Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH ETOS KERJA GURU

TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA


DI SMA MUHAMMADIYAH TOLANGOHULA DESA SUKAMAKMUR
KECAMATAN TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO

ARTIKEL

Diajukan sebagai syarat mendapat gelar sarjana (S1) pendidikan ekonomi

OLEH
SURIYATI DJAKARIA
NIM. 911 411069

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Pengaruh Etos Kerja Guru Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Di SMA

Muhammadiyah Tolangohula Desa Suka Makmur Kecamatan Tolangohula

Kabupaten Gorontalo

Suriyati Djakaria1,Salma Bowtha2,Frahmawati Bumulo3


Jurusan Pendidikan Ekonomi

Suriyati Djakaria. 2015. “Pengaruh Etos Kerja Guru Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di
SMA Muhammadiyah Tolangohula Desa Suka Makmur Kecamatan Tolangohula Kabupaten
Gorontalo.” Skripsi.Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah Bimbingan Dra.Hj.Salma
Bowtha M.Pd selaku Pembimbing I dan Frahmawati Bumulo, SE, M.Si selaku pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh etos kerja guru terhadap
aktivitas belajar siswa di SMA Muhammadiyah tolangohula desa suka makmur kecamatan
tolangohula kabupaten gorontalo.
Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh etos kerja guru terhadap aktivitas belajar siswa di
SMA Muhammadiyah Tolangohula. Dari analisis diperoleh persamaan regresi antara etos kerja guru
dengan aktivitas belajar siswa adalahsetiap kenaikan satu skor etos kerja guru akan diikuti oleh
kenaikan skor aktivitas belajar siswa sebesar 0,433 unit pada konstanta 11,854. Dengan kata lain
makin tinggi tingkat etos kerja guru, makin tinggiaktivitas belajar siswa. Setelah itu dilakukan
pengujian hipotesis, yakni pengujian terhadap koefisien regresi dengan menggunakan uji t.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai nilai atau 3,11 > 1,70, maka ditolak
( , yang berarti etos kerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas belajar
siswa di SMA Muhammadiyah Tolangohula.

Kata kunci: Etos Kerja Guru, Aktivitas Belajar Siswa

1
Suriyati Djakaria .Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri
Gorontalo.
2
Dra. Hj. Salma Bowtha, M.PdDosen Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Negeri Gorontalo.
3
Frahmawati Bumulo, SE, M.Si Dosen Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri
Gorontalo.
Pendahuluan

Pendidikan selalu berkenan dengan upaya pembinaan manusia. Keberhasilan

pendidikan sangat tergantung pada unsur manusianya. menentukan keberhasilan

pendidikan adalah pelaksanaannya yaitu para pendidik khususnya guru. Guru

merupakan ujung tombak pendidikan. Sebagai pendidik secara langsung berupaya

mempengaruhi, membina dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi

manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 25 Ayat 1

menegaskan bahwa tugas pokok guru adalah merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih

peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan

kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Guru harus mampu melaksanakan

proses pembelajaran dengan baik, karena kualitas proses pembelajaran akan

menentukan hasil akhir yang dicapai oleh peserta didik.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni.

3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,

agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu. Atau latar belakang keluarga, status

sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

4. Menjunjung tinggi perundang-undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai-

nilai agama dan etika dan.


5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. (UU No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen).

Beberapa faktor yang menjadi dasar yang mempengaruhi keberhasilan

pendidikan antara lain guru, siswa, sarana prasarana, lingkungan pendidikan dan

kurikulum. Dari berbagai faktor tersebut, guru dalam proses pembelajaran di sekolah

menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor

penunjang lainnya, guru sebagai subyek pendidikan tentu sangat menentukan

keberhasilan pendidikan itu sendiri. Dalam hal ini guru yang dimaksud sebagai

penentu keberhasilan pendidikan adalah guru yang mempunyai etos kerja yang

tinggi, memiliki semangat jiwa dan niat yang baik untuk peserta didik dalam

memberikan pengetahuan pendidikan agar apa yang menjadi tujuan dalam

pendidikan dapat terwujud.

Pengertian Etos Kerja

Etos kerja guru yang terwujud berdasarkan kesadaran guru dapat

menumbuhkan suasana yang harmonis, karena didasari rasa saling percaya,

sehingga terciptalah iklim yang sehat, rasa persaudaraan yang erat dan rasa

tentram dalam melaksanakan tugas. Apabila etos kerja guru telah tumbuh maka

memungkinkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Etos kerja guru yang dimaksud yaitu etos kerja guru dalam proses

pembelajaran, yang menyangkut tentang kondisi internal seperti disiplin kerja, sikap

terhadap pekerjaan, kebiasaan-kebiasaan bekerja, kerja keras, dedikasi dan

loyalitas, tanggung jawab, mempunyai pemahaman yang kuat tentang

pembelajaran, yang mendorong dan mengendalikan perilaku kearah kualitas kerja

yang sesuai dengan norma profesi guru (Syarif Hidayatullah, 2010).


Untuk mencapai suatu tujuan terutama dalam proses pembelajaran siswa

harus melakukan aktivitas belajar. Tanpa aktivitas siswa tidak mungkin mengalami

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tidak akan terjadi jika pembelajaran

bersifat verbalistis, akan tetapi siswa harus diberikan kesempatan untuk melakukan

aktivitas yang berhubungan dengan materi yang dipelajarinya. Guru hendaknya

berusaha membangkitkan aktivitas belajar siswa dalam mempelajari setiap materi

pembelajaran.

Aktivitas belajar siswa adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,

mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-

keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi.

Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,

menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri

dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam

bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan

mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan

variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen

yang di dalamnya juga terdapat kegiatan membaca, menulis, mendengar, dan lisan.

Dalam penelitian ini digunakan tiga indikator, yaitu disiplin kerja , kerja keras,

dan tanggung jawab. Untuk mengetahui pengaruh etos kerja guru terhadap aktivitas

belajar siswa di kelas XI IPS SMA Muhammadiyah Tolangohula.

Calon peneliti melaksanakan survei pada tanggal (20 Januari 2015) pada

SMA Muhammadiyah Tolangohula Desa Suka Makmur, Kecamatan Tolangohula,

Kabupaten Gorontalo, menemukan bahwa disiplin kerja guru yang masih kurang

efektif karena masih ada sebagian guru yang datang terlambat kesekolah pada jam

pelajaran, tentu hal ini berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Kerja keras
guru yang belum nampak, ada sebagian siswa yang sering tidak mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru, beberapa siswa sering bolos, kurang aktif bertanya, dan

kurang mampu menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru. Rendahnya

tanggung jawab yang dimiliki oleh guru, terkadang guru pada waktu jam pelajaran

sering tidak masuk kelas memberikan pembelajaran kepada siswa, hanya

memberikan buku atau materi untuk dicatat, jelas hal ini sangat berpengaruh

terhadap aktivitas belajar siswa.

Dari kenyataan yang peneliti utarakan di atas, merupakan sesuatu yang

berakibat fatal di dalam pembinaan sikap mental dan pengetahuan siswa terutama

aktivitasnya dalam belajar apabila tidak ditunjang oleh etos kerja guru yang tinggi.

Hal-hal yang telah dipaparkan di atas, sudah merupakan konsekuensi logis

yang harus dilakukan baik oleh guru sebagai pengajar maupun oleh siswa sebagai

pelajar. Mengingat setiap lembaga pendidikan formal mempunyai tujuan yang jelas

sebagai mana yang telah dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan bahwa: Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Kata etos berasal dari bahasa Yunani ethos yang mempunyai arti sebagai

sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan tertentu. Dari kata etos terambil

pula kata etika dan etis yang hampir mendekati kepada makna ahlak atau nilai-nilai

yang berkaitan dengan baik-buruk (moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung
gairah atau semangat yang kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih

baik, dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sempurna (Syarif

Hidayatullah, 2010).

Etos diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati

seseorang untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan di atas dunia ini. Sedangkan

kata ethos dalam bahasa indonesia ternyata juga cukup banyak dipakai misalnya

dalam kombinasi etos kerja, etos profesi, etos imalinasi, etos didikasi, dan etos

kinerja. (Ramayulis, 2013:427).

Sejalan dengan itu bahwa yang dimaksud dengan etos kerja adalah norma-

norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan secara eksplisit serta praktek-praktek

yang diterima dan diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan

diterapkan dalam kehidupan kekayaan para anggota suatu organisasi. Selani itu

juga bahwa Etos kerja adalah daya dorong bagi pendisiplinan jajaran kerja. Dasar

bagi gagasannya adalah bahwa fator-faktor yang memenuhi kebutuhan orang akan

pertumbuhan psikologis, khususnya tanggung jawab dan etos kerja untuk mencapai

tujuan yang efektif (Abdul Haris, 2014).

Surya dalam Abdul Haris (2014) mengatakan bahwa etos kerja lebih merujuk

kepada kualitas kepribadian yang tercermin melalui unjuk kerja secara utuh dalam

berbagai dimensi kehidupannya. Lebih lanjut Surya juga menyebutkan bahwa

sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung beberapa unsur antara lain:

(1) disiplin kerja, (2) sikap terhadap pekerjaan, (3) kebiasaan-kebiasaan kerja, (4)

kerjakeras, (5) dedikasi dan loyalitas, (6) tanggung jawab, dan (7) mempunyai

pemahaman yang kuat tentang pembelajaran.

Etos kerja guru yang tinggi akan banyak menentukan keberhasilan usaha dan

proses pembelajaran di sekolah. Karena itu, masalah tersebut menarik untuk


diperhatikan dan dianalisis dalam suatu organisasi sekolah yang didalamnya

menyangkut berbagai keputusan termasuk keputusan para guru itu sendiri.

Mengenai etos kerja ini, Soebagio Atmowirio (2000:232) mengemukakan bahwa

“etos kerja merupakan pandangan dan sikap seseorang dalam menilai apa arti kerja

sebagai bagian dari hidup dalam rangka meningkatkan kehidupannya”. Selanjutnya

Soebagio dalam Admowirio dalam Michio (2012) secara lebih spesifik menjelaskan

pengertian etos kerja sebagai berikut : “Etos kerja adalah landasan untuk

meningkatkan prestasi kerja/kinerja setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS)”. Mengacu

pada batasan tersebut, maka etos kerja guru dalam menjalankan tugasnya

disekolah. Dalam hal ini etos kerja guru dipandang dari segi pelaksanaan tugas-

tugas profesionalisme.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa etos kerja guru

adalah merupakan kondisi internal mengenai disiplin kerja guru,sikap terhadap

pekerjaan,kebiasaan-kebiasaan bekerja,kerja keras,dedikasi dan loyalitas,tanggung

jawab,mempunyai pemahaman yang kuat tentang pembelajaran secara efektif dan

efisien untuk keberhasilan kualitas pendidikan di sekolah. peneliti hanya mengambil

lima indikator etos kerja guru,mengenai disiplin kerja, sikap terhadap pekerjaan,

kebiasaan-kebiasaan bekerja, kerja keras, dedikasi dan loyalitas, tanggung jawab. 1.

disiplin kerja adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh manajemen baik

perusahaan, instansi pemerintah ataupun swasta agar para pegawai dapat bekerja

sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kinerja mereka sesuai dengan yang

diharapkan dan bisa mencapai tujuan dari perusahaan. 2. kerja keras adalahbekerja

dengan sungguh-sungguh, sekuat daya dan tenaga, penuh semangat, pantang

menyerah, untuk mencapai hasil terbaik, terlalu fokus pada pekerjaan, hingga tak

punya waktu dan energi lagi untuk melakukan kegiatan yang lain. 3. tanggung jawab
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja

maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai

wujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk

yang bertanggung jawab.Disebut demikian karena manusia, selain merupakan

makhluk individual dan makhluk sosial juga merupakanmakhluk tuhan.

Pengertian Aktivitas Belajar Siswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan aktivitas berasal dari kata

kerja aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan

sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang (Admin, 2014).

Aktivitas merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu yang telah

direncanakan dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam kaitannya

dengan belajar, mengapa di dalam belajar memerlukan aktivitas sebab pada

prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi

melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya

aktivitas merupakan prinsip di dalam interaksi belajar mengajar (Agus Puguh

Santosa 2013)

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat

terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak dipahami,

sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita

merupakan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian dapat kita katakan, tidak

ada ruang waktu dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar,

dan itu berarti pula bahwa belajar tidak dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena

perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti

(Anurrahman 2011:33).
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal

yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek yaitu

dari siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa

mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut

berupa keadaan alam, hewan, tumbu-tumbuhan, manusia, dan bahan telah

dihimpundalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak

sebagai perilakubelajar tentang sesuatu hal (Dimyati dan Mudjiono, 2013:17).

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai

dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-

ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan

terintegrasi.Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan

terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan

data dalam

bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan

mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan

variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen

(Gilang, 2012).

Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Sudjana (2005:105) aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur

yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus

dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik

(Gilang, 2012).

Paul D. Dierich dalam Eko Khoerul Nurnawawi (2013) membagi aktivitas

belajar ke dalam 8 kelompok yaitu:


1. Kegiatan-kegiatan visual, yang termasuk di dalam kegiatan visual diantaranya

membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yang termasuk di dalamnya antara lain

mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yang termasuk di dalamnya antara lain

mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi,

mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yang termasuk di dalamnya antara lain menulis

cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat

rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yang termasuk di dalamnya antara lain

menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan

percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,

menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yang termasuk di dalamnya antara lain

merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat,

hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yang termasuk di dalamnya antara lain minat,

membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Berdasarkan peneliti hanya

mengambil lima indikator aktivitas belajar siswa yang akan di uji dalam

penelitian ini
Kerangka Pikir

Dalam upaya untuk mencapai keberhasilan pendidikan yang bertujuan

meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas sesuai dengan tujuan

pendidikan. Maka sangatlah penting untuk melakukan studi-studi tentang pengaruh

etos kerja guru terhadap aktivitas belajar siswa. Agar nantinya hal ini dapat

memberikan kontribusi dalam hal untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Dan

masalah-masalah dibidang pendidikan seperti lemahnya kemampuan guru dalam

memberikan pembelajaran kepada siswa, kurangnya etos kerja guru, dan masih

lemahnya aktivitas belajar siswa yang baik tentunya hal ini betul-betul dapat

menemukan solusi. Dalam memberikan alur pemikiran peneliti. Berikut adalah

gambar1 kerangka pemikiran peneliti seperti di bawah ini:

Etos Kerja Guru (X) Aktivitas Belajar Siswa (Y)

Syarif Hidayatullah (2010) Paul D. Dierich dalam Eko Khoerul


Nurnawawi (2013).
- Disiplin Kerja
- kegiatan membaca
- Kerja Keras
- kegiatan mendengar
- Tanggung Jawab

- kegiatan menulis

- kegiatan menggambar

- kegiatan lisan

Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian mengacu pada hasil pengujian hipotesis

penelitian yaitu terdapat pengaruh etos kerja guru terhadap aktivitas belajar siswa di

SMA Muhammadiyah Tolangohula. Dari analisis diperoleh persamaan regresi antara

etos kerja guru dengan aktivitas belajar siswa adalahsetiap kenaikan satu skor etos

kerja guru akan diikuti oleh kenaikan skor aktivitas belajar siswa sebesar 0,433 unit
pada konstanta 11,854. Dengan kata lain makin tinggi tingkat etos kerja guru, makin

tinggiaktivitas belajar siswa. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesis, yakni

pengujian terhadap koefisien regresi dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil

perhitungan nilai nilai atau 3,11 > 1,70, maka ditolak

( , yang berarti etos kerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap

aktivitas belajar siswa di SMA Muhammadiyah Tolangohula.

Etos kerja mengandung beberapa unsur antara lain: (1) disiplin kerja; (2)

sikap terhadap pekerjaan; (3) kebiasaan-kebiasaan kerja; (4) kerja keras; (5)

dedikasi dan loyalitas; (6) tanggung jawab; dan (7) mempunyai pemahaman yang

kuat tentang pembelajaran. (Abdul Haris, 2014). Sedangkan salah satu yang

mempengaruhi aktivitas belajar siswa menurut Muhibbin (dalam Agus Santosa,

2013) adalah sikap, dimana dalam hal ini sikap yang dimaksud adalah respon positif

siswa terhadap guru saat proses pembelajaran.

Sikap positif siswa terhadap guru tidak akan terbentuk tanpa adanya sifat

positif guru itu sendiri, dimana dengan lebih meningkatkan etos kerja tersebut akan

berdampak pada proses pembelajaran, dimana siswa akan lebih aktif dalam

menanggapi materi yang diajarkan. Dikarenakan pentingnya etos kerja guru, maka

guru diharapkan lebih meningkatkan etos kerjanya sebagai guru.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa etos kerja guru berpengaruh

secara signifikan terhadap aktivitas belajar siswa di SMA Muhammadiyah

Tolangohula.Dari analisis diperoleh persamaan regresi antara etos kerja guru

dengan aktivitas belajar siswa adalahsetiap kenaikan satu skor etos kerja guru akan

diikuti oleh kenaikan skor aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain makin tinggi

tingkat etos kerja guru, makin tinggiaktivitas belajar siswa. Setelah itu dilakukan
pengujian hipotesis, yakni pengujian terhadap koefisien regresi dengan

menggunakan uji t. Berdasarkan hasil perhitungan nilai nilai atau 3,11

> 1,70, maka ditolak ( , yang berarti etos kerja guru berpengaruh

secara signifikan terhadap aktivitas belajar siswa di SMA Muhammadiyah

Tolangohula.Etos kerja mengandung beberapa unsur antara lain: (1) disiplin kerja;

(2) sikap terhadap pekerjaan; (3) kebiasaan-kebiasaan kerja; (4) kerja keras; (5)

dedikasi dan loyalitas; (6) tanggung jawab; dan (7) mempunyai pemahaman yang

kuat tentang pembelajaran. (Abdul Haris, 2014). Sedangkan salah satu yang

mempengaruhi aktivitas belajar siswa menurut Muhibbin (dalam Agus Santosa,

2013) adalah sikap, dimana dalam hal ini sikap yang dimaksud adalah respon positif

siswa terhadap guru saat proses pembelajaran.

Sikap positif siswa terhadap guru tidak akan terbentuk tanpa adanya sifat

positif guru itu sendiri, dimana dengan lebih meningkatkan etos kerja tersebut akan

berdampak pada proses pembelajaran, dimana siswa akan lebih aktif dalam

menanggapi materi yang diajarkan. Dikarenakan pentingnya etos kerja guru, maka

guru diharapkan lebih meningkatkan etos kerjanya sebagai guru.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai

berikut.

1. Dalam pembelajaran, sebaiknya guru lebih meningkatkan etos kerjanyadalam

kehidupannya sehari-hari, sehingga hal ini dapat berdampak positif dalam

kehidupan dan proses belajar mengajar.

2. Dalam proses pembelajaran, sebaiknya siswa dapat lebih meningkatkan

aktivitas belajarnya, hal ini agar guru dapat secara aktif melakukan proses

belajar- mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih. (2012). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta

Abdul Rahmat. (2014). Pengantar pendidikan. Teori, konsef, dan aplikasi. Katalok

Dalam Terbitan (KDT).

Abdul Haris. (2014). Peran Etos Kerja Guru Dalam Meningkatkan Kinerja Guru.

Tesis Skripsi.

Agus Puguh Santoso. (2013) Pengertian Aktivitas Belajar.

http://banjirembun.blogspot.com/2013/09/pengertian-aktivitas-belajar.html.

Diakses 2015-3.

Admin. (2014). Pengertian aktivitas belajar.

http://www.pusattesis.com/pengertian-aktivitas-belajar/. Diakses 2015-3.

Bukhari,Muchtar. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Cet. I;

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.

Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eko Khoerul Nurnawawi. (2013). Konsep Aktivitas Belajar Siswa.

http://ekokhoeruln.blogspot.com/2013/02/aktivitas-belajar-siswa.html.

Diakses 2015-3.

Gilang. (2012). Aktivitas Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.

http://gprtm007.blogspot.com/2012/11/aktivitas-belajar-dan-faktor-faktor.html.

Diakses 2015-3.

Idris. ( 2013). Konsep Pendidikan

http://nie07independent.wordpress.com/konsep-pendidikan/. Diakses 2014- 9.

Michio. 2012. Etos Kerja Guru.


http://yanti41.blogspot.com/2012/11/etos-kerja-guru.html. Diakses 2015-2.

Ramayulis. (2013). Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kamam Mulia

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV. Alfabeta.

Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Cet. III;

Jakarta: 1996.

Syarif Hidayatullah. (2010). Etos Kerja Dan Profesionalisme Guru. UIN Jakarta.

Wahyu Rishandi. (2012). Etos Kerja Guru Pengaruhnya Terhadap Ativitas Belajar

Siswa. Madrasah Tsanawiyah Negeri Tanjung Balai. Tesis Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai