Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas laporan kasus“Tetanus” pada Stase
Ilmu Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur. Bahan-bahan dalam pembuatan tugas ini
didapat dari buku-buku yang membahas mengenai“Tetanus”, internet, dan beberapa sumber
lainnya.

Terima kasih kepada dokter pembimbing di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur dr.
Susanto, Sp.S yang telah membantu dalam terselesainya tugas ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itukritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca.

Cianjur, Juni 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................3

BAB II KASUS..........................................................................................................................................4

I IDENTITAS PASIEN......................................................................................................................4

II ANAMNESIS...............................................................................................................................4

III STATUS GENERALIS....................................................................................................................5

IV STATUS NEUROLOGIK................................................................................................................7

V PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................................................14

VI DIAGNOSA...............................................................................................................................16

VII RESUME...............................................................................................................................25

BAB III ANALISIS MASALAH..................................................................................................................28

VIII DAFTAR MASALAH...............................................................................................................28

IX PEMBAHASAN MASALAH.........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................35

2
BAB I

PENDAHULUAN

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat ..
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease". Dan pada tahun 1890, diketemukan toksin
seperti strichnine, kemudian dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob
yang mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan
pencegahan dari tetanus. (Nicalaier 1884, Behring dan Kitasato 1890).
Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw, merupakan penyakit yang disebakan oleh
tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang
menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid). Kitasato
merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang
terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi
yang spesifik. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan. Spora Clostridium tetani
biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk
ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum).

Gambar : Spasme otot akibat masuknya toksin dari kuman Clostridium tetani

3
BAB II
KASUS

I IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Buruh harian
Alamat : Cianjur
Status : Menikah
Agama : Islam
Tgl masuk UGD : 15 Mei 2016

II ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Tidak dapat membuka mulut

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sejak 4 hari yang lalu, pasien mengalami trismus yang mengakibatkan pasien
tidak dapat membuka mulut, makan ataupun minum. Pasien mengatakan 10 hari yang
lalu sebelum mengeluh tidak dapat membuka mulut, pasien tertusuk paku di daerah
plantar sinistra. Setelah tertusuk paku, pasien hanya membersihkan luka seperti biasa
dan tidak diobati. Pasien mengaku hanya memijat-mijat luka agar kotoran dari luka
tersebut keluar. Luka tersebut mengeluarkan nanah 2 hari kemudian, dan pasien
mengaku memijat-mijat luka tersebut agar nanahnya keluar. Setelahnya pasien
mengeluh tidak dapat membuka mulut.
Keluhan kejang disangkal oleh pasien dan keluarga pasien. Demam tidak ada,
napas dirasa sesak sedikit. BAK dan BAB tidak ada masalah.
Selama perjalanan penyakit, pasien menyangkal terjadinya kejang dan demam.
Pasien hanya mengatakan tidak dapat membuka mulut, sulit makan dan minum.

4
pusing ada, sulit menelan, sesak napas ada, mual dan muntah di sangkal. BAK dan
BAB tidak ada masalah. Badan terasanya nyeri dan berat.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. HT (-) DM (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat kejang pada keluarga tidak ada. HT (-) DM (-)

RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien tidak mengetahui tentang riwayat imunisasi tetanus yang pernah dimilikinya.

RIWAYAT PENYAKIT ALERGI


Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, debu dan cuaca disangkal.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Merokok 1 hari 3 batang ±10 tahun.

III STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 86 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
- Pernapasan : 22 x/menit, reguler
- Suhu : 36,50C

Kepala dan Leher


Kepala : Normocephal, wajah rhisus sardonikus (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-), pernapasan
cuping hidung (-)
Telinga : Bentuk normotia, secret (-)
5
Mulut : Trismus (+) 2 cm, bibir lembab (+), perioral cyanosis (-),
lidah (sulit dinilai)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), peningkatan JVP
(-)
Thoraks
- Bentuk normochest
- Pernapasan thorakalabdomino
- Punggung : Opistotonus (-)
Paru :
- Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris,
retraksi sela iga (-)
- Palpasi : Vocal fremitus sama pada kedua lapang paru
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler di kedua lapang paru, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
- Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan relative di ICS V linea parasternal dextra
Batas jantung kiri relative di ICS V linea mid clavicula sinistra
- Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : abdomen datar,
- Palpasi : Spasme otot abdomen (+), nyeri epigastrium (-), turgor baik,
hepar dan lien sulit dinilai.
- Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
- Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas
- Superior : Spastik, keadaan ekstensi pada kedua tangan , tonus
meninggi,Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-), sianosis (-),
terdapat luka pada plantar sinistra ± 1 cm
- Inferior : Spastik, keadaan ekstensi dan plantar fleksi, tonus meninggi,
Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-), sianosis (-).
6
Status Lokalis
Vulnus Eskoriasi pada plantar sinistra, kurang lebih 1cm. Luka kering, pus (-), darah
(-), berwarna kehitaman.

IV STATUS NEUROLOGIK

Keadaaan umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
GCS = 15  Eye (4), Verbal (5), Motorik (6)

Rangsang Meningeal
- Kuduk kaku : (+)
- Kaku kuduk : (-)
- Lasegue sign : tidak terbatas / tidak terbatas  nyeri (-)
- Kernig sign : tidak terbatas / tidak terbatas  nyeri (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Brudzinski III : (-)

SARAF KRANIAL
N.I (Olfaktorius)

Hidung Kanan Hidung Kiri

Daya Pembauan Normosmia Normosmia

N.II (Optikus)

7
Mata kanan Mata kiri

Visus 6/6 6/6

Lapang Pandang Normal Normal

Funduskopi

a. Arteri : vena 2:3 2:3


b. Papil nervi optici
Bentuk bulat, berwarna Bentuk bulat, berwarna
kuning kemerahan, batas kuning kemerahan, batas
tegas, fisiologik cupping, tegas, fisiologik cupping,
papil edema (-) papil edema (-)

Warna Orange Warna Orange


c. Retina
N.III (Okulomotoris)
Mata kanan Mata kiri N.
IV
Ptosis (-) (-)

Pupil

a. Bentuk Bulat, isokor, reguler Bulat, isokor, reguler

3 mm 3 mm
b. Diameter
c. Reflex Cahaya
Direk
(+) (+)
Indirek
d. Refleks (+) (+)
Akomodasi
(+) (+)

Gerak bola mata

a. Atas Baik Baik


b. Bawah
Baik Baik
c. Medial
d. Medial atas Baik Baik

(Throklearis)

8
Mata kanan Mata kiri

Posisi bola mata

Stabismus (-) (-)


divergen

Gerakan bola mata

Medial bawah Baik Baik

N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri N.
VI
Motorik

Mengunyah Baik Baik

Membuka Mulut Trismus 2 cm

Sensibilitas

a. Cabang Baik Baik


oftalmikus
Baik Baik
b. Cabang maksila
c. Cabang Baik Baik
mandibula
Reflex

a. Kornea (+) (+)

(+) (+)
b. Bersin
c. Jaw Jerk (+) (+)

(Abdusens)
Mata kanan Mata kiri

Posisi bola mata

Strabismus konvergen (-) (-)

Gerakan bola mata

Lateral Baik Baik

9
N.VII (Facial)
Kanan Kiri

Motorik

a. Mengerutkan (+) (+)


dahi
(+) (+)
b. Mengangkat alis
c. Menutup mata (+) (+)

Sulit dinilai Sulit dinilai


d. Menyeringai
Sensorik

Daya kecap lidah 2/3 Sulit dinilai Sulit dinilai


depan
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan Kiri

Pendengaran Normal Normal

a. Test bisik normal normal


b. Test Rinne
Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
c. Test Weber
d. Test Swabach Normal Normal

Keseimbangan

a. Test Romberg Sulit dinilai Sulit dinilai


b. Test telunjuk-
Baik Baik
hidung
N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)
Gerakan Aktif Sulit dinilai

Gerakan pasif Sulit dinilai

Reflex muntah Sulit dinilai

Daya kecap lidah 1/3 belakang Sulit dinilai

N. XI (Assesorius)

10
Kanan Kiri

Memalingkan kepala Sulit dinilai Sulit dinilai

Mengangkat bahu Sulit dinilai Sulit dinilai

N.XII (Hypoglosus)
Posisi lidah Lidah ditengah

Papil lidah Sulit dinilai

Atrofi otot lidah Sulit dinilai

Fasikulasi lidah Sulit dinilai

MOTORIK
Sikap :
Eksitemitas atas : Ekstensi pada kedua tangan
Ekstremitas bawah : Ekstensi dan plantar fleksi pada kedua kaki
Kekuatan : 5 5
5 5
Tonus : Spastik Spastik
Spastik Spastik
Atropi : - -
- -
Klonus :
Kaki : -/-
Patella : -/-
SENSORIK
Nyeri : Ekstremitas Atas : normoalgesia
Ekstremitas Bawah : normoalgesia
Raba : Ekstremitas Atas : normostesia
Ekstremitas Bawah : normostesia
Suhu : Ekstremitas Atas : thermonormostesia
Ekstremitas Bawah : thermonormostesia

11
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Baik
Defekasi : Baik

FUNGSI LUHUR
Dilakukan pada tanggal 20 Mei 2016
Score MMSE : 25 Normal

REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks bisep : ++/++
Refleks trisep : ++/++
Refleks brachioradialis : ++/++
Refleks patella : ++/++
Refleks achilles : ++/++

REFLEKS PATOLOGIS
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gardon : -/-

12
V PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 15 Mei 2016


Pemeriksaan Hasil Nilai/Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Haemoglobin 14,4 13,5 – 17,5 g/dL
Haemotokrit 41,3 42 – 52 %
Eritrosit 4,95 4,7 – 6,1 10^6/μL
Leukosit 8.3 4,8 – 10,8 10^3/μL
Trombosit 267 150 – 450 10^3/μL
MCV 83,4 80 – 94 fL
MCH 29,1 27 – 31 Pg
MCHC 34,9 33 – 37 %
RDW-SD 43 37 – 54 fL
PDW 16,1 9 – 14 fL
MPV 7,8 8 – 12 fL
Differential
LYM % 22,5 26 – 36 %
MXD % 0,9 0 – 11 %
NEU % 75 40 – 70 %
EOS % 1,2 1–3 %
BAS % 0,4 <1 %
Absolut
LYM # 2,72 1,00 – 1,43 10^3/μL
MXD # 0,39 0 – 12 10^3/μL
NEU # 6,77 1,8 – 7,8 10^3/μL
EOS # 0,10 0,02 – 0,50 10^3/μL
BAS # 0,03 0,00 – 0,10 10^3/μL

13
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 Mei 2016
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Kimia Klinik
Glukosa darah
Glukosa darah 60 70 – 110 mg%
puasa
Lemak
- Cholesterol 218 <200 mg/dL
total
- Cholesterol 45,9 >40 mg%
HDL
- Cholesterol 161,9 <130 mg%
LDL
- Trigliserida 51 <150 mg%
Fungsi hati
- AST (SGOT) 24 15 – 37 U/L
- ALT (SGPT) 35 16 – 63 U/L
Fungsi ginjal
- Ureum 37,9 10 – 50 mg%
- Kreatinin 0,9 0,5 – 1,1 mg%
- Asam Urat 5,80 3,4 – 7,0 mg%
Elektrolit
- Natrium (Na) 132,7 135 – 148 mEq/L
- Kalium (K) 3,42 3,50 – 5,30 mEq/L
- Kalsium (Ca) 1,10 1,15 – 1,29 mmol/L

14
VI DIAGNOSA

Tetanus grade II (sedang) ec vulnus ekskoriasi a/r plantar sinistra

I. DIAGNOSA BANDING

- Tetani
- Histeria

II. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Lekosit
- Trombosit
- Glukosa dan kalsium darah
- Enzim otot serum

III. RENCANA TERAPI


- Rawat diruang Isolasi
- Debridement luka
- NGT
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/menit
- ATS 20.000 unit
- Metronidazole 3x500mg
- Stesolid 3 x 10 mg
- Paracetamol 3 x 500 mg (bila demam)
- Ceftriaxone 2x1gr

IV. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

15
FOLLOW UP
Hari/Tgl S O A P

Hari-2 - Nyeri TD: 110/80 mmHg Tetanus gr II - IVFD D5


punggung - Metronidazole
17/5/16 N: 84 kali/menit,
- Tidak dapat 3x500mg
kuat angkat, regular
membuka - Ceftriaxone
mulut RR: 20 kali/menit, 2x1gr
- Trismus 2 cm regular - Omeprazole 1x1
- Sulcralfate
S: 37.2 :0C

Kesadaran: CM

GCS : E4 M6 V5 =
15

RM : Kuduk
Kaku(+), kaku
kuduk (-) K/L(TT),
BZ1(-), BZ2(-),
BZ3(-), BZ4(-)

N Cranialis :

 NIII pupil
bulat isokor,
ɸ 3 mm, RC
direk (+/+),
indirek (+/+)

 N III, IV, VI
: GBM ke
segala arah

 N V :
motoris dan
sensoris baik,
16
refleks
kornea (+/+)

 N VII :
simetris,
trismus 2cm

 N XII : lidah
ditengah

Motorik: tonus
meninggi,
spastisitas/ rigiditas
(-/-),

klonus
patella/achilles (-/-),
atrofi (-)

5 5

5 5

Sensorik :
normostesi

F.veg : BAB(-) dari


semenjak masuk RS,
BAK (+)

RF : BTR(++/++)

KPR (++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

17
spasme otot
abdomen (+)

Hari-4 TD: 110/70 mmHg Tetanus gr II - IVFD D5


19/05/16 - Nyeri pada - Metronidazole
N: 85 kali/menit,
punggung 3x500mg
kuat angkat, regular
- Sulit - Ceftriaxone
membuka RR: 20 kali/menit, 2x1gr
mulut regular - Stesolid 8x1
- Leher terasa - Omeprazole 1x1
S: 36.6 :0C
perih dan - Sulcralfate
panas Kesadaran: CM
- Trismus 5 cm
GCS : E4 M6 V5 =
15

RM : Kuduk
Kaku(+), kaku
kuduk (-) K/L(TT),
BZ1(-), BZ2(-),
BZ3(-), BZ4(-)

N Cranialis :

 NIII pupil
bulat isokor,
ɸ 3 mm, RC
direk (+/+),
indirek (+/+)

 N III, IV, VI
: GBM ke
segala arah

 N V :
motoris dan
sensoris baik,

18
refleks
kornea (+/+)

 N VII :
simetris,
trismus 2 cm

 N XII : lidah
ditengah

Motorik: tonus
meninggi,
spastisitas/ rigiditas
(+/-),

klonus
patella/achilles (-/-),
atrofi (-)

5 5

5 5

Sensorik :
normostesi

F.veg : BAB(-) dari


semenjak masuk RS,
BAK (+)

RF : BTR(++/++)

KPR (++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

spasme otot

19
abdomen (+)

Opistotonus (+)

Hari-5 - Kontak baik TD: 90/70 mmHg Tetanus grade II - IVFD D5


- Nyeri pada - Metronidazole
20/5/16 N: 74 kali/menit,
punggung dan 3x500mg
kuat angkat, regular
dada - Ceftriaxone
- Kejang (-) RR: 18 kali/menit, 2x1gr
- Saat regular - Stesolid 6x1
membuka - Omeprazole 1x1
S: 36.9 :0C
mulut masih - Sulcralfate
terasa berat Kesadaran: CM
- Lemas
GCS : E4 M6 V5 =
15

RM : Kuduk
Kaku(+), kaku
kuduk (-) K/L(TT),
BZ1(-), BZ2(-),
BZ3(-), BZ4(-)

N Cranialis :

 NIII pupil
bulat isokor,
ɸ 3 mm, RC
direk (+/+),
indirek (+/+)

 N III, IV, VI
: GBM ke
segala arah

 N V :
motoris dan
20
sensoris baik,
refleks
kornea (+/+)

 N VII :
simetris,
trismus 2 cm

 N XII : lidah
ditengah

Motorik: tonus
meninggi,
spastisitas/ rigiditas
(+/-),

klonus
patella/achilles (-/-),
atrofi (-)

5 5

5 5

Sensorik :
normostesi

F.veg : BAB(-) dari


semenjak masuk RS,
BAK (+)

RF : BTR(++/++)

KPR (++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

21
spasme otot
abdomen (+)

Opistotonus (+)

Hari-8 - Kejang (-) TD: 110/80 mmHg Tetanus gr II - IVFD D5


- Nyeri pada - Metronidazole
23/5/16 N: 80 kali/menit,
punggung (+) 3x500mg
kuat angkat, regular
- Lemas - Ceftriaxone
- Pusing RR: 22 kali/menit, 2x1gr
- Mual regular - Stesolid 6x1
- Omeprazole 1x1
S: 37,6 :0C
- Sulcralfate
Kesadaran: CM - Paracetamol
3x500mg
GCS : E4 M6 V5 =
15

RM : Kuduk
Kaku(-), kaku kuduk
(-) K/L(TT),
BZ1(-), BZ2(-),
BZ3(-), BZ4(-)

N Cranialis :

 NIII pupil
bulat isokor,
ɸ 3 mm, RC
direk (+/+),
indirek (+/+)

 N III, IV, VI
: GBM ke
segala arah

 N V :
motoris dan

22
sensoris baik,
refleks
kornea (+/+)

 N VII :
simetris,
trismus 2 cm

 N XII : lidah
ditengah

Motorik: tonus
meninggi,
spastisitas/ rigiditas
(+/-),

klonus
patella/achilles (-/-),
atrofi (-)

5 5

5 5

Sensorik :
normostesi

F.veg : BAB(-) dari


semenjak masuk RS,
BAK (+)

RF : BTR(++/++)

KPR (++/++)

APR (++/++)

RP: babinski (-/-)

chaddock (-/-)

23
spasme otot
abdomen (+)

Opistotonus (+)

VII RESUME

Anamnesis
Seorang laki-laki 60 tahun, seorang buruh harian datang ke UGD RSUD Cianjur pada
tanggal 15 Mei 2016 dengan :
KU : Tidak dapat membuka mulut selama 4 hari
RPS : Sejak 4 hari yang lalu, pasien mengalami trismus yang mengakibatkan
pasien tidak dapat membuka mulut, makan ataupun minum. Pasien mengatakan 10
hari yang lalu sebelum mengeluh tidak dapat membuka mulut, pasien tertusuk paku di
daerah plantar sinistra. Setelah tertusuk paku, pasien hanya membersihkan luka seperti
biasa dan tidak diobati. Pasien mengaku hanya memijat-mijat luka agar kotoran dari
luka tersebut keluar. Luka tersebut mengeluarkan nanah 2 hari kemudian, dan pasien
mengaku memijat-mijat luka tersebut agar nanahnya keluar. Setelahnya pasien
mengeluh tidak dapat membuka mulut.
Keluhan kejang disangkal oleh pasien dan keluarga pasien. Demam tidak ada,
napas dirasa sesak sedikit. BAK dan BAB tidak ada masalah.
Selama perjalanan penyakit, pasien menyangkal terjadinya kejang dan demam.
Pasien hanya mengatakan tidak dapat membuka mulut, sulit makan dan minum.
pusing ada, sulit menelan, sesak napas ada, mual dan muntah di sangkal. BAK dan
BAB tidak ada masalah. Badan terasanya nyeri dan berat.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. HT (-) DM (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat kejang pada keluarga tidak ada. HT (-) DM (-)

24
RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien tidak mengetahui tentang riwayat imunisasi tetanus yang pernah dimilikinya.

RIWAYAT PENYAKIT ALERGI


Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, debu dan cuaca disangkal.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Merokok 1 hari 3 batang ±10 tahun.

Pemeriksaan Fisik

DIAGNOSA
Tetanus grade II (sedang) ec vulnus ekskoriasi a/r plantar sinistra

DIAGNOSA BANDING

- Tetani
- Histeria

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Lekosit
- Trombosit
- Glukosa dan kalsium darah
- Cairan serebrospinal
- Enzim otot serum
- Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari luka

RENCANA TERAPI
- Rawat diruang Isolasi
- Debridement luka
- O2 2-3 L/menit
- NGT

25
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/menit
- ATS 20.000 unit
- Metronidazole 3x500 mg
- Ceftriaxon 2x1 gr
- Stesolid 3 x 10 mg
- Paracetamol 3x500 mg (bila demam)

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam

26
BAB III
ANALISA MASALAH

VIII DAFTAR MASALAH


1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis Tetanus grade II (sedang)?
2. Mengapa pada tetanus timbul kejang?
3. Bagaimana penatalaksanaan tetanus pada kasus?
IX PEMBAHASAN MASALAH

1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis Tetanus grade II (sedang)?


Tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan onset akut hypertonia, kontraksi otot
yang menyakitkan (biasanya dari otot-otot rahang dan leher), dan kejang otot umum tanpa
penyebab medis lainnya jelas.
Manifestasi klinis yang timbul pada tetanus :
 Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari.
 Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya
 Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
 Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher.
 Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockjaw ) karena spasme Otot
masetter.
 Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus, nuchal rigidity )
 Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik keatas,
sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat.
 Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai dengan
Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
 Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi
urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis ( pada anak )
Pada kasus :
Berdasarkan anamnesis didapatkan, pasien tidak mengalami kejang, dan pasien
hanya mengeluh tidak dapat membuka mulut akibat kontraksi berlebihan pada otot
bagian wajah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

27
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS : 15 E4M6V5 )
Kepala :
- Trismus (+) 2 cm
- Abdomen : Spasme otot abdomen (+)
Klasifikasi tetanus
Berdasarkan gambaran klinis yang telah dideskripsikan, maka tingkatan penyakit
tetanus dapat dibuat dalam suatu kriteria/derajat berat – ringannya penyakit.
Menurut berat ringannya tetanus dibagi atas:
1. Tetanus ringan : Trismus > 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang.
2. Tetanus sedang : trismus < 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang.
3. Tetanus berat : trismus < 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.
Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas :
GRADE DESKRIPSI

Grade I : Ringan Masa inkubasi lebih dari 14 hari.


Period of onset > 6 hari
Ttrismus + tapi tidak berat
Sukar makan dan minum tetapi disfagi tidak ada

Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar


luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari.

Grade II : Sedang Masa inkubasi 10-14 hari


Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus dan disfagi ada
Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan
sianosis tidak ada

Grade III : berat Masa inkubasi < 10 hari


Period of onset < 3 hari
Trismus dan disfagia berat

Kekakuan umum dan gangguan pernapasan asfiksia, ketakutan,


keringat banyak dan takikardia.

Sedangkan Patel dan Joag membagi penyakit tetanus ini dalam tingkatan dengan
berdasarkan gejala klinis yang dibaginya dalam 5 kriteria :
Kriteria 1 : rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang

28
Kriteria 2 : spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya
Kriteria 3 : inkubasi antara 7 hari atau kurang
Kriteria 4 : waktu onset adalah 48 jam atau kurang
Kriteria 5 : kenaikan suhu rektal sampai 100 0 farenheit dan aksila sampai 990 farenheit
Dengan berdasarkan 5 kriteria di atas, maka dibuatlah tingkatan penyakit tetanus
sebagai berikut :
Tingkat I : Ringan, minimal 1 kriteria ( K1 / K2 ) mortalitas 0 %
Tingkat II : Sedang, minimal 2 kriteria ( K1& K2) dengan masa inkubasi > 7 hari dan
onset > 2 hari, moirtalitas 10 %
Tingkat III : Berat, minimal 3 kriteria dengan masa inkubasi < 7 hari dan onset < 2 hari,
mortalitas 32%
Tingkat IV : Sangat berat, minimal ada 4 kriteria dengan mortalitas 60%
Tingat V : Biasanya mortalitas 84 % dengan 5 kriteria, termasuk di dalamnya adalah
tetanus neonatorum maupun puerpurium
Pada kasus :
Berdasarkan anamnesis dan perjalanan penyakit pada pasien, didapatkan :
1) masa inkubasi 10 hari (10-14 hari)
2) period of onset >48 jam.
3) kekakuan disertai dengan trismus, kesulitan menelan (spasme local)
4) kekakuan yang semakin lama semakin berlanjut berlangsung dalam beberapa hari,
namun tidak disertai dengan sesak napas dan sianosis.(spasme umum)
Menurut klasifikasi Patel dan Joag pada pasien dikategorikan dalam Tetanus tingkat II
yaitu : Sedang, minimal 2 kriteria (K1 & K2) dengan masa inkubasi >7 hari dan onset >2
hari.
2. Mengapa pada tetanus timbul kejang?
Pada keadaan anaerobik, spora bakteri ini akan bergerminasi menjadi sel
vegetatif bila dalam lingkungan yang anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang
rendah. Selanjutnya, toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian tubuh
melalui peredaran darah dan sistem limpa. Toksin tersebut akan beraktivitas pada
tempat-tempat tertentu seperti pusat sistem saraf termasuk otak. Gejala klinis timbul
sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction
serta syaraf autonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor endplate dan setelah
masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal ke dalam sel saraf tepi, kemudian
ke kornu anterior sumsum tulang belakang. Akhirnya menyebar ke SSP.
29
Gejala klinis yang ditimbulkan dari eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan
pusat tersebut adalah dengan memblok pelepasan dari neurotransmiter sehingga terjadi
kontraksi otot yang tidak terkontrol/ eksitasi terus menerus dan spasme. Neuron ini
menjadi tidak mampu untuk melepaskan neurotransmitter. Neuron, yang melepaskan
gamma aminobutyric acid (GABA) dan glisin, neurotransmitter inhibitor utama, sangat
sensitif terhadap tetanospasmin, menyebabkan kegagalan penghambatan refleks respon
motorik terhadap rangsangan sensoris.
Kekakuan mulai pada tempat masuknya kuman atau pada otot masseter (trismus),
pada saat toxin masuk ke sumsum tulang belakang terjadi kekakuan yang berat, pada
extremitas, otot-otot bergari pada dada, perut dan mulai timbul kejang. Bilamana toksin
mencapai korteks serebri, menderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan.
Karakteristik dari spasme tetani ialah menyebabkan kontraksi umum kejang otot agonis
dan antagonis. Racun atau neurotoksin ini pertama kali menyerang saraf tepi terpendek
yang berasal dari system saraf kranial, dengan gejala awal distorsi wajah dan punggung
serta kekakuan dari otot leher.
Tetanospasmin pada system saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi
gangguan pernapasan, metabolism, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran
kemih, dan neuromuscular. Spasme larynx, hipertensi, gangguan irama janjung,
hiperflexi, hyperhidrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf ototnom, yang dulu
jarang karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan
diazepam dosis tinggi dan pernapasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan
saraf otonom harus dikenali dan dikelola dengan teliti.
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja pada beberapa level
dari susunan syaraf pusat, dengan cara :
a. Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan
acethyl-choline dari terminal nerve di otot.
b. Kharekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksin
mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.
c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral
ganglioside.
Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System
(ANS) dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti takikhardia,
aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine. Kerja dari tetanospamin analog

30
dengan strychninee, dimana ia mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara
menekan neuron spinal dan menginhibisi terhadap batang otak.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan
meningkatnya aktifitas dari neuron Yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi
trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin
tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi yangkuat,
tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul spasme otot
yang khas .
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawa
kekornu anterior susunan syaraf pusat.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk kedalam susunan syaraf pusat.

3. Bagaimana penatalaksanaan tetanus pada kasus?


PENATALAKSANAAN
Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih. Dan
tujuan tersebut dapat diperinci sbb :
1. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:
- Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),
membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam hal ini
penata laksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan
pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik ATS.
2. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka
mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau
parenteral.
3. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita
4. Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
5. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human tetanus Immunoglobulin (TIG) dengan dosis
3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena
31
karena TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan
tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara
pemberiannya adalah :
- 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1 fisiologis dan
diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu 30-45
menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM.
Antibiotika
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan
tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM
diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan
preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2
gram dan diberikan dalam dosis terbagi (4 dosis). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat
digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan
untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi, pemberian antibiotika
broad spektrum dapat dilakukan. Pada penderita alergi penisilin, dapat diberikan :
 Tertasiklin : 30-50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis
 Eritromisin : 50 mg/kgbb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari.
 Metronidazole loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6 jam
Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan
pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.
Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai.

Antikonvulsan
(Bila terjadi kejang)
Tabel 5 : JENIS ANTIKONVULSAN
________________________________________________________
Jenis Obat Dosis Efek Samping
________________________________________________________
Diazepam 0,5 – 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam Stupor, Koma

32
Meprobamat 300 – 400 mg/ 4 jam (IM) Tidak Ada
Klorpromasin 25 – 75 mg/ 4 jam (IM) Hipotensi
Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam (IM) Depressi pernafasan
______________________________________________________
Obat yang lazim digunakan ialah :
- Diazepam. Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 0,5
mg/kgbb/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap
kali kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral- (sonde lambung)
dengan dosis 0,5/kgbb/kali sehari diberikan 6 kali.
- Dosis maksimal diazepam 240mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangat
berat), harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat
di tingkatkan sampai 480mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau
tenpa kurarisasi. Dapat pula dipertimbangkan penggunaan magnesium sulfat, dila
ada gangguan saraf otonom.
- Fenobarbital. Dosis awal : 1 tahun 50 mg i.m.; 1 tahun 75 mg i.m. Dilanjutkan
dengan dosis oral 5-9 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis.
- Largactil. Dosis yang dianjurkan 4 mg/kgbb/hari dibagi dalam 6 dosis.
Pada kasus :
- Rawat diruang Isolasi
- Debridement luka
- ATS 20.000 unit Antitoksin
- Ceftriaxone 2x1g Antibiotik
- Metronidazole 3x500mg  Antibiotik
- Stesolid 2x10mgDiazepam

DAFTAR PUSTAKA

Hendarwanto. llmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FK UI, Jakarta: 2001, 49- 51.
http://emedicine.medscape.com/article/786414-overview

http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
prmh279.htm

33
Mardjono, mahar. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat, Jakarta:2004. 322.

34

Anda mungkin juga menyukai