Anda di halaman 1dari 15

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 31tahun
Agama : Islam
Alamat : Cianjur
Status : Menikah

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pusing berputar

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Cianjur dengan keluhan pusing berputar sejak hari selasa
tanggal 10 November 2015 pukul 6 pagi dengan keluhan pusing serasa berputar, terdapat
muntah proyektil. Pasien menyangkal adanya demam tinggi, riwayat trauma dan juga
kejang. Pasien mengatakan pusing berputar lebih terasa sewaktu duduk maupun berdiri
dan akan berkurang dengan posisi tertidur. Pasien mengatakan takut untuk ke kamar kecil
karena pusing berputar dan serasa ingin muntah

Riwayat Penyakit Dahulu

Belum mengalamai hal yang serupa. Riwayat Hipertensi dan DM disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita hal yang serupa seperti pasien.

Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengonsumsi obat-obatan.

Riwayat Kebiasaan
Pasien suka mengonsumi teh setiap pagi. Pasien tidak merokok dan minum alkohol
dan pasien pun jarang berolahraga.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15  Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Tanda Vital

1
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,8oC

D. STATUS GENERALIS
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Normotia, sekret (-)
Mulut : Bibir tampak lembab berwarna merah
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Paru : Suara napas vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, regular, tidak ada gallop dan murmur

Abdomen
Inspeksi : Abdomen buncit
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani di seluruh region abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegaly (-)

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, RCT < 2detik, edema (-), sianosis (-)
Inferior : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)

E. STATUS NEUROLOGIS
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : Negatif
Kernig : Negatif
Lasegue : Negatif
Brudzinski I, II: Negatif

F. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIAL


1. Nervus Olfaktorius

Dextra Sinistra
Daya pembau Normosmia Normosmia

2
2. Nervus Optikus

Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
Funduskopi
Papil edema Tidak dilakukan
Arteri:Vena

3. Nervus Okulomotorius

Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Baik Baik
 Medial
Baik Baik
 Atas
Baik Baik
 Bawah
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks Cahaya
+ +
Langsung
Refleks Cahaya
+ +
Konsensual
Akomodasi Baik Baik

4. Nervus Trokhlearis

Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Baik Baik
Medial Bawah

5. Nervus Trigeminus
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
 Oftalmikus + +
 Maksilaris + +
 Mandibularis + +
Refleks kornea Tidak dilakukan
Refleks bersin Tidak dilakukan

3
6. Nervus Abdusens

Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
Nistagmus Nistagmus, horizontal kanan

7. Nervus Facialis

Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Normal Normal

8. Nervus Vestibulochoclearis

Dextra Sinistra
Tes Romberg Positif
Past pointing Deviasi ke arah kiri
Tes bisik Normal Berkurang
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach

9. Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus


Arkus faring Gerakan simetris
Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan
Uvula Letak di tengah
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan

10. Nervus Assesorius

Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Baik Baik
Mengangkat bahu Baik Baik

4
11. Nervus Hipoglosus
Sikap lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -

G. PEMERIKSAAN MOTORIK
Anggota Gerak Atas
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Bisep + +
Reflex Trisep + +

Anggota Gerak Bawah


Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Patella + +
Reflex Achilles + +

Refleks Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -

5
H. PEMERIKSAAN SENSORIK

Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah

I. FUNGSI VEGETATIF
Miksi Defekasi
Inkontinensia urin - Inkontinensia alvi -
Retensio urine - Retensio alvi -
Poliuria -

Anuria -

DIAGNOSA
• Diagnosa Klinis : Vertigo vestibular
• Diagnosa Etiologi : Susp. BPPV
• Diagnosa Topis : Sistem vestibular perifer

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


• Dix-Halpike position test
• Caloric test
• Elektronistamografi

TERAPI
Non-farmakologis:
- Reposisi canalith
- Memperbaiki pola dan asupan diet
Farmakologis:
Betahistin diHCl 8 mg 3x1

PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam

6
• Quo ad functionam : dubia ad bonam

7
PEMBAHASAN

A. Definisi
Vertigo adalah suatu perasaan gangguan keseimbangan. Vertigo seringkali dinyatakan
sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya
berputar-putar, dan berjungkir balik. Vertigo disebabkan karena alat keseimbangan tubuh
tidak dapat menjaga keseimbangan dengan baik.

B. Klasifikasi Vertigo
 Vertigo non-vestibular
 Vertigo vestibular
o Vertigo vestibular sentral
o Vertigo vestibular perifer
Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non-vestibular
Karakteristik Vertigo Vestibular Vertigo Non-Vestibular
Waktu Episodik Konstan
Sifat Vertigo Berputar Melayang
Faktor
Gerakan kepala, perubahan posisi Stress, hiperventilasi
pencetus
Gejala Gangguan mata, gangguan
Mual, muntah, tuli, tinnitus
Penyerta somatosensorik

Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral


Karakteristik V. Vestibular Perifer V. Vestibular Sentral
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan
Intensitas Berat Sedang
Mual muntah Tipikal Sering kali tidak ada
Diperparah
perubahan posisi Ya Kadang tidak berkaitan
kepala
Usia pasien Berapapun, biasanya muda Usia lanjut
Nistagmus horizontal dan
Nistagmus horizontal atau vertical;
Nistagmus rotatoar; ada nistagmus fatigue
tidak ada nistagmus fatigue
5-30 detik
Defisit nervi
cranial atau Tidak ada Kadang disertai ataxia
cerebellum
Seringkali berkurang atau
Pendengaran Biasanya normal
dengan tinnitus
8
Meniere’s disease Drugs
Labyrinthitis Massa Cerebellar / stroke
Penyebab
Positional vertigo Encephalitis/ abscess otak
Neuroma akustik Insufisiensi Arteri Vertebral

C. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)


Gejala gangguan vestibular perifer meliputi vertigo, ketidakseimbangan, dan
seringkali disertai mual dan muntah. Penyebab paling umum dari gangguan ini adalah
benign paroxysmal positional vertigo (BPPV). Benign paroxysmal positional vertigo
(BPPV) adalah vertigo yang dipicu oleh posisi-posisi yang provokatif, seperti berguling
di tempat tidur, posisi berbaring, posisi duduk, membungkuk, dan menengadah.

D. Epidemiologi
BPPV merupakan vertigo vestibular perifer yang paling sering dijumpai. 20% pasien
dengan gejala vertigo mengalami BPPV. Berdasarkan jenis kelamin ada prediklesi lebih
sering mengenai wanita (64%). Sedangkan berdasarkan usia, umumnya menyerang
populasi usia lanjut (rata-rata umur 51-57,2 tahun). Sangat jarang terjadi pada orang muda
di bawah 35 tahun tanpa adanya riwayat cidera kepala.

E. Etiologi
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui. Beberapa kasus BPPV dijumpai
setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher; infeksi telinga tengah atau operasi
stapedektomi.

Etiologi BPPV:
 Idiopatik (50%)
 Pasca trauma (14-27%)
 Pasca labirintitis
 Pasca operasi
 Ototoksisitas
 Mastoiditis kronik

F. Patofisiologi
9
Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis seisirkularis. Ketiga kanalis semisirkularis
tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain. Pada pangkal setiap
kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni ampula. Di dalam ampula
terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis
akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya kea rah
kanan, maka cairan dalam kanalis semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula
akan mengalami defleksi ke arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang
diteruskan ke otak sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel
atau debris dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan menimbulkan
defleksi kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga timbul
sensasi berupa Vertigo. Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni
teori cupulolithiasis dan canalithiasis.

Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962, dr. Harold Schuknecht mengajukan teori cupulolithiasis (heavy
cupula). Teori ini didasarkan pada penemuan partikel basofilik yang menempel pada
kupula. Postulat yang ia kemukakan adalah, posterior semisirkular kanal sensitif terhadap
gravitasi karena partikel basofilik
menempel atau bergantung pada cupula.
Hal ini dapat disamakan seperti ada
benda yang berat di atas sebuah tongkat
yang berdiri tegak. Jika tongkat ini jatuh
ke satu sisi, maka benda berat ini akan
mencegah tongkat untuk kembali ke
posisi semula. Pada penerapannya,
didapatkan nistagmus yang persisten
dan pusing ketika kepala pasien
GAMBAR 1. Gambaran skematik canalithiasis,
digerakkan ke arah belakang. cupulolithiasis, dan vestibulolithiasis

Teori Canalithiasis
Pada tahun 1980, Epley mengajukan teori canalithiasis. Ia meneliti bahwa gejala
BPPV lebih masuk akal jika benda berat tersebut (canalith) dapat bergerak bebas di
10
posterior semisirkular kanal dari pada menempel pada cupula. Teori dapat disamakan
dengan batu di dalam ban mobil. Ketika ban mobil bergerak, batu juga ikut bergerak
namun jatuh beberapa saat kemudian karena ada gaya gravitasi. Gerakan batu yang jatuh
ini sama dengan gerakan canalith yang berlawanan dengan arah endolimfe, ketika
terdapat gerakan kepala. Hal ini menyebabkan pusing yang arahnya terbalik dengan arah
gerakan endolimfe.
Teori canalithiasis lebih baik dalam menjelaskan keterlambatan sesaat sebelum
munculnya gejala, nistagmus sementara, dan adanya perbaikan ketika kepala kembali ke
posisi semula pada gejala klasik BPPV. Teori ini kemudian mendapat dukungan dari
Parnes dan McClure di tahun 1991 dengan ditemukannya canalith di posterior
semisirkular kanal pada pembedahan.

G. Manifestasi klinis
Pada umumnya pasien dengan BPPV merasakan vertigo ketika mencoba untuk duduk
setelah bangun tidur. Setelahnya, vertigo karena perubahan posisi ini dapat hilang timbul
dalam jangka waktu yang panjang, biasanya bulan ke tahun. Keparahan dari kondisi ini
sangat bervariasi. Pada keadaan ekstrim, pergerakan kepala yang ringan dapat
menyebabkan muntah dan mual.

Pasien dengan BPPV tidak merasakan pusing setiap saat. Rasa pusing yang parah
muncul ketika serangan dipicu oleh gerakan kepala. Pada waktu diantara serangan,
umumnya pasien merasakan tidak adanya atau sedikit gejala. Namun beberapa pasien
mengeluhkan sensasi mengambang dari panca indera.

BPPV klasik umumnya dipicu oleh gerakan tiba-tiba dari posisi tegak ke posisi
supinasi dan kepala membentuk sudut 45° kearah telinga yang terpengaruh. Ketika
mencapai posisi yang tepat, terjadi keterlambatan beberapa detik sampai gejala dirasakan.
Ketika BPPV terpicu, pasien akan merasa seperti terlempar berputar, terutama ke arah
telinga yang terpengaruh. Gejala yang dirasakan akan sangat berat dan akan menghilang
dalam waktu 20-30 detik. Tetapi sensasi akan dirasakan lagi ketika pasien mencoba untuk
duduk tegak, dan arah dari nistagmus akan terbalik.

H. Pemeriksaan Fisik

11
Manuver Dix-Hallpike adalah pemeriksaan fisik utama untuk BPPV. Temuan klasik
seperti nistagmus rotatoar dengan keterlambatan sebelum gejala muncul dan hilang
setelah beberapa waktu merupakan pathognomonic. Hasil yang negatif tidak mempunyai
arti kecuali untuk indikasi bahwa canalith aktif tidak ada untuk sementara waktu.
Tes ini dilakukan dengan menggerakan pasien dengan cepat dari posisi duduk ke supinasi
ketika kepala pasien membentuk sudut 45° ke arah kanan. Setelah menunggu 20-30 detik,
pasien kembali keposisi semula (tegak). Jika tidak terlihat adanya nistagmus, prosedur
diulang ke arah kiri.

Gambar 1. Manuver DixHallpike

I. Pemeriksaan Penunjang
Karena Dix-Hallpike maneuver merupakan pathognomonic, pemeriksaan penunjang
seperti tes laboratorium atau radiologi hanya untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis lainnya. Tes lain yang dapat membantu diagnosis antara lain:
 MRI dapat digunakan untuk melihat adanya lesi sentral
 Electronystagmography (ENG) adalah pencatatan objektif nistagmus yang distimulasi
oleh gerakan kepala dan tubuh, pandangan, dan stimulasi kalorik. ENG dapat
membantu untuk mendeteksi nistagmus, membedakan lesi sentral atau perifer, dan
menentukan keparahan hipofungsi vestibular.
 Tes kalorik biasanya akan memberikan respon yang terlambat pada telinga yang
memiliki gangguan.

12
J. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, temuan pada pemeriksaan fisik, dan
hasil dari tes vestibular dan auditori. Pemeriksaan Electronystagmography (ENG)
mungkin dibutuhkan untuk melihat karakteristik nistagmus.

K. Tata laksana
Pilihan tata lakasana termasuk observasi, obat-obatan vestibulosuppressant,
rehabilitasi vestibular, reposisi canalith, dan pembedahan. Pilihan observasi termasuk
dalam tata laksana karena BPPV dapat hilang tanpa pengobatan dalam waktu minggu ke
bulan. Namun perlu diperhatikan bahwa pasien akan merasa tidak nyaman karena vertigo
dan adanya resiko untuk jatuh atau kedaan berbahaya lain karena BPPV.

Obat-obatan untuk mensupresi vestibular tidak menyembuhkan BPPV, tapi dapat


memberikan sedikit pengurangan gejala pada pasien. Tiga kategori vestibular supresan
adalah anticholinergik (glycopyrolat, scopolamine), antihistamin (meclizine,
prometahzine), dan benzodiazepine. Untuk kasus vertigo vestibular akut dan berat dapat
digunakan IM promethazine atau IV droperidol. Efek samping anticholinergic, seperti
mulut kering dan penglihatan menjadi kabur. Efek samping yang umum dijumpai dengan
obat antihistamin adalah sedasi (mengantuk).

Nama Obat Dosis Lazim (mg)


Betahistine mesylate 6—12, 3x sehari
Betahistine diHCl 8, x sehari
Dimenhydrinate 25—50, 4x sehari
Diphenhydramine HCl 25—50, 4x sehari
Cinnarizine 15—30, 3x sehari
Promethazine 12,5—25, 4x sehari
Ephedrine 12,5—25, 4x sehari
Lorazepam 0,5—1, 3x sehari
Diazepam 2—5, 2—3x sehari
Scopolamine 0,3—0,6, 3—4 x sehari

Rehabilitasi vestibular adalah terapi non-invasif dapat sukses walaupun memakan


waktu. Kekurangan dari terapi ini adalah BPPV pasien akan terpicu berkali-kali ketika
melakukan terapi ini.

13
Reposisi canalith merupakan pilihan
pengobatan terutama karena benefit-risk ratio
yang tinggi. Reposisi canalith ini dilakukan
dengan cara maneuver Epley atau Semont.
Pembedahan dilakukan untuk pasien yang
gagal pada reposisi canalith. Pembedahan
bukan pilihan pertama pada pengobatan BPPV
karena sifatnya yang invasif dan kemungkinan
komplikasi seperti gangguan pendengaran
GAMBAR 3. Posterior Canal Plugging
atau kerusakan pada nervus facialis.

L. Prognosis
Prognosis setelah reposisi canalith pada umumnya baik. Perbaikan spontan dapat
muncul dalam 6 minggu, walaupun beberapa kasus tidak didapatkan perbaikan. Setelah
diobati, peluang untuk terkena BPPV ulang adalah 10-25%.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008


2. Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical Neurology.7th ed. Amerika serikat: The
McGraw-Hill Companies, Inc; 2009
3. Ropper HA, Samuels MA. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9 th ed. Amerika
Serikat: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2009
4. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011

15

Anda mungkin juga menyukai