siswa SD/MI dalam
orangtua dalam memilihkan sekolah lanjutan bagi
memilih sekolah lanjutan tersebut diwujudkan
anaknya. 74 (27,1%) responden menjawab sangat
dalam bentuk peta (map) dari alternatif sekolah
setuju dengan alasan tersebut, 169 (61,9%)
lanjutan yang ada di Kecamatan Wlingi Blitar. Hasil
menjawab setuju, 27 (9,9%) menjawab tidak setuju
dari analisis data membuktikan, bahwa semua
dan 3(1,1%) menjawab sangat tidak setuju.
siswa SD/MI pada dasarnya ingin melanjutkan
Keduapuluhempat, yaitu 74 (27,1%)
sekolah dibandingkan memilih untuk bekerja atau
responden orangtua menjawab, bahwa letak
kegiatan yang lain.
sekolah yang strategis menjadi alasan dalam
Pendidikan secara tidak langsung membuat
memilih sekolah lanjutan bagi anak-anak mereka.
anak-anak tersebut melakukan mobilitas dari desa
Sedangkan 144 (52,7%) menjawab setuju, 46
mereka menuju ke tempat sekolah lanjutan yang
(16,8%) menjawab tidak setuju dan 9 (3,3%)
menjadi pilihan mereka. Selain itu, dalam memilih
menjawab sangat tidak setuju atas alasan tersebut.
sekolah lanjutan, anak-anak maupun orangtua juga
Keduapuluhlima, yaitu 19 (7%) responden
memperhatikan adanya alternatif-alternatif dari
menjawab sangat tidak setuju dalam memilihkan
pemilihan sekolah ter sebut dengan
sekolah bagi anaknya, orang tua masih
mempertimbangkan berbagai kondisi dan
mempertimbangkan saran dari guru sekolah lama.
kebutuhan yang ada sesuai dengan tindakan yang
Sedangkan 107 (39,2%) orangtua tidak setuju, 117
diambil oleh orang yang berpaham pilihan rasional.
(42,9%) menjawab setuju dan 30 (11%) menjawab
Menurut Adiyanta (2008:81), pilihan rasional
sangat setuju dengan alasan tersebut.
sebagai model penjelasan dari tindakan-tindakan
Keduapuluhenam, bagi orangtua, saran dari
manusia dimaksudkan untuk memberikan analisis
orang lain dapat menjadi pertimbangan dalam
formal dari pengambilan keputusan rasional
memilihkan sekolah lanjutan bagi anak-anak
berdasarkan sejumlah kepercayaan dan tujuan.
mereka. Sebanyak 12 (4,4%) responden
Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui,
menjawab sangat setuju dengan hal tersebut, 76
bahwa seseorang yang menggunakan pilihan
(27,8%) menjawab setuju, 150 (54,9%) menjawab
rasional akan mempertimbangkan setiap informasi
tidak setuju dan 35(12,8%) menjawab sangat tidak
dan alternatif-alter natif yang ada dalam
setuju.
memutuskan sesuatu.
Keduapuluhtujuh, lulusan sekolah lanjutan
Tingginya motivasi dan animo siswa dalam
akan dapat menjadi pertimbangan bagi orangtua
memilih sekolah lanjutan membuktikan, bahwa
dalam memilihkan sekolah bagi anaknya. 59
kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk
(21,6%) menjawab sangat setuju, 163 (59,7%)
kehidupan yang lebih baik telah dimiliki oleh seluruh
menjawab setuju, 47 (17,2%) menjawab tidak
siswa SD/MI di Kecamatan Wlingi Blitar. Motivasi
setuju dan 4 (1,5) responden sangat tidak setuju.
tinggi dan animo yang tinggi tersebut dapat
Keduapuluhdelapan, kedisiplinan yang dimiliki
tercermin ketika seorang siswa bertekad untuk
oleh sekolah akan dapat mempengaruhi pemilihan
tetap melanjutkan sekolah demi pendidikan yang
sekolah lanjutan bagi orangtua dengan persentase
dia inginkan dengan berbagai usaha dan kerja keras,
157 (57,5%) responden sangat setuju, 105 (38,5%)
seperti belajar dengan rajin agar nilai UAN yang
menjawab setuju, 10 (3,7%) menjawab tidak setuju
diperoleh bagus sehingga dapat masuk ke sekolah
dan 1 (0,4%) menjawab sangat tidak setuju.
lanjutan yang diinginkan. Selain itu, animo yang
Keduapuluhsembilan, prestasi sekolah menjadi
tinggi juga dapat terwujud dengan pilihan sekolah
pertimbangan orangtua dalam memilihkan sekolah
lanjutan yang jauh dari rumah siswa demi
bagi anak mereka. 147 (53,8%) responden
mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi
menjawab sangat setuju, 106 (38,8%) respoden
mereka.
menjawab setuju, 19 (7%) menjawab tidak setuju
Beberapa alasan siswa dalam memilih
dan 1 (0,4%) sangat tidak setuju. Ketigapuluh,
sekolah lanjutan dapat dilihat dari segi kualitas
yaitu 108 (39,6%) responden menjawab sangat
sekolah, biaya sekolah, lokasi sekolah, fasilias
setuju dengan fasilitas sekolah yang menjadi
sekolah. Sedangkan alasan siswa memilih skeolah
pertimbangan bagi orangtua dalam memilihkan
dilihat dari kemampuan yang dimiliki siswa adalah
sekolah anak mereka. Sedangkan, 150 (54,9%)
dari prestasi yang dimiliki siswa, keadaan ekonomi
menjawab setuju, 14 (5,1%) menjawab tidak setuju
keluarga siswa, jarak sekolah dengan rumah
dan 1 (0,4%) menjawab sangat tidak setuju.
Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 165

sekolah, dan motivasi yang dimiliki oleh siswa itu 182 responden. Sikap setuju dominan yang
sendiri. ditunjukkan oleh responden atas alasan memilih
Selain beberapa alasan yang dimiliki siswa, sekolah adalah keadaan ekonomi yang dimiliki
ada beberapa alasan yang medasari orangtua siswa dengan 70% atau 191 responden. Sikap tidak
dalam memilihkan sekolah lanjutan untuk anaknya setuju atas alasan pemilihan sekolah yang dominan
yaitu dilihat dari segi kualitas yang dimiliki sekolah, dimiliki oleh alasan memilih sekolah berdasarkan
keadaan ekonomi yang dimiliki keluarga, lokasi saran yang diberikan orang lain dengan persentase
sekolah dengan rumah dan beberapa informasi 54,9% atau 150 responden. Sikap sangat tidak
yang diperoleh orangtua. setuju dominan oleh responden atas alasan
pemilihan sekolah adalah memilih sekolah
KESIMPULAN DAN SARAN berdasarkan motivasi siswa yang berasal dari
pengaruh teman atau mengikuti temannya, dengan
Kesimpulan persentase 19,4% atau 53 responden.
Lintas lulusan SD/MI dalam memilih sekolah
dapat digambarkan dalam bentuk peta (map) ke Saran
mana arus siswa dalam penentuan alternatif
Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Hasil
atas, beberapa saran yang dapat diberikan oleh
penelitian menunjukkan, bahwa peta yang
peneliti bagi pihak-pihak terkait adalah sebagai
menggambarkan lintas lulusan SD/MI dalam
berikut: (1) Dinas Perhubungan Daerah harus
memilih SLTP tergambar kebanyakan responden
memperhatikan sarana transportasi yang akan
memilih melanjutkan sekolah lanjutan yang
digunakan untuk menjangkau sekolah oleh para
berstatus negeri meskipun jarak yang harus
siswa; (2) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
ditempuh jauh.
Blitar hendaknya memberikan pembinaan kepada
Setiap lulusan SD/MI cenderung mempunyai
Kepala SMP PGRI, SMPLB dan SMP Yohanes
tingkat animo yang tinggi untuk melanjutkan
Gabriel untuk dapat meningkatkan kualitas,prestasi,
pendidikan SLTP, hal tersebut terlihat dari
fasilitas dan hal lain yang dapat menarik minat
partisipasi yang tinggi dari semua responden dalam
siswa dan orangtua dalam memilih sekolah
memilih sekolah lanjutan baik sekolah lanjutan yang
lanjutan; (3) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah
berada di Kecamatan Wlingi Blitar maupun di luar
(UPTD) Pendidikan Wlingi harus dapat melakukan
Kecamatan Wlingi Blitar. Secara berurutan tingkat
pemerataan jumlah siswa di SLTP/sederajat di
animo siswa lulusan SD/MI di Kecataman Wlingi
Kecamatan Wlingi Blitar sesuai dengan daya
Blitar memilih SMPN 01 Wlingi dengan 105
tampung yang dimiliki oleh sekolah; (4) Ketua
(38,5%) responden, SMPN 02 Wlingi dengan 77
Jurusan Administrasi Pendidikan hendaknya dapat
(28,2%), 50 (18,3%) responden memilih sekolah
menggunakan hasil penelitian ini sebagai
lain yang berada di luar wilayah Kecamatan Wlingi
pengayaan materi perkuliahan perencanaan
Blitar, 21 (7,7%), memilih MTs Darul Huda dan
pendidikan; (5) Orangtua melakukan pemilihan
20 (7,3%) memilih SMP Terbuka. Sedangkan tiga
sekolah dengan langkah pertama memilihkan
sekolah yang lain yaitu SMP PGRI, SMPLB
sekolah lanjutan bagi anaknya adalah dengan
Sariwiyata dan SMP Yohanes Gabriel tidak
mengetahui kebutuhan dari anaknya, kemudian
mendapatkan pilihan dari responden.
mencari informasi tentang sekolah mana yang akan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah
dapat memenuhi kebutuhan anak mereka tersebut.
lanjutan yang paling diminati oleh siswa Kelas VI
Informasi dapat berasal media cetak, guru sekolah
SD/MI Kecamatan Wlingi Blitar adalah SMPN
lama, tetangga, persepsi orang lain dan lainnya.
01 Wlingi dengan persentase pemilih paling banyak
Lalu orangtua dapat mengevaluasi sekolah-sekolah
yaitu 105 (38,5%) responden. Sedangkan sikap
mana yang nantinya akan menjadi pilihan bagi anak
sangat setuju atas alasan paling dominan yang
mereka; dan (6) Peneliti lain, hendaknya
menjadi dasar dalam memilih sekolah adalah
melakukan penelitian tentang penyediaan layanan
kualitas sekolah yang dimiliki sekolah dari segi
transportasi oleh Dinas Perhubungan untuk
kedisiplinan sekolah, yaitu 66,7% , yakni sebanyak
menjangkau sekolah.
166 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

DAFTAR RUJUKAN

Adiyanta, Susila. 2008. Teori Pilihan Rasional Suciani, Yanita. 2008. Analisis Animo Siswa SD/
(Rational Choiche Theory): Alternatif MI dalam Partisipasi Melanjutkan
Metode Penjelasan dan Pendekatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di
Penelitian Hukum Empiris. Volume 37 No. SD/MI se-Kota Blitar. Skripsi. Tidak
2. (online). (http://siskanajwa.blogspot.com/ diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
2011/12/teori-pilihan-rasional-coleman.html, Malang.
diakses 18 September 2012). Undang-Undang Dasar 1945 Republik
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 Indonesia. Tanpa Tahun. Surabaya:
Tentang Wajib Belajar. (online). (http:// Serbajaya.
disdik-kotasmg.org/v8/images/peraturan-
peraturan/PP47-08-wajar.pdf, diakses 21
Februari 2013).
PENGEMBANGAN WEB DATABASE
MAHASISWA DAN ALUMNI

Nur Fendi
Sultoni

E-mail: fendy_wongtop@yahoo.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This development aimed for: resulting web database of student and alumnus as an additional
for the existence website content in Department of Educational Administration Faculty of Education
State University of Malang, admin guidance book, and user guidance book. Method that used is
waterfall model, modified from Summerville that emphasizing on every phase that should be finished.
The test conducted by media expert and field test including: design, functionality, customer value,
effectiveness. Development result of student and alumnus web database fulfill quite valid criteria
and feasible to be used. This product development result giving implication as follow: (1) implication
to the learner management that need media planning to accommodate data well both from student
and alumnus, (2) Implication to the development of student and alumnus web database is a new
innovation to the technology development, and (3) Implication to the caretaker party to publish
student and alumnus web database program, thus it can accepted well.

Abstrak: Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan web database mahasiswa dan alumni
sebagai penambah konten website Jurusan Administrasi Pendidikan di FIP UM yang sudah ada,
buku panduan admin, dan buku panduan user. Metode yang digunakan adalah model waterfall,
modifikasi dari sommervile yang menekankan setiap fase harus selesai. Pengujiannya dilakukan oleh
ahli media dan uji lapangan yang meliputi: desain, fungsionalitas, nilai pelanggan, efektivitas. Hasil
pengembangan web database mahasiswa dan alumni memenuhi kriteria cukup valid dan layak
digunakan. Hasil pengembangan produk ini memberikan implikasi, yaitu: (1) implikasi terhadap
pengelolaan peserta didik perlu perancangan media untuk menampung data dari mahasiswa dan
alumni dengan baik, (2) implikasi terhadap pengembangan web database mahasiswa dan alumni
merupakan suatu inovasi baru terhadap perkembangan teknologi, dan (3) implikasi terhadap pihak
penyelenggara untuk mempublikasikan program web database mahasiswa dan alumni sehingga
mampu diterima dengan baik.

Kata kunci: pengembangan web database, teknologi informasi, mahasiswa dan alumni

Perkembangan dan kebutuhan akan pentingnya lain untuk berbagai keperluan. Riyanti (2011:5)
internet membuat pengguna mulai mengembang- menjelaskan manfaat penggunaan database ialah
kan situs web menjadi web database untuk meningkatkan kinerja staf administrasi, menghemat
menyimpan berbagai informasi seperti: data waktu, tenaga, dan meminimalisasi terjadinya
barang, data karyawan, data kesiswaan, jadwal, kehilangan data serta duplikasi data yang tidak
hasil penelitian, dan sebagainya. Sehingga hal inilah diperlukan.
yang membuat instansi pendidikan mulai Beberapa lembaga pendidikan di Indonesia
menggunakan web database untuk mengelola masih memiliki kendala dalam mengkoordinir data
alumninya. Sistem pencatatan menggunakan para alumni. Lembaga pendidikan tersebut masih
teknologi komputerisasi merupakan solusi untuk banyak menggunakan model arsip kertas dan
pencatatan dan pengelolaan data yang lebih baik. masih jarang menggunakan database untuk
Melalui komputer, data akan dimasukkan melalui mendata alumni. Walaupun sudah memakai sistem
keyboard, diubah menggunakan teks editor dan database, namun kebanyakan masih dilakukan
disimpan dalam bentuk file di dalam media secara offline atau dapat diartikan database masih
storage. File-file tersebut bersifat editabel, yaitu tersimpan dalam komputer. Penyimpanan
dapat diperbaiki dan diolah kembali menjadi data database model ini, pengisian untuk data
167
168 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

alumninya hanya dilakukan oleh pengelola data Pembuatan web alumni akhir-akhir ini mulai
tersebut dan tidak dapat diperbaharui secara dikembangkan di lembaga pendidikan dikarenakan
interaktif. kegunaannya yang dirasa sangat penting. Sinaga
Web database ini mungkin bisa menjadi (2011:2) menyatakan web alumni bertujuan untuk
alternatif pengganti dari buku kenangan, sehingga mempermudah perusahaan maupun institusi dalam
web database ini bisa mempermudah pencarian melakukan pekerjaan mereka yang dapat
data alumni untuk diakses kapanpun dan memonitoring kegitan alumni. Berdasarkan uraian
dimanapun karena bersifat online. Pembutan web tersebut pembuatan web alumni sangatlah penting
database ini dimaksudkan agar tetap terjalin untuk mendukung kinerja instansi pendidikan.
hubungan timbal balik antara para alumni dan pihak Selain itu, pembuatan web alumni tersebut harus
jurusan, karena situs web ini berisi berbagai mempertimbangkan data-data dari setiap alumni
informasi tentang para alumni dan informasi yang ada. World Wide Web (www) adalah suatu
tentang Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas sistem yang menciptakan pertukaran data di
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (AP internet dengan mudah dan efisien. Praherdhiono
FIP UM). Pemanfaatan aplikasi ini dapat (2008:61) menyatakan “web terdiri dari dua bagian
membantu pihak jurusan dalam mendata semua yaitu: (1) Server Web: komputer dan software yang
alumninya dengan data pribadinya masing-masing. menyimpan dan mendistribusikan data ke komputer
Dapat dimungkinkan, bahwa dipakainya aplikasi lain lewat internet yang meminta informasi
ini dengan sistem online, maka para alumni dapat tersebut, dan (2) Browser Web: software yang
saling berkomunikasi dan dapat selalu berhubungan beroperasi di setiap komputer pribadi (client) yang
dengan manajemen pusat database. Selain itu, meminta informasi dari server web dan
jurusan dapat memberikan informasi-informasi menampilkannya sedemikian rupa sehingga
yang berguna yang dapat digunakan oleh alumni. datanya dapat langsung diakses”.
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk: Menur ut Anwar (1982:38) database
(1) menghasilkan web database mahasiswa dan merupakan adukan yang merekat sistem fungsional
alumni sebagai penambahan konten dalam website menjadi satu. Sedangkan Novtani (2011:1)
Jurusan Administrasi Pendidikan yang sudah ada, mengatakan database adalah kumpulan dari data-
(2) menghasilkan buku panduan untuk administrator data yang membentuk suatu berkas/file yang saling
web database, dan (3) menghasilkan buku berhubungan, merupakan tempat penyimpanan
panduan untuk user web database. Manfaat dari sebuah data yang berupa informasi. Berdasarkan
penelitian: (1) memberikan data alumni terbaru dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan,
yang dapat digunakan untuk data pendukung bahwa database merupakan sekumpulan data
akreditasi, (2) memberikan kemudahan untuk yang saling berhubungan dan terorganisir
berkomunikasi dan menjalin hubungan kembali sedemikian rupa sehingga memudahkan ketika
dengan sesama alumni serta berbagi informasi akan digunakan kembali. Fungsi database menurut
mengenai lowongan pekerjaan, (3) mempermudah Ernawati (2012:1) adalah menyimpan data mulai
mahasiswa dalam mengakses informasi-informasi dari judul kolom hingga record atau baris terakhir
dari alumni, dan (4) sebagai bahan referensi dalam daftar atau database. Sedangkan sifat dari
melakukan penelitian yang serupa atau penelitian database yaitu: 1) kesatuan (integritas) dari file-
lanjutan dengan mengembangkan ilmu file yang terlibat, 2) internal, dan 3) terbagi/share:
pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan Elemen-elemen database dapat dibagikan pada
penelitian ini. para user baik secara sendiri-sendiri maupun
Alumni merupakan produk dari suatu institusi secara serentak dan pada waktu yang sama
pendidikan. Kualitas alumni menunjukkan kualitas (Concurrent Sharing).
dari institusi pendidikan tersebut. Anonim (2010:1) Pembuatan web database ini menggunakan
menjelaskan sebagai bagian masyarakat, hubungan PHP dan MySQL. Menurut Wikipedia (2012:1)
antara alumni dan lembaga pendidikan tentunya PHP atau Personal Home Page adalah bahasa
lebih bersifat kultural dan emosional. Hubungan skrip yang dapat ditanamkan atau disisipkan ke
yang dibangun antara lembaga pendidikan dan dalam HTML. PHP banyak dipakai untuk
alumni pun bersifat cair dan tidak mengikat. memprogram situs web dinamis. PHP dapat
Dengan kata lain, relasi yang terbangun merupakan digunakan untuk membangun sebuah Content
relasi setara yang bersendikan mutualisme dan Management System (CMS). Menurut
kemanfaatan. Nusansifor (2009:1) kelebihan PHP dari bahasa
Fendi dan Sulton, Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni 169

pemrograman lain yaitu: 1) Bahasa pemrograman implementasi/coding, (4) pengujian, dan (5) evaluasi
PHP adalah sebuah bahasa script yang tidak pemeliharaan. Model Waterfall adalah model untuk
melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya; pengembangan perangkat lunak (suatu proses untuk
2) Web Server yang mendukung PHP dapat penciptaan perangkat lunak), yang berkembang
ditemukan dimana-mana dari mulai apache, IIS, secara teratur mengalir ke bawah (seperti air terjun).
hingga Xitami dengan konfigurasi yang relatif Metode pengembangan waterfall dapat dilihat pada
mudah; 3) Dalam sisi pengembangan lebih mudah, Gambar 1.
karena banyaknya milis-milis dan developer yang
siap membantu dalam pengembangan; 4) Dalam Analisi
sisi pemahamanan, PHP adalah bahasa scripting
Perancangan
yang paling mudah karena memiliki referensi yang
Implementasi/
banyak; 5) PHP adalah bahasa open source yang coding
dapat digunakan di berbagai mesin (Linux, Unix, Pengujian
Macintosh, Windows) dan dapat dijalankan
secara runtime melalui console serta juga dapat Evaluasi/
menjalankan perintah-perintah system. Pemeliharaan

Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang


ditawarkan, maka bahasa pemrograman PHP lebih Gambar 1 Model Pengembangan Waterfall
sering digunakan oleh programer untuk membuat Sommerville
website. Selain itu, bahasa pemrograman PHP
lebih terkenal dari pada bahasa pemrograman yang Prosedur pengembangan yang dilakukan
lain. MySQL adalah sebuah perangkat lunak meliputi: tahap analisis merupakan mengumpulkan
manajemen basis data SQL (Bahasa Inggris: informasi dengan tujuan memahami kegiatan
database management system) atau DBMS yang pendataan mahasiswa dan alumni agar dapat
multithread, multi-user, dengan sekitar 6 juta mendefinisikan permasalahannya, sehingga dapat
instalasi di seluruh dunia. MySQL membuat menentukan kebutuhan sebagai persiapan ke tahap
MySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratis perancangan. Tahap perancangan adalah
di bawah lisensi GNU General Public License pembuatan desain (flowchart) dari web database
(GPL), tetapi mereka juga menjual di bawah lisensi mahasiswa dan alumni Jurusan Administrasi
komersial untuk kasus-kasus di mana Pendidikan dapat dilihat pada Gambar 2 dan
penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan Gambar 3.
GPL. beberapa keunggulan MySQL menurut Dewi
(2010:3) yaitu “(1) mampu menangani jutaan user Start

dalam waktu yang bersamaan, (2) mampu


menampung lebih dari 50.000.000 record, (3) Pendaftaran Pendaftaran
sangat cepat mengeksekusi perintah, dan (4) mahasiswa Alumni

memiliki user privilege system yang mudah dan


efisien”. Berdasarkan penjelasan keistimewaan Mengisi form Mengisi Form
Pendaftaran Pendaftaran
dan keunggulan MySQL tersebut semakin Mahasiswa Alumni
menjadikan MySQL sebagai media pembuat
database.
Proses Proses

METODE

Penelitian yang digunakan yaitu meng-gunakan Terdaftar dalam Terdaftar dalam


database mahasiswa database alumni
rancangan penelitian pengembangan model
Waterfall modifikasi oleh Sommerville dengan
menekankan bahwa setiap fase harus terselesaikan
dengan lengkap sebelum melangkah ke fase Finish

berikutnya dengan adanya tahap analisis. Modifikasi


model waterfall oleh Sommerville (dalam Nugroho, Gambar 2. Alur Pendaftaran untuk Mahasiswa dan
2012:40) meliputi (1) analisis, (2) perancangan, (3) Alumni
170 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

Start Tahap pengujian dilakukan kepada beberapa


pihak diantaranya ahli media dan uji lapangan. Ahli
media dengan kriteria minimal pendidikan sarjana
Pendaftaran
mahasiswa
Pendaftaran
alumni
Login admin dan berkompeten dalam media yang dibuat
sedangkan uji lapangan dilakukan oleh mahasiswa,
Input user id
Login Login dan alumni, dan dosen Jurusan Administrasi
mahasiswa alumni password
Pendidikan. Pengujian kepada ahli media bertujuan
Input user id Input user id
untuk mengukur kelayakan program yang
Cek
dan
password
dan
password
login dikembangkan, sedangkan uji lapangan bertujuan
untuk mengukur tingkat diterimanya produk yang
Cek Cek Halaman dikembangkan. Pengujian digunakan untuk
login login admin
mengukur indikator program yang berkenaan
Cari, edit hapus
desain, fungsionalitas, nilai pelanggan (customer
Halaman
mahasiswa
Halaman
Alumni
data mahasiswa/
alumni, tambah edit
value), dan efektivitas. Pengujian dilakukan
hapus data dosen
melalui metode angket dengan dengan teknik
Edit profil,
pencarian database
Edit profil,
pencarian database
analisis data persentase.
mahasiswa, alumni mahasiswa, alumni
dan dosen dan dosen Pedoman yang digunakan menginterpretasi
logout hasil analisis data ditetapkan kriteria valid, cukup
valid, kurang valid, dan tidak valid. Keterangan
logout logout
dijabarkan pada pedoman kriteria keberhasilan
media pembelajaran berbasis web yang dipaparkan
Finish pada Tabel 3 berikut:

Gambar 3 Desain Sistem Web Database Admin, Tabel 3 Kriteria Validasi


Mahasiswa, dan Alumni Setelah Login Kategori Rentangan Persentase Kualifikasi
A 80% -100% Valid
Tahap implementasi adalah tahap yang
B 60% - 79% Cukup Valid
mewujudkan desain menjadi kenyataan yaitu C 50% - 59% Kurang Valid
sebuah produk web database. Tahap ini D < 50% Tidak Valid
pengembang merealisasikan analisis dan
perancangan ke dalam sebuah web database yang Sumber: Sudjana (1990:45)
nyata, dalam hal ini diperlukan perangkat keras
dan perangkat lunak yang dipaparkan pada Tabel Tahap pemeliharaan ini web database sudah
1 dan Tabel 2 berikut: diserahkan kepada pihak jurusan. Tahap ini juga
dilakukan evaluasi terhadap produk yang baru,
Tabel 1 Kebutuhan Perangkat Keras apakah produk telah memenuhi tujuan yang
diharapkan. Dari hasil evaluasi ini dimungkinkan
Perangkat Keras Spesifikasi untuk melakukan perubahan-perubahan yang
Notebook Processor intel® diperlukan terhadap produk agar produk web
Atom™ CPU N550 database ini senantiasa dipergunakan dengan baik.
Memory 1GB
Hardisk 256 GB HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2 Kebutuhan Perangkat Lunak Penyajian dan tampilan home merupakan


tampilan awal ketika web database dibuka.
Perangkat Lunak Perangkat Lunak Tampilan home ini, akan menampilkan menu home,
yang Digunakan menu pendaftaran, menu pencarian, menu
penawaran alumni, menu login, dan menu admin
Sistem Operasi Windows 7 Home Basic
Web Server Xampp 1.5.5 yang ada di web database sehingga home adalah
Web Browser Mozilla Firefox jembatan untuk mengakses web yang dibuat.
Desain Sistem  Macromedia Tampilan home dapat dilihat pada Gambar 4.
dreamweaver 8
 Adobe Photoshop CS3
Fendi dan Sulton, Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni 171

Gambar 6 Tampilan Pencarian Mahasiswa


Gambar 4 Tampilan Home
Setiap hasil dari pencarian database, di
Pendaftaran merupakan cara agar user sebelah kanan akan muncul menu lihat profil
mempunyai account dan terdaftar sebagai lengkap. Menu ini digunakan untuk melihat profil
member dalam web database. Pendaftaran dalam yang lebih lengkap dari setiap user database dapat
web database ini dibedakan menjadi 2 yaitu: dilihat pada Gambar 7.
pendaftaran mahasiswa dan pendafataran alumni.
Bentuk pendaftaran ini hampir sama, yang
membedakan adalah isi formulir dari kategori
pendaftaran tersebut dapat dilihat pada Gambar
5.

Gambar 7 Tampilan Profil Lengkap Mahasiswa

Login merupakan pintu gerbang untuk


memasuki halaman user menu dan dapat mengedit
profil. Login dibedakan menjadi 2 yaitu: login
mahasiswa dan login alumni. Tampilan login
mahasiswa berisi NIM dan password sedangkan
tampilan login alumni berisi username dan
Gambar 5 Tampilan Pendaftaran Mahasiswa
password. NIM, username dan password
diperoleh ketika mengisi pendaftaran sebagai
Setiap user yang telah terdaftar dan masuk
mahasiswa maupun alumni dapat dilihat pada
dalam web database, informulirasinya dapat dicari
Gambar 8.
dalam web database ini. Pencarian ini dibedakan
menjadi 3 yaitu: pencarian mahasiswa, pencarian
alumni, dan pencarian dosen. Tampilan
pencariannya hampir sama, namun yang
membedakan yaitu kata kunci dari setiap jenis
pencarian. Kata kunci untuk pencarian mahasiswa
yaitu NIM/nama mahasiswa, untuk pencarian
alumni kata kuncinya yaitu tahun masuk/nama
alumni, dan untuk pencarian dosen kata kuncinya
yaitu NIP/nama dosen dapat dilihat pada Gambar
6.

Gambar 8 Tampilan Login Mahasiswa


172 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

Tabel 4. Data Hasil Validasi Ahli Media

Alternatif Jawaban
No Pertanyaan Angket a b c d “X (%)
(4) (3) (2) (1)
1 Bagaimanakah bentuk dan desain navigasi web? - 4 1 - 14 70
2 Bagaimana kesesuaian pemilihan gambar dalam web - 4 1 - 14 70
database tersebut?
3 Bagaimana kesesuaian tata letak pada web database - 2 3 - 12 60
tersebut?
4 Apakah bahasa dalam web database ini mudah - 3 1 1 12 60
untuk dimengerti?
5 Bagaimana pencarian data dan penyajian data dalam 1 3 1 - 15 75
web database tersebut?
6 Bagaimana content/isi web database tsb? - 3 1 1 12 60
7 Tingkat kesesuaian script dengan produk web 1 2 2 - 14 70
database tersebut?
8 Bagaimana kecepatan menampilkan data dalam web 1 2 2 - 14 70
database?
9 Bagaimana tingkat kesesuaian produk web database 2 2 1 - 16 80
tersebut dengan desain/ flowchart ?
10 Bagaimana keefektifan produk web database tersebut? 2 2 - 1 15 75
JUMLAH 138 690
PERSENTASE 69

Setelah data angket hasil validasi oleh 5 ahli


media didapatkan maka data tersebut dan perlu
dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dari
kualitas produk web database yang telah dibuat.
Data hasil validasi ahli media dapat dilihat pada
Tabel 4.

Hasil analisis data ahli media diperoleh 69%,


berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka dapat Gambar 10 Persentase Hasil Analisis Uji Lapangan
diinterpretasikan bahwa web database mahasiswa Kategori Fungsionalitas
dan alumni yang dikembangkan termasuk dalam
kriteria cukup valid atau kualifikasi layak Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui
digunakan. penilaian kategori fungsionalitas dari 24 responden
yaitu: kegunaan 79%, kemudahan 79%,
kelengkapan 75%, dan kemenarikan 77%.

Gambar 9 Persentase Hasil Analisis Uji Lapangan


Kategori Desa

Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui


penilaian kategori desain web dari 24 responden Gambar 11 Persentase Hasil Analisis Uji Lapangan
yaitu: kegunaan 75%, kemudahan 83%, Kategori Nilai Pelanggan
kelengkapan 77%, dan kemenarikan 80%.
Fendi dan Sulton, Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni 173

Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahui data/database menggunakan Structured Query


penilaian kategori nilai pelanggan dari 24 responden Language (MySQL).
yaitu: kegunaan 75%, kemudahan 79%, Adanya web database mahasiswa dan
kelengkapan 78%, dan kemenarikan 75%. alumni Jurusan Administrasi Pendidikan
memberikan kemudahan dalam mendata
mahasiswa maupun alumni dan mengelolanya
secara digital dalam bentuk web. Web database
mahasiswa dan alumni Jurusan Administrasi
Pendidikan ini akan diakses oleh seluruh
mahasiswa, dosen, serta pihak luar tanpa terbatas
waktu. Web database ini sebagai dijadikan sebagai
menu tambahan dari website utama dari Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
Gambar 12 Persentase Hasil Analisis Uji Lapangan
Kategori Efektivitas
Saran
Berdasarkan Gambar 12 dapat diketahui Agar hasil produk ini dapat bermanfaat bagi
penilaian kategori efektivitas dari 24 responden Jurusan Administrasi Pendidikan, maka ada
yaitu: kegunaan 86%, kemudahan 83%, beberapa saran kepada administrator web
kelengkapan 79%, dan kemenarikan 82%. Hasil database mahasiswa dan alumni, antara lain: (1)
analisis total data uji lapangan diperoleh 79%, hendaknya admin mempelajari dahulu petunjuk
berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka dapat pemanfaatan media yang disediakan, (2) sebelum
diinterpretasikan bahwa web database mahasiswa memulai menggunakan, hendaknya web database
dan alumni yang dikembangkan termasuk dalam ini diupload pada server yang sudah disediakan,
kriteria cukup valid atau kualifikasi layak (3) hendaknya admin hanya fokus menggunakan
digunakan. fasilitas database alumni saja tanpa mengikutkan
database mahasiswa, dikarenakan database
KESIMPULAN DAN SARAN mahasiswa sudah disediakan oleh universitas, (4)
hendaknya admin menghapus atau
Kesimpulan memperbolehkan alumni mengosongi data yang
Produk yang dihasilkan dari penelitian sekiranya dianggap rahasia, (5) selama proses
pengembangan ini adalah pengembangan web penggunaan, admin harus memantau web
database mahasiswa dan alumni Jur usan database untuk meminimalisir penyalahgunaan
Administrasi Pendidikan FIP UM dari media cetak web database, (6) selama proses penggunaan web
dikembangkan menjadi media elektronik berbasis database, hendaknya admin melakukan perbaikan
web. Pengembangan program ini menggunakan pengamanan terhadap data user yang ada, dan (7)
beberapa bahasa pemrograman, yaitu Hypertext admin hendaknya mengevaluasi penggunaan web
Markup Language (HTML), Cascading Style database, memperbaiki, dan menambah dengan
Sheet (CSS), Personal Home Page (PHP, basis konten yang diperlukan.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2010. Peran Alumnus dan Peningkatan Dewi, M. 2010. Pembuatan Situs Web Almama-
Mutu Sekolah. (Online), (http:// ter Perguruan Tinggi Menggunakan
ikasagas.wordpress.com/2010/02/24/peran- PHP dan MySQL. (Online),(http://
alumnus-dan-peningkat an-mutu-sekolah/), eprints.undip.ac.id /25949/1/ML2F301458.
diakses 10 April 2013. pdf), diakses 10 September 2012).
Anwar, I. 1982. Sistem Informasi Manajemen Ernawati. 2012. Fungsi Database. (Online).
dan Perencanaan Pembangunan (http://ernayipii.blogspot.com/ 2012/03/
Pendidikan. Bandung: Angkasa. fungsi-database-fungsi-database-ada.html),
diakses 10 September 2012).
174 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

Novtani, I. 2011. Pengertian Database. (Online). Riyanti, P., Yuli, A. & Febtiana, S. 2011. Rancang
(http://novtani.wordpress.com/ 2013/04/11/ Bangun Aplikasi Sistem Informasi
pengertian-database/), diakses 10 Pendataan Karyawan dan Siswa pada
September 2012. Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris
Nugroho, P. A. 2012. Pengembangan Media Yogyakarta. (Online), (http://
Pembelajaran E-Learning Berbasis Web repository.amikom.ac.id/ index.PHP/
Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan add_downloader/1067), diakses 28
Komunikasi Kelas VIII SMPN 2 September 2012).
Ponorogo. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Sinaga, C. R. M. 2011. Web Monitoring Alumni
FIP UM. Politeknik Telkom Bandung. (Online),
Nusansifor. 2009. Belajar PHP dan MySQL dari (http://repository.politekniktelkom.ac.id/
NOL–Part I (pengertian, sejarah dan proyek%20akhir/mi/jurnal%20pa%20web
kelebihan).(Online), (http://www. nusan- %20monitoring%20alumni%20politeknik
sifor.com/2009/11/belajar-PHP-dan- %20telkom.pdf), diakses 11 Juli 2013.
MySQL-dari-nol-part-i-pengertian-sejarah- Sudjana, M. 1990. Penilaian Hasil Proses
dan-kelebihan/), diakses 10 September Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
2012). Rosdakarya.
Praherdhiono, H. 2008. Panduan Praktikum Wikipedia. 2012. PHP. (Online), (http://
Multimedia. Malang: Fakultas Ilmu id.wikipedia.org/wiki/PHP), diakses 10
Pendidikan Universitas Negeri Malang. September 2012.
PERBEDAAN TINGKAT ETOS KERJA
ANTARA GURU TETAP DAN GURU TIDAK TETAP

Titin Eka Sari


Ali Imron
Bambang Setyadin

E-mail: titinekasari@yahoo.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The aims of this study are to find out the level of permanent teacher’s working ethos, the
level of temporary teacher’s working ethos, the comparative level of working ethos among the
permanent teachers and the temporary teachers. Public Elementary School at subdistric Prigen
Pasuruan’s regency were involved in the research. The approach of this study is quantitative that is
comparative descriptive research. The population in this study, which the permanent teachers and
the temporary teachers as much as 207 and 106 of respondents. The samples taken with proportional
random sampling, which the permanent teachers and the temporary teachers as much as 136 and 84
of respondents. The data collection technique, used was a questionnaire. The data analytical used
are descriptive and oneway analysis method (ANOVA). The results of the statistical analyses indicate
that the level of permanent teacher’s working ethos included in high category, the level of temporary
teacher’s working ethos included in middle category, there are comparative level of working ethos
among the permanent teachers and the temporary teachers in public elementary school at subdistrict
Prigen Pasuruan’s regency.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat etos kerja Guru Tetap (GT), mengetahui
tingkat etos kerja Guru Tidak Tetap (GTT), dan mengetahui tingkat perbedaan etos kerja antara GT
dan GTT. Penelitian dilakukan di SDN se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif komparatif. Populasi dalam
penelitian ini, yaitu GT sebanyak 207 responden dan GTT sebanyak 106 responden. Sampel ditentukan
dengan proporsional random sampling, yaitu GT sebanyak 136 responden dan GTT sebanyak 84
responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Analisis data menggunakan
metode analisis deskriptif dan oneway (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat etos
kerja GT dalam kategori tinggi, tingkat etos kerja GTT dalam kategori sedang, terdapat perbedaan
tingkat etos kerja antara GT dan GTT se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan.

Kata kunci: etos kerja, Guru Tetap, Guru Tidak Tetap

Pendidikan sebagai salah satu aspek dari program bahwa peran guru sangat besar dalam usaha
pemerintah perlu mendapat perhatian yang serius peningkatan kualitas pendidikan.
dalam pengembangannya. Oleh karena itu, melalui Sikap dan keseriusan seorang guru dalam
proses pendidikan di sekolah, berhasil tidaknya melaksanakan tugasnya sangat berbeda tergantung
pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada dari motivasi yang melatarbelakangi mereka menjadi
proses belajar-mengajar yang berlangsung di guru. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa
sekolah, guru, dan peserta didik.Salah satu unsur kesejahteraan guru akan berpengaruh pada sikap dan
yang memiliki hubungan sangat dekat dengan tindakan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan adalah pendidik. Namun perlu disadari, bahwa kesejahteraan
guru. Sebagaimana dilansir oleh Daradjat (dalam bukan hanya didapat dari gaji yang tinggi, melainkan
Suparlan, 2005:13), “guru adalah pendidik suasana kerja dan rasa nyaman dengan kondisi kerja
profesional, karena guru telah menerima dan juga sangat berpengaruh. Hal tersebut juga
memikul beban dari orangtua untuk ikut mendidik menentukan seberapa tinggi etos kerja, baik Guru
anak-anaknya”. Dengan demikian dapat dipahami, Tetap (GT) maupun Guru Tidak Tetap (GTT).

175
176 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 175-180

METODE 220 responden GT dan GTT di SDN Se-


Kecamatan Prigen, diperoleh responden dari GT
Penelitian ini menggunakan pendekatan
sebanyak 136 responden, sedangkan dari GTT
kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif-
sebanyak 84 responden. Hal ini diperjelas dengan
komparatif. Jenis penelitian ini digunakan karena
Gambar 1 tentang status kepegawaian.
peneliti berusaha untuk memperoleh gambaran
tentang etos kerja dan membandingkan tingkat etos
kerja antara GT dan GTT di Sekolah Dasar Negeri
Se-Kecamatan Prigen Kabupaten
Pasuruan.Penelitian ini terdiri dari satu variabel
terikat, yaitu etos kerja, sedangkan variabel
bebasnya adalah status guru yang meliputi GT dan
GTT. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
(X) adalah status kepegawaian, yaitu GT dan GTT,
sedangkan variabel terikat (Y) adalah etos kerja.
Objek dalam penelitian ini adalah SDN yang ada
Gambar 1 Diagram Status Kepegawaian
di Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan.
Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini
Berdasarkan Gambar 1 tersebut dapat
adalah seluruh guru SD di Kecamatan Prigen
diketahui, bahwa persentase responden yang
Kabupaten Pasuruan dengan jumlah GT sebanyak
berasal dari GT lebih besar daripada GTT.
207 dan GTT sebanyak 106. Teknik pengambilan
Untuk data responden menurut jenis kelamin,
sampel yang akan digunakan adalah dengan
dari 220 responden diperoleh sebanyak 83
proportional random sampling, sehingga sampel
responden dari jenis kelamin pria dan sebanyak
yang dijadikan responden yaitu GT sebanyak 136
137 responden dari jenis kelamin wanita. Hal ini
responden dan GTT sebanyak 84 responden.
diperjelas dengan Gambar 2.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah angket atau kuesioner.
Uji kualitas data yang dipakai adalah validitas
dan reabilitas. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: Pertama yaitu teknik
analisis deskriptif, dengan cara mendeskripsikan
kategori etos kerja berdasarkan data yang diolah,
menghitung jumlah GT dan GTT dengan
mentabulasi silang berdasarkan kategori yang telah
dibuat dan menyajikan dalam bentuk grafik batang.
Kedua, teknik analisis komparatif dengan Gambar 2 Diagram Jenis Kelamin
menggunakan teknik analisis varians satu jalur atau
Oneway (ANOVA), dalam menggunakan teknik Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa
analisis ini perlu terlebih dahulu menguji asumsi- yang menjadi responden dari jenis kelamin pria
asumsi terhadap datanya, antara lain: (1) Uji lebih sedikit dibandingkan responden dari jenis
normalitas sebaran, (2) homogenitas variabel, kelamin wanita sebanyak.
bertujuan untuk melihat suatu variabel data harus Untuk data responden menurut pendidikan
benar-benar homogen, (3) uji t, (4) kriteria tertinggi, dari 220 responden GT dan GTT di SDN
penarikan kesimpulan dengan ketentuan sebagai Se-Kecamatan Prigen, diperoleh sebanyak 4
berikut, jika signifikan t £ 0,05 maka H0 ditolak, responden dengan pendidikan terakhir S 2 ,
dan jika signifikan t > 0,05 maka H0 tak ditolak sebanyak 182 responden dengan pendidikan
dan hipotesis alternatif ditolak (Sudjana, 2002:388). terakhir S 1 , sebanyak 18 responden dengan
pendidikan terakhir D3, sebanyak 8 responden
HASIL dengan pendidikan terakhir D1, dan sebanyak 8
responden dengan pendidikan terakhir SMA/MA
Hasil dari penelitian ini menunjukkanbahwa
(sederajat). Hal ini diperjelas dengan Gambar 3
data responden menurut status kepegawaian dari
tentang tingkat pendidikan.
Sari dkk, Perbedaan Tingkat Etos Kerja antara Guru Tetap dan Guru Tidak Tetatp 177

Gambar 4 Diagram Tingkat Etos Kerja GT dan


GTT
Gambar 3 Diagram Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Gambar 4 tersebut dapat
Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat diketahui diketahui, bahwa dari 220 responden GT dan GTT
dari 220 responden menunjukkan, bahwa sebagian menunjukkan persentase sebesar 60,0% dalam
besar responden berpendidikan terakhir S1, kategori tingkat etos kerja tinggi, persentase
sedangkan responden lain di antaranya dengan sebesar 39,5% dalam kategori tingkat etos kerja
pendidikan terakhir SMA, D1, D3, dan S2. sedang, persentase sebesar 0,5% dalam kategori
Analisis deskriptif terhadap data tingkat etos tingkat etos kerja rendah.
kerja GT dan GTT dapat dilihat ringkasannya pada Uji normalitas dari penelitian ini diperoleh nilai
Tabel 1. skewness untuk sebaran data menunjukkan nilai
sebesar 0,193. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
Tabel 1 Ringkasan Persentase Tingkat Etos Kerja sebaran data adalah normal, hal ini dikarenakan
GT dan GTT nilai skewness kurang dari 0,5. Sedangkan Uji
homogenitas dari penelitian ini menunjukkanbahwa
Status Kepegawaian pada data tingkat etos kerja antara GT dan GTT,
Kategori
Guru Tetap Guru Tidak Tetap didapatkan nilai F hitungLevenne sebesar 0,337
dengan signifikansi sebesar 0,562. Dikarenakan
Rendah 0% 5%
signifikansi lebih besar dari nilai kepercayaan
Sedang 18,6% 20,9%
Tinggi 43,2% 16,8% (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa harga
varian dalam adalah homogen.
Hasil yang diperoleh untuk tingkat etos kerja
Berdasarkan Tabel 1, ter sebut dapat antara GT dan GTT dengan Uji t dapat dilihat
diketahui, bahwa sebagian besar responden berada ringkasannya pada Tabel 2.
dalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tingkat etos kerja GT dapat dikatakan Tabel 2 Ringkasan Uji t
termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan untuk
tingkat etos kerja GTT dapat diketahui, bahwa Kelompok Mean Thitung Df Sign
sebagian besar responden berada dalam kategori
sedang, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat GT 120,81643 4,935 218 0,000
GTT 110,619192
etos kerja GTT termasuk dalam kategori sedang.
Analisis deskriptif terhadap data tingkat etos
kerja GT dan GTT didapatkan, bahwa skor tertinggi Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat diketahui,
sebesar 149,815686 dan skor terendah sebesar bahwa nilai rata-rata GT sebesar 120,82,
73,383336 diperoleh panjang kelas intervalnya sedangkan GTT sebesar 110,62. Jika dilihat dari
sebesar 76,43236, sedangkan nilai rata-ratanya uji t maka diperoleh probabilitas sebesar 0,000
adalah sebesar 116,92940 dan standar deviasi dengan tingkat kesalahan 5%, maka dapat
sebesar 1,56647697. Hal ini diperjelas dengan diinterpretasikan, bahwa jika nilai probabilitas (p)
Gambar 4 tentang tingkat etos kerja GT dan GTT = 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan, bahwa H0 ditolak.
di bawah ini. Hasil pengujian hipotesisdengan
menggunakan uji statistik analisis varian satu jalur
(ANOVA) dapat dilihat pada Tabel 3.
178 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 175-180

Tabel 3 Ringkasan Analisis Uji Varian Satu Jalur menggerakkan dirinya dalam
berhadapan dengan lingkungan sosial
Tingkat EtosSum of Mean dimana ia berada.
Kerja Squares df Square F Sig.
Between 5399,590 1 5399,590 24,351 0,000 Sehingga dapat dikatakan, bahwa tingkat etos
Groups kerja GT dalam kategori tinggi, karena mereka
Within 48339,728 218 221,742 cenderung memiliki semangat kerja yang lebih
Groups tinggi dan lebih mudah menggerakkan dirinya di
Total 53739,317 219 lingkungan tempatnya mengajar dengan banyaknya
pengalaman mengajar dibandingkan para GTT,
serta masa kerja yang cukup lama sebagai GT
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui,
akan memotivasi dirinya untuk meningkatkan
bahwa nilai mean dari tingkat etos kerja GT
kemampuan dan melakukan inovasi, dengan
sebesar 120,81643, sedangkan nilai mean dari
harapan tidak ingin kalah dengan para GTT yang
tingkat etos kerja GTT sebesar 110,619192. Dari
cenderung memiliki skill dan tingkat pendidikannya
hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Fhitung
lebih tinggi.
sebesar 24,351 dengan signifikansi 0,000. Dengan
Selain itu, berdasarkan hasil analisis deskriptif
hasil tersebut dapat diambil keputusan untuk
juga dapat disimpulkan bahwa tingkat etos kerja
menolak H0 karena nilai signifikansi 0,000<a 0,05.
GTT dalam kategori sedang dengan persentase
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa
20,9%, sehingga kecenderungan persentase dalam
terdapat perbedaan tingkat etos kerja yang
kategori tersebut menunjukkan, bahwa tingkat etos
signifikan antara GT dan GTT di SDN Se-
kerja GTT di SDN Se-Kecamatan Pr igen
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Ternyata
Kabupaten Pasuruan adalah sedang.
etos kerja GT secara signifikan lebih tinggi daripada
Setidaknya etos kerja bersumber dari adanya
etos kerja GTT.
sikap untuk mengembangkan diri yang benar-benar
telah mendarah daging. Bagi seorang GTT, hal
PEMBAHASAN tersebut mungkin telah dimilikinya untuk
Berdasarkan hasil analisis deskriptif menghasilkan pekerjaan yang terbaik sebagai
disimpulkan, bahwa tingkat etos kerja GT dalam seorang pendidik, meskipun belum sepenuhnya.
kategori tinggi dengan persentase 43,2%, sehingga Karena dalam pengembangan diri untuk
kecenderungan persentase dalam kategori tersebut meningkatkan etos kerja membutuhkan proses
menunjukkan bahwa tingkat etos kerja GT di SDN yang lama. Sebagai GTT dengan masa kerja dan
Se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan pengalaman yang masih sedikit, untuk memiliki etos
adalah tinggi. kerja yang tinggi perlu adanya usaha-usaha yang
Etos kerja yang tinggi harus ditumbuhkan harus dilakukan, baik oleh pihak sekolah maupun
dalam lingkungan kerja, dalam hal ini, yaitu oleh dirinya sendiri, sehingga nantinya para GTT akan
guru dalam menjalankan proses belajar mengajar memiliki etos kerja yang tinggi. Hal ini diperkuat
di kelas, karena hal itu akan menumbuhkan sikap dengan pendapat Triguno (2002:9) yang
dalam menilai tinggi terhadap kerja keras dan menyatakan, bahwa “program peningkatan etos
kesungguhan, sehingga dapat meminimalisir sikap (budaya) ker ja memiliki arti yang sangat
kerja yang semaunya sendiri, tidak berorientasi fundamental bagi setiap organisasi, karena akan
terhadap mutu atau kualitas. Sesuai dengan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia
pendapat Firman (2007:48) yang mengemukakan, untuk mencapai produktivitas kerja atau unjuk kerja
bahwa: yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan
masa depan”. Lebih lanjut Triguno menyatakan,
Etos kerja adalah pandangan dan sikap bahwa:
terhadap kerja dimana pandangan dan
sikap itu merupakan jiwa dan semangat Terciptanya etos kerja yang tinggi yang
kerja yang dilandasi sikap dasar yang disebutnya sebagai budaya kerja akan
terpancar dalam perilaku kehidupan meningkatkan kepuasan kerja,
atau sejumlah nilai-nilai yang dijadikan pergaulan yang lebih akrab, disiplin
acuan oleh seseorang dalam meningkat, pengawasan fungsional
berkurang, pemborosan berkurang
Sari dkk, Perbedaan Tingkat Etos Kerja antara Guru Tetap dan Guru Tidak Tetatp 179

(efisien), tingkat absensi turun, ingin Selain itu, diperkuat juga pendapat mengenai
belajar terus, ingin memberikan yang aspek pengukuran dalam etos kerja yang
terbaik bagi organisasi dan lain-lain. dikemukakan oleh Handoko (dalam Rukmana,
Pendapat tersebut menegaskan bahwa 2010:39), yaitu: a) Aspek dari dalam, merupakan
etos kerja yang tinggi dari para pegawai aspek penggerak atau pembagi semangat dari
sangat penting bagi organisasi (sekolah), dalam diri individu, minat yang timbul di sini
sehingga perlu adanya upaya-upaya merupakan dorongan yang berasal dari dalam
yang tepat untuk meningkatkan etos karena kebutuhan biologis, misalnya keinginan
kerja pegawai (guru). untuk bekerja akan memotivasi aktivitas mencari
kerja; b) Aspek motif sosial, yaitu aspek yang timbul
Meskipun saat ini tingkat etos kerja GTT di dari luar manusia, aspek ini bisa berwujud suatu
SDN Se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan objek keinginan seseorang yang ada di ruang
dalam kategori sedang. Namun dengan adanya lingkup pergaulan manusia. Pada aspek sosial ini
usaha-usaha yang dilakukan sangat memungkinkan peran human relation akan tampak dan diperlukan
terjadi peningkatan etos kerja GTT dalam dalam usaha untuk meningkatkan etos kerja
menjalankan tugasnya. karyawan; c) Aspek persepsi, adalah aspek yang
Perbedaan tingkat etos kerja antara GT dan berhubungan dengan suatu yang ada pada diri
GTT di SDN se-Kecamatan Prigen Kabupaten seseorang yang berhubungan dengan perasaan,
Pasuruan, diketahui berdasarkan hasil analisis misalnya dengan rasa senang, rasa simpati, rasa
dengan menggunakan Uji t, yaitu diambil keputusan cemburu, serta perasaan lain yang timbul dalam
untuk menolak H0 karena nilai signifikansi 0,000<a diri individu.
0,05. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, Pendapat tersebut secara jelas menyebutkan
bahwa terdapat perbedaan tingkat etos kerja yang salah satu yang mempengaruhi etos kerja adalah
signifikan antara GT dan GTT di SDN Se- motivasi. Dalam penelitian ini, perbedaan yang
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. terjadi cenderung dipengaruhi motivasi dari luar
Peran guru sebagai salah satu komponen (gaji). Informasi perbedaan gaji atau upah tersebut
dalam Proses Belajar-Mengajar (PBM), memiliki diperjelas dengan adanya Peraturan Pemerintah
peran yang sangat menentukan keberhasilan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2013 tentang
pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjabarkan
tersebut diperlukan etos kerja yang tinggi. Dari hasil besaran gaji PNS 2013, dibandingkan dengan
penelitian ini, dapat kita lihat, bahwa terdapat informasi berdasarkan surat keterangan dari
perbedaan tingkat etos kerja antara GT dan GTT. sekolah, yang menunjukkan bahwa gaji GTT yang
Hal ini menunjukkan, bahwa status kepegawaian berkisar antara Rp 300.000 s.d. Rp 400.000 per
mempengaruhi tinggi-rendahnya etos kerja para bulan, kenyataan ini mempertegas bahwa tingkat
guru. Perbedaan tersebut disebabkan beberapa kesejahteraan GT dan GTT sangat jauh berbeda.
faktor, salah satunya adalah motivasi, baik motivasi Hal ini perlu perhatian khusus, dikarenakan gaji
dari dalam diri (semangat kerja) maupun motivasi merupakan salah satu bentuk motivasi kerja bagi
dari luar (gaji, reward, lingkungan). Hal ini pegawai untuk meningkatkan etos kerja. Karena
diperkuat oleh pendapat Firman (2007:49) yang dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi, mereka
menyimpulkan, bahwa: bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dalam menunjang tercapainya etos kerja yang
Faktor yang dapat mempengaruhi etos tinggi. Selain itu, kesejahteraan yang didapatkannya
kerja seseorang secara garis besar akan mampu memenuhi kebutuhan kehidupannya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dari sehari-hari, sehingga guru akan fokus terhadap
dalam diri dan dari luar diri seseorang. tugasnya sebagai mengajar tanpa terbebani fikiran
Faktor dari dalam diri seseorang di untuk mencari kesibukan lain guna memenuhi
antaranya: kemampuan, sikap mental, kebutuhan hidupnya.
persepsi, motivasi, dan sebagainya.
Sementara faktor dari luar diri KESIMPULAN DAN SARAN
seseorang dapat diutarakan antara lain:
kondisi sosial ekonomi, lingkungan,dan Kesimpulan
sebagaianya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai
180 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 175-180

berikut: (1) tingkat etos kerj GT di SDN Se- yang berlaku, sering memberikan kesempatan pada
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan dapat guru, baik GT maupun GTT secara adil untuk
dikatakan dalam kategori tinggi, karena sebagian mengikuti workshop, pelatihan, dan seminar. GT
besar responden berada dalam kategori tinggi, (2) dan GTT hendaknya selalu berusaha maju, dan
tingkat etos kerja GTTdi SDN Se-Kecamatan berupaya terus meningkatkan etos kerjanya dalam
Prigen Kabupaten Pasuruan termasuk dalam kondisi apapun. Selain itu, untuk meningkatkan
kategori sedang, karena sebagian besar responden kompetensi dan kemampuan yang dimiliki, guru
berada dalam kategori sedang, dan (3) terdapat hendaknya selalu menerima masukan yang positif
perbedaan tingkat etos kerja yang signifikan antara bagi dirinya, mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan
GT dan GTT di SDN Se-Kecamatan Prigen dengan reward yang didapatkan, melanjutkan
Kabupaten Pasuruan. pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan
mengajukan beasiswa, sedangkan khusus untuk
Saran GTT hendaknya mengajukan usulan untuk
kenaikan gaji yang disesuaikan dengan UMR, agar
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari kesejahteraan sebagai GTT tercukupi. Penelitian
hasil penelitian, maka beberapa saran yang dapat ini hendaknya digunakan sebagai bahan
dikemukakan peneliti, di antaranya adalah: seluruh pertimbangan untuk melakukan penelitian
kepala sekolah hendaknya selalu melakukan selanjutnya, yaitu untuk mengembangkannya lebih
kegiatan supervisi untuk mengetahui tingkat etos lanjut dengan mendalami faktor-faktor penyebab
kerja setiap guru, menaikkan gaji GTT dengan adanya perbedaan etos kerja antara GT dan GTT.
memperhatikan Upah Minimum Regional (UMR)

DAFTAR RUJUKAN

Firman, J. 2007. Etos Kerja Kepala Sekolah Kerja dan Kinerja Karyawan Dedy Jaya
Dasar di Kota Padang Panjang. Jurnal Plaza Tegal, (Online), (http://ebook-
Guru, 2007, 4 (1): 41. browse.com/skripsi-full-widdi-pdf, diakses
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Oktober 2012).
22 Tahun 2013. Tentang Gaji Pegawai Sudjana. 2002. Analisis Korelasi dan Regresi.
Negeri Sipil (PNS), (Online), (http:// Bandung: Tarsito.
www.google.com/Peraturan pemerintah Supar lan. 2005. Menjadi Guru Efektif.
tentang gaji pegawai negeri sipil Yogyakarta: Hikayat Publishing.
(PNS).html, diakses 30 Juli 2013). Triguno. 2002. Budaya Kerja: Menciptakan
Rukmana, W. E. 2010. Analisis Pengaruh Human Lingkungan yang Kondusif untuk
Relation (Hubungan antar Manusia) dan Meningkatkan Produktivitas Kerja.
Kondisi Fisik Lingkungan Terhadap Etos Jakarta: Golden Terayon Press.
Petunjuk bagi (Calon) Penulis

1. Artikel yang ditulis untuk JMP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang menejeman pendidikan. Naskah
diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 minimal 20
halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta Compact Disk (CD). Berkas (file) dibuat
dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: umpanpen@yahoo.com.
2. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail dan nomor
telepon/hand phone untuk memudahkan komunikasi.
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecuali
bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besardi tengah-tengah, dengan
huruf sebesar 24 poin.Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenishuruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub
bagian dicetak tebal atau tebal danmiring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:
PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)
Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)
Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)
4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempatatas,
alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar
belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-bagian); penutup
atau kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirajuk).
5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempat atas,
alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci;
pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;
pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
6. Sumber Rujukans edapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan
sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam
jurnal dan/atau majalah ilmiah.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan
langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67)
8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.
Contoh Daftar Rujukan
Hitccock, s., Carr. L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Jurnals, 1990-1995: The Calm before the Storm,
(Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses12 Juni 1996)
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri,h\.3.
Kansil, C.L. 2002. Orientasi BaruP enyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan
Dunia lndustri. Transpor, XX (4): 57-61.
Robbins, S. P. & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.
Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1).Malang: UM
Press.
Sumarsono, R.B. & Kusumaningrum, D.E. 2005. Pengaruh Persepsi, Sikap terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa
Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Malang Lemlit Universitas
Negeri Malang.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: Tamita
Utama.
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penulisan Artikel
dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11Agustus.
9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Universitas Negeri Malang, 2010) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.
10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang
kepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/
saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepada
penulis sebelum penerbitan.
11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel
yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.
12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah
atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang
mungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.
13. Artikel yang tidak dimuat tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

Anda mungkin juga menyukai