Anda di halaman 1dari 95

MP

MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISSN 0852-1921
Volume 23 Nomor 6 September 2012

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan
tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan
September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting
Mustiningsih

Wakil Ketua Penyunting


Desi Eri Kusumaningrum

Penyunting Pelaksana
Sunarni
Asep Sunandar
R. Bambang Sumarsono
Teguh Triwiyanto
Wildan Zulkarnain

Mitra Bestari
Dwi Deswari (UNJ)
Rusdinal (UNP)
Ali Imron (UM)
Aan Komariyah (UPI)

Pelaksana Tata Usaha


Ahmad Nurabadi

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas
Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.
219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. E-mail: umanpen@yahoo.com.
Langganan 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapat
dikirimkan melalui rekening tabungan ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh Jurusan


Administrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain.
Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan
format seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"), Naskah
yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.
MANAJEMEN PENDIDIKAN
VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012

DAFTAR ISI
Manajemen Strategi: Analisis Pemilihan Strategi Induk Pengembangan
Lembaga Pendidikan dan Bisnis, 487-496
Kasman

Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar, 497-503


Wildan Zulkarnain

Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan, 504-512


Gunawan Widi Prastyo
Mustiningsih
Asep Sunandar

Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah


Terpencil Daratan Pedalaman, 513-531
Piter Joko Nugroho

Iklim Sekolah, Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru, 532-539
Raden Bambang Sumarsono

Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru, 540-546
Firman Ashadi
Agus Timan

Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan, 547-555


Mohammad Syahidul Haq
Bambang Setyadin
Ali Imron

Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja


Pegawai Negeri Sipil, 556-562
Anik Dwi Astuti
Ahmad Supriyanto

Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar
di Daerah Terpencil, 563-571
Sinta Maya Sari
Nurul Ulfatin
Sultoni

Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual, 572-577


Yuli Ernawati
Teguh Triwiyanto
MANAJEMEN STRATEGIK: ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI
INDUK PENGEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN BISNIS

Kasman

e-mail: kasman_baron@yahoo.com
SMP Negeri 2, Desa Blongko Ngetos Nganjuk 64474

Abstract: some managers are often fixated on a strategy to execute his institution, but maybe that
strategy was not in accordance with the circumstances. Factors that influence attitudes include:
strategies of the past, external dependence, attitudes towards risk management, the constellation of
power in the organization, the role of top management, punctuality, and the reactions of competitors.
Parent strategies that can be used in the development of educational institutions and businesses,
namely: concentration, market development, product development, innovation, horizontal integration,
vertical integration, market penetration, joint ventures, concentric diversification, conglomerate
diversification, reduction / turnaround, downsizing, liquidation, and combinations. There are five
techniques to determine the choice of strategy, namely: Gap Analysis, Strategy Selection Matrix
Parent, Boston Consulting Group (BCG), Model Parent Group Strategy, SWOT Matrix and Product
Life Cycle.

Keywords: center development strategy, education instruction, comporate

Abstrak: ketepatan pemilihan strategi induk pengembangan menentukan efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan. Beberapa manajer sering terpaku pada suatu strategi untuk menjalankan lembaga
yang dipimpinnya, padahal mungkin strategi itu sudah tidak sesuai dengan keadaan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap itu antara lain: strategi masa lalu, ketergantungan eksternal, sikap manajemen
terhadap risiko, percaturan kekuatan dalam organisasi, peranan manajemen puncak, ketepatan waktu,
dan reaksi pesaing. Strategi induk yang dapat digunakan dalam pengembangan lembaga pendidikan
dan bisnis, yaitu: konsentrasi, pengembangan pasar, pengembangan produk, inovasi, integrasi
horizontal, integrasi vertikal, penetrasi pasar, usaha patungan, diversifikasi konsentrik, diversifikasi
konglomerasi, pengurangan /perubahan haluan, penciutan, likuidasi, dan kombinasi. Ada lima teknik
untuk menentukan pilihan strategi, yaitu: Analisis Kesenjangan, Matriks Seleksi Strategi Induk,
Boston Consulting Group (BCG), Model Kelompok Strategi Induk, Matriks SWOT, dan Daur
Kehidupan Produk.

Kata kunci: strategi induk pengembangan, lembaga pendidikan dan perusahaan

Setelah suatu perusahaan atau lembaga pendidikan Strategi induk mencakup strategi tingkat
telah menyusun tujuan berdasarkan visi dan perusahaan / lembaga pendidikan, sedangkan
misinya, maka langkah selanjutnya adalah strategi dasar tingkat satuan bisnis di lingkungan
menentukan strategi induk untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan/perusahaan atau strategi
itu. Pemilihan strategi induk bukanlah pekerjaan tingkat bidang fungsional. Strategi induk sebagai
yang mudah, karena pemilihannya memerlukan suatu pendekatan umum yang bersifat
pemikiran yang mendalam dengan berbagai komprehensif atau menyeluruh yang berperan
pertimbangan yang akurat. Kesalahan pemilihan sebagai penuntun kegiatan utama suatu lembaga
strategi induk dapat mengakibatkan pendidikan atau perusahaan dalam rangka
ketidaksempurnaan pencapaian tujuan, atau mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Strategi
bahkan gagal mencapai tujuannya. induk memberi landasan, arah dan petunjuk tentang
Istilah strategi induk merupakan terjemahan cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai
dari kata grand strategy atau master strategy sasaran jangka panjang lembaga pendidikan atau
atau business strategy. Siagian (1998) perusahaan.
membedakan strategi induk dengan strategi dasar.
487
488 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

Bagi manajer pemahaman tentang pemilihan dan modal lannya berada pada tingkat yang dapat
strategi induk sangat penting, karena penetapan ditanggung perusahaan atau lembaga pendidikan,
strategi induk ini selanjutnya diimplementasikan (3) pemilihan produk andalan didasarkan atas
dalam program-program kerja. Sharplin (1985:48) kemampuan yang telah terbukti dimiliki, (4)
menyatakan strategi plans concerning matter of memiliki keunggulan kompetitif karena didasarkan
pervasive, vital, and/or continuing importance pengalaman dan keterampilan yang spesifik
within organization. Dalam lembaga pendidikan, terhadap produk tertentu, (5) memiliki keunggulan
pemegang peran penting dalam menentukan strategi kompetitif, manakala perusahaan lain tidak
induk adalah kepala sekolah, rektor atau direktur. menggunakan strategi konsentrasi terhadap produk
Menurut Siagian (1998), walaupun para ahli yang sama, (6) dapat meningkatkan reputasi yang
menyepakati bahwa pemahaman terhadap strategi baik terhadap produknya, sehingga meningkatkan
induk oleh para manajer sangat penting, akan tetapi kepercayaan pelanggan, menarik pelanggan
banyak di antara mereka yang tidak berusaha produk lain, dan menarik calon pelanggan baru
maksimal untuk memahami dan mengimplemen- yang belum pernah menggunakan produk jenis ini.
tasikannya. Akibatnya manajer terpaku pada Contoh: SMP Negeri 1 Nganjuk mengerahkan
strategi tertentu, padahal mungkin ada strategi induk seluruh kemampuannya, meningkatkan kualitas
lain yang lebih tepat. Tulisan ini akan membahasa: guru, menyeleksi calon siswa secara ketat,
(1) macam-macam strategi induk, (2) faktor-faktor memperbaiki sarana pembelajaran, melengkapi
yang mempengaruhi pemilihan strategi induk, dan laboratorium, membenahi administrasi, dan
(3) teknik analisis pemilihan strategi induk. memperbaiki manajemen, untuk menghasilkan
lulusan yang kualitasnya tinggi.
MACAM-MACAM STRATEGI INDUK
Pengembangan Pasar (Market Development)
Ada 14 strategi induk yang sering digunakan
dalam pengembangan lembaga pendidikan atau Strategi pengembangan pasar dilakukan
perusahaan, yaitu: konsentrasi, pengembangan dengan menjual produk andalan ke daerah
pasar, pengembangan produk, inovasi, integrasi pemasaran baru. Pengembangan pasar bisa berupa
horizontal, integrasi vertikal, penetrasi pasar, usaha perluasan wilayah secara geografis, (ekspansi
patungan, diversifikasi konsentrik, diversifikasi regional, nasional, internasional) bisa juga perluasan
konglomerasi, pengurangan/perubahan haluan, segmen masyarakat pelanggan melalui
penciutan, likuidasi, dan kombinasi. Berikut ini pengembangan versi produk untuk menarik
diuraikan secara singkat masing-masing strategi sekmen lain, masuk ke saluran distribusi lain, atau
induk tersebut disarikan dari berbagai sumber, mengadvertensi ke media lain. Termasuk dalam
seperti Siagian (1998), Sharplin (1985), Pearce II kategori perluasan pasar apabila perusahaan atau
dan Robinson (1991), Hax dan Majluf (1991), lembaga pendidikan melakukan langkah-langkah
Montgomery dan Porter (1991). kegiatan: (1) memasarkan produk yang ada, (2)
memodifikasi produk dalam kemasan “kosmetik”,
Konsentrasi (Concentration) (3) produk dipasarkan pada para pelanggan di suatu
wilayah, (4) menambah jumlah pelanggan melalui
Konsentrasi disebut juga konsentrasi saluran distribusi atau mengubah materi iklan dan
pertumbuhan (concentrated growth). medianya sehingga menarik minat calon pelanggan
Konsentrasi merupakan strategi yang baru dengan tetap mempertahankan para
mengarahkan sumberdaya perusahaan atau pelanggan lama.
lembaga pendidikan terhadap pertumbuhan yang Srategi ini digunakan apabila: (1) jaringan
menguntungkan hanya dari satu produk, dalam satu distribusi tersedia, berkualitas dan tidak mahal, (2)
pasar, dengan satu teknologi yang dominan. Dasar memiliki kelebihan kapasitas produksi, (3) pekerjaan
pemikirannya adalah bahwa perusahaan atau saat ini dinilai sangat berhasil, dan (4) muncul pasar
lembaga pendidikan perlu secara mendalam baru atau pasar yang lama jenuh. Contoh: (1)
mengembangkan dan mengeksploitasi keahliannya Universitas X di Amerika Serikat membuka kelas
dalam suatu arena bersaing yang terbatas. baru di Indonesia. (2) BCA memproduksi kartu
Dasar pertimbangan pemilihan strategi kredit yang semula hanya untuk para pengusaha
konsentrasi antara lain: (1) risiko yang dihadapi dan masyarakat umum, sekarang mengembangkan
biasanya tidak besar, (2) tambahan dana, tenaga ke segmen mahasiswa.
Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 489

Pengembangan Produk (Product Development) keuntungan awal jika produk baru itu diminati oleh
pelanggan lama yang loyal dan pelanggan baru
Strategi pengembangan produk merupakan
yang semula menggunakan produk lain. Akan
upaya menarik para pelanggan untuk membeli dan
tetapi, strategi ini penuh risiko dan akan bertambah
menggunakan produk baru yang dihasilkan oleh
berat apabila pesaing juga melakukan strategi yang
perusahaan atau lembaga pendidikan tersebut
sama. Strategi ini tepat untuk digunakan, jika: (1)
karena mereka merasa puas terhadap produk yang
pelanggan dan pasar mengharap terjadinya
selama ini sudah diluncurkan, dipromosikan atau
perubahan dan penyempurnaan produk secara
dijual. Strategi ini mencakup tiga kegiatan, yaitu
berkala, (2) tingkat pendidikan pengguna produk
mengembangkan dan meluncurkan produk baru,
semakin tinggi yang menyebabkan mereka
mengembangkan variasi mutu produk lama, dan
semakin selektif dalam membeli produk yang
mengembangkan model atau bentuk tambahan
diinginkan, (3) perkembangan teknologi yang sering
terhadap produk lama. Langkah-langkah yang
membuat siklus hidup produk menjadi lebih pendek
dapat yang dikategorikan mengembangkan produk
atau lebih cepat kedaluwarsa.
adalah: (1) melakukan penyesuaian (modifikasi)
Perbedaan str ategi inovasi dengan
tertentu berdasarkan ide baru yang diperkirakan
pengembangan produk adalah bahwa inovasi
lebih menarik, (2) menciptakan produk baru untuk
menghendaki produk lebih cepat kedaluwarsa,
memberi manfaat sejenis kepada pelanggan lama
sedangkan pengembangan produk menghendaki
tanpa mengubah saluran distribusi pemasaran, (3)
produk bertahan lama. Contoh: (1) Perusahan
mengubah produk lama, seperti mengubah warna,
komputer yang terus menerus mengembangkan
bentuk, atau ukuran, (4) membuat produk baru
tipe koputer dari AT, XT, DX, Pentium 75, Pentium
yang lebih kuat, lebih panjang, lebih tebal, atau lebih
1, Pentium 3, dan Pentium 4; (2) Suzuki
tahan lama, (5) membuat produk lebih kompak,
memproduksi sepeda motor yang berubah-ubah
lebih kecil, lebih ringan, atau lebih lengkap, (6)
bentuknya secara terus menerus dengan
mengganti komponen tertentu dari suatu produk,
semboyan “Suzuki inovasi tiada henti”.
dan (7) menyusun kembali berbagai komponen
produk sehingga lebih nyaman dan ramah bagi
pengguna. Dengan kata lain pengembangan produk Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)
baru itu ber upa kegiatan mengadaptasi, Strategi integrasi horizontal adalah tindakan
memodifikasi, memperbesar, memperkecil, yang dilakukan perusahaan atau lembaga
mensubsitusi, meng-atur kembali, pembalikan pendidikan dengan mengambil alih (akuisisi)
(reserve), atau menggabungkan komponen. perusahaan atau lembaga pendidikan lain yang
Strategi ini digunakan apabila: (1) memiliki beroperasi dalam jaringan produksi-pemasaran
produk yang berhasil/sukses dan telah berada pada yang sama. Tujuan integrasi horizontal untuk
tahap jenuh (maturity stage), (2) pesaing memperoleh akses pasar baru dan atau
menawarkan produk sejenis dengan kualitas lebih menghilangkan pesaing.
baik dan dengan harga yang lebih murah, (3) Strategi ini digunakan dengan syarat: (1)
memiliki kemampuan riset dan pengembangan bersaing dalam industri yang berkembang, (2) dapat
produk, (4) bersaing dalam industri yang sedang meningkatkan skala ekonomi untuk mendukung
bertumbuh. Contoh: (1) SMP Negeri 1 Kertosono keunggulan bersaing, (3) memiliki modal dan
membuka program RSBI pada karena prestasi sumberdaya manusia yang cukup untuk melakukan
akademik dan jumlah peminatnya banyak dan ekspansi, dan (4) dapat memonopoli suatu daerah
cenderung meningkat; (2) Shampoo Dimension (dengan tidak melanggar aturan pemerintah).
yang semula hanya shampo biasa diubah menjadi Contoh: Indofood Sukses Makmur memproduksi
two in one atau yang terakhir three in one. Indomie kemudian membeli atau menguasai
perusahan Supermie dan Sarimie.
Inovasi (Innovasion)

Strategi inovasi merupakan kiat untuk Integrasi Vertikal (Vertical Integration)


menciptakan siklus hidup baru bagi produk yang Strategi integrasi vertikal adalah pengam-
diluncurkan sedemikian rupa sehingga produk bilihan terhadap perusahaan atau lembaga
sejenis di pasaran menjadi ketinggalan jaman. pendidikan yang semula menjadi pemasok bahan
Dengan strategi inovasi ini akan memperoleh mentah atau menjadi pelanggan/pengguna
490 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

produknya. Strategi vertikal dibedakan menjadi dua, integrasi vertikal ke depan apabila: (1) jalur
yaitu integrasi vertikal ke belakang (pengam- distribusi yang ada sangat mahal, kualitas terbatas,
bilalihan pemasok) dan integrasi vertikal ke depan dan lambat, (2) memiliki dan sumberdaya manusia
(pengambilalihan pelanggan). Pearce II dan yang dibutuhkan untuk mengelola usaha baru, (3)
Robinson (1991:236) menyebut integrasi vertikal bisnis/usaha distribusi memiliki margin keuntungan
ke belakang dengan backward vertical yang tinggi, dan (4) mengutamakan stabilitas
integration, dan integrasi vertikal ke depan dengan produksi.
forward vertical integration. Pendapat yang Contoh: (1) SDI Baitul Izzah Nganjuk
sama dikemukakan oleh Hax dan Majluf mendirikan SLTP Baitul Izzah Nganjuk (integrasi
(1991:138). Siagian (1998:149) yang pertama vertikal ke depan). (2) Toyota Astra Motor
disebut integrasi vertikal ke atas, dan yang kedua membangun jaringan penjualan Auto 2000 (integrasi
disebut integrasi vertikal ke bawah. Hax dan vertikal ke depan). (3) Akademi TNI (ex
Majluf (1991:138) juga membedakan integrasi AKABRI) mendirikan SMU Taruna Nusantara
vertikal menurut dimensinya, yaitu full integration, (integrasi ke belakang). (4) Grup Salim mendirikan
quasi integation, tapered integration, dan pabrik tepung Bogasari untuk mendukung produksi
nonintegration. Indomie (integrasi vertikal ke belakang).
Perbedaan integrasi vertikal dan integrasi
horizontal dapat dijelaskan bahwa integrasi vertikal Penetrasi Pasar (Market Penetration)
mengambil alih bahan baku atau pelanggan,
sedangkan integrasi horizontal mengambil alih Strategi penetrasi pasar adalah strategi untuk
perusahaan yang sama. Lebih jelasnya dapat meningkatkan pangsa pasar terhadap produk
dilihat melalui Gambar 1 berikut ini. tertentu melalui promosi dan pemasaran secara
besar-besaran. Strategi ini digunakan, jika: terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara: (1)
Textile Producer Textile Producer
pengeluaran pemasar an dengan kenaikan
penjualan, (2) total penjualan meningkat dan pangsa
pasar pesaing menurun, (3) pasar belum jenuh, dan
(4) dapat meningkatkan skala ekonomi untuk
Shirt Manufacture Shirt Manufacture
mendukung daya saing. Contoh: (1) Bimbingan
Belajar Primagama meningkatkan promosi ke
media TV Swasta dengan bintang iklan Rano
Karno. (2) Stasiun Televisi RCTI ketika baru
Clothing Store Clothing Store berdiri mempromosikan diri melalui radio, koran,
majalah, dan di stasiunnya sendiri.
Acquisitions or mergers of suppliers costomer
businesses are vertical integrations. Usaha Patungan (Joint Venture)

Acquisitions or maergers of competing Strategi usaha patungan adalah kerjasama dua


businesses are horizontal integrations. atau lebih perusahaan atau lembaga pendidikan
dalam bidang tertentu. Biasanya berupa usaha baru
Gambar 1 Vertical and Horizontal Integrations yang terpisah dengan induknya. Secara umum
(Sumber: Pearce dan Robinson, usaha patungan banyak dilakukan apabila kegiatan
1991:237) usahanya berskala besar, memerlukan modal,
teknologi, kepiawaian manajerial, keterampilan
Adapun pemakaian integrasi vertikal ke operasional, penguasaan jaringan, distribusi dan
belakang apabila: (1) jumlah pemasok sedikit pemasaran yang tidak dapat dipenuhi sendiri.
sedangkan pesaing sangat banyak, (2) ingin Secara rinci dapat dikatakan bahwa strategi ini
mendapatkan pasokan dengan cepat dan murah digunakan apabila: (1) dua atau lebih perusahaan
sedangkan pemasok tidak mampu melakukannya, atau lembaga pendidikan tidak mampu bersaing
(3) mengutamakan kestabilan harga, dan (4) dengan perusahaan atau lembaga pendidikan yang
memiliki modal yang tinggi dan sumberdaya lebih besar, (2) muncuk kebutuhan untuk segera
manusia yang berkualitas dan pemasok memiliki memperkenalkan teknologi baru, (3) keunggulan
margin keuntungan yang tinggi. Sedangkan dua perusahaan atau lembaga pendidikan lebih
Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 491

berifat saling melengkapi, (4) untuk memdapatkan mendirikan: (1) Perguruan Tinggi, meliputi:AMIKOM
kemudahan dari pemerintah setempat ketika Yogyakarta dan Denpasar, STIE IEU Primagama
memasuki pasar internasional. Contoh: (1) Yogyakarta, Totalwin Institute of Management (TII)
Universitas Negeri Malang bekerja saman dengan Yogyakarta, AMA Yogyakarta; (2) Pendidikan
PTS mitra di Malang untuk menangani Sertifikasi menengah, bimbingan belajar dan konsultasi, meliputi
Guru; (2) Perusahaan Kartu Visa Internasional LBB Primagama, SMU Pembangunan Yoyakarta,
bekerjasama dengan Microsoft Corporation IMKI Prima, LBA Interlingua, Prima Linguage
membentuk perusahaan komputer Cyber Cash Inc. Centre (PLC), Gladi Insan Mandiri (GIM),
Interpreneur University Yogyakarta, TAA
Diversifikasi Konsentrik (Concentric Diversification) Primagama; (3) Multiusaha, meliputi: PT Primadia
(percetakan), PT Mataram Surya Visi Yogyakarta
Strategi diversifikasi konsentrik merupakan (trevel), PT Palapa Jaya (komunikasi), RM Sari Raja
strategi penambahan bidang usaha baru yang masih (rumah makan), BMT Rizqi Mulia (bank), Global
berkaitan dengan usaha utama yang ditekuninya. Prima Realty (realestate).
Keterkaitan itu berupa teknologi yang digunakan, Diversifikasi konsentrik dan divesifikasi
pasar yang dikuasai, atau produk yang dihasilkan. konglomerasi dilakukan dengan merger atau
Motif pemakaian diversifikasi konsentrik adalah: (1) akuisisi. Merger adalah penggabungan dua
menambah nilai saham, (2) mempercepat laju perusahaan atau lembaga pendidikan menjadi satu.
pertumbuhan, (3) melakukan investasi dana supaya Sedangkan akuisisi adalah pembelian aset dan
lebih efektif, (4) lebih menjamin pendapatan operasi suatu perusahaan atau lembaga pendidikan
penghasilan karena jumlah penjualan meningkat, (5) oleh perusahaan atau lembaga pendidikan lain.
untuk meluncurkan produk baru karena yang lama
sudah mencapai puncak kemanfaatan, (6) Pengurangan (Retrenchement) dan Perubahan Haluan
mempermudah memperoleh sumberdaya dengan (Turnaround)
cepat, (7) meningkatkan efisiensi kerja. Oleh karena
itu, strategi ini tepat digunakan ketika; (1) produk Strategi pengurangan adalah strategi
yang ada telah mengalami penurunan, (2) bersaing mengurangi sebagian aset perusahaan atau
dalam pertumbuhan pasar yang lambat, (3) produk lembaga pendidikan untuk penghematan biaya dan
yang baru lebih kompetitif dan dapat meningkatkan menanggulangi menurunnya keuntungan.
produk yang telah ada, dan (4) produk baru memiliki Pemilihan strategi ini biasanya kalau perusahaan
pasar musiman. Contoh: (1) Bimbingan Belajar mengalami kemunduran yang antara lain
Dasapratama Kertosono yang memberikan les disebabkan: (1) adanya krisis ekonomi, (2)
matapelajaran pokok pada siswa SD kelas 1-VI, inefesiensi internal, (3) persaingan memperoleh
membuka kelas khusus Bahasa Inggris; (2) PT bahan baku ketat, (4) keterampilan operasional
Unilever selain meproduksi pasta gigi Pepsodent tidak memadai, (5) moral karyawan buruk, (6)
juga memproduksi sikat gigi. keuntungan rendah, (7) mendapat tekanan dari
pemegang saham untuk berbenah diri, (8) daya
Diversifikasi Konglomerasi (Conglomerate
saing paling lemah, (9) terobosan teknologi pesaing,
Diversification) dan (10) kebutuhan reorganisasi internal.
Pada umumnya langkah konkritnya berupa
Strategi diversifikasi konglomerasi adalah pengurangan biaya (cost reduction) dan
melakukan penambahan produk baru yang pengurangan aset (asset reduction). Pengurangan
dianggap menjanjikan keuntungan walaupun tidak biaya antara lain: pengurangan tenaga kerja dengan
ada kaitannya dengan produk lama. Motifnya untuk pensiun dini atau pemberhentian sementara pada
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Strategi pegawai, tidak membeli peralatan (cukup
ini baik untuk dilakukan apabila: (1) ada peluang menyewa), pemakaian peralatan selama mungkin,
membeli perusahaan atau lembaga pendidikan baru menurunkan volume produksi, dan mengurangi
sebagai investasi yang menjanjikan keuntungan, intensitas kegiatan promosi. Sedangkan
(2) memiliki manajemen dan modal yang pengurangan aset perusahaan, antara lain: (1)
dibutuhkan untuk bersaing, dan (4) industri utama menjual aset perusahaan seperti tanah, bangunan,
mengalami penurunan keuntungan. dan atau peralatan yang tidak penting, dan (2)
Contoh: Group Pimagama semula bergerak di menghilangkan atau mengurangi fasilitas yang
bidang bimbingan belajar kemudian meluas dengan dinikmati kelompok tertentu.
492 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

Strategi perubahan haluan adalah perubahan strategi kombinasi menuntut bebreapa persyaratan
secara drastis dalam pengelolaan perusahaan atau antara lain: (1) memiliki kemampuan untuk
lembaga pendidikan dengan membalik arah yang melakukannya, (2) terdapat peluang yang menarik
mungkin untuk sementara menurunkan untuk melakukannya, (3) ingin mepercepat
keuntungan. Strategi ini dilakukan apabila strategi pertumbuhan. Contoh: Pepsi menggunakan strategi
pengurangan tidak membawa hasil. Tindakan yang pengembangan produk (Diet Pepsi), integrasi
dilakukan seperti PHK terhadap karyawan atau horizontal (akuisisi 7-Up), dan diversifikasi
menghilangkan pelanggan yang memberikan konsentrik (Taco Bell).
keuntungan rendah. Filosofi strategi putar haluan
adalah mundur selangkah untuk maju dua FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
langkah. Contoh: PT Dirgantara Indonesia PEMILIHAN
memensiun dini karyawannya untuk mengurangi
biaya. Strategi Induk

Ketika seorang manajer mengambil


Penciutan (Diverstiture) keputusan pemilihan strategi akan mudah manakala
kondisi perusahaan atau lembaga pendidikan pada
Strategi penciutan adalah strategi menjual unit posisi yang memenuhi persyaratan pemilihan
usaha atau sebagian dari perusahaan atau lembaga strategi itu. Strategi yang dipilih tentu strategi yang
pendidikan kepada pihak lain. Pearce II dan diperkirakan mampu menjamin pencapaian tujuan.
Robinson (1991: 242) menyatakan: a diverstiture Akan tetapi, kondisi yang demikian sulit ditemukan.
strategy involved the sale of a firm or a major Oleh karena itu, perlu ditelaah faktor-faktor yang
component of a firm. Strategi ini digunakan mempengaruhi pemilihan strategik. Faktor-faktor
apabila: (1) perusahaan atau lembaga pendidikan tersebut, menurut Siagian (1998) adalah: (1)
telah melakukan pengurangan dan perubahan strategi masa lalu, (2) ketergantungan eksternal,
haluan tetapi tidak ada perbaikan, (2) suatu devisi (3) sikap manajemen terhadap risiko, (4) percaturan
memerlukan banyak sumberdaya untuk bersaing, kekuatan dalam organisasi, (5) peranan manajemen
(3) sejumlah besar dana diperlukan secara puncak, (6) ketepatan waktu, dan (7) reaksi
mendesak sedangkan dana tidak dapat diperoleh pesaing. Pearce II dan Robinson (1991)
dari sumber lain, (4) suatu divisi bertanggung jawab berpendapat seperti di atas kecuali peranan
terhadap kinerja keseluruhan perusahaan. Contoh: manajemen puncak, tidak disebutnya.
Perusahaan Coca-Cola menjual perusahan film
Colombia Picture ke Sony.
Strategi Masa Lalu

Likuidasi (Liquidation) Pengalaman menjalankan strategi masa lalu


sangat mempengaruhi manajer dalam meilih
Strategi likuidasi adalah menjual seluruh aset strategi baru. Apalagi kalau strategi masa lalu itu
atau menutup perusahaan atau lembaga membawa keberhasilan yang luar biasa dalam
pendidikan. Strategi likuidasi dipakai apabila mencapai tujuan. Sering kali manajer tetap
manajemen mengakui kegagalan mengelola menggunakan strategi yang sama walaupun produk
perusahaan atau lembaga pendidikan. Likuidasi yang dijual berbeda. Sedikitnya ada 2 alasan
biasanya merupakan jalan terakhir (tidak ada pilihan manajer berbuat demikian, yaitu: (1) strategi masa
lain) untuk meminimalkan kerugian perusahaan. lalu itu paling dikuasai dan tidak berani mengambil
Contoh: Bank BHS dilikuidasi pemerintah untuk risiko terhadap strategi baru, dan (2) para manajer,
membayar hutang-hutangnya. terutama manajer menengah merasa tidak terusik
jabatannya dengan tetap menggunakan startegi
Kombinasi (Combination) lama. Namun demikian, sikap pemilihan strategi
lain perlu dilakukan apabila situasi telah berubah.
Strategi kombinasi adalah pemakaian dua atau
lebih strategi untuk mencapai tujuan dalam waktu
yang bersamaan atau berurutan. Contohnya Ketergantungan Eksternal
reformulatio of concentrated growth merupakan Pengaruh eksternal dalam pengambilan
kombinasi pertumbuhan produk dan pertumbuhan strategi berasal dari: (1) pemilik modal yang tidak
pasar (Pearce dan Robinson, 1991). Pengunaan terlibat dalam operasional sehari-hari perusahaan
Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 493

atau lembaga pendidikan, (2) para pemasok bahan alternatif keputusan strategik dan memilih yang
baku yang memiliki daya tawar tinggi, (3) para diyakini terbaik, (4) implementasi keputusan
penyalur produk, (4) instansi pemerintah selaku strategik yang dipilih, dan (5) evaluasi ketepatan
mitra kerja perusahaan, (5) konsumen pemakai keputusan strategik. Masing-masing kekuatan
produk, (6) para pesaing, dan (7) serikat pekerja. sebaiknya mengajukan pilihan-pilihan strategik
Semakin bervariasinya kepentingan pihak eksternal dengan disertai argumentasi pendukungnya.
semakin sulit memutuskan strategi karena Dengan demikian masing-masing pihak bisa
alternatifnya semakin sedikit sedikit. menerima keputusan strategik dengan penuh
tanggung jawab.
Sikap Manajemen terhadap Risiko
Peranan Manajemen Puncak
Sikap manajemen terhadap risiko pada
dasarnya ada dua yaitu berani dan gemar mengambil Manajemen puncak memiliki pengaruh
risiko dan mengelak terhadap risiko. Kedua sikap terhadap pengambilan keputusan strategik karena
ini mempengaruhi pemilihan strategi. Perbandingan jabatannya. Pengaruh itu semakin besar apabila
kedua sikap itu terlihat dalam Gambar 2. Sikap dibarengi dengan: (1) sikap mengandalkan
manajerial terhadap risiko itu dipengaruhi oleh situasi kekuasaan formal, (2) mampu memainkan aneka
tempat perusahaan atau lembaga pendidikan ragam peran secara efektif, (3) mampu
bergerak dan tahap pengembangan produk dan menggunakan kepemimpinan situasional, (4)
pasar. Situasi perusahaan atau lembaga pendidikan karismatik, (5) memiliki visi ke depan yang jelas,
yang stabil atau tenang mengakibatkan sikap dan (6) mampu memotivasi karyawan.
manajerial cenderung berani, dan apabila goncang
berakibat mengelak risiko. Perusahaan atau Tepat Waktu
lembaga pendidikan yang baru tumbuh menjadikan
manajer hati-hati terhadap risiko dari pada prusahaan Ketepatan waktu menjadi faktor penting
atau lembaga pendidikan yang mapan. dalam pengambilan strategi karena alasan: (1)
strategi yang jitu tidak akan mendatangkan hasil
Percaturan Kekuatan dalam Organisasi yang baik apabila diambil dalam waktu yang salah,
(2) manajer yang dihadapkan pada keterbatasan
Percaturan kekuatan dalam organisasi adalah waktu cenderung memilih informasi negatif dan
tarik ulur pihak-pihak pengambil keputusan bersikap defensif, (3) terdapat tenggang waktu
strategik demi melindungi kepentingannya. Oleh antara saat berfikir memilih keputusan strategik
karena itu, pengambilan keputusan strategi dengan penetapan keputusan strategik.
diupayakan sedapat mungkin melalui prosedur yang
handal, objektif, rasional, praktis, dan sederhana. Reaksi Pesaing
Langkah-langkanya: (1) identifikasi berbagai isu
yang sifatnya strategik, (2) identifikasi alternatif Reaksi pesaing adalah tindakan yang
keputusan strategik, (3) meneliti kehandalan dilakukan oleh perusahaan atau lembaga

Akibat Sikap Manajerial terhadap Risiko


Mengelak Menggemari

mengurangi pilihan strategi memperluas pilihan strategi


strategi defensif strategi ofensif
stabilitas pertumbuhan
incremental inovatif
minimalisasi kelamahan maksimalisasi kekuatan
terikatan masa lalu kuat keterikatan masa lalu lemah
lingkungan stabil lingkungan dinamis
produk andalan produk baru
kemapanan pasar pasar tumbuh dan berkembang

Gambar 2 Perbandingan Pilihan Strategik (Adaptasi: Siagian, 1998)


494 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

pendidikan lain yang bergerak dalam bidang yang Matriks Seleksi Strategi Induk (Grand Strategy
sama ketika suatu suatu keputusan strategik Selection Matrix)
diambil. Ketika suatu strategi dipilih, maka pesaing
Ide yang melatar belakangi penggnaan analisis
kunci akan melakukan reaksi. Reaksi itu tentu
ini adalah bahawa terdapat dua jenis variabel yang
berusaha menangkal atau menandinginya. Oleh
mutlak mendapat perhatian dalam melakukan
karena itu, reaksi pesaing perlu diantisipasi oleh
analisis strategik, yaitu maksud utama penentu
pengambil keputusan strategik. Efektivitas pilihan-
strategi, dan pemilihan penekanan perhatian pada
pilihan strategik dalam implementasinya
faktor internal dan eksternal yang mengarah pada
bergantung sifat, bentuk, dan jenis masa depan
orientasi pertumbuhan atau kemampuan
yang dapat diperkirakan oleh pengambil keputusan
memperoleh keuntungan. Kedua hal itu dibuat garis
strategik. Estimasi keadaan masa depan dapat
yang beseberangan yang menghasilkan 4 kuadran,
didasarkan pada kondisi objektif internal dan
yang masing-masing kuadran disediakan alternatif
eksternal perusahaan atau lembaga pendidikan itu
strategi (Gambar 4).
sendiri.
Atasi Berbagai Kelemahan

TEKNIK ANALISIS PEMILIHAN STRATEGI INDUK Mengubah Haluan Diversifikasi Vertikal


Pengurangan Diversifikasi Konglomerasi
Penciutan
Ada lima teknik yang dikembangkan para ahli, Likuidasi

yaitu: (1) Analisis Kesenjangan, (2) Matriks Seleksi II I


Internal Ekternal
Strategi Induk, (3) Boston Consulting Group (pengaturan daya (akuisisi atau
dan dana dalam usaha) III IV merger untuk
(BCG), (4) Model Kelompok Strategi Induk, (5) peningkatan
kemampuan
Matriks SWOT, dan (6) Daur Kehidupan Produk. Konsentrasi Pertumbuhan Integrasi Horizontal
Pengembangan Pasar Diversifikasi Konsentris
Pengembangan Produk Usaha Patungan
Inovasi
Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
Maksimalisasi Kekuatan

Analisis Kesenjangan pada dasarnya


Gambar 4 Matriks Seleksi Strategi Induk
membanding antara target dengan hasil yang
(Adaptasi: Pearce dan Robinson,
dicapai. Kesenjangan strategik (strategic gap) 1991:258)
terjadi apabila terjadi perbedaan antara target
dengan hasi yang dicapai. Apabila tejadi
kesenjangan yang lebar, maka strategi yang Grup Konsultan Boston (Boston Consulting Group)
diaplikasikan tidak cocok. Untuk lebih jelasnya Prinsip dasar dari teknik ini dengan
dapat memperhatikan Gambar 3. memaparkan pertumbuhan pasar (persentase
pertumbuhan dalam penjualan), dan posisi
B Tujuan/target persaingan relatif (pangsa pasar yang dikuasai).
Strategi Baru Tingkat pertumbuhan pasar adalah proyeksi
Posisi saat ini A Kesenjangan Strategi tentang peningkatan pertumbuhan penjualan untuk
pasar yang dilayani oleh satuan usaha tertentu.
Strategi saat ini Biasanya ukuran pertumbuhan peningkatan
C Hasil yang dicapai
persentase dalam penjualan di pasaran yang sudah
dimasuki untuk kurun waktu tertentu. Rumus untuk
Waktu 1 Waktu 2
mengukur persaingan pasar relatif ialah rasio
pangsa pasar suatu usaha tertentu dibagi dengan
pangsa pasar yang dikuasai pesaing terjuat. Hasil
Gambar 3 Analisis Kesenjangan Strategik
perhitungan pangsa pasar dan posisi kompetitif
(Adaptasi: Wahyudi, 1996:102)
dilakukan kemudian ditempatkan dalam matriks
yang digambarkan dengan lingkaran. Makin besar
Jika kesenjangan terjadi, langka yang diambil
lingkaran berarti semakin besar kemampuan
dapat berupa: (1) mengubah strategi, (2) mengbah
satuan usaha yang bersangkutan menghasilkan
alokasi sumberdaya, (3) menambah jenis usaha bar
keuntungan. Pertumbhan pasar seing dibedakan
untuk memperkuat yang lama, (4) menghapus
tinggi dan rendah.
beberapa unit usaha, atau (5) mengubah tujuan atau
sasaran.
Kasman, Manajemen Strategi: Analisis Penilaian Strategi Induk Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Bisnis 495

Pasar Tumbuh Pesat


Secara singkat dapat dikatakan ada 4 situasi
Konsentrasi Reformulasi Konsentrik
yang berkembang, yaitu: (1) pertumbuhan tinggi Integrasi Vertikal Integrasi Horizontal
Divesivikasi Konsentrik Penciutan
dan posisi kompetitif tinggi (dilambangkan bintang), Likidasi
(2) pertumbuhan rendah dan posisi kompetitif tinggi
(dilambangkan sapi perah), (3) pertumbuhan Posisi Bersaing
Bersaing
I II Posisi

rendah dan posisi kompetitif rendah (dilambangkan Kuat


IV III Mengubah Haluan
anjing), dan (4) pertumbuhan tinggi dan pangsa Diversifikasi Konsentrik
Diversivikasi Konglomerasi
Diversifikasi Konsentrik
Di versifikasi Konglomerasi
pasar rendah (dilambangkan tanda tanya). Jika Usaha Patungan Penciutan
Likuidasi
dibuat matriks seperti pada Gambar 5.
Posisi Kompetitif Relatif (Pangsa Pasar) Pasar Tumbuh Lambat
Tinggi Rendah

Bintang Tanda Tanya


Gambar 6 Model Kelompok Strategi Induk
(Adaptasi: Pearce dan Robinson,
Beberapa
Satuan 1991:260)
terpilih

Pengguna Dana dan


Daya
Analisis SWOT (SWOT Analysis)

Analisis SWOT merupakan analisis


lingkungan perusahaan atau organisasi pendidikan.
Lingkungan dibedakan atas lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Analisis lingkungan eksternal
meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek
Penghasil Dana dan Daya sosial, budaya, politis, ekonomis, dan teknologi,
serta kecenderungan yang mungkin berpengaruh
Sapi Perah
pada organisasi. Hasil analisis lingkungan ekternal
Anjing adalah sejumlah peluang yang harus dimanfaatkan
(opportunities) dan ancaman yang harus dicegah
Gambar 5 Matriks Pertumbuhan BCG/Pangsa (threats). Analisis lingkungan internal terdiri dari
Pasar (Adaptasi: Pearce dan Robinson, penentu yang realistis atas segala kekuatan
1991:263) (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Suatu
organisasi harus mengambil manfaat dari kekuatan
dan mengatasi kelemahan (Sonhadji, 2001). Analisis
MODEL KELOMPOK STRATEGI INDUK (MODEL OF SWOTdapat dilakukan dengan matriks SWOT,
GRAND STRATEGY CLUSTER) yang terdiri atas sel-sel daftar kekuatan (S),
kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman/
Model kelompok strategi induk adalah suatu tantangan (T). Gambar 7 menujukkan tabel SWOT.
teknik yang secara simultan melakukan analisis
mengenai tingkat pertumbuhan pasar dan posisi KEKUATAN DAN KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
kompetitif suatu perusahaan atau lembaga KELAMAHAN
Identifikasi Kekuatan Identifikasi Kelemahan
pendidikan. Posisi pertumbuhan pasar dibedakan
PELUANG
atas cepat dan lambat, posisi bersaing dibedakan DAN TANTANGAN
PELUANG (O) SO WO
atas kuat dan lemah sehingga apabila dipasangkan
Menggunakan kekuatan Mengatasi kelemahan
menghasilkan 4 posisi, yaitu: (1) posisi bersaing Identifikasi Kesempatan untuk menangkap kesepatan dengan mengambil
kesempatan
kuat dan pasar yang tumbuh cepat, (2) posisi
bersaing lemah pasar tumbuh cepat, (3) posisi ANCAMAN (T) ST WT

bersaing lemah dan pasart tumbuh lambat, dan (4) Identifikasi Ancaman Menggunakan kekuatan Meminimalkan
untuk menghindari ancaman kelemahan dan
posisi bersaing kuat dan pasar tumbuh lambat. menghindari ancaman

Masing-masing posisi diberika alternatif strategi,


seperti terlihat dalam Gambar 6. Gambar 7 Tabel Matriks SWOT (Adaptasi:
Wahyudi, 1996: 105)
496 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 487-496

Berdasarkan analisis SWOT alternatif KESIMPULAN


strateginya seperti pada Gambar 8.
Berdasarkan uraian di atas secara garis
Peluang besarnya dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pemilihan strategi induk perusahaan atau lembaga
Strategi Orientasi Memutar Strategi Agresif
pendidikan membutuhkan pemikiran yang
Kelemahan III I Kekuatan mendalam. Strategi induk yang sering digunakan
Internal Internal
dalam pengembangan lembaga pendidikan atau
IV II perusahaan, yaitu: konsentrasi, pengembangan
Strategi Defensif Strategi Diversifikasi
pasar, pengembangan produk, inovasi, integrasi
horizontal, integrasi vertikal, penetrasi pasar, usaha
Ancaman
patungan, diversifikasi konsentrik, diversifikasi
konglomerasi, pengurangan/perubahan haluan,
Gambar 8 Matrik Seleksi Strategi Induk
(Adaptasi: Sonhadji, 2001) penciutan, likuidasi, dan kombinasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan strategi adalah strategi masa lalu,
ketergantungan eksternal, sikap manajemen
Daur Kehidupan Produk (Product Life Cyrcle) terhadap risiko, percaturan kekuatan dalam
Pada prinsipnya analisis ini mengatakan organisasi, peranan manajemen puncak, ketepatan
bahwa suatu produk akan mengalami suatu siklus waktu, dan reaksi pesaing. Teknik-teknik yang
kehidupan seperti manusia, yaitu lahir, tumbuh, dikembangkan yang digunakan untuk memutuskan
dewasa dan tua (meninggal). Kehidupan produk strategi adalah Analisis Kesenjangan, Matriks
dibagi menjadi 4 tahap yaitu perkenalan Seleksi Strategi Induk, Boston Consulting Group
(intoduction), pertumbuhan (growth), dewasa (BCG), Model Kelompok Strategi Induk, Matriks
(maturity), dan masa menurun (decline). Tahap SWOT, dan Daur Kehidupan Produk
perkenalan penjualan mulai dari nol kemudian Mengingat pentingnya pemilihan strategi
meningkat pelan-pelan, keuntungan negatif karena disarankan kepada para menajer untuk
untuk penelitian dan promosi. Tahap pertumbuhan memikirkan dengan sungguh-sunguh dalam
penjualan meningkat cepat kemudian rendah. menetapkan strategi perusahaan atau lembaga
Tahap dewasa penjualan mencapai titik maksimal pendidikan karena ketidaktepatan pemilihan
kemudian menurun. Tahap menurun penjualan dan strategi dapat menyulitkan pencapaian tujuan yang
keuntungan menurun terus hingga ditarik dari telah ditetapkan.
peredaran.

DAFTAR RUJUKAN

Hax, A. C. & Majluf, N. S. 1991. The Strategiy, Sharplin, A. 1985. Strategic Management. New
Consept and Process. London: Prentice- York: McGraw-Hill Book Company.
Hall, Inc. Siagian, S. P. 1998. Manajemen Statejik. Jakarta:
Montgomery, C. A. & Porter, M. E. 1991. Strategy Bumi Aksara.
Seeking and Securing Competitive Sonhadji, A. K. H. 2001. Analisis SWOT: Suatu
Advantage. United States of America: A Analisis Lingkungan dengan Menggu-
Harvard Business Review Book. nakan Manajemen Strategik. Makalah
Pearche II, J. A., & Robinson, R. B. 1991. tidak diterbitkan. Malang: UM.
Strategic Management, Formulation. Wahyudi, A. S. 1996. Manajemen Strategik,
Implementation, and Control. (4th ed.). Pengantar Proses Berfikir Strategik.
Boston: Richart D. Irwin, Inc. Jakarta: Binarupa Aksara.
GAYA KEPEMIMPINAN MANAGERIAL GRID
KEPALA SEKOLAH DASAR

Wildan Zulkarnain

e-mail: anzwild@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study is to describe managerial grid leadership style of elementary
school principal in the district of Gadungsari Blitar. This study used a quantitative approach and
included in the descriptive research. The data source is the entire population of elementary school
principals in the district of Gadungsari Blitar. The results showed elementary school principal in the
district of Gadungsari Blitar most have a country club leadership style, and no one has reached the
team leadership style. So it is suggested that the principal is always trying to improve his leadership
style to the style of team management by developing teamwork through: participation of decision-
making in the face of conflict, open two-way communication, as well as the involvement of participants
(teachers, staff, and students) in the planning and implementation of activities or school work program.

Keywords: leadership model, managerial grid, communication.

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan gaya kepemimpinan managerial grid kepala sekolah
dasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Sumber data adalah seluruh populasi kepala sekolah
dasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan kepala sekolah dasar
di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar sebagian besar memiliki gaya kepemimpinan country
club, serta belum ada yang mencapai gaya kepemimpinan tim. Sehingga disarankan agar kepala
sekolah selalu berusaha meningkatkan gaya kepemimpinannya menuju gaya manajemen tim dengan
mengembangkan kerja tim melalui: partisipasi pembuatan keputusan dalam menghadapi konflik,
komunikasi dua arah yang terbuka, serta pelibatan partisipan (guru, staf, dan siswa) dalam perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan atau program kerja sekolah.

Kata kunci: gaya kepemimpinan, managerial grid, komunikasi.

Pendidikan merupakan sarana utama untuk berhubungan secara langsung dengan pelaksanaan
menyukseskan pembangunan nasional, karena program pendidikan di sekolah. Atau dengan kata
dengan pendidikan diharapkan dapat mencetak lain, dapat dilaksanakan atau tidaknya suatu
sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan program pendidikan dan tercapai tidaknya tujuan
dalam pembangunan. Peningkatan mutu pendidikan pendidikan, sangatlah bergantung pada kecakapan
nasional dilakukan pemerintah melalui peningkatan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai
kualitas pendidikan di sekolah, karena sekolah pemimpin pendidikan (Purwanto, 1990). Kepala
merupakan salah satu komponen sistem pendidikan sekolah har us memiliki per siapan yang
di Indonesia. Keberhasilan pendidikan di sekolah memadaiuntuk menghadapi tantangan yang berat
ditentukan oleh banyak faktor, antara lain adalah tersebut. Selain itu, banyaknya tanggung jawab
aspek kepemimpinan kepala sekolah sebagai menuntut kepala sekolah agar mampu
pimpinan lembaga pendidikan. Apabila kepala mendelegasikan wewenang dan tanggung
sekolah berhasil dalam melaksanakan fungsi jawabnya kepada para guru/stafnya. Sehingga ia
kepemimpinan pendidikan di sekolah, maka dapat memusatkan perhatiannya pada usaha
pelaksanaan pendidikan diharapkan dapat berjalan pembinaan program pengajaran. Kepemimpinan
efektif. kepala sekolah juga berperan sebagai motor
Kepala sekolah merupakan pemimpin penggerak bagi sumber daya sekolah terutama para
pendidikan yang sangat penting karena dialah yang guru dan staf sekolah. Sebagaimana pendapat

497
498 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

Nawawi (1988) bahwa semangat kerja pendidik/ secara efektif, yaitu bertindak sebagai pemimpin
guru dan bawahan lainnya/karyawan, banyak yang kuat dengan harapan yang tinggi namun tetap
tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. realistis terhadap situasi dan kondisi di sekolahnya.
Para guru akan bekerja dengan baik, para pegawai Hal ini sesuai pernyataan Mortimore (dalam
akan bekerja dengan semangat yang tinggi, dan Preedy, 1993) bahwa kepala sekolah sebagai
para siswa akan bisa belajar dengan tenang, apabila pemimpin pendidikan harus dapat bertindak secara
kepala sekolah mampu mempengar uhi, efektif dan terlibat secara aktif dalam memimpin
mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan sekolah, serta melakukan kontrol terhadap para
mereka ke arah pencapaian tujuan sekolah secara staf, guru, dan siswa. Berdasarkan latar belakang
efektif. pemikiran tersebut, maka penelitian ini bertujuan
Setiap pemimpin, termasuk juga kepala untuk mendeskripsikan atau menggambarkan gaya
sekolah, dalam menjalankan fungsi kepemimpinan kepemimpinan managerial grid kepala sekolah
akan mempunyai cara masing-masing yang dasar di Kecamatan Gadungsari Kabupaten Blitar.
tercermin dari perilakunya. Perilaku pemimpin
dapat dibedakan dalam dua jenis perilaku, yakni METODE
pemimpin yang relationship-oriented dan task-
oriented. Seorang pemimpin relationship- Penelitian ini menggunakan pendekatan
oriented menitikberatkan kepemimpinannya pada kuantitatif dengan rancangan atau desain survey
bermacam usaha memotivasi kelompok untuk cross-sectional ex-post-facto, dan termasuk
menerima apa yang telah digariskan sebagai tujuan dalam jenis penelitian deskriptif. Rancangan
kelompok dan memotivasi mereka guna bekerja penelitian tersebut merupakan suatu proses yang
mencapai tujuan. Sedangkan pemimpin task- diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
oriented menitikberatkan pada cara dan sarana yang dapat berupa proses pengumpulan dan
pencapaian tujuan tertentu. Ia juga berusaha keras analisis data. Survey merupakan bagian dari studi
mengkoordinasikan sebaik mungkin para anggota deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
kelompoknya. Hal ini sesuai analisa Sudjarwo peristiwa yang diteliti sebagaimana adanya dengan
(2011) bahwa jika membicarakan tipe pemimpin, sistematis (Ary dkk., 1982). Cross-sectional yakni
maka harus diketahui orientasi yang dituju yaitu: pengambilan data dilakukan secara serentak pada
task orientation, relationship orientation, and subjek berbeda dengan cara menyebarkan angket
effectiveness orientation. (Arikunto, 2002). Ex-post-facto yaitu data
Dua orientasi dasar kepemimpinan tersebut diperoleh dari peristiwa yang sudah terjadi dan
memunculkan berbagai jenis gaya kepemimpinan, peneliti tidak memanipulasi variabel.
salah satunya adalah model kepemimpinan Sumber data penelitian ialah kepala sekolah
managerial grid dari Blake & Mouton yang sebagai responden, yaitu orang yang merespons
menghasilkan lima macam gaya kepemimpinan. berupa jawaban tertulis melalui angket dari peneliti.
Yaitu kombinasi antara concern for people dan Sehubungan dengan wilayah sumber data yang
concern for production, yang terdiri dari gaya akan dijadikan subjek penelitian, maka penelitian
improverished, country club, team, task, dan ini termasuk dalam jenis penelitian populasi, karena
midle road. Blake & Mouton menyatakan gaya sumber datanya adalah seluruh populasi kepala
kepemimpinan tim merupakan gaya pemimpin tim sekolah dasar di Kecamatan Gadungsari
yang sesungguhnya (Buhanuddin, 1994). Sebab Kabupaten Blitar. Instrumen menggunakan angket
gaya ini mampu menyatupadukan dan menjaring dan data diolah dengan teknik analisis deskriptif.
kebutuhan produksi suatu organisasi dengan Analisis ini untuk menggambarkan peristiwa yang
kebutuhan individual para anggotanya. Atau diteliti sebagaimana adanya dengan sistematis
dengan kata lain gaya ini memaksimalkan perhatian sehingga diperoleh informasi tentang status gejala,
pada kedua hal yaitu produksi (tugas) dan orang yaitu gaya kepemimpinan managerial grid kepala
(manusia). Sehingga kepala sekolah sebagai sekolah dasar di Kecamatan Gadungsari
pemimpin pendidikan seharusnya mempunyai atau Kabupaten Blitar, pada saat penelitian dilakukan.
berusaha menuju gaya kepemimpinan manajemen
tim ini. HASIL
Kepala sekolah hendaknya juga bisa
mengetahui gaya kepemimpinannya agar dapat Deskriptif data gaya kepemimpinan kepala
mengevaluasi diri guna menjalankan tugasnya sekolah dasar menunjukkan bahwa: 33,3%
Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 499

responden bergaya impoverish; 51,1% responden mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah
bergaya country club; 6,7% responden bergaya agar bekerja secara efektif dalam rangka
middle of the road; 8,9% responden bergaya task; mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang
dan tidak ada responden yang bergaya team. ditetapkan. Secara formal kepala sekolah sebagai
Sehingga sebagian besar kepala sekolah pemimpin, dan para guru dan karyawan sebagai
mempunyai gaya kepemimpinan country club. bawahannya. Kesemua jenis personil tersebut
Deskriptif data orientasi tugas dari perilaku melibatkan diri dalam suatu ikatan organisasi
kepemimpinan kepala sekolah menunjukkan sekolah untuk bekerja sama dalam rangka
bahwa: 8,9% responden berkategori tinggi; 8,9% mencapai tujuan sekolah. Situasi demikian sudah
responden berkategor i sedang; dan 82,2% menunjukkan proses fungsi kepemimpinan dalam
responden berkategori rendah. Sehingga sebagian aktivitas persekolahan.
besar orientasi tugas dari perilaku kepemimpinan Menurut Handoko (1999) terdapat beberapa
kepala sekolah termasuk dalam kategori rendah. pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan
Deskriptif data orientasi manusia dari sebagai pendekatan kesifatan, perilaku, dan
per ilaku kepemimpinan kepala sekolah situasional. Pendekatan pertama memandang
menunjukkan bahwa: 33,3% r esponden kepemimpinan sebagai suatu kombinasi dari sifat-
berkategori tinggi; 28,9% responden berkategori sifat yang tampak. Pendekatan kedua
sedang; dan 37,8% responden berkategori mengidentifikasikan perilaku-perilaku pribadi yang
rendah. Sehingga sebagian besar orientasi berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif.
manusia dari perilaku kepemimpinan kepala Kedua pendekatan ini beranggapan bahwa seorang
sekolah termasuk dalam kategori rendah. individu yang memiliki sifat atau memperagakan
perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin
PEMBAHASAN dalam situasi kelompok apapun dimana ia berada.
Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah kepemimpinan. Pandangan ini menganggap kondisi
yang menentukan efektifitas kepempimpinan
Banyak teori oleh para ahli yang mengemu-
bervariasi dengan situasi tugas yang dilakukan,
kakan tentang pengertian kepemimpinan, namun
keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan
pada dasarnya teori-teori dan pendapat tersebut
organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan
secara umum saling melengkapi dan saling
bawahan, dan sebagainya. Pandangan ini telah
menunjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
menimbulkan pendekatan contingency pada
kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang
kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan
untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan
faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa
mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok
besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.
untuk mencapai tujuan kelompok dalam situasi
Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah
tertentu. Soetopo (2010) lebih lanjut mendefinisikan
teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku
kepemimpinan dalam lingkup pendidikan yaitu
pemimpin. Dari satu segi pendekatan ini masih
kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan
difokuskan lagi pada gaya kepemimpinan
untuk menggerakkan dan membimbing orang yang
(leadership style), sebab gaya kepemimpinan
terlibat dalam pelaksanaan pendidikan untuk
bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang
mencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini sejalan
memusatkan perhatian pada proses dinamika
dengan sudut filosofi kepemimpinan yang pada
kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi
pokoknya menjunjung tinggi arus hubungan
aktivitas individu untuk mencapai suatu tujuan
kemanusiaan (human relationship).
dalam suatu situasi tertentu. Atau dengan kata lain
Proses kepemimpinan bisa muncul kapan saja
gaya kepemimpinan ialah pola-pola perilaku
dan dimanapun jika terdapat unsu-unsur: (1) ada
pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi
orang yang memimpin; (2) ada orang-orang yang
aktivitas orang-orang yang dipimpin untuk
dipimpin; (3) ada kegiatan atau tindakan
mencapai tujuan dalam suatu situasi organisasinya.
penggerakan bawahan untuk mencapai tujuan; dan
Berkaitan dengan perilaku pemimpin, Soetopo
(4) terdapat tujuan yang ingin dicapai bersama.
(2010) menegaskan dua orientasi kepemimpinan,
Pada ruang lingkup sekolah, kepemimpinan
yaitu orientasi terhadap tugas (yang penting tugas
merupakan usaha kepala sekolah untuk
selesai tanpa memperhatikan aspek manusia) dan
mempengaruhi, mendorong, membimbing,
orientasi kepada manusia (yang penting orangnya
500 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

sejahtera, tugas selesai lambat tidak apa-apa). C


Sehingga secara umum muncullah dua klasifikasi O 1-9 9-9
N COUNTRY
gaya kepemimpinan yang paling dasar, yaitu: 1) C
TEAM
CLUB
Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. E
Yaitu kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian R
N
pada tingkah laku pemimpin yang mengarah pada 5-5
penyusunan rencana kerja, penetapan pola F MIDLE
O ROAD
organisasi, saluran komunikasi, metode kerja, dan R
prosedur pencapaian tujuan. 2) Gaya kepemim-
P
pinan yang berorientasi pada manusia atau E
hubungan manusia. Kepemimpinan lebih menaruh O
P 1-1 9-1
perhatian pada tingkah laku pemimpin yang L IMPOVERISHED TASK
mengarah pada kesejawatan, saling mempercayai, E
saling menghargai, dan penuh kehangatan dalam
hubungan antara pimpinan dan anggota staf. CONCERN FOR PRODUCTION

Berdasarkan uraian tersebut maka gaya


kepemimpinan sebenarnya hampir sama dengan
model tipe kepemimpinan. Hanya saja gaya Gambar 1. Kisi-kisi Manajerial
kepemimpinan lebih banyak menyangkut aspek
operasionalisasi (yakni: persepsi, nilai, sikap, Inti pemikiran model managerial grid adalah
perilaku) dari tipe kepemimpinan. Gaya seorang pemimpin selain harus lebih memikirkan
kepemimpinan tersebut bisa berkembang serta mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap
menghasilkan bermacam jenis gaya dalam suatu hubungan kerja dengan manusia sebagai
model kepemimpinan. Model kepemimpinan bawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpin
didasarkan pada pendekatan yang mengacu tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas
kepada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan
pada perilaku dan keterampilan seseorang yang dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin
berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas,
yang berbeda. kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan
prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga
Model Kepemimpinan Managerial Grid pemimpin harus memperhatikan pola hubungan
dengan staf atau bawahannya secara baik.
Dua orientasi kepemimpinan, yaitu perilaku Blake & Mouton membentuk kisi-kisi (grid)
kepemimpinan berorientasi tugas dan perilaku dimana perhatian kepada or ang/karyawan
kepemimpinan berorientasi manusia, telah (manusia) dan produksi (tugas) berada pada jarak
memunculkan berbagai jenis gaya kepemimpinan. dari rendah ke tinggi. Setiap dimensi diberi nilai 1
Salah satunya adalah model kepemimpinan sampai 9. Para pemimpin dapat ditempatkan pada
managerial grid dari Robert K. Blake dan Jane grid ini sesuai dengan kriterianya tergantung dari
S. Mouton yang menghasilkan lima macam gaya tingkat perhatiannya. Gaya kepemimpinan
kepemimpinan. Pada dasarnya teori managerial dikelompokkan menjadi empat kecenderungan
grid atau kisi-kisi manajerial membagi lima gaya yang ekstrim dan satu kecenderungan yang
kepemimpinan berdasarkan pada dua aspek utama terletak di tengah-tengah keempat gaya ekstrim
yaitu kepemimpinan yang menekankan pada faktor tersebut.
produksi (concern for production) dan Gaya pertama (1.1) adalah gaya pengalah
menekankan pada hubungan antarindividu (impoverished management), ditandai oleh
(concern for people). Hasilnya terdapat kurangnya perhatian terhadap tugas. Sebanyak
kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas 33,3% responden ber gaya ini. Pemimpin
saja, dan ada pula yang berorientasi pada faktor mempunyai ciri lemah cenderung menerima
hubungan individu saja (Burhanuddin. 1994). keputusan orang lain, menyetujui pendapat, sikap
Kelima gaya kepemimpinan sebagai hasil dari dan gagasan orang lain serta menghindari konflik
kombinasi antara dua aspek utama tersebut dapat dan menghindari sikap memihak. Jika ada konflik
dilhat pada gambar 1. maka pemimpin ini tetap netral dan berada di luar
Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 501

masalah. Dengan tetap netral, pemimpin pengalah respon pada gagasan orang lain yang logis dengan
jarang terlibat dan hanya sedikit saja mengatasi mengubah pendapatnya. Jika terjadi konflik, ia
keadaan. mencari alasan munculnya perbedaan dan mencari
Gaya kedua (1.9) adalah gaya santai (country penyebab utamanya. Dalam keadaan marah, ia
club style), ditandai oleh rendahnya perhatian dapat mengendalikan diri meskipun kadang
terhadap tugas dan perhatian yang tinggi terhadap menampakkan ekspresi tidak suka. Ia memiliki
manusia. Sebanyak 51,1% responden atau sebagian rasa humor yang tinggi meskipun dalam keadaan
besar responden penelitian bergaya ini. Artinya tertekan. Ia menunjukkan upaya yang keras dan
pemimpin sangat menghargai hubungan baik antara kuat untuk melibatkan orang lain untuk ikut
sesama manusia atau anggota organisasi termasuk bergabung dengannya. Pemimpin ini mampu
bawahannya. Ia lebih suka menerima pendapat, menunjukkan keinginannya untuk saling percaya
gagasan dan sikap orang lain daripada dan saling menghargai di antara sesama anggota
memaksakan kehendaknya. Ia menghindari konflik tim dan juga menghargai pekerjaan.
tetapi jika tidak dapat dihindari, maka ia akan Blake & Mouton menyatakan gaya
melunakkan perasaan orang dan menjaga agar kepemimpinan tim (9.9) merupakan gaya yang
mereka dapat tetap bekerja sama. lebih disukai oleh bawahan. Pada umumnya gaya
Gaya ketiga (5.5) adalah pemimpin ini berasumsi bahwa orang akan menghasilkan
pertengahan (middle of the road style), ditandai sesuatu yang terbaik apabila mereka bisa
oleh perhatian yang seimbang terhadap tugas dan memperoleh kesempatan untuk melakukan
manusia. Sebanyak 6,7% responden bergaya ini. pekerjaan yang berarti. Gaya ini memaksimalkan
Pemimpin jenis ini mencari cara-cara yang dapat perhatian pada kedua hal yaitu produksi (tugas)
berguna untuk dapat memecahkan masalah dan orang(manusia). Sehingga diharapkan agar
meskipun kadang cara tersebut kurang sempurna. kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
Jika ada pendapat, gagasan dan sikap yang berbeda memiliki gaya ini. Namun tidak ada satupun
dengan yang dianutnya, maka pemimpin akan responden penelitian yang mempunyai gaya ini.
berusaha jujur tetapi tegas dan mencari pemecahan
yang tidak memihak. Jika mendapat tekanan, maka Perilaku Kepemimpinan
ia mungkin akan ragu dan mencari jalan untuk
keluar dari ketegangan. Ia akan berusaha untuk Setiap pemimpin, termasuk kepala sekolah,
mempertahankan keadaan untuk tetap menjadi dalam menjalankan fungsi kepemimpinan akan
baik. mempunyai cara masing-masing yang tercermin
Gaya keempat (9.1) adalah gaya kerja (task dari perilakunya. Berbagai kajian mengenai
style), ditandai oleh perhatian tinggi terhadap perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan dan
pekerjaan tetapi sangat kurang memperhatikan perilaku kepemimpinan berorientasi tugas telah
manusianya. Sebanyak 8,9% responden bergaya dimulai sejak dekade 1950-an sampai sekarang.
ini. Pemimpin jenis inisangat menghargai keputusan Hasil kajian terhadap perilaku kepemimpinan
yang telah dibuat. Perhatian utama adalah tersebut telah memberikan banyak kontribusi
menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan literatur pada teori kepemimpinan. Satu kontribusi
cenderung mempertahankan pendapat, gagasan penting yang telah didapatkan adalah penggunaan
dan sikapnya sekalipun didapat dengan cara konsep orientasi hubungan (manusia) dan orientasi
menekan orang lain. Jika ada konflik, maka ia tugas untuk membedakan berbagai jenis perilaku
cenderung akan menghentikan dan memenangkan kepemimpinan. Kontribusi lainnya menurut Brown
posisinya dengan cara membela diri, bersikeras (2003) adalah penggunaan konsep perilaku
pada pendapatnya,atau dengan berargumentasi. kepemimpinan berorientasi hubungan dan perilaku
Gaya ketiga (9.9) adalah gaya tim (team kepemimpinan berorientasi tugas untuk mengukur
style), ditandai oleh perhatian tinggi terhadap tugas efektifitas individu dan efektifitas organisasional.
dan manusia. Pemimpin gaya tim sangat Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cartwright
menghargai keputusan yang logis dan kreatif & Zander (dalam Bass, 1990) yaitu perilaku
sebagai hasil dari kesepakatan anggota organisasi. kepemimpinan sebagai hasil performa fungsi tugas
Ia mau mendengarkan dan mencari gagasan, dan fungsi hubungan.
pendapat dan sikap yang berbeda dengan yang Perilaku kepemimpinan yang berorientasi
dianutnya. Ia juga memiliki keyakinan kuat tentang hubungan difokuskan pada kualitas hubungan
hal yang harus dilakukan tetapi tetap memberi dengan pengikut (anggota), sedangkan perilaku
502 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 497-503

kepemimpinan berorientasi tugas tertuju pada tugas- inimerupakan pandangan yang berawal dari
tugas yang harus diselesaikan pengikut. Hasilnya pemikiran yang relatif sama denganmodel
menurut penelitian Koh et.al (1995) adalah sebelumnya, yaitu seberapa otokratis dan
kepemimpinan berorientasi hubungan memiliki efek demokratisnya kepemimpinan dari sudut pandang
lebih besar dibandingkan kepemimpinan berorientasi perhatiannya pada orang dan tugas. Dan hasil
tugas dalam memprediksi komitmen organisasional penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
dan kepuasan kerja karyawan. Selanjutnya diperkuat orientasi tugas dan orientasi manusia dari perilaku
oleh hasil penelitian MacKenzie et.al (2001) yaitu kepemimpinan kepala sekolah termasuk dalam
perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan kategori rendah.
berkorelasi positif dengan kinerja.
Pemimpin yang bijaksana lebih memperhati- KESIMPULAN DAN SARAN
kan kondisi bawahan guna pencapaian tujuan
organisasi. Gaya berorientasi hubungan yang Kesimpulan
digunakan akan mendapat sambutan hangat
Kepala SekolahDasar di Kecamatan
karyawan, sehingga proses mempengaruhi
Gadungsari Kabupaten Blitar sebagian besar
bawahan dapat berjalan baik serta di satu sisi timbul
memiliki gaya kepemimpinan country club, dimana
kesadaran diri karyawan untuk bekerja sama dan
pemimpin lebih mementingkan hubungan kerja atau
bekerja produktif. Pada lingkungan sekolah,
kepentingan bawahan, sehingga hasil atau tugas
hubungan antara kepala sekolah dengan guru,
kurang diperhatikan. Serta belum ada satupun
tenaga administrasi, dan siswa yang baik juga
kepala sekolah yang mencapai gaya maksimal yaitu
merupakan bagian dari lingkungan psikologis-
gaya kepemimpinan tim (9,9). Hasil penelitian juga
sosial-kultural sekolah yang kondusif bagi
menunjukkan bahwa sebagian besar orientasi
pengembangan karakter positif siswa.
tugas dan orientasi manusia dari perilaku
Hubungan yang baik antara kepala sekolah
kepemimpinan kepala sekolah termasuk dalam
dengan mereka tampak dari keramahan sikap kepala
kategori rendah, sehingga perlu ditingkatkan untuk
sekolah ketika berinteraksi dan kesantunan bahasa
mencapai kategori tinggi.
yang digunakan kepala sekolah ketika
berkomunikasi dengan mereka. Misalnya kepala
sekolah menyapa warga sekolah dengan bahasa Saran
yang santun, serta sikap perilaku kepala sekolah yang Kepala sekolah disarankan agar senantiasa
sopan ketika berinteraksi dengan warga sekolah. berusaha meningkatkan gaya kepemimpinannya
Kepala sekolah memperlakukan warga sekolah menuju gaya manajemen tim (9,9). Sebab Blake &
secaraadil dan menempatkan mereka semua penting Mouton menyatakan gaya ini memaksimalkan
sesuai dengan tugas dan fungsi mereka. Perlakuan perhatian pada kedua hal yaitu produksi (tugas) dan
seperti ini akan menimbulkan adanya rasa hormat orang (manusia), serta merupakan gaya yang lebih
dan segan yang bisa berdampak pada guru-staf- disukai bawahan. Hal ini dimaksudkan supaya para
siswa menjadi rela melaksanakan segala program warga sekolah (guru, staf, dan siswa) bersedia
sekolah dengan senang hati. Pada situasi seperti melaksanakan program sekolah dengan senang hati
itu, mereka cenderung akan memiliki komitmen dan mempunyai komitmen tinggi dalam melaksanakan
tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung tugas dan tanggung jawab mereka di sekolah. Usaha
jawab mereka di sekolah. kepala sekolah menuju gaya kepemimpinan tim ialah
Berdasakan uraian di atas, maka pada dengan mengembangkan kerja tim melalui: partisipasi
dasarnya model kepemimpinan manajerial grid pembuatan keputusan dalam menghadapi konflik,
relatif lebih rinci dalam menggambarkan komunikasi dua arah yang terbuka, serta pelibatan
kecenderungan kepemimpinan. Namun demikian, partisipan (guru-staf-siswa) dalam perencanaan dan
tidak dapat dipungkiri bahwasanya model pelaksanaan kegiatan atau program kerja sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Ary, D., Jacobs, L. C., & Razavieh, A. Tanpa tahun.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.
Cipta. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982.
Surabaya: Usaha Nasional.
Zulkarnain, Gaya Kepemimpinan Managerial Grid Kepala Sekolah Dasar 503

Bass, B. 1990. Bass & Stogdill’s Hand Book of MacKenzie, Scott B., Phillip M. Podsakoff
Leadership (3 rd ed.). New York: Free &Gregory A. 2001. Transformational and
Press. Transactional Leadership and Sales Person
Brown, B. 2003. Employees’ Organizational Performance. Journal of the Academy of
Commitment and Their Perception of Marketing Science, 29 (2): 115-134.
Supervisors’ Relation-Oriented and Task- Nawawi, H. 1988. Administrasi Pendidikan.
Oriented Leadership Behaviors. Jakarta: CV Haji Mas Agung.
w w w. e m e r a l d i n s i g h t . c o m / 0 9 5 3 - Preedy, M. (Ed.). 1993. Managing the
4814.htm. EffectiveSchool. London: PCP Ltd.
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Purwanto, N. 1990. Administasi dan Supervisi
Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Karya.
Handoko, T. H. 1999. Manajemen: Edisi 2. Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan.
Yogyakarta: BPFE Malang: FIP UM.
Koh, W.L., Steers, R.M., & Terborg, J.R. 1995. Sudjarwo. 2011. Dinamika Kelompok. Bandung:
The Effects of Transformational Leadership CV Mandar Maju.
on Teacher Attitude and Students Thoha, M. 2006. Kepemimpinan dalam
Performance in Singapore. Journal of Manajemen. Jakarta: RajaGrafindo
Organizational Behavior. Persada.
MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS INFORMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Gunawan Widi Prastyo

e-mail: gunawan_wp@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purposeof this study describe: (1) planning; (2) implementation; (3) evaluation; (4)
obstacles and solution; and (5) curriculum development that based on informatics at SMK Sandhy
Putra. This research was qualitative study that used case study design. Data collection techniques
used are observation, interview and documentation. The result of data collection and data analysis
were: (1) the curriculum planning was done in accordance with the needs of the current and the future
of school, (2) the implementation of learning media that used in learning have to be based on IT, (3)
The evaluation of the curriculum that based on informatics was curriculum implementation, (4) there
were not major obstacles in curriculum management that based on informatics, (5) the development
was through apprenticeship such asprakerin, PKL, and etc.

Keywords: management, curiculum, information.

Abstrak: tujuan penelitian ini mendeskripsikan; (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) evaluasi; (4)
hambatan dan solusi; dan (5) pengembangan kurikulum berbasis informatika di SMK Sandhy Putra.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik pengumpulan
data yang digunakan ialah observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan proses pengumpulan
dan analisis data didapatkan hasil, yaitu: (1) perencanaan kurikulum sekolah dilakukan sesuai dengan
kebutuhan sekolah sekarang dan akan datang, (2) pelaksanaannya media pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran ialah harus berbasis IT, (3) evaluasi dalam kurikulum berbasis informatika ialah
implementasi kurikulum, (4) tidak ada hambatan-hambatan yang besar dalam manajemen kurikulum
berbasis informatika, dan (5) pengembangannya ialah melalui kegiatan magang misalnya prakerin,
PKL, dan sebagainya.

Kata kunci: manajemen, kurikulum, informatika

Pendidikan merupakan hal yang paling utama untuk dapat disimpulkan pendidikan bisa menghasilkan
dapat menghasilkan output yang berkompeten, generasi muda yang mampu memajukan bangsa
berperilaku, dan berperan aktif untuk membangun ini dari keterpurukan, untuk mencapai kualitas
dan memajukan bangsa, baik dari sektor saran terbaik maka komponen-komponen
perekonomian, politik, teknologi, budaya, dan sosial, pendidikan harus ditata dan dikelola dengan baik.
sebab pendidikan merupakan usaha pengembang- Komponen-komponen utama proses pendidikan
an manusia menjadi insan yang lebih baik. Hal ini yaitu: kurikulum, tenaga pendidik, tenaga
sejalan dengan tujuan pendidikan nasional seperti kependidikan, peserta didik, anggaran pendidikan,
tersurat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun dan sarana prasarana.
2003, Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional Salah satu komponen penting dari sistem
yang berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan pendidikan tersebut adalah kurikulum, karena
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar kurikulum merupakan komponen pendidikan yang
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejak
negara yang demokratis”. Indonesia memiliki kebebasan untuk menyeleng-
Dilihat dari tujuan pendidikan nasional dan garakan pendidikan bagi anak-anak bangsanya,
arti pendidikan seperti yang telah disebutkan, maka sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum.
504
Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 505

Peneliti berpendapat, bahwa dalam bidang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pendidikan agar tercapai pendidikan yang sesuai masyarakat secara umum. Salah satu sekolah yang
kebutuhan masyarakat dan lingkungan, maka bisa menyusun manajemen kurikulum yang sesuai
diperlukan pembaruan kurikulum secara terus dengan kebutuhan masyarakat secara umum
menerus berdasarkan kondisi dan situasi yang adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
berada di lapangan. Banyak sekolah telah Sandhy Putra yang berlokasi di Jalan Danau
mengembangkan berbagai program unggulan Ranau Sawojajar Malang. Sekolah ini telah
dalam memenuhi tuntutan kualitas yang diharapkan berhasil mengembangkan kurikulum berbasis
para orangtua dan masyarakat dari setiap sekolah, informatika dengan baik yang bisa dilihat dari segi
karena kepala sekolah sebagai manajer harus output-nya yang berkompeten dalam bidang
memahami strategi perubahan sekolah dalam informatika.
memperjuangkan keunggulan mutu sebagai tujuan
sekolah. Adanya program peningkatan mutu yang METODE
akan dicapai merupakan prioritas utama
manajemen yang dijalankan oleh kepala sekolah Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
untuk menghasilkan output yang bermutu. Dengan ini adalah pendekatan kualitatif karena penelitian
manajemen peningkatan mutu yang efektif, maka yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan
kualitas unggul output sekolah akan tercapai. aspek yang menjadi fokus penelitian yang berkaitan
Mulyasa (2006:224) menyatakan: dengan manajemen kurikulum berbasis informatika
di SMK Sandhy Putr a Malang, sehingga
Guru merupakan pengembang pendekatan kualitatif dugunakan untuk
kurikulum bagi kelasnya, yang akan menemukan dan memaknai kajian yang mendalam
menerjemahkan, menjabarkan, dan serta dapat memaparkan data secara lugas
mentransformasikan nilai-nilai yang mengenai manajemen kurikulum. Pendekatan
terdapat dalam kurikulum kepada kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
peserta didik. Dalam hal ini, tugas guru manajemen kurikulum berbasis informatika dalam
tidak hanya mentr ansfer ilmu bentuk kata-kata tertulis yang merupakan hasil
pengetahuan (transfer of knowledge) informasi yang diperoleh dari narasumber
akan tetapi lebih dar i itu, yaitu (informan), hasil pengamatan (observasi), maupun
membelajarkan anak supaya dapat dokumentasi sekolah.
berfikir integral dan komprehensif, untuk Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah studi
membentuk kompetensi dan mencapai kasus, karena penelitian yang dilakukan ini
makna tertinggi. mengungkapkan suatu peristiwa, yaitu tentang
manajemen kurikulum berbasis informatika di SMK
Sedangkan di sisi lain, Hamalik (2008:6) juga Sandhy Putra Malang. Hal tersebut dilaksanakan
berpendapat, bahwa: karena peneliti ingin mendeskripsikan dan
menganalisis secara terperinci tentang suatu
Kurikulum sebagai hasil belajar yang lembaga.
diharapakan, dalam konteks ini, tujuan Lokasi penelitian yang dilakukan yaitu di
pembelajaran tidak lagi dirumuskan SMK Sandhy Putra Malang atau SMK Telkom
dalam retorika global seperti siswa Malang. SMK Sandhy Putra Malang terletak di
memiliki apresiasi terhadap warisan Jl. Danau Ranau Sawojajar Malang. SMK Telkom
budaya, tetapi dirumuskan dalam Sandhy Putr a Malang merupakan sekolah
serangkaian hasil belajar yang kejuruan milik Yayasan Sandhykara Putra Telkom
terstruktur. Artinya, setiap kegiatan, yang identik dengan Dharma Wanita Telkom.
pengajaran, desain lingkungan, dan Untuk mendapatkan data yang diperlukan
sebagainya, difungsikan sedemikian dalam penelitian ini, peneliti melakukan
rupa sehingga menjadi saling mendukung pengumpulan data dari sumber data primer dan
untuk mencapai tujuan akhir yang telah sumber data sekunder. Sumber data primer
ditetapkan sebelumnya. diharapkan orang yang dapat memberikan data
secara langsung tentang manajemen kurikulum di
Penyusunan kurikulum diperlukan sekolah yang dilakukan penelitian dan dalam
manajemen yang baik untuk bisa menghasilkan penelitian ini sumber data primernya ialah kepala
506 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

sekolah, waka kurikulum, dan seorang guru mata KTSP, kemudian dari setiap materi-materi yang
pelajaran. ada dibandingkan dengan standar kurikulum di
Penelitian ini menggunakan teknik-teknik Indonesia, artinya dalam setiap perencanaan
dalam rangka pengumpulan data di lapangan. kurikulum tetap mematuhi aturan-aturan dan
Beberapa teknik pengumpulan data yang batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh
digunakan yaitu: (a) teknik observasi, kegiatan pemerintah dan Undang-Undang.
observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti Kurikulum berbasis informatika dasarnya
yaitu: kegiatan manajemen kurikulum yang ada di merupakan pengembangan dari spektrum
SMK Sandhy Putra Malang meliputi: perencanaan, kurikulum khusus sekolah kejuruan yaitu mengenai
pelaksanaan dan pengevaluasian kurikulum selama mata pelajaran produktif. Perencanaan program
kurang lebih dua bulan; (b) teknik wawancara yang kerja dalam kurikulum berbasis informatika yang
dilakukan peneliti dimulai dari pendekatan informal membuat ialah Waka Kurikulum dibantu dengan
yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, stafnya kemudian setelah itu didiskusikan dengan
dan keakraban. Dengan demikian akan lebih bisa Kepala Sekolah dan apabila diperlukan akan
diterima oleh sasaran penelitian. Pertama kali didiskusikan dengan SMK-SMK Telkom yang lain.
peneliti mewawancarai kepala sekolah kemudian Yang terlibat dalam perencanaan kurikulum
waka kurikulum selanjutnya salah seorang guru; berbasis informatika ialah Kepala Sekolah, Waka
(c) teknik dokumentasi, Peneliti juga membutuhkan Kurikulum beserta stafnya, Ketua Jurusan, pihak
dokumentasi-dokumentasi yang dapat digunakan industri jika diperlukan.
sebagai bahan penelitian, diantaranya: profil sekolah Pertimbangan pihak sekolah dalam
(sejarah, struktur organisasi, guru, peserta didik, perencanaan kurikulum berbasis informatika ialah
fasilitas, sarana dan prasarana), kalender sekolah, kebutuhan industri dan pasar tenaga kerja. Yayasan
RPP, silabus, program kerja waka kurikulum, dan Sandhykarya Putra yang merupakan yayasan atau
format evaluasi. lembaga yang menaungi SMK Telkom Sandhy
Analisis data dilakukan setelah peneliti Putra Malang membuat suatu aturan dalam
mendapatkan data dari subjek penelitian, dengan perencanaan kurikulum berbasis informatika, salah
melakukan pemilihan data yang sesuai dengan satunya ialah dalam perencanaan kurikulum, harus
fokus penelitian. Penelitian kualitatif membutuhkan mengikuti perkembangan pasar dunia kerja,
analisis data secara sistematis artinya analisis data industri, dan kebutuhan dunia pada umumnya.
dilakukan dalam suatu proses. Proses analisis data Aturan tentang perencanaan kurikulum juga datang
dimulai dengan menelaah seluruh data yang dari Dinas Pendidikan, beberapa diantaranya ada
tersedia dar i berbagai sumber yaitu dari analisa konteks, latar belakang, nilai positif, dan
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan lain-lain.
dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen Setiap tahunnya SMK Telkom Sandhy Putra
resmi, gambar, foto. mendapatkan kalender pendidikan dari Dinas
Guna menghasilkan kesimpulan yang tepat Pendidikan, dari kalender tersebut dapat ditentukan
dibutuhkan dukungan data yang tepat dan perencanaan hari efektif dan hari libur. Dalam
diperlakukan pengecekan keabsahan data temuan perencanaan kurikulum berbasis informatika,
agar data yang diperoleh benar-benar valid. sekolah harus selalu update dan harus selalu
Beberapa teknik pengecekan keabsahan data yang mengetahui tentang teknologi-teknologi terbaru
digunakan adalah ketekunan pengamatan dan yang digunakan dalam industri kerja sesuai bidang
trianggulasi sumber. informatika. Pelaksanaan kurikulum berbasis
informatika bisa dibilang masih sesuai dengan apa
HASIL yang diharapkan oleh pihak sekolah. Salah satu
problem dalam pelaksanaan kurikulum ini ialah
Perencanaan kurikulum berbasis informatika karakter dan sikap serta daya tingkat serap peserta
di SMK Telkom Sandhy Putra sesuai dengan didik yang berbeda-beda antara peserta didik yang
kebutuhan sekolah sekarang dan kedepannya. satu dengan lainnya, tetapi hal tersebut masih bisa
Sebab setiap tahunnya sekolah selalu mendapat diatasi.
masukan dan saran dari pihak industri. Dalam Media pembelajaran yang digunakan dalam
perencanaan kurikulum berbasis informatika pembelajaran ialah harus berbasis IT. Cara guru
dasarnya melalui spektrum kurikulum khusus menerapkan kurikulum berbasis informatika
sekolah kejuruan yang merupakan pembaruan dari berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu
Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 507

menggunaka IT. Dalam pelaksanaannya peserta bulan sekali sekolah ini mengirimkan guru untuk
didik harus lebih aktif dari pada guru, sebab guru mengikuti program peningkatan kompetensi dan
hanya bersifat sebagai fasilitator. Tidak ada kiat- kemampuan guru dalam mengajar. Pengembang-
kiat khusus dalam pelaksanaan kurikulum berbasis annya ialah melalui kegiatan magang misalnya
informatika. Hari efektif dalam pelajaran di prakerin, PKL, dan studi banding. Pengem-
sekolah ini ialah satu minggu sebanyak lima hari bangannya sendiri melalui masukan-masukan dari
yaitu senin sampai dengan jumat. Hari Sabtu di pihak industri yang akan diketahui setelah peserta
sekolah ini diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler didik magang. Untuk mendukung pengembangan
sekolah dan jam tambahan pelajaran bagi guru kurikulum berbasis informatika sekolah juga
yang membutuhkannya. Hari efektif di sekolah ini mengembangkan kemampuan dan pengetahuan
menyesuaikan dengan kondisi pihak industri dan guru dalam mengajar. Peralatan dan perlengkapan
Telkom dimana hari bekerja hanya lima hari. kegiatan belajar mengajar juga selalu
Penyusunan jadwal pelajaran, penentuan beban dikembangkan dan diperbarui tentunya hal ini tidak
mengajar guru, dan penentuan guru dalam mengajar luput dari bantuan pihak industri.
suatu bidang studi disusun dan dirancang oleh
Waka Kurikulum dibantu dengan staf kurikulum PEMBAHASAN
dengan job desk yang telah ditentukan.
Salah satu hal yang perlu dievaluasi dalam Perencanaan kurikulum berbasis informatika
kurikulum berbasis informatika ialah implementasi di SMK Sandhy Putra Malang, dilakukan sesuai
kurikulum, jadi kurikulum yang ada harus disinkronkan dengan kebutuhan sekolah. Dengan pertimbangan,
dengan pengetahuan guru supaya seimbang. Selain masukan, dan saran dari pihak industri. Selama ini
itu masalah perbandingan antara pihak industri dengan kurikulum yang sudah berjalan untuk sekolah
sekolah juga perlu dievaluasi untuk mengetahui kejuruan dasarnya ialah spektrum kurikulum yang
mampu atau tidaknya sekolah memenuhi masukan dirancang oleh Dirjen Pendidikan Khusus untuk
dan sara-saran dari pihak industri. Yang memberikan sekolah kejuruan. Dari spektrum tersebut
penilaian terhadap kurikulum berbasis informatika kemudian dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
ialah Kepala Sekolah dibantu dengan Waka sekolah dan kebutuhan industri, sementara untuk
Kurikulum beserta stafnya. Waktu pelaporan dari pengembangannya sendiri melalui analisa
evaluasi kurikulum ialah satu tahun sekali jika kurikulum.
diperlukan yaitu pada bulan awal juli sebelum tahun Spektrum sendiri adalah pembaruan dari
ajaran baru. Evaluasi kurikulum dilaksanakan setiap kurikulum KTSP sebelumnya karena dinilai sudah
satu tahun sekali, hampir sama dengan waktu tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pelaporannya. Bentuk laporan dari evaluasi kurikulum pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan dunia kerja.
dibuat oleh Waka Kurikulum. Bentuk laporan Spektrum yang baru pada saat ini lebih
evaluasinya tiap tahun berbeda-beda tergantung dari dispesifikasikan lagi mengenai bidang studi
kebutuhan sekolah. Tidak ada instrumen khusus dalam keahlian, program studi keahlian, dan kompetensi
evaluasi kurikulum berbasis informatika. keahlian yang dilengkapi dengan deskripsi setiap
Salah satu tindak lanjut yang harus dilakukan kompetensi kurikulum. Spektrum sudah diterapkan
dari adanya evaluasi kurikulum ini yaitu melalui mulai tahun ajaran 2008/2009.
program peningkatan kompetensi dan kemampuan Tiap-tiap materi spektrum yang ada
guru dalam mengajar. Tidak ada hambatan- dibandingkan dengan standar kurikulum yang ada
hambatan yang besar dalam manajemen kurikulum di Indonesia yaitu Standar Isi (SI) dan Standar
berbasis informatika, hanya ada beberapa Kompetensi Lulusan (SKL). Untuk materi dari
hambatan kecil dan semuanya masih sesuai dengan mata pelajaran normatif dan adaptif, sekolah
apa yang diharapkan oleh pihak sekolah. Salah mengacu pada Kurikulum 2013 sedangkan materi
satunya ialah kompetensi dan kemampuan guru pelajaran produktif dan muatan lokal berpedoman
dalam mengajar yang harus selalu ditingkatkan, pada kurikulum berbasis informatika, yang
sebab informatika adalah ilmu yang selalu terpenting ialah masih tetap berada didalam
berkembang dan maju. batasan-batasan dan aturan-aturan yang ditetapkan
Solusinya ialah melalu program peningkatan oleh pemerintah dan Undang-Undang.
kompetensi dan kemampuan guru dalam mengajar Berdasarkan konsep tersebut, perencanaan
melalui pelatihan, seminar, workshop, studi kurikulum sangat tergantung pada pengembangan
banding, dan sebagainya. Setiap tiga atau empat kurikulum dan tujuan kurikulum yang akan menjadi
508 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

penghubung teori-teori pendidikan yang akan salah satunya adalah kemampuan dan tingkat
digunakan. Menurut Hamalik (2007:152) kecerdasan peserta didik yang berbeda-beda
perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial antara peserta didik yang satu dengan peserta didik
yang kompleks yang menuntut berbagai jenis dan yang lain. Tetapi semua kendala tersebut masih
tingkat pembuatan keputusan. Jadi di dalam bisa di atasi oleh pihak sekolah. Pelaksanaan
spektrum mata pelajaran produktif pihak sekolah kurikulum pada dasarnya bertujuan supaya
diberi kewenangan dalam menyusun perencanaan kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam
kurikulum. Sama dengan mata pelajaran produktif, hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas
pihak sekolah juga diberi kewenangan dalam material, personal dan kondisi-kondisi supaya
perencanaan kurikulum muatan lokal. Menurut kurikulm dapat terlaksana. Menurut Suhardan
Rusman (2009:405) muatan lokal merupakan (2010:198) pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi
kegiatan kur ikuler untuk mengembangkan dua yaitu: 1) Pelaksanaan kurikulum tingkat
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang kepala sekolah. Selain dia bertanggung jawab
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia
mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan
muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, yakni menyusun kalender akademik yang akan
tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun
Keberadaan muatan lokal merupakan bentuk jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang
sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan berkaitan tentang usaha untuk pencapaian tujuan
di masing-masing daerah lebih meningkat kurikulum; 2) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas,
relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung
daerah yang bersangkutan. kepada para guru. Pembagian tugas ini meliputi;
Dari uraian teori tersebut dapat disimpulkan (a) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar,
bahwa proses perencanaan kurikulum berbasis (b) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada
informatika di SMK Telkom Sandhy Putra Malang diluar ketentuan kurikulum sebagai penunjang
tidak jauh berbeda dengan teori yang ada. Intinya tujuan sekolah, (c) kegiatan bimbingan belajar yang
mata pelajaran produktif dan muatan lokal bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
dikembangkan sendiri oleh kurikulum sekolah, berada dalam diri siswa dan membantu siswa
sedangkan mata pelajaran normatif dan adaptifnya dalam memecahkan masalah.
mengacu pada kurikulum dari pemerintah. Selain Kemudian dalam pelaksanaanya juga
itu dalam perencanaan kurikulum berbasis kurikulum berbasis informatika diharuskan
informatika yang terpenting ialah tidak melanggar menggunakan media pembelajaran yang berbasis
batasan-batasan dan aturan-aturan yang telah IT, meskipun cara mengajar guru kebanyakan
ditetapkan oleh pemerintah dan undang-undang. berbeda-beda antara guru yang satu dengan yang
Selain itu pertimbangan, saran dan masukan baik lainnya tetapi pada intinya IT wajib digunakan.
itu dari pihak industri, yayasan dan pemerintah Menurut Rusman (2009:152) selain sebagai
hendaknya selalu diperhatikan guna kemajuan perantara dalam interaksi belajar mengajar, media
kurikulum berbasis informatika itu sendiri agar pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu
sesuai dan tercapai visi, misi, dan tujuan yang proses belajar mengajar yang efektif. Proses
dirancang oleh pihak sekolah. belajar mengajar sering kali ditandai dengan adanya
Pada pelaksanaan kurikulum berbasis unsur tujuan, bahan, metode, dan alat, serta
informatika di SMK Sandhy Putra Malang, sejauh evaluasi. Keempat unsur ter sebut saling
ini masih sesuai dengan apa yang diharapkan oleh berinteraksi. Metode dan media merupakan unsur
pihak sekolah sehingga secara prinsip tidak banyak yang tidak dapat dipisahkan dari unsur
kendala dan perubahan. Kalaupun nanti sekolah pembelajaran yang lain. Satu hal lagi, dalam
harus mengikuti Kurikulum 2013, yang berubah pelaksanaannya peserta didik di dalam kegiatan
hanya di normatif dan adaptifnya saja, sedangkan belajar mengajar harus lebih aktif dari pada guru
produktif dan muatan lokalnya tetap. sebab disini guru hanya bertindak sebagai
Selain itu pada kenyataannya pelaksanaan fasilitator. Dengan lebih aktifnya peserta didik dari
kurikulum berbasis informatika tidak selalu mulus pada guru maka diharapkan peserta didik akan
atau tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, mempunyai daya kreatif dan daya imajinatif yang
Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 509

lebih tinggi dari pada guru. Hal ini tentu saja sangat sekali yaitu pada awal bulan juli sebelum tahun
penting dalam pembelajaran berbasis informatika, ajaran baru. Beberapa hal yang perlu untuk
karena dengan daya kreatif dan imanjinatif yang dievaluasi yaitu tentang implementasi kurikulum di
tinggi akan merangsang pengetahuan peserta didik SMK Sandhy Putra. Jadi isi dari kurikulum itu
menjadi lebih berkembang dari sebelumnya. Selain masih harus ada yang dipadu-padankan dengan
itu dalam pelaksanaan pembelajarannya, SMK kompetensi dan kemampuan guru. Idealnya dalam
Sandhy Putra hanya menerapkan lima hari efektif proses evaluasi harus selalu ada supervisi dari
selama satu minggu yaitu hari Senin sampai dengan kepala sekolah kepada gur u-guru yang
hari Jumat. membutuhkan bantuan. Misalnya supervisi tentang
Penyusunan jadwal pelajaran, penentuan cara pengajaran guru di kelas bagaimana, kemudian
beban mengajar guru, serta penentuan mengajar RPP-nya seperti apa, kesesuaian antara kurikulum
guru untuk salah satu bidang studi, disusun dan dengan RPP bagaimana, dan lain-lain. Apabila
dirancang oleh Waka Kurikulum dan dibantu diperlukan evaluasi ini juga akan dirapatkan untuk
dengan staf kurikulum, kemudian dari tiap-tiap didiskusikan bersama, misalnya tentang program-
anggota ada job desk masing-masing. Setelah program, masukan, saran, dan permintaan pihak
selesai kemudian dirapatkan untuk mengetahui industri kepada sekolah. Sebab kemampuan
kekurangan-kekurangannya kemudian dipecahkan sekolah terkadang dalam menyediakan peralatan
bersama. dalam pembelajaran terbatas. Karena peralatan
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan di dunia informatika setiap waktu selalu ada yang
bahwa pelaksanaan kurikulum berbasis baru dan terus berkembang karena kemajuan
informatika di SMK Telkom Sandhy Putra Malang teknologi. Persoalannya adalah saran dan masukan
bisa dibilang sejauh ini cukup terkendali, meskipun dari pihak industri kepada sekolah misalnya tentang
ada problem tetapi tidak mengurangi atau pengadaan suatu peralatan atau perlengkapan
mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. dalam pembelajaran, tetapi sekolah belum
Sebab fungsi-fungsi yang ada masih bisa berjalan mempunyai peralatan tersebut karena mungkin
seperti biasa atau bisa dikatakan tugas maupun terkendala biaya.
job desk dari masing-masing pelaksana dapat Menurut Hasan (2008:32) evaluasi kurikulum
dipertanggungjawabkan. Kemudian sacara garis dan evaluasi pendidikan memiliki karakteristik yang
besar media pembelajaran yang digunakan dalam tak terpisahkan. Karakteristik itu adalah lahirnya
pelaksanaan kurikulum berbasis informatika sangat berbagai definisi untuk suatu istilah teknis yang
memenuhi kelayakan dalam proses pembelajaran, sama. Demikian pula dengan evaluasi yang
selain didukung dengan teknologi yang mumpuni diartikan oleh berbagai pihak dengan berbagai
juga disokong dengan jumlah yang mencukupi. pengertian. Menurut Morrison (dalam Rusman,
Sementara itu dalam pelaksanaan 2009:93) evaluasi adalah perbuatan pertimbangan
pembelajarannya meskipun hari efektif dalam berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati
seminggu hanya lima hari namun bukan berarti hari dan dapat dipertanggungg-jawabkan. Dalam hal
sabtu libur. Hari sabtu adalah waktunya untuk ini ada tiga faktor utama, yaitu: pertimbangan,
kegiatan ekstrakurikuler sekolah dan juga deskripsi objek penilaian, dan kriteria yang dapat
tambahan pelajaran bagi guru yang dipertanggungjawabkan.
menginginkannya, yang terpenting jumlah jam Kemudian tindak lanjut dari evaluasi itu
pelajaran di SMK Telkom Sandhy Putra tetap sendiri ialah kemampuan guru yang harus selalu
sama, artinya sesuai dan memenuhi standar dikembangkan melalui program-program
nasional jam pelajaran yang telah ditetapkan. Jadi peningkatan guru. Selain itu tindak lanjut juga
intinya kegiatan pelaksanaan kurikulum berbasis berlaku pada kurikulum itu sendiri.Jika kurikulum
informatika di SMK Sandhy Putra ini masih sesuai itu sudah tidak relevan dengan kebutuhan sekolah
dengan harapan sekolah. Kemudian Waka dan kebutuhan industri, maka akan diganti beberapa
Kurikulum juga menyusun dan merancang jadwal komponennya salah satunya yaitu materi dan juga
pelajaran, penentuan beban mengajar guru, pelajaran yang akan diganti.
penentuan mengajar guru di salah satu bidang studi, Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tentunya dibantu oleh staf kurikulum yang sudah evaluasi kurikulum berbasis informatika di SMK
diberi job desk masing-masing. Sandhy Putra dilakukan sesuai dengan kebutuhan,
Evaluasi kurikulum berbasis informatika di apabila diperlukan cukup dilakukan evaluasi satu
SMK Sandhy Putra dilaksanakan setiap satu tahun kali selama setahun yaitu sebelum awal tahun
510 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

ajaran baru. Selain itu evaluasi dari kepala sekolah hambatan dalam manajemen kurikulumnya, namun
ke guru juga dilakukan melalui supervisi. Disini jangan dijadikan hambatan-hambatan tersebut
akan terlihat jelas bagaimana upaya kepala sekolah alasan bahwa sekolah tidak bisa berkembang,
agar proses manajemen kurikulum berbasis tetapi yang harus dipikirkan ialah bagaimana cara
informatika dapat berjalan dengan baik dan sesuai mengatasi hambatan-hambatan yang dialami.
dengan yang diharapkan. Seperti SMK Sandhy Putra yang mempunyai
Selain itu tindak lanjut dari evaluasi ini juga hambatan dari kemampuan dan kompetensi
perlu dilaksanakan agar kedepannya dengan gurunya dalam mengajar, mempunyai solusi untuk
adanya evaluasi kurikulum ini diharapkan kurikulum mengatasi hambatan tersebut. Solusinya adalah
berbasis informatika dapat berkembang lebih baik melalui program-program peningkatan kualitas
lagi. Menurut Rusman (2009:16) bentuk rencana guru dalam kompetensi dan kemampuan mengajar
kegiatan tindak lanjut ini pada dasarnya dapat supaya guru tersebut ilmunya dapat berkembang.
berupa sebuah rencana kegiatan selanjutnya, atau Sebab ilmu informatika khususnya akan selalu
dapat juga hanya berupa sebuah kesimpulan dan maju dan berkembang setiap waktu, karena
bentuk penerapan dari hasil kesimpulan yang sudah kemajuan teknologi tidak akan pernah berhenti.
dirumuskan. Program-program yang dapat diikuti oleh guru
Kemudian juga dapat disimpulkan rencana untuk meningkatkan kualitasnya adalah misalnya
kegiatan tindak lanjut ini diharapkan memilih dua melalui pelatihan, mengikuti seminar, mengikuti
dampak, yaitu terhadap sasaran yang dievaluasi workshop, mengikuti studi banding, dan masih
dan pelaku yang mengevaluasi. Diharapkan banyak lagi program-program lain yang bisa diikuti
keduanya, baik sasaran yang dievaluasi (guru) dan oleh guru.
pelaku yang mengevaluasi (Kepala Sekolah dan Pengembangan kurikulum di SMK Sandhy
Waka Kurikulum) memperoleh dampak positif dari Putra Malang ini berdasarkan masukan-masukan
kegiatan tindak lanjut evaluasi ini. dari pihak industri melalui kegiatan magang peserta
Salah satu hambatan yang terdapat dalam didik, misalnya: prakerin, PKL, dan sebagainya.
manajemen kurikulum berbasis informatika di SMK Sebab peserta didik dirancang pada saat lulus nanti
Sandhy Putra ialah kompetensi dan kemampuan untuk siap dan mampu dalam bekerja, maka dari
mengajar guru, sebab ilmu informatika akan terus itu saran dan masukan dari pihak industri akan
berkembang dan semakin maju, namun bila hal ini langsung digunakan untuk pengembangan
tidak dibarengi dengan kompetensi dan kemapuan kurikulum sekolah. Langkah-langkah pengembang-
guru yang semakin membaik maka dikhawatirkan an kurikulum adalah sebagai berikut: 1) Perumusan
guru akan ketinggalan informasi-informasi ilmu tujuan, tujuan di rumuskan berdasarkan analisis
yang ada, tentunya hal ini akan berdampak terhadap berbagai kebutuhan, tuntutan dan
terhadap peserta didik yang bisa dikatakan harapan. Oleh karena itu tujuan di rumuskan dengan
pengetahuan peserta didik sulit untuk berkembang. mempertimbangkan faktor-faktor masyarakat,
Sebab tanggung jawab seorang guru terhadap siswa itu sendiri serta ilmu pengetahuan; 2)
peserta didik sangatlah berat. Tugas guru adalah Menentukan isi, isi kurikulum merupakan
memberikan pendidikan kepada para peserta didik. pengalaman belajar yang di rencanakan akan di
Dalam hal ini guru harus berupaya agar para siswa peroleh siswa selama mengikuti pendidikan.
dapat meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai Pengalaman belajar ini dapat berupa mempelajari
hidup. Pada tingkatan ini guru dituntu untuk mampu mata pelajaran-mata pelajaran, atau jenis-jenis
men-trasnfer nilai, yang pada gilirannya pengalaman belajar lain sesuai dengan bentuk
diharapkan para siswa dapat menjalankan dan kurikulum itu sendiri; 3) Memilih kegiatan,
menjadikan pedoman dari nilai-nilai tersebut. Siswa organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujuan
tidak hanya dituntut untuk pandai, tetapi siswa dan pengalaman-pengalaman belajar yang menjadi
dituntut untuk memiliki moral atau akhlak yang baik. isi kurikulum, dengan mempertimbangkan bentuk
Perilaku guru akan sangat berpengaruh pada kurikulum yang digunakan; 4) Merumuskan
kepribadian anak karena konsep guru adalah sosok evaluasi, evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan
manusia yang harus “digugu lan ditiru”. Oleh kurikulum, sebagai di jelaskan di muka. Evaluasi
karena itu, penampilan seorang guru harus memiliki perlu di lakukan untuk memperoleh balikan sebagai
sikap keteladanan (Rusman, 2009:339). dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan evaluasi dapat di lakukan secara terus menerus
bahwa setiap sekolah pasti mempunyai hambatan- (Ali 1992:66).
Prastyo, Manajemen Kurikulum Berbasis Informatika di Sekolah Menengah Kejuruan 511

Pengembangan kurikulum pada hakekatnya pihak industri juga turut membantu sekolah untuk
adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan memenuhi kebutuhannya.
bahan pelajaran yang harus dipelajari serta
bagaimana cara mempelajar inya. Namun KESIMPULAN DAN SARAN
demikian, persoalan mengembangkan kurikulum
bukan merupakan hal yang sederhana dan mudah. Kesimpulan
Menentukan isi atau muatan kurikulum harus
Perencanaan kurikulum sekolah dilakukan
berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin
sesuai dengan kebutuhan sekolah sekarang dan
dicapai, sedangkan menentukan tujuan yang ingin
akan datang. Kebutuhan tersebut akan diketahui
dicapai erat kaitannya dengan persoalan sistem
dari masukan dan saran dari pihak industri. Dasar
nilai dan kebutuhan masyarakat.
dari kurikulum berbasis informatika sendiri ialah
Apabila dilihat dari teori tersebut hampir
spektrum kurikulum yang merupakan pembaruan
sama dengan apa yang dilakukan SMK Sandhy
dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Putra dalam proses pengembangannya, yaitu mulai
khusus sekolah kejuruan. Pertimbangan pihak
dari perumusan tujuan, menentukan isi, memilih
sekolah dalam perencanaan kurikulum berbasis
kegiatan, dan merumuskan evaluasi.
informatika ialah kebutuhan industri dan pasar
Pertama perumusan tujuan dari kurikulum,
tenaga kerja. Dalam perencanaan kurikulum
dalam perumusan tujuan ini hendaknya sekolah
berbasis informatika, sekolah harus selalu update
harus memperhatikan kondisi peserta didik setelah
dan mengetahui tentang teknologi-teknologi terbaru
lulus nanti apakah sudah siap menjadi tenaga kerja
yang digunakan dalam industri kerja sesuai bidang
di bidang informatika atau belum. Kedua
informatika.
menentukan isi. Isi bisa ditentukan dari saran dan
Dalam pelaksanaannya media pembelajaran
masukan dari pihak industri. Pastinya pihak industri
yang digunakan dalam pembelajaran ialah harus
sebagai penerima tenaga kerja akan memberikan
berbasis IT dan cara guru menerapkan kurikulum
saran dan masukan terbaik untuk sekolah. Ketiga
berbasis informatika berbeda-beda namun intinya
adalah mimilih kegiatan. Dari adanya kegiatan
tetap sama yaitu menggunaka IT. Hari efektif
magang seperti prakerin dan PKL maka pihak
dalam pelajaran di sekolah ini ialah satu minggu
industri akan mengetahui sampai sejauh mana
sebanyak lima hari yaitu Senin sampai dengan
kemampuan dan keahlian peserta didik dalam
Jumat. Hari sabtu di sekolah ini diisi dengan
bidang informatika. Apabila ditemukan temuan-
kegiatan ekstrakurikuler sekolah dan jam tambahan
temuan baru maka pihak industri akan
pelajaran bagi guru yang membutuhkannya.
menyampaikan kepada sekolah. Keempat
Sementara itu untuk penyusunan jadwal pelajaran,
merumuskan evaluasi. Saran dan masukan dari
penentuan beban mengajar guru, penentuan
pihak industri tersebut tentunya harus dirapatkan
mengajar guru di salah satu bidang studi disusun
kemudian dievaluasi supaya perbaikan kurikulum
dan dirancang oleh Waka Kurikulum dibantu dengan
dapat terus dilakukan.
stafnya.
Selain itu untuk mendukung
Salah satu hal yang perlu dievaluasi dalam
pengembangan kurikulum berbasis informatika,
kurikulum berbasis informatika ialah implementasi
pihak sekolah juga mengembangkan kemampuan
kurikulum, jadi kurikulum yang ada harus
dan pengetahuan guru dalam mengajar. Hal ini
disinkronkan dengan pengetahuan guru supaya
sangat penting sebab ilmu dan teknologi tiap waktu
seimbang. Proses evaluasinya sendiri melalui
selalu berkembang dan maju, apabila kemampuan
supervisi dan rapat sekolah. Evaluasi kurikulum
dan pengetahuan guru tidak dikembangkan maka
dilaksanakan setiap satu tahun sekali, hampir sama
otomatis akan tertinggal dengan kemajuan ilmu dan
dengan waktu pelaporannya. Salah satu tindak
teknologi yang ada. Kemudian pihak sekolah juga
lanjut yang harus dilakukan dari adanya evaluasi
mengembangkan dan berusaha meperbarui
kurikulum ini yaitu melalui program peningkatan
peralatan dan perlengkapan sesuai dengan
kompetensi dan kemampuan guru dalam mengajar.
kemajuan teknologi yang ada. Hal ini dilakukan
Tidak ada hambatan-hambatan yang besar
untuk membantu peserta didik memahami teori-
dalam manajemen kurikulum berbasis informatika,
teori yang disampaikan oleh guru sekaligus sabagai
hanya ada beberapa hambatan kecil dan semuanya
bahan praktik. Dalam pengembangan dan
masih dalam batasan-batasan yang direncanakan
pembaruan peralatan dan perlengkapan ini tentunya
sampai sejauh ini. Salah satunya ialah kompetensi
dan kemampuan guru dalam mengajar yang harus
512 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 504-512

selalu ditingkatkan, sebab informatika adalah ilmu (1) Kepala Sekolah, meningkatkan kualitas
yang selalu berkembang dan maju. manajemen kurikulum berbasis informatika,
Solusinya ialah melalui program peningkatan meminimalisir hambatan-hambatan yang ada, dan
kompetensi dan kemampuan guru dalam mengajar melakukan ber bagai pengembangan yang
melalui pelatihan, seminar, workshop, studi mendukung kemajuan kur ikulum berbasis
banding, dan sebagainya. Setiap tiga atau empat informatika di SMK Sandhy Putra Malang; (2)
bulan sekali sekolah ini mengirimkan guru untuk Guru, meningkatkan kompetensi dan kemampuan
mengikuti program peningkatan kompetensi dan mengajar guru dalam kegiatan belajar mengajar
kemampuan guru dalam mengajar. khususnya di bidang informatika; (3) Ketua
Pengembangannya ialah melalui kegiatan Jurusan dan staf dosen Jurusan Administrasi
magang misalnya prakerin, PKL, dan sebagainya. Pendidikan, diharapkan penelitian ini menjadi
Pengembangannya sendiri melalui masukan- salah satu tambahan pengetahuan khususnya
masukan dari pihak industri yang akan diketahui dalam mata kuliah manajemen kurikulum, agar
setelah peserta didik magang. Selain itu sekolah nantinnya dapat memberikan kontribusi yang
juga mengembangkan kemampuan dan positif ter hadap perkembangan Jurusan
pengetahuan guru dalam mengajar serta Administrasi Pendidikan; (4) Mahasiswa Jurusan
mengembangkan dan berusaha memperbarui Administrasi Pendidikan, diharapkan penelitian ini
peralatan dan perlengkapan sekolah untuk dapat menjadikan pengetahuan tambahan tentang
menunjang kegiatan belajar menagajar. manajemen kurikulum khususnya manajemen
kurikulum berbasis informatika; dan (5) Peneliti
Saran lain, kepada peneliti lain diharapkan dapat
melanjutkan penelitian yang sejenis pada berbagai
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran aspek lain yang bermanfaat dari manajemen
yang dapat diajukan kepada pihak-pihak yang kurikulum berbasis informatika di SMK Sandhy
terkait dengan manajemen kurikulum berbasis Putra Malang.
informatika di SMK Sandhy Putra sebagai berikut:

DAFTAR RUJUKAN

Ali, M. 1992. Pengembangan Kurikulum di Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta:


Sekolah. Bandung: Sinar Baru. PT Raja Grafindo.
Hamalik, O. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Suhardan, D. 2010. Supervisi Profesional
Kurikulum. Bandung: PT Remaja Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Rosdakarya. Pengajaran di Era Otonomi Daerah.
Hasan, S. H. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Alfabeta.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Nasional. 2003. Bandung: Citra Umbara.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU
SEKOLAH DASAR PADA DAERAH TERPENCIL
DARATAN PEDALAMAN

Piter Joko Nugroho

e-mail: piter_unpar@yahoo.com
Universitas Palangka Raya, Jl. H. Timang Palangka Raya Kalimantan Tengah

Abstract: this study aimed to describe the professional development of primary school teachers in
remote areas from the aspects: (1) elementary school teacher professional development efforts in
remote areas; (2) the resources in the professional development of primary school teachers in remote
areas; (3) constraints encountered in the professional development of primary school teachers in
remote areas; (4) the role of stakeholders in the professional development of primary school teachers
in remote areas. This study used a qualitative approach with multisite design (3) Elementary School
is located in a remote area in Gunung Mas Central Kalimantan province. The results showed that: (1)
elementary school teacher professional development efforts in remote areas made by the leader/
supervisor of the school superintendent, and principals; (2) the resources in the professional
development of primary school teachers in remote areas include aspects of Human Resource (HR)
personnel and resources developer budget/funding; (3) constraints encountered in the professional
development of primary school teachers in the area; and (4) the role of stakeholders in the professional
development of primary school teachers in remote areas .

Keywords: teacher profesionalism, remote area, development.

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengembangan profesionalisme


guru SD pada daerah terpencil yang dilihat dari aspek: (1) upaya pengembangan profesionalisme
guru SD pada daerah terpencil; (2) sumber daya dalam pengembangan profesionalisme guru SD pada
daerah terpencil; (3) kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru SD pada
daerah terpencil; (4) peranan stakeholders dalam pengembangan profesionalisme guru SD pada
daerah terpencil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multisitus
pada 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri yang berada pada daerah terpencil di Kabupaten Gunung Mas
Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) upaya pengembangan
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil yang dilakukan oleh pimpinan/atasan pengawas
sekolah, dan kepala sekolah; (2) sumber daya dalam pengembangan profesionalisme guru SD pada
daerah terpencil meliputi aspek sumber daya manusia (SDM) tenaga pengembang dan sumber daya
anggaran/pendanaan; (3) kendala yang dihadapi dalam pengembangan profesionalisme guru SD
pada daerah; dan (4) peranan stakeholders dalam pengembangan profesionalisme guru SD pada
daerah terpencil.

Kata Kunci: pengembangan profesionalisme guru SD, Daerah Terpencil.

Salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan satuan pendidikan dalam konteks pendidikan
yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah nasional, terutama jenjang pendidikan dasar
rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenis dan (Sumarna, 2010). Tilaar (1999) mengemukakan
satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan bahwa indikator yang penting mengenai kondisi
menengah (Depdiknas, 2000). Masalah kualitas pendidikan kita saat ini, salah satu diantaranya
pendidikan nampaknya telah menjadi masalah yang adalah masih rendahnya kualitas guru untuk semua
sangat penting dalam kurun waktu yang cukup jenjang pendidikan, sehingga berakibat juga pada
lama. Hal ini disoroti oleh masyarakat, khususnya kinerja guru yang dinilai masih rendah. Era
pemerhati pendidikan yang menyoroti masalah kebijakan otonomi daerah dewasa ini diharapkan
rendahnya kualitas pendidikan pada jenjang dan membuat perubahan yang mendasar terhadap
513
514 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

berbagai sektor pemerintahan, termasuk sektor untuk perencanaan kebijakan dalam segala
pendidikan (Saud, 2008:99). Sayangnya, harapan keadaan. Sebagian besar diskusi tentang
dan kenyataan tidak selalu berjalan beriringan. kesetaraan dalam pendidikan difokuskan pada
Meskipun desentralisasi pendidikan merupakan bagaimana untuk menyamakan akses dan
suatu keharusan, namun dalam realitasnya partisipasi dalam berbagai tingkat pendidikan
pelaksanaan desentralisasi pendidikan terkesan formal untuk berbagai kelompok sosial (Lynch,
sebagai satu tindakan yang agak tergesa-gesa dan 2000). Beeby (1981) berpendapat bahwa
tidak siap. Hal ini bisa dilihat dari belum kebijakan kearah pemerataan akan diawali dengan
memadainya sumber daya manusia (SDM) usaha penambahan daya tampung sekolah dasar
daerah, sarana dan prasarana yang kurang di daerah terpencil hingga kesegenap pelosok
memadai, manajemen pendidikan yang belum negara, kemudian meningkatkan standar mutu
optimal, disamping juga sekian banyak sekolah dasar di daerah pedesaan hingga setaraf
permasalahan yang masih dihadapi dunia dengan sekolah yang terbaik di kota, dan ini perlu
pendidikan di era ini (Hasbullah, 2006). Hal senada ditunjang dengan bantuan finansial yang cukup,
juga diungkapkan Fiske (1996) dan Manulang yang dapat menjamin bahwa kemiskinan bukan
(2012) yang menjelaskan bahwa berdasarkan merupakan hambatan untuk sekolah. Coleman
pengalaman berbagai negara berkembang yang (1996) lebih menekankan mengenai pentingnya
menerapkan otonomi di bidang pendidikan, otonomi pemerataan keefektifan unsur-unsur yang
pendidikan berpotensi memunculkan masalah- diperlukan untuk belajar di sekolah. Unsur yang
masalah yang antara lain adalah perbenturan dianggap utama adalah karakteristik siswa, fasilitas,
kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, kurikulum, dan guru. Sementara Lynch (2000)
menurunnya mutu pendidikan, inefisiensi dalam menjelaskan bahwa kesetaraan dalam pendidikan
pengelolaan pendidikan, dan ketimpangan dalam secara umum dipandang sebagai masalah
pemerataan pendidikan, kondisi dan kesiapan dari membagi pendidikan yang terkait dengan sumber
setiap daerah yang tidak memiliki kekuatan yang daya yang lebih sama atau adil (Lynch, 2000). Akan
sama dalam penyelenggaraan pendidikan tetapi dalam sebuah sistem pendidikan, konsep
disebabkan perbedaan kondisi geografis dan pemerataan/kesetaraan sangat terintegrasi ke
kendala dari masing-masing daerah, kualitas dalam konteks masyarakat di sekelilingnya jadi
sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta tidak bisa mengharapkan kesetaraan dalam
dana yang dimiliki. pendidikan tanpa adanya kemajuan kesetaraan
Desentralisasi bidang pendidikan memang dalam sistem ekonomi, budaya, politik dan afektif
diharapkan setidaknya membawa 4 dampak positif di sekitarnya. Tapi dengan cara yang sama,
terutama berkaitan dengan: 1) peningkatan mutu, perubahan pendidikan merupakan bagian penting
2) efisiensi keuangan, 3) efisiensi administrasi, dan dari transformasi tersebut (Lynch and Baker, 2005)
4) perluasan dan pemerataan pada daerah pelosok Dalam era otonomi daerah dewasa ini,
sehingga terjadi perluasan dan pemerataan berbagai permasalahan pendidikan khususnya
pendidikan secara nasional; Akan tetapi kondisi riil pada jenjang pendidikan dasar juga dirasakan oleh
dilapangan memang tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu kabupaten pemekaran yang ada di
pelaksanaan kebijakan otonomi pendidikan belum provinsi Kalimantan Tengah yaitu kabupaten
berjalan seperti yang diharapkan. Penafsiran yang Gunung Mas. Kabupaten Gunung Mas adalah
sempit akan makna otonomi telah melahirkan jalan salah satu kabupaten di wilayah provinsi
panjang dan berliku untuk mewujudkan Kalimantan Tengah yang merupakan hasil
desentralisasi pendidikan yang hakiki. Rentang pemekaran dari kabupaten Kapuas provinsi
kendali birokrasi bukannya makin sederhana, tetapi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang
malah tambah rumit. Pembayaran gaji dan honor Nomor 5 tahun 2002. Kabupaten ini berpenduduk
kelebihan jam mengajar sering terlambat dari sejumlah 96.838 jiwa dengan luas wilayah sebesar
jadwal karena anggarannya tersangkut pada meja- 10.804 km² (Sensus 2010). Perbandingan luasnya
meja birokrasi di daerah. Hal-hal tersebutlah yang wilayah dengan jumlah penduduk yang masih dapat
kerap menjadi masalah bagi sebagian besar guru dikatakan relatif sedikit dengan penyebaran
terutama yang ditugaskan di daerah terpencil penduduk yang belum merata pada kantong-
(Kartasasmita, 2008). Konsep pemerataan dalam kantong pemukiman penduduk yang terpisah satu
pendidikan sendiri tidak bersifat tetap. Belum ada dengan lainnya karena berbagai faktor yang antara
satu konsep pun yang dapat dipakai sebagai dasar lain beratnya kondisi geografis karena terbatasnya
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 515

infrastruktur jalan, tentu saja membuat pelaksanaan diajarkan, bidang studi dimaksud antara lain:
pembangunan termasuk pembangunan dalam agama, kesenian, olah raga, dan ketrampilan; (2)
bidang pendidikan masih jauh dari yang diharapkan. jadwal pelajaran yang disiapkan jarang ditaati
Dalam Laporan Tahunan Dinas Pendidikan karena berbagai sebab dan alasan; (3) ada
Kabupaten Gunung Mas tahun 2010 teridentifikasi sementara anak yang tidak belajar, sebab tidak ada
beberapa permasalahan pendidikan yang ada pada ruangan untuk belajar, sedangkan guru mengajar
kabupaten baru ini, dan yang paling menonjol adalah di kelas lain pada ruang yang tersedia; (4) terjadi
berkaitan dengan belum mer atanya akses pergiliran jam belajar sesuai dengan waktu yang
pendidikan dan juga kualitas tenaga pendidik, tersedia bagi guru yang bersangkutan; (5) guru pada
terutama untuk daerah-daerah terpencil. Belum umumnya mengabung kelas atau merangkap kelas;
meratanya akses pendidikan dan upaya (6) kegiatan kelas terutama didominasi oleh guru
peningkatan mutu tenaga pendidik ini memunculkan yang mengajar secar a klasikal dan umum
beberapa permasalahan-permasalahan yang cenderung bersifat verbalistik; (7) jika disebabkan
berhubungan dengan rendahnya profesionalisme sesuatu hal guru harus meninggalkan kampung,
dari tenaga pendidik (guru), selain juga untuk sesuatu urusan keluarga atau dinas misalnya
keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang penataran guru SD, maka sekolah ditutup/
belum memadai, serta yang paling mendasar diliburkan; (8) praktek merangkap kelas itu dapat
adalah belum efektifnya kegiatan-kegiatan yang dikelompokkan menjadi perangkap kelas berturutan
mengarah pada pengembangan profesionalisme dan perangkapan kelas tidak berturutan, sedangkan
guru yang bertugas di daerah pedalaman (Laporan penggabungan kelas biasa terjadi pada kelas yang
Tahunan Disdik Kabupaten Gunung Mas, 2010) berturutan; (9) peralatan belajar mengajar
Beeby (1981) mengemukakan bahwa salah umumnya kurang sekali, atau hampir tidak ada dan
satu faktor pengembangan profesionalisme guru bahkan ada SD yang belum memiliki buku kurikulum
di daerah terpencil kurang efektif adalah kurang sekolah dasar yang terbaru dan tidak memiliki
lancarnya komunikasi dan transportasi akibat secara lengkap buku paket sekolah dasar; (10)
kondisi geografis. Karakteristik daerah terpencil kemampuan guru untuk melakukan inovasi teknik
tampil dengan ciri geografis, sosio kultural dan mengajar merangkap kelas belum berkembang
pendidikan yang khas, sehingga membutuhkan dengan baik; (11) penggunaan dan pemanfaatan
pendekatan tersendiri dalam penanganan benda-benda dan lingkungan untuk kegiatan belajar
pendidikan (Siram, 1992). Lebih lanjut Glass dalam mengajar belum dikembangkan; dan (12) anak-
Heslop (1996) menjelaskan bahwa dampak tinggal anak pada umumnya mempunyai motivasi dan
di setting budaya daerah terpencil seharusnya tidak hasrat belajar yang baik serta menyenangi sekolah,
dianggap remeh karena para guru yang bertugas sebab sekolah dianggap sebagai suatu lembaga
pada daerah terpencil sama halnya dengan dimana mereka dapat berkumpul, bermain dan
berpindah tugas atau mengabdi ke bagian dunia belajar bersama.
yang lain. Oleh karena itu perlu adanya dukungan Karakteristik sekolah pada daerah terpencil
dari masyarakat dan budaya setempat dalam tersebut diatas hampir sama dengan kesimpulan
mengawal profesi guru di daerahnya. Daerah House of Representatives Select Committee on
terpencil mencakup pengertian keterpencilan Aboriginal Education yang dikutip Heslop (1996)
secara fisik dan kultural (Supriadi, 1990). Khusus mengenai ciri-ciri umum guru yang bekerja pada
untuk daerah terpencil secara fisik menunjukkan sekolah yang berada di daerah terpencil pada
pada daerah yang lokasinya jauh, sulit dijangkau wilayah Aborigin Australia, yaitu: (1) rata-rata
karena sarana transportasi dan komunikasi yang merupakan penugasan mengajar mereka yang
kurang, serta kondisi alam geografis tidak pertama, atau memperoleh promosi pertama
menguntungkan. Daerah ini meliputi: (a) daerah sebagai kepala sekolah, (2) masih muda dan bukan
terpencil daratan pedalaman, (b) daerah terpencil berasal dari penduduk setempat, (3) tidak
pantai dan aliran sungai, (c) daerah terpencil berpengalaman dalam bekerja dengan penduduk
perairan, kepulauan, dan pembatasan internasional. setempat dan memiliki sedikit pengalaman
Berkaca dari fenomena pendidikan yang terjadi di pelatihan dalam jabatan dalam menduduki profesi
daerah terpencil tersebut diatas, Depdikbud mereka yang baru, (4) ingin pindah sesegera
Kalteng (1991) menyimpulkan karakteristik mungkin (biasanya setelah dua tahun), dan (5)
sekolah dan guru yang berada di daerah terpencil, senang bekerja keras tetapi memiliki pandangan
yaitu: (1) tidak semua mata pelajaran/ bidang studi gamang atau tidak tepat terhadap siswa dan
516 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

kompleksitas profesi pekerjaan mereka. Dalam di daerah terpencil adalah bahwa beberapa guru
menyikapi kondisi pendidikan yang belum merata tidak mampu mengatasi masalah profesional
terutama pada daerah-daerah terpencil, sosok mereka sekembalinya mereka bertugas di sekolah
seorang guru profesional menjadi suatu hal yang dan merasa frustasi yang pada akhirnya mereka
sangat mutlak diperlukan. Oleh karena itu, akan meninggalkan tempat tersebut dengan
pengembangan profesionalisme guru merupakan membawa per asaan bahwa keterampilan
suatu keniscayaan dalam meningkatkan mutu mengajar mereka rendah disertai sikap negatif
pembelajaran di sekolah dasar pada daerah terhadap siswa daerah terpencil, khususnya terkait
terpencil. Kecakapan guru SD dalam mengelola dengan kemampuan siswa dalam belajar. Oleh
pembelajaran mempengaruhi minat, semangat karena itu, Villegas-Reimer s (2003:141)
serta daya serap siswa. Semakin guru tersebut menyarankan bahwa pengembangan profesional
mampu memberikan pelayanan prima dalam guru harus dianggap sebagai proses jangka
pembelajaran, siswa pun semakin antusias dalam panjang, yang dimulai dengan persiapan awal dan
menyerap pelajaran sehingga hasil output yang hanya berakhir ketika guru pensiun dari profesinya.
dihasilkan pun akan lebih optimal (Arifin, 2010:203). Pendekatan baru untuk pendidikan dan
Stokes, et al., (2000:56) dalam penelitiannya pengembangan guru memerlukan transformasi
mengenai pendidikan di sekolah terpencil proses dan kebijakan yang mendukung para guru,
menjelaskan bahwa kendala-kendala yang dihadapi pendidikan mereka, pekerjaan mereka dan
para guru yang bertugas di daerah terpencil, antara pertumbuhan mereka dalam profesi, selain itu pula
lain bahwa pada umumnya kegiatan bahwa pengembangan profesi guru selain harus
pengembangan profesional guru hanya secara sistematis direncanakan, juga harus
dilaksanakan dan dipusatkan di ibukota saja. Para didukung dan didanai serta diteliti untuk menjamin
guru di daerah terpencil harus menempuh perjalan efektivitas proses tersebut.
yang jauh untuk dapat mengikuti program Secara umum, Padlil & Prasetyo (2011)
pengembangan profesional tersebut disamping menyarankan bahwa pembinaan dan
biaya yang harus mereka keluarkan juga tidak pengembangan profesinalisme guru SD/MI dapat
sedikit karena keterbatasan anggaran yang tidak dilakukan melalui kegiatan: 1) peningkatan
selalu disediakan oleh pusat. Beberapa guru kualifikasi akademik melalui jenjang pendidikan
merasa kesulitan ketika harus melakukan studi formal, 2) peningkatan kompetensi melalui
lanjut karena keterpencilan mereka, sedangkan pendidikan dan pelatihan, 3) peningkatan
yang lainnya merasa kehilangan kontak dari kompetensi melalui kegiatan-kegiatan yang
pembaharuan pendidikan/pengajaran disebabkan dirancangan oleh organisasi profesi, dan 4) usaha
minimnya jaringan kerja dari sesama guru mata belajar mandiri atau berusaha de-ngan inisiatif
pelajaran yang sama pada sekolah lain. Berbagai sendiri mencari dan menggali informasi untuk
kendala tersebut merupakan tantangan dan mengembangkan profesionalismenya. Gaffar
keunikan dari pengembangan profesionalisme para (1987) juga menjelaskan bahwa pengembangan
guru yang bertugas di daerah terpencil yang harus profesionalisme guru dapat dilakukan melalui
dicari pemecahannya. berbagai upaya, antara lain: 1) pemberian
Berdasarkan studi pendahuluan pada dinas kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan
pendidikan kabupaten Gunung Mas diketahui dalam jabatan, 2) menyediakan program
bahwa upaya pengembangan profesionalisme guru pembinaan yang teratur, 3) menyiapkan forum
SD pada daerah terpencil selama ini dilakukan baik akademik, disamping kegiatan supervisi. Akan
melalui kegiatan supervisi oleh pengawas sekolah, tetapi kesemua upaya tersebut di atas tidak akan
KKG/MGMP maupun Uji kompetensi guru. Akan berdampak signifikan terhadap pembinaan
tetapi upaya-upaya tersebut belum efektif profesionalisme guru jikalau tidak didukung atau
terlaksana karena keterkendalaan geografis, kurangnya struktur dukungan (daya dukung) dari
sarana dan prasarana dan lain-lain, disamping pula stakeholders yang terkoordinasi dengan baik
para guru masih memakai kebiasaan lama (klasikal) (Heslop, 1996). Peran personalia pendukung
dalam mengajar sekembalinya mereka mengikuti eksternal memiliki pengaruh signifikan terhadap
kegiatan pengembangan profesionalisme guru di keberterimaan ide baru dan penggunaan informasi
kota. Harris (1990:16) menjelaskan bahwa salah (Ingvarson, 1990:169). Oleh karena itu pentingnya
satu kelemahan dari model pengembangan untuk melibatkan agen-agen eksternal dan segenap
profesional guru yang telah berkembang umumnya stakeholders pada berbagai tahap dan kegiatan
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 517

pengembangan profesionalisme guru. Kontribusi itu dinas pendidikan kabupaten dan UPTD,
guru-guru yang bekerja bersama memecahkan pengawas sekolah dan kepala sekolah dengan
masalah dan mengatasi masalah spesifik sekolah berbagai keterbatasan dan kendala yang dihadapi
dan profesi mereka dapat dilakukan melalui agen pada daerah terpencil baru dapat dilaksanakan
eksternal yang bertindak sebagai penasihat atau melalui kegiatan KKG/MGMP, uji kompetensi, dan
fasilitator. Lembaga eksternal dapat dan harus supervisi melalui pendekatan kekeluargaan dengan
mendukung program pengembangan profesi guru, berkunjung ke rumah para guru (home visitation)
baik secara finansial dan dengan menawarkan serta menanamkan motivasi kepada para guru untuk
kegiatan tertentu dan program-program yang disiplin waktu dalam mengajar dan pentingnya untuk
memenuhi kebutuhan guru (Villegas-Reimers, rajin membaca buku-buku pendidikan. Sedangkan
2003). ragam kegiatan pengembangan profesionalisme
Penelitian ini bertujuan untuk guru lainnya seperti seminar, pelatihan, lokakarya
mendeskripsikan pengembangan profesionalisme dan lainnya praktis sementara ini belum dapat
guru SD pada daerah terpencil yang dilihat dari terwujud dikarenakan keterkendalaan geografis dan
aspek: (1) upaya pengembangan profesionalisme lain-lain. Kesenjangan akses pendidikan antar desa
guru SD pada daerah terpencil, yang dilakukan dan kota atau daerah terpencil dengan daerah
oleh: (a) pimpinan/atasan, dan (b) guru secara perkotaan merupakan salah satu penyebab tidak
mandiri; (2) sumber daya dalam pengem-bangan meratanya mutu pendidikan. Guru yang tinggal
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil, didaerah perkotaan mendapat akses yang lebih baik
yang meliputi: (a) sumber daya manusia, dan (b) terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
sumber daya anggaran/pendanaan; (3) kendala peningkatan mutu seperti informasi dan fasilitas
yang dihadapi dalam pengembangan pendidikan maupun ragam kegiatan pengembangan
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil; profesionalisme guru, sedangkan guru di pedalaman
(4) peranan stakeholders dalam pengembangan atau bahkan di daerah terpencil tidak seberuntung
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil. itu, sehingga ragam kegiatan pengembangan
profesionalisme belum bervariasi. Suryana (2008)
METODE menjelaskan bahwa strategi pengembangan tenaga
pendidik dalam era otonomi daerah dewasa ini harus
Penelitian ini menggunakan pendekatan sesuai dengan kebijakan peningkatan mutu dan
kualitatif dengan rancangan studi multisitus pada peningkatan profesionalisme guru, harus bertumpu
3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri yang berada pada pada misi peningkatan mutu pendidikan. Dari misi
daerah terpencil di kabupaten Gunung Mas provinsi tersebut antara lain dijabarkan pada program-
Kalimantan Tengah. Metode pengumpulan data program yang antara lain salah satunya adalah
dilakukan dengan: (1) wawancara mendalam bahwa pembinaan dan pengembangan
(indepth interview), (2) observasi partisipan profesionalisme guru dapat dilaksanakan melalui
(participant observation), dan (3) studi wadah seperti KKG, KKKS, KKPS, MGMP, dan
dokumentasi (study of document). Informan MGP pada semua jenjang dan jenis pendidikan.
dalam penelitian ini meliputi pejabat di lingkungan Dalam era otonomi daerah, pembinaan dan
Disdik kabupaten Gunung Mas, Kepsek dari ketiga pengembangan lembaga pendidikan termasuk
SD, para guru dari ketiga SD, dan tokoh masyarakat didalamnya pengembangan profesionalisme tenaga
setempat. Analisis data dilakukan dengan pendidik dan kependidikan dilaksanakan oleh dinas
rancangan metode induksi analitik yang dimodifikasi pendidikan daerah. Pembinaan yang dilakukan oleh
(modified analytic induction). Pengecekan pihak terkait merupakan pembinaan profesional yang
keabsahan data yang diperoleh dilakukan dengan bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan
menggunakan derajat kepercayaan (credibility) profesionalisme guru. Akan tetapi lagi-lagi peran
melalui triangulasi baik sumber maupun metode. KKG/MGMP sebagai wadah dalam pengembangan
profesionalisme guru tersebut dalam
Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru SD pada pelaksanaannya sementara ini belum efektif. Para
Daerah Terpencil guru-guru SD yang bertugas di lokasi penelitian
hampir bisa dikatakan kurang memahami makna
Berdasarkan hasil temuan penelitian diketahui esensial dari kegiatan semacam KKG/MGMP. Hal
bahwa upaya pengembangan profesionalisme guru tersebut dikarenakan selain kegiatan tersebut akhir-
SD yang dilaksanakan oleh pimpinan/atasan baik akhir ini jarang dilaksanakan juga selama ini hanya
518 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

berfungsi sebagai ajang kumpul para guru-guru Pada tahun 2012 telah dilaksanakan 2 kali dalam
untuk sharing pengalaman atau bagi-bagi honor setahun yaitu pada bulan sekali agustus dan pada
bagi para guru yang datang saja tanpa memiliki suatu bulan oktober. Khusus bagi guru yang belum
kebermanfaatan karena belum adanya suatu upaya tersertifikasi pihak dinas pendidikan Gunung Mas
kongkrit yang terprogram dalam wadah kegiatan telah melaksanakan uji kompetensi diakhir tahun
tersebut. Hal itulah yang membuat para guru enggan 2012. Uji kompetensi dilaksanakan untuk
untuk hadir pada kesempatan berikutnya selain juga meningkatkan kualitas guru dimana dengan uji
mereka berpikir bahwa biaya yang harus kompetensi tersebut akan ditahui kemampuan
dikeluarkan tidak sedikit untuk bisa sampai ke lokasi guru-guru SD yang ada diwilayah kabupaten
yang hanya bisa dilalui melalui transportasi sungai Gunung Mas. Mulyasa (2011) menyebutkan bahwa
karena belum terbukanya akses darat. pentingnya uji kompetensi dilaksanakan baik dari
Perihal belum efektifnya peran KKG/MGMP segi teoritis maupun secara praktis memiliki
sebagai wadah mengembangkan profesionalisme manfaat yang sangat penting, terutama dalam
guru dijelaskan Suyanto & Djihad (2012:278) rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui
bahwa peran dan fungsi KKG/MGMP sementara peningkatkan profesionalisme guru. Manfaat uji
ini masih belum efektif sebagaimana yang kompetensi yaitu: a) sebagai alat untuk
diharapkan. Kurang efektifnya KKG/MGMP mengembangkan standar kemampuan profesional
disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain guru, b) merupakan alat seleksi penerimaan guru,
kurangnya dukungan dari para stakeholders, faktor c) untuk pengelompokkan guru, d) sebagai bahan
internal para guru, seperti rendahnya motivasi, acuan dalam pengembangan kurikulum, e)
kurangnya pemahaman terhadap esensi KKG/ merupakan alat pembinaan guru, dan f) mendorong
MGMP sebagai forum yang sangat bermanfaat kegiatan dan hasil belajar.
bagi guru. Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor lain Berdasarkan temuan penelitian tersebut diatas
penyebab tidak efektifnya kegiatan KKG/MGMP diketahui bahwa kegiatan pengembangan melalui
disebabkan oleh karena kurangnya perencanaan keberadaan KKG/MGMP pada daerah terpencil
program kegiatan yang mengacu pada kebutuhan belum efektif terlaksana sehingga upaya yang saat
guru. Berkaca pada kutipan tersebut diatas, maka ini dapat dikatakan berjalan adalah melalui kegiatan
pemerintah daerah dan dinas pendidikan daerah supervisi dari pengawas sekolah. Bentuk kegiatan
sebagai unsur organisatoris utama dalam supervisi yang dilaksanakan pengawas selain
menggerakan guru baik secara langsung maupun dilaksanakan di sekolah (formal) juga dilaksanakan
melalui satuan pendidikan didaerah seharusnya secara informal yaitu pengawas melakukan
memfasilitasi kegiatan pengembangan supervisi kepada para guru diluar jam kerja melalui
profesionalisme guru termaasuk kegiatan KKG/ pendekatan kekeluargaan dengan mengunjungi
MGMP baik dari sisi administrasi, akomodasi, rumah para guru dan kepala sekolah (home
maupun finansial. Keberadaan guru sebagai visitation). Upaya supervisi tersebut dirasakan
pegawai pemerintah daerah mengandung makna cukup efektif terlaksana dan unik yaitu dengan cara
bahwa kemajuan guru di suatu daerah sangat memberikan motivasi dan semangat para guru
tergantung dari sejauh mana upaya pemerintah untuk berupaya mengembangkan dirinya dengan
daer ah berupaya meningkatkan dinamika, berbagai kendala dan keterbatasan yang dihadapi
kreatifitas dan kerja guru, serta sejauhmana pada daerah terpencil. Selain itu upaya pendekatan
pemerintah daerah berupaya meningkatkan supervisi kekeluargaan dengan cara mengunjungi
kesejahteraan guru sejajar dengan peningkatan rumah para guru (home visitation) juga
profesionalismenya. membahas masalah personal dari para guru yang
Temuan penelitian lainnya pada kontek upaya ada hubungannya dengan profesi mereka di
pengembangan profesionalisme guru SD pada sekolah. Arifin (2010:19) menyatakan bahwa ada
daerah terpencil yang dilakukan oleh dinas beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam
pendidikan adalah melalui uji kompetensi. Uji pengembangan kualitas SDM guru (pendidik) dan
kompetensi bagi seluruh guru yang bertugas di tenaga kependidikan di setiap satuan pendidikan
kabupaten Gunung Mas dilaksanakan di ibukota di era otonomi daerah, antara lain: pendekatan
kabupaten yaitu Kuala Kurun. Uji kompetensi kepemimpinan mandiri, pendekatan spiritual,
dilaksanakan dan ditujukan sementara ini bagi para pendekatan kemitraan, pendekatan kelompok,
guru yang notabene sudah sertifikasi, termasuk pendekatan keadilan, pendekatan kekeluargaan,
para guru SD yang bertugas pada daerah terpencil. pendekatan keserasian, dan pendekatan ilmiah.
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 519

Khusus untuk pendekatan kekeluargaan yaitu pentingnya membaca buku-buku pendidikan. Hal
pelaksanaan supervisi harus mampu menciptakan tersebut dilaksanakan oleh kepala sekolah menyadari
iklim kerja yang penuh gotong royong, empati bahwa upaya tersebutlah yang dapat dilakukan di
sosial, saling melindungi dalam kebaikan dan rasa daerah terpencil dengan minimnya kegiatan
memiliki terhadap keutuhan kelompok. pengembangan yang dilakukan oleh pihak dinas
Pelaksanaan kedelapan pendekatan tersebut harus pendidikan dan UPTD. Salah satu contoh nyata yang
integral (sistemik) karena antara pendekatan satu dilakukan oleh kepala sekolah adalah bahwa mereka
dengan yang lainnya saling berhubungan. Hutasoit berusaha untuk memenuhi koleksi buku bacaan
(2012) menjelaskan bahwa dalam praktik yang tentang pendidikan yang mereka beli sewaktu
diterapkan pada satu sekolah di Lubuk Pakam, mereka pergi ke ibukota provinsi di palangka Raya.
hubungan kolegialitas yang dibangun antara Hal lain yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas, kepala sekolah dan para guru akan guru-guru adalah saat para guru pergi untuk
efektif membuat suasana belajar dan suasana mengakses internet di kota kecamatan atau
bekerja yang kondusif. Dengan pendekatan kabupaten yaitu mereka diharapkan dapat
kekeluargaan berbagai kebijakan sekolah dapat membawa pulang buku-buku download atau materi
terkomunikasikan dengan baik. Seluruh warga apapun yang akan dapat dimanfaatkan oleh para
sekolah konsisten untuk menerapkannya. Lebih guru dan siswa nantinya di sekolah. Membaca
lanjut Rifai (1982:66-69) menjelaskan bahwa merupakan salah satu aktivitas belajar yang efektif
supervisi merupakan suatu usaha pembinaan untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dengan
kemampuan guru agar dapat berkembang dalam membaca guru dapat memperoleh pengetahuan
jabatannya, cenderung demokratis. Oleh karena dengan cepat dan mudah karena tinggal memilih
itu, apabila dimulainya proses supervisi dengan buku yang akan dibaca, membukanya dan mulai
melalui persetujuan dan kerjasama yang akan membaca kata-perkata. Oleh karena itulah
disupervisi sebelumnya, tanpa diawali dengan membaca semestinya menjadi aktivitas pokok para
kegiatan pemeriksaan terlebih dahulu, maka proses guru. Semiawan (2008: 27) mengungkapkan bahwa
supervisi ini tidak didasarkan atas inspeksi. Sesuai membaca dapat memperkaya pengalaman,
dengan prinsip supervisi yang lebih banyak mengembangkan daya nalar, mengembangkan
memerlukan partisipasi dan kerjasama dengan para kreativitas, memahami diri sendiri dan orang lain,
guru, maka supervisor dan guru bersama-sama serta dapat mengembangkan kepribadian. Guru
mencari dan menemukan permasalahan, dan harus didorong untuk gemar membaca agar mereka
bersama-sama pula mencarikan cara yang efektif senantiasa memperbaharui wawasan dan
untuk mengatasinya melalui musyawarah mufakat pengetahuannya. Dengan membaca akan mampu
untuk menemukan kesamaan. Pendekatan mengembangkan daya kritis dan kreatif para guru.
supervisor semacam ini tidaklah cukup untuk Daya kritis dan kreatifitas merupakan aspek yang
menilai seorang guru dengan segala masalahnya, penting untuk melahirkan pembelajaran yang
tetapi diperlukan komunikasi edukatif yang berkualitas baru dan bermakna. Disisi lain dengan
langsung berhubungan dengan para guru, misalnya tambahan pengetahuan baru, guru akan senantiasa
melalui pertemuan/percakapan pribadi, rapat guru memperbarui mutu dan kualitas pembelajaran.
atau kunjungan rumah dan sebagainya. Karena Pada aspek upaya pengembangan
dalam proses supervisi dengan pertemuan/ profesionalisme yang dilakukan guru secara
percakapan pribadi/kunjungan rumah (home mandiri atau inisiatif dari para guru itu sendiri,
visitation) antara supervisor dengan guru dapat berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa
terjadi interaksi edukatif dan saling pengaruh upaya tersebut dilaksanakan melalui studi
mempengaruhi, ada sifat keterbukaan dan peningkatan kualifikasi pendidikan kejenjang
kekeluargaan yang mereka miliki dan mewarnai sarjana (S1) dan juga melalui pemanfaatan media
pertemuan itu, sehingga lebih memudahkan internet sebagai upaya pengembangan diri dan
ditemukannya jalan keluar bagi pemecahan setiap tuntutan profesi. Sumberdaya manusia yang
masalah yang dialami guru. berkualitas (mentalitas pengetahuan dan
Temuan penelitian selanjutnya adalah upaya keterampilannya bagus) akan mampu mengelola
pengembangan profesionalisme guru SD yang sumberdaya internal-eksternal sekolah yang ada,
dilakukan oleh kepala sekolah adalah dengan cara meskipun sumberdaya tersebut terbatas. Demikian
memberikan motivasi untuk disiplin waktu dalam pula sebaliknya, sumberdaya manusia yang rendah
mengajar dan menanamkan pengertian tentang kualitasnya tidak akan mampu mengelola
520 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

sumberdaya internal-eksternal sekolah meskipun Dalam era informasi dan teknologi dewasa
sumberdaya tersebut melimpah. Tugas profesi guru ini peran dan tugas guru harus dapat mengikuti
yang begitu mulia menuntut para guru harus terus perkembangan dan kemajuan dalam dunia
menerus meningkatkan profesionalisme kerjanya. pendidikan, sehingga upaya konkrit untuk
Arifin (2011:11) menyebutkan bahwa salah satu menyesuaikan dengan perubahan jaman harus
upaya yang dapat dilakukan oleh guru agar dapat selalu diikuti dan dikejar oleh para guru. Untuk
melaksanakan tugas profesinya dengan profesional dapat melaksanakan tugas keprofesionalan, guru
adalah upaya peningkatan kualifikasi pendidikan berkewajiban untuk meningkatkan dan
(akademik) dan pengembangan kompetensi secara mengembangkan kualifikasi akademik dan
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
pengetahuan, teknologi dan seni. perkembangan Iptek dan seni (Arifin, 2011).
Upaya pengembangan profesionalisme guru Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa
SD yang saat ini sedang marak dilaksanakan para upaya pengembangan profesionalisme yang
guru SD yang bertugas di kabupaten Gunung Mas, dilakukan oleh para guru SD pada daerah terpencil
salah satunya adalah melalui studi peningkatan yang menjadi lokasi penelitian selain melalui studi
kualifikasi pendidikan kejenjang sarjana/S1. peningkatan kualifikasi pendidikan, adalah melalui
Program ini diikuti oleh para guru yang belum upaya inisiatif kesadaran individu guru untuk
memiliki kualifikasi S1 termasuk juga para guru mengembangkan profesionalismenya dengan cara
yang bertugas pada daerah terpencil di kecamatan menggali informasi terbaru seputar dunia
Miri Manasa maupun kecamatan Kahayan Hulu pendidikan, men-download buku-buku atau materi
Utara yang menjadi lokasi penelitian. Para guru pelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet.
sesuai dengan minatnya mengikuti program jenjang Walaupun akses internet belum menjangkau sampai
sarjana tersebut baik itu melalui program kewilayah mereka, inisiatif para guru baik secara
percepatan kerjasama dengan Universitas individu maupun kolektif bersama rekan sejawat
Palangka Raya ataupun melalui UPBJJ (UT) bahkan kepala sekolah adalah dengan bersama-
Palangka Raya. Pihak dinas pendidikan seperti sama pergi ke kota kecamatan ataupun ke ibukota
yang disampaikan oleh kepala bidang pendidikan kabupaten untuk mengakses internet
dasar Disdik kabupaten Gunung Mas, bahwa memanfaatkan jasa warung internet (warnet) yang
upaya peningkatan kualifikasi pendidikan guru SD ada dikota pada hari libur sekolah. Materi pelajaran
kejenjang sarjana tersebut diharapkan akan maupun informasi seputar dunia pendidikan dan
terpenuhi pada akhir 2013 nanti, sehingga pada pembaharuan dalam dunia pendidikan dapat
akhir 2013 nanti para guru SD rata-rata sudah mereka peroleh melalui pemanfaatan jasa
berkualifikasi sarjana/S1. Harapan tersebut komunikasi internet di kota. Upaya tersebut mereka
tentunya akan membawa perubahan khususnya laksanakan dalam mengembangkan profesi mereka
bagi para guru agar dapat bekerja lebih profesional karena mereka yakini tidak akan mungkin untuk
lagi dan tentunya akan berdampak terhadap terus berdiam diri dengan hanya mengharapkan
peningkatan mutu pendidikan di wilayah Gunung terobosan dari pemerintah dan keterbatasan serta
Mas pada umumnya. Pidarta (1992) menjelaskan kendala yang mereka hadapi dan rasakan selama
bahwa dengan belajar lebih lanjut guru-guru akan bertugas pada sekolah dasar di daerah terpencil.
memperoleh ilmu pengetahuan lebih dalam. Arifin (2011:12) menjelaskan bahwa dalam rangka
Mendapatkan keterampilan yang lebih baik, dan memaksimalkan pengembangan SDM pendidikan
mengembangkan sikapnya secara lebih positif pada era otonomi daerah dan pendidikan dewasa
terhadap materi atau bidang studi yang ini perlu adanya model perubahan yang salah
dipelajarinya. Dengan begitu para guru akan satunya adalah model pengelolaan informasi yaitu
memiliki kemampuan profesional yang memadai para pendidik dan tenaga kependidikan harus mau
dan diharapkan mereka dapat menghayati jabatan dan mampu untuk memanfaatkan kemajuan
guru yang menuntut harus belajar secara terus teknologi komunikasi sebagai media
menerus dari waktu kewaktu. Senada dengan pengembangan profesionalisme sumber daya
Pidarta, Oliva (1984) menyarankan bahwa untuk manusia ke depan untuk mencapai tujuan
meningkatkan kemampuan profesionalisme secara pendidikan nasional. Dalam Peraturan Menteri
memadai, salah satu alternatif kegiatan yang dapat Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007
dilakukan guru adalah mengikuti pendidikan (kuliah tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru
di lembaga pendidikan tinggi). disebutkan bahwa kompetensi profesional guru
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 521

pada aspek kelima adalah memanfaatkan teknologi kegiatan pengembang profesionalisme guru SD
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan tersebut menjadi semakin bergairah. Akan tetapi
diri. Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 16 pada implementasinya diketahui bahwa frekuensi
tahun 2007 tersebut mengisyaratkan bahwa dalam keaktifan para tenaga tersebut berada dilapangan
upaya mengembangkan diri melalui pemanfaatan dan jumlah tenaga pengembang/pemandu yang
teknologi informasi dan komunikasi adalah bahwa dirasakan masih kurang karena masih belum
guru harus dapat: 1) memanfaatkan teknologi sampai efektif menjangkau sampai pada daerah
informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi, terpencil sehingga menyebabkan belum efektifnya
dan 2) memanfaatkan tekonologi informasi dan keterlaksanaan kegiatan tersebut. Alasan utama
komunikasi untuk pengembangan diri sebagai guru adalah kondisi geografis yang begitu berat untuk
profesional. Selain itu perihal pemanfaatan dilalui dari dan menuju wilayah tersebut serta
teknologi informasi dan komunikasi dijelaskan terbatasnya akses komunikasi menjadi alasan
Suyanto & Djihad (20012:38) akan membangun utama par a SDM pemandu/pengembangan
hubungan kesejawatan yang baik dan luas yang kegiatan pengembangan profesionalisme guru baik
dapat dilakukan oleh guru dengan membina jejaring itu dari dinas pendidikan kabupaten dan provinsi
kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang maupun tenaga profesional dari LPMP dan
dilakukan oleh sejawatnya yang sukses, sehingga UNPAR menjadi enggan untuk bertahan lama di
guru bisa belajar untuk mencapai sukses yang lapangan dalam memandu pelaksanaan kegiatan
sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui pengembangan profesionalisme guru SD di daerah
jejaring kerja inilah guru memperoleh akses terpencil. Dilain pihak jikalau kegiatan
terhadap inovasi-inovasi dibidang profesinya. pengembangan profesionalisme gur u SD
Jaringan kerja guru bisa dibina melalui jaringan kerja dilaksanakan oleh tenaga pengembang yang
yang lebih luas dengan menggunakan tekonologi dimiliki oleh daerah terpencil sangat sulit
informasi dan komunikasi, misalnya melalui diwujudkan karena keterbatasan SDM baik dari
korespondensi dan mungkin melalui internet untuk segi kuantitas maupun kualitasnya. Hasbullah
skala yang lebih luas seperti facebook, twitter dll. (2006) menjelaskan bahwa sejak dilaksanakannya
Apabila korespondensi atau penggunaan internet otonomi daerah, pengelolaan sumber daya manusia
ini dapat dilakukan secara intensif akan dapat di daerah baik itu di provinsi, kabupaten dan kota
diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat memang cukup memprihatikan. Pimpinan didaerah
guru diseluruh dunia. yang kekuasaannya sangat besar kadang-kadang
menempatkan “orang-orangnya” kur ang
Sumber Daya dalam Pengembangan Profesionalisme proporsional dan terkesan jarang memerhatikan
Guru SD pada Daerah Terpencil aspek profesionalisme. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa bagaimanapun sumber daya manusia yang
Pada aspek sumber daya manusia (SDM) kurang “profesional” akan menghambat jalannya
tenaga pengembang/pemandu kegiatan pelaksanaan sistem pendidikan. Senada dengan
pengembangan profesionalisme guru SD pada penjelasan tersebut Suryadi & Tilaar (1994)
daerah terpencil berdasarkan hasil temuan menjelaskan bahwa dari analisis terhadap mutu
penelitian diketahui bahwa SDM tenaga pemandu/ pendidikan diketahui beberapa persoalan yang
pengembang kegiatan pengembangan salah satunya adalah bahwa kesenjangan mutu
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil pendidikan terjadi karena sumber-sumber
berasal dari para dosen Universitas Palangka pendidikan tidak/belum merata, kekuatan sumber
Raya, LPMP, maupun dari pihak dinas pendidikan daya manusia (tenaga kependidikan) yang
kabupaten Gunung Mas dan provinsi Kalimantan bervariasi, sistem pendidikan yang terlalu
Tengah. Par a SDM pengembang tersebut regulated, serta pelaksanaan pendidikan yang
bertugas untuk memberikan bantuan baik tenaga ditandai dengan rentang kontrol dan kendali yang
maupun pikiran dalam upaya mengembangkan belum efektif. Ketidakmerataan ini bukan
profesionalisme guru SD sesuai dengan kegiatan disebabkan oleh kebijakan pemerintah, tetapi lebih
yang dilaksanakan. Salah satu contoh kegiatan ditentukan oleh ker umitan wilayah dan
yang melibatkan para tenaga pengembang tersebut keanekaragaman masyarakat. Memang tidak
adalah KKG/MGMP dan supervisi pengawas. dapat dipungkiri bahwa alasan geografis yang
Kehadiran tenaga pengembang tersebut sukar dijangkau serta minimnya sarana dan
diharapkan akan membuat macam-macam prasarana serta komitmen dari berbagai pihak yang
522 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

terlibat yang membuat jalannya kegiatan maka pelaksanaan kebijakan dan penyelenggaraan
pengembangan profesionalisme guru tersebut suatu program akan sia-sia (Wahab 2004:88).
belum efektif berjalan seperti yang diharapkan.
Pada aspek sumber daya anggaran/ Kendala yang Dihadapi dalam Pengembangan
pendanaan dalam kegiatan pengembangan Profesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil
berdasarkan hasil temuan penelitian diketahui Pada aspek kendala yang pertama yaitu
bahwa anggaran yang tersedia dalam upaya berkaitan dengan kondisi geografis dari dan menuju
pengembangan profesionalisme guru SD di wilayah wilayah terpencil sukar untuk ditempuh serta
kabupaten Gunung Mas masih belum dialokasikan minimnya akses komunikasi. Tidak dapat dipungkiri
secara khusus terutama bagi para guru SD yang bahwa kenyataan kondisi geografis yang sukar
bertugas di daerah terpencil. Anggaran yang ditempuh baik dari dan menuju wilayah tersebut
tersedia sementara ini masih diperuntukkan untuk praktis membuat berbagai macam kegiatan
kegiatan pengembangan yang dilaksanakan di pengembangan belum dapat dilaksanakan dengan
ibukota kabupaten saja. Anggaran untuk kegiatan baik di wilayah tersebut. Berbagai macam kegiatan
pengembangan profesionalisme guru semacam “ideal” dalam upaya pengembangan guru seperti
pelatihan, seminar dan lain-lain memang seminar, pelatihan, lokakarya dan lain-lain sampai
diperuntukan untuk dilaksanakan di kota saja, saat ini masih merupakan impian yang belum dapat
sehingga jikalau penyelenggaraan kegiatan tersebut terealiasasi di wilayah tersebut. Alasan utama
dilaksanakan di kota maka akan agak susah bagi adalah bahwa untuk mencapai wilayah tersebut
para guru yang bertugas di daerah terpencil untuk akan memakan waktu yang lama dan biaya yang
bisa berpartisipasi dalam kegiatan tersebut tidak sedikit. Transportasi yang dilalui dari dan
terutama dikarenakan biaya yang tidak sedikit yang menuju ke wilayah ini hanya bisa dilalui dengan
harus dikeluarkan untuk datang kekota. kelotok (sampan bemotor) dengan menyusuri
Terbatasnya anggaran yang dimiliki dinas sungai yang beriam (deras berbatu) sehingga resiko
pendidikan kabupaten maupun UPTD kecamatan keselamatan menjadi hal yang perlu
menjadi sebuah kendala yang menyebabkan dipertimbangkan. Hal tersebut yang mendasari
ragam kegiatan pengembangan profesionalisme bahwa tenaga profesional yang bertujuan untuk
guru belum dapat dilaksanakan sampai ke daerah mengembangan profesionalisme para guru yang
terpencil. Ketidakberdayaan pihak pihak dinas bertugas disana menjadi “enggan” untuk
kabupaten maupun UPTD kecamatan dikarenakan melaksanakan tugasnya secara efektif dan
minimnya anggaran yang dimiliki untuk melakukan berkelanjutan. Dengan mendasarkan pada
suatu upaya terobosan dalam pengembangan kenyataan tersebut, mau tidak mau maka tenaga
profesionalisme bagi para guru yang bertugas di lokal dari wilayah tersebut yang selama ini menjadi
daerah terpencil seperti membuat ide/gagasan tulang punggung dalam upaya pengembangan
yang akan direncanakan belum dapat terealiasasi. profesionalisme guru melalui kegiatan supervisi
Castetter (1996) menjelaskan bahwa dukungan maupun KKG yang pada kenyataannya juga belum
sumber daya merupakan hal penting untuk menjaga dapat efektif terlaksana seperti yang diharapkan.
kelangsungan organisasi. Dukungan sumber daya Hal lain yang menjadi kendala adalah faktor
meliputi aspek sumber daya manusia, sumber daya terbatasnya akses komunikasi selular maupun
fisik (sarana dan prasarana), dan sumber daya telepon yang tentu saja membuat daerah terpencil
pendanaan atau pembiayaan. Hoghword dan Gunn semakin terisolasi dari kemajuan tekonologi dan
(1984:86) menyatakan bahwa perpaduan sumber kemajuan pendidikan. Upaya dinas pendidikan
daya untuk mendukung penyelenggaraan sebuah daerah untuk memberikan dan menyampaikan
program kegiatan harus disediakan secara informasi melalui media komunikasi tidak dapat
serentak. Lebih lanjut Brinkerhoff dan Crosby efektif, oleh karena itu satu-satunya upaya yang
(2002) juga mengungkapkan bahwa untuk dapat dilakukan adalah dengan menitipkan
penyelenggaraan suatu program perlu disediakan undangan kegiatan ataupun surat menyurat kepada
sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, penduduk atau guru yang kebetulan sedang berada
material, teknis dan dana. Agar keseluruhan suatu di kota dan tentu saja ini tidak bisa up to date.
program kegiatan dapat berjalan dengan baik maka Beeby (1981) mengemukakan bahwa salah satu
peru adanya dukungan pendanaan yang ideal, faktor pengembangan profesionalisme guru kurang
tanpa didukung oleh faktor pendanaan yang ideal efektif adalah kurang lancarnya komunikasi dan
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 523

transportasi akibat kondisi geografis; faktor lainnya dialokasikan untuk kegiatan pengembangan
adalah kur ang memadainya kemampuan profesionalisme guru pada daerah terpencil.
supervisor, sistem birokrasi terbaginya loyalitas Berdasrkan hasil temuan penelian diketahui bahwa
supervisi sebagai dampak dualisme pengelolaan (di belum ada suatu anggaran khusus yang
sekolah dasar), dan juga sikap guru serta dialokasikan dalam upaya mengembangkan
supervisor terhadap pembaharuan pendidikan. profesionalisme guru SD pada daerah terpencil.
Masalah lainnya yang dirasakan oleh para guru Anggaran/pendanaan yang diperuntukan dalam
yang bertugas di daerah terpencil adalah kesulitan kegaitan pengembangan profesionalisme guru SD
komunikasi yang mengakibatkan kontak guru termasuk guru SD yang bertugas di daerah terpencil
dengan “dunia luar” sangat terbatas. Guru memang pernah teralokasikan saat program
mengajar menurut apa yang mereka dapat lakukan. BERMUTU dilaksanakan di kabupaten Gunung
Penyelesaian target kurikulum tidak begitu mereka Mas. Akan tetapi setelah program tersebut tidak
persoalkan, karena yang penting adalah bagaimana lagi dilaksanakan sejak tahun 2010 hingga
mereka bisa melayani semua anak dalam sekarang, praktis juga pengalokasian anggaran
pengetahuan yang esensial.akibat lain dari khusus untuk para guru yang bertugas pada daerah
keterpencilan adalah pembaharuan pendidikan sulit terpencil juga belum dapat terwujud. Pengalokasian
mencapai mereka, misalnya seorang guru baru anggaran yang khusus diperuntukkan untuk sebuah
menerima petunjuk tentang adanya pembaharuan program kegiatan khususnya dalam mewujudkan
pada saat pembaharuan lain (yang lebih baru) keterlaksanaan program kegiatan pengembangan
diperkenalkan dilokasi tak terpencil. Dalam profesionalisme guru tentunya menjadi hal yang
informasi mereka ketinggalan sekian langkah dari mutlak adanya agar efektivitas program dapat
guru-guru yang bertugas di daerah tak terpencil. tercapai seperti yang diharapkan. Rohman
(Supriadi, 1990) (2010:271) menjelaskan bahwa Indonesia masih
Pada aspek kendala yang kedua yaitu bersifat stagnan bahkan terkesan mengalami
minimnya sarana dan prasarana yang mendukung kemunduran dalam mengalokasikan anggaran
terlaksananya kegiatan pengembangan nasionalnya untuk pendidikan. Dalam era otonomi
profesionalisme guru pada daerah terpencil. Tidak daerah pemerintah masih belum adil dalam
dapat dipungkiri minimnya sarana dan prasarana mendistribusikan dan mengalokasikan anggaran
yang tersedia di sekolah pada daerah terpencil pendidikan. Sehingga masih mengindikasikan
membuat para guru seakan tidak berdaya untuk bahwa dikalangan pengambil kebijakan (policy
mengembangkan kreativitasnya dalam mengajar. maker) masih ragu-ragu atau masih belum
Proses belajar mengajar dilaksanakan melalui memandang penting pendidikan dalam konteks
metode klasik dengan memanfaatkan buku teks pembangunan nasinal. Wahono (2001)
pelajaran yang selain jumlahnya terbatas juga belum menyebutkan bahwa pemerintah masih belum adil
didukung dengan media dan bahan ajar yang terkait dalam mendistribusikan anggaran pendidikan.
dengan pokok bahasan. Jikalau sarana dan Ketidakadilan distribusi pendanaan pendidikan
prasarana sekolah saja belum tersedia dengan tersebut meliputi antara sekolah negeri dengan
“ideal” akan sama hal nya pula dengan sarana dan swasta, antara sekolah perkotaan dengan
prasarana yang akan dipergunakan dalam kegiatan pedesaan/terpencil, dan antara sekolah umum
pengembangan profesionalisme guru semacam dengan keagamaan.
KKG dan supervisi, praktis kegiatan tersebut belum Pada aspek kendala yang keempat yaitu
dapat dilaksanakan dengan efektif karena terbatasnya kemampuan tenaga pengembang
keterkendalaan tersebut. Temuan Fuller (1987) kegiatan pengembangan profesionalisme guru SD
merekomendasikan untuk daerah terpencil dengan pada daerah terpencil baik dari segi kuantitas
segala keterbatasan sarana dan prasarana yang maupun frekuensi keaktifan dilapangan. Wilayah
dimiliki perlu adanya pemanfaatan komunikasi radio yang luas dengan kondisi geografis yang masih
dalam pembelajaran bagi guru maupun siswa. Dari dapat dikatakan terisolir karena akses dari dan
tiga studi yang di review oleh Fuller, diketahui bahwa menuju wilayah tersebut belum terbuka melalui
penggunaan pembelajaran melalui radio memberikan transportasi darat nampaknya merupakan alasan
efek positif terhadap dalam perluasan kesempatan utama yang menyebabkan para tenaga SDM
pembelajaran bagi daerah-daerah terpencil. pengembang belum dapat mencurahkan segenap
Pada aspek kendala yang ketiga yaitu kemampuannya untuk melaksanakan pembinaan
terbatasnya anggar an/pendanaan yang terhadap para guru yang bertugas di daerah
524 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

terpencil. Fakta tersebut juga diungkapkan Wahab hal ini dinas pendidikan kabupaten Gunung Mas
dalam Rohman (2010) bahwa keterbatasan staf terus melakukan push kepada para guru untuk
dan penyediaan dana dapat berakibat pada melanjutkan studi peningkatan kualifikasi yang
keseriusan dalam mengawal kegiatan pengem- ditargetkan pada akhir 2013 nanti seluruh guru SD
bangan profesionalisme guru. Keterbatasan ragam akan sudah berkualifikasi sarjana/S1. Pihak dinas
assessor yang mau dan mampu dalam pendidikan kabupaten dalam hal ini telah
melaksanakan kegiatan pengembangan melakukan upaya memberikan fasilitas perijinan
profesionalisme guru menyebabkan guru tidak bagi para guru sesuai dengan giliran dan kuotanya
dapat terlaksana dengan baik. Bagaimanapun untuk melanjutkan studi baik melalui program
sumber daya manusia (SDM) yang kurang percepatan kerjasama dengan universitas
profesional akan menghambat pelaksanaan sebuah Palangka Raya maupun UPBJJ Palangka Raya
sistem pendidikan. (Hasbullah, 2006) (UT). Tidak hanya sampai kepada perijinan saja,
Pada aspek kendala yang kelima berdasarkan pemerintah daerah melalui dinas pendidikan
hasil temuan penelitian adalah demotivasi kerja kabupaten maupun provinsi juga mengupayakan
para guru, dimana selain disebabkan oleh belum memberikan bantuan materiil/dana bantuan studi
efektifnya kegiatan pengembangan profesio- berdasarkan kuota pertahun bagi guru yang
nalisme juga disebabkan oleh sistem penggajian melanjutkan studi peningkatan kualifikasi
yang dirasakan belum efektif bagi para guru yang pendidikan tinggi tesebut. Persyaratan bantuan
bertugas di daerah terpencil. Sistem penggajian penyelesaian studi tersebut dilakukan dengan
yang pengambilannya berada di wilayah mengajukan proposal penelitian yang sudah
kecamatan Tewah (bagi guru yang bertugas di diseminarkan dihadapan penguji dengan beberapa
kecamatan Miri Manasa) disadari membuat para persyaratan lainnya, khusus untuk peningkatan
guru seringkali tidak berada di sekolah kualifikasi guru kejenjang S1 dalam penyelesaian
melaksanakan proses belajar mengajar. Ketika skripsi diketahui bahwa tersedia dana bantuan
mendekati hari gaji para guru sudah berangkat sebesarr Rp. 10 juta dan bagi S2 sebesar Rp. 20
menuju kecamatan tewah yang jaraknya lumayan juta. Akhdinirwanto & Sayogyani (2009)
jauh dan harus ditempuh dengan menggunakan menjelaskan bahwa jika gur u dikatakan
kelotok selama beberapa jam perjalanan. Selain profesional maka guru tersebut harus mampu
biaya transportasi yang harus dikeluarkan guru juga memberikan jasa pelayanan berdasarkan pada
tidak sedikit, praktis ketika para guru tersebut ilmu pengetahuan yang dipahami guru tersebut
mengambil gaji maka terhenti pula kegiatan belajar secara sistematik yang dipersiapkan dalam waktu
mengajar disekolah. Arifin (2011:30) menjelaskan yang relatif lama di perguruan tinggi (untuk ukuran
bahwa realitas empirik yang tersaji saat ini bahwa sekarang Strata 1/S1, bahkan sudah mulai dirintis
kondisi guru di Indonesia secara makro masih di beberapa daerah guru harus Strata 2/S2 yang
belum terberdayakan secara maksimal, dan bergerak dalam segala bidang. Kondisi pendidikan
diantara faktor kunci penyebabnya adalah kondisi kian hari kian tinggi itu mengisyaratkan bahwa
mentalitas, motivasi dan dorongan internal guru semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru
untuk terus belajar, berinovasi dalam pembelajaran diharapkan akan semakin tinggi pula derajat
dan terus mengikuti perkembangan iptek terkini keprofesionalannya.
masih rendah. Hal-hal tersebut tidak perlu terjadi Pada aspek peranan stakeholders yang
jikalau kebutuhan dasar semisal gaji dan tunjangan kedua yaitu menekankan kepada kepala sekolah
bagi para guru terpenuhi dengan baik (Hamalik, dan guru yang memiliki kemampuan lebih untuk
2002; Tilaar, 2009; Wahab, 2007). sharing kemampuan dengan sejawat. Perihal
tersebut dilakukan oleh dinas pendidikan pada setiap
Peranan Stakeholders dalam Pengembangan kali kesempatan bertemu dengan para kepala
Profesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil sekolah, pengawas maupun guru-guru baik dalam
forum kegiatan guru, kepala sekolah maupun
Pada aspek peranan stakeholders yang pengawas yang dilaksanakan di kabupaten atau
pertama yaitu memfasilitasi perijinan bagi guru SD bahkan secara personal kepada mereka. Suyanto
untuk melanjutkan studi peningkatan kualifikasi & Djihad (2012) menjelaskan bahwa upaya
kejenjang sarjana/S1. Dalam upaya mewujudkan peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya
guru SD berkualifikasi sarjana/S1 di wilayah terpulang dan ditentukan oleh para guru sendiri
kabupaten Gunung Mas, pemerintah daerah dalam yang dapat ditempuh melalui: (1) memahami
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 525

tuntutan standar profesi yang ada, (2) mencapai kegiatan pengembangan profesionalisme guru,
kualifikasi dan kompetensi yang diharapkan, (3) salah satunya yaitu kegiatan Karya Tulis Ilmiah
membangun hubungan kesejawatan yang baik dan (KTI).
luas termasuk lewat organisasi profesi, (4) Pada aspek peranan stakeholders yang
mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang keempat yaitu pendekatan budaya “pupu” dari
mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada tokoh masyarakat dalam menjaga dan mengawal
konstituen, dan (5) mengadopsi inovasi atau profesionalisme guru SD. Pendekatan budaya
mengembangkan kreativitas dalam pemantaan dilakukan oleh tokoh masyarakat dan masyarakat
teknologi dan informasi mutkahir agar senantiasa setempat dengan menerapkan budaya ‘pupu’.
tak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola Budaya ‘pupu’ ini dilaksanakan masyarakat bagi
pembelajaran. Khusus dalam hal membangun para guru baru yang bertujuan untuk
kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan memperkenalkan kepada para masyarakat akan
guru dengan membina jejaring kerja. Guru harus adanya guru baru. Secara tidak langsung dengan
berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh adanya penerapan budaya tersebut membuat para
sejawatnya yang suskses, sehingga guru dapat guru mau tidak mau akan merasa bahwa tanggung
belajar untuk mencapai sukses yang sama atau jawab yang akan mereka laksanakan sebagai
bahkan bisa lebih. Untuk itu perlu adanya dukungan pendidik para anak-anak dari masyarakat selalu
dari semua pihak baik itu dari dinas pendidikan, diawasi dan didukung oleh masyarakat, yang tentu
kepala sekolah maupun sejawat para guru sendiri saja hal ini akan membuat para guru terus berusaha
untuk menularkan dan sharing kemampuannya meningkatkan dan mengembangkan kinerja
kepada par a guru yang masih kurang profesionalnya dalam melaksanakan tugas dalam
kemampuannya. mencerdaskan para anak masyarakat yang
Pada aspek peranan stakeholders yang mereka didik disekolah. Harris dan Collay (1992)
ketiga yaitu mewajibkan pembuatan laporan bagi menyatakan bahwa filosofi penting bahwa sekolah
setiap guru setelah selesai mengikuti berbagai dan suatu wilayah harus beroperasi sebagai budaya
macam kegiatan pengembangan profesionalisme profesional dimana setiap anggota berkomitmen
yang diikuti oleh guru. Bentuk laporan disesuaikan pada kebaikan personal dan profesional masing-
dengan berbagai macam kegiatan yang pernah masing, dan tujuan mensosialisasikan para guru
diikuti guru. Selama ini berdasarkan hasil temuan yang bertugas disuatu daerah adalah bagian dari
penelitia bentuk laporan yang diwajibkan oleh dinas operasi budaya dan pelibatan staf selain kepala
pendidikan kabupaten Gunung Mas bagi para guru sekolah, adalah ciri utama dari aspek kolaboratif
adalah pembuatan laporan baik dalam bentuk dukungan budaya dalam pengembangan
penelitian tindakan kelas (PTK) ataupun laporan profesionalisme guru. Hadiyanto (2004:36) juga
pertanggung jawaban hasil dari kegiatan yang telah menjelaskan bahwa peranan yang dilakukan dalam
diikuti oleh para guru. Dasar kebijakan pembuatan perbaikan kualitas dan nasib guru dapat dilakukan
laporan ilmiah memang belum tertulis akan tetapi melalui jalur budaya, dan perjuangan harus lebih
selalu disampaikan oleh bagian pendidikan dasar banyak dilakukan oleh guru sendiri sebagai suatu
dinas pendidikan kabupaten Gunung Mas bahwa corp. Kebudayaan sebenarnya bukan hanya
para guru harus melatih keterampilan menulis berurusan dengan hasil-hasil peninggalan karya
maupun penelitian yang gunanya nanti agar para generasi terdahulu, seperti patung, keramik, gedung
guru terbiasa melakukan penelitian kecil yang atau situs bersejarah, akan tetapi juga nilai-nilai
berhubungan dengan tugas profesinya yang mana dan norma-norma atau kadang aturan yang tidak
nanti akan bermanfaat bagi guru itu sendiri dalam tertulis yang diyakini manfaatnya oleh masyarakat.
hal pengajuan kenaikan pangkat yang sekarang ini Termasuk dalam hal ini adalah sopan santun dan
mempersyaratkan karya tulis ilmiah guru. Arifin menghargai kepada guru.
(2010) menjelaskan bahwa dalam kegiatan Pada aspek peranan stakeholders yang
pengembangan profesionalisme guru dalam kelima yaitu pemenuhan kebutuhan perumahan/
konteks pengamalan ilmu pengetahuan, tekonologi tempat tinggal bagi guru SD di daerah terpencil.
dan keterampilan untuk peningkatan mutu bagi Delors, et al (1996) menjelaskan bahwa untuk
proses belajar mengajar dan profesionalisme meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya
tenaga kependidikan maupun dalam rangka adalah bergantung pada status sosial, termasuk
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi didalamnya kondisi ekonomi guru, tempat tinggal
pendidikan dan kebudayaan, paling tidak ada empat guru, pengetahuan dan keterampilan, karakteristik
526 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

personal, masa depan profesi dan motivasi guru. dianggap sebagai kewajiban, sehingga pada
Heslop (1996) juga menyar ankan bahwa akhirnya berimbas pada belum optimalnya
adakalanya kualitas perumahan guru pada daerah peningkatan profesionalisme guru. Kalau
terpencil menjadi suatu masalah. Masalah pendidikan sudah dijadikan sebagai kebutuhan,
akomodasi bisa mulai dari tempat tinggal terlalu maka apapun akan dilaksanakan, termasuk
sempit, seperti para guru tinggal di ‘dongers’ kesejahteraan guru agar bisa meningkatkan
(bangunan kecil yang bisa dipindahkan), sampai profesionalismenya
stress yang bisa muncul karena hidup secara Pada aspek peranan stakeholders yang
konstan yang sangat dekat dengan kolega/sejawat ketujuh yaitu pemenuhan dan pemerataan tenaga
lainnya. pengembang/pemandu kegiatan pengembangan
Pada aspek peranan stakeholders yang profesionalisme guru SD terutama di daerah
keenam yaitu pemberian tunjangan daerah terpencil. Suyanto & Djihad (2012:281) menjelaskan
terpencil maupun insentif bagi para guru yang bahwa dalam upaya pengembangan profesionalisme
bertugas di daerah terpencil. Surya (2001:17) guru perlu memanfaatkan segenap sumber daya
menjelaskan bahwa profesionalisme dan untuk keberlangsungan kegiatan tersebut. Kegiatan
profesionalitas guru erat kaitannya dengan pengembangan profesionalisme baik itu melalui
kesejahteraan. Lebih lanjut dikatakan bahwa KKG/MGMP, seminar, pelatihan dan lain-lain akan
problem bangsa ini adalah belum menganggap guru dapat berlangsung dengan baik apabila mendapat
itu merupakan unsur terpenting dalam pendidikan. dukungan baik internal maupun eksternal. Dukungan
Ironisnya lagi, bangsa ini pun belum menganggap internal yaitu dukungan dari para guru itu sendiri
pendidikan sebagai kebutuhan, namun baru perlu memiliki motivasi yang tinggi, kreatif, dinamis,

Feedback

Peranan Stakeholders
Kendala
 Perjinan studi
peningkata
 Kondisi geografis sukar kualifikasi
dijangkau dan aks  Sharing kemampuan dengan
komunikasi terbatas sejawat
 Sarana dan prasarana minim
 Pembuatan laporan ilmiah
 Anggaran minim
 Budaya pupu
 Tenaga pengembang belum
 Perumahan guru
efektif secara kuantitas dan  Tunjangan/insentif guru terpencil
keaktifan di lapangan  Pemerataan tenaga
 Demotivasi guru
pengembangan

Upaya Pengembangan

 Pimpinan/atasan Pertumbuhan
Pengembangan Disdik: KKG/MGMP dan UKG Profesionalisme
Profesionalisme Pengawas: Supervisi Home Visitation Guru SD
Guru SD pada Kepsek: Motivasi disiplin mengajar
pada Daerah
Daerah Terpencil rajin membaca buku pendidikan
 Guru secara mandiri
Terpencil
Peningkatan kualifikasi pendidikan dan
pemanfaatan teknologi internet di kota

Sumber Daya

SDM
Anggaran/Pendanaan
Tenaga pengembangan dari Disdik Belum teralokasikan
kabupaten, provinsi, LPMP Kalteng, secara khusus
dan dosen Unpar

Gambar 1 Diagram Alur Pengembangan Profesionalisme Guru SD Daerah Terpencil Daratan Pedalaman
Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 527

dan inovatif. Sedangkan dukungan eksternal adalah yang dapat dilaksanakan di daerah terpencil
dukungan sumber daya berupa sarana prasarana, menimbulkan inisiatif individu dari para guru itu
tenaga pengembangan/pemandu kegiatan, sendiri untuk mengembangkan profesionalisme-
narasumber dan juga dana. Lebih lanjut dikatakan nya. Upaya yang dilakukan oleh guru secara
bahwa dalam mendukung kegiatan pengembangan mandiri dalam mengembangkan profesionalis-
profesionalisme guru dapat dilakukan dengan menya dilaksanakan melalui studi peningkatan
mengoptimalkan peran dari functional power, kualifikasi pendidikan ke jenjang sarjana/S1 baik
adalah para ahli/pakar pendidikan pada tingkat pusat, melalui program percepatan kerjasama dengan
provinsi, kabupaten, baik sebagai akademisi maupun Universitas Palangka Raya maupun UPBJJ (UT)
sebagai praktisi dibidang pendidikan. Ingvarson Palangka Raya, dan juga dilakukan dengan
(1990:169) juga menjelaskan bahwa personalia pemanfaatan teknologi informasi melalui media
pendukung eksternal memiliki pengaruh signifikan internet untuk menggali informasi terbaru seputar
terhadap keberterimaan ide baru dan penggunaan dunia pendidikan dan pembaharuan dalam dunia
informasi. Maka dari itu penting melibatkan agen pendidikan serta materi pelajaran dan buku-buku
eksternal pada berbagai tahap dan kegiatan free-download.
pengembangan profesionalisme guru. Kontribusi
guru-guru yang bekerja bersama memecahkan Sumber Daya dalam Pengembangan Profesionalisme
masalah dan mengatasi masalah spesifik sekolah Guru SD pada Daerah Terpencil
dan profesi mereka dapat dilakukan melalui agen
eksternal yang bertindak sebagai fasilitator. Sumber daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) tenaga


KESIMPULAN DAN SARAN pengembang kegiatan pengembangan
Kesimpulan
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil
berasal dari para dosen Universitas Palangka
Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru SD pada Raya, LPMP Kalimantan Tengah, maupun dari
Daerah Terpencil pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Gunung Mas
Pimpinan/atasan
dan Provinsi Kalimantan Tengah. Akan tetapi pada
implementasinya diketahui bahwa minimnya
Upaya pengembangan profesionalisme guru frekuensi keaktifan para tenaga tersebut berada
SD pada daerah terpencil yang dilakukan oleh di lapangan dan jumlah tenaga pengembang yang
pimpinan/atasan dibedakan berdasarkan jenjangnya, dirasakan masih kurang karena masih belum
yaitu oleh dinas pendidikan kabupaten dan UPTD, menjangkau sampai pada daerah terpencil lainnya
pengawas sekolah dan kepala sekolah. Upaya menyebabkan belum efektifnya keterlaksanaan
pengembangan profesionalisme guru yang telah kegiatan tersebut. Dilain pihak jikalau sebaliknya
dilaksanakan oleh dinas pendidikan kabupaten dan kegiatan pengembangan tersebut dilaksanakan oleh
UPTD adalah melalui kegiatan KKG/MGMP dan tenaga pengembang lokal (selama ini guru senior)
uji kompetensi. Upaya pengembangan yang dimiliki oleh daerah terpencil, tidak akan
profesionalisme guru SD yang dilakukan oleh optimal dikarenakan keterbatasan dari segi
pengawas sekolah adalah supervisi melalui kuantitas dan juga kualitasnya pun dirasakan masih
pendekatan kekeluargaan dengan mengunjungi belum memadai.
rumah para guru (home visitation) untuk membantu
memecahkan permasalahan personal yang Sumber daya anggaran/pendanaan
berhubungan dengan profesi guru. Sedangkan upaya
pengembangan profesionalisme yang dilakukan oleh Sumber daya anggaran/pendanaan dalam
kepala sekolah adalah melalui pemberian motivasi kegiatan pengembangan professionalisme guru SD
untuk disiplin waktu dalam mengajar dan pada daerah terpencil diketahui bahwa anggaran /
menanamkan pengertian pentingnya para guru pendanaan belum teralokasikan secara khusus
untuk rajin membaca buku-buku pendidikan. terutama bagi para guru SD yang bertugas di daerah
terpencil. Selain itu pula dengan terbatasnya
Guru secara mandiri
anggaran yang dimiliki dinas pendidikan kabupaten
maupun UPTD menyebabkan ragam/variasi
Dengan realita keterbatasan ragam/variasi kegiatan pengembangan profesionalisme guru belum
kegiatan pengembangan profesionalisme guru SD dapat dilaksanakan sampai ke daerah terpencil.
528 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Kendala yang Dihadapi dalam Pengembangan kendala dan keterbatasan yang dihadapi agar dapat
Profesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil mengalokasikan anggaran khusus untuk keperluan
pemenuhan koleksi buku pelajaran/pendidikan demi
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan
terwujudnya “budaya baca” bagi seluruh personil
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil
sekolah dan siswa. Disamping itu pula kepala
yang menyebabkan upaya pengembangan
sekolah sebagai leader perlu untuk terus
profesionalisme guru SD belum dapat berjalan
menggalang kerjasama dengan segenap
seperti yang diharapkan, meliputi: (1) kondisi
stakeholders baik itu melalui pertemuan berkala
geografis dari dan menuju wilayah tersebut sukar
atas inisiatif sekolah dengan para stakeholders
ditempuh serta akses komunikasi yang terbatas,
seperti dinas pendidikan kabupaten/UPTD,
(2) minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki
pengawas sekolah maupun tokoh masyarakat
daerah terpencil untuk mewujudkan
sekitar sekolah untuk mencari solusi atas kendala
keterlaksanaan kegiatan pengembangan
dan permasalahan yang dihadapi dalam
profesionalisme guru SD, (3) terbatasnya anggaran
meningkatkan mutu pendidikan dasar di daerah
dan belum teralokasikan secara khusus sehingga
terpencil.
ragam kegiatan pengembangan profesionalisme
Bagi guru SD pada daerah terpencil, agar
guru SD belum bervariasi, (4) terbatasnya
dapat menyisihkan tunjangan dan insentif daerah
kemampuan tenaga pengembang/pemandu
terpencil yang diper olehnya dalam upaya
kegiatan pengembangan profesionalisme guru SD
mengembangkan profesionalisme secara mandiri
baik dari segi kuantitas maupun frekuensi keaktifan
melalui berbagai kegiatan pengembangan
dilapangan, dan (5) demotivasi guru untuk menjadi
profesionalisme guru SD seperti pelatihan, seminar,
lebih profesional dalam bekerja karena sistem
workshop, lokakarya dan lainnya. Disamping itu
penggajian yang belum efektif.
pula perlu untuk terus menjaga hubungan kolegial
yang harmonis dengan sejawat baik melalui
Peranan Stakeholders dalam Pengembangan sharing kemampuan dan pengalaman dalam
Profesionalisme Guru SD pada Daerah Terpencil menyikapi berbagai perubahan dan inovasi dalam
Peranan stakeholders dalam upaya dunia pendidikan sehingga dapat menemukan
pengembangan profesionalisme guru SD pada berbagai upaya alternatif yang berhubungan
daerah terpencil baik yang telah dilaksanakan dengan pengembangan profesionalisme guru SD
ataupun yang akan dilaksanakan untuk pada daerah terpencil.
kedepannya nanti, yaitu: (1) memfasilitasi perijinan Bagi Pengawas Sekolah, agar dapat lebih
bagi guru SD untuk melanjutkan studi peningkatan mengoptimalkan lagi bentuk supervisi melalui
kualifikasi kejenjang sarjana/S1, (2) menekankan pendekatan kekeluargaan melalui teknik kunjungan
kepada kepala sekolah dan guru yang memiliki ke rumah (home visitation) yang terkelola dengan
kemampuan lebih untuk sharing kemampuan baik sejak awal perencanaan sampai kepada
dengan sejawat, (3) mewajibkan pembuatan pengevaluasian, sehingga diharapkan bentuk
laporan bagi setiap guru setelah selesai mengikuti supervisi tersebut dapat lebih efektif lagi dalam
berbagai macam kegiatan pengembangan pelaksanaannya. Disamping itu perlu juga untuk
profesionalisme guru SD, (4) pendekatan budaya terus melakukan upaya koordinasi dengan para
“pupu” dari tokoh masyarakat dalam menjaga dan stakeholders dalam hal penyampaian ide dan
mengawal pr ofesionalisme guru SD, (5) gagasan yang dapat disampaikan pada forum
pemenuhan kebutuhan perumahan/tempat tinggal Musrenbang desa dalam upaya meningkatkan
bagi guru SD di daerah terpencil, (6) pemberian mutu pendidikan dasar di daerah terpencil.
tunjangan daerah terpencil maupun insentif, dan Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Gunung
(7) pemenuhan dan pemerataan tenaga Mas, agar dapat mengalokasikan anggaran khusus
pengembang/pemandu kegiatan pengembangan untuk mewujudkan keterlaksanaan variasi/ragam
profesionalisme guru SD terutama di daerah kegiatan pengembangan profesionalisme guru SD
terpencil. yang ideal seperti Diklat, workshop, seminar dan
lainnya yang dilaksanakan pada daerah terpencil
dengan dukungan segenap sumberdaya yang telah
Saran direncanakan dengan matang. Salah satu kunci
Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai agar keterlaksanaan kegiatan pengembangan
berikut. Bagi Kepala Sekolah, dengan berbagai proefsionalisme guru SD pada daerah terpencil
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 529

dapat terlaksana dengan baik adalah melalui dengan konteks pengembangan profesionalisme
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan/ guru SD sehingga diharapkan para guru memiliki
sekolah, pemenuhan tenaga pengembang yang komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dalam
efektif pada daerah terpencil yang didukung melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan mutu
dengan suatu standar monitoring dan evaluasi pendidikan dasar pada daerah terpencil. Disamping
(Monev) terhadap seluruh komponen dalam itu pula pentingnya keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan tersebut. Upaya alternatif lainnya yang menampung aspirasi sekolah dan
dapat dipertimbangkan adalah melakukan suatu menyampaikannya dalam suatu forum
kajian terhadap konsep pengembangan pemerintahan daerah misalnya Musrenbang
profesionalisme guru SD pada daerah terpencil sehingga pihak pengambil kebijakan di daerah
melalui siaran radio pendidikan yang didesain dapat melakukan suatu upaya terobosan dalam
sedemikian rupa bekerjasama dengan pihak Radio mengembangkan profesionalisme guru SD sebagai
Republik Indonesia (RRI) Kalteng dan para tenaga upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan
pengembang (dosen) yang berasal dari perguruan dasar pada daerah terpencil.
tinggi setempat khususnya Universitas Palangka Bagi Kementerian Pendidikan dan
Raya sebagai fasilitator. Siaran radio pendidikan Kebudayaan, perlu adanya suatu koordinasi dan
dipandang cukup efektif karena kemampuan media sinergisitas antara Ditjen Dikti melalui perguruan
ini menjangkau populasi pendengar yang lebih tinggi setempat dan Ditjen Dikdas dalam hal ini
banyak dengan jarak jauh dan waktu yang lebih direktorat pembinaan sekolah dasar dalam upaya
cepat serta biaya yang relatif lebih murah mengembangkan sebuah pola pendidikan dan
dibanding media massa lainnya. pengembangan guru SD pada daerah terpencil.
Bagi pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bagi Dirjen Dikti melalui perguruan tinggi
Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah setempat, perlu menyiapkan dan merancang
khususnya dan pemerintah daerah lainnya yang sebuah mata kuliah minor mengenai pendidikan di
memiliki daerah terpencil, untuk dapat segera daerah terpencil dengan kendala yang dihadapi
merealisasikan program permbangunan bagi serta pemahaman budaya setempat bagi para
daerah terpencil terutama membuka keterisolasian calon guru SD, disamping itu juga perlu adanya
daerah terpencil melalui pembangunan jalan/akses suatu pre service education and training yang
transportasi darat dan akses komunikasi agar dapat membentuk karakter/kepribadian calon guru
keterpencilan secara fisik tidak diikuti pula dengan SD dengan memanfaatkan asrama sebagai wadah
keterpencilan secara budaya dan informasi. Selain pembinaan dalam pembentukan karakter calon
itu pula perlu untuk segera merealisasikan guru SD profesional. Sebagai fasilitator disamping
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi guru para dosen juga dapat mendatangkan tenaga dari
daerah terpencil untuk meminimalisir tingkat luar misalnya para guru yang mempunyai
perpindahan guru yang dirasakan cukup marak pengalaman mengajar pada daerah terpencil untuk
dewasa ini disamping juga perlu untuk melakukan berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang
perubahan sistem pengambilan gaji yang lokasi seluk beluk mengajar di daerah terpencil, yang
pengambilannya tidak jauh dari tempat guru tentunya kesemua hal tersebut akan dapat lebih
bertugas agar tidak terjadi demotivasi guru dalam efektif lagi jika didukung dengan program PPL
bertugas. Hal lainnya yang perlu dipertimbangkan mengajar para mahasiswa calon guru SD yang
untuk dikaji lebih lanjut adalah mengenai penyiapan dilaksanakan pada sekolah-sekolah di daerah
dan pengadaan calon guru yang berasal dari lokal terpencil. Bagi Ditjen Dikdas khususnya Direktorat
(daerah terpencil), yang khusus dipersiapkan mulai pendidikan dasar perlu untuk mengembangkan
dari recruitment, pemberian beasiswa pendidikan sebuah model pembinaan guru SD yang
untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan didasarkan pada karakteristik masing-masing
nantinya setelah mereka lulus akan ditempatkan daerah khususnya daerah daratan pedalaman
(replacement) pada daerah terpencil di misalnya melalui program pembinaan khusus guru
wilayahnya dengan status kepegawaian yang jelas. SD pada daer ah terpencil disamping juga
Bagi masyarakat adat daerah terpencil, perlu pentingnya penyediaan beasiswa pendidikan bagi
untuk lebih meningkatkan peran dan partisipasinya para guru SD terpencil yang berprestasi untuk
terutama dalam hal mengawal dan melanjutkan studi peningkatan kualifikasi
memberdayakan guru SD pada daerah terpencil pendidikan.
melalui penerapan budaya lokal yang relevan
530 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 513-531

Bagi peneliti berikutnya, perlu melakukan dapat menghasilkan sebuah model pengembangan
penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan profesionalisme guru SD yang efektif pada daerah
memperhatikan karakteristik dan kendala yang terpencil khususnya daratan pedalaman.
dihadapi guru SD pada daerah terpencil sehingga

DAFTAR RUJUKAN

Akhdinirwanto, R. W., & Sayogyani, I. A. 2009. Harris, M., & Collay, M. 1992. New Teacher
Cara Mudah Mengembangkan Profesi Induction as a Catalyst for Restructuring
Guru. Jogjakarta: Pengurus Wilayah School. Paper presented at the annual
Agupena DIY dan Sabda Media. meeting of the American Educational
Arifin. 2011. Kompetensi Guru dan Strategi Research Association. San Fransisco, CA.
Pengembangannya. Yogyakarta: Penerbit Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan:
LILIN. Kebijakan Otonomi Daerah dan
Beeby, J. W. 1981. Pendidikan di Indonesia. Implikasinya Terhadap Penyelenggara-
Jakarta: LP3ES. an Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Brienkerhoff, D. W., & Crosby, L. B. 2002. Persada.
Managing Policy Reform: Concept and Heslop, J. 1996. A Model for The Development
Tools for Decision-Makers in Developing of Teacher in a Remote Area of Western
and Transitioning Countries. United State Australia. Australian Journal of
of America: Kumarian Press, Inc. Education. Vol.21: Iss.1, Article 1.
Castetter, W. B. 1996. The Human Resources Available at: http://ro.ecu.edu.au/ajte/
Function in Educational Administration vol21/iss1/1.
(Sixth Edition). New Jersey: Prentice Hall, Hoghwood., & Gunn. 1984. Policy Analysis for
Inc. The Real World. London: Oxford University
Coleman, J. 1996. Equality of Educational Press.
Opportunity. Washington DC: US Hutasoit, E. 2012. Pendekatan Kekeluargaan,
Government Printing Office. Membuat Guru Nyaman Berinovasi,
Delors, J., et al. 1996. Learning: The Treasure (Online). (http://wapikweb.org/assets/exp/
Whitin, report to UNESCO of the mz_detail.php? id_artikel=AA-00246,
International Commision of Education diakses 27 Oktober 2012).
for Twenty-first Century. Paris: UNESCO. Ingvarson, L. 1990. School: Places Where Teacher
Dinas Pendidikan & Kebudayaan Provinsi Learn. In. J. Chapman (Ed). School Based
Kalimantan Tengah. 1991. Laporan Decision-Making and Management.
Penuntasan Wajib Belajar Tingkat London: The Farmer Press.
Sekolah Dasar di Daerah Terpencil, Kartasasmita, G. 2008. Pendidikan dan Otonomi
Masyarakat Terasing, dan Masyarakat Daerah, (Online). (http://
Nomadik/Perahu (Sebuah Alternatif). aingkumaha.b logspot. com/2008 /06/
Palangkaraya: Dinas Pendidikan & pendidikan-otonomi-daerah. html, diakses 8
Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah. Januari 2012).
Fiske, E. B. 1998. Desentralisasi Pengajaran, Laporan Tahunan Dinas Pendidikan
Politik dan Consensus. Jakarta: Penerbit Kabupaten Gunung Mas. 2010. Gunung
PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Mas: Dinas Pendidikan Gunung Mas.
Fuller, B. 1987. What School Factors Raise Lynch, K. 2000. Research and Theory on Equality
Achievement in the Third World. Review in Education. In M. Hallinan, ed.,
of Educational Research No. 57 (3). Handbook of Sociology of Education.
Washington DC. New York: Plenum Press.
Gaffar, F. M. 1987. Perencanaan Pendidikan: Lynch, K., & Baker, J. 2005. Equality in Education:
Teori dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud an Equality of Condition Perspective.
Hamalik, O. 2002. Pendidikan Guru Theory and Research in Education, 3 (2):
Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. 131-164. Online, tersedia di http://
Jakarta: Bumi Aksara. hdl.handle.net/10197/2035.
Nugroho, Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar pada Daerah Terpencil Daratan Pedalaman 531

Manulang, M. 2012. Otonomi Pendidikan huma n_r ight s/r ur a l_r emot e/
(Online) (http://pakguruonline. pendidikan. scoping_survey.pdf).
net//otonomi_pendidikan.html, diakses 10 Sumarna, R. 2010. Meningkatkan Kualitas
Januari 2012). Pendidikan Dasar.  (Online). (http://
Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional: rakyatdemokrasi.wordpress.com/201/02/
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan 07/meningkatkan-kualitas-pen- didikan-
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda dasar/).
Karya. Supriadi, D. 1990. Pendidikan di Daerah
Oliva, P. F. 1984. Supervision for Today’s School Terpencil: Masalah dan Penanganan-
(2nd ed). New York: Longman. Inc. nya. Analisis CSIS No. 5. Bandung: IKIP
Padlil, M., & Prastyo, A. T., 2011. Strategi Bandung.
Pengelolaan SD/MI. Malang: UIN-Maliki Surya, M. 2001. Profesionalisme dan Kesejah-
Press. teraan Guru. Majalah Gerbang Edisi 3
Pidarta, M. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Tahun I.
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suryadi, A., & Tilaar, H. A. R. 1994. Analisis
Rifai , M. 1982. Pengantar Administrasi dan Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengan-
Supervisi Pendidikan. Bandung: Baru. tar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rohman, A. 2010. Pendidikan Komparatif: Tilaar, H. A. R. 1999. Pengembangan Sumber
Menuju ke Arah Metode Perbandingan Daya Manusia dalam Era Globalisasi.
Pendidikan Antar Bangsa. Jogjakarta: Jakarta: Rineka Cipta.
Laksbang Grafika. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
Saud, U. S. 2008. Pengembangan Profesi Guru 1945.
SD/MI. Bandung: Alfabeta. Villegas-Reimers, E. 2003. Teacher Proffesional
Semiawan, C. R. 2008. Belajar dan Pembelajar- Development: an International Review of
an Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. the Literature. Paris: UNESCO. Interna-
Jakarta: Indeks tional Institute for Educational Planning.
Siram, R. 1992. Pelaksanaan Model Sistem Wahab, A. A. 2004. Perspektif Teoritik
Guru Kunjung Suatu Alternatif Pemera- Kebijakan dan Strategi Implementasi.
taan Pendidikan Sekolah Dasar Daerah Mana-jemen Pendidikan dalam
Terpencil di Kalimantan Tengah. Tesis. Penyelenggaraan Pendidikan
Tidak dipublikasikan. PPS IKIP Malang. Kemitraan, Makalah disampaikan pada
Stokes, H., et al. 2000. Rural and Remote School Lokakarya Pelatihan Administrasi dan
Education: A Survey for the Human Manajemen Pendi-dikan dengan Education
Rights and Equal Opportunity Benefit Monitoring and Evaluation (EBME).
Commission. Victoria: Youth Research Tanggal 4-5 Oktober 2004. Bandung.
Centre, University of Melbourne. (Online). Wahono, F. 2001. Kapitalis Pendidikan: antara
Kompetisi dan Keadilan. Pustaka Pelajar.
IKLIM SEKOLAH, KOMITMEN ORGANISASI,
KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA GURU

Raden Bambang Sumarsono

e-mail: rbamsum@gmail.com
Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Jawa Timur

Abstract: this study aimed to describe the condition of the school climate, organizational commitment,
job satisfaction, performance, determine the relationship between the study variables, and determine
the effective contribution of school climate, organizational commitment, and job satisfaction on the
performance of teachers at SMAN Malang. This study uses a quantitative approach with a cross-
sectional survey design ex-post-facto. 152 samples are taken from teachers of SMAN a population of
250 teachers at SMAN 10 Malang. Sampling using proportional random sampling technique. The
data analysis technique used is descriptive analysis and multiple regression analysis.

Keywords: school climate, organisation commitment, work satisfaction, performance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi iklim sekolah, komitmen organisasi,
kepuasan kerja, kinerja, mengetahui hubungan antar variabel penelitian, dan mengetahui besar
sumbangan efektif iklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru di
SMAN Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan survey
cross-sectional ex-post-facto. Sampel penelitian sebanyak 152 orang guru SMAN yang diambil dari
jumlah populasi 250 orang guru pada 10 SMAN Kota Malang. Pengambilan sampel menggunakan
teknik proportional random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dan analisis regresi ganda.

Kata kunci: iklim sekolah, komitmen organisasi, kepuasan kerja, dan kinerja

Keberhasilan pendidikan di sekolah (menurut teoritik. Sebab pengembangan kualitas sumber daya
Hasibuan & Moedjiono, 1995) dipengaruhi oleh guru seyogyanya dilakukan secara praktik maupun
faktor internal dan eksternal. Faktor internal teoritik melaui perbaikan dan pembinaan secara
merupakan faktor yang terdapat dalam diri peserta kontinyu. Pembinaan praktik dapat dilakukan
didik, yang berupa kemampuan atau potensi yang misalnya melalui pelatihan dan supervisi oleh kepala
dapat dikembangkan. Sedangkan faktor eksternal sekolah. Sedangkan secara teoritik, dapat dilakukan
merupakan faktor yang berasal dari luar diri melalui seminar, penelitian, dan bentuk-bentuk
peserta didik, yaitu guru, kurikulum, sarana kegiatan ilmiah lain, termasuk penelitian tentang
prasarana, dan lingkungan atau kondisi belajar kinerja mengajar guru ini. Sehingga nampak bahwa
peserta didik yang dapat mempengaruhi informasi tentang kinerja personil, dalam hal ini
perkembangan peserta didik. adalah kinerja guru, sangatlah penting.
Guru, sebagai salah satu faktor eksternal, Kinerja (performansi) mengajar guru dapat
merupakan faktor kunci dalam menentukan ditinjau dari pelaksanaan guru terhadap tugas-tugas
keberhasilan peserta didik. Sebab jika guru sebagai atau kewajiban pengajaran di sekolahnya. Oliva
tenaga pelaksana pendidikan tidak mampu (1984), secara komprehensif menyatakan bahwa
melaksanakan tugas sebagaimana yang diisyaratkan tugas mengajar guru itu meliputi tiga tahap kegiatan,
kurikulum, maka hasil pendidikan tidak akan baik. yakni: tahap perencanaan (planning), tahap
Hal ini dapat dilihat dalam peranan guru sebagai penyajian (presentation), dan tahap penilaian
penyusun program, penentu media, pengelola (evaluation). Lebih lanjut dikemukakan pula
strategi, dan pelaksana evaluasi pembelajaran di bahwa tugas-tugas mengajar guru itu mencakup
sekolah. Penelitian tentang kinerja guru juga tiga macam kegiatan, yakni: kegiatan sebelum
merupakan salah satu upaya dalam pembinaan pengajaran (pre-active), kegiatan waktu
532
Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 533

pengajaran (inter-active), dan kegiatan setelah di sepuluh sekolah. Berdasarkan Tabel Krejci dan
pengajaran (post-active). Morgan, maka jumlah sampelnya adalah 152.
Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa Analisis data yang digunakan dalam penelitian
kebutuhan akan pengembangan pribadi dan profesi ini adalah analisis deskriptif dan korelasional. Teknik
guru merupakan suatu hal yang penting. Sebab analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
pendidikan selalu dinamis mengikuti perkembangan keadaan satau status fenomena. Deskripsi data
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan meliputi distribusi frekuensi yang terdiri dari: skor
sosial lainnya, yang akan berdampak pada tuntutan rata-rata, skor minimum, skor maksimum dan
pembaharuan kurikulum di sekolah. Guru akan simpangan baku. Melalui distribusi frekuensi
menghadapi kompleksitas tantangan yang semakin tersebut akan dapat diketahui kategori atau
tinggi, baik secara politik, sosial, budaya, ekonomi, tingkatan setiap variabel penelitian. Selanjutnya
maupun akademik yaitu pembaharuan kurikulum. dilakukan tahap penentuan kualifikasi penilaian,
Sehingga guru dituntut untuk selalu kreatif dalam tahap perhitungan persentase, dan penyajian data
rangka menghadapi tantangan tugas yang semakin melalui tabel dan diagram batang.
berat dan kompleks tersebut.
Salah satu pembentuk kinerja guru adalah HASIL
iklim sekolah. Terdapat berbagai istilah yang
biasanya digunakan dalam pengertian iklim Iklim sekolah merupakan suasana yang
organisasi, seperti kultur, budaya, suasana, dilandasi oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai
atmosfer, perasaan, dan atau etos kerja. Iklim yang telah menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan
organisasi disebut sebagai iklim sekolah dalam pendorong yang membudaya dalam kehidupan suatu
penelitian ini, karena latar penelitian ini adalah sekolah, yang tercermin dalam perilaku,
organisasi sekolah. Iklim sekolah sangat kepercayaan, cita-cita, pendapat, dan tindakan yang
mempengaruhi kinerja personil sekolah (yaitu: dilakukan oleh warga sekolah. Variabel iklim sekolah
kepala sekolah, guru, dan staf sekolah) karena iklim diukur berdasarkan 18 item instrumen. Hasil analisis
sekolah dapat menjadikan personil sekolah data terhadap variabel tersebut menunjukkan skor
berprestasi baik, atau sebaliknya menyebabkan rata-rata 73,34725 Gambar 1 menunjukkan hasil
personil sekolah kurang efektif dalam bekerja sama analisis persentase (%) berdasarkan frekuensi (f)
mencapai tujuan sekolah. Kalau personil sekolah skor variabel iklim sekolah.
mempersepsikan atau memandang iklim sekolah
menyenangkan, maka mereka akan menyum-
bangkan hal-hal positif bagi pencapaian tujuan
100
sekolah. Sebaliknya jika personil sekolah tersebut
mempersepsikan sekolah tempat mereka bekerja 80

kurang menyenangkan, maka tentu mereka akan 60


memperlihatkan sikap acuh tak acuh terhadap 45 45 44
40
semua aktivitas sekolah. Sehingga harapan untuk
18
mencapai tujuan sekolah melalui proses kerja sama 20 29,6 29,6 28,9
11,8
sejumlah orang tidak akan terwujud. 0
f
48,058530 - 59,364010 59,364011- 70,669491 70,669492 - 81,974971 81,974972 - 93,280451 %
IN T ER V A L SKOR

METODE

Rancangan atau desain penelitian ini adalah Gambar 1 Diagram Distribusi Frekuensi Skor
survey cross-sectional ex-post-facto, dan Iklim Sekolah
termasuk dalam jenis penelitian deskriptif
korelasional. Penelitian ini mengkaji tentang Gambar 1 menunjukkan bahwa dari 152
hubungan iklim sekolah (X1), komitmen organisasi responden yang berada dalam interval skor:
(X2), dan kepuasan kerja (X3) sebagai variabel 48,058530 s.d. 59,364010 sebanyak 18 responden
bebas (independent variable) atau prediktor; (11,8%); 59,364011 s.d. 70,669491 sebanyak 45
dengan kinerja guru (Y) sebagai variabel terikatnya responden (29,6%); 70,669492 s.d. 81,974971
(dependent variable) atau kriterium. Populasi sebanyak 45 responden (29,6%); dan 81,974972
dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA s.d. 93,280451 sebanyak 44 responden (28,9%).
Negeri Kota Malang sejumlah 250 yang tersebar Sehingga nilai persentase terbesar atau paling
534 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 532-539

dominan yang diperoleh dari variabel iklim sekolah


adalah 29,6%. Hal ini berarti bahwa iklim sekolah
(SMAN) di Kota Malang termasuk dalam kategori 100

sedang (cukup baik). 80

Komitmen organisasi adalah sikap yang 60


52
mencerminkan sejauh mana seseorang individu 40 45
40
mengenal dan terikat pada or ganisasinya.
15 34,2
Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi 20
26,3 29,6
9,9 f
kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota 0
31,218209 - 42,875686 42,875687 - 54,533164 54,533165 - 66,190642 66,190643 - 77,848120 %
sejati organisasi. Variabel komitmen organisasi IN T ERV A L SKOR

diukur berdasarkan 5 item instrumen. Hasil analisis


data terhadap variabel tersebut menunjukkan skor Gambar 3 Diagram Distribusi Frekuensi Skor
rata-rata 66,83831. Gambar 2 menunjukkan hasil Kepuasan Kerja
analisis persentase (%) berdasarkan frekuensi (f)
skor variabel komitmen organisasi. Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 152
responden yang berada dalam interval skor:
31,218209 s.d. 42,875686 sebanyak 15 responden
100 (9,9%); 42,875687 s.d. 54,533164 sebanyak 52
responden (34,2%); 54,533165 s.d. 66,190642
80
77 sebanyak 40 responden (26,3%); dan 66,190643
60
57 s.d. 77,848120 sebanyak 45 responden (29,6%).
40 Sehingga nilai persentase terbesar atau paling
18 37,5
50,7 dominan yang diperoleh dari variabel kepuasan
20 0
0,0 11,8 kerja adalah 34,2%. Hal ini berarti bahwa kondisi
f
0
46,040098 - 56,704938 56,704939 - 67,369779 67,369780 - 78,034620 78,034621- 88,699461 % kepuasan kerja guru SMAN Kota Malang
IN T ER V A L SKOR termasuk dalam kategori sedang.
Variabel kinerja guru diukur berdasarkan 25
Gambar 2 Diagram Distribusi Frekuensi Skor item instrumen. Hasil analisis data terhadap
Komitmen Organisasi variabel tersebut menunjukkan nilai: skor rata-rata
75,35735; simpangan baku 11,964430675; skor
Gambar 2 menunjukkan bahwa dari 152 maksimum 91,884542; skor minimum 46,252198;
responden yang berada dalam interval skor: dan lebar kelas interval 11,408086. Selanjutnya data
46,040098 s.d. 56,704938 sebanyak 0 responden angket yang berupa skor total dari setiap responden
(0,0%); 56,704939 s.d. 67,369779 sebanyak 18 dianalisis dengan menggunakan rumus persentase.
responden (11,8%); 67,369780 s.d. 78,034620 Gambar 4 menunjukkan hasil analisis persentase
sebanyak 57 responden (37,5%); dan 78,034621 (%) berdasarkan frekuensi (f) skor variabel kinerja
s.d. 88,699461 sebanyak 77 responden (50,7%). guru.
Sehingga nilai persentase terbesar atau paling
dominan yang diperoleh dari variabel komitmen
organisasi adalah 50,7%. Hal ini berarti bahwa 100
tingkat komitmen organisasi guru SMAN Kota
80
Malang termasuk dalam kategori tinggi.
67
Variabel kepuasan kerja diukur berdasarkan 60

12 item instrumen. Hasil analisis data terhadap 40


45

variabel tersebut menunjukkan nilai: skor rata-rata 21 19 44,1


20 29,6
57,57059; simpangan baku 11,526409527; skor 13,8 12,5
f
maksimum 77,84812; skor minimum 31,218209; dan 0
46,252198 - 57,660284 57,660285 - 69,068370 69,068371- 80,476456 80,476457 - 91,884542 %
lebar kelas interval 11,657478. Selanjutnya data IN T ERV A L SKOR

angket yang berupa skor total dari setiap responden


dianalisis menggunakan rumus persentase. Gambar 4 Diagram Distribusi Frekuensi Skor
Gambar 3 menunjukkan hasil analisis persentase Kinerja Guru
(%) berdasarkan frekuensi (f) skor variabel
kepuasan kerja.
Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 535

Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 152 bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat
responden yang berada dalam interval skor: hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja
46,252198 s.d. 57,660284 sebanyak 21 responden dengan kinerja guru SMAN Kota Malang diterima.
(13,8%); 57,660285 s.d. 69,068370 sebanyak 19 Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
responden (12,5%); 69,068371 s.d. 80,476456 hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja
sebanyak 45 responden (29,6%); dan 80,476457 dengan kinerja guru SMAN Kota Malang.
s.d. 91,884542 sebanyak 67 responden (44,1%).
Sehingga nilai persentase terbesar atau paling PEMBAHASAN
dominan yang diperoleh dari variabel kinerja guru
adalah 44,1%. Hal ini berarti bahwa tingkat kinerja Berdasarkan hasil deskripsi data tentang
guru SMAN Kota Malang termasuk dalam variabel iklim sekolah, ditemukan bahwa tingkat
kategori sedang. iklim SMAN Kota Malang termasuk dalam
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda kategori sedang. Hasil temuan tersebut
dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 dapat menunjukkan bahwa SMAN Kota Malang
diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh memiliki tingkat hubungan formal ataupun informal
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga Ho ditolak dan Ha antara atasan dan bawahan (warga sekolah),
diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang partisipasi personel, dan kepemimpinan kepala
menyatakan terdapat hubungan yang signifikan sekolahyang baik. Sebagaimana pendapat Hoy &
antara iklim sekolah, komitmen organisasi, dan Miskel (2005) bahwa iklim sekolah dipengaruhi oleh
kepuasan kerja dengan kinerja guru SMAN Kota hubungan formal dan informal, partisipasi personel,
Malang diterima. Sehingga dapat disimpulkan dan kepemimpinan.
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Sejalan dengan pendapat tersebut Robbins
iklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasan (2007) mengatakan bahwa faktor pembentuk ilkim
kerja dengan kinerja guru SMAN Kota Malang. organisasi (sekolah) adalah otonomi individu,
Hasil analisis diperoleh nilai 0,000. dukungan, toleransi konflik, insentif kerja, dan
Berdasarkan hasil analisis tersebut dengan toleransi risiko. Tingkat iklim sekolah (SMAN) di
menggunakan taraf signifikansi 0,05 dapat Kota Malang termasuk berkategori sedang dapat
diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh disebabkan oleh 4 butir soal berkategori rendah,
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga Ho ditolak dan Ha sesuai dengan hasil deskripsi kategori butir soal.
diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang Hal ini berarti bahwa pelaksanaan jabaran indikator
menyatakan terdapat hubungan yang signifikan iklim sekolah yang terdapat dalam 4 nomor soal
antara iklim sekolah dengan kinerja guru SMAN tersebut harus ditingkatkan oleh masing-masing
Kota Malang diterima. Sehingga dapat disimpulkan SMAN di Kota Malang.
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pelaksanaan jabaran indikator iklim sekolah
iklim sekolah dengan kinerja guru SMAN Kota yang perlu diperhatikan dan harus ditingkatkan oleh
Malang. sekolah: (1) hubungan yang harmonis antara guru
Hasil analisis diperoleh nilai sebesar 0,033. dan karyawan Tenaga Administrasi Sekolah. (2)
Berdasarkan hasil analisis tersebut dengan hubungan yang harmonis antara guru dengan guru.
menggunakan taraf signifikansi 0,05 dapat (3) adanya suasana kekeluargaan diantara para
diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh warga sekolah, dan (4) disiplin yang tinggi yang
sebesar 0,033 < 0,05. Sehingga Ha diterima, hHal dapat menggambarkan kondisi sekolah yang
ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan konduif.
terdapat hubungan yang signifikan antara Berdasarkan hasil deskripsi data tentang
komitmen organisasi dengan kinerja guru SMAN variabel komitmen organisasi, ditemukan bahwa
Kota Malang diterima. Sehingga disimpulkan tingkat komitmen organisasi (SMAN) Kota
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Malang termasuk dalam kategori tinggi. Hasil
komitmen organisasi dengan kinerja guru SMAN temuan tersebut menunjukkan bahwa unsur-unsur
Kota Malang. affective commitment, countiuance commitment,
Hasil diper oleh nilai sebesar 0,040. and normative commitment sudah berjalan secara
Berdasarkan hasil tersebut dengan menggunakan efektif pada SMAN di Kota Malang. Sebagaimana
taraf signifikansi 0,05 dapat diketahui bahwa nilai pendapat Allen dan Mayer dalam Greenberg dan
signifikansi yang diperoleh sebesar 0,040 < 0,05. Baron (2003) mengemukakan tiga dimensi
Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti komitment organisasi adalah sebagai berikut: (1)
536 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 532-539

komitmen afektif (affective comitment),mengacu sebagai peletak dasar landasan terjadinya proses
pada keterikatan emosional, identifikasi serta interaksi sosial dalam organisasi sekolah
keterlibatan seorang karyawan pada suatu (Burhanuddin, 1994).
organisasi. Komitmen afektif seseorang akan Sementara itu, Luthans (1989) mengatakan
menjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatu bahwa, kepuasan kerja adalah suatu akibat dari
organisasi konsisten dengan harapan-harapan dan persepsi pegawai tentang bagaimana baiknya
memuaskan kebutuhan dasarnya dan pekerjaan memberikan sesuatu yang dipandang
sebaliknya.Komitmen afektif menunjukkan sesuatu yang penting. Secara konseptual, kepuasan
kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja kerja guru dapat ditinjau dalam lima konsep yakni:
bagi suatu organisasi karena ia memang setuju 1) kepuasan kerja sebagai konsep global yang
dengan organisasi itu dan memang berkeinginan berdasarkan penilaian positif terhadap situasi
melakukannya. Pegawai yang mempunyai pekerjaan tertentu, 2) kepuasan kerja sebagai
komitmen afektif yang kuat tetap bekerja dengan konsep permukaan yang berdasarkan perbedaan
perusahaan karena mereka menginginkan untuk situasi pekerjaan yang bervariasi secara bebas dan
bekerja di perusahaan itu; (2) komitmen dapat diukur secara terpisah, 3) kepuasan kerja
berkelanjutan (continuence commitment), sebagai konsep kebutuhan yang berdasarkan
komitmen berdasarkan kerugian yang berhubungan perasaan guru yang sama terhadap situasi
dengan keluarnya karyawan dari organisasi. pekerjaan tertentu, 4) kepuasan kerja sebagai
Sementara Steers (1988) mengatakan konsep keberhasilan yang berdasarkan tingkat
komitmen organisasi menjelaskan kekuatan relatif pencapaian terhadap harapan, dan 5) kepuasan
dari sebuah identifikasi individu dengan keterlibatan kerja sebagai konsep sikap yang menunjukan
dalam sebuah organisasi. Komitmen menghadirkan berbagai sikap terkait. Dengan demikian kepuasan
sesuatu diluar loyalitas belaka terhadap suatu kerja guru adalah perasaan guru yang berkaitan
organisasi. disamping itu, hal ini meliputi suatu sejauhmana kebutuhannya terpenuhi melalui
hubungan yang aktif dengan organisasi dimana pengalaman dalam situasi pekerjaan.
individu bersedia untuk memberikan sesuatu dari Wexley (1992) menyatakan bahwa kinerja
diri mereka untuk membantu keberhasilan dan merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling
kemakmuran organisasi. Meskipun demikian, berkaitan, yakni: keterampilan, upaya, dan kondisi
berdasarkan deskripsi kategori butir soal, masih eksternal. Tingkat keterampilan merupakan bahan
ditemukan 2 butir soal berkategori rendah. Hal ini mentah yang dibawa seseorang ke tempat kerja
berarti bahwa pelaksanaan jabaran indikator seperti pengalaman, kemampuan, dan kecakapan-
komitmen organisasi yang terdapat dalam enam kecakapan teknik. Upaya diungkapkan sebagai
nomor soal tersebut harus ditingkatkan oleh tingkat motivasi yang diperlihatkan karyawan
sekolah. dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan
Pelaksanaan jabaran indikator keefektifan kondisi eksternal adalah tingkat sejauh mana
komunikasi yang masih perlu diperhatikan dan kondisi di luar pekerjaannya mendukung
harus ditingkatkan oleh sekolah adalah: (1) memiliki produktivitas kerja seperti kondisi psikologis,
kepedulian terhadap sekolah; dan (2) mampu komunikasi, iklim organisasi, dan sebagainya.
bekerja melampaui target. Berdasarkan hasil Richey (1973), guru yang profesional memiliki
deskripsi data tentang variabel kepuasan kerja, kualitas mengajar yang tinggi. Lebih lanjut terdapat
ditemukan bahwa kondisi kepuasan kerja para guru lima aspek yang menandai tingginya kualitas
SMAN di Kota Malang termasuk dalam kategori mengajar guru yakni: (1) Bekerja dengan siswa
sedang. Hasil temuan tersebut menunjukkan secara individu; meliputi: pemberian tugas secara
bahwa faktor: beban kerja, kondisi kerja, individu, pekerjaan siswa segera diperiksa dan
kesempatan untuk per tumbuhan dan dikembalikan, percakapan guru dengan siswa
perkembangan jabatan, serta kebutuhan akan sering dilakukan untuk menolong siswa, dan
penghargaan para guru di SMAN Kota Malang hubungan guru dengan siswa sangat akrab. (2)
masih sedang. Oleh sebab itu, maka kepala SMAN Perencanaan dan persiapan mengajar; meliputi:
Kota Malang masih perlu memperhatikan serta membuat perencanaan strategi belajar mengajar,
meningkatkan lagi kondisi kepuasan kerja para mengadakan praktik lapangan, dan memperkaya
guru agar dapat berada dalam kategori baik atau pengetahuan dengan membaca. (3) Menggunakan
sangat baik. Sebab kepuasan kerja lebih banyak alat bantu mengajar; meliputi: guru selalu
dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah memanfaatkan buku pelajaran, guru memberikan
Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 537

tugas yang berhubungan dengan alat praktik, dan Sampai sejauh mana personil sekolah
guru memberikan tugas yang terkait dengan menyumbangkan hasil kerja yang positif, termasuk
perpustakaan. (4) Mengikutsertakan siswa dalam juga tingkat kinerja yang tinggi, bagi sekolah sangat
berbagai pengalaman belajar; meliputi banyak ditentukan oleh kondisi iklim sekolah yang
mengikutsertakan siswa dalam menyusun rencana ada. Sebab iklim sekolah merupakan faktor pokok
pembelajaran, guru memberi tanggung jawab siswa dalam menentukan tingkah laku dan sangat
terhadap tugasnya, guru memberi motivasi belajar mempengaruhi kinerja personil sekolah (yaitu:
pada siswa, dan guru menyajikan bermacam- kepala sekolah, guru, dan staf sekolah). Iklim sekolah
macam pengalaman belajar. (5) Kepemimpinan dapat menjadikan guru berprestasi baik dan
aktif guru; meliputi: membantu dalam memecahkan berkreativitas tinggi dalam rangka meningkatkan
masalah yang sedang dihadapi siswa, memberi mutu serta kualitas proses belajar mengajar siswa
kesempatan kepada siswa untuk menjadi pimpinan, di sekolah. Atau sebaliknya menyebabkan guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bersikap acuh terhadap aktivitas sekolah sehingga
berdiskusi dan berani mengemukakan pendapat, guru menjadi kurang efektif dalam bekerja sama
serta guru mampu mendayagunakan permainan mencapai tujuan sekolah.
untuk media pembelajaran Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
Pelaksanaan jabaran indikator kinerja guru hubungan yang signifikan antara iklim sekolah
yang perlu diperhatikan dan harus ditingkatkan oleh dengan kinerja guru SMAN Kota Malang.
guru adalah kemampuan: (1) Menyusun atau Sehingga peningkatan iklim sekolah akan
memiliki program semester. (2) Menguasai situasi mengakibatkan peningkatan tingkat kinerja guru
kelas selama berlangsungnya proses belajar SMAN Kota Malang. Hal ini sesuai dengan hasil
mengajar. (3) Menguasai cara penggunaan penelitian Prayitno (2003) juga menemukan adanya
berbagai macam alat bantu atau media korelasi positif yang signifikan antara iklim
pembelajaran. (4) Memberikan kesimpulan dan organisasi sekolah dengan unjuk kerja guru SMU
rangkuman materi yang telah diajarkan kepada Negeri di Kabupaten Pasuruan. Selanjutnya
para siswa, saat mengakhiri pelajaran. (5) diperkuat juga oleh penelitian Taufik (2005) yang
Memberikan tugas-tugas khusus kepada siswa menemukan adanya hubungan yang signifikan
(individu atau kelompok) untuk diselesaikan di antara iklim sekolah dengan kinerja guru madrasah
rumah. (6) Membuat kisi-kisi soal sebelum terpadu Kota Malang.
membuat naskah soal ulangan harian siswa. (7) Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat
Membuat kisi-kisi soal sebelum membuat naskah Halpin & Croft (dalam Hoy & Miskel, 2005) yang
soal ulangan umum/ semester siswa. (8) Membuat menemukan dimensi-dimensi pembentuk iklim
analisis hasil ulangan umum/semester siswa secara organisasi dan mampu menunjukkan pengaruh
rinci dan sistematis. (9) Memberikan bimbingan karakteristik organisasi terhadap efektifitas unjuk
khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan kerja para individu di dalamnya. Sehingga terbukti
belajar. (10) Menyusun dan melaksanakan program bahwa iklim sekolah memang sangat dibutuhkan
pengayaan untuk siswa. Serta (11) Menyusun dan untuk meningkatkan kinerja mengajarnya. Hasil
menyelenggarakan pola administasi kelas secara analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan
sistematis. yang signifikan antara komitmen organisasi dengan
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat kinerja guru SMAN Kota Malang. Sehingga
hubungan yang signifikan antara iklim sekolah, peningkatan komitmen organisasi akan
komitmen organisasi, dan kepuasan kerja dengan mengakibatkan peningkatan kinerja guru SMAN
kinerja guru SMAN Kota Malang. Sehingga Kota Malang. Hal ini mendukung hasil penelitian
peningkatan iklim sekolah, komitmen organisasi, Mahendra (2009) yang menyimpulkan bahwa
dan kepuasan kerja akan mengakibatkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
peningkatan kinerja guru. komitmen organisasi terhadap kinerja.
Guru dituntut agar selalu kreatif dalam Hasil penelitian ini memperkuat pendapat
menghadapi tantangan tugas yang semakin berat Griffin (2004), bahwa “komitmen organisasi adalah
dan kompleks. Semua usaha peningkatan sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang
profesionalisme guru tidak akan bisa berhasil individu mengenal dan terikat pada organisasinya.
secara sempurna bila tidak ada sikap kreatif dan Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi
dorongan yang lahir dari dalam diri guru itu sendiri kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota
untuk berkembang. sejati organisasi”. Sementara menurut Luthans
538 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 532-539

(1995), “komitmen organisasi didefinisikan sebagai: kategori tinggi, tingkat kepuasan kerja guru SMAN
keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota Kota Malang kategori sedang, dan tingkat kinerja
organisasi tertentu; keinginan untuk berusaha keras guru SMAN Kota Malang sedang; (2) terdapat
sesuai keinginan organisasi; dan keyakinan hubungan yang signifikan antara iklim organisasi
tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan dengan kinerja guru SMAN Kota Malang. Hal ini
organisasi”. Dengan kata lain, ini merupakan sikap berarti bahwa peningkatan kondisi iklim sekolah
yang merefleksikan loyalitas karyawan pada akan mengakibatkan peningkatan kinerja guru
organisasi dan proses berkelanjutan di mana SMAN Kota Malang; (3) terdapat hubungan yang
anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya signifikan antara komitmen organisasi dengan
terhadap organisasi dan keberhasilan serta kinerja guru SMAN Kota Malang. Hal ini berarti
kemajuan yang berkelanjutan. bahwa peningkatan komitmen organisasi akan
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat mengakibatkan peningkatan kinerja guru SMAN
hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja Kota Malang; dan (4) terdapat hubungan yang
dengan kinerja guru SMAN Kota Malang. signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja
Sehingga peningkatan kepuasan kerja akan guru SMAN Kota Malang. Hal ini berarti bahwa
mengakibatkan peningkatan tingkat kinerja guru peningkatan kepuasan kerja akan mengakibatkan
SMAN Kota Malang. Hal ini mendukung hasil peningkatan kinerja guru SMAN Kota Malang.
penelitian Prayitno (2003) yang menemukan
adanya korelasi positif yang signifikan antara iklim Saran
organisasi sekolah dengan unjuk kerja guru SMU
Negeri di Kabupaten Pasuruan. Selanjutnya Guru SMAN Kota Malang hendaknya masih
penelitian Scheneider & Snyder yang dikutip oleh perlu memperhatikan dan meningkatkan lagi
Jewel dan Siegel (1990) menunjukkan bahwa komitmen dan tingkat kinerjanya. Kepala SMAN
terdapat korelasi antara kepuasan kerja karyawan Kota Malang hendaknya masih perlu
dengan kinerja. Dengan semakin puas seorang memperhatikan serta meningkatkan lagi kondisi
karyawan (dalam hal ini guru) dalam bekerja maka iklim sekolahnya supaya tingkat kinerja guru dapat
akan semakin meningkat kinerjanya. meningkat, dengan cara melaksanakan berbagai
macam teknik, pendekatan, serta strategi
KESIMPULAN DAN SARAN kepemimpinan secara efektif dan efisien.
Aspek iklim sekolah yang masih perlu
Kesimpulan diperhatikan dan harus ditingkatkan oleh kepala
sekolah adalah kemampuan: (a) menciptakan
Kesimpulan utama adalah “terdapat hubungan
hubungan yang akrab harmonis antar sesama guru
yang signifikan antara iklim sekolah, komitmen
dan karyawan; (b) menciptakan suasana
organisasi, dan kepuasan kerja dengan kinerja guru
kerjasama yang baik antar sesama karyawan; (c)
SMAN Kota Malang”. Hal ini berarti peningkatan
bersifat terbuka dalam menerima segala ide, kritik
iklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasan
dan saran dari para guru atau karyawan; (d)
kerja akan mengakibatkan peningkatan kinerja guru
memberikan kebebasan untuk berkreativitas bagi
SMAN Kota Malang. Sedangkan kesimpulan
guru dan karyawan; dan (e) menciptakan suasana
khusus yang diperoleh adalah: (1) kondisi iklim
kekeluargaan dalam hubungan sosial kerja antar
SMAN Kota Malang kategori sedang, tingkat
guru, karyawan, dan kepala sekolah.
komitmen organisasi SMAN Kota Malang dala

DAFTAR RUJUKAN

Allen, N.J and Mayer, J.P. 1990. The Greenberg, J. & Baron, R.A. 1997. Behavior in
Measurement and Antecendents of Organizations (6th ed.). Englewood Cliffs,
Affective, Countinuances, And Normative NJ.: Prentice Hall, Inc.
Commitment To Organizations. Journal of Harris, B.M., McIntreye, K.E., Littleton, V.C., &
Occupational Psychology, 63, 1-18. Long, D.F. 1979. Personnel
Ary, D., Jacobs, L.C., & Razaviceh, A. 1982. Administration in Education: Leadership
Introduction to Research in Education. for Instructional Improvement. Boston:
New York: Holt, Renehart and Winston. Allyn and Bacon Inc.
Sumarsono, Iklim Sekolah , Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Guru 539

Hoy, W.K. & Miskel, C.G. 2005. Educational Richey, R.W. 1973. Planning for Teacing: An
Administration: Theory, Research, and Introduction. (4rd edition). New York: Mc
Practice. New York: McGraw-Hill. Graw Hill.
Imron, A. 2003. Manajemen Peserta Didik. Dalam Robbins, S. P. 2007. Teori Organisasi: Struktur,
Imron, A., Maisyaroh, dan Burhanuddin Disain dan Aplikasi, Edisi Kesepuluh,
(Eds.), Manajemen Pendidikan: Analisis Terjemahan. Jakarta: Indeks.
Substantif dan Aplikasinya dalam Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship: A
Institusi Pendidikan (hlm. 51-66). Malang: Reflective Practice Perspective. Boston:
Penerbit Universitas Negeri Malang. Allyn and Bacon Inc.
Kerlinger, F.N. 1986. Asas-Asas Penelitian Sukmadinata, N.S. 2001. Pengembangan
Behavioral. Edisi ketiga. Terjemahan oleh Kurikulum: Teori dan Praktik. Bandung:
Landung R. Simatupang. 2004. Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.
UGM Press. Taufik, M. 2005. Iklim Sekolah dan Kompensasi
Marzuki. 1989. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kerja dalam Hubungannya dengan
Militon Putra. Kinerja Guru Madrasah Terpadu Kota
Mulyasa, E. 2003. Pedoman Manajemen Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Berbasis Madrasah. Jakarta: Direktorat Program Pascasarjana Universitas Negeri
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Malang
Departemen Agama RI. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang
Oliva, P.F. 1984. Supervision for Today’s School. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
(2nd edition). New York: Longman Inc. Citra Umbara.
Otley, D. 1999. “Performance Management: A Usman, U.M. 1990. Menjadi Guru Profesional.
Framework for Management Control Bandung: Remaja Rosda Karya.
System Research”. Management Wexley, K.N. 1992. Perilaku Organisasi dan
Accounting Research Journal, Vol.10 Psikologi Personalia. Terjemahan oleh
pp.363. Shobaruddin. 1992. Jakarta: Rineka Cipta.
HUBUNGAN PEMBERIAN INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA
DENGAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN GURU

Firman Ashadi

e-mail: firman_ashadi@yahoo.co.id
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study are: (1) describe the incentives received, work motivation, and
learning activities of teachers, (2) describe the picture of the relationship between the provision of
incentives to teachers with learning activities, motivation of teachers working with learning activities,
and incentives and work motivation, (3) the provision of incentives and motivation with learning
activities in each SMP Public Private Blimbing district. This research is explanatory research, which
is research that explains the causal relationships between variables through hypothesis testing on
the same data.

Keywords: incentive, work motivation, teaching activity/activiting.

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan pemberian insentif yang diterima, motivasi
kerja, dan aktivitas pembelajaran guru; (2) mendeskripsikan gambaran adanya hubungan antara
pemberian insentif kepada guru dengan aktivitas pembelajaran, motivasi kerja guru dengan aktivitas
pembelajaran, dan insentif dan motivasi kerja; (3) pemberian insentif dan motivasi dengan aktivitas
pembelajaran di setiap SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing. Jenis penelitian ini adalah explanatory
research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antarvariabel-variabel melalui pengujian
hipotesis pada data yang sama.

Kata kunci: insentif, motivasi kerja, aktivitas pembelajaran.

Salah satu sumber daya manusia (SDM) yang kinerja tinggi. Dalam fungsinya sebagai penggerak
berkaitan dengan sekolah adalah pengajar atau para guru, kepala sekolah harus mampu
guru. Peranan guru dalam upaya keberhasilan menggerakkan guru agar kinerjanya menjadi
pendidikan harus selalu ditingkatkan baik itu meningkat karena guru merupakan ujung tombak
kinerja atau prestasi kerja guru, mengingat untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan
tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan bermutu. Guru sebagai salah satu komponen
kualitas sumber daya manusia yang mampu manusiawi dalam suatu aktivitas belajar mengajar
bersaing di era global. Sering dijumpai adanya mempunyai peran sangat penting dalam upaya
guru yang kurang terpuaskan hatinya dalam pembentukan SDM yang potensial dalam segala
melaksanakan tugas karena informasi mengenai bidang. Guru harus berperan serta secara aktif dan
jadwal jam kerja yang terlalu berlebihan, sehingga menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
menyebabkan kelelahan atau kurang semangat professional sesuai dengan tuntutan masyarakat
yang melanda para guru, untuk mengatasi hal yang semakin berkembang.
tersebut guru setidaknya diberikan motivasi dalam Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar”
lembaga pendidikan ini. Dengan adanya (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai
pemberian insentif kepada guru, guru merasa “pendidik” (transfer of value) dan sekaligus
bahwa mereka mendapat per hatian dan sebagai “pembimbing” yang member ikan
pengakuan terhadap produktivitas yang dicapai, pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
sehingga semangat dalam mengajar dan sikap Guru juga perlu motivasi, kebanyakan guru
loyal kepada sekolah akan lebih baik. mengajar di kelas sering menggunakan metode atau
Pemberian insentif dimaksudkan untuk cara mengajar yang kurang kreatif, pemberian
meningkatkan motivasi mengajar dan memper- motivasi ini untuk mendorong guru lebih semangat
tahankan guru yang mempunyai produktivitas lagi dalam segala aktivitas belajar di kelas, sehingga
540
Ashadi, Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru 541

dapat meningkatkan mutu aktivitas pembelajaran. semangat kerja guru akan meningkat dengan
SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota sendirinya. Tujuan pemberian insentif pada
Malang yang menjadi fokus tempat penelitian ini dasarnya adalah berfungsi dalam memotivasi guru
dikarenakan nilai akreditasi setiap sekolah agar terus menerus berusaha memperbaiki dan
bervariasi, serta ada beberapa guru yang kurang meningkatkan kemampuannya dalam
potensial dalam hal aktivitas pembelajaran, baik melaksanakan tugas-tugas yang menjadi
itu di kelas maupun di luar kelas. Guru akan bekerja kewajiban serta tanggung jawabnya.
dengan giat dengan adanya dorongan, dorongan
untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran di METODE
kelas.
Pemberian insentif tehadap guru adalah Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai
sebagai pendorong yang dapat memotivasi guru explanatory research, yaitu penelitian yang
untuk lebih bekerja keras secara efektif. Insentif menjelaskan hubungan kausal antar variabel-
diberikan karena adanya kinerja yang baik dan variabel melalui pengujian hipotesis pada data yang
diberikan untuk lebih meningkatkan kinerja lagi sama. Sedangkan berdasarkan tingkat ekplanasi
dimasa mendatang. Motivasi yang diberikan dapat atau penjelasan, penelitian yang digunakan adalah
berupa insentif baik yang bersifat formal maupun penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan
nonformal, sehingga kemauan, kemampuan dan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara
semangat kerja guru akan meningkat dengan dua variabel atau lebih. Metode analisis yang
sendirinya. Dorongan dan semangat ini agar para sesuai dengan tujuan dan rancangan penelitian yang
guru memahami serta sadar akan tugas dan digunakan adalah path analysis atau analisis jalur.
kewajiban yang harus ia lakukan setelah kepala Responden dalam penelitian ini adalah guru
sekolah menetapkan target dan sasaran serta SMP Swasta yang menerima insentif dari yayasan
tugas-tugas setiap pekerjaan. Menurut Undang- atau dari sekolahnya dan bukan guru DPK atau
undang dan peraturan Jamsostek No.3 tahun 1992 guru yang diperbantukan dalam SMP Swasta
pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa “jaminan tenaga tersebut. Dalam pengambilan sampel pada tiap-
kerja merupakan suatu perlindungan bagi tenaga tiap sekolah, digunakan teknik proportional
kerja dalam santunan berupa uang sebagai random sampling, hal ini dikarenakan dalam
pengganti sebagian penghasilan yang hilang atau pengambilan anggota sampel jumlah guru pada
berkurang sebagai akibat keadaan yang dialami tiap sekolah berbeda-beda. Pengambilan 40%
oleh tenaga kerja seperti kecelakaan, sakit, hamil, dari jumlah guru yang berada di Kecamatan
hari tua, bersalin, dan meninggal dunia”. Dengan Blimbing dan mendapatkan sejumlah 104
terpenuhinya semua kebutuhan guru akan memacu responden yang harus diteliti. Selanjutnya untuk
semangat guru dalam mengajar. mengambil jumlah responden dari tiap-tiap
Guru yang mengajar pada SMP Swasta ini sekolah sebanyak jumlah sampel guru yang telah
pada umumnya tidak mengajar penuh, karena ditentukan yakni dengan 40% dari jumlah setiap
memang SMP Swasta yang ditempati guru guru yang ada di sekolah.
tersebut bukan sekolah induk, jadi guru hanya Teknik analisis deskriptif ini adalah untuk
mengajar di sekolah SMP Swasta ini ketika jadwal mendeskripsikan tingkat insentif dan motivasi yang
dan jam mengajarnya saja. Guru yang mengajar diberikan terhadap aktivitas pembelajaran. Hasil
di SMP Swasta memerlukan suatu pendorong analisis deskriptif berguna untuk interpretasi
untuk tetap semangat mengajar di sekolah, terhadap hasil analisis dengan teknik regresi
pemberian insentif dan motivasi kerja adalah salah berganda. Disamping uraian tersebut, dapat
satu kunci agar guru dapat meningkatkan aktivitas ditentukan pula makna lebih jauh dengan
pembelajarannya di kelas terutama supaya tercipta menetapkan kategori tingkat insentif, motivasi, dan
tujuan pendidikan. Pemberian insentif tehadap guru aktivitas pembelajaran. Analisis dari penelitian ini
adalah sebagai pendorong yang dapat memotivasi menggunakan analisis jalur (Path Anaysis) dengan
guru untuk lebih bekerja keras secara efektif. dasar koefisien beta dari hasil analisis regresi.
Insentif diberikan karena adanya kinerja yang baik Sebelum melakukan analisis jalur terlebih dahulu
dan diberikan untuk lebih meningkatkan kinerja lagi harus dilakukan uji asumsi data, hal tersebut bisa
dimasa mendatang. Motivasi yang diberikan dapat dilakukan dengan 1) uji normalitas sebaran bahwa
berupa insentif baik yang bersifat formal maupun distribusi data variabel bebas dan variabel terikat
nonformal, sehingga kemauan, kemampuan dan adalah normal.
542 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 540-546

HASIL Tabel 2 Rentang Skor X2 Motivasi

Pemberian motivasi kerja, pemimpin sekolah


Rentangan
atau yayasan tidak kalah memberikan suntikan Klasifikasi Frekuensi Persentase
Skor
energi yang membangun kualitas SDM guru-guru,
suntikan tersebut antara lain menghargai guru Rendah 16 - 26.090 0 0.00%
Sedang 26.090 - 36.179 12 11.54%
dalam perannya, dengan peran yang baik tersebut
Tinggi 36.179 - 46.269 92 88.46%
guru akan diberikan penghargaan. Hasil dari
pemberian insentif dan motivasi tersebut bisa Total 104 100.00%
dipastikan semangat kerja atau aktivitas
pembelajan guru di kelas semakin mengembang, Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa untuk
bahkan bisa dibilang terus meningkat, guru lebih variabel X2 motivasi klasifikasi rendah dengan
meningkatkan kemampuannya dengan metode persentase 0,00%, dan 11.54% untuk klasifikasi
atau strategi mengajar yang lebih kreatif lagi dari sedang, dan 88.46% untuk klasifikasi tinggi, dengan
biasanya. data tersebut dapat diperoleh suatu pernyataan
Deskripsi tingkat pemberian insentif ini bahwa variabel X2 motivasi dengan klasifikasi yang
diukur melalui instrumen penelitian yang terbagi tinggi.
19 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diukur Aktivitas pembelajaran ini diukur melalui
berdasarkan skala interval rendah, sedang, tinggi. instrumen penelitian yang terbagi 13 pertanyaan.
Kategori rendah mempunyai rentang jarak antara Masing-masing pertanyaan diukur berdasarkan
19-30,439, kategori sedang berkisar antara skala interval rendah, sedang, tinggi. Kategori
30,440-41,877 dan kategori tinggi berkisar antara rendah mempunyai rentang jarak antara 13-21,840,
41,878-53,316. Adapun analisis deskripsi tingkat kategori sedang berkisar antara 21,841-30,679 dan
pemberian insentif dapat dilihat pada Tabel 1 kategori tinggi berkisar antara 30,680-39,519.
berikut. Adapun analisis deskripsi tingkat aktivitas
pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 1 Rentang Skor X
Tabel 3 Rentang Skor Y Aktivitas Pembelajaran
Rentangan
Klasifikasi Frekuensi Persentase
Skor Rentangan
Klasifikasi Frekuensi Persentase
Rendah 19 - 30.439 0 0.00% Skor
Sedang 30.439 - 41.877 43 41.35% Rendah 13 - 21.840 0 0.00%
Tinggi 41.877 - 53.316 61 58.65% Sedang 21.840 - 30.679 13 12.50%
Total 104 100.00% Tinggi 30.679 - 39.519 91 87.50%

Total 104 100.00%


Tabel 1 di atas menjelaskan bahwa untuk
variabel X1 insentif klasifikasi rendah dengan
Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa untuk
persentase 0,00%, dan 41,35% untuk klasifikasi
variabel Y aktivitas pembelajaran klasifikasi rendah
sedang, dan 58,65% untuk klasifikasi tinggi, dengan
dengan persentase 0,00%, dan 12.50% untuk
data tersebut dapat diperoleh suatu pernyataan
klasifikasi sedang, dan 87.50% untuk klasifikasi
bahwa variabel X1 insentif dengan klasifikasi yang
tinggi, dengan data tersebut dapat diperoleh suatu
tinggi.
pernyataan bahwa variabel Y aktivitas
Deskripsi tingkat motivasi ini dapat diukur
pembelajaran dengan klasifikasi yang tinggi.
melalui instrumen penelitian yang terbagi ke dalam
Variabel X 1 mempunyai pengaruh yang
16 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan diukur
signifikan terhadap variabel X2 karena H0 ditolak
berdasarkan skala interval rendah, sedang dan
dan koefisien regresi signifikan, terbukti bahwa
tinggi. Kategori rendah mempunyai rentang jarak
besaran probabilitas (Sig.) 0,000<0,05 dengan nilai
antara 16-26,090, kategori sedang berkisar antara
0,508 yang berarti insentif yang diberikan akan
26,091-36,179, dan disebut kategori tinggi dengan
menumbuhkan motivasi. Untuk variabel X 1
jarak antara 36,180-46,269. Adapun hasil analisis
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
deskripsi tingkat motivasi dapat dilihat pada Tabel
variabel Y karena H0 ditolak dan koefisien regresi
2 berikut.
signifikan, terbukti bahwa besaran probabilitas
Ashadi, Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru 543

(Sig.) 0,000<0,05 dengan nilai 0,515 yang berarti se-Kecamatan Blimbing Kota Malang yang
guru yang diberikan insentif mayoritas akan dijadikan sampel penelitian, dapat diketahui bahwa
menimbulkan semangat aktivitas pembelajaran di 92 orang atau 88,46% guru SMP Swasta se-
kelas. Untuk variabel X2 mempunyai pengaruh Kecamatan Blimbing Kota Malang mempunyai
yang signifikan terhadap variabel Y karena H0 motivasi kerja dalam tingkat tinggi. Dengan hasil
ditolak dan koefisien regresi signifikan, terbukti tersebut dapat dijelaskan bahwa daya pendorong
bahwa besaran probabilitas (Sig.) 0,000<0,05 atau motivasi tergolong tinggi.
dengan nilai 0,307 yang berarti motivasi mempunyai Aktivitas pembelajaran adalah segala
pengaruh pada aktivitas pembelajaran, akan tetapi kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik
pengaruh tersebut kurang, dengan begitu motivasi di dalam kelas berkaitan dengan pembelajaran
kurang mendukung untuk terciptanya aktivitas untuk berfokus pada tujuan pendidikan. Proses
pembelajaran. Ini berarti 1) ada hubungan yang pendidikan adalah belajar dan pembelajaran dalam
signifikan antara insentif dengan motivasi, 2) ada mana guru berperan sebagai sutradara, aktor,
hubungan signifikan antara insentif dengan aktivitas manajer, dan sekaligus merangkap sebagai penilai,
pembelajaran, dan 3) antara variabel motivasi peran tersebut meliputi merencanakan,
dengan aktivitas pembelajaran ada hubungan yang menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi
signifikan. kegiatan belajar dan pembelajaran bagi siswa
(Gintings, 2008:14). Tingkat aktivitas pembelajaran
PEMBAHASAN guru di kelas 91 orang atau 87,50% guru SMP
Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota Malang
Manusia bekerja tentu mengharapkan menegaskan bahwa aktivitas pembelajaran guru
imbalan yang sesuai, pantas, dan adil. Pemberian dalam taraf tinggi.
insentif kepada pegawai atau guru merupakan Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil
kebijaksanaan yang sangat penting sebagai kesimpulan bahwa guru SMP Swasta se-
pendorong peningkatan kinerja pegawai. Kecamatan Blimbing Kota Malang memiliki
Pemberian insentif kepada pegawai atau guru insentif, motivasi kerja, dan aktivitas pembelajaran
merupakan kebijaksanaan yang sangat penting dalam taraf tinggi, sehingga antara pemberian
sebagai pendorong peningkatan kinerja pegawai. insentif, motivasi kerja dan aktivitas pembelajaran
Sarwoto (1994:144) mengartikan insentif adalah guru ada saling keterkaitan yang erat. Hal ini
“sebagai sarana motivasi dapat diberikan batasan berarti keberadaan pemberian insentif seseorang
perangsang ataupun pendorong yang diberikan kepada suatu hal akan dipengaruhi oleh dorongan
dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam (motivasi) dan aktivitas pembelajaran mereka
diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk terhadap hal tersebut. Jika pemberian insentif dan
berprestasi dalam organisasi”. Tingkat pemberian motivasi ker ja pada taraf tinggi, maka
insentif yang diterima guru, 61 orang atau 58,65% kecenderungannya aktivitas pembelajaran juga
guru SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota akan pada taraf tinggi. Sarwoto (1994:144)
Malang dari total sampel yang berjumlah 104 guru menjelaskan bahwa insentif adalah sebagai sarana
berada dalam taraf tinggi yang menduduki motivasi dapat diberikan batasan perangsang
persentase tertinggi. Dengan insentif yang ataupun pendorong yang diberikan dengan sengaja
tergolong tinggi tersebut, diharapkan mampu kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul
memunculkan atau bahkan meningkatkan semangat yang lebih besar untuk berprestasi dalam
semangat yang tinggi dalam meningkatkan aktivitas organisasi. Oleh karena itu, apabila orang diberi
pembelajaran. insentif, maka akan menuntut dorongan untuk
Menurut Sarwoto (1994:151) tujuan dari meningkatkan kinerjanya. Handoko (1997:252)
motivasi adalah “peningkatan prestasi dan menegaskan bahwa keadaan dalam pribadi
produktivitas kerja bawahan dalam mencapai seseorang yang mendorong keinginan individu
tujuan organisasi”. Nawawi & Hadari (1996:357) untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
menyebutkan tujuan dari motivasi adalah: a) untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini ditegaskan bahwa
memahami dan menyesuaikan diri dengan tujuan keberadaan motivasi seseorang dapat menjadi
yang hendak dicapai; b) untuk meningkatkan sumber dimana orang akan melakukan kegiatan
intensitas pelaksanaan pekerjaan; c) menimbulkan atau aktivitas untuk mencapai tujuan yang
kegigihan dan ketekunan dalam melaksanakan diharapkan. Dari kedua teori diatas, jelaslah bahwa
tugas pekerjaannya. Dari 104 guru SMP Swasta keberadaan pemberian insentif dan motivasi kerja
544 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 540-546

dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas menyatakan bahwa insentif merupakan daya
pembelajaran, sehingga ketiganya terdapat saling perangsang yang diberikan kepada pegawai
keterkaitan. tertentu berdasarkan prestasi kerjanya agar
Melihat dari hasil analisis jalur dapat diketahui karyawan terdorong meningkatkan kinerjanya.
bahwa ada hubungan yang signifikan antara insentif Oleh karena itu, apabila orang diberi insentif maka
dan motivasi kerja guru. Terbukti bahwa nilai diharapkan orang tersebut akan meningkatkan
signifikasi t-nya dengan á = <0,05 yang berarti H0= aktivitas pembelajarannya di kelas. Sebagaimana
ditolak dan H1 = tak ditolak. Selain itu dapat teori yang dikemukakan diatas, bahwa pemberian
diketahui bahwa variabel insentif berhubungan insentif mempunyai hubungan yang signifikan
(langsung) secara signifikan dengan variabel terhadap keberadaan aktivitas pembelajaran guru
motivasi (p21=0,508). Artinya, H0 yang menyatakan di dalam kelas. Semakin tinggi insentif yang
bahwa tidak ada hubungan pemberian insentif diberikan kepada guru maka akan menimbulkan
dengan motivasi kerja ditolak. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran yang meningkatkan. Hal ini
H1 yang berbunyi ada hubungan insentif yang sudah sesuai dengan teori yang ada, pihak kepala
diterima guru dengan motivasi kerja. yayasan di SMP Swasta sebagai objek penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas jelaslah ini harus lebih memperhatikan lagi peran guru untuk
bahwa antara pemberian insentif dan motivasi diberikan suatu dorongan akan pentingnya
kerja terdapat hubunngan yang signifikan. Hal ini keberadaan aktivitas guru dalam pembelajaran di
sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Sutrisno kelas, guna meningkatkan kemajuan pendidikan di
(2009:124), bahwa motivasi dipengaruhi oleh faktor sekolah.
internal yang meliputi keinginan untuk dapat hidup, Sebagaimana penjelasan dari hasil analisis
keinginan untuk dapat memiliki, keinginan untuk jalur dapat diketahui bahwa ada hubungan yang
memperoleh penghargaan, keinginan untuk signifikan antara motivasi kerja dan aktivitas
memperoleh pengakuan dan keinginan untuk pembelajaran guru. Terbukti bahwa nilai signifikasi
berkuasa. Faktor eksternal motivasi meliputi t-nya dengan á = < 0,05 yang berarti H0 = ditolak
kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang dan H1 = tak ditolak. Dengan demikian terbukti
memadai, supervisi yang baik, adanya jaminan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan, adanya penghargaan atas prestasi, motivasi kerja dan aktivitas pembelajaran.
peraturan yang fleksibel, status (kedudukan) dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan juga
tanggung jawab. Dari teori diatas dijelaskan bahwa dapat diketahui bahwa variabel motivasi
motivasi seseorang bisa timbul karena adanya berhubungan langsung secara signifikan dengan
dorongan untuk mencapai tujuan dan selanjutnya variabel aktivitas pembelajaran (py2=0,307). Dari
diperkuat dengan pemberian insentif yang dapat sini terbukti H0 yang menyatakan bahwa tidak ada
meningkatkan kinerja guru. Di sini terdapat hubungan motivasi kerja dengan aktivitas
kecocokan antara hasil penelitian dengan teori yang pembelajaran guru ditolak. Dengan kata lain H1
ada. Dengan kata lain hasil penelitian ini yang menyatakan ada hubungan motivasi kerja
mendukung teori yang sudah ada. dengan aktivitas pembelajaran guru tak ditolak.
Melihat dari analisis jalur dapat diketahui Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ada hubungan motivasi kerja dengan aktivitas
pemberian insentif dan aktivitas pembelajaran. pembelajaran guru dan keberadaan motivasi akan
Terbukti bahwa nilai signifikasi t-nya dengan á = meningkatkan adanya aktivitas pembelajaran
> 0,05 yang berarti H0 = ditolak dan H1 = tak ditolak. meskipun tidak dilandasi oleh adanya pemberian
Selain itu dari analisis data dapat diketahui bahwa insentif kepada guru.
variabel insentif berhubungan langsung secara tidak Hal itu sejalan dengan teori yang
signifikan dengan variabel aktivitas pembelajaran dikemukakan oleh Handoko (1997:252)
(py1=0,515). Hal ini berarti, H0 yang menyatakan mengatakan motivasi sebagai keadaan dalam
ada hubungan antara pemberian insentif dan pribadi seseorang yang mendorong keinginan
aktivitas pembelajaran ditolak dan H1 tak ditolak. individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat tertentu untuk mencapai tujuan. Dari teori ini
diambil kesimpulan bahwa hubungan yang dinyatakan bahwa motivasi dapat meningkatkan
signifikan antara pemberian insentif dan aktivitas aktivitas seseorang dalam pembelajaran di kelas
pembelajaran guru. Hal itu sejalan dengan teori yang disebabkan oleh dorongan dari dalam
yang dikemukakan oleh Hasibuan (2002:183)
Ashadi, Hubungan Pemberian Insentif dan Motivasi Kerja dengan Aktivitas Pembelajaran Guru 545

seseorang tersebut untuk mencapai tujuan dalam SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota
hal ini kegiatan pembelajaran dapat berhasil. Hal Malang tergolong tinggi; c) aktivitas pembelajaran
ini berarti orang akan meningkatkan aktivitasnya di SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota
jika ia merasa termotivasi terhadap sesuatu Malang tergolong tinggi; d) ada hubungan yang
tersebut. dari penjelasan diatas telah terbukti signifikan antara pemberian insentif dan aktivitas
bahwa hasil penelitian mendukung kepada teori pembelajaran di SMP Swasta se-Kecamatan
yang sudah ada. Blimbing Kota Malang; e) terdapat hubungan yang
Memperhatikan koefisien jalur pada analisis signifikan antara motivasi kerja dengan aktivitas
jalur dapat diketahui bahwa hubungan antara pembelajaran di SMP Swasta se-Kecamatan
pemberian insentif dan motivasi kerja lebih besar Blimbing Kota Malang; f) terdapat hubungan yang
daripada koefisien jalur hubungan langsung antara signifikan antara pemberian insentif dengan
pemberian insentif dan aktivitas pembelajaran motivasi kerja guru di SMP Swasta se-Kecamatan
(p21= 0,508 > py1= 0,515) menunjukkan bahwa Blimbing Kota Malang; g) ada hubungan yang
hubungan insentif dengan motivasi lebih kuat signifikan antara insentif, motivasi dan aktivitas
daripada hubungan insentif dengan aktivitas pembelajaran di SMP Swasta se-Kecamatan
pembelajaran. Hal ini berarti ada hubungan Blimbing Kota Malang.
langsung yang signifikan antara insentif dengan
aktivitas pembelajaran melalui jalur motivasi Saran
dengan indikasi p21;py2 = 0,815. Dari pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka
pemberian insentif akan bernilai positif melalui saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai
motivasi dan langsung pada aktivitas pembelajaran. berikut: a) Bagi Guru, hendaknya guru lebih
Dengan demikian H 1 yang menyatakan meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas agar
bahwa pemberian insentif kepada guru yang tinggi tujuan dan kualitas pembelajaran dapat tercapai
cenderung tidak meningkatkan aktivitas dengan maksimal; b) Bagi Kepala Sekolah, dalam
pembelajaran guru di dalam kelas bilamana tidak hal ini kepala sekolah mempunyai peran tinggi,
diimbangi oleh motivasi kerja guru yang kuat/tinggi hendaknya kepala sekolah banyak memberikan
terhadap kegiatan tersebut ditolak. Penelitian ini suatu dorongan yang baik untuk meningkatkan
menghasilkan penemuan bahwa pemberian aktivitas pembelajaran pada guru; c) Bagi ketua
insentif yang tinggi tidak membuat aktivitas yayasan, seharusnya memberikan tambahan
pembelajaran di kelas juga tinggi, apabila tidak insentif bagi guru-guru penerima insentif agar
diimbangi oleh motivasi yang tinggi. mempunyai prestasi unggul dalam aktivitas
pembelajaran di kelas; d) Bagi Ketua Jurusan
KESIMPULAN DAN SARAN Administrasi Pendidikan, diharapkan agar
menambah kajian ilmu Manajemen Pendidikan
Kesimpulan khususnya yang berkaitan dengan bidang
Manajemen Sumber Daya Manusia; e) Bagi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
peneliti lain, hendaknya melakukan penelitian
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
pengembangan dengan menambah variabel,
sebagai berikut: a) insentif yang diterima oleh guru
menggunakan subjek lain serta memperkaya teori-
SMP Swasta se-Kecamatan Blimbing Kota
teori yang digunakan dalam penelitian selanjutnya.
Malang tergolong tinggi; b) motivasi kerja guru

DAFTAR RUJUKAN

Gintings, A. 2008. Esensi Praktis Belajar & Diterbitkan. Malang: Program Studi
Pembelajaran. Bandung: Humaniora. Manajemen Pendidikan Universitas Negeri
Handoko, T. H. 1997. Manajemen. Yogyakarta: Malang.
BPFE. Hasibuan, M.S.P. 2002. Manajemen Sumber
Haryono, Y. 2003. Korelasi antara Motivasi Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Berprestasi dan Insentif dengan Nawawi, H., & Hadari, M. 1996. Administrasi
Semangat Kerja Dosen Universitas Personel: untuk Peningkatan Produk-
Darul ‘Ulum Jombang. Tesis Tidak
546 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 540-546

tifitas Kerja. Yogyakarta: Gadjah Mada Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya
University Press. Manusia. Jakarta: Kencana Pr enada
Sarwoto. 1994. Dasar-Dasar Organisasi. Media.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
PENGEMBANGAN PROGRAM E-JOURNAL
MANAJEMEN PENDIDIKAN

Mohammad Syahidul Haq

e-mail: haki.kediri@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the aim of this study was the development of: (1) describes the design of Management
Journal e-journal based education, (2) Journal of Management Education embodies virtually
unpublished and massive, and (3) provide ease of Journal of Management Education can be accessed
by everyone. In this study intended to develop a product of Journal of Management Education
berbasasis originally developed print to electronic media, at the same time in order to validate the
feasibility of obtaining theory, practical feasibility and feasibility of the product.

Keywords: e-journal improvement, information technology.

Abstrak: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan desain Jurnal Manajemen
pendidikan berbasis e-journal, (2) mewujudkan Jurnal Manajemen Pendidikan terpublikasikan secara
virtual dan massive, dan (3) memberikan kemudahan Jurnal Manajemen Pendidikan dapat diakses
oleh setiap orang. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan produk Jurnal Manajemen
Pendidikan dari semula berbasasis cetak dikembangkan ke media elektronik, sekaligus memvalidasi
dalam rangka memperoleh kelayakan teori, kelayakan praktis maupun kelayakan produk.

Kata Kunci: Pengembangan e-journal, Teknologi Informasi

Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi telah dalam mencari informasi. Pengguna menginginkan
membawa dampak yang begitu besar terhadap informasi terkini, tidak peduli informasi tersebut
berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali berasal dari mana, yang penting ada dan dapat
perpustakaan sebagai tempat penyimpanan buku- diperoleh dengan cara yang cepat. Pengguna tidak
buku, kamus, hasil-hasil penelitian, jurnal, dan lain mau lagi pencarian informasi terganggu hanya
sebagainya. Perpustakaan seiring dengan karena perpustakaan telah tutup. Untuk melayani
perkembangan zaman harus terus bisa permintaan pengguna dari berbagai kalangan.
mengantisipasi berbagai kebutuhan informasi para Perpustakaan harus selalu siap setiap saat, dan
penggunanya. Perpustakaan tidak lagi memberikan sebaiknya perpustakaan harus terhubung ke
layanan yang sama dari tahun ke tahun, tetapi harus jaringan internet, yang dapat menginformasikan ke
menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan para seluruh dunia. Salah satu sumber informasi di
penggunanya. Jika tidak mengikuti perkembangan internet untuk pengembangan layanan
tersebut, maka perpustakaan kita akan ditinggalkan perpustakaan adalah jurnal elektronik.
pengguna setianya. Oleh karena itu, perpustakaan Perkembangan teknologi informasi saat ini
harus mereposisi kembali peran dan fungsinya dalam tidak saja mempengaruhi bentuk dan format jurnal
menunjang kebutuhan informasi para penggunanya tetapi juga mengubah pola pengelolaan dan
sesuai dengan kemajuan zaman. distribusinya. Dengan kemudahan akses internet
Kemajuan yang telah dicapai manusia dalam dan ketersediaan perangkat teknologi informasi,
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini para pembaca lebih menyukai membaca jurnal
merupakan sesuatu yang patut di syukuri karena dalam format digital daripada dalam bentuk cetak.
dengan kemajuan tersebut akan memudahkan Hal ini di samping karena mudah mendapatkannya,
manusia dalam mengerjakan pekerjaan dan tugas juga karena sangat portable atau mudah dibawa
yang harus dikerjakannya. Hal ini pun telah ke mana-mana. Ratusan bahkan ribuan edisi jurnal
mengubah pola perilaku pengguna perpustakaan dapat disimpan dalam flashdisk dan dapat dibaca

547
548 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

melalui handphone, personal digital assistant, pula beberapa kelemahan dari Jurnal Elektronik,
atau notebook setiap saat. yaitu listrik padam, komputer rusak. Dengan
Mahalnya harga beli jurnal cetak membuat adanya kelebihan yang dimiliki jurnal elektronik
orang enggan untuk berlangganan sebuah jurnal. dapat lebih memudahkan pengguna dalam mencari
Hal tersebut menyebabkan orang lebih memilih informasi khususnya dalam hal penelusuran jurnal
mengakses jurnal gratis melalui internet. Fenomena online/elektronik, namun di samping itu jurnal
seperti ini membuat pengelola jurnal mulai beralih elektronik memiliki kelemahan dimana untuk
dari jurnal konvensional menjadi modern, yaitu e- mengakses jurnal harus melalui media, yaitu
journal (elektronik jurnal). Proses pengelolaan komputer yang tentunya membutuhkan listrik, jadi
jurnal konvensional biasanya memakan waktu apabila terjadi pemadaman listrik jurnal online pun
berbulan-bulan dengan biaya yang tinggi terutama tidak dapat diakses.
dalam tahap pencetakan dan distribusi. Oleh karena
itu, pengelola jurnal memerlukan alternatif METODE
pengganti yang lebih efektif dan efisien dalam
mengelola jurnal. Kehadiran e-journal menjadi Mengacu pada definisi di atas, ada beberapa
alternatif untuk memperoleh artikel yang aktual, point utama yang dapat kita simpulkan: (1)
murah, dan cepat. Berdasarkan latar belakang Penelitian desain dan pengembangan adalah
tersebut keberadaan publikasi secara elektronik merupakan suatu studi (yang meliputi proses
sudah merupakan kebutuhan. Perbedaan antara perancangan, pengembangan dan evaluasi) yang
jurnal elektronik dan tercetak dapat dilihat pada sistematis. Artinya, sama dengan studi lain,
Tabel 1 sebagai berikut. penelitian ini memiliki kaidah tertentu yang harus
dirancang dan direncanakan dengan baik; (2)
Tabel 1 Perbandingan Jurnal Elektronik (On Line) Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu produk
dengan Jurnal Tercetak dan tool (alat) baik yang bersifat pembelajaran
(instructional) maupun non-pembelajaran. Jadi,
Kriteria Elektronik Tercetak output dari penelitian desain dan pengembangan
Kemutakhiran Mutakhir Mutakhir dapat berbentuk produk maupun alat (tools); dan
Kecepatan diterima Cepat Lambat (3) Produk dan tool yang dihasilkan tersebut bisa
Penyimpanan Sangat mengiritMemakan berupa hal baru maupun memperbaiki dari yang
tempat tempat sudah ada. Dari beberapa definisi tersebut dapat
Pemanfaatan 24 jam Terbatas jam dibuat kerangka pengembangan seperti Gambar 1
buka di bawah ini.
Kesempatan akses Bisa bersamaan Antri
Penelusuran Otomatis tersedia Harus Publikasi
dibuat Elektronik
Data Jurnal
Waktu penelusuran Cepat Lama Evaluasi Desain
E-JOURNAL
Keamanan Lebih aman Kurang dan Program.

aman
Desain Sistem,
Manipulasi Sangat mudah Desain Produk, -Uji coba Analisis variabel
dokumen (spt. kutipan, Tidak bisa Desain Program, -Saran dan pengaksesan jurnal
dsb) masukan

Bila langganan Judul bisa lebih Judul lebih


dengan dana banyak sedikit Gambar 1 Kerangka Pengembangan
yang sama
Harga total Jauh lebih murah Lebih mahal Kajian pustaka digambarkan dalam kerangka
langganan pengembangan yang dapat dilihat pada Gambar 1
Sumber: Tresnawan (2005) di atas. Dari kerangka pengembangan tersebut
dapat disimpulkan, bahwa pengembangan hanya
Dari Tabel 2.1 dapat diketahui perbandingan difokuskan pada publikasi suatu jurnal. Dari jurnal
antara jurnal elektronik dan jurnal tercetak, yang tercetak dikonversikan menjadi elektronik
sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal elektronik sehingga mudah dalam penggunaanya.
mempunyai banyak keunggulan dibandingkan Rancangan penelitian yang digunakan dalam
dengan jurnal tercetak baik dari segi waktu, biaya, penelitian ini adalah menggunakan rancangan
dan keamanannya. Namun, dari kelebihan itu ada penelitian pengembangan model prosedural. Model
Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 549

prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, Dari ketiga ahli di atas, secara garis besar
yaitu menggunakan langkah-langkah yang harus disimpulkan sebagai berikut: 1) Mendefinisikan
diikuti untuk menghasilkan produk. Model masalah adalah untuk memahami masalah secara
prosedural yang dipilih mengadaptasi model mendalam. Langkah ini harus sesuai dengan apa
penelitian dan pengembangan (Research and yang akan di input pada program, perintah-perintah
development/R & D) Borg dan Gall (dalam apa yang akan digunakan dan bagaimana bentuk
Surjono, 2009:148) dan rancangan model outputnya. Apabila salah asumsi tentang masalah
prosedural yang dikembangkan oleh McKenny yang ada, maka akan berakibat program yang
(dalam Surjono, 2009:148). Dalam penelitian dan dibuat tidak sesuai yang dikehendaki; 2) Untuk
pengembangan pada dasarnya ada dua tujuan mendapatkan dan menemukan permasalahan yang
utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, (2) akan diteliti ternyata sangatlah perlu untuk
menguji keefektifan produk. Tujuan pertama melakukan studi pendahuluan. Adapun cara
sebagai fungsi pengembangan dan tujuan kadua melakukan studi pendahuluan yaitu dengan
sebagai fungsi validasi (Sukmadinata dalam menemukan tema permasalahan yang akan diteliti
Surjono, 2009:148). Dalam penelitian ini melalui survei pustaka guna mendalami teori yang
dimaksudkan untuk mengembangkan produk Jurnal ada; 3) Analisis sistem adalah sebuah teknik
Manajemen Pendidikan dari semula berbasasis pemecahan masalah yang menguraikan sebuah
cetak dikembangkan ke media elektronik, sekaligus sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan
memvalidasi dalam rangka memperoleh kelayakan tujuan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian
teori, kelayakan praktis maupun kelayakan produk. komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk
Tahap penelitian yang dirancang merupakan meraih tujuan mereka; 4) Desain sistem adalah
modifikasi dari sepuluh langkah penelitian dan tahap yang harus dilakukan dalam perancangan
pengembangan dari Borg dan Gall. Dari sepuluh suatu aplikasi yang baik. Tahap yang dilakukan
langkah tersbut, kemudian dimodifikasi menjadi 3 sebelum melakukan koding ini bertujuan agar
langkah penelitian dan pengembangan. Tiga aplikasi yang dibuat dapat dengan maksimal
langkah tersebut intinya sama dengan tahapan memenuhi kebutuhan pengguna aplikasi tersebut;
penelitian yang dilakukan oleh McKenny 5) Siklus yang terakhir adalah implementasi dari
(2001:148), yaitu meliputi: (1) Tahap studi hasil analisis sistem, desain sistem. Dalam tahap
pendahuluan sebagai needs and contens ini program diimplementasikan dengan cara
analysis, (2) Tahap pengembangan sebagai memberikan penjelasan bagaimana cara membuat
design, development, and evaluation stage, dan program dan hasilnya diterapkan untuk memenuhi
(3) Tahap pengujian efektifitas produk sebagai kebutuhan.
semi-sumative evaluation Siklus pengembangan sistem, dapat dilihat
Adapun model yang akan dikembangkan pada Gambar 2.
adalah mengikuti siklus alur sistem. Ada beberapa
siklus pengembangan sistem dari para ahli, antara Mendefinisikan
Masalah
lain Sander dalam Suryana (2007) mengidentifikasi
siklus pengembangan sistem menjadi 5 antara lain: Implementasi Studi
Pendahuluan
“ definisi masalah (problem definition), analisis
sistem (system analysis), desain sistem (system
design), dan implementasi sistem (system Desain Sistem Analisis Sistem
implementation)”. Sementara itu Davis (dalam
Suryana, 2007:49) menyebutkan terdapat 7 tahapan Gambar 2 Siklus Pengembangan Sistem
siklus dalam pengembangan sistem, yaitu: “definisi
masalah, studi kelayakan, analisis, desain sistem, Model pengembangan yang dilakukan dalam
desain terinci, implementasi, dan perawatan”. penelitian ini adalah model prosedural yang
Sedangkan Scott (dalam Suryana, 2007:49) mengadaptasi pada model R & D Borg dan Gall,
merincinya sebagai berikut: “studi pendahuluan, modifikasi dari Sukmanata, dan adaptasi dari
analisis sistem, desain sistem, dan implementasi”. McKenny, meliputi tahapan: (1) Studi pendahuluan,
Lebih lanjut Scott membagi implementasi menjadi (2) Pengembangan, (3) Pengujian. Oleh karena
beberapa tahap, yaitu: “pelatihan, penyeleksian itu, prosedur pengembangan dalam penelitian ini
program, pemrograman, persiapan tempat, instalasi, tinggal mengikuti tahapan tersebut. Prosedur
peralatan, konversi, dan penerimaan”. pengembangan yang dilakukan dalam
550 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

pengembangan ini adalah: 1) Sebelum peneliti MULAI

mengembangkan sebuah program, terlebih dahulu


mendefinisikan permasalahan, yaitu bagaimana Pengumpulan
Pengumpulan
data Jurnal
mengembangkan e-journal Manajemen Manajemen Perangkat yang
Pendidikan AP digunakan
Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan; 2) FIP UM

Mendeskripsikan desain sistem e-journal yaitu


Analisis Analisis
mengidentifikasi informasi apa yang dibutuhkan, Dokumen Perangkat

kapan, dimana, dalam bentuk apa dan lain


sebagainya; 3) Menyusun prototype e-journal
Hasil Analisis Hasil Analisis
sebagai model yang akan dikembangkan; 4) Jurnal Perangkat

Melakukan penyusunan (desain) program e-


journal menggunakan CMS Joomla; 5)
Implementasi program, yang terdiri dari beberapa Analisis Sistem
kegiatan, antara lain: (a) Uji coba hasil program e-
journal Manajemen Pendidikan Jur usan
Administrasi Pendidikan oleh beberapa Dosen, Desain Sistem

untuk memberikan masukan; (b) Perbaikan hasil


uji coba; (c) Setelah uji coba dirasa cukup, Desain Program Tidak
selanjutnya disusunlah program e-journal
Manajemen Pendidikan Jurusan Administrasi Mahasiswa dan Dosen
mencoba program yang telah
Uji coba
Dilakukan
Pendidikan. Kemudian di Upload ke sebuah web disusun oleh programmer dan
memberikan masukan
Mahasiswa dan Dosen

server agar bisa dimanfaatkan untuk oleh civitas


Jurusan Administrasi Pendidikan pada khususnya
dan masyarakat luas pada umumnya; (d) Evaluasi
Ya
dan follow up program, setelah program di ujicoba
E-JOURNAL
selanjutnya mengevaluasi program dengan cara MANAJEMEN
PENDIDIKAN
memberikan masukan untuk pengembangan
program selanjutnya.
Gambar 3 Desain Sistem e-journal

HASIL

Jurnal Manajemen Pendidikan pengelolaan- penggunakan analisis deskriptif adalah pada


nya belum berbasis e-journal, belum penelitian ini tidak menggunakan hipotesis tetapi
terpublikasikan secara virtual dan massive, belum hanya menjelaskan bagaimana pengembangan e-
memberikan kemudahan untuk dapat diakses oleh journal Manajemen Pendidikan di Jurusan AP FIP
setiap orang. Dengan permasalahan tersebut UM.
rancangan desain dibuat semudah mungkin agar Dari analisis data maka dikelompokkan
dapat di akses oleh siapa saja. Desain sistem e- menjadi dua mengenai titik kritis dari
journal dapat dilihat pada Gambar 3. pengembangan e-journal Manajemen Pendidikan
Jurnal Manajemen Pendidikan belum berbasis yang pertama dari segi manajemen dan dari segi
e-journal, belum terpublikasikan secara virtual teknis publikasi website seperti dalam Gambar 4
dan massive, belum memberikan kemudahan untuk flow chart sebagai berikut:
dapat diakses oleh setiap orang. Dengan Dari flow chart di atas dapat dilihat
permasalahan tersebut rancangan desain dibuat kelemahan-kelemahan dari sudut manajemen jurnal
semudah mungkin agar dapat diakses oleh siapa dan publikasi e-journal . Dari gambar tersebut dapat
saja. Desain sistem e-journal dapat dilihat pada dilihat mengenai titik kritis paling utama dari segi
Gambar 3 tersebut. Analisis data dalam penelitian manajemen terletak pada evaluasi kelayakan, apabila
ini dilakukan dengan analisis deskriptif untuk dalam evaluasi kelayakan tersebut tidak teratur,
menggambarkan variabel. Sukardi (2008:157) maka akan mempengaruhi popularitas dari publikasi
menjelaskan, bahwa “penelitian deskriptif jurnal tersebut. Dari segi publikasi semua bisa terjadi
merupakan metode penelitian yang berusaha mulai dari kerusakan database, serangan virus,
menggambarkan dan berusaha mengintrepetasikan serangan spam, dan serangan para hacker yang
objek sesuai dengan apa adanya”. Alasan bertujuan mengacaukan sistem dari e-journal
Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 551

Start FINISH kriteria Cukup Menarik 4,35 %. Grafik perolehan


data dapat digambarkan seperti Gambar 5 sebagai
Terima quari
data jurnal Tampilan website
berikut:
yang berasal E-journal
dari user

Bentuk Tampilan Website


Pengambilan data dari 69,67%
database
website e-jurnal
Publikasi ke
website
Upload file, layout 26,09%
Tampilan data

4,35%
0,00% 0,00%
Proses Seleksi

Sangat Menarik Cukup Kurang Sangat


Pra Publikasi:
Displai data Persiapan database,
Menarik Menarik Menarik Kurang
yang tidak TIDAK I Menarik
conversi data
lolos seleksi

YA

Data hasil
Penyuntingan
data oleh tim
penyuntingan
jurnal oleh tim
Gambar 5 Bentuk Tampilan Website
penyunting

Kemudahan untuk membuka akses membuka


Gambar 4 Titik Kritis Pengembangan E-Journal website, dari 23 responden mengungkapkan
pendapat yang tertera dalam Tabel 3.
tersebut. Oleh karena itu, dalam program ini akan Tabel 3 Akses dalam Membuka Website
mengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadi
dari kelemahan-kelemahan dari sistem tersebut, Skala Responden Persentase
misalnya dengan cara rutinitas back up program
sehingga apabila dalam proses publikasi mengalami Sangat Mudah 6 26,09%
Mudah 14 60,87%
kerusakan maka mempunyai cadangan program
Cukup Mudah 3 13,04%
sebagai pengganti. Sulit 0 0,00%
Angket yang diisi oleh responden dari Cukup Sulit 0 0,00%
Mahasiswa dan Dosen Jurusan Administrasi
Jumlah 23 100%
Pendidikan FIP UM. Responden dipilih secara acak
supaya data yang diperoleh lebih valid dan obyektif.
Jumlah responden dipilih sebanyak 20 (responden). Berdasarkan Tabel 3 dalam mengakses
Dari hasil angket yang di-upload dan diisi oleh website responden menilai bahwa tingkat
responden, didapatkan hasil analisis skor yang kemudahan dalam mengakses website skor
tertera dalam Tabel 2 sebagai berikut. tertinggi untuk tingkat kemudahan dalam
mengakses website dengan persentase 60,87 %
Tabel 2 Bentuk Tampilan Website dalam kriteria mudah, sedangkan skor terendah
dalam kriteria cukup mudah 13,04 %. Dapat
Skala Responden Persentase digambarkan seperti Gambar 6 sebagai berikut:
Sangat Menarik 6 26,09%
Menarik 16 69,67% Akses dalam Membuka Website
Cukup Menarik 1 4,35%
Kurang Menarik 0 0,00% 60,87
Tidak Menarik 0 0,00%
Jumlah 23 100% 26,09
13,04
0 0
Berdasarkan Tabel 2 hasil korespondensi
tentang bentuk dan tampilan website, responden Sangat Mudah Cukup Sulit Cukup Sulit
Mudah Mudah
menilai bahwa 26% menyatakan kriteria Sangat
Menarik, skor tertinggi untuk tampilan website
dengan persentase 69,67 % menyatakan dalam Gambar 6 Akses dalam Membuka Website
kriteria Menarik, sedangkan skor terendah dalam
552 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

Tentang pendapat dari responden mengenai Dapat digambarkan seperti Gambar 8 sebagai
struktur menu yang ada pada website, pendapat berikut:
responden tertera pada Tabel 4.
Struktur Menu dan Tampilan pada Content
Tabel 4 Struktur Menu yang ada pada Website Galeri
39,13

30,43
Skala Responden Persentase 26,09

Sangat Baik 6 26,09%


Baik 10 43,48% 3,48
0
Cukup Baik 6 26,09%
Kurang 1 3,48% Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Sangat
Sangat Kurang 0 0,00% Kurang

Jumlah 23 100%
Gambar 8 Struktur Menu dan Tampilan pada
Content Galeri
Berdasarkan Tabel 4 tentang struktur
menu yang ada dalam website, responden menilai Tabel 6 Tingkat Kemudahan Mengakses Berita
bahwa struktur menu yang ada pada website skor dalam Website
tertinggi dengan persentase 43,48 % dalam kriteria
baik, sedangkan skor terendah dalam kriteria Skala Responden Persentase
kurang 3,48 %. Dapat digambarkan seperti
Sangat Mudah 7 26,09%
Gambar 7 sebagai berikut:
Mudah 12 52,17%
Cukup Mudah 5 21,74%
Struktur Menu yang ada pada Website Sulit 0 0,00%
Sangat Sulit 0 0,00%
43,48
Jumlah 23 100%
26,09 26,09

Berdasarkan Tabel 6 tingkat kemudahan


3,48
0 dalam mengakses berita dalam website, responden
menilai bahwa tingkat kemudahan dalam
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Sangat
Kurang mengakses berita skor tertinggi untuk tingkat
kemudahan dalam mengakses berita dengan
Gambar 7 Struktur Menu yang ada pada Website persentase 52,17 % dalam kriteria mudah,
sedangkan skor terendah dalam kriteria cukup
Tabel 5 Struktur Menu dan Tampilan pada Content mudah 21,74 %. Dapat digambarkan seperti
Galeri Gambar 9 sebagai berikut:

Skala Responden Persentase Tingkat Kemudahan Mengakses Berita dalam


Website
Sangat Baik 7 30,43%
Baik 9 39,13% 52,17

Cukup Baik 6 26,09%


Kurang 1 3,48% 26,09
21,74
Sangat Kurang 0 0,00%
0 0
Jumlah 23 100%
Sangat Mudah Cukup Sulit Sangat Sulit
Mudah Mudah
Berdasarkan Tabel 5 tentang struktur menu
yang ada pada content galeri, responden menilai, Gambar 9 Tingkat Kemudahan Mengakses Berita
bahwa struktur menu yang ada pada content dalam Website
galeri skor tertinggi dengan persentase 39,13 %
dalam kriteria baik, sedangkan skor terendah
dalam kriteria kurang dengan persentase 3,48 %.
Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 553

Tabel 7 Tingkat Kemudahan dalam Mengunduh


Tingkat Kemudahan dalam Menggunakan E-
Content
Journal Manajemen
34,78
Skala Responden Persentase 30,43
26,09
Sangat Mudah 6 26,09%
Mudah 11 47,53% 8,7
Cukup Mudah 4 17,39%
0
Sulit 2 8,70%
Sangat Sulit 0 0,00% Sangat Mudah Cukup Sulit Sangat Sulit
Mudah Mudah
Jumlah 23 100%

Gambar 11 Tingkat Kemudahan dalam


Berdasarkan Tabel 7 tingkat kemudahan
Menggunakan E-Journal Manajemen
dalam mengunduh content, responden menilai Pendidikan
bahwa tingkat kemudahan dalam men-download
skor tertinggi dengan persentase 47,53% dalam Tabel 9 Tingkat Kebutuhan Wesbsite dalam
kriteria mudah, sedangkan skor terendah dalam Memperoleh Informasi
kriteria sulit 8,70%. Dapat digambarkan seperti Skala Responden Persentase
Gambar 10 sebagai berikut:
Sangat Memenuhi 6 26,09%
Memenuhi 12 52,17%
Tingkat Kemudahan dalam Mendownload
Cukup Memenuhi 5 21,74%
Content
Tidak Memenuhi 0 0,00%
47,53 Sangat Tidak Memenuhi 0 0,00%
Jumlah 23 100%
26,09
17,39
8,7
0 Berdasarkan Tabel 9 tingkat kebutuhan
dalam memperoleh informasi, responden menilai
Sangat Mudah Cukup Sulit Sangat Sulit
Mudah Mudah bahwa tingkat kebutuhan dalam memperoleh
informasi skor tertinggi dengan persentase 52,17%
Gambar 10 Tingkat Kemudahan dalam Mengunduh dalam kriteria mudah, sedangkan skor terendah
Content dalam kriteria sulit 21,74%. Dapat digambarkan
seperti Gambar 12 sebagai berikut:
Tabel 8 Tingkat Kemudahan dalam Menggunakan
E-Journal Manajemen Pendidikan Tingkat Kebutuhan Wesbsite dalam
Memperoleh Informasi
Skala Responden Persentase
52,17
Sangat Mudah 7 30,43%
Mudah 8 34,78% 26,09
21,74
Cukup Mudah 6 26,09%
0 0
Sulit 2 8,70%
Sangat Sulit 0 0,00% Sangat Memenuhi Cukup Tidak Sangat
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak
Jumlah 23 100% Memenuhi

Gambar 12 Tingkat Kebutuhan Wesbsite dalam


Berdasarkan Tabel 8 tingkat kemudahan
Memperoleh Informasi
dalam penggunaan content e-journal Manajemen
Pendidikan, responden menilai bahwa tingkat
Produk yang dihasilkan dalam penelitian
kemudahan dalam penggunaan e-journal
pengembangan ini adalah program pengembangan
Manajemen Pendidikan skor tertinggi dengan
dari jurnal cetak menjadi jurnal elektronik dengan
persentase 34,78% dalam kriteria mudah,
program Personal Home Page (PHP) dengan
sedangkan skor terendah dalam kriteria sulit 8,70%.
fasilitas Structured Query Language (SQL)
Dapat digambarkan seperti Gambar 11 sebagai
dengan menggunakan Content Management
berikut:
System Joomla. Website Jurusan Administrasi
554 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 547-555

Pendidikan diunggah melalui webserver TIK Konten yang terdapat dalam website secara
Fakultas Ilmu Pendidikan dan TIK Universitas umum dapat dimanfaatkan oleh khalayak umum,
Negeri Malang dengan alamat: http:// namun masih banyak konten-konten yang perlu
administrasipendidikan.um.ac.id. dikembangkan. Dalam website ini masih banyak
Dengan adanya website Jurusan Administrasi kekurangan-kekurangan yang menunjukkan ke
Pendidikan informasi akan mudah diakses oleh kata sempurna. Masih banyak konten-konten yang
khalayak umum yang sebelumnya belum begitu perlu dikembangkan seperti pengembangan yang
maksimal informasi yang diberikan kepada meliputi: Databased alumni, databased
masyarakat luas. Informasi mengenai Jurusan mahasiswa, pendaftaran ujian skripsi online,
Administrasi Pendidikan akan diakses masyarakat pendaftaran PPL online, pengajuan pembimbing
luas tanpa terbatas ruang dan waktu. Kelebihan skripsi online, pengumpulan tugas secara online,
dari website yang telah dibuat adalah sangat e-learning dan lain sebagainya. Semuanya
mudah dikelola, dan bisa diatur sesuai dengan terintegrasi secara teratur dan saling berhubungan
keinginan dari pengelola Jurnal Manajemen sehingga lebih efektif dan efisien.
Pendidikan. Joomla merupakan CMS yang banyak
dipakai oleh para webmaster di seluruh dunia. KESIMPULAN DAN SARAN
Kelemahan yang kemungkinan timbul dari segi
Sumber Daya Manusia adalah belum adanya Kesimpulan
pengelola website yang ada. Untuk kelemahan di
Kelebihan dari website yang telah dibuat
bidang program atau teknis website dibobol oleh
adalah sangat mudah dikelola, dan bisa diatur sesuai
hacking / orang yang tidak bertanggung jawab
dengan keinginan dari pengelola Jurnal Manajemen
dengan tujuan tertentu. Antisipasi yang dilakukan
Pendidikan. Joomla merupakan CMS yang banyak
adalah memberikan security-security yang
dipakai oleh para webmaster di seluruh dunia.
sekiranya sering disabotase orang. Banyak
Kelemahan yang kemungkinan timbul dari segi
security yang dapat digunakan untuk
Sumber Daya Manusia adalah belum adanya
mengantisipasi hal tersebut.
pengelola website yang ada. Untuk kelemahan di
Seper ti telah kita rasakan
bidang program atau teknis website dibobol oleh
bersama, bahwa kemajuan teknologi, informasi dan
hacking /orang yang tidak bertanggung jawab
komunikasi telah membawa dampak yang begitu
dengan tujuan tertentu. Antisipasi yang dilakukan
besar terhadap berbagai bidang kehidupan, hasil
adalah memberikan security-security yang
pengembangan produk ini telah menunjukkan
sekiranya sering disabotase orang. Banyak
bahwa kehadiran e-journal menjadi alternatif
security yang dapat digunakan untuk
untuk memperoleh artikel yang aktual, murah, dan
mengantisipasi hal tersebut.
cepat.
Hasil pengembangan produk ini memberikan
beberapa implikasi, antara lain: (1) implikasi Saran
terhadap perencanaan dan pengembangan Jurusan Konten yang terdapat dalam website secara
Administrasi Pendidikan Universitas Negeri umum dapat dimanfaatkan oleh khalayak umum,
Malang, (2) implikasi terhadap pengembangan e- namun masih banyak konten-konten yang perlu
journal Manajemen Pendidikan. Dengan adanya dikembangkan. Dalam website ini masih banyak
e-journal Manajemen Pendidikan akan kekurangan- kekurangan yang menunjukkan ke
mempermudah penyampaian informasi kepada kata sempurna. Masih banyak konten-konten yang
khalayak umum. Setelah program selesai perlu dikembangkan seperti pengembangan yang
diharapkan civitas akademika Jurusan Administrasi meliputi: Databased alumni, databased
Pendidikan FIP UM memanfaatkan fasilitas yang mahasiswa, pendaftaran ujian skripsi online,
ada di program ter sebut. Tujuan dari pendaftaran PPL online, pengajuan pembimbing
pengembangan ini adalah agar pengelolaan Jurnal skripsi online, pengumpulan tugas secara online,
Manajemen pendidikan berbasis e-journal, e-learning dan lain sebagainya. Semuanya
mewujudkan Jurnal Manajemen Pendidikan terintegrasi secara teratur dan saling berhubungan
terpublikasikan secara virtual dan massive, sehingga lebih efektif dan efisien.
memberikan kemudahan Jurnal Manajemen
Pendidikan dapat diakses oleh setiap orang.
Haq, Pengembangan Program E-Journal Manajemen Pendidikan 555

DAFTAR RUJUKAN

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidik- kan Open Journal System (OJS). (Online).
an. Jakarta: PT Bumi Aksara. (http://digilab.unsu.ac.id, diakses 2 Januari
Surjono, H.D. 2009. Pengenalan dan 2011).
Pengembangan E-Journal. (Online). Tresnawan, A D. 2005. Jurnal Elektronik:
(http://hermansurjono/hermansurjono. Berbagi Pengalaman Proses Berlang-
uny.ac.id, diakses 9 Juli 2010). ganan. Jurnal Online di UPT Perpustakaan
Suryana, H.2007. Pengembangan e-journal UNISBA. (Online), (http://www.ipi.or.id.
Universitas Sumatera Utara mengguna- materi/IPI-kiat.doc, diakses 9 Juli 2010).
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN
KEPUASAN KERJA PENGAWAI NEGERI SIPIL

Anik Dwi Astuti

e-mail: anikina88@yahoo.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study is to describe: (1) How high motivation of civil servants working
in Madame Automotive and Electronics (BOE) Malang, (2) How conducive organizational climate
BOE Viewing PNS in Malang, (3) How high job satisfaction PNS Viewing BOE in Malang, (4) the
relationship of work motivation and job satisfaction of civil servants in Madame BOE Malang, (5) the
relationship of organizational climate and job satisfaction of civil servants in Madame BOE Malang,
(6) the relationship of work motivation and organizational climate and job satisfaction of civil servants
in Madame BOE Malang.

Keywords: work motivation, organizational climate, job satisfaction

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan: (1) Seberapa tinggi motivasi kerja
PNS di PPPPTK Bidang Otomotif dan Elektronika (BOE) Malang, (2) Seberapa kondusif iklim organisasi
PNS di PPPPTK BOE Malang, (3) Seberapa tinggi kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang, (4)
Hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang, (5) Hubungan iklim
organisasi dengan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang, (6) Hubungan motivasi kerja dan
iklim organisasi dengan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang.

Kata kunci: motivasi kerja, iklim organisasi, kepuasan kerja.

Manajemen dalam sebuah organisasi merupakan 2005:202). Kepuasan ini juga dipengaruhi oleh
proses pemberdayaan sumber-sumber yang ada motivasi kerja. Menurut Munandar (2006:323),
dimulai dari proses perencanaan, pengorga- “motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-
nisasian, penggerakan, pengawasan sampai kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan
dengan evaluasi untuk mencapai tujuan yang serangkaian kegiatan yang mengarah ke
dilakukan secara efektif dan efisien. “Efektif tercapainya tujuan tertentu”. Jadi, motivasi kerja
berarti memberikan hasil yang memuaskan, merupakan dorongan dari diri seseorang yang
memanfaatkan waktu dan cara dengan sebaik- muncul karena adanya kebutuhan-kebutuhan untuk
baiknya, sedangkan efisien berarti berdaya guna” menciptakan kepuasan kerja, agar tujuan dari
(Badudu, 2003:75). Untuk mencapai tujuan ini, pekerjaannya dapat tercapai. Kebutuhan ini
diperlukan adanya SDM atau pegawai. meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
Diharapkan dengan adanya PNS dalam suatu kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri dan
organisasi dapat memberikan pelayanan kebutuhan aktualisasi diri.
terbaiknya kepada masyarakat, dalam hal ini ia juga Menurut Gomes (2003:177), “motivasi
akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh
baik. Guna mencapai tujuan ini, diperlukan adanya seseorang dalam mengejar suatu tujuan, motivasi
motivasi kerja dan iklim organisasi yang kondusif berkaitan erat dengan kepuasan kerja dan
dalam melaksanakan setiap kegiatannya, sehingga performansi pekerjaan”. Kepuasan kerja ini dapat
akan tercapai kepuasan kerja. diperoleh jika mereka termotivasi untuk melakukan
Kepuasan kerja pegawai harus mampu tugas dari pekerjaannya. “Motivasi terbentuk dari
diciptakan dengan baik agar kecintaan pegawai sikap (attitude) karyawan dalam menghadap
akan pekerjaannya dapat meningkat. Kepuasan situasi kerja di perusahaan” (Mangkunegara,
kerja adalah “sikap emosional yang menyenangkan 2006:61). Pada umumnya, setiap pegawai yang
dan mencintai peker jaannya” (Hasibuan, mempunyai motivasi kerja yang tinggi, akan mudah
556
Astuti, Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil 557

untuk melaksanakan tanggungjawab dari kota/kabupaten/provinsi, per usahaan, dan


pekerjaannya, mampu membaca situasi dan sebagainya, maka PPPPTK BOE Malang
permasalahan yang terjadi dalam pekerjaan serta berusaha untuk terus meningkatkan kinerjanya.
dapat memberikan respon yang tepat dan memiliki Baik tidaknya pelayanan yang diberikan tergantung
penyesuaian diri yang baik dengan lingkungannya. kepada para pegawainya. Peningkatan kinerja ini
Hal ini akan dapat mendorong gairah dan semangat akan didapatkan melalui kepuasan kerja dari para
kerja yang mengindikasikan pada kepuasan kerja pegawainya. Apabila kepuasan kerja tinggi, maka
dari pegawai tersebut. kinerja mereka juga akan tinggi, sehingga dapat
Selanjutnya, iklim organisasi adalah memberikan pelayanan terbaiknya bagi
“serangkaian sifat lingkungan kerja, yang dinilai masyarakat.
langsung atau tidak langsung oleh karyawan yang
dianggap menjadi kekuatan utama dalam METODE
mempengaruhi perilaku karyawan” (Sagala,
2008:130). Menurut Siagian (2005:295) “situasi Metode penelitian yang digunakan adalah
lingkunganpun turut berpengaruh pada tingkat penelitian deskriptif. Penelitian ini digunakan untuk
kepuasan kerja seseorang”. Iklim ini merupakan mengetahui hubungan antara dua variabel atau
sifat dari lingkungan kerja yang menjadi kekuatan lebih. Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel
utama dalam mempengaruhi sikap karyawan bebas (independent variable) dan 1 variabel
mengenai pekerjaannya. Jadi, iklim ini dapat menjadi terikat (dependent variable). Variabel bebas
ciri khas dari suatu organisasi, yang di dalamnya yakni motivasi kerja (X1) dan iklim organisasi (X2),
terdapat perilaku dari pimpinan sampai bawahan. sedangkan variabel terikat yakni kepuasan kerja
Semakin positif sikap seseorang, maka dia akan (Y).
merasa puas. Begitu pula sebaliknya, semakin Populasi dalam penelitian ini adalah para PNS
negatif sikapnya maka dia akan merasa tidak puas. di PPPPTK BOE Malang yang berjumlah 252
Secara kelembagaan PPPPTK diatur dalam orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional teknik simple random sampling. Jadi, sampelnya
(Permendiknas) Nomor 8 Tahun 2007 Pasal 1 (1) berjumlah 155 orang. Instrumen penelitian yang
tentang organisasi dan tata kerja “Pusat akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan atau kuesioner. Angket ini digunakan untuk
Tenaga Kependidikan yang selanjutnya dalam mendapatkan data mengenai variabel motivasi
peraturan ini disebut PPPPTK adalah unit pelaksana kerja (X1), iklim organisasi (X2), dan kepuasan
teknis di lingkungan Departemen Pendidikan kerja (Y), sedangkan pengukurannya dilakukan
Nasional di bidang pengembangan dan dengan cara memberikan skor pada tiap-tiap
pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan”. jawaban dari butir pertanyaan dalam angket.
PPPPTK mempunyai tugas menyelenggarakan Pemberian skor ini menggunakan skala Likert.
pendidikan dan pelatihan (Diklat) dalam bidang Teknik analisis data yang digunakan dalam
pengembangan dan peningkatan kompetensi profesi. penelitian ini terdiri atas: (1) Teknik analisis
Selain itu, PPPPTK mempunyai fungsi: (a) deskriptif, (2) Uji asumsi, (3) Teknik analisis
Penyusunan program pengembangan dan statistik inferensial. Teknik analisis deskriptif
pemberdayaan, (b) Pengelolaan data dan informasi meliputi: menentukan panjang kelas interval,
peningkatan kompetensi, (c) Memfasilitasi dan menentukan persentase, dan klasifikasi.
pelaksanaan peningkatan kompetensi, (d) Evaluasi Selanjutnya uji asumsi meliputi: uji normalitas, uji
program, dan (e) Pelaksana urusan administrasi. multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji
Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh heteroskedastisitas, sedangkan teknik analisis
peneliti di PPPPTK Bidang Otomotif dan statistik inferensial meliputi: uji F, uji t, analisis
Elektronika (BOE) Malang, lembaga ini telah regresi linier berganda, korelasi product moment
dilengkapi dukungan sumber daya manusia (SDM) pearson, dan analisis korelasi partial.
potensial dan pendukung, serta berpengalaman di
luar negeri seperti di Swiss dan Jerman. Dalam HASIL
rangka memberikan pelayanan yang unggul
kepada para pelanggannya, seperti Sekolah Berdasarkan hasil pengolahan data
Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah menggunakan teknik analisis deskriptif
Kejuruan (SMK) negeri dan swasta, lembaga diklat menunjukkan bahwa sebanyak 113 responden dari
558 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 556-562

155 responden (72,90%) berada dalam kategori terlihat titik-titik menyebar secara acak. Jadi dapat
tinggi, sebanyak 41 responden dari 155 responden disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
(26,45%) berada dalam kategori sedang, sebanyak pada model regresi.
1 responden dari 155 responden (0,65%) berada Hasil analisis menunjukkan bahwa Fhitung =
dalam kategori rendah, sedangkan tidak terdapat 97,488 > Ftabel 3,06 dan Sig F = 0,000 karena Sig F
responden yang masuk dalam kategori sangat < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi,
rendah (0%). Dari hasil analisis deskriptif juga terdapat hubungan yang simultan antara motivasi
dapat diketahui bahwa untuk data motivasi kerja kerja (X 1 ) dan iklim organisasi (X 2 ) dengan
(X1) dengan jumlah responden (N)= 155 orang, kepuasan kerja (Y).
dapat diperoleh nilai minimum 26,00 dan nilai Hasil analisis Coefficients a menunjukkan
maximum 44,00 dengan nilai mean 36,7742. bahwa dari variabel X1 menunjukkan thitung = 3,714
Standard deviation 3,55759. > ttabel = 1,960, maka H0 ditolak, koefisien regresi
Berdasarkan hasil pengolahan data signifikan, artinya variabel motivasi kerja (X1 )
menggunakan teknik analisis deskriptif secara par sial mempunyai hubungan yang
menunjukkan bahwa sebanyak sebanyak 88 signifikan dengan variabel kepuasan kerja (Y).
responden dari 155 responden (56,77%) berada Pada variabel X2 menunjukkan thitung = 9,272 > ttabel
dalam kategori tinggi, 67 responden dari 155 = 1,960, maka H 0 ditolak, koefisien regresi
responden (43,23%) berada dalam kategori sedang, signifikan, artinya variabel iklim organisasi (X2)
sedangkan tidak terdapat responden yang masuk secara par sial mempunyai hubungan yang
dalam kategori tidak kondusif dan sangat tidak signifikan dengan variabel kepuasan kerja (Y).
kondusif (0%). Dari hasil analisis deskriptif juga Berdasarkan hasil analisis antara motivasi
dapat diketahui bahwa untuk data iklim organisasi kerja (X1 ) terhadap kepuasan kerja (Y), dapat
(X2) dengan jumlah responden (N) = 155 orang, diperoleh nilai koefisien sebesar 0,560. Hal ini
dapat diperoleh nilai minimum 55,00 dan nilai berarti terdapat tingkat hubungan yang sedang
maximum 84,00 dengan nilai mean 69,4129. antara variabel motivasi kerja (X 1 ) terhadap
Standard deviation 6,35813. variabel kepuasan kerja (Y). Selanjutnya iklim
Berdasarkan hasil pengolahan data organisasi (X2) terhadap kepuasan kerja (Y), dapat
menggunakan teknik analisis deskriptif diperoleh nilai koefisien sebesar 0,723. Hal ini
menunjukkan bahwa sebanyak 86 responden dari berarti terdapat tingkat hubungan yang kuat antara
155 responden (55,48%) berada dalam kategori variabel iklim organisasi (X2) terhadap variabel
tinggi, sebanyak 68 responden dari 155 responden kepuasan kerja (Y). Angka koefisien positif
(43,87%) berada dalam kategori sedang, sebanyak menunjukkan hubungan yang positif antara variabel
1 responden dari 155 responden (0,65%) berada bebas (X) yaitu motivasi kerja (X1 ) dan iklim
dalam kategori rendah, sedangkan tidak terdapat organisasi (X2), secara simultan (bersama-sama)
responden yang masuk dalam kategori sangat dengan variabel terikat yaitu kepuasan kerja (Y).
rendah (0%). Dari hasil analisis deskriptif dapat Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial
diketahui bahwa untuk data kepuasan kerja (Y) dapat diketahui nilai koefisien hubungan motivasi
dengan jumlah responden (N) = 155 orang, dapat kerja (X 1 ) dengan kepuasan kerja (Y) yakni
diperoleh nilai minimum 40,00 dan nilai maximum sebesar 0,288. Selanjutnya nilai koefisien
72,00 dengan nilai mean 57,4452. Standard hubungan iklim organisasi (X2) dengan kepuasan
deviation 5,64553. kerja (Y) yakni sebesar 0,601. Jadi, dapat
Uji asumsi digunakan untuk untuk menguji disimpulkan bahwa X2 dengan nilai = 0,601 > X1
apakah variabel-variabel yang ada dalam penelitian dengan nilai = 0,288 maka X2 lebih berhubungan
tersebut layak atau tidak dipergunakan sebagai data secara parsial (sendiri-sendiri) daripada X1 dengan
penelitian. Uji ini meliputi: (1) Uji normalitas yaitu kepuasan kerja (Y)
data terdistribusi normal/data menyebar di sekitar
garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, PEMBAHASAN
(2) Uji multikolinieritas yaitu tidak terdapat
problem multikolinieritas, karena nilai VIF < 10, Motivasi kerja PNS di PPPPTK BOE Malang
nilai VIF sebesar (1,421; 1,421), (3) Uji berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 113
autokorelasi yaitu pada model Summaryb, terlihat responden dari 155 responden (72,90%), sebanyak
angka D – W = +2,077. Hal ini berarti tidak ada 41 responden dari 155 responden (26,45%) berada
autokorelasi, dan (4) Uji heteroskedastisitas yakni dalam kategori sedang, sebanyak 1 responden dari
Astuti, Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil 559

155 responden (0,65%) berada dalam kategori kekuatan utama dalam mempengaruhi perilaku
rendah, sedangkan tidak terdapat responden yang karyawan” (Sagala, 2008:130). Jadi, iklim
masuk dalam kategori sangat rendah (0%). Jadi, organisasi merupakan sebuah kondisi lingkungan
dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dalam dari suatu organisasi dimana seorang pegawai
kategori tinggi yakni 56,1% pada mean 36,7. dapat melaksanakan segala macam aktivitasnya
Motivasi kerja merupakan dorongan dari diri dan dapat mempengaruhi setiap individu yang ada
seseorang untuk menciptakan semangat kerja agar di dalamnya.
tujuan dari pekerjaannya dapat berjalan dengan Berdasarkan uraian di atas, iklim organisasi
efektif dan efisien. Menurut Hasibuan (2003:97), PNS di PPPPTK BOE Malang dalam kategori
motivasi ini bertujuan untuk “mendorong gairah dan kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
semangat kerja karyawan, meningkatkan moral hubungan yang harmonis antara pegawai dengan
dan kepuasan kerja karyawan”. Berdasarkan pegawai dan pegawai (bawahan) dengan
uraian di atas, motivasi kerja PNS di PPPPTK pimpinannya (atasan), misalnya dapat saling
BOE Malang dalam kategori tinggi. Hal ini bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan
menunjukkan bahwa telah terpenuhinya berbagai dapat saling menyesuaikan diri dengan lingkungan
faktor ekstrinsik, seperti kebutuhan fisiologis, di tempat kerja.
kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan sosial, serta Selain itu, seorang pegawai mampu
faktor intrinsik, seperti kebutuhan harga diri dan melakukan kewajibannya dengan baik, seperti
kebutuhan aktualisasi diri. memberikan pelayanan kepada para pelanggan
Faktor ekstrinsik merupakan faktor-faktor (masyarakat), menaati peraturan-peraturan kerja
dari luar pekerjaan. Pertama, kebutuhan fisiologis yang telah ditetapkan, dan selalu berusaha
yakni para pegawai telah diberikan gaji dan fasilitas meningkatkan kinerjanya yang akan memberikan
yang sesuai dengan standar kerja yang ada. manfaat bagi kemajuan organisasi tempat dimana
Kedua, kebutuhan rasa aman yakni meliputi para ia bekerja. Di PPPPTK BOE Malang, para
pegawai merasa telah memiliki jabatan yang layak pegawai juga diberikan hak untuk
dan sesuai di tempat kerja, serta jaminan keamanan mengembangkan karir, bekerjasama dengan rekan
kerja. Ketiga, kebutuhan sosial yakni meliputi para kerja dan pimpinannya, dan mendapatkan berbagai
pegawai merasa diberikan kebebasan dalam fasilitas yang dibutuhkan di tempat kerja.
mengikuti setiap kegiatan yang ada di tempat kerja Kepuasan kerja di PPPPTK BOE Malang
dan mereka juga menjalin hubungan yang baik berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 86
dengan rekan kerja. responden dari 155 responden (55,48%), sebanyak
Selanjutnya faktor intrinsik merupakan faktor- 68 responden dari 155 responden (43,87%) berada
faktor dari dalam yang berkaitan dengan isi dari dalam kategori sedang, sebanyak 1 responden dari
pekerjaan. Pertama, kebutuhan harga diri yang 155 responden (0,65%) berada dalam kategori
meliputi para pegawai merasa diakui prestasi rendah, sedangkan tidak terdapat responden yang
kerjanya, adanya kenaikan jabatan maupun masuk dalam kategori sangat rendah (0%). Jadi,
pengembangan karir bagi para pegawai. Kedua, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dalam
kebutuhan aktualisasi diri yang meliputi para kategori tinggi yakni 55,5% pada mean 57,4.
pegawai diberikan kebebasan berpendapat, Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai “suatu
mengikuti training, dan diberikan kesempatan perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
untuk melanjutkan/mengikuti tugas belajar (study). merupakan hasil dari sebuah evaluasi
Iklim organisasi PNS di PPPPTK BOE karakteristiknya” (Robbins & Judge, 1998:99).
Malang berada pada kategori kondusif yaitu Kepuasan kerja merupakan sikap emosional
sebanyak 88 responden dari 155 responden seorang pegawai yang menyenangkan atau tidak
(56,77%), 67 responden dari 155 responden menyenangkan dalam menjalankan pekerjaannya.
(43,23%) berada dalam kategori sedang, sedangkan Kepuasan kerja pegawai harus diciptakan sebaik-
tidak terdapat responden yang masuk dalam baiknya agar kecintaan pegawai akan
kategori tidak kondusif dan sangat tidak kondusif pekerjaannya dapat meningkat. Berdasarkan
(0%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja uraian di atas, kepuasan kerja PNS di PPPPTK
dalam kategori kondusif yakni 52,3% pada mean BOE Malang dalam kategori tinggi. Hal ini
69,4. Iklim organisasi adalah “serangkaian sifat menunjukkan bahwa para pegawai memiliki
lingkungan kerja, yang dinilai langsung atau tidak keterampilan dan kompetensi kerja yang mampu
langsung oleh karyawan yang dianggap menjadi melaksanakan kewajibannya dan mendukung
560 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 556-562

pekerjaannya, sehingga ia memiliki prestasi kerja pegawai. Sebagaimana hasil dari penelitian ini,
yang baik dan akhirnya memiliki jabatan yang maka mendukung penelitian sebelumnya yang telah
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan di tempat dilakukan oleh Pramana (2011:64) diperoleh hasil,
kerjanya. yakni motivasi kerja memberikan pengaruh yang
Selain itu, para pegawai juga merasa puas signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT.
dengan adanya pimpinan (atasan) yang dapat Sinar Magnit Malang. Adapun kaitan motivasi kerja
bekerjasama dan memberikan arahan, bimbingan, dengan kepuasan kerja yaitu: Pertama, seorang
dan perhatian, serta supervise yang mampu pegawai yang memiliki motivasi kerja yang tinggi
memberikan manfaat bagi etiap pegawai yang dan kepuasan kerja yang tinggi, maka hal ini
mengalami kesulitan dalam bekerja. Selanjutnya, merupakan nilai positif bagi organisasi maupun
dengan adanya penyesuaian diri yang baik antar pegawai. Misalnya pegawai memiliki kinerja yang
rekan kerja dan saling membantu juga mampu tinggi dan organisasi tempat ia bekerja telah
mendukung suasana dalam bekerja. Di sini, para memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai. Kedua,
pegawai juga mendapatkan haknya seperti seorang pegawai yang memiliki motivasi kerja yang
kebebasan dalam berpendapat, gaji dan tunjangan tinggi dan kepuasan kerja yang rendah, maka hal
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, ini merupakan nilai positif bagi organisasi dan
serta pemenuhan fasilitas yang membuatnya negatif bagi pegawai. Misalnya pegawai memiliki
merasa nyaman dalam bekerja. kinerja yang tinggi, tetapi organisasi tempat ia
Kepuasan kerja seorang pegawai dapat bekerja kurang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dipengaruhi oleh motivasi kerja yang dimilikinya pegawai.
dan juga iklim organisasi sebagai pendukung. Ketiga, seorang pegawai yang memiliki
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan motivasi kerja yang rendah dan kepuasan kerja
menggunakan uji F diperoleh hasil yakni Sig F= yang tinggi, maka hal ini merupakan nilai negatif
0,000 karena Sig F < 0,05 sehingga H0 ditolak dan bagi organisasi dan positif bagi pegawai. Misalnya
H1 diterima. Jadi, terdapat hubungan yang simultan pegawai memiliki kinerja yang rendah, sedangkan
antara motivasi kerja (X1) dan iklim organisasi (X2) organisasi tempat ia bekerja telah memenuhi
dengan kepuasan kerja (Y). Selanjutnya dalam uji kebutuhan-kebutuhan pegawai. Keempat, seorang
t diperoleh hasil yakni variabel X1 menunjukkan pegawai yang memiliki motivasi kerja yang rendah
thitung= 3,714 > ttabel= 1,960, maka H0 ditolak, artinya dan kepuasan kerja yang rendah, maka hal ini
variabel motivasi kerja (X 1 ) secara parsial merupakan nilai negatif bagi organisasi dan negatif
mempunyai hubungan yang signifikan dengan bagi pegawai. Misalnya pegawai memiliki kinerja
variabel kepuasan kerja (Y). Pada variabel X2 yang rendah dan juga organisasi tempat ia bekerja
menunjukkan thitung= 9,272 > ttabel= 1,960, maka kurang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai.
H0 ditolak, artinya variabel iklim organisasi (X2) Selain itu, iklim organisasi juga merupakan
secara par sial mempunyai hubungan yang faktor yang lebih berhubungan dalam memberikan
signifikan dengan variabel kepuasan kerja (Y). kontribusi terhadap kepuasan kerja seorang
Dalam analisis korelasi product moment pearson, pegawai daripada motivasi kerja. Iklim organisasi
nilai koefisien X2 = 0,723 > X1 = 0,560. Selanjutnya merupakan sebuah kondisi lingkungan suatu
dalam analisis parsial nilai koefisien X2 = 0,601 > organisasi dimana seorang pegawai dapat
X1 = 0,288, dan dalam persamaan regresi nilai melaksanakan segala macam aktivitasnya yang
koefisien X2 = 0,527 > X1 = 0,377. Jadi, dapat juga dapat mempengaruhi setiap individu yang ada
disimpulkan adanya hubungan antara variabel di dalamnya. Jadi, iklim ini dapat menjadi ciri khas
motivasi kerja (X1) dan iklim organisasi (X2 ) dari suatu organisasi, yang di dalamnya terdapat
dengan kepuasan kerja (Y). Variabel iklim perilaku dari pimpinan sampai bawahan. Hal ini
organisasi (X2) lebih berhubungan dengan variabel dapat berupa saling bekerja sama dalam
kepuasan kerja (Y) daripada variabel motivasi kerja menyelesaikan pekerjaan dan dapat saling
(X1). menyesuaikan diri dengan lingkungan antar rekan
Motivasi kerja merupakan dorongan dari diri kerja, serta terdapat hubungan yang harmonis
seseorang untuk menciptakan semangat kerja antara atasan dan bawahan.
dalam melaksanakan pekerjaannya, agar tujuan Selanjutnya, seorang pegawai mampu
dari pekerjaannya dapat berjalan dengan efektif memberikan pelayanan terbaik kepada para
dan efisien. Motivasi ini bertujuan untuk mendorong pelanggan (masyarakat), menaati peraturan-
dan meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja peraturan kerja yang telah ditetapkan, dan selalu
Astuti, Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Pegawai Negeri Sipil 561

berusaha meningkatkan kinerjanya yang akan kategori tinggi (55,5%), (4) Motivasi kerja
memberikan manfaat bagi kemajuan organisasi berhubungan secara parsial dengan kepuasan kerja
tempat dimana ia bekerja. Para pegawai juga PNS di PPPPTK BOE Malang, (5) Iklim
diberikan hak untuk mengembangkan karir dan organisasi berhubungan secara parsial dengan
mendapatkan berbagai fasilitas yang dibutuhkan kepuasan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang,
di tempat kerja. Sebagaimana penelitian yang telah dan (6) Motivasi kerja dan iklim organisasi
dilakukan oleh Adi (2011:68) diperoleh hasil yakni berhubungan secara simultan dengan kepuasan
ada pengaruh langsung yang positif dan signifikan kerja PNS di PPPPTK BOE Malang.
antara iklim organisasi terhadap kepuasan kerja
karyawan bagian produksi PT. Dadi Mulyo Sejati Saran
Ngawi. Semakin positif sikap seseorang, maka dia
akan merasa puas. Begitu pula sebaliknya, semakin Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka
negatif sikapnya maka dia akan merasa tidak puas. disampaikan saran kepada: (1) Kepala PPPPTK
Sikap positif di sini merupakan sikap dimana ia BOE Malang yaitu Dalam rangka meningkatkan
mampu melaksanakan tanggungjawabnya sebagai motivasi kerja, hendaknya diusahakan agar
seor ang pegawai, ia akan mau menerima berbagai kebutuhan para pegawai dapat dipenuhi
tanggungjawab, kreatif, dan dapat mengarahkan secara efektif dan efisien. Selain itu, perlu pula
diri sendiri, begitupula sebaliknya sikap negatif menjaga iklim organisasi sebagai ciri khas dari
merupakan sikap dimana ia kurang mampu sebuah organisasi agar tetap berjalan kondusif.
melaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorang Selanjutnya dalam hal meningkatkan kepuasan
pegawai, ia akan malas, tidak suka bekerja atau kerja para pegawai, hendaknya diberikan kegiatan
akan mau bekerja apabila dipaksa. pengembangan diri seperti pendidikan dan
Bagi pegawai yang kurang memiliki motivasi pelatihan (diklat) secara berkala, memenuhi segala
kerja untuk pekerjaannya dan juga kurang kebutuhan baik fisik (peralatan dan perlengkapan
mendukung terciptanya iklim organisasi yang kantor) maupun non fisik (situasi dan kondisi di
efektif, maka dia akan selalu mengeluh dengan tempat kerja) guna menunjang kondisi kerja, (2)
keadaannya, sedangkan bagi pegawai yang Para PNS di PPPPTK BOE Malang, Dalam
memiliki motivasi yang tinggi dan mampu rangka kemajuan organisasi, para pegawai harus
menciptakan iklim organisasi yang kondusif, maka memberikan kontribusi yang berupa partisipasinya
dia akan mampu mencintai dan menikmati dalam bekerja (peningkatan kinerja) demi
pekerjaannya. Pada umumnya, setiap pegawai tercapainya tujuan organisasi. Contohnya dengan
menyukai pekerjaan yang memberikan mereka mengikuti atau melanjutkan tugas belajar (study)
kesempatan untuk melaksanakan pekerjaannya guna mengembangkan kompetensi kerja. Selain itu,
sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang penerapan tanggungjawab sebagai PNS juga harus
mereka miliki. Pegawai yang mempunyai motivasi ditingkatkan, seperti kedisiplinan dalam
kerja yang baik tentu akan mudah untuk menggunakan pakaian dinas sesuai dengan
melaksanakan semua tanggung jawab pekerjaan, ketentuan yang berlaku, dan datang ke tempat
mampu membaca situasi dan permasalahan yang kerja tepat pada waktunya, (3) Civitas Akademika
terjadi dalam pekerjaan serta dapat memberikan Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas
respon yang tepat dan memiliki penyesuaian diri Negeri Malang, hendaknya dapat dijadikan
yang baik dengan lingkungannya. referensi bagi perkembangan perkuliahan dan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
KESIMPULAN DAN SARAN manajemen kepegawaian. Dalam hal ini adalah
penerapan teori Maslow tentang pemenuhan
Kesimpulan kebutuhan pegawai secara efektif dan efisien,
serta teori Stringer tentang dimensi iklim organisasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
supaya berjalan secara kondusif, dan (4) Peneliti
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Motivasi
lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
kerja PNS di PPPPTK BOE Malang termasuk
pihak yang melakukan penelitian sejenis dengan
dalam kategori tinggi (56,1%), (2) Iklim organisasi
menggunakan variabel lain misalnya kompetensi
PNS di PPPPTK BOE Malang termasuk dalam
kerja dan produktivitas kerja yang terkait dengan
kategori kondusif (52,3%), (3) Kepuasan kerja
manajemen sumber daya manusia.
PNS di PPPPTK BOE Malang termasuk dalam
562 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 556-562

DAFTAR RUJUKAN

Adi, B. P. 2011. Pengaruh Iklim Organisasi Pramana, Y. D. 2011. Pengaruh Motivasi Kerja
terhadap Turnover Intention melalui terhadap Produktivitas Kerja melalui
Stres Kerja dan Kepuasan Kerja (Studi Kepuasan Kerja dan Komitmen
pada Karyawan Bagian Produksi PT. Organisasional pada PT. Sinar Magnit
Dadi Mulyo Sejati Ngawi). Skripsi tidak Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
diterbitkan. Malang: FE UM. FE UM.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Robbins, S. P. & Judge, T. A. 1998. Perilaku
Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Organisasi-Organizational Behavior.
Jakarta: Rineka Cipta. Terjemahan oleh Diana A., Ria C., Abdul
Badudu, J. S. 2003. Kamus Kata-kata Serapan R. 2009. Jakarta: Salemba Empat.
Asing Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Sagala, S. 2008. Budaya dan Reinventing
Buku Kompas. Organisasi Pendidikan. Bandung:
Gomes, F. C. 2003. Manajemen Sumber Daya Alfabeta.
Manusia. Yogyakarta: Andi. Salsabilla, F. 2011. Pusat Pengembangan
Hasibuan, M. S. P. 2003. Organisasi dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Motivasi Dasar Peningkatan Produkti- Kependidikan (PPPPTK), (Online), (http:/
vitas. Jakarta: Bumi Aksara. /faesabila.blogspot.com/2011 /04/pusat-
Hasibuan, M. S. P. 2005. Manajemen Sumber pengembangan-dan-pemberdayaan.html,
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. diakses 17 Oktober 2011).
Mangkunegara, A. P. 2006. Evaluasi Kinerja Siagian, S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya
SDM. Bandung: PT. Refika Aditama. Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, A. S. 2006. Psikologi Industri dan Wiyono, B. B. 2007. Metodologi Penelitian
Organisasi. Jakarta: UI Press. (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Action Research). Malang: FIP UM.
MANAJEMEN PESERTA DIDIK PADA SEKOLAH SATU
ATAP SEBAGAI PENUNTASAN WAJIB BELAJAR
DI DAERAH TERPENCIL

Sinta Maya Sari

e-mail: sintamaya.sari@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: the purpose of this study is to describe the history of SMP Negeri 2 Karangploso One
Roof, planning students, coaching junior high school students and the impact of the presence of the
One-Stop junior compulsory. This study used a qualitative approach with case study research design.
The technique of collecting data using interviews, observation, and study documentation.

Keywords: pupil management, one roof school.

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan sejarah SMP Negeri 2 Karangploso Satu
Atap, perencanaan peserta didik, pembinaan peserta didik SMP dan dampak keberadaan SMP Satu
Atap terhadap penuntasan wajib belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi.

Kata kunci: manajemen peserta didik, sekolah satu atap, wajib belajar

Pendidikan diperlukan untuk mencerdaskan tetapi juga SD lain yang terletak di sekitar daerah
generasi penerus bangsa, sehingga mereka mampu ini yang melanjutkan ke sekolah. Pernyataan ini
bersaing di dunia global. Hal ini tidak terkecuali diungkapkan oleh Bapak Marja’i selaku Kepala
dengan pendidikan yang diberikan untuk generasi SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap ketika
penerus bangsa yang tinggal di daerah terpencil. peneliti melakukan wawancara dengan beliau, yaitu:
Hal ini dibuktikan dengan keberadaan Sekolah “mayoritas yang melanjutkan kesini lulusan SD
Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Karangploso Negeri 2 Donowarih mbak, tetapi ada juga dari
Satu Atap Kabupaten Malang, Jawa Timur yang SD yang lain yang masuk juga kesini, terutama
terletak jauh dari perkotaan. Para guru tetap di anak-anak yang tidak mampu”. Berdasarkan
sekolah tersebut tetap setia member ikan ungkapan Bapak Marja’i ini dapat dilihat betapa
pembelajaran bagi peserta didik, walaupun dalam pentingnya sekolah satu atap ini untuk menuntaskan
kondisi yang serba mempunyai keterbatasan. Wajar 9 tahun di daerah tersebut.
SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap Latar belakang didirikan SMP Satu Atap
merupakan sekolah yang didirikan sebagai disebabkan oleh banyaknya peserta didik lulusan
program pemerintah untuk mempercepat SD yang droup out karena letak sekolah
pencapaian target Wajib Belajar (Wajar) sembilan menengah sangat jauh dan juga besarnya biaya
(9) tahun. Tujuan SMP Satu Atap adalah untuk yang harus mereka keluarkan. Berdirinya SMP
mengatasi kendala yang dihadapi anak-anak Negeri 2 Karangploso Satu Atap agar peserta didik
lulusan sekolah dasar yang tinggal di daerah yang awalnya tidak bersekolah dan berhenti setelah
terpencil. Konsep pembangunan SMP Satu Atap lulus SD dapat melanjutkan lagi untuk bersekolah
adalah mendekatkan lembaga pendidikan SMP ke karena di sekolah satu atap tidak pernah menarik
Sekolah Dasar (SD) yang sebelumnya sudah berdiri sedikitpun biaya untuk peserta didik. Lokasi SMP
lebih dahulu agar lulusan SD dapat langsung Negeri 2 Karangploso Satu Atap tidak terlalu jauh
melanjutkan ke jenjang SMP. SMP Negeri 2 dari rumah peserta didik sehingga peserta didik
Karangploso Satu Atap tidak hanya menerima tidak perlu menempuh perjalanan jauh untuk ke
peserta didik lulusan dari SD Negeri 2 Donowarih, sekolah. Namun, masih terdapat juga beberapa
563
564 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

peserta didik yang mempunyai lokasi rumah yang penelitian ini, selain sebagai instrumen penelitian
jauh untuk menjangkau ke SMP Negeri 2 sekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data,
Karangplososo Satu Atap. Menurut pemaparan pengalisis data, dan penafsir data.
Bapak Sutrisno “jarak terjauh rumah peserta didik Kehadiran peneliti di lokasi penelitian sedikit
5 km dan rata-rata peserta didik menempuh jarak banyak akan mempengaruhi proses penelitian.
dari rumah ke sekolah adalah dengan berjalan Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2
kaki”. Karangploso Satu Atap yang lokasinya di SDN 2
Keadaan di lapangan menujukkan bahwa Donowarih terletak di Dusun Borogragal Desa
Sekolah Satu Atap yang seharusnya mendapatkan Donowarih Kecamatan Karangploso Kabupaten
perhatian khusus, pada kenyataanya kurang begitu Malang. Telepon 0341 9452389. Akses menuju
mendapatkan perhatian untuk pengembangan sekolah ini sangat sulit terlebih karena untuk menuju
sekolah secara menyeluruh, terlebih pada substansi desa ini tidak terdapat transportasi umum dan untuk
manajemen peserta didik. Peserta didik kurang menuju ke sekolah ini hanya dapat diakses dengan
mendapatkan layanan-layanan khusus yang menggunakan kendaraan pribadi.
maksimal dari sekolah dikarenakan sekolahpun juga Sumber data utama dalam penelitian ini adalah
kurang mendapatkan perhatian khusus dari informasi dari perintis SMP Negeri 2 Karangploso
Pemerintah. Walaupun masih banyak kekurangan Satu Atap, kepala sekolah SMP Negeri 2
pada Sekolah Satu Atap, keberadaan Sekolah Satu Karangploso Satu Atap, guru, pembina
Atap diharapkan mampu memperluas layanan ekstrakurikuler, peserta didik SMP Negeri 2
pendidikan dasar di daerah terpencil. Dengan Karangploso Satu Atap pada jenjang SMP, dan
demikian lulusan SD yang ada di daerah tersebut, orangtua peserta didik. Data tambahan yang
bisa langsung melanjutkan ke SMP tanpa berpindah digunakan adalah dokumen yang dianalisis sendiri
ke sekolah (SMP) lain yang jaraknya sangat jauh. oleh peneliti, yang terdiri dari: profil sekolah, surat
Meskipun nama sekolah ini SMP Negeri 2 keputusan (SK), laporan pelaksanaan PPDB, data
Karangploso Satu Atap, tetapi secara kelembagaan jumlah peserta didik, buku induk, buku klapper,
di lokasi tersebut ada dua satuan pendidikan yaitu kalender pendidikan, kriteria ketuntasan minimal
SD dan SMP. Lembaga SD yang lebih dulu berdiri (KKM), jadwal pelajaran SD dan SMP, serta foto-
sejak Tahun 1976 dan kemudian pada Tahun 2007 foto dan video kegiatan yang berkaitan dengan
berdiri SMP satu atap yang memang secara konsep fokus penelitian.
pembangunannya didekatkan dengan SD. SMP Ada tiga teknik yang digunakan oleh peneliti
Negeri 2 Karangploso Satu Atap juga hanya dalam pengumpulan data penelitian ini, yaitu: (1)
mempunyai 1 Kepala Sekolah yang mengelola SD Teknik wawancara mendalam dengan tujuan agar
dan SMP tersebut. Sekolah satu atap inilah yang dapat dilakukan secara lebih personal yang
menjadi satu-satunya tumpuan generasi penerus memungkinkan sekali diperoleh infor masi
bangsa yang berada di daerah terkendala geografis. sebanyak-banyaknya; (2) Teknik pengamatan
berperan serta dengan tujuan peneliti dapatmelihat
METODE langsung dan membandingkan informasi yang telah
diberikan melalui teknik pengumpulan data yang
Fokus penelitian ini adalah sejarah SMP lain; (3 ) Teknik dokumentasi digunakan untuk
Negeri 2 Karangploso Satu Atap, perencanaan mengumpulkan data dari sumber yang non insani.
peserta didik SMP Negeri 2 Karangploso Satu Teknik wawancara mendalam digunakan
Atap, pembinaan peserta didik SMP Negeri 2 peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai
Karangploso Satu Atap dan dampak keberadaan manajemen peserta didik dalam penuntasan Wajar
SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap terhadap 9 tahun di SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap,
wajib belajar. Sesuai dengan fokus penelitian maka khususnya yang berkaitan dengan fokus penelitian,
penelitian ini mengggunakan pendekatan kualitatif yaitu mengenai sejarah, perencanaan peserta didik,
dengan rancangan studi kasus. Pendekatan yang pembinaan peserta didik, hingga dampak
digunakan dalam penelitian ini adalah metode keberadaan SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap
penelitian kualitatif. Desain penelitian ini juga terhadap Wajar 9 tahun. Informan pada penelitian
menggunakan desain studi kasus. Kegiatan ini ini yaitu perintis SMP Negeri 2 Karangploso Satu
ditempuh melalui desain studi kasus agar tujuan Atap, kepala sekolah, guru, peserta didik, hingga
yang dimaksud tercapai. Kedudukan peneliti dalam orangtua peserta didik. Wawancara yang dilakukan
Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 565

secara mendalam dari peneliti, maka diperoleh Karangploso Satu Atap. Hampir 97% lulusan SD
informasi sebanyak-banyaknya dari para informan. tidak melanjutkan ke jenjang SMP karena selain
Proses observasi pertama dimulai dengan terkendala oleh biaya mereka juga terkendala oleh
meminta ijin terlebih dahulu kepada kepala sekolah, jauhnya lokasi rumah mereka untuk menuju ke
setelah mendapatkan ijin, peneliti mulai melakukan SMP. SD-SMP Satu Atap Donowarih resmi
observasi untuk mengamati kegiatan peserta didik didirikan pada Tahun 2007 seiring diterbitkan Surat
selama berada di sekolah, mulai dari peserta didik Keputusan (SK) Nomor: 180i1187/KEP/412.013/
sampai di sekolah, melakukan PBM, hingga peserta 2007 yang membuktikan diresmikan SD-SMP Satu
didik pulang dari sekolah yang menempuh Atap Donowarih. Nama Donowarih diambil karena
perjalanan yang terbilang jauh dari keramaian kota. SD Donowarih 2 inilah yang akan dikembangkan
Pelaksanaan observasi ini dilakukan sendiri oleh menjadi SD-SMP Donowarih Satu Atap. Namun,
peneliti tanpa didampingi oleh pihak sekolah. karena pada Tahun 2010 terdapat peraturan baru
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan dan dari Pemerintah nama sekolah ini berubah menjadi
dianalisis oleh peneliti dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap.
dokumen yang berkaitan dengan kondisi sekolah Tahapan awal untuk pendirian sekolah satu
dan dokumen yang berkaitan dengan fokus atap adalah dengan melakukan verifikasi door to
penelitian. Di lokasi penelitian, peneliti memperoleh door dan mendokumentasikan kegiatan itu dalam
dokumen berupa surat keputusan (SK) penetapan bentuk foto keluarga di depan rumah mereka.
SD-SMP Satu Atap, laporan PPDB, profil sekolah, Verifikasi ini dilakukan dengan mendatangi 33
foto-foto kegiatan peserta didik, hingga video ketika Kepala Keluarga (KK) yang lokasinya hingga di
awal pembukaan SMP Negeri 2 Karangploso Satu bawah Gunung Mujur. Verifikasi ini bertujuan
Atap. menjaring anak mulai umur 6 tahun hingga 60 tahun
Teknik analisis data melalui proses: reduksi yang mengalami putus sekolah. Verifikasi dilakukan
data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Dalam sebagai bukti bahwa di daerah ini memang benar-
penelitian ini untuk pengecekan keabsahan data benar terdapat penduduk yang membutuhkan
dilakukan dengan teknik perpanjangan pendidikan untuk anak-anak mereka dan sebagian
keikutsertaan dan triangulasi sumber. Lama besar adalah masyarakat miskin yang bermata
perpanjangan keikutsertaan ini dilakukan pencaharian sebagai petani.
tergantung pada kedalaman, keluasan dan Hasil verifikasi tersebut diserahkan ke Satuan
kepastian data. Dalam perpanjangan keikutsertaan Kerja (Satker) Perluasan dan Peningkatan Mutu.
untuk menguji kredibilitas penelitian, sebaiknya Apabila hasil dinyatakan layak, sekolah
difokuskan pada pengujian terhadap data yang dikembangkan menjadi SD-SMP Satu Atap. Hasil
telah diperoleh, apakah data yang diperoleh tidak verifikasi ini yang akhirnya dijadikan Dinas
mengalami perubahan atau tidak, benar atau tidak. Pendidikan untuk menetapkan kelembagaan SD
Apabila setelah dicek kembali ke lapangan data Donowarih 2 menjadi SD-SMP Satu Atap
sudah benar berarti kredibel dan waktu Donowarih. Bu Wiwik yang semula hanya menjadi
perpanjangan keikutsertaan dapat diakhiri. teknik kepala sekolah SD setelah didirikan SD-SMP
triangulasi sumber dilakukan dengan cara Donowarih menjadi kepala sekolah SD dan SMP.
menanyakan kebenaran data atau informasi Hasil verifikasi tersebut juga digunakan sekolah
tertentu yang diperoleh dari seseorang informan untuk mendata semua APK untuk dijaring dan
ke informan lain. Di lapangan peneliti melakukan pembagian kelas berdasarkan umur dan
triangulasi sumber dengan mengajukan beberapa kebutuhan. Pengelompokkan peserta didik yang
pertanyaan yang sama kepada informan yang dilakukan oleh sekolah, seperti tabel 1.
berbeda mengenai manajemen peserta didik, Perencanaan jumlah peserta didik tidak
khususnya yang berkaitan dengan fokus penelitian. menetapkan daya tampung dan jumlah kelas,
karena tujuan keberadaan sekolah di sini adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk meminimalisasi jumlah APK. Langkah
kedua yang dilakukan oleh sekolah adalah
Semula, pada tahun 1976 hanya terdapat bagaimana dengan tenaga pendidiknya. Tenaga
SDN Donowarih 2 Karangploso di lokasi berdirinya pendidik dipersiapkan bagi sekolah SD-SMP Satap
SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap Kabuapaten (khususnya tingkat SMP) dalam rangka kegiatan
Malang sekarang. Tingkat APK di daerah ini sangat pembelajaran Tahun Pelajaran 2006/2007,
tinggi sebelum didirikan SMP Negeri 2 pengurus sekolah dengan berkoordinasi dengan
566 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

Tabel 1 Pengelompokan Peserta Didik Berdasarkan Umur dan Kebutuhan

Umur Jenis Pendidikan Keterangan


0-6 tahun SD Belum Pernah Bersekolah
6-12 tahun Paket A Tidak Punya Ijazah
12-18 tahun SMP Satu Atap Punya Ijazah
12-18 tahun Paket B Tidak Punya Ijazah
18-60 tahun Keaksaraan Fungsional (KF) Tidak punya Ijazah

Tabel 2 Program Kerja Penerimaan Peserta Didik Baru

No Tanggal Kegiatan
1 16 Juni 2011 Rapat pembentukan panitia
2 17 Juni 2011, & Pembuatan SK panitia penerimaan peserta didik baru dan administrasi
18 Juni 2011
3 20 s.d. 24 Juni 2011 Penerimaan formulir pendaftaran dan Pendaftaran peserta didik baru
4 28 Juni 2011 Verifikasi/pengolahan nilai
5 30 Juni 2011 Pengumuman peserta didik baru dan rapat wali murid yang diterima
6 4 Juli 2011 Daftar ulang
7 9 Juli 2011 Pemanggilan pengganti siswa
8 11,12,13 Juli 2011 Persiapan MOS dan pelaksanaan MOS
9 16 Juli 2011 Pelaporan

Dinas Pendidikan Kabupaten dan melakukan yang mengacu kepada kebutuhan dan
pendataan bagi guru-guru yang memenuhi syarat pengembangan peserta didik. Kurikulum Berbasis
untuk mengajar tingkat SMP. Guru-guru tersebut Kompetensi yaitu kurikulum KTSP program
dapat berasal dari SD atau dari warga sekitar yang pembelajaran terdiri atas kelas VII, VIII, dan IX
berpendidikan cukup dan memenuhi syarat. dengan metode pembelajaran aktif. Kegiatan yang
Persiapan sarana dan prasarana pada Tahun selalu rutin dilaksanakan secara bersamaan oleh
Pelajaran 2007/2008 masih kurang sangat peserta didik SD dan SMP kebanyakan adalah
maksimal karena memang belum adanya bantuan hari-hari besar agama, seperti Isra’ Mi’raj, Maulid
dari pemerintah, ruang belajar yang harus Nabi, dan Idul Adha. Kegiatan yang lain yang
bergantian dengan SD, media pembelajaran yang dilakukan sekolah juga ada banyak, seperti
masih belum ada dan juga masih belum adanya mengikuti lomba gerak jalan, PBB. Pada akhir
RPP untuk peserta didik paket B dan KF. semester kepala sekolah selalu rutin untuk
Mulai dari Tahun Pelajaran 2006/2007 hingga menggelar acara-acara untuk peserta didik baik
2010/2011 didalam penyusunan perencanaan itu kegiatan olahraga seperti lomba futsal antar
peserta didik baru semua guru terlibat, bahkan kelas, atau mengikutkan sekolah pada lomba-lomba
komite sekolah juga namun tanggung jawab tetap di Kabupaten Malang.
ada pada kepala sekolah. Walaupun di sekolah Layanan perpustakaan masih belum dapat
Satap sebagian besar guru menjadi satu antar SD berjalan dikarenakan tidak adanya tenaga yang
dan SMP, pelaksanaan rapat untuk PSB tidak dapat menangani perpustakaan. Buku-buku dan tempat
dilakukan secara bersamaan. sebenarnya sudah dipersiapkan akan tetapi karena
SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap belum adanya tenaga yang menangani membuat
dituntut untuk dapat menyesuaikan dan terhambatnya layanan perpustakaan. Layanan
mensetarakan pelaksanaan Manajemen Berbasis kesehatan memang tidak secara khusus
Sekolah (MBS) yang mengacu pada kepentingan menyediakan tempat, akan tetapi sekolah berusaha
lokal, nasional, dan tuntutan global. Pengoptimalkan mendampingi apabila ada peserta didik yang
mutu pendidikan di SMP Negeri 2 Karangploso kesehatannya terganggu. Keberadaan sekolah
Satu Atap salah satunya adalah dengan menyusun satu atap di daerah terpencil tentunya akan sangat
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) membantu program pemerintah dalam penuntasan
Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 567

program Wajar 9 tahun, sebelum adanya program Pendidikan Kabupaten segera (1) menetapkan
sekolah satu atap pernah ada sekolah paket. kelembagaan SMP Satap; (2) mengangkat atau
Sebelum Tahun 2007 banyak sekali peserta didik menunjuk tenaga guru, baik guru tetap ataupun
lulusan SD Negeri 2 Donowarih yang tidak guru bantu bila ada; (3) pembentukan panitia
melanjutkan sekolah dan lebih memilih membantu pengembangan SD-SMP Satap; (4) penerimaan
orangtua mereka di sawah, mereka lebih memilih siswa baru; (5) penerimaan tenaga pendidik (guru);
membantu orangtua mereka karena memang tidak (5) penyiapan sarana belajar; (6) penyusunan
adanya dukungan dari orangtua untuk rencana pembelajaran; dan (7) pembiayaan awal.
menyekolahkan anak ke sekolah Negeri yang Prosedur di atas menerangkan SK terbit dan
jaraknya 10 km. sekolah dapat beroperasi. Namun, pada temuan
Jumlah lulusan SD yang melanjutkan ke SMP penelitian SK baru terbit di sekolah setelah proses
Negeri 2 Karangploso Satu Atap diperkirakan 80%. belajar-mengajar berjalan hampir satu semester.
Jumlah peserta didik yang tidak melanjutkan ke Sebelum adanya SK, sekolah sudah mulai
sekolah ini bukan berarti mereka putus sekolah, menetapkan nama lembaga yakni yang awalnya
mereka lebih memilih melanjutkan ke sekolah SD Negeri 2 Donowarih Satu Atap menjadi SD-
Negeri seperti SMP Negeri 1 Karangploso, SMP SMP Negeri Donowarih Satu Atap, yang kemudian
PGRI 1 Karangploso, dan lain-lain. Hasil penelitian pada Tahun 2010 nama lembaga menjadi SMP
telah menyebutkan bahwa sebelum ada SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap.
Negeri 2 Karangploso Satu Atap telah ada Sekolah Pembentukan panitia pengembangan SD-
Paket, namun karena keberadaan sekolah paket SMP Negeri Donowarih Satu Atap selain berasal
tidak menekan jumlah APK yang ada di daerah ini dari sekolah sendiri juga harus melakukan
maka sekolah Satap didirikan. Hal ini selaras musyawarah yang melibatkan unsur-unsur terkait,
dengan yang ada pada Pedoman Pelaksanaan SD- seperti Camat, Kepala Cabang Dinas Pendidikan
SMP Satu Atap (2010:3) bahwa usaha untuk Kecamatan, Ketua Komite SD, beberapa Kepala
meningkatkan APK makin sulit, karena anak-anak Desa, dan juga tokoh masyarakat. Hasil
usia SMP tersebut tinggal di daerah terpencil, musyawarah dari unsur-unsur terkait di atas
terisolir, dan terpencar-pencar dengan jumlah yang dituangkan pada berita acara pemilihan dan
kecil di setiap lokasi. Karena jumlahnya yang kecil pembentukan panitia pengembangan SD-SMP
tersebut, bila dibangun SMP Terbuka, di daerah Satu Atap dan ditetapkan melalui SK Kepala Dinas
itu tidak ada guru bina dan SMP induknya. Pendidikan Kabupaten/Kota.
Selanjutnya, jika didirikan Kelompok Belajar Paket Perencanaan terhadap peserta didik adalah
B juga kesulitan tenaga pamong belajar. kegiatan awal yang harus dilakukan. Menurut
Sehubungan dengan berbagai permasalahan Hamidi (2010:1), “kegiatan dalam perencanaan ini
tersebut, maka bagi daerah atau lokasi terpencil, meliputi analisis kebutuhan peserta didik,
terpencar, terisolir, dan jumlah siswanya sedikit rekrutimen peserta didik, seleksi peserta didik,
perlu dikembangkan SD-SMP Satu Atap yang oriantasi peserta didik, penempatan peserta didik,
dikembangkan dari SD yang sudah ada. pencatatan dan pelaporan”. Keenam kegiatan
Pemaparan di atas menjelaskan bahwa tersebut harus dilaksanakan dengan baik karena
memang masih banyak jumlah APK di daerah- itu adalah langkah awal kegiatan manajemen
daerah terpencil, terisolir dan terpencar-pencar peserta didik, apabila langkah awal sudah dapat
karena letak geografis yang demikian itu kantong- terlaksana dengan baik langkah selanjutnyapun
kantong APK banyak di daerah-daerah tersebut. juga akan sebaik langkah awal. Manajemen
Oleh karena itu, pemerintah menggalakkan peserta didik adalah mulai peserta didik masuk dan
program-program mulai dari sekolah terbuka dan itu dimulai dari perencanaan sekolah
kelompok belajar. Beberapa program itu masih mempersiapkannya.
dirasa kurang optimal, hal itu terbukti karena masih Analisis kebutuhan peserta didik adalah
banyak jumlah APK, sampai pada akhirnya sebuah langkah awal dalam perencanaan peserta
dikembangkanlah SD-SMP Satap. didik, menurut Hamidi (2010:1) menyatakan
Menurut prosedur yang ada di pedoman bahwa,analisis kebutuhan peserta didik adalah
pelaksaan SD-SMP Satap (2010:6) bahwa penetapan siswa yang dibutuhkan oleh sebuah
mekanisme pelaksanaan Sekolah Satu Atap, lembaga yang meliputi (1) merencanakan jumlah
setelah Surat Keputusan (SK) penetapan lokasi peserta didik yang akan diterima dengan
SD-SMP Satu Atap terbit dan diterima, Dinas pertimbangan daya tampung kelas/jumlah kelas
568 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

yang tersedia, serta pertimbangan rasio murid dan pendaftaran, tempat pendaftaran, biaya
guru. Secara ideal rasio murid dan guru adalah pendaftaran, waktu dan tempat seleksi dan
1:30; (2) menyusun program kegiatan kesiswaan pengumuman hasil seleksi.
yaitu visi dan misi sekolah, minat dan bakat siswa, Apabila melihat pemaparan di atas langkah
sarana dan prasarana yang ada, anggaran yang yang ditempuh sekolah dalam PPDB adalah selain
tersedia dan tenaga kependidikan yang tersedia. pembentukan panitia juga harus menyiapkan brosur
Analisis kebutuhan peserta didik yang peneliti untuk disebarkan. Langkah pertama sekolah sudah
temukan di lapangan, sekolah tidak menetapkan sesuai dengan teori di atas namun untuk langkah
batasan jumlah peserta didik ataupun kedua sekolah memang mengatakan tidak perlu
merencanakan jumlah peserta didik berdasarkan adanya brosur yang dibagikan karena secara
pertimbangan daya tampung kelas. Jika adapun otomatis masyarakat sudah mengetahui
rencana jumlah peserta didik yang diterima oleh keberadaan SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap
sekolah dibuat dalam satu lokal, akan tetapi dalam sebagai satu-satunya sekolah yang ada di sana.
satu lokal kecil yakni maksimal 40 peserta didik. Keberadaan sekolah yang satu-satunya yang
Analisis peserta didik yang dilakukan oleh sekolah menjadi kebutuhan penting masyarakat untuk
tidak mengacu pada pertimbangan daya tampung. menyekolahkan putra-putri mereka di sana yang
Apabila dilihat dari segi teori, sekolah membuat sekolah tidak memerlukan brosur untuk
memang tidak selaras seperti pemaparan Hamidi dibagikan ke masyarakat.
di atas, tetapi hal ini dikembalikan lagi pada tujuan Menurut Nasihin dan Sururi (dalam Tim
utamannya. Keberadaan sekolah satu atap ini Dosen Manajemen Pendidikan Universitas
adalah sekolah satu-satunya di daerah tersebut Pendidikan, 2009:210), “orientasi peserta didik
yang mempunyai jarak 10 km dari sekolah terdekat. adalah kegiatan penerimaan peserta didik baru
Berapapun jumlah peserta didik akan diterima oleh dengan mengenalkan situasi dan kondisi sekolah
sekolah karena memang tujuan sekolah satu atap tempat peserta didik itu menempuh pendidikan.
adalah menuntaskan wajib belajar di daerah yang Situasi dan kondisi ini menyangkut lingkungan fisik
berkendala geografis. dan lingkungan sosial sekolah”. Tujuan diadakan
Keunikan disini adalah sekolah dapat kegiatan orientasi peserta didik antara lain: agar
memprediksi jumlah peserta didik yang akan peserta didik dapat mengerti dan mentaati
masuk di jenjang SMP karena memang secara peraturan yang ada di sekolah, dapat berpartisipasi
otomatis peserta didik SD di SD Negeri 2 dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan sekolah,
Donowarih akan melanjutkan ke SMP Negeri 2 dan peserta didik siap mengahdapi lingkungan yang
Karangploso Satu Atap. Kalau diprosentase 90%, baru secara fisik dan mental.
dan yang 10% melanjutkan ke sekolah Negeri Teori di atas berlaku untuk peserta didik
khusus untuk yang mampu. yang memang masih baru mengenal lingkungan
Setiap tahun pelajaran baru sekolah selalu sekolah. Hal itu berbeda dengan peserta didik yang
membuat program yang sedemikian rupa yang ada di sekolah satu atap, yang sebagian besar
agar pelaksanaan PPDB dapat berjalan sesuai peserta didiknya adalah lulusan dari SD yang
dengan target yang telah ditetapkan ketika rapat memang lokasinya satu atap dengan SMP.
PPDB. Idealnya PPDB selain pembentukan Walaupun dalam orientasi peserta didik tidak perlu
panitia juga adanya brosur yang nantinya akan mengenal situasi dan kondisi sekolah karena
dibagikan, hal ini seperti yang dipaparkan oleh memang mereka sudah mengenal sejak mereka
Hamidi (2010:1) yang menentapkan langkah- berada pada jenjang SD, orientasi tetap dilakukan
langkah dalam penerimaan peserta didik baru yaitu untuk memperkenalkan kegiatan keorganisasian
langkah-langkah dalam kegiatan ini adalah (1) atau OSIS , bagaimana cara belajar yang efektif,
membentuk panitia penerimaan peserta didik baru dan bimbingan konseling yang disampaikan
yang meliputi dari semua unsur guru, tenaga TU langsung oleh Bapak Marja’i selaku kepala sekolah
dan dewan sekolah/komite sekolah; (2) pembuatan SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap, dan juga
dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta diberi pelatihan PBB oleh pengurus OSIS.
didik baru yang dilakukan secara terbuka. Pembinaan yang akan dibahas di sini adalah
Informasi yang harus ada dalam pengumuman pembinaan peserta didik yang meliputi kegiatan
tersebut adalah gambaran singkat lembaga, intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, dan juga
persyaratan pendaftaran siswa baru (syarat umum layanan-layanan khusus penunjang kegiatan
dan syarat khusus), cara pendaftaran, waktu peserta didik selama bersekolah di SMP Negeri 2
Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 569

Karangploso Satu Atap. Kegiatan intrakurikuler di sekolah reguler pada umumnya, karena mereka
adalah kegiatan inti dalam manajemen peserta mempunyai tuntutan untuk membantu pekerjaan
didik. Menurut Rudianto (2009:1), “kegiatan orang tua mereka. Langkah yang diambil oleh
intrakurikuler adalah proses belajar- mengajar sekolah sudah dapat dikatakan baik.
dimana kegiatan yang dilakukan sekolah dengan Pelaksanaan layanan bimbingan konseling
penjatahan waktu sesuai dengan struktur SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap diberikan
program”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat setiap hari Rabu yang disampaikan langsung
diketahui bahwa kegiatan intrakurikuler sama Kepala Sekolah kepada peserta didik SD dan SMP.
halnya dengan proses belajar-mengajar (PBM) Bimbingan konseling ini yang diberikan oleh Kepala
yang mempunyai jadwal jelas dan tidak dapat Sekolah memberikan bantuan terhadap siswa agar
berganti dan juga sesuai dengan struktur program. perkembangannya optimal sehingga peserta didik
Hasil penelitian di lapangan menunjukan kalau bisa mengarahkan dirinya dalam bertindak dan
pelaksanaan PBM juga terjadwal untuk peserta bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi
didik SD dan juga SMP. PBM ini juga berpedoman lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
pada RPP yang dibuat. Pelaksanaan PBM untuk Layanan perpustakaan di SMP Negeri 2
peserta didik SD dan SMP sama-sama berlangsung Karangploso Satu Atap masih belum berjalan
mulai hari Senin hingga hari Sabtu, namun berbeda optimal karena terkendala pada ruang untuk
jam karena ruang kelas yang digunakan secara perpustakaan dan juga belum ada petugas yang
bergantian, untuk peserta didik SD masuk mulai menjaga per pustakaan di SMP Negeri 2
pukul 07.15 hingga 12.25 dan peserta didik SMP Karangploso Satu Atap. Alternatif tidak adanya
masuk mulai pukul 12.30 hingga 17.00. Menurut layanan perpustakaan ini, sekolah meminjamkan
Rudianto (2009:1) dalam melaksanakan kegiatan buku-buku pada peserta didik sesuai dengan mata
ekstrakurikuler banyak hal yang harus pelajaran yang sedang dia tempuh. Walaupun
diperhatikan, di antaranya adalah: (1) Materi perpustakaan tidak ada, peserta didik tetap
kegiatan hendaknya dapat memberi manfaat bagi mendapatkan referensi buku mata pelajaran dari
penguasaan bahan ajar bagi siswa; (2) Sejauh sekolah. Layanan-layanan khusus adalah sebuah
mungkin tidak terlalu membebani siswa; (3) sarana penunjang peserta didik selama berada di
Memanfaatkan potensi lingkungan, alam, sekolah. Menurut Hamidi (2010:1), “layanan
lingkungan budaya, kegiatan industri dan dunia penunjang peserta didik meliputi layanan bimbingan
usaha; dan (4) Tidak mengganggu tugas pokok konseling, layanan perpustakaan, layanan kantin,
siswa juga guru. layanan kesehatan, layanan asrama, dan layanan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat transportasi”. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
diketahui kalau di samping mendapat kegiatan sebelum adanya SMP Negeri 2 Karangploso Satu
intrakurikuler, peserta didik juga perlu mendapatkan Atap, jumlah APK di daerah ini sangat tinggi
ekstrakurikuler agar peserta didik dapat menambah karena terkendala geografis untuk melanjutkan ke
pengetahuan dan juga menambah ketrampilan SMP Negeri. Hal ini dikarenakan selama bertahun-
sesuai dengan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. tahun anak lulusan SD tidak melanjutkan. Namun,
SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap mempunyai setelah berdiri sekolah satu atap, jumlah APK
dua ekstrakurikuler yakni drumband dan pramuka. menjadi berkurang.
Tahun pelajaran 2010/2011 sekolah memvacumkan Keberadaan sekolah satu atap yang
sementara ekstrakurikuler drumband dan pramuka dikembangkan oleh Pemerintah dikatakan berhasil
karena sekolah lebih memfokuskan pada apabila prosentase APK di daerah yang
peningkatan kegiatan intrakurikuler. Apabila berkendala geografis menurun setiap tahun. Letak
dianalisis lebih dalam, sekolah memang geografis, penempatan sekolah satu atap sudah
memperhatikan beberapa hal mengapa cukup tepat diletakkan di daerah tersebut. Sekolah
memvacumkan ekstrakuriler, yang memang satu atap yang ada di Indonesia secara umumnya
tindakan sekolah sesuai dengan yang diungkapkan tidak pernah menarik biaya apapun kepada peserta
oleh Rudianto di atas, apabila ekstrakurikuler didiknya, sama halnya dengan yang ada di SMP
membebani peserta didik, lebih baik memang Negeri 2 Karangploso Satu Atap yang tidak
ekstrakurikuler dikurangi intensitasnya karena pasti menarik biaya peserta didik yang melanjutkan ke
nanti akan berpengaruh pada kegiatan SMP, bahkan mulai dari seragam sampai alat tulis
intrakurikuler, terlebih lagi peseta didik di sekolah sekolah memberikan secara cuma-cuma kepada
satu atap berbeda dengan peserta didik yang ada peserta didik. Orangtua merasa senang dengan
570 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 563-571

keberadaan SMP Negeri 2 Karangploso Satu Atap jam karena ruang kelas yang digunakan secara
karena selain keberadaan sekolah yang ada di bergantian. Jam pembelajaran peserta didik SD
daerah. Sekolah juga menyediakan kebutuhan dimulai pukul 07.15 hingga 12.25 dan jam pelajaran
pokok peserta didik. peserta didik SMP dimulai pukul 12.30 hingga
17.00.
KESIMPULAN DAN SARAN Tahun pelajaran 2010/2011 sekolah mem-
vacumkan sementara ekstrakurikuler pramuka dan
Kesimpulan drumband karena sekolah lebih memfokuskan pada
peningkatan kegiatan intrakurikuler. Jam untuk
SMP Satu Atap ini adalah sekolah yang
ekstrakurikuler juga lebih ditekankan pada kegiatan
didirikan berangkat dari kondisi sebagai berikut:
kokurikuler, yakni kegiatan yang erat kaitannya
(a) secara geografis terletak di daerah yang
dengan pemerkayaan pelajaran. Layanan khusus
terpencil dan terpencar; (b) lulusan SD di daerah
adalah layanan yang diberikan ketika kegiatan
tersebut tidak ada yang melanjutkan ke SMP yang
utama sudah berjalan dengan baik. Apabila
sederajat; (c) SDM yang berkualifikasi sebagai
kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler sudah
tenaga pendidik tingkat SMP pada daerah dimana
berjalan dengan optimal, sekolah akan
SD berlokasi sangat terbatas; (d) SMP yang ada
mengoptimalkan pada layanan-layanan khususnya.
paling dekat terlerletak 5km; dan (e) kondisi
Keberadaan sekolah satu atap memang
ekonomi lemah.
terbukti meminimalisasi jumlah APK pertahunnya.
Tahapan umum pengembangan SD-SMP
Letak geografis penempatan sekolah satu atap
Satu Atap ini sebagai berikut: (1) Direktorat
sudah cukup tepat diletakkan di daerah tersebut.
Pengembangan Sekolah Menengah Pertama
Sekolah satu atap yang ada di Indonesia secara
(PSMP) menyelenggarakan sosialisasi program
umumnya tidak pernah menarik biaya apapun
ditingkat pusat selanjutnya Satuan Kerja (Satker)
kepda peserta didiknya, sama halnya dengan yang
perluasan peningkatan mutu pembelajaran SMP
ada di SMP Satu Atap yang tidak menarik biaya
meminta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
peserta didik yang melanjutkan ke SMP, bahkan
menyiapkan proposal bagi sekolah-sekolah yang
mulai dari seragam sampai alat tulis sekolah
memenuhi kriteria; (2) Proposal yang diajukan
memberikan secara cuma-cuma kepada peserta
tersebut Satker perluasan dan peningkatan mutu
didik. Orang tua merasa senang dengan
pembelajaran SMP melakukan seleksi awal untuk
keberadaan SMP Satu Atap karena selain
menentukan sekolah yang layak untuk diverifikasi;
keberadaan sekolah yang ada di daerah tersebut,
(3) Satker perluasan dan peningkatan mutu
sekolah juga menyediakan kebutuhan pokok
pembelajaran SMP melakukan verifikasi lapangan
peserta didik.
dengan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Dari hasil verifikasi tersebut
ditentukan hasil calon-calon sekolah yang layak Saran
untuk dikembangkan sebagai SD-SMP Satu Atap;
Bagi Kepala SMP Negeri 2 Karangploso
(4) Setelah SD ditetapkan sebagai salah satu lokasi
Satu Atap Karangploso, untuk perencanaan
SD-SMP Satu Atap, Dinas Pendidikan Kabupaten/
peserta didik, sekolah sudah cukup maksimal mulai
Kota menetapkan kelembagaan SD-SMP Satu
dari analisis kebutuhan peserta didik sampai
Atap, menunjuk Kepala Sekolah SD-SMP Satu
orientasinya, namun apabila sekolah dapat
Atap, Wakil Kepala Sekolah dan Wakil TU, guru
mengubah tradisi masyrakat untuk mendaftarkan
baik guru tetap atau guru bantu; dan (5) Kepala
putra-putinya pada hari H, mungkin pelaksanaan
Sekolah membentuk panitia pengembangan SD-
PBM akan lebih otimal.
SMP Satu Atap sesuai dengan ketentuan,
Bagi Guru SMP Negeri 2 Karangploso Satu
penerimaan peserta didik baru, penyiapan tenaga
Atap, untuk masalah pembinaan peserta didik,
pendidik, penyiapan sarana belajar, penyusunan
kegiatan intrakurikuler memang penting, tetapi
RPP, dan juga penyiapan pembiayaan awal.
ekstrakurikuler juga penting agar peserta didik
Pelaksanaan PBM juga terjadwal untuk
dapat mendapat pengetahuan yang lebih, apabila
peserta didik SD dan SMP. PBM berpedoman
sekolah terkendala tenaga pengajar yang ada di
pada RPP yang dibuat. Pelaksanaan PBM untuk
sekolah, sekolah bisa mencari karang taruna di
peserta didik SD dan SMP sama-sama berlangsung
sekitar untuk menjadi pembinanya. Bagi Kepala
mulai hari senin hingga hari sabtu, namun berbeda
Diknas Kabupaten Malang, hasil penelitian ini
Sari, Manajemen Peserta Didik pada Sekolah Satu Atap sebagai Penuntasan Wajib Belajar di Daerah Terpencil 571

dapat dijadikan masukan agar Kepala Diknas Kota tersebut dapat berkembang dan menjadi sama
Malang tidak hanya fokus pada perkembangan kualitasnya dengan pendidikan yang ada di kota.
sekolah yang ada di kota karena sebenarnya masih Bagi Peneliti Lain, peneliti lain dapat melakukan
banyak sekolah di daerah terpencil yang lebih action research pada manajemen peserta didik
memerlukan perhatian khusus agar sekolah khususnya pada layanan perpustakaan.

DAFTAR RUJUKAN

Pedoman Pelaksanaan SD-SMP Satu Atap. Rudianto. 2009. Apa Yang Harus Dilakukan
2010. Departemen Pendidikan Nasional. Guru dalam Proses Belajar-Mengajar,
Hamidi, A. 2010. Konsep Dasar Manajemen (Online), diakses 8 Maret 2012.
Peserta Didik, (Online), (http:// Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
sekolahkami.synthasite.com/kumpulan- Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen
artikel/konsep-dasar-manajemen-peserta- Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
didik, diakses 30 Oktober 2011).
MANAJEMEN KURIKULUM KELAS BILINGUAL

Yuli Ernawati

e-mail: yuli.ernawati@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This study aimed to obtain a clear description of the management curriculum in bilingual
classes, namely how the planning, implementation, monitoring, supporting and inhibiting factors,
alternatives in solving this bilingual.Penelitian class using a qualitative research approach, with case
studies that eventually researchers can be described in detail in the bilingual classroom management
curriculum SDN Experiment 1 Malang.

Kaywords: curiculum management, bilingual class.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang jelas tentang manajemen kurikulum
dalam kelas bilingual, yaitu bagaimana perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, faktor pendukung
dan penghambat, alternatif pemecahan dalam kelas bilingual.Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif, dengan studi kasus yang pada akhirnya peneliti dapat mendeskripsikan secara
rinci manajemen kurikulum kelas bilingual di SDN Percobaan 1 Malang.

Kata kunci: Manajemen kurikulum, kelas bilingual

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang menerapkan sistem kurikulum yang nantinya akan
sangat penting dari sistem pendidikan karena dijadikan sebagai acuan dalam pr oses
kurikulum merupakan komponen pendidikan yang pembelajaran. Dalam hal ini sekolah dapat
dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik mengembangkan kurikulum yang digunakan dengan
oleh pengelola maupun penyelenggara pendidikan, program yang dibuat oleh sekolah, tetapi tetap pada
khususnya guru dalam mer ancang dan acuan KTSP seperti program bilingual. Program
melaksanakan pendidikan. Pemerintah memiliki bilingual yang ada di sekolah merupakan salah satu
komitmen yang tinggi dalam meningkatkan perkembangan pendidikan dalam hal kurikulum
pembangunan pendidikan di Indonesia, baik yang pembelajaran karena dilihat dari segi
menyangkut pemerataan kesempatan belajar pembelajar annya pun berbeda dengan
maupun peningkatan mutu pendidikan. pembelajaran biasa. Pembelajaran bilingual
Salah satu upaya yang dilakukan oleh menggunakan dua bahasa (Bahasa Indonesia dan
pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan Bahasa Inggris) sedangkan pembelajaran biasa
adalah penyempurnaan kurikulum yang dirancang menggunakan Bahasa Indonesia.
sesuai dengan tuntutan, tantangan kemajuan, ilmu Namun dalam pelaksanaan kelas bilingual
pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan dan tidaklah mudah karena guru dalam kelas bilingual
perkembangan masyarakat. Kurikulum Tingkat dituntut untuk mampu berbicara dua bahasa secara
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum bergantian dengan kualitas sama baiknya dalam
operasional yang disusun oleh masing-masing pembelajaran di kelas. Sekolah yang menerapkan
satuan pendidikan. KTSP merupakan paradigma kelas bilingual harus mempunyai persiapan dalam
baru dalam pengembangan kurikulum yang hal manajemen kurikulum, sebab kurikulum
memberikan keleluasaan kepada setiap satuan merupakan acuan untuk melakukan proses
pendidikan untuk mengelola sumber daya, sumber pembelajaran. Jika dalam suatu pembelajaran tidak
dana, sumber belajar, mengalokasikan waktu ada kurikulum yang digunakan maka pembelajaran
sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Oleh
tanggap terhadap kebutuhan setempat. karena itu perlunya persiapan dalam menyiapkan
Salah satu tempat untuk mengembangkan dan menerapkan kurikulum untuk pembelajaran.
dan menerapkan kurikulum yaitu sekolah. Sekolah Kurikulum yang digunakan kelas bilingual mengacu
572
Ernawati, Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual 573

pada prinsip kurikulum yang dianut sekolah (SDN Sumber data manusia akan menghasilkan
Percobaan 1:2009), yaitu: (1) berpusat pada potensi, kata-kata atau tindakan melalui kegiatan
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan wawancara atau pengamatan secara langsung.
peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan Sedangkan, sumber data nonmanusia adalah
terpadu; (3) menyeluruh dan berkesinambungan; sumber tertulis berupa dokumen tentang kelas
(4) belajar sepanjang hayat; dan (5) seimbang bilingual, arsip-arsip, foto, dan informasi yang
antara kepentingan nasional dan kepentingan mendukung data dari sumber data utama. Analisis
daerah. data dilakukan setelah peneliti mendapatkan data
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Percobaan 1 dari subjek penelitian, dengan melakukan pemilihan
Malang merupakan sekolah yang terletak di Jalan data yang sesuai dengan fokus penelitian melalui
Magelang Nomor 4 Malang. Sekolah ini cukup ada tiga langkah yang dilakukan dalam proses
diperhitungkan di Kota Malang, tercatat sebagai analisis data yaitu reduksi data, display data,
Sekolah Standar Nasional (SSN), serta banyak verifikasi data atau kesimpulan.
diminati masyarakat terhitung sebagai sekolah favorit
karena prestasi akademik maupun non akademik HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diraihnya. Meski SDN Percobaan 1 Malang
tercatat sebagai sekolah berstandar nasional tetapi Kurikulum yang digunakan yaitu KTSP di
ditinjau dalam segala aspek yang berkaitan dengan mana dalam pelaksanaan pembelajarannya sudah
sarana prasarana maupun akademik SDN Percobaan dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan
1 Malang sudah dikatakan sebagai sekolah Rintisan. kondisi sekolah tersebut. Menurut Koontz (dalam
SDN Percobaan 1 Malang tiga tahun yang lalu Fattah, 2004) perencanaan adalah suatu proses
membuka kelas bilingual (dua bahasa) untuk Kelas intelektual yang menentukan secara sadar tindakan
1 A dan B yang dalam pelaksanaan pembelajaran di yang akan ditempuh dan mendasarkan keputusan-
kelas menggunakan dua bahasa secara bergantian. keputusan pada tujuan yang hendak dicapai,
Mengenai kurikulum yang digunakan dalam kelas informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya,
bilingual yaitu mengadopsi dan mengadaptasi dari serta memperhatikan pemikiran keadaan yang
kurikulum KTSP, dalam hal ini sekolah memfasilitasi akan datang. Oleh sebab itu, perencanaan
program bilingual dengan menyediakan buku, kamus, membutuhkan pendekatan rasional ke arah tujuan
dan media sebagai penunjang pembelajaran. Guru yang telah ditetapkan.
merencanakan pembelajaran supaya mudah Perencanaan kurikulum di SDN Percobaan
dipahami peserta didik, termasuk teknik pembelajaran 1 Malang telah disesuaikan dengan kebutuhan kelas
dan menyediakan media pembelajaran, aktif mengikuti dan kondisi sekolah agar nantinya apa yang
workshop, dan lain-lain. direncanakan dalam perencanaan kurikulum dapat
terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
METODE
Menurut Susilo (2007:155) perencanaan kurikulum
secara nasional menjadi tugas Kemdiknas dan
Penelitian ini yaitu studi kasus, karena itu secara lokal menjadi tugas Dinas Pendidikan dan
kehadiran peneliti sebagai instrumen kunci Kebudayaan Kota/Kabupaten. KTSP memberikan
penelitian dan juga ikut dalam mencari informasi kewenangan guru untuk menyusun program
untuk memperoleh data yang valid, agar data yang perencanaan. Dalam menyusun program
diperoleh disusun menjadi sebuah laporan yang perencanaan pihak sekolah harus mengacu pada
bisa dipertanggungjawabkan. Penelitian ini standar isi dan standar kelulusan serta panduan
dilaksanakan di SDN Percobaan 1 Malang yang penyusunan KTSP yang telah disusun oleh Badan
terletak di Jalan Magelang Nomor 4 telp (0341) Standar Nasional (BSNP). Perencanaan
552739 Malang. Pengambilan data menggunakan kurikulum kelas bilingual sebenarnya tidak jauh
sumber data manusia dan nonmanusia. Sumber berbeda dengan KTSP yang sudah ada. Dalam
data manusia adalah kepala sekolah, waka penyusunan perencanaan kurikulum untuk kelas
kurikulum, guru bilingual, dan wali kelas. Dalam bilingual ialah guru bilingual dibantu dengan kepala
pengambilan data peneliti menggunakan key sekolah, waka kurikulum, dan wali kelas.
informan (informan kunci) yaitu guru kelas Perencanaan kurikulum yang utama
bilingual, karena dalam pelaksanaan kelas bilingual dilakukan yaitu menyusun silabus berlandaskan
guru bilingual yang paham dan mengerti bagaimana pada KTSP yang telah disesuaikan kondisi dan
kelas bilingual di SDN Percobaan 1 Malang. kebutuhan sekolah, kemudian diikuti oleh
574 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 572-577

penyusunan Rancangan Program Pembelajaran kematangan dalam berbahasa Inggris peserta didik
(RPP) yang berisi tentang standar kompetensi, selama satu bulan penuh akan mendapat pelajaran
kompetensi dasar, indikator, materi yang diajarkan, Bahasa Inggris saja tiap harinya. Hal ini bertujuan
dan sumber belajar. Dalam penyampaian materi untuk pemantapan peserta didik dalam kelas
yang diajarkan di kelas bilingual dengan kelas bilingual agar nantinya peserta didik tidak merasa
reguler sama tetapi ada beberapa materi yang kaget. Pelaksanaan dalam kelas bilingual sudah
kedalamannya berbeda, dan juga dalam tersusun sesuai dengan perencanaan walaupun
menjelaskan materi pada kelas bilingual terkadang ada yang harus menyesuaikan dengan
menggunakan dua bahasa (Inggris dan Indonesia). kondisi pada saat itu. Dilihat secara keseluruhan
Kelas bilingual mata pelajaran yang diajarkan ialah sudah tersusun dengan baik, mulai dari silabus,
science dan math. Jadi, dalam kelas bilingual RPP, jam pelajaran, jadwal pelajaran, materi,
peserta didik mener ima mata pelajaran maupun buku yang nantinya akan digunakan dalam
matematika, math, IPA, science. pembelajaran. Dengan melihat pelaksanaan yang
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 dilakukan oleh SDN Percobaan 1 tentang
Tahun 2005 pasal 20 bahwa perencanaan proses perencanaan sudah cukup matang untuk
pembelajaran meliputi silabus dan rencana dilaksanakan. Hal ini dapat menjadikan
pelaksanaan pembelajaran yang memuat pelaksanaan dalam kelas bilingual dapat terlaksana
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi dengan matang.
ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan Menurut Hamalik (2006:181) kegiatan dalam
penilaian hasil belajar. Dalam perencanaan bidang proses belajar mengajar yaitu menyusun
kurikulum di kelas bilingual untuk silabusnya rencana program atau unit, menyusun jadwal
memuat kemampuan / wewenang basis dasar, pelajaran, pengisian daftar penilaian kemajuan
karakter, materi, pengalaman pelajaran, indikator, belajar dan perkembangan peserta didik, pengisian
dugaan (teknik, test instrument, pertanyaan), buku lapor pribadi peserta didik (rapor). Dengan
waktu, dan sumber belajar, sedangkan untuk RPP pernyataan di atas bisa diartikan bahwa dalam
memuat standar kompetensi, kemampuan/ pelaksanaan kelas bilingual di SDN Percobaan 1
wewenang basis dasar, indikator, dan materi. Malang bisa dikatakan memenuhi kriteria dalam
Menurut Susilo (2007:175) pelaksanaan menunjang proses belajar mengajar. Pelaksanaan
kurikulum adalah operasional konsep kurikulum pembelajaran di kelas bilingual dilakukan di dalam
yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi kelas. Dalam menyampaikan materi pelajaran
aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. guru menggunakan media elektronik berupa laptop,
Pernyataan ini sesuai dengan realita di SDN LCD, dan projektor. Media yang digunakan dalam
Percobaan 1 Malang bahwa pelaksanaan pembelajaran kelas bilingual memenuhi standar
kurikulum dalam kelas bilingual yaitu guru untuk pelaksanaan kelas bilingual dengan diukur
menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan standar sarana prasarana sekolah dasar. SDN
silabus dan RPP yang telah disusun untuk dilakukan Percobaan 1 Malang untuk sarana prasarana yang
dalam pembelajaran di kelas bilingual. Pelaksanaan diberikan kepada peserta didik tidak adanya
kelas bilingual dimulai dari kelas satu hingga saat bedanya dengan sarana prasarana di kelas reguler.
ini di kelas tiga sehingga peserta didik kelas tiga Mungkin yang membedakan antara kelas reguler
terhitung dua tahun yang lalu sudah tidak asing dengan bilingual adalah pengadaan bukunya karena
lagi dengan kelas bilingual. Pelaksanaan dalam berasal dari penerbit yang berbeda dan juga
kelas bilingual dilakukan di dalam kelas dengan kedalaman materinya ada beberapa yang berbeda
didampingi oleh guru bilingualnya. Jumlah peserta tergantung pada bab yang ada di dalam buku
didik yang cukup banyak dan kelasnya cukup luas pelajaran.
terkadang membuat pembelajaran sedikit ada SDN Percobaan 1 Malang dalam
kendala tetapi, sejauh ini bisa teratasi karena pengawasan KTSP dilaksanakan oleh pihak
peserta didik bisa diatur. sekolah. Selain pengawas dari sekolah ada juga
Pelaksanaan kelas bilingual kepada peserta pengawas dari Dinas Pendidikan Kota Malang,
didik diharapkan dapat lebih memahami tentang untuk pengawas dari sekolah yaitu dilaksanakan
Bahasa Inggris, karena dalam kelas bilingual di oleh Kepala Sekolah SDN Percobaan 1 Malang
SDN Percobaan 1 Malang ini semua peserta didik dan untuk jadwal pelaksanaannya tidak terjadwal.
yang diterima untuk pada awal tahun ajaran baru Jika sudah dirasa waktunya untuk melaksanakan
bisa masuk dalam kelas bilingual. Untuk pengawasan maka akan meninjau langsung
Ernawati, Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual 575

pelaksanaan dalam pembelajaran di kelas bilingual. atau diperbaiki maka dapat dicari solusi, agar
Cara lain yang dilakukan oleh sekolah dalam selanjutnya pelaksanaan kelas bilingual tidak ada
memantau kelas bilingual yaitu dengan pengadaan kendala dan pelaksanaan pun sesuai dengan
rapor khusus untuk program bilingual. Melalui perencanaan.
rapor tersebut dapat dilihat sejauh mana Hal ini tentunya tidak lepas dari pengawasan
perkembangan peserta didik dalam kelas bilingual. yang dilakukan pihak sekolah. Faktor penghambat
Akhir tahun ajaran penerimaan rapor peserta didik dalam kelas bilingual di SDN Percobaan 1 Malang
kelas bilingual akan menerima rapor tiga macam ditemukan pada segi pelaksanaannya karena dilihat
antara lain rapor kelas reguler yang mencantumkan dari peserta didik kemampuan berbahasa Inggris
mata pelajaran yang diajarkan antara lain Bahasa tiap peserta didik berbeda, beberapa anak masih
Indonesia, Bahasa Inggris, matematika, lemah dalam pelafalan vocabulary. Sedangkan
kewarganegaraan, IPS, olahraga, kesenian, saat ini Bahasa Inggris sangat diperlukan dalam
Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Jawa, proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Di sisi
Komputer. lain pada saat peserta didik mendapatkan pekerjaan
Rapor Bahasa Inggris mencakup tentang rumah dan para orang tua tidak sedikit tidak
speaking, writing, listening, lalu rapor program mengerti /tidak menguasai Bahasa Inggris. Hal ini
kelas bilingual mencakup mata pelajaran math, cukup menghambat proses ketika guru bilingual
science, dan juga beberapa aspek yang sama memberikan pekerjaan rumah untuk peserta didik,
dengan penilaian Bahasa Inggris. Cara seperti ini dan yang terakhir jumlah peserta didik tidak
sekolah dapat melakukan pengawasan kelas sebanding dengan luas kelas jadi terkadang
bilingual dengan melihat pada nilai rapor peserta membuat suasana kelas tidak kondusif, tetapi
didik dalam pelaksanaan kelas bilingual. untuk faktor penghambat dari segi ruang kelas tidak
Pengawasan dari Dinas Pendidikan Kota Malang menjadi kendala yang berarti karena masih bisa
dilakukan tiap satu tahun sekali. Pelaporan hasil diatasi.
sekolah sebelum diberikan kepada tim pengawas Ditemukannya faktor penghambat tentunya
dari sekolah ada edisi revisi, agar ketika diberikan terdapat beberapa faktor pendukung juga. Faktor
kepada Dinas Pendidikan Kota Malang semua tersebut yaitu para peserta didik sangat antusias,
sudah tersusun dengan baik. Menurut Fattah mempunyai motivasi yang cukup tinggi untuk
(2004:107) pengawasan hendaknya mengacu pada mengikuti pembelajaran di kelas, dan juga
tindakan per baikan, artinya tidak hanya dukungan dari pihak sekolah dalam mengadakan
mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi kelas bilingual cukup tinggi. Sisi lain dukungan dari
penyediaan alternatif perbaikan, dan menentukan sekolah juga dukungan dari wali murid bagus dalam
tindakan perbaikan. Pihak sekolah melalui kepala diadakannya kelas bilingual wali murid. Hal inilah
sekolah telah memberikan wewenang kepada guru yang membuat SDN Percobaan 1 Malang berani
kelas bilingual untuk mengelola apa saja yang mengadakan dan membuka kelas bilingual. Dalam
dilakukan untuk kelas bilingual, dan jika nanti ada suatu pelaksanaan tentunya terdapat suatu
beberapa yang perlu diperbaiki maka dicari solusi hambatan. Adanya hambatan pasti ditemukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini alternatif pemecahan masalah untuk faktor
bertujuan agar nantinya dalam implementasinya penghambat, tinggal bagaimana mencari solusi dari
tidak menemui hambatan yang berarti karena permasalahan yang ada untuk alternatif
adanya perbaikan. pemecahannya.
Berdasarkan temuan dan teori di atas dapat SDN Percobaan 1 Malang ini alternatif
dikatakan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh pemecahan masalah untuk faktor penghambatnya
pihak sekolah ditunjukkan dengan adanya ditinjau dari beberapa sisi. Sisi dari peserta didik
pengawasan yang sistematis yang dilakukan oleh yaitu para peserta didik diajak untuk bersama-sama
kepala sekolah dengan meninjau langsung menghafalkan vocabulary yang tidak diketahui,
pelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual, setelah itu agar peserta didik bersemangat dalam
walaupun untuk pengawasannya tidak terjadwal. menghafal vocabulary, guru menjanjikan siapa
Pihak sekolah melalui kepala sekolah yang dapat menghafal nantinya akan istirahat
melaksanakan pengawasan guna memonitoring paling dulu di antara teman-teman yang lain, dan
kegiatan pelaksanaan yang ada dalam kelas ini membuat para peserta didik antusias. Untuk
bilingual. Dengan adanya pengawasan bertujuan wali murid ketika peserta didik mendapat pekerjaan
agar dalam pelaksanaan ada yang perlu dibenahi rumah maka untuk perintah dalam pengerjaannya
576 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 23, NOMOR 6, SEPTEMBER 2012: 572-577

pada saat di sekolah peserta didik diberi tahu apa pengawas dari sekolah juga ada pengawas dari
arti dari perintah tersebut, dan untuk kosa kata yang Dinas Pendidikan Kota Malang.
ada di dalamnya para peserta didik dianjurkan untuk Dilihat dari faktor penghambat ditemukan
memiliki kamus di rumah agar lebih mudah dalam pada segi pelaksanaan. Ditinjau dari peserta didik
mengerjakan soal sehingga dalam mengerjakan PR kemampuan berbahasa Inggris tiap peserta didik
bisa terbantu dengan adanya kamus. Dengan berbeda beberapa anak masih lemah dalam
adanya alternatif pemecahan masalah dalam pelafalan vocabulary, dan para orang tua tidak
pelaksanaan kelas bilingual di SDN Percobaan 1 sedikit/tidak menguasai Bahasa Inggris. Alternatif
Malang sejauh ini bisa teratasi, dan berjalan sesuai pemecahan masalah untuk faktor penghambatnya,
dengan yang diharapkan. ditinjau dari sisi peserta didik yaitu para peserta
didik diajak untuk bersama-sama menghafalkan
KESIMPULAN DAN SARAN vocabulary, agar peserta didik bersemangat dalam
menghafal vocabulary, guru menjanjikan siapa
Kesimpulan yang dapat menghafal nantinya akan istirahat
paling dulu di antara teman-teman yang lain.
Kesimpulan secara umum yang diperoleh
dalam manajemen kurikulum kelas bilingual yaitu
pelaksanaannya ada kendala, tetapi bisa diatasi. Saran
Sesuai dengan fokus penelitiannya maka
Adapun saran yang diberikan dari
kesimpulan dalam manajemen kurikulum kelas
kesimpulan tersebut yaitu: (1) Bagi Kepala SDN
bilingual dapat diperinci sebagai berikut.
Percobaan 1 Malang, lebih ditingkatkan lagi dalam
Perencanaan yang dilakukan pihak sekolah dapat
melakukan pengawasan dan alangkah baiknya jika
berjalan dengan baik, hal ini dapat berjalan
terjadwal melakukan pengawasan oleh Kepala
semestinya. Dilihat dari kerjasama antara waka
SDN Percobaan 1 Malang; (2) Bagi Guru Bilingual
kurikulum, wali kelas, dan guru bilingual dalam
SDN Percobaan 1 Malang, hendaknya secara terus
menyusun kurikulum untuk kelas bilingual dengan
mener us melakukan per baikan untuk
mengacu pada KTSP. Pelaksanaan kurikulum
meningkatkan mutu dalam pembelajaran kelas
dalam kelas bilingual yaitu guru menerapkan
bilingual melaksanakan tugas sebagai guru
pembelajaran yang sesuai dengan silabus dan RPP
(pengajaran) agar menjadi lebih baik; dan (3) Bagi
yang telah disusun. Pelaksanaan dalam kelas
Wali Kelas dan Guru bidang studi, saling bekerja
bilingual dilakukan di dalam kelas dengan
sama dalam pelaksanaan kelas bilingual agar dapat
didampingi oleh guru bilingualnya. Pengawasan
berjalan dengan baik.
KTSP dilaksanakan oleh pihak sekolah, selain

DAFTAR RUJUKAN

Fattah, N. 2004. Landasan Manajemen Sa’ud, U. S., & Makmun, A. S, 2011.


Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya. Perencanaan Pendidikan. Bandung:
Hamalik, O. 2006. Manajemen Pengembangan Remaja Rosdakarya.
Kurikulum. Bandung: PT Remaja Soetopo, H. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah
Rosdakarya. & Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Malang. Universitas Negeri Malang FIP
Kualitatif. Bandung: PT Remaja UM.
Rosdakarya. Sudarsyah, A., & Nurdin, D. 2009. Manajemen
Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Susilo, M. J. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Rosdakarya. Pendidikan Manajemen Pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang dan Kesiapan Sekolah Menyongsong-
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan nya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dasar dan Menengah. (Online). (http// Ulfatin, N. 2004. Penelitian Kualitatif. Malang.
payung-pendidikan-gress, diakses 2 Januari Universitas Negeri Malang FIP Jurusan
2012). Administrasi Pendidikan.
Ernawati, Manajemen Kurikulum Kelas Bilingual 577

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Wiyono, B.B. 2007. Metodologi Penelitian,


20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Pendidikan Nasional. (Online). (http// Action Research. Malang. Fakultas Ilmu
payung-pendidikan-gress, diakses 2 Januari Pendidikan Universitas Negeri Malang.
2012).
Petunjuk bagi (Calon) Penulis

1. Artikel yang ditulis untuk JMP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang menejeman pendidikan. Naskah
diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 minimal 20
halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta Compact Disk (CD). Berkas (file) dibuat
dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: umpanpen@yahoo.com.
2. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail dan nomor
telepon/hand phone untuk memudahkan komunikasi.
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecuali
bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besardi tengah-tengah, dengan
huruf sebesar 24 poin.Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenishuruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub
bagian dicetak tebal atau tebal danmiring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:
PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)
Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)
Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)
4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempatatas,
alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar
belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-bagian); penutup
atau kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirajuk).
5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempat atas,
alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci;
pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;
pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).
6. Sumber Rujukans edapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan
sumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalam
jurnal dan/atau majalah ilmiah.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan
langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67)
8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.
Contoh Daftar Rujukan
Hitccock, s., Carr. L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Jurnals, 1990-1995: The Calm before the Storm,
(Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses12 Juni 1996)
Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri,h\.3.
Kansil, C.L. 2002. Orientasi BaruP enyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan
Dunia lndustri. Transpor, XX (4): 57-61.
Robbins, S. P. & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.
Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1).Malang: UM
Press.
Sumarsono, R.B. & Kusumaningrum, D.E. 2005. Pengaruh Persepsi, Sikap terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa
Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Malang Lemlit Universitas
Negeri Malang.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: Tamita
Utama.
Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penulisan Artikel
dan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11Agustus.
9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Universitas Negeri Malang, 2010) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.
10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang
kepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/
saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepada
penulis sebelum penerbitan.
11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikel
yang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.
12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskah
atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang
mungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.
13. Artikel yang tidak dimuat tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

Anda mungkin juga menyukai