Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI EFEKTIF

“PERINSIP-PERINSIP KOMUNIKASI”
Dosen Pengampu MK : Ni Komang Wijiyani Yanti.SS,.T.M.Kes

Disusun Oleh :

KURNIA FRANSISCA
NIM : 19.10.05.0002

PRODI D3 REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB
2020/2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas ridhon-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Makalah ini kami susun untuk sebagai pemenuhan tugas pada salah satu mata kuliah
kami, Ilmu Komunikasi.Efektif

Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Komang Wijiyani Yanti.SS.T M.Kes.
selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Komunikasi Efektif

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena
itu kami memohon saran dan kritik agar kedepannya kami bisa menyusun makalah yang lebih
baik lagi.

   
                                                                                      Mataram, 5 Mei 2020

                                                                                              Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................................i

Daftar isi..................................................................................................................................ii

Bab I : Pendahuluan

1. Latar Belakang..............................................................................................................1
2. Tujuan...........................................................................................................................1
3. Rumusan Masalah.........................................................................................................1

Bab II : Pembahasan

Prinsip-Prinsip Komunikasi

1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik...........................................................................2


2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi........................................................3
3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi hubungan .............................................4
4. Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesenjangan................................4
5. Komunikasi terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu.................................................5
6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi................................................6
7. Komunikasi Bersifat Sistemik......................................................................................7
8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi........7
9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial.............................................................................8
10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional......................................8
11. Komunikasi bersifat Irreversible..................................................................................9
12. Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah......................11

Bab III : Penutup

Daftar Pustaka.......................................................................................................................iv

ii
11
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pertukaran pesan dari seseorang kepada orang lain melalui media dan metode
tertentu dengan harapan adanya persamaan perspektif atau pemahaman akan pesan
tersebut, kendatinya sudah dilakukan manusia sejak lahir bahkan sejak masih dalam
kandungan.Komunikasi yang awalnya tidak diperhatikan karena sudah dilakukan
sejak manusia baru saja dilahirkan, kini menuai kemajuan yang begitu pesat dimana
kesalahan komunikasi akhirnya meruntuhkan dunia. Kesalahan komunikasi ini terjadi
karena tidak adanya prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kegiatan berkomunikasi.
Komunikasi seharusnya tidak berjalan begitu saja, tapi setiap yang berilmu memaknai
komunikasi haruslah memiliki prinsip-prinsip nyata demi baiknya komunikasi yang
sedang berlangsung dalam masyarakat.

Komunikasi merupakan sebuah proses yang selalu terjadi dalam kehidupan


manusia. Komunikasi bukan saja menghubungkan, tapi juga mendekatkan antara
pribadi satu dan lainnya. Sebagai hal yang fundamental dalam kehidupan manusia,
komunikasi haruslah memiliki posisi yang penting karena niscaya yang tidak pernah
berkomunikasi akan terisolasi dari masyarakat.Komunikasi memiliki ragam prinsip-
prinsip dan aspek-aspek yang selalu melekat pada prosesnya. Setiap pengertian dan
hakikat sesuatu akan lebih dimengerti maknanya apabila ada prinsip-prinsip yang
dijabarkan untuk memperluas pengertian dan hakikat tersebut. Demikian pula prinsip-
prinsip komunikasi berfungsi untuk memperjelas dan menjabarkan definisi dan
hakikat komunikasi.

B. Rumusan Masalah
 Apa saja prinsip-prinsip dalam Komunikasi?

C. Tujuan
 Untuk memahami lebih dalam prinsip-prinsip komunikasi

1
Bab II
Pembahasan
A. Prinsip-prinsip Komunikasi

1. Komunikasi Adalah Proses Simbolik


Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti di katakan sussanne K. Langer,
adalah kebutuhan kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.  Dan itulah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya dengan keistimewaan mereka sebagai
animal symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk suatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata – kata
(pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek maknanya di sepakati bersama,
misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan kehormatan atau
kecintaan terhadap Negara kemampuan manusia menggunakan lambang verbal
memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan
objek  baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek
tersebut.Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan
objek dapat di presentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan.
Ikon adalah suatu benda fisik yang menyerupai yang direpresentasikannya.
Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya, patung soekarno adalah ikon
soekarno dan Foto anda di KTP adalah ikon anda. Indeks adalah suatu tanda yang
secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan
untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala
(symptom). Indek muncul berdasarkan hubungan antara sebab akibat yang punya
kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap indeks hujan yang akan turun, sedangkan
asap adalah indeks api.
Lambang memiliki beberapa sifat sebagai berikut :

a. Lambang bersifat sembarang, manasuka atau wewenang – wenang


Apasaja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Alam
tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia menggunakan
lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu baik yang
konkret atau pun yang abstrak.

2
b. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna : kitalah yang memberi
makna pada lambang.
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu
sendiri. Persolan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi
makna yang sama pada suatu kata. Dengan kata lain, tidak ada hubungan yang
alami antara lambang dengan referent (objek yang ditujunya).

c. Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke
tempat lain, dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga
lambang yang kita berikan pada lambang tersebut. Makna yang di berikan
kepada sesuatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun
berubahan makna itu berjalan lambat. Misalnya, panggilan Bung yang pada
zaman revolusi lazim di gunakan dan berkonotasi positif karena menunjukan
kesederajatan kini tidak pouler lagi, kecuali di gunakan oleh penyaji acara olah
raga ketika berbicaranya dengan nara sumbernya di studio TV.

2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi


Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi
non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Kita tidakdapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate).
Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi
bila seseorang memberikan makna pada perilaku orang lain atau
perilakunya sendiri. Contohnya anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi.
Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya
potensi untuk ditafsirkan. Kalau ia tersenyum dia bisa di tafsirkan bahagia, kalau
ia cemberut ia di tafsirkan ngambek. Prinsip ini menyadarkan kita bahwa setiap
perilaku kita bisa menafsirkan sesuatu karenanya kita kemudian sebaiknya was-was
dalam setiap tindakan agar tidak menimbulkan pemaknaan yang tidak sesuai dengan
keinginan kita.

3
3. Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan
disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu
apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara
mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh,
kalimat ‘aku benci kamu’ yang di ucapkan nada menggoda mungkin sekali jutru
berarti sebaliknya.
        Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan
berbeda bila disampaikan dengan cara berbeda. Dalam komunikasi massa, dimensi
isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-
unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
tersebut. Pengaruh suatu pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang
berbeda.Cerita yang penuh dengan kekerasan dan sensualitas yangdisajikan televisi
boleh jadi menimbulkan pengaruh lebih hebat, misalnya dalam bentuk peniruan oleh
anak anak atau remaja, bila di bandingkan dengan penyajian cerita yang sama lewat
majalah atau radio, karena televisi memiliki sifat audio visual, sedangkan majalah
mempunyai sifat visual saja, dan radio mempunyai sifat audio saja.

4. Komunikasi Berlangsungdalam Berbagai Tingkat Kesengajaan

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari


komunikasiyangtidak sengaja sama sekali (misal ketika anda melamun sementara
orang
memperhatikan anda) hingga komunikasi yang benar-benar direnacanakan dan 
disadari (ketika anda menyampaikan suatu pidato). Kesengajaan bukanlah syarat
untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud 
menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial untuk ditafsirkan
atau tidak menafsirkan perilaku kita.
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja
dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika
berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita bercakap-
cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara berkomunikasi
kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah biasa bergaul

4
sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan kesadaran yang
lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman tersebut menyampaikan
berita yang sangat menarik bagi kita.

Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan asumsi-


asumsi orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak. Sebagai
contoh ketika seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan sering
menggaruk-garuk kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa tersebut
kurang siap, walaupun mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan
bahwa niat atau kesengajaan bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari
contoh kasus sebagai berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu tata krama
Yogya-Solo berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat Yogyakarta dan
Solo klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap sebagai anak
yang tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.

      Dalam komunikasi sehari-hari terkadang kita mengucapkan pesan


verbalyangtidak kita sengaja. Namun lebih banyak pesan nonverbal yang kita
tunjukan tanpakita sengaja. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah
berlangsung. Terlepasdari apakah anda menyengaja perilaku tersebut atau tidak.
Kadang-kadang
komunikasi yang disengaja dibuat tampak tidak sengaka. Jadi, niat kesengajaan
bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi
antara orang-orang berbeda budaya ketidak sengajaan berkomunikasi ini lebih
relevan lagi untuk kita perhatikan.

5. Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial,


danpsikologis.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan, misalnya
orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain,
sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang berkomunikasi,
misalnya dua orang yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak
ada orang, namun dengan adanya orang ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair.
Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna tertentu,
sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial,

5
dan psikologis. Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan dengan ruang
adalah akan dianggap “kurang sopan” apabila menghadiri acara protokoler dengan
memakai kaos oblong. Adapun waktu dapat mempengaruhi makna komunikasi dapat
digambarkan sebagai berikut seoarang yang berlangganan koran Republika dan
koran itu selalu datang jam 05.30 kemudian dengan tiba-tiba datang jam 09.00
tentunya pelanggan tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi tertentu.

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim,
suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik
yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti
“lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang
sopan bila dikemukakan dimasjid.

Suasana psikologis peserta komunikas juga sangat mempengaruhi suasana


komunikasi. Contohnya ketika diputarkan lagu mellow, seseorang yang sedang
patah hati bisa menjadi sentimental kemudian menangis karena lagu itu mendukung
suasanya hatinya. Sebaliknya, jika lagu itu didengar seorang workaholic akan
terkesan sangat cengeng. Komunikasi begitu kompleks, kita harus paham betul pada
situasi apa dan dimana kita berkomunikasi agar dapat berjalan efektif.

6. Komunikasi Melihat Prediksi Peserta Komunikasi

Ketika orang – orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku


komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tata
krama. Artinya orang-orang memiliki strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang
yang menerima pesan akan meresponnya. Prinsip ini mengansumsikan bahwa
hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku manusia, minimal secara
persial dapat di ramalkan.

Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar


norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat
memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita
menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti
itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku
komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau
tatakrama. Artinya , orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana
6
orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari dan
=
sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain
berdasarkan peran sosialnya.

7. Komunikasi Itu Bersifat Sistemik


Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang
berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system).
Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsur-unsurnya. Setidaknya dua
sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi yaitu: sistem internal (seluruh
sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi dalam
komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan
sosialnya) dan sistem eksternal (sistem yang terdiri dari unsur-unsur dalam
lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat
fisik peserta, dan temperatur ruangan).

8. Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi


Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan
harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi), yaitu adanya
persamaan persepsi akan suatu hal. Jika dua orang melakukan komunikasi berasal
dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak
tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak
mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
Semakin banyak persamaan antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi
yang berlangsung lebih mudah, karena keberanekaragaman pesan dimengerti
7 keduanya.
9. Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Meskipun terdapat banyak model komunikasi, sebenarnya komunikasi
manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah. Beberapa pakar komunikasi
mengakui sifat sirkuler atau dua arah komununikasi ini. Komunikasi sirkuler ditandai
dengan beberapa hal berikut :
1.    Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.
2.    Proses komunikasi berjalan timbal balik (dua arah).
3.    Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
4.    Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit.
Pada dasarnya, unsur tersebut tidak berdada dalam suatu tatanan yang bersifat
linier, sirkuler, helikal atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi
beroprasi dalam suatu tatanan tadi, tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian, dalam
suatu tatanan yang acak.

10. Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional

Seperti juga waktu dan eksitensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, melainkan  merupakan proses yang sinambung (Continous).
Bahkan kejadian yang sangat sederhanapun, seperti “Tolong ambil garam” 
melibatkan rangkaian kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi permintaan
tersebut. Untuk lebih memudahkan pengertian, kita dapat megatakan bahwa peristiwa
itu dimulai kEtika orang A meminta garam dan berakhir ketika orang B membirikan
garam itu. Namun kita tidak dapat mengukur peristiwa itu hanya berdasarkan apa
yang terjadi antara permintaan akan garam dan pemberian garam itu. Baik A atau B
telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka untuk merumuskan dan
menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak.

Komunikasi sebagai proses dapat dianalogikan dalam pernyataan Heraclitus


enam abad sebelum Masehi bahwa “ seorang manusia tidak akan pernah melangkah di
sungai yang sama dua kali.Jadi dalam kehidupan manusia, tidak pernah saat yang
sama datang dua kali. Pandangan serupa juga dapat diterapkan padafenomena
berikutini. Ketika Anda menonton sebuah film Titanic misalnya untuk kedua kalinya
8 keesokan harinya pada jam yang sama dan duduk dikursi yang sama sekalipun, maka
hakikatnya film itu bukanlah film yang sama, karena film yang anda tonton kedua
untuk kedua kalinya itu adalah film yang pernah anda tonton sebelumnya.
Begitu jugalah komunikasi ; komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian
menjadi bagian dari sejarah kita. Dalam proses komunikasi itu, para peserta
mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat kaomunikasi verbal
ataupun lewat komunikasi nonverbal. Menanggapi salah satu elemen komunikasi,
misalnya pesan verbal saja dengan mengabaikan semua elemen lainya, menyalahi
gambaran komunikasi yang sebenarnya sebagai proses yang sinambung dan dinamis
yang kita sebut sebagai transaksi. Transaksi menunjukan bahwa para peserta
komunikasi saling berhubungan, sehingga kita tidak dapat mempertimbangkan salah
satu tanpa mempertimbangkan lainnya.

Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artifisial dalam


arti bahwa kita coba menangkap suatu gambaran diam (statis) dalam proses tersebut
dengan maksud untuk menganalisis kerumitan pristiwa tersebut, dengan menonjolkan
komponen-komponen atau aspek-aspeknya yang penting. Implikasi sebagai proses
yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah ( dari
sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).

Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses


penyadian (enconding) dan penyadian balik (decoding). Kedua proses itu, meskipun
secara teoretis dapat dipisahkan, sebenarnyaterjadi serempak, bukan bergantian.
Sebetulnya, para peserta komunikasi merupakan sumber informasi, dan masing-
masing membeeri serta menerima pesan secara serentak. Pandangan dinamis dan
transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan sebagai hasil
terjadinya komunikasi. Jadi, perspektif transaksional memberi penekanan pada dua
sifat pristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi. Para pesertanya
menjadi saling bergantung, dan komunikasi mereka hanya dapat dianilisi berdasarkan
konteks pristiwanya.

11. Komunikasi Bersifat Irreversibel

Suatu prilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu merupakan peristiwa,
perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Misalnya para
pemimpin negara yang menyalahgunakan kekuasaan dan kemudian jatuh dari
9
kekuasaan akibat ulah mereka, seperti Ferdinand Marcosdan soeharto, dan
menimbulkan efek tertentu berupa perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap
para pemimpin itu, pengaruh itu tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita
berupaya meralatnya.

Apa lagi bila penyampaian pesan itu dilakukan untuk pertama kalinya.
ketika anda tempil pertama kali untuk melakukan presentasi atau pidato,  anda harus
mempersiapkannya secara lebih hati hati, karna kesan halayak terhadap kinerja anda
akan cenderung sulit dihilangkan sama sekali berdasarkan prinsip ini. Curtis et al
mengatakan bahwa kesan pertama itu cenderung abadi. Dalam kaitan ini, kita bisa
memahami pribahasa “sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”.

Pesan yang menyinggung perasaan orang lain mungkin bisa dimaafkan tapi
tidak bisa dilupakan (to forgive but not to forget). Sifat irreversible ini adalah
implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini seyogyanya
menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada
orang lain sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali meskipun kita berusaha
meralatnya.

Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang tanpa


disengaja mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik orang itu sulit
dikembalikan lagi ke posisi semula, meskipun surat kabar, majalah, radio atau televisi
itu telah minta maaf dan memuat hak jawab sumber berita secara lengkap. Ada saja
pihak yang telah menaruh prasangka buruk kepada sumber berita sudah dipulihkan
melalui permohonan maaf media cetak dan media elektronik yang bersangkutan atau
pemuatan hak jawab sumber berita secara lengkap, bahkan bila hal itu misalnya
10 dicetak satu halaman penuh pada halaman dimana berita pencemaran nama baik
sumber berita dimuat sebelumnya.

Sekali kita mengirimkan suatu pesan, kita tidak dapat mengendalikan


pengaruh pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek pesan tersebut
sama sekali. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu
proses yang selalu berubah. Prinsip ini seharusnya menyadarkan kita bahwa kita harus
berhati2 untuk menyampaikan suatu  pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak
bisa ditiadakan sama sekali.
12. Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah
komunikasi. Namun komunikasi bukanlah penasea (obat mujarab) untuk
menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut
mungkin berkaitan dengan masalah struktual. Agar komunikasi efektif, kendala
struktual kendala ini harus juga diatasi. Misalnya, meskipun pemerintah berusaha
payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga aceh dan warga papua, tidak
mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakat di
wilayah wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam mereka dan
mengangkutnya kepusat.

Komunikasi antara berbagai etnik, baik antara warga tionghoa dengan warga
pribumi, antara suku madura dengan suku dayak di sambas (kalimantan) atau antara
warga pendatang (bugis makassar) dan warga pribumi di ambon, juga tidak akan
efektif bila terdapat kesenjangan ekonomi yang lebar diantara pihak pihak tersebut,
juga bila pihak pihak tertentu tidak memperoleh akses atau mengalami diskriminasi
dalam lapangan pekerjaan yang seharusnya juga terbuka bagi mereka. Hubungan
antara warga tionghoa dan warga pribumi akan semakin efektif bila warga tionghoa
pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan anggota TNI, tidak hanya sebagai
pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi selama ini
BAB III
Penutup

Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
http://expresikomunity.blogspot.com/2012/12/makalah-prinsip-prinsip-
komunikasi.html
http://nurfatimahbintitokhari.blogspot.com/2012/12/prinsip-prinsip-
komunikasi_3896.html
http://setiadarmawan.blogspot.com/2013/07/12-prinsip-prinsip-komunikasi-
menurut.html
http://khusnia.wordpress.com/pengantar-ilmu-komunikasi/03-prinsip-prinsip-
komunikasi/)
http://bukunnq.wordpress.com/2012/04/01/prinsip-prinsip-umum-komunikasi/
www. Gudang Materi.com/2010/II/prinsip – prinsip – komunikasi.
Htmlhttp://mejikubirubiru.wordpress.com/2012/12/07/prinsip-prinsip-komunikasi/

iv

Anda mungkin juga menyukai