Anda di halaman 1dari 3

Lafal IJAB & KABUL Indonesia dan Arab

Dalam ijab dan qobul pernikahan, seringnya penghulu (atau siapapun yang mengakadkan) memakai
tambahan-tambahan yang sifatnya "tidak wajib". Namun tambahan apapun yang mereka berikan, tidak
akan keluar dari pernyataan di bawah ini:

‫ َعلَی ْال َمه ِْر‬.... ‫ت‬ َ َ‫ك َم ْخطُوْ بَت‬


ِ ‫ بِ ْن‬.... ‫ك‬ َ ُ‫ اَ ْنکَحْ ت‬....
َ ُ‫ك َو َز َّوجْ ت‬

(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka .... Binti .... alal Mahri ....)

Artinya:

“Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu .... puteri ..... dengan mahar .....”

Itu jika yang mengakadkan orang lain; bukan ayah mempelai perempuan. Namun ayahnya langsung yang
menikahkan maka setelah kata “pinanganmu” (‫ )مخطوبتك‬bisa ditambah dengan dengan kata “puteriku” (
‫ )بنتي‬sehingga menjadi:

‫ َعلَی ْال َمه ِْر‬.... ‫ك َم ْخطُوْ بَتَكَ بِ ْنتِ ْي‬ َ ُ‫ اَ ْنکَحْ ت‬....
َ ُ‫ك َو َز َّوجْ ت‬

(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti .... alal Mahri ....)

Artinya:

“Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu puteriku ..... dengan mahar .....”

Siapapun yang menikahkan, baik ayah mempelai wanita maupun orang lain, maka jawabannya adalah:

ِ ‫یت بِ ِه َو هللاُ َولِ ُّي التَّوْ فِی‬


‫ْق‬ ُ ‫ض‬ِْ ‫ت نِکَا َحهَا َو ت َْز ِو ْي َجهَا َعلَي ْال َمه ِْر ْال َم ْذ ُکوْ ِر َو َ ِر‬
ُ ‫قَبِ ْل‬

(Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq)

Artinya:
“Aku terima pernikahan dan perkawinannya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan
hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah”

Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia, pernyataan ijab kurang lebih sebagai berikut:

Saya nikahkan engkau, xxxx (nama calon mempelai pria) bin yyyy (nama ayah calon mempelai pria)
dengan ananda xxxx (nama calon mempelai wanita) binti yyyy (nama ayah calon mempelai wanita),
dengan mas kawin zzzz (semisal: perhiasan emas 18 karat sebesar 20 gram) dibayar (tunai /hutang)

Pernyataan di atas harus segera dijawab oleh calon mempelai pria, tidak boleh ada jeda waktu yang
signifikan (sehingga bisa disela dengan pengucapan kabul oleh pihak selain calon mempelai pria), yaitu:

Saya terima nikahnya xxxx (nama calon mempelai wanita) binti yyyy (nama ayah calon mempelai wanita)
dengan mas kawin tersebut dibayar (tunai /hutang)

Contoh

Nama-nama di bawah ini merupakan contoh yang sengaja dipilih untuk memudahkan pemahaman
artikel

* Calon mempelai pria: Agus Harimurti

* Ayah mempelai pria: Susilo Bambang Yudhoyono

* Calon mempelai wanita: Annisa Larasati

* Ayah mempelai wanita: Aulia Tantawi Pohan

Ijab yang diucapkan Bp. Aulia Tantawi Pohan ingin menikahkan putrinya sendiri (tanpa diwakilkan):

Saya nikahkan engkau, Agus Harimurti bin Susilo Bambang Yudhoyono, dengan putri saya, Annisa
Larasati binti Aulia Tantawi Pohan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sejumlah
Rp 872.005 dibayar tunai ...
Maka, mas Agus Harimurti harus mengucapkan kabul (menjawab) dengan segera (kalau bisa dalam satu
nafas):

Saya terima nikahnya, Annisa Larasati binti Aulia Tantawi Pohan dengan mas kawin tersebut tunai.

Setelah mas Agus Harimurti mengucapkan kabul, para saksi mengecek apakah pengucapan ijab dan
kabul ini tidak diselingi oleh pernyataan lain. Dengan kata lain, ucapan ijab dari wali mempelai wanita
dengan kabul dari mempelai pria harus sambung menyambung tanpa putus, tanpa ada jeda. Jika para
saksi menganggap ijab dan kabulnya sambung menyambung, maka biasanya mereka menetapkan
bahwa akad nikah yang barusan dilakukan adalah sah, dengan mempertimbangkan terpenuhinya
persyaratan rukun nikah.

Bahasa Arab

Apabila calon mempelai pria memutuskan untuk menggunakan bahasa Arab untuk ijab & kabul, maka
yang perlu diingat adalah lafadz kabul yang harus diucapkan sebagai berikut:

qabiltu nikakhaha wa tazwijaha bil-mahril-madzkur haallan

Anda mungkin juga menyukai