Anda di halaman 1dari 9

1.

Pemodelan Struktur pada SAP2000


Di dalam aplikasi SAP2000, struktur portal dimodelkan dengan bentuk 3D
open frame (tanpa pemodelan plat lantai). Adapun beban-beban gravitasi yang
diderita oleh struktur akan dimodelkan sebagai beban envelope (segitiga atau
trapesium) pada masing-masing frame yang bersangkutan. Pemodelan struktur
dapat dilihat pada Gambar VII.19 di bawah.

Gambar VII.19. Pemodelan struktur portal pada SAP2000.


Untuk keperluan analisis gempa dinamis, massa pada model struktur harus
dibuat lumped mass (massa tergumpal) pada setiap lantai dengan cara
memberikan diapraghma constraint pada seluruh joint pada masing-masing lantai
tersebut. Dengan model seperti itu, displacement joint-joint akan seragam pada
setiap lantai.
Selain itu, karena struktur portal menggunakan beton bertulang, maka joint-
joint menjadi sangat kaku. Pada umumnya wilayah yang sangat kaku bukan hanya
pada joint saja, akan tetapi wilayah offset profil frame juga sangat kaku sehingga
perhitungan gaya dalam seharusnya dimulai dari muka luar offset profil (bukan
dari garis as), sehingga pada SAP2000 semua frame harus diberi kriteria
automatic end offset dengan daerah joint diberi nilai rigid factor sebesar 1.

178
2. Evaluasi ketidakberaturan struktur
Struktur harus dievaluasi terkait dengan ketidakberaturan struktur horisontal
maupun vertikal. Hasil evaluasi nantinya akan digunakan untuk menentukan jenis
analisis gempa yang diperbolehkan (statis atau dinamis).
5a). Evaluasi ketidakberaturan horisontal. Terkait dengan
ketidakberaturan horisontal, struktur hanya akan dievaluasi terhadap
ketidakberaturan tipe 1a) dan 1b) yaitu besar torsi terhadap gedung.
Pengaruh torsi terhadap gedung dapat dilihat pada besarnya eksentrisitas
antara pusat massa dan pusat kekakuan. Karena ukuran kolom dan
tataletak/koordinat kolom simetris pada kedua sumbu, maka dapat dikatakan
bahwa pusat kekakuan terletak di tengah-tengah bangunan. Pada Gambar VII.20,
pusat kekakuan terletak pada koodinat (13,5,16) atau persis pada pusat bangunan.
Adapun pusat massa dihitung dengan mencari titik berat dari semua beban
gravitasi yang diderita gedung. Pada Gambar VII.20, terlihat bahwa pusat massa
juga terletak pada pusat bangunan karena pembebanan pada kedua sumbu
simetris. Pusat massa juga bisa diketahui dari aplikasi SAP2000. Dari struktur
yang dimodelkan, akan di-input beban gempa statis dengan metode apapun yang
diarahkan pada center of mass (eksentrisitas = 0 %). Hasil perhitungan dapat
dilihat pada Tabel VII.3 di bawah. Terlihat bahwa beban gempa tersebut terpusat
pada pusat massa dengan koordinat (13,5,16), yang berarti persis di pusat
bangunan.

PUSAT MASSA ASLI


(13.5,16)

B
0,05B
PUSAT MASSA
RENCANA
(5%)
Gambar VII.20. Pusat massa pada struktur.
Akan tetapi walaupun gedung tidak mempunyai eksentrisitas, gedung harus
direncanakan mempunyai eksentrisitas tambahan minimal 5% dari lebar bangunan
yang ditinjau (disebut torsi tak terduga). Dengan bantuan aplikasi SAP2000, akan
dihitung defleksi pada lantai atap akibat beban gempa dengan eksentrisitas 5 %
pada masing-masing arah. Hasil perhitungan ditabelkan pada Tabel VII.4.
Tabel VII.3. Lokasi titik pusat massa sebagai titik tangkap beban gempa.
GlobalF
OutputCase X XCentroidFX YCentroidFX ZCentroidFX
Text KN m m m
STATIK-X -3680,756 13,5 16 0
(sumber : SAP2000 v.15)
Tabel VII.4. Simpangan lantai atap akibat beban gempa.
Arah x Arah y
A δ 1,2.δrata-rata A δ 1,2.δrata-rata
s (mm) (mm) s (mm) (mm)
    1 33,5823
A 36,141 2 34,4689
B 33,704 3 36,242
37,520424 43,88936
C 31,267 4 36,9069
D 28,8301 5 38,6801
E 26,393 6 39,5666
(sumber : SAP2000 v.15)
Kontrol arah x
δmax = 36,141 mm < 1,2.δrata-rata (37,520424 mm)
Kontrol arah y
δmax = 39,56 mm < 1,2.δrata-rata (43,88936 mm)
Dari perhitungan di atas, simpanganan maksimal pada kedua arah masing-
masing masih kurang dari 1,2 δrata-rata. Maka gedung dianggap tidak mempunyai
ketidakberaturan torsi (1a maupun 1b).
5b). Evaluasi ketidakberaturan vertikal. Terkait dengan ketidakberaturan
vertikal, struktur hanya akan dievaluasi terhadap ketidakberaturan tipe 1a), 1b), 2
dan tipe 3.
1). Ketidakberaturan tipe 1a) dan 1b)
Ketidakberaturan ini ada jika terdapat kekakuan tingkat lateral yang lebih
kecil 70% dari kekakuan tingkat di atasnya (2 lantai paling atas tidak perlu
ditinjau). Perhitungan ketidakberaturan ini ditabelkan pada Tabel VII.5.
Perhitungan ini ditinjau tanpa eksentrisitas (torsi tak terduga tidak diperlukan).

Tabel VII.5. Perhitungan kekakuan lateral tingkat.


Arah x Arah y
Lanta δ K = 1/δ Selisih δ K = 1/δ Selisih
Lantai
i cm cm-1 % cm cm-1 %
Atap 1,2177 0,82122 - Atap 1,19655 0,835736 -
5 2,00115 0,499713 - 5 2,23065 0,4483 -
4 2,7027 0,37 74,043 4 3,1257 0,319928 71,36481
3 3,0582 0,32699 88,376 3 3,7233 0,268579 83,94972
2 3,12165 0,320343 97,967 2 3,8124 0,262302 97,66289
1 1,96875 0,507937 158,56 1 2,3697 0,421994 160,8811
(sumber : hasil hitungan)
Dari Tabel VII.5 di atas, kekakuan lateral setiap lantai masih di atas 70%
dari tingkat di atas, sehingga ketidakberaturan tipe ini dianggap tidak ada.
2). Ketidakberaturan tipe 2
Ketidakberaturan ini ada jika ada berat efektif pada suatu lantai lebih besar
150% dari tingkat yang berdekatan (lantai atap tidak perlu ditinjau). Perhitungan
dilakukan dengan cara memisahkan setiap lantai dari keseluruhan model struktur.
Setiap lantai diberikan satu restraints berupa jepit yang diletakkan pada joint tepi.
Berat struktur yang dipakai adalah berat beban mati total ditambah 30% dari
beban hidup total (kategori hunian pada Tabel II.11) Nilai dari berat masing-
masing lantai dapat dilihat pada Tabel VII.6.
Tabel VIII.6. Berat struktur dan selisihnya pada masing-masing lantai.
wi = D + Selisih
D L
 Lantai 0,3L Terbesar
(kN) (kN) (kN) (%)
Lt. Atap 4959,8 712 5173,4 -
Lt. 5 8201,79 1328 8600,19 0
Lt.4 8201,79 1328 8600,19 0
Lt. 3 8201,79 1328 8600,19 0
Lt. 2 8201,79 1328 8600,19 1
Lt. 1 8264,67 1360 8672,67 1
Total 46031,63 7384 48246,83
(sumber : SAP2000 v.15)
Dari perhitungan di atas, tidak ada lantai yang mempunyai selisih massa
yang lebih dari 150%, sehingga gedung dianggap tidak mempunyai
ketidakberaturan vertikal tipe 2.
3). Ketidakberaturan tipe 3
Ketidakberaturan ini ada jika ada lantai setback secara vertikal denga ukuran
lebih dari 130% ukuran lantai di dekatnya. Karena lantai 1 sampai dengan atap
didesain mempunyai ukuran yang sama (tanpa setback), maka ketidakberaturan
tipe ini dianggap tidak ada.
3. Pemilihan jenis analisis beban gempa
Karena KDS pada perencanaan ini termasuk KDS D, maka analisis beban
gempa boleh memakai analisis statis (ELF) dengan syarat
a). Kategori risiko bangunan yang direncanakan adalah KR I dan II. Karena pada
perencanaan ini termasuk KR II, maka syarat ini terpenuhi.
b). Nilai periode getar struktur (T) < 3,5Ts (3,5.0,56 = 1,96 detik). Dengan rumus
pendekatan, nilai T stuktur = 0,0466.(24)0,9= 0,8139 detik. Karena T struktur
< 3,5Ts, maka syarat ini terpenuhi.
c). Gedung tidak mempunyai ketidakberaturan horisontal tipe 1a), 1b) dan
ketidakberaturan vertikal tipe 1a), 1b), 2 dan tipe 3. Berdasarkan evaluasi
pada subbab sebelumnya, gedung tidak mempunyai ketidakberaturan tipe-tipe
tersebut, maka syarat ini sudah terpenuhi.
Karena semua syarat di atas terpenuhi, maka analisa beban gempa
diperbolehkan menggunakan analisa statis (ELF).
4. Analisis beban gempa dengan metode ELF
Metode Equivalent Lateral Force (ELF) adalah metode analisa beban
gempa yang hanya mempertimbangkan mode ke-1 dari sistem struktur. Metode
ELF jauh lebih sederhana namun akan memberikan nilai beban gempa yang
overestimate (lebih besar dari beban gempa sebenarnya).
7a). Perhitungan berat struktur. Berat struktur masing-masing lantai dapat
dilihat pada Tabel VIII.6.
7b). Penentuan nilai periode getar. Dalam perhitungan gaya gempa ELF
akan dipakai periode getar pendekatan (Ta) sebagai estimasi nilai periode getar
awal. Nilai periode getar pendekatan (T a) untuk struktur beton bertulang dengan
tinggi struktur (hn) 24 m adalah sebagai berikut.
Ta = 0,0466.(hn)0,9
= 0,0466.(24)0,9 = 0,8139 detik
Karena struktur dihitung pada aplikasi SAP2000, maka dengan analisa
modal case akan didapatkan periode getar eksak (Tc). Pada SNI-1726-2012 Pasal
7.9.4.1, jika didapatkan nilai Tc maka periode getar yang dipakai dalam
perhitungan gaya gempa ELF adalah Tc dengan syarat nilai Tc tersebut tidak boleh
melebihi nilai Cu.Ta. Nilai Cu.Ta dihitung seperti berikut.
Cu = 1,4 (Tabel II.19, dengan nilai SD1 = 0,370)
Cu.Ta = 0,8139.1,4 = 1,1395 detik
Nilai Tc yang diperoleh dari analisa modal case pada SAP2000 arah x dan y
masing-masing adalah 0,97044 detik 1,14367 detik. Karena nilai T c pada arah y
masih kurang dari nilai Cu.Ta Maka nilai periode getar yang dipakai pada arah x
dan y adalah 0,97044 detik 1,1395 detik.
7c). Distribusi gaya geser dasar (V). Sebelum menghitung gaya geser dasar
gempa akan dihitung terlebih dahulu nilai koefisien dasar gempa (C). Dengan
nilai SD1 adalah 0,370, nilai C masing-masing arah dihitung seperti berikut ini.
C arah x = SD1/T = 0,370/0,97044 = 0,38145
C arah y = SD1/T = 0,370/1,1395 = 0,32486
Dengan nilai faktor keutamaan bangunan (I) = 1 dan faktor modifikasi
respons (R) = 5, gaya geser dasar gempa (V) untuk masing-masing arah dihitung
seperti berikut ini.
V arah x = C.I.Wt/R
= 0,38145.1.48246,83/5
= 3680,75 kN
V arah y = C.I.Wt/R
= 0,32486.1.48246,83/5
= 3134,67 kN
Distribusi gaya geser dasar (V) pada massing-masing lantai (Fi) dihitung
dengan rumus :
w i × h ki
Fi = ×V
∑ wi × h ki
Dengan k adalah faktor mode tinggi (k) yang bernilai 1 jika periode getar
(T) kurang dari atau sama dengan 0,5 dan bernilai 2,5 jika T lebih dari atau sama
dengan 2. Nilai k dengan T di antara 0,5 dan 2,5 dihitung dengan interpolasi
linier. Setelah dihitung maka diperoleh nilai k untuk arah x dan y masing-masing
adalah 1,23522 dan 1,31975. Nilai gaya geser tiap lantai (F i) ditabelkan pada
Tabel VII.6 dan Tabel VII.7.
7d). Input gaya gempa ELF pada SAP2000. Gaya gempa metode ELF hasil
hitungan di atas akan dimasukkan pada model struktur di SAP2000. Input nilai
tersebut dilakukan pada load pattern jenis quake (gempa) dengan input manual
(user loads) pada masing-masing arah. Beban gempa akan diaplikasikan pada
pusat massa dengan eksentrisitas 5 %. Gambar VII.21 di bawah ini adalah contoh
input beban gempa ELF manual pada arah x.
Tabel VII.7. Distribusi gaya geser gempa ELF arah x.

wi = D + 0,3L hi wi.hik Fi Ʃ Fi
(kN) (m) (kNm) (kN) (kN)
Lt. Atap 5173,4 24 262204,7704 791,218684 791,2187
Lt. 5 8600,19 20 347989,642 1050,0797 1841,298
Lt.4 8600,19 16 264156,3962 797,107832 2638,406
Lt. 3 8600,19 12 185154,5141 558,714896 3197,121
Lt. 2 8600,19 8 112207,7515 338,593647 3535,715
Lt. 1 8672,67 4 48065,04619 145,039171 3680,754
Total 48246,83 1219778,12 3680,75393
(sumber : hasil hitungan)
Tabel VII.8. Distribusi gaya geser gempa ELF arah y.

wi = D + 0,3L hi wi.hik Fi Ʃ Fi
(kN) (m) (kNm) (kN) (kN)
Lt. Atap 5173,4 24 343012,4196 697,54333 697,5433
Lt. 5 8600,19 20 448272,7948 911,598765 1609,142
Lt.4 8600,19 16 333922,277 679,057794 2288,2
Lt. 3 8600,19 12 228432,291 464,535427 2752,735
Lt. 2 8600,19 8 133770,7175 272,033508 3024,769
Lt. 1 8672,67 4 54040,76585 109,896242 3134,665
Total 48246,83   1541451,266 3134,66507  
(sumber : hasil hitungan)
Di dalam aplikasi SAP2000 juga terdapat template untuk beban ELF sesuai
dengan standar SNI-1726-2012 dengan memakai code IBC 2009 pada load
pattern. Data yang dibutuhkan pada code ini adalah nilai S s, S1, kategori desain
seismik, faktor keutamaan bangunan (I), faktor modifikasi respons (R), faktor
kuat lebih (Ω) dan koefisien perbesaran defleksi (C d) yang bisa dilihat pada
Lampiran. Seperti pada input manual, beban juga diaplikasikan pada pusat massa
dengan eksentrisitas 5 %. Penggunaan load pattern dengan code IBC 2009 dapat
dilihat pada Gambar VII.22 di bawah.

Gambar VII.21. Input beban gempa ELF arah x pada SAP2000.


Gambar VII.22. Load pattern IBC 2009 pada SAP2000.

Anda mungkin juga menyukai