Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KONSEP DASAR KEBIDANAN


“ Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan
Secara Nasional dan Internasional “

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Konsep Dasar Kebidanan
Dosen Pengampu : Novita Rusiyanti, SST,. M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Alif Rahma Shidiqqa ( 2015301002 )
2. Frantika Naomi ( 2015301015 )
3. Siti Wahyuni ( 2015301029 )
4. Siwi Jogse Aristiati ( 2015301030 )
5. Tasya Sahro ( 2015301032 )

KEMENTERIAN POLTEKKES TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN TANJUNG
KARANG TINGKAT I REGULER I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan setiap waktu


mengalami perkembangan ,baik suatu kemajuan atau justru kemunduran.
Perkembangan ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sejarah
kebidanan dimulai sejak awal kehidupan atau awal peradaban manusia.
Zaman dahulu persalinan dan perempuan menstruasi dianggap kotor dan
menjijikan sehingga cara persalinan terkesan tidak manusiawi. Tidak ada
yang mencatat kapan dimulainya persalinan dilakukan oleh bidan. Dalam
sejarah, perempuan dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau
dibantu oleh suami mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah
dan membentuk kelompok masyarakat, para ibu melahirkan dijaga atau
ditolong oleh seorang perempuan yang diangga mampu,yaitu seorang
perempuan setengah baya yang telah menikah dan melahirkan, melalui
percobaan dan tukar pengetahuan dia mengembangkan keahliannya yang
disebut dukun bayi. Terdapat catatan yang menunjukan tindakan yang
dilakukan bidan, terdapat ada patung Mochicha (500 SM), lukisan Papyri
dan Tomb dalam Old Testament (Chamberlein, 1981), catatan tentang
bidan Yahudi (Shipah dan Puah) yang berani mengambil risiko membel
keselamatan bayi laki-laki Bangsa Yahudi yang diperintahkan utuk
dibunuh oleh Firaun.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia dan


di luar negeri ?

2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia dan


di luar negeri ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di
Indonesia dan di luar negeri.
2. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di
Indonesia dan di luar negeri.
3. Sebagai pemberi motivasi untuk mengembangkan pelayanan dan
pendidikan kebidanan di wilayah yang ditempati sekarang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di


Indonesia

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI), bidan Indonesia adalah seorang


perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan
organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan bertugas untuk
memberikan konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak.
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Indonesia
Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak
terbatas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan
pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan
masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.

B. Perkembangan Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan
kebidanan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :

1) Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas


tanggung jawab bidan.
2) Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka
pemberian pelayanan kesehatan.

3) Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab


layanan oleh bidan kepada system layanan yang lebih tinggi atau yang lebih
kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima
rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan


anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun
1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun
dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung
lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun pelayanan kebidanan
hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Tahun
1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer
Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum
merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan
Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya
pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi
wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W.
Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh
dukun dan bidan.

Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar
dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan
dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal
dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di
Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.
Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan
terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan
berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi
dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan
keluarga berencana.

Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan


dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara
lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan
untuk penempatan bidan di desa.

Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan


KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas
serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan
rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada
Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok Bersalin sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di


desa. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat
berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan
yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan
pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik
keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin,
kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.

Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994
yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi),
memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.

C. Sejarah Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri


1) Sebelum abad 20 (1700-1900)

William Smellie dari Scotlandia (1677-1763) mengembangkan forcepss


dengan kurva pelvik seperti kurva shepalik . Dia memperkenalkan cara
pengukuran konjungata diagonalis dalam pelvi metri , menggambarkan
metode tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong , dan
penanganan resusitasi bayi asfiksia dengan penonpaan paru-paru melalui
sebuah metal kateler .

Ignos Phillip Semmelweis , seorang dokter dari Hungaria (1818-1865)


mengenalkan tentang cuci tangan yang bersih , mengacu pada
pengendalian species puerperium .

James Young Simpsosn dari Edenburgh , Scotlandia (1811-1870)


memperkenalan dan menggunakan anastesi umum .

Tahun 1824 , James Blundell dari Inggris menjadi orang pertama yang
berhasil menangani pendarahan postpartum dengan menggunakan
tranfusi darah .

Jean Lubumean dari Prancis (orang kepercayaan Rene Laenec , penemu


Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin
dengan stetoskop pada tahun 1920.

Jhon Charles Weaven dari Inggris (1811-1859) , pada tahun 1843 ,


adalah orang pertama yang tes urin pada perempuan hamil untuk
pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan eklamsipsia .

Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) , pada tahun 1878, mengumpulkan


kerjanya pada palpasi abdominal.
Carl Crede dari Jerman (1819-1892), menggambarkan metode stimulasi
urin yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan plasenta.

Juduig Bandl, dokter obstetri dari jerman (1842-1992), pada tahun 1875,
menggambarkan lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan
segmen atas rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet atau
sulit.

Daunce dari Bordeauz, pada tahun 1857, memperkenalkan penggunaan


inkubator dalam perawatan bayi prematur.

2) Abad 20

        Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah


berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend
“Modern” ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian
pada “cara yang lebih alami”.Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan
bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan
alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh
norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-
in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah
sakit yang sudah mendapat penerangan.
Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum
dan intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan
ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi
bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara
urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.
a) Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Amerika
1) Pelayanan Kebidanan di Amerika

Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman


tanpa pendidikan yang spesifik, standar-standar, atau peraturan-
peraturan sampai pada awal abad ke 20. Kebidanan, sementara itu,
menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yurisdiksi (hukum) dengan
istilah ‘nenek tua’: Kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir
mati.

Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa


angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan mengapa
dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk mengjhilangkan
praktik sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali
dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek
spiritual, sehingga perempuan yang menjalani persalinan selalu
dihinggapi perasaan takut terhadap kematian.

2) Pendidikan Kebidanan di Amerika

Tahun 1765, pendidikan formal untuk bidan mulai di buka pada


akhir abad ke 18. Banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa
secar emosi dan intelektual, perempuan tidak mampu belajar dan
menerapkan metode obstetrik. Pendap[at ini digunakan untuk
menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai
pendukung. Pada pertengahan abad antar tahun 1770 dan 1820, para
perempuan golongan atas di kota-kota Amerika, mulai meminta
bantuan para dokter. Sejak awal tahun 1990 setengah persalinan di AS
ditangani oleh dokter; bidan hanya menangani persalinan perempuan
yang tidak mampu mebayar dokter.

Tahun 1915, Dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran


bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran
didalamnya, serta diberlakukannya protap pertolongan persalinan di
AS, yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan
serviks berdilatasi memeberikan ather pada kala II, melakukan
episiotomi, melahirkan bayi dengan forceps ekstraksi plasenta,
memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.
Tahun 1955 American College of Nurse-Midwifes (ACNM) di
buka. Pada tahun 1971, seorang bidan di Tennese mulai menolong
persalinan secara mandiri di institut kesehatan.

Pada tahun 1979, badan pengawasan obat Amerika menyatakian


bahwa ibu bersalin yang menerima anestesi dalam dosis tinggi
melahirkan anak-anak dengan kemunduran perkembangan
psikomotor.

Pada era 1980-an, ACNM membuat pedoman alternatif lain


dalam homebirth. pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang
praktik profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah
profesi dengan lahan praktik yang spesifik dan membutuhkan
organisasi yang mengatur profesi tersebut.

Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North


America) dibentuk guna meningkatkan komunikasi antar bidan serta
mwembuat peraturan sebagai dasar kompetisi untuk melindungi bidan.

Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini


antara lain :
– Walau ada banyak undang-undang yang baru, direct entri
midwives masih dianggap ilegal di beberapa negara bagian.
– Lisensi praktik berbeda pada setiap negara bagian, tidak ada standar
nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai
seseorang yang telah terdidik dan memiliki standar kompetensi yang
sama.

– Kritik tajam dari profesi medis kepada direct entry


midwives ditambah dengan isolasi dari sistem pelayanan kesehatan
telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh
dukungan medis yang memadai bila terjadi keadaan gawat darurat.
Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktik lapangan.
Sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan
pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang telah
menyelesaikan pendidikan 4 tahun dan praktik lapangan selama 2
tahun, yang mana biayanyan yang sangat mahal. Kebidanan memiliki
sebuah organisasi untuk membentuk standar, menyediakan sertifikat
dan membuat ijin praktik. Saat ini AS merupakan negara yang
menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus
merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan
natal di negara-negara industri lainnya.

b) Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Belanda


1) Perkembangan Kebidanan di Belanda

Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda


terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan
terhadap masalah tersebut. Wanita berhak memilih apakah ia mau
melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup atau mati. Belanda
memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian
prenatal relatif rendah.

Prof. Geerit Van Kloosterman pada konferensinya di Toronto


tahun 1984, menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal, harus
selalu dipantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau
rumah sakit, dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya.

Astrid Limburg mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak


akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat dididik untuk
merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untukkesehatan wanita.
Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki
hubungan dengan keperawatan; kebidanan adalah profesi yang
mandiri.

Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip yakni


sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah kita
harus mengadakan pendekatan dan memberi pada ibu saat persalinan.
Jadi pada praktiknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan
dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Bidan harus
menjadi role model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan
adalah sesuatu yang normal, sehingga apabila seorang perempuan
merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke
bidan/atau dianjurkan oleh keluarga, teman, atau siapa saja.

2) Pendidikan Kebidanan di Belanda

Pendidikan Kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan


keperawatan dan berkembang menjadi profesi yang berbeda. Di
Belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima 66 mahasiswa setiap
tahunnya. Hampir tahun 800 calon mahasiswa (95% wanita, 4% pria)
yang mengikuti tes syarat masuk mengikuti pendidikan usia minimum
19 tahun, telah menamatkan Secondary Education atau yang sederajat
dari jurusan   kimia   dan biologi.   Mahasiswa     kbidanan   tidak
menerima gaji dan tidak membayar biaya pendidikan.
Selama pendidikan di ketiga institusi tersebut menekankan bahwa
kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai proses fisiologis. Ini
diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di kamar
bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan,
walaupun di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap
menolong dan tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju
keterampilan kebidanan yang telah terpelajari.
Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan
Ahli kebidanan dan seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin
patologi. Mahasiswa diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40
persalinan selama pendidikan. Ketika mereka lulus ujian akhir akan
menerima ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai ujian.
3) Adapun Pelayanan – Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda,
yaitu :
 Pelayanan Antenatal

        Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek


mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk
praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko
rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa Ahli
Kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga
Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita dengan resiko tinggi
atau kasus patologi ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.
Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan
dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan
dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang
berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.

 Pelayanan Intrapartum

Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil


sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan
mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak
diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit
luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke
Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jika ada
indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya.
Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.

 Pelayanan Postpartum

Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.


Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong
oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan
dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai
indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun
semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi
dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu
intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter
yang tidak penting.Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry
dengan lama pendidikan 3tahun.

c) Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Jepang


1) Pelayanan Kebidanan di Jepang

Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan


teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat yang
tinggi.Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak
terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayanan kepada masyarakat masih
bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan
dan perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai
asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oeh
dokter dan perawat.

Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan


sert mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan
kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita
mulai dari pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke
persalinannormal.

Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal yang kotor dan
tidak diiinginkan maa banyak wanita yang akan melahirkan
diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti
gedung dan gudang.

Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah


tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada periode Heian
(794-1115). Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan
ditwerbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar
untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang.
Tahhun 1899 izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan
profesional kualifikasi.
2) Pendidikan Kebidanan di Jepang

Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali dengan terbentuknya


sekolah bidan pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan baru
mendapatkan lisensi pada tahun 1974. Kemudian pada tahun 1899
lisensi dan peraturan-peraturan untuk seleksi baru terbentuk.

Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan berada


dibawah pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan bidan terdiri dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan
psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak
sesuai dengan harapan. Bidn-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak
ramah dan tidak banyak menolong persalinan dan pelayanan
kebidanan.

Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para perawat yang masuk


pendidikan saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama 3
tahun. Tingkat Degree di universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu 15
jam teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan kebidanan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri         dan
neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih
tingginya angka aborsi di Jepang. Masalah-masalah yang masih
terdapat di Jepang antara klain masih kurangnya tenaga bidan dan
kualitas bidan yang masih belum memuaskan.

Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa setelah lulus dari sekolah
perawat atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui program
kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi 4 tahun.

D. Sejarah Perkembangan Bidan sebagai Profesi didalam negeri


Sejarah menunjukan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi
tertua didunia sejak adanya peradaban manusia. Profesi ini telah mendudukan
peran dan posisi bidan menjadi terhormat.
Bidan juga merupakan profesi yang diakui secara nasional dan
internasional, dimana bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Untuk melaksanakan
tugasnya, bidan harus melalui pendidikan formal, mempunyai sistem
pelayanan, kode etik dan etika kebidanan dalam melaksanakan atau
mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya secara profesional,
sehingga semua orang tidak dapat disebut menjadi bidan. Oleh karena itu,
perlu diperjelas batasan atau profesi seorang bidan sehingga tidak ada
penyelewengan dan penyimpangan sehingga perlu dibatasi tentang kebidanan
sebagai suatu profesi.
Untuk mendukung hal tersebut diatas maka pada tahun 2002 pemerintah
mengeluarkan Kepmenkes RI No.900 Tahun 2002 tentang registrasi dan
praktik bidan mengantikan Peraturan Menteri Kesehatan NO.572 Tahun
1996. Kemenkes ini memberikan tanggung jawab dan otonomi yang lebih
luas kepada bidan dalam meningkatkan pelayanan bidan dalam perlindungan
baik terhadap bidan maupun masyarakat.
Pada perkembangan profesi bidan di Indonesia ini, diperoleh data bahwa
angka kematian ibu dan angka kematian bayi sangat tinggi pada zaman
pemerintah Hindia Belanda. Tenaga penolong persalinan saat itu masih
dilakukan oleh dukun. Pada tahun 1807, Gubernur Jenderal Hendrik William
Deandels, melatih dukun dalam pertolongan persalinan. Akan tetapi hal
tersebut tidak berlangsung lama karena tidak ada pelatihan kebidanan.
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukan
oleh orang-orang Belanda yang berada di Indonesia. Pada tahun 1849, dibuka
Pendidikan Dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda ; sekarang
RSPAD Gatot Soebroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut, pada tahun 1851 dibuka Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh dokter militer Belanda (Dr. W Bosch), lulusan ini bekerja di
Rumah Sakit dan juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu
dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Tahun 1952, diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Setahun kemudian, diadakan
kursus tambahan bidan (KTB) di Yogyakarta, lalu berdirilah BKIA. Kegiatan
BKIA : pelayanan antenatal, post natal, pemeriksaan bayi dan anak termasuk
immunisasi dan penyuluhan gizi. Pada tahun 1957, BKIA menjadi
Puskesmas. Kegiatan Puskesmas terdiri atas kegiatan di dalam gedung dan di
luar gedung.
Di tahun 1990 pelayanan kebidanan merata dan semakin dekat dengan
kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini melalui intstruksi presiden secara lisan
pada siding kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk
penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah
pelaksana KIA (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir),
termasuk pembinaan dukun bayi, serta pelayanan keluarga berencana.
Adapun peraturan dan perundangan yang mendukung keberadaan profesi
bidan yaitu sebagai berikut :
1. Keputusan Presiden No.23 Tahun 1994 Tentang Pengangkatan Bidan
sebagai Pegawai Tidak Tetap selama masa bakti.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.871/Menkes/SK/VIII/1994
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengangkatan Bidan sebagai
Pegawai Tidak Tetap
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.572 Tahun 1996, 4 Juni 1996
Tentang Registrasi dan Praktik Bidan
4. Keputusan Dirjend Binkesmas No.1506/BMD/DJ/BH/X/97 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menkes No.572/Menkes/Per/VI/1996
Tentang Registrasi dan Praktik Bidan

E. Sejarah Perkembangan Bidan sebagai Profesi diluar negeri


1. Zaman Kuno (Sebelum Masehi)
            Catatan paling awal keberadaan manusia berisi tentang fakta adanya
pembantu kelahiran. Pembantunya berasal dari keluarga  atau di luar
keluarga yang mempunyai pengalaman dalam kelahiran. Hal inilah yang
memungkinkan pertama kalinya mempelopori adanya bidan.mereka tidak
menetapkan bayaran tetapi mendapatkan hadiah. Menurut adat istiadatnya
atau kebudayaan wanita yang boleh menolong persalinan adalah wanita
yang sudah melahirkan, tidak boleh laki-laki hadir adanya acara ritual
tertentu sebelum, selama, sesudah persalinan.
Pada zaman ini praktek-praktek kebidanan yang tradisional mungkin bisa
menolong, meskipun tidak sesuai dengan dasar-dasar ilmiah
 Bangsa Mesir
Setelah kebidanan pertama kali dikenal didirikan di Mesir,
dimana kebidanan itu adalah suatu hal yang paling mulia, dan
diberkahi oleh dewa.bidang-bidangnya terlatih dengan baik dan
memiliki pengetahuan Anatomi Fisiologi, memiliki aturan-aturan
dalam memimpin persalinan dan merawat bayi lahir.
Mereka mempunyai undang-undang  dalam mengontrol praktek
mereka dan harus memanggil asisten dari tabib konsultan bila ada
masalah selama persalinan. Bidan juga telah melakukan lirkumsisi
pada bayi.
 Bangsa Yahudi
Pertolongan persalinan di bangsa Yahudi banyak mencontoh pada
bangsa Mesir, hal ini dibuktikan pada pengobatan dan pendidikan
kebidanan yang didapatkan dari bangsa Mesir. Hyigiene merupakan
hal yang paling utama dalam menolong persalinan, temasuk
didalamnya merangsang persalinan dengan bantuan mantra-mantra.
Perawatan neonatus bangsa Yahudi meliputi memotong tali pusat,
memandikan bayi, menggosok badan bayi dengan garam dan
membungkusnya dengan bedongan. Bidan-bidan di Yahudi telah
mendapatkan bayaran atas jasanya.
 Bangsa Yunani
Bangsa Yunani telah ada bidan yang dapat menolong persalinan,
meraka harus telah mempunyai anak sendiri mereka biasanya dibayar
atas pelayanan yang telah diberikan dan undang-undang yang keras
mengontrol praktek mereka.
Hipocrates sebagai bapak pengobatan pada zaman telah merubah
pandangan-pandangan selama dalam kebidanan, kasus pertama yang
ditemukan olehnya adalah kematian akibat demam Puerperalis.
Aristoteles mengajarkan pengaruh-pengaruh praktek kebidanan
selama hampir 2000 tahun.
 Bangsa Roma
Ilmu kebidanan pada bangsa Roma berasal dari negeri Yunani
melalui Mesir, ada 2 jenis bidan di Roma yaitu:
1.   Bidan yang ahli dibidangnya : mereka di hargai sebagai pemimpin
tim dari ahli obstetri, yang biasanya mereka melakukan praktek
sendiri.
2.   Bidan yang berstatus rendah : bidan ini sederajat dengan pembantu
persalinan tradisional.
2.   Zaman Pertengahan (1 – 1500 Masehi)
Pada zaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring dengan
penyebaran agama Keristen, pengetahuan obstetric membuat
beberapa penemuan dua kebutuhan akan bidan untuk dididik telah
diakui. Kebidanan masih dipraktekkan secara utuh oleh wanita
biasa.
 Roma
Pada masa ini ada 2 orang bangsa Roma dalam kebidanan yaitu :
a.      Soranus
Ia merupakan spesialis obgyin pertama kali dia menulis buku
kabidanan untuk pertama kalinya dan dia juga yang
menggambarkan kualitas atau syarat seorang bidan yang
profesional. Beliau yang pertama kali yang menguraikan tentang
Versi Podalic.
b.      Galen
Beliau juga menulis tentang beberapa obstetri Gynekologi. Galen
menguraikan bagaimana bidan mengukur pembukaan servix
dengan menggunakan jari mereka dan penggunaan kursi untuk
melahirkan selama zaman ini seorang bidan bernama Cleopatra
menulis karangan tentang kebidanan. Bidan lainnya seperti
Aspasia dikenal baik oleh karena dia memiliki banyak
keterampilan dalam kelahiran bayi diantaranya adalah Versi
Podalic, managemen distocia, dan kontrasepsi.
 Salerno
Seorang dokter perempuan bernama Trotula yang berasal dari
Sekolah Kedokteran terkenal di negeri ini, menulis sebuah karangan
Gynekologi dan Kebidanan di mana ia menjelaskan penanganan
emergensi bagi bidan dalam penatalaksanaan Retensio Placenta,
Perawatan Nifas, Pemeriksaan Bayi Baru Lahir.
Ia juga menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki
kepercayaan dan pendekatan etis dalam pekerjaannya. Trotula juga
orang yang pertama kali berusaha memperbaiki Laseri Parineum
derajad tiga.
 Kerajaan Byzantine
Ini meliputi sebagian besar negara-negara di Eropa timur dengan
ibu kotanya Konstantinopel, selama abad 12 rumah sakit kebidanan
pertama kali ditemukan di sini Paulus of Aegina merupakan bidan
yang pertama kali di zaman ini.
 Arabia
Kedua dokter Arab, Rhazes dan Avicenna menjelaskan procedur
kebidanan tentang penggunaan lastumen untuk persalinan, nampaknya
disinilah pertama kalinya digunakan instrumen obstetri. Karena
kepercayaan agama menyatakan kebidanan sebagian besar secara
keseluruhan berada di tangan wanita.
2. Zaman Kebangkitan (1500-1700 Masehi)
Pada abad ke-12 sedikit kemajuan telah dibuat dalam hal kebidanan
sampai abad ke-16. pengetahuan tentang Anatomi Fisiologi telah maju
dengan pesat melalui jasa beberapa orang seperti Leonard de Vinci,
Gabriello Fallopio of Italy dan Andreas Vesallius of  Belgium.

 Prancis
Ambroise Pare adalah seorang ahli bedah yang memberikan
konstribusi dalam bidang kebidanan dan Gynekologi, dia yang
memperkenalkan kembali tentang Versi Podalic dan juga Perintis
Sekolah Kebidanan pertama di Prancis. Francois Mauriceau, dialah
orang yang pertama kali menguraikan tentang kehamilan tuba,
presentasi muka dan menjelaskan tentang induksi pembedahan.
Beliau memberikan deskripsi yang jelas tentang mekanisme
persalinan dan beliaupun terkenal oleh karena persalinan wanita
ditempat tidur sementara dengan berupa bangku yang tidak bersandar
untuk melahirkan. Louyse Bourgeois, beliau yang pertama kali
mempublikasikan buku obstetric. Marie Louise Duge, beliau bidan
yang pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi melalui
penyimpangan catatan dan data statistik dari 40.000 wanita yang dia
hadiri kelahirannya.
 Inggris
William Harvey       : Yang menguraikan sirkulasi darah pada tahun
1616,     dikenal sebagai bapak kebidanan di Inggris beliau mencatat
perkembangan embrio dan fetus dari seluruh tahap.
William Chamberlen : Beliau mempunyai anak yang bernama Peter
yang   mungkin Forceps Obstetri yang terkenal, dimana telah digunakan
oleh keluarga Chamberlen scr diam-diam selamam 3 generasi.
William Smellie           : Beliau seorang dokter dan memperdalami ilmu
pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran
pinggul, perbedaan pinggul sempit dan pinggul biasa.
 Jerman
Justine Slegemudin (1645) adalah bidan pertama di Jerman. Dia
ada-lah bidan di kota Ligenit 2 kemudian bekerja sebagai bidan
dikerajaan Prussia, dia bekerja sebagai ilmuan dan mempunyai
dokumen lengkap. Tahun 1690 menerbitkan buku pegangan.
 Swiss
Operasi seksio secarea pertama kali berhasil pada wanita hidup
pada tahun 1500, ketika dokter bedah hewan Swiss Jacob Nuter
melakukan operasi untuk melahirkan anak mereka. Istrinya dapat
bertahan hidup samapi usi 77 tahun.
 Belanda
Hendrick Van Roonhuyze (1622 - ?). yang mempromosikan seksio
secarea dan Hendrick Van Deventer (1651-1724) yang menggambarkan
banyak kelainan punggul keduanya memberikan kontribusi yang sangat
penting pada pelayanan kebidanan dan telah mempublikasikannya di
Belanda. Mereka juga mendirikan organisasi profesi.
2. Sebelum Abad ke-20 (1700 – 1900)
Dua abad sebelum abad ke-20 telah menghasilkan banyak penemuan
besar yang sangat berpengaruh terhadap praktek kebidanan yang membawa
banyak orang-orang kedokteran kedalam kebidanan.
a.  William Smellle of Scotland (1697 – 1763) adalah salah satu ahli obstetric
yang berpengaruh pada adab 18 ditenemukan forseps sesuai dengan
ukuran panggul.
b.   Ignaz Philip S, dari Hugaria menemukan penyebab sepsis puerperalis.
c.   Josep Lister dari Inggris 1827 – 1912, dia disebut bapak antik sepsis.
d.   Louis Pastur 1822 – 1895, pelopor mikrobiologi pelopor
e.   William James Morton dari Amerika 1846 – 1920 anestesi.
f.   James Young Simpson dari Scotlandia, 1811 – 1870, mengenalkan
anestesi umum dalam kebidanan.
g.   Dr. James Lloyld (1728 – 1810)
h.   Dr. William Shippen (1736 – 1808), beliau seorang tokoh di AS yang
mengembangkan kebidanan, beliau mendirikan kursus kebidanan di
Philadelphia gazette, sehingga masih banyak menaruh minat pria maupun
wanita.
i.    Dr. Samuel Bard (1742 – 1821), beliau menulis buku kebidanan yang
isinya moderen, yaitu : cara mengukur congurata diagonalis, kelainan-
kelaianan panggul, dan melarang pemeriksaan dalam apabila tidak ada
indukasi menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah
terjadinya Invertio Uteri, mengajarkan letak muka dapat lahir spontan.
Melarang pemakaian cunam yang berulang-ulang karena akan banyak
menimbulkan kerugian.
j.    Dr. Walter Channing (1786 – 1876), belia diangkat sebagai Profesor
kebidanan disekolah kedokteran Harvard.

2.6. Pelopor-Pelopor yang Berjasa dalam Perkembangan Kebidanan


Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi
tertua didunia sejak adanya peradaban utama manusia, ini terlihat banyaknya
pelopor-pelopor yang berjasa dalam perkembangan kebidanan, antara lain :
a.   Hipocrates (460 – 370 Sebelum Masehi)
Selama hidupnya beliau menaruh perhatian besar terhadap perawatan
dan pengobatan sehingga beliau dijuluki sebagai bapak pengobatan.
Selain itu belia menaruh minat pula terhadap kebidanan; menganjurkan
agar wanita yang sedang bersalin ditolong dengan dasar perikemanusiaan
dan menganjurkan pula agar wanita yang bersalin mendapatkan
perawatan yang selayaknya.
b.   Soranus (98 – 138 Sesudah Masehi)
Beliau dijuluki sebagai bapak kebidanan karena beliaulah yang
pertama kali menaruh minat terhadap kebidanan sesudah masa
Hipocrates. Soranus juga menulis buku yang merupakan bukupelajaran,
bagi bidan-bidan diberi judul Katekimus bagi bidan-bidan Roma.
c.   Guru-guru besar dari Itali
Pada abad ke XV pengobatan mulai maju lagi terutama mengenai
Anatomi dan Fisiologi tubuh manusia. Guru-guru besar Itali yang
terkenal dan banyak berjasa ialah (1) Vesalius, dan (2) Fabricus, (3)
Eustachius yang menemukan taba Eustachius (4) Fallopius yang
menemukan tuba Fallopius, (5) Arantius yang menemukan ductusArentil.
Juga salah seorang murid yang ulung dari guru besar ini adalah William
Harvey (1578 – 1657) ia menyelidiki tentang fisiologi plasenta serta
selaputnya.

d.   Perkembangan di Prancis
Tokoh yang membawa perkembangan kebidanan di Prancis adalah :
* Ambrobe Pare (1510 – 1590) Beliau telah membawa kemajuan
kebidanan di Prancis ini terbukti dengan  penemuannya tentang Versi
Podali.
e.   Perkembangan di Amerika Serikat
Dulu di AS persalinan ditolong oleh dukun-dukun beranak yang
tidak berpendidikan setelah mendengar perkembangan di Inggris serta
mendengar pekerjaan William Smellie dan William Hunter. Beberapa
orang AS terpengaruh untuk memperdalami kebidanan, a.l :
 Inggris
Tahun 1864 sekolah wanita kebidanan dibuka dilondon, Florance
Nightisale sebagai pelopor pelatih bidan. Tahun 1862 ia membentuk
pelatihan kebidanan bekerja sama dengan king’s collage hospital.
Tahun 1869 para ahli kebidanan di London menemukan laporan
yang penyebab kematian bayi, salah satu pemecahannya adalah
dengan mengadakan panitia ujian, jadi para para bidan di test dan
digelari diploama. Paniti ujuan bidan telah dibentuk dan pertama kali
diadakan  tahun 1872 dengan 6 calon pendaftaran ujian dan pelatihan
ini secara sukarela dan diploma tidak diakui oleh pemerintah. Syarat
ujian untuk London Obstetrical adalah :
·  Surat kelakuan baik
·  Usia antara 20 – 30 tahun
·  Terbukti pernah dapat mendapatkan minimal 25 kasus dibawah
bimbingan pegawai dengan nilai memuaskan.
·  Membunyai bukti bibbingan dan dibenarkan dosen. Mengikuti
ujian tulis dan lisan.
Tahun 1881 Midwife Institut didirikan dengan tujuan agar
bidan dapat diakui pemerintah ini diajukan pada sidang parlemen
tahun 1890 namun tidak berhasil. Mr. Heyeood Johnstone
mengenalkannya kembali pada tahun 1908, dan kemudian 31 Juli
1902 kerajaan mengakuinya. 1949 diadakan perekrutan bidan dan
membuat rekomendasi bidan serta guru bidan.
Dari sejarah terjadinya medikalisasi wanita di Inggris
menuntut haknya dalam natural child birth, untuk itu bidan
bangkit. Dalam praktek pelayanan kebidanan lebih berorientsi pada
wanita, otonomi bidan mandiri. Dalam perkembangan kebidanan  (
natural child birth  muncul istilah Hydro Therapy, Water Bath,
aroma therapy, usic Therapy, Refleksi, Acupuntur ).
Pendidikan Kebidanan :
Ø    Direct Entry, SMU + 3 tahun pendidikan bidan
Ø    Nurse + 18 bulan pendidikan bidan
Mayoritas bidan lulusan diploma dan advence diploma.
Setelah tahun 1995 Univrsitas Bachelor membuka pendidikan
bidan dari SMU + 3  tahun sampai 4 tahun  hingga ada
pendidikan S2.
Untuk akreditasi 5 kali studi perhari dalam 3 tahun dan
mendapatkan sertifikat, critical analisis, Reflektion, Evluation,
Find Evidence.
Laporan projek 2000 telah menyatukan bahwa pendidikan
program bidan selama tiga bulan. Program dasar kebidanan baik
diploma maupun yang seikat dengannya, banyak bidan yang
memilih untuk melanjutkan pendidikannya sampai mendapat
gelar master dan PHD.
 Amerika
Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan dibuka tetapi
banyak yang tidak menyetujuinya, mereka berpendapat bahwa
secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan
menetapkan obstetric. Tahun 1955 American Collage of Nurse –
Midwine (ACNM) dibuka, 1971 di Tenesse bidan menolong
persalinan mandiri di institusi kesehatan.
Tahun 1980 an ACNM membuat pedoman dalam
hemobinth. 1980 tegaksasi praktek professional bidan, 1982
MANA (Midwine Allance of North American) dibentuk untuk
meningkatkan komunikasi antara bidan serta membuat peraturan
bagi dasar kompetensi untuk melindungi bidan.
 Australia
Florance Nightingale adalah pelopor kebidanan dan
keperawatan yang mulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada
abad 19 pendidikan bidan pertama kali di Australia tahun 1862
dengan lulusan dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek.
Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893, sejak tahun
1899 hanya bidan sekaligus perawat yang terlatih yang boleh
bekerja dirumah sakit. Sejak 10 tahun terakhir pendidikan bidan
di Australia mengalami perkembangan yang pesat. Dasar
pendidikan tradisional hospital base program berubah menjadi
tentiary course of studies menyesuaikan kebutuhan masyarakat.
Keberadan bidan di Australia hampir sama dengan keberadaan
bidan di AS. Bidan di Australia didasari pengaruh teknik medical
( pengobatan ) dimana kemandirian bidan masih menurun.
Ini terlihat dengan adanya pertolongan persalinan
dibeberapa negara bagian yang tidak ditolong oleh bidan sehingga
di Australia banyak bidaan hanya membantu mendapingi
pertolongan persalinan. Pendidikan bidan di Australia dimulai
dari perawat setelah itu mereka melanjutkan ke S1 + S2
kebidanan.
 Netherland
Persalinan di Netherland tahun 1988, 80 % ditolong bidan di
rumah dan 20 % di RS. DiNetherland bidan praktek mandiri
melakukan pelayanan kebidanan dikomunitas sehingga kondisi
kesehatan ibu baik. Dengan pendidikan bidan selama 3 tahun
( direct Entry ) dan 4 tahun.
Kemandirian bidan masih rendah, persalinan banyak
dilakukan di RS. Bidan bekerja sebagai perawat obsgyn, ahli
obsgyn melakukan segalanya. Setelah melihat negara Eropa
pendidikan bidan direct entry mulai berkembang.
 Jerman
Kemandirian bidan masih rendah, persalinan banyak ditolong
dan dilakukan di RS. Bidan bekerja sebagai perawat obstetric,
ahli obstetry melakukan segalanya. Setelah melihat negara Eropa
pendidikan bidan direct entry mulai berkembang.
 Moscow ( Rusia )
Di Moscow sangat sulit dibedakan antara obstetric dengan
bidan/midwife. Ini terlihat dari konsep bidan yang saangat
independen yaitu tidak tergantung pada asuhan prenatal, intranatal
& postnatal. Sehingga pelayanan kebidanan dinegara ini tidaak
memuaskan.
 Bangladesh
Di India bidan dikategorikan dari pengalamannya:
Ø  Penolong persalinan kelas atas ( 5 – 10 persalinan / tahun )
Ø  Penolong persalinan pendidikannya tidak tinggi tetapi banyak
pengalamannya 10 – 20 persalinan / bulan
Ø  Penolong persalinan professional ( nurse midwifes )
Pendidikan di Bangladesh dimulai dari 3 tahun perawat + 1
tahun bidan, dan 4 tahun bidan dari SMP.
Adapun tahap pendidikan orientasi belajar mandiri yang
dianut di Bangladesh:
Tahun 1 : Fungsi manusia sehat & social budaya
Tahun 2 : Pencegahan penyakit & Kesehatan keluarga
Tahun 3 : Rehabilitasi
Tahun 4 : Ilmu Kebidanan
Jordania
Pandangan masyarakat tentang bidan lebih diterima
dibanding dengan barat. Pada tahun 1950 berdasarkan prinsip
medical persalinan ditolong oleh dokter:
o        78 % persalinan MOH center
o        50 % Private Gp ( jarang didampingi bidan )
Bidan jordania sebanyak 460 bidan :
o        183 kerja di MOH sebagai asisten dokter
o        109 Private sector tidak menolong persalinan
o        166 Medical Institute Hospital
Pendidikan bidan Jordania selama 27 bulan dasarnya
Diploma yaitu tahun I Keperawatan dan tahun II Kebidanan.
Kondisi masyarakat  IGNORE  terhadap kemampuan
seharusnya.
 Malaysia
Pendidikan bidan di Malaysia SMP + juru rawat ( 1 tahun
bidan ). Program kebidanan di desa di Malaysia berorientasi pada
skill dan mutu pelayanan, sehingga dengan adanya bidan di
Malaysia dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
 Jepang
Sekolah bidan tahun 1912. Regulasi untuk seleksi dan
lisensi tahun 1899. Pelayanan sudah ada sejak perang dunia II,
pendidikan bidan didirikan oleh obsgyn sehingga lulusannya
adalah perawat obstetri yang membantu dokter obsgyn dalam
pertolongan persalinan. Pelayanan kebidanan di bawah pengaruh
medikalisasi, dimana pelayanan kebidanannya berorientasi pada
RS.
Pendidikan bidan 3 tahun perawat usia saat masuk minimal 20
tahun + minimal 6 bulan – 1 tahun di Universitas 8 – 12 SKS: 15
jam teori, 30 jam lab dan 45 jam praktek bertujuan untuk
perawata ibu dan anak. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kebidanan, sehubungan dengan peningkatan aborsi
diremaja.Tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989
berorientasi pada siklus kehidupaan wanita mulai dari pubertas
sampai klimakterium serta kembali ke persalinan normal.
Pada tahun 1987 pendidikan bidan dibawah pengawas
obstetri, kurikulum yang dipakai tidak ada ilmu psikologi, ilmu
biologi dan ilmu social. Akhirnya bidan diluluskan tidak ramah
dan tidak menolong persalinan. Setelah melihat kondisi di negara
Inggris, di Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan
pendidikan bidan serta mulai menata dan merubah situasi.
 New Zeland dan Canada
Pada tahun 1900 terjadi perubahan kewenangan bidan yaitu
ke arah medikalisasi kehamilan, persalinan dilakukan di Rumah
Sakit dan persalinan dilakukan oleh dokter, bidan hanya sebagai
asisten dokter. Dengan keadaan yang demikian kondisi kesehatan
ibu buruk, pelayanan kebidanan buruk, wanita tidak puas karena
tidak merasa lagi sentuhan persalinan dari seorang bidan,
sehingga masyarakat menuntut dikembalikan lagi ke
Filosofi Natural Childbirth yaitu Bidan sebagai pelindung situasi
normal. Bidan kembali mengambil alih dan dokter tidak boleh
intervensi.
Pada tahun  1980 wanita dan bidan sebagai partner ship,
bidan melakukan independen dimana bertanggung jawab terhadap
kondisi normal ibu. Pada saat ini mutu pelayanan kebidanan
meningkat karena berorientasi pada partner ship bidan dan
wanita. Dengan mutu pelayanan kebidanan yang meningkat
menyebabkan perubahan drastic 86 % persalinan ditolong oleh
bidan sehingga wanita merasa puas.
 Canada
Perkembangan kebidanan sudah mulai bagus,kebidanan tidak
pernah dari perawat dulu. Dosen harus mempunyai case
load yang tinggi (pengalaman praktek)
Summary : Seiring dengan perkembangan zaman, kebidanan
didunia telah mengalami kemajuan di setiap negara. Dilihat dari
berubahnya tuntutan masyarakat sehingga profesi kebidanan di
tuntut untuk memperbaiki kualitas pelayanan, yang ditindak
lanjuti dengan didirikannya jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dari sebelumya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan kebidanan di Indonesia dimulai


sejak zaman Hindia Belanda, yang dimulai dengan pendidikan kedokteran
yang hanya diberikan pada warga Belanda yang ada di Indonesia.
Kemudian berkembang menjadi sekolah kebidanan yang hasil lulusannya
langsung ditugaskan di pelayanan kesehatan.
2. Bidan pun berorientasi menjadi Puskesmas dimana pelayanan yang
berpusat di dalam ruangan dan luar ruangan, dan dilanjutkan dengan
pelayanan Posyandu.
3. Dari segi pendidikan bidan mengalami banyak perjalanan untuk mencapai
pendidikan sampai sekarang ini yang dimulai pada tahun 1851 dibuka
pendidikan untuk bidan bagi masyarakat pribumi di Batavia.
4. IBI juga banyak bekerja sama dengan pihak manapun untuk meningkatkan
kemampuan bidan dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, juga
untuk menurunkan angka kematian ibu da anak di Indonesia.
5. Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat.Pendidikan kebidanan di Indonesia
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan melalui pendidikan berjenjang dan berkelanjutan.

B. Saran
Karena mengingat perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini,
kami menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan
kebidanan yang tidak hanya di Indonesia saja melainkan di negara lainnya juga.
Dengan itu, kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ahh mengenai hal
positif dan negatif dari perbedaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/mobile/noeriekka/sejarah-perkembangan-pelayanan-
dan-pendidikan-bidan-indonesia
https://www.academia.edu/32376199/MAKALAH_SEJARAH_PERKEMBANG
AN_BIDAN_SEBAGAI_PROFESI

Anda mungkin juga menyukai