Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Edukatif dan Inspiratif (18)

Akhlak al-Karimah
Membendung Dekadensi Moral
Oleh: H. Agus Jaya, Lc., M.Hum
Mudir PP. Pena Kita Sakatiga dan Ka.Kua
Indralaya Selatan Ogan Ilir Sumatera Selatan

ْ َ ُ َ ْ ََ َ ٌْ َ ِّ‫ه ُ َ ُ َ َ َ ْٔ ِ ْل‬ ْ ‫َ ُّش‬ ْ ََ ْ َ


ٓ ،ُِِّ‫تِا‬ ِ ‫ ال‬،ُِِّ‫َ ٍْ ُ ِللهِ إِح َسا‬
َ ُ ‫َ َّال‬
ً ٍ‫ُم َّال‬ ُ َٓ ْ َ َ ،ُِِّْ‫م َ ُ َت ْغظ ْ ًٍا ا َِلأ‬ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ ‫َ َ َ َّال‬
‫إِ إِ ا ح ه‬
ِ ِ
َ
‫َ َر ُ ْٔا ِم‬ َ ْ َ َ َ ‫ايٓ َّالً َ ّو‬ ُ َ ،ُِِّ َٔ ‫ض‬ ْ َ ِ ‫َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ َّال‬
ِ ِ ِ‫ه ر ٔ ا ا إ ِ ر‬
ً ْ ِ ‫ِإَو َٔ ُِِّ َ َ ّي ًِْ ت َ ْسي ِ ْ ًٍا َنث‬ ْ ْ َ َ َ َ ‫َ ُ َ َّال‬
‫ ٌا‬، ‫ْي‬ ِِّ‫ِ ِ َ َ اا‬ ٍ ٍ‫ا ِ ِّ ُم‬
ُ ‫َ َ َّال‬ ْ َْ ُ ُ َ َ
ًْ ‫ َا ِع َاد ا ِ ْ ِ ْك ًْ َ نف ِِس ا ِ َتل َٔى ا ِ َ َطاعتِِّ ى َعيك‬، ‫اعـ‬
ُ َ ْ ‫ُ ْ َ َّال‬ َ ََ ُ َ ََ َ ْ ُ ُْ
ََِ ٌ ِ ‫ ُع ْٔذ اِاا‬، ‫ْن ْ ِو‬
ِ ‫تل‬ ًِ ‫ك‬ ‫ُم‬ ‫ِف‬ِ ‫ كال ا تعا‬. ٔ ِ ‫تفي‬
ُ َ َ َُ
َ‫ا َح َّالق تلا ِِّ َ ت ٍُٔت َّال‬ َ ْٔ ‫ يَا َأ ُّشي َٓا ََّل ِْي ََ ٌَ ُِ ْٔ َّالت ُل‬: ًِ ْ ‫ال ْ َطا ا َّالج‬ ‫َّال‬
ِ ِ
َ ْ َ ‫َّال‬
)102: ٍ‫إ ِ َأن ُت ًْ ُم ْسي ٍُِٔ ( ل ع‬

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah swt. ...


Pada kesempatan yang mulia ini, khatib mengajak kita semua
untuk bertakwa kepada Allah swt. dengan sesungguhnya takwa
dan meningkatkan kualitas iman kita dengan ketaatan kepada
Allah swt. sehingga kita menjadi hamba yang beruntung.
Saudara-saudaraku...
Khutbah Edukatif dan Inspiratif (18)

Pada kesempatan ini, khatib akan mengangkat judul


“Akhlak al-Karimah Membendung Dekadensi Moral”.
Kemerosotan moral telah menjadi fenomena umum yang
melanda umat manusia pada era postmodern saat ini. Peradaban
barat yang menyuarakan freedom (kebebasan) justru yang pertama
mengalami kerusakan moral luar biasa. Ironisnya budaya barat
yang sudah mengalami kerusakan moral itu justru menjadi trend
di negeri-negeri muslim. Akibatnya, budaya lokal masyarakat
muslim terkontaminasi dengan budaya barat, dan pada akhirnya
budaya lokal mengalami kegoncangan dan semakin dekat dengan
gaya hidup barat.
Fenomena yang terjadi saat ini telah diingatkan Allah swt.
dalam al-Qur’an. Allah swt. berfirman:
ُ ‫ُ ۡر َّال‬ ‫َّال‬ ‫َ َّال‬ َ َ ُ ُ َ ‫َ َ َ ۡر َ َ َ ۡر‬
‫ٱ اَّال َ َ ى َح َّال‬
‫ِ َ مِي َت ُٓ ۡرً كو إ ِ ْ َ ى‬ ‫عِم ٱ ٓٔد‬ َ‫ى‬
‫ۡر ۡر‬ ٓ
‫ٱ َلِي َجا َء َ ٌ ََِ ٱ ىعِي ًِ ٌَا‬
‫َّال‬ َ ‫َ ۡرْ َٔ ٓ َء ًُْ َ ۡرع‬
َ ‫ٱ َّالا ِ ُْ َٔ ٱ ا ۡر ُٓ َ ى َ ىَ َ ٱ َّالت َ ۡرع‬
ِِ
َ َ ّ َ َ ‫َ َ َ َّال‬
١٢٠ ‫ْي‬
ٍ ِ ُ ِ َِ
ٌ ِ ‫ا‬ ‫ام ٌَِ ٱ‬
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah:
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu. Q.S. Al-baqarah [2]: 120.
Kata Millah pada ayat ini bisa memiliki arti agama, tetapi
juga terbuka peluang lain mengartikannya dengan budaya,
sehingga standar minimal yang diupayakan oleh orang-orang
Yahudi dan Nasrani (dalam hal ini barat) adalah memasukkan
budayanya kepada masyarakat muslim sebelum terwujudnya
pemurtadan.
Khutbah Edukatif dan Inspiratif (18)

Jika kita perhatikan perkembangan umat Islam di


Indonesia terkini, kita akan temukan dan rasakan betapa
dekadensi moral telah menguasai sebagian besar umat Islam,
terutama kalangan remaja. Kondisi ini menghantarkan umat
Islam yang mayoritas kuantitas menjadi minoritas kualitas.
semakin parahnya lagi belum ada konsep yang jelas dalam upaya
membendung, mengatasi dan menyembuhkan dekadensi moral
ini.
Ada beberapa faktor yang melahirkan dekadensi moral
anak bangsa ini, diantaranya; Pertama, Kurangnya perhatian dan
tanggung jawab orang tua terhadap anak, sehingga ungkapan
ternak tidak pulang sore dicari, anak wanita tidak pulang tengah malam
dibiarkan menjadi hal yang nyata. Padahal Allah swt. telah
mengingatkan dengan tegas akan tanggung jawab setiap insan
terhadap diri, keluarga dan lingkungannya. Allah swt. berfirman:
ُ َُ ٗ َ
ُ ‫ٔد َْا ٱ اَّال‬ ‫كًۡر‬ ُ ‫َ ُ َ ُ ۡر َ َ ۡر‬ ْ ٓ ُ ْ ُ َ َ َ ‫َ َ ُّش َ َّال‬
‫اس‬ ‫ُارا ك‬ ِ ‫ُفسكً ْي‬ ٔ‫يأيٓا ٱ َلِيَ ء ٌِٔ ك‬ َٰٓ
ُ َ ٓ َ ‫ُ َ َّال‬ ‫ظ َّال‬ٞ َ ‫ظ‬ٞ َ ٌ َ َٰٓ َ َ َ ‫َ ۡر َ َ ُ َ َ ۡر‬
ً‫ا ٌَا َم َْ ۡر‬ ‫ٔ ٱ‬ ‫َي ۡرع‬ ‫ِ د‬ ِ ‫ٱ ِ ار عي ٓا ٌ ِه‬
َ ُ َ ‫َ َ ۡر َ ُ َ َ ُ ۡر‬
‫فعئ ٌا ي م‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Q.S. At-Tahrim [66]:
6.
Kedua, Melemahnya peran ulama dan tokoh masyarakat
baik karena kesibukan berpolitik ria maupun bisnis pribadi.
Ketiga, Konsep pendidikan yang berlaku baru sekedar
transfer ilmu pengetahuan dan belum sepenuhnya mendukung
Khutbah Edukatif dan Inspiratif (18)

pembentukan akhlak mulia. Bahkan program-program besar


seperti Ujian Nasional dsb. yang bertujuan mulia meningkatkan
kualitas pendidikan namun belum disertai akhlak mulia justru
bisa menjadi bumerang terhadap tujuan pendidikan itu sendiri.
Mayoritas generasi muda bangsa ini sudah terjebak
fenomena pergaulan bebas (free life style). Tidak bisa dipungkiri,
peran media baik cetak maupun eletronik sangatlah dominan
dalam memuluskan budaya negatif ini. Jika kita perhatikan
tayangan televisi yang berjudul dunia pendidikan bukannya
mengajarkan pendidikan yang ideal, justru melegimitasi pacaran
dan pergaulan bebas.
Kaum wanita bangsa ini yang mayoritasnya muslimat telah
terseret dalam pola berpakaian jahiliyah, berpakaian tapi
telanjang. Dengan dalih kebebasan berekspresi, setiap inci tubuh
wanita dijadikan komoditi. Aurat wanita diperdagangkan,
dilombakan dan dinilai, anehnya, dengan penuh antusias, kaum
wanita antri minta diekploitasi. Mereka tidak menyadari, bahwa
sebelum Islam tiba wanita tidak ada harganya sedikitpun. Kaum
laki-laki boleh menikah sepuasnya dan semampunya, ada yang
memiliki istri sepuluh, empat puluh dan bahkan seratus. Jika anak
wanita yang lahir maka di kubur hidup-hidup dan seorang istri
yang ditinggal mati suaminya tidak mendapatkan harta waris
bahkan ia menjadi warisan.
Islam datang dan mengagungkan wanita hingga setiap inci
badannya merupakan benda berharga yang senantiasa harus
ditutup dan dijaga. Ironisnya justru sebagian kaum wanita itu
sendiri yang menolak diagungkan dan dimuliakan.
Allah swt. berfirman:
Khutbah Edukatif dan Inspiratif (18)

ََ‫ُ ۡر ََ ٌ ۡرَِ َأاۡر َ ْ َّالَِ َ َ ۡر َف ۡرظ ََ ُ ُ َج ُٓ َّالَ َ َ ُي ۡر ِي‬ ‫ۡر‬ ‫ُ ّ ۡر ۡر‬


‫َكو ى ِي ٍُ ٌِ َ ِ َيغ‬
ِ
‫َّال‬ ُ َ َ ‫َّال‬ ُ ‫ۡر َ َ ۡر ۡر ۡر‬ َ َٓ َ ‫ز يَ َت ُٓ َّالَ إ ِ َّال ٌَا‬
‫ٌِِٓاۖا َ ِ ََ ِ ٍُ َِِْ ج ُٔ ِ َِٓۖا‬ ِ
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya; janganlah
mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak
padanya. Wajib atas mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.
Q.S. an-Nur [24]: 31.

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah...


Untuk membendung, menangkal dan mengatasi
dekadensi moral yang telah mengakar ini, maka gerakan
sisjudultis yang mutlak dilakukan oleh seluruh elemen bangsa
baik pemerintah, ulama dan masyarakat adalah:
pertama, menyadarkan kembali para orang tua tentang
tanggung jawabnya terhadap keluarga. Allah swt. berfirman:
ْ ُ ‫َ ً َ ُ ْ َ َ ۡر ۡر َ ۡر َ َّال‬ ٗ ‫َ ۡر َ ۡر َ َّال َ َ ۡر َ َ ُ ْ ۡر َ ۡر ۡر ُ ّ َّال‬
ٔ‫ضعفا ِإَوا ٔ عي ًِٓ ي تل‬ ِ ِ‫ٱ َلِيَ أ ٔ ٌَِ ِإَوي ِف ًِٓ ذر‬
ً ‫ا َ ۡر َ ُلٔأُ ْ كَ ۡرٔ ٗ َ ِي‬
َ ‫ٱ َّال‬
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. Q.S. An-Nisa’ [4]: 9.
Kepedulian orang tua terhadap anak merupakan sebuah
tanggung jawab berkesinambungan baik di dunia maupun
akhirat. Untuk mewujudkannya bisa ditempuh dengan cara
melibatkan para orang tua dalam pendidikan anak dan
lingkungan, memotivasi orang untuk tampil sebagai contoh yang
Khutbah Edukatif dan Inspiratif (18)

baik pada anak dan pada akhirnya orang tua menjadi idola sang
anak.
Kedua, memberdayakan tokoh agama semaksimal
mungkin, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
berkarya dan bukan hanya sebatas melibatkan mereka pada
perayaan hari besar agama.
Ketiga, membentuk sistem pendidikan pondok pesantren
murni yang berpedoman kepada al-Qur’an dan hadits dengan
pengamalan yang benar dan mengedepankan kualitas bukan
kuantitas apalagi hanya sekedar gengsi. Tidak semua instansi
pendidikan bahkan pondok pesantren yang bisa menjadi solusi,
bisa jadi sebaliknya justru menjadi masalah. Hanya instansi
pendidikan dan atau pondok pesantren yang mengedapankan
pendidikan akhlak mulia (akhlakul karimah) yang akan tampil
sebagai pengobat duka dan lara bathin yang kian hari kian parah.
Secara khusus, pemerintah bertanggung jawab dalam
pembentukan karakter umat ini dengan pengalokasian dana
pendidikan yang seimbang antara pembangunan fisik dan mental,
materi dan rohani dan melibatkan seluruh elemen bangsa secara
aktif demi terhindarnya bangsa yang kita cintai ini dari
dekandensi moral.
Dengan merangkul seluruh elemen bangsa dalam
membendung dekadensi moral disertai dengan konsep
pendidikan akhlak al-karimah yang tepat guna dan tepat sasaran
serta komitmen untuk melaksanakan dan mewujudkannya
diharapkan akan menghasilkan insan yang rahmatan lil-alamin,
insan yang menebar rahmat bagi alam semesta.
Demikianlah khutbah ini, semoga bermanfat bagi kita
semua. Amin.
‫)‪Khutbah Edukatif dan Inspiratif (18‬‬

‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫ْ‬ ‫ُْ‬ ‫ُ‬ ‫ار َ ُ‬


‫ِ ِّْ ٌ ََِ‬ ‫ا ِ َ ىك ًْ ِِف ىل ِ ى َع ِظ ْ ًِ‪ َ .‬نف َع ِ يَّالاا ًْ ا ِ ٍَا‬ ‫اَ َ‬
‫ْ ُ َ َ َّال ُ‬ ‫ََ َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ ْ‬ ‫ْ‬
‫اس ٍِ ْ ُ‬
‫َّال‬ ‫ه ْ ًِ َ تل َّالو ٌِ ِّ ٌَِِك ًْ ِ َ ُّ إُِ ُّ ْ َٔ‬ ‫اا َ َلِن ِ َ ِ‬ ‫ايَ ِ‬
‫ىْ َعي ِ ْ ًُ ‪َ ,‬كُ ْو َر ّ ْفِ ْ َ ْر َح ًْ َ َُ ْ َ َِإَو ْ ُ‬
‫ْي ا َّال ِ ِ ْ َ‬
‫ِ‬

Anda mungkin juga menyukai