Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH JUM’AT

Menebar Cahaya Islam Rahmatallil’alamin


Seri Naskah Khutbah Jum’at Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Kota Prabumulih
Edisi 155, Jumat, 15 Shafar 1445 Hijriyyah / 1 September 2023

HIDUP DI DUNIA SEPERTI MUSAFIR

Oleh Mohamad Mufid, M. Pd.I


(Ketua PD IKADI Kota Prabumulih Sumatera Selatan]

KHUTBAH PERTAMA

َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ّ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ ُ ‫َا ْل َح ْم‬
‫ات‬ ‫ب‬
ِ ِ ِ‫اج‬ ‫و‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ‫م‬‫و‬ ‫ق‬ ‫ه‬‫و‬ ، ‫ة‬
ِ ‫اد‬‫ع‬ ‫الظ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ض‬ ‫الس‬
ِ ِ ِ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ن‬‫ل‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ت‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫م‬
ِ ِ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫ؤ‬ ‫ها‬‫س‬‫م‬ ‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫ر‬
ِ ‫ال‬ ‫هلل‬
ِ ‫د‬
َ َ
ِ ِ ‫ِ ْ ِ باد‬
َّ‫ َو َؤ ْش َه ُد َؤ َّن ُم َح َّم ًدا َ ْب ُد ُه َو َز ُط ْو ُل ُ ََل َهبي‬، ُ ‫هللا َو ْح َد ُه ََل َشسٍْ َك َل‬ُ ‫َا ْش َه ُد َؤ ْن ََل إ َل َ إ ََّل‬
ِ ِ ِ ِ
.‫َ ْع َد ُه‬
َ،‫ص ْحب َؤ ْج َمع ْين‬ َ ‫ْلا ْهب َياء َو ْاْلُ ْس َطل ْي َن َو َ َلى آل َو‬ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ّ َ َ ّ َ َّ ُ َّ َ
ِ ِِ ِِ ِ ِ ِ ‫اللهم ص ِل وط ِلم لى ؤشس ِف‬
ُ‫ال هللا‬ َ ‫ َق‬.‫ َ َق ْد َ َاش ْاْلُ َّ ُق ْو َن‬،‫هللا‬ َ‫ َ َيا َب َاد هللا ُا ْوص ْي ي َه ْ ِسي َوإ ًَّ ُاا ْم ب َ ْقو‬:‫َؤ ّما َ ْع ُد‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
.‫الس ِح ْي ِم‬َّ ‫الس ْح َم‬ َّ ‫هللا‬ ‫م‬ ‫ظ‬ْ ،‫َ َع َااى ْ ا َ اب ال سٍْم‬
َ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ‫َّ ُ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ُ ْ ُ َّ َّ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ن‬ ّ َ ‫َ َ ُّي‬
‫ًا ؤ ا الرً آمنوا ا قوا هللا ح قا ِ ِ وَل مو ِإَل وؤه م مظ ِلمو‬

Hadirin rahimakumullah!

D
ikisahkan suatu ketika Rasulullah saw memberikan nasihat kepada Abdullah
bin Umar, salah seorang anak Umar bin Khattab rayidhallahu „anhu. Rasulullah
memegang pundaknya dan memberikan pesan berharga.
َ ‫ُّي ْ َ َ َ َّ َ َ ٌب‬ ُ
‫ا ْ ِ الدهيا اإهك ِسٍي ؤو ِابس ط ِب ٍليل‬.
َ ُ َ ْ

“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara.”

Khutbah Jum’at IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan


1
KHUTBAH JUM’AT

Menebar Cahaya Islam Rahmatallil’alamin


Dari nasihat yang singkat tersebut, ada dua poin penting yang disampaikan
Rasulullah saw kepada Abdullah bin Umar. Tentunya nasihat itu bukan berlaku untuk
Abdullah bin Umar saja, tetapi berlaku untuk kita semua selaku ummat akhir zaman.
Nasihat yang pertama, kita hendaknya hidup seperti orang asing yang menetap
di negeri asing. Sebagaimana hidup di negeri asing, hatinya tidak terpikat dengan
negeri asing tersebut. Sebaliknya, hatinya tetap bergantung dengan tanah airnya. Ia
bermukim di dunia untuk menyelesaikan tujuan persiapannya untuk pulang ke tanah
airnya.
Nasihat yang kedua, hendaknya kita hidup seperti musafir yang tidak menetap
sama sekali. Sebagaimana layaknya seorang musafir atau pengembara, dia tidak
memiliki rumah sendiri, tidak punya tempat tinggal sendiri, dan tidak punya negeri
yang didiami secara pribadi. Kalau pun yang ditempati rumah sendiri, dia menyadari
semua fasilitas yang ditempatinya hanyalah sementara, tidak kekal abadi. Semua
fasilitas yang dimiliki adalah milik Allah ta'ala dan semua juga akan kembali kepada
Allah ta'ala Sang Pemilik Kehidupan.
Begitu juga dengan kehidupan dunia. Bagi orang yang beriman kepada Allah
dan hari kiamat, dunia yang ditempati saat ini bukanlah negeri untuk menetap yang
abadi. Dia menyadari dunia adalah tempat meninggal, bukan tempat tinggal abadi.
Tempat tinggal yang abadi dan hakiki adalah surga yang luasnya langit dan bumi .
Surga ini diperoleh melalui proses tahapan yang sangat panjang, dimulai dari
kehidupan di alam kandungan, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat, mengikuti
hisab sangat panjang sampai berhenti di garis finish, surganya Allah swt.

Hadirin rahimakumullah!
Inilah dua pesan Rasulullah saw yang secara khusus dipesankan kepada
sahabatnya Abdullah bin Umar, dan tentunya untuk diamalkan kita selaku ummat
Nabi Muhammad saw. Berkaitan dengan pesan tersebut, sudah selayaknya kita selalu
waspada agar tidak terlena dengan kehidupan dunia. Sebaliknya kita harus semangat
bekerja dan semangat beribadah sebagai bekal untuk dibawa ke negeri akhirat nanti.
Agar tidak terlena dengan kehidupan duniawi, paling tidak ada dua pesan yang
perlu disampaikan.

Khutbah Jum’at IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan


2
KHUTBAH JUM’AT

Menebar Cahaya Islam Rahmatallil’alamin


Pertama, waspada dengan anak dan harta.
Allah swt berfirman dalam surat Al Munafiqun ayat 9:

ََٰ َّ ْ ُ ََٰ َ َ ُ ُ َ ُ ْ ُ َ ۟ َّ َ ٓ
‫ًََٰإ ُّي َ ا ٱل ِرً َ َء َام ُنوا َل ل ِه ْم ؤ ْم ََٰول ْم َوَل ؤ ْول ُدا ْم َ ِذا ِس ٱلل ِ ۚ َو َم ًَ ْ َع ْل ذ ِل َك‬
َ‫َ ُإ ۟و ََٰٓل َك ُ ُم ْٱل ََٰ ظ ُسون‬
ِ ِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian,
maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”

Pada surat tersebut, Allah swt secara tegas mengingatkan kaum muslimin agar
jangan sampai kesibukan mengurus harta benda dan memperhatikan persoalan
anak-anak membuat manusia lalai dari kewajibannya kepada Allah swt. Di akhir
zaman saat ini, banyak manusia lupa kepada Allah swt karena sibuk mencari harta.
Dalam pandangan Islam, bekerja mencari dan mengumpulkan harta tidak dilarang,
bahkan diwajibkan bagi setiap insan, terkhusus kepada kepala keluarga. Namun jika
sampai melalaikan kewajiban seperti ibadah shalat lima waktu, sungguh termasuk
orang-orang yang merugi.
Inilah mengapa Rasulullah saw mengingatkan bahwa harta adalah bagian dari
fitnah atau cobaan.

ُ َ‫إ َّن ِل ُ ّل ُؤ َّم ٍل ِ ْ َن ٌب َو ِ ْ َن ُ ُؤ َّم ْي ْاْل‬


‫ال‬ ِ ِ ِ
“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah dan fitnah umat-Ku adalah harta.”
(H.R. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Godaan atau fitnah terhadap harta bisa muncul dari berbagai sisi, baik dari cara
mencarinya maupun penggunaannya. Ada sebagian orang yang mencari harta tidak
memperhatikan halal haramnya. Semua cara dilakukan, yang penting harta
didapatkan, tidak pernah memperhatikan faktor keberkahan. Biasanya ketika harta
didapatkan dari cara yang demikian, tidak akan mendatangkan keberkahan. Hidupnya
akan selalu kurang dan tidak pernah merasa cukup.

Khutbah Jum’at IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan


3
KHUTBAH JUM’AT

Menebar Cahaya Islam Rahmatallil’alamin


Berikutnya yang sering menyebabkan manusia lalai dari mengingat Allah swt,
adalah persoalan terhadap anak-anaknya. Mencintai dan menyayangi anak adalah
kewajiban bagi orang tuanya. Tetapi jangan sampai terjadi, mencintai dan
menyayangi anak secara berlebihan ternyata membawanya ke jalan keburukan dan
melalaikan ibadah kepada Allah swt. Mengapa terjadi demikian? Salah satu
jawabannya adalah karena orang tua tidak membekali anak-anak dengan pendidikan
agama Islam.
Alhasil di fenomena akhir zaman ini, banyak anak-anak yang menjadi musuh
bagi orang tuanya. Sebagaimana yang kita saksikan di berita media sosial atau
televisi, ada sebagian anak memenjarakan orang tuanya lantaran berebut harta waris.
Ada sebagian anak mengusir orang tuanya karena tidak dibelikan sepeda motor dan
sebagainya. Lebih menyedihkan lagi, ada anak yang membunuh orang tuanya karena
tidak dituruti kehendaknya.
Untuk itulah, Allah swt mengingatkan dalam surat al Kahfi ayat 46:

ُ ‫الصال َح‬
َِّ ُ ‫الد ْه َيا َو ْال َباق َي‬
‫ال َو ْال َب ُنو َن ش ٍَن ُ ْال َح َياة ُّي‬
ُ َْ
‫ات‬ ‫ات‬ ِ ِ ِ ‫اْل‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan,” (QS. Al-Kahfi [18]: 46).

Hadirin rahimakumullah!
Kedua, agar tidak terlena dengan kehidupan duniawi, kita diperintahkan
memanfaatkan rezeki yang diperoleh di jalan kebaikan.
Allah swt mengingatkan dalam surat al Munafiqun ayat 10.

َٰٓ َ ٓ َ ْ َّ َ َ ْ َ ّ َ ‫َّ َ َش ْ ََٰ ُ ّ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ ْ َ ْ ُ َ َ ُ َل‬ ۟ ُ ََ


‫وؤه ِ قوا ِم ما ز قن م ِم قب ِل ؤن ًإ ِ ى ؤحدام ٱْلوت يقو ز ِب لوَل ؤخس ِ ى ِإاى‬
َ‫ٱلصلحين‬ََّٰ َ ّ ُ َ َ َ َّ َّ َ َ َ َ َ
ِ ِ ‫ٍي إصد وؤا ِم‬ ‫ؤج ٍلل ق ِس ٍل‬

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:
“Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-
orang yang shalih?”

Khutbah Jum’at IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan


4
KHUTBAH JUM’AT

Menebar Cahaya Islam Rahmatallil’alamin


Pada ayat surat al Munafiqun ayat 10 tersebut, Allah swt menghimbau kaum
Mukminin untuk mengalokasikan sebagian harta (bukan keseluruhan) di jalan Allah
swt, seperti menunaikan zakat fitrah atau zakat maal bagi yang sudah memenuhi
syarat dan ketentuan, kemudian membayar kafarat, menafkahi anak istri atau
bersodaqah untuk kemaslahatan umat.
Allah mengingatkan kembali, betapa pentingnya menyisihkan sebagian rezeki di
jalan ketaatan sebelum datang ajal menjemput manusia. Sebab jika ajal kematian
sudah menjemputnya, manusia baru tersadar, ternyata harta yang dikumpulkan,
rumah yang dibangun, mobil atau sepeda motor yang dibeli, bahkan anak dan isteri
tercinta sekalipun tidak mampu menolongnya dari kematian. Semuanya akan
ditinggalkan.
Ketika sadar dengan kondisi ini, manusia ingin meminta penangguhan sebentar
saja. Dia ingin harta yang dikumpulkan, disedekahkan dan sisa umur yang sedikit
dimanfaatkan untuk beramal shaleh. Namun sayang, permintaan manusia tersebut
tidak bisa dikabulkan oleh Allah swt. Dan sudah tiba saatnya-lah manusia menghadap
Allah swt.
Hal ini diterangkan Allah ta‟ala di dalam surat Al Munafiqun ayat 11:

ُ َ َّ ُ َ َ َّ َ
” ‫َول ًُ َ ِ ّخ َس ٱلل ُ َه ْ ًظا ِإذا َج َأء ؤ َجل َها ۚ َوٱلل ُ َخ ِب ٌبيي ِب َما ْع َملو َن‬
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Munāfiqūn 9-11)
Hadirin rahimakumullah!
Demikianlah khutbah Jum’at ini kami sampaikan. Marilah kita kembali bertekad
untuk menjadikan kehidupan dunia sebagai ladang mencari bekal amal shaleh yang
akan dibawa ke kampung akhirat, karena secara prinsip kita semua seperti musafir di
kehidupan dunia. Semoga Allah swt memberikan hidayah, taufiq dan inayah-Nya
kepada kita semua agar selalu istiqomah bekerja dan ibadah. Aamiin Yaa
Rabbal‟alamiin.

‫ات‬ َ َ ‫ َو َه َ َع ي َوإ ًَّ ُاا ْم ب َما ي م‬، ‫َبا َز َك هللا ا َو َل ُ ْم ْال ُق ْسآن ْال َعظيم‬
ً‫آلا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫الظم ُيي ْال َع ِل‬
‫يم‬ َّ ‫ َو َ َق َّب َل م ّ ي َوم ْن ُ ْم ِ َو َ ُ إ َّه ُ ُ َو‬، ‫راس ْال َح ِ يم‬
ْ ّ َ
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ‫و ِال‬
Khutbah Jum’at IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan
5
‫‪KHUTBAH JUM’AT‬‬

‫‪Menebar Cahaya Islam Rahmatallil’alamin‬‬


‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫َ‬ ‫ُّي ْ َ‬ ‫َْ‬


‫ال َح ْم ُد هللِ َ َلى ِإ ْح َظا ِه ِ َوالش ُس ل ُ َ َلى ْو ِ ْي ِق ِ َوِا ْم ِ َنا ِه ِ ‪.‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َو َؤ ْش َه ُد َؤ ْن ََل ا َل َ إ ََّل ُ‬
‫هللا َو ْح َد ُه َل ش ِسٍْ َك ل ُ َوؤش َه ُد َّؤن َط ِّي َدها ُم َح َّم ًدا َ ْب ُد ُه‬ ‫هللا َو ُ‬
‫ِ ِ‬
‫َو َز ُط ْو ُل ُ‬
‫ص َحاب ِ َو َط ِّل ْم َ ْظ ِل ْي ًما ِا ْثيياً‬ ‫ص ّل َ َلى َط ّيد َها ُم َح َّم ٍلد و َ َلى َال َو َؤ ْ‬ ‫الله َّم َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َّ َ َ ُ َ‬ ‫َؤ َّما َ ْع ُد َ َيا َا ُّي َ ا َّ‬
‫هللا ؤ َم َسا ْم ِبإ ْم ٍلس‬ ‫اض ِا َّ ُقواهللا ِ يما ؤمس واهت وا ما ههى وا لموا ؤن‬ ‫الن ُ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َََ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َََ‬
‫بدؤ ِ ي ِ ِبن ِظ ِ و ى ِبم ِ ِ ِ ِبقد ِط ِ‬
‫ّ‬ ‫َ ُّي َ َّ ْ َ َ ُ ْ َ ُّي َ‬
‫صل ْوا َ ل ْي ِ َو َط ِل ُم ْوا‬ ‫الن ِبى ًأ ا ا ال ِرً آمنوا‬ ‫ص ُّيل ْو َن َ َلى َّ‬ ‫هللا َو َم َ َ ُ ًُ َ‬ ‫عا َاى إ َّن َ‬ ‫ََ َ َ َ‬
‫وقال‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫ْظ ِل ْي ًما‪.‬‬
‫‪----------------------------------------------------‬‬
‫ات‬ ‫و‬ ‫يأء م ْ ُ ْم َو ْ َ ْم َ‬ ‫ُ‬ ‫ح‬ ‫لله َّم ا ْ ْس ل ْل ُم ْ من ْي َن َو ْاْلُ ْ م َنات َو ْاْلُ ْظلم ْي َن َو ْاْلُ ْظل َمات َ َ ْ‬ ‫ُ‬ ‫ا‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬
‫ْ‬ ‫َ‬
‫ص ْس َب َادك اْل َو ّحد ًَّ َواه ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫الله َّم َؤ َّص ْلْا ْط َ َم َواْل ْظلم ْين َوؤذ َّل الش ْسك َواْلشسا ْين َواه ُ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫صسْ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ُ ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫الد ًْ ِ َوا ْ ِل ك ِل َما ِ َك ِإاى ًَ ْو َم‬ ‫اخ ُر ْل َم ْ َخ َر َل ْاْلُ ْظلم ْي َن َو َد ّم ْس َؤ ْ َد َاء ّ‬ ‫َ ْ َ ََ ّْ َ َ ْ‬
‫الدً و‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫م هصس ِ‬
‫الد ًْ‬ ‫ّ‬
‫ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫الصَل ِش َل َوا ِْل َح َ َو ُط ْو َء ال ِ ن ِ َوا ِْل َح َ َما ظ َه َس ِم ْ َ ا َو َما‬ ‫الله َّم ْاد ْي َ نا ا َلب َء َوا َلو َب َاء َو َّ‬ ‫ُ‬
‫َّ ً َ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ْ ْ َ َّ ً َ َ َّ ْ َ َ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫لع ِاْل ْي َن‪.‬‬ ‫َب َ َ ْ َبل ِدها ِاه ُدو ِه ْي ِظ َّيا خأص وطا ِ ِس البلد ِان اْلظ ِل ِمين أم ًا زب ا‬
‫اج َن َاب ُ‬ ‫‪َ .‬ا َّلل ُه َّم َؤزَها ْال َح َّ َح ًّققا َو ْاز ُش ْق َنا ا ّ َبا َ ُ ‪َ ،‬و َؤزَها ْال َباا َل َباا ً َو ْاز ُش ْق َنا ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الن ِاز‪.‬‬ ‫اب َّ‬ ‫الد ْه َيا َح َظ َن ً َو ى ْآلاخ َسة َح َظ َن ً َوق َنا َ َر َ‬ ‫َزَّب َنا آ َنا ى ُّي‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫‪--------------------------------------------------------------------------------‬‬
‫ُْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ َ ْ‬
‫هللا ًَإ ُم ُس ِبال َع ْد ِل َولْا ْح َظ ِان َوِإ ًْ َ ِاء ِذي ال ُق ْسَبى َوٍ ْن َهى َ ِ ال ْحش ِاء َواْل ْن ِس‬ ‫هللا‪ ،‬إن‬ ‫ِ باد ِ‬
‫َ َ‬
‫َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُْ ْ ََ ْ ُ َْ‬ ‫َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َّ ُ َ َ َّ ْ َ َ ُ‬
‫هللا ؤا َ ُي‬ ‫والب ِ ‪ِ ٌ ،‬عظ ْم لعل ْم را ُسون‪ .‬اذا ُسوا هللا الع ِظيم ًراسام ول ِراس ِ‬

‫‪Khutbah Jum’at IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan‬‬


‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai