Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kebutuhan manusia untuk

memperoleh pendidikan juga semakin besar. Hal ini mendorong dunia pendidikan

semakin berupaya keras untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.

Penilaian mutu pendidikan biasanya diasosiasikan dengan prestasi belajar

yang dicapai pada setiap jenjang pendidikan. Keberhasilan pendidikan itu sendiri

juga sangat bergantung pada unsur pelaksananya, yaitu guru sebagai pendidik.

Guru sebagai ujung tombak dari semua persoalan pendidikan, diharapkan

dapat mengembangkan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Seorang guru

harus dapat menentukan strategi pengajaran yang efektif dan efisien, agar

pelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

Salah satu cara untuk menolong siswa dalam belajar bermakna adalah

dengan menolong mereka secara eksplisit untuk mengaitkan informasi baru pada

konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitifnya. Munir (2003)

mengemukakan bahwa hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

Peta konsep adalah salah satu strategi untuk membantu siswa belajar dan

membangun pola pikir yang terorganisir, dengan menghubungkan konsep-konsep

menjadi berhubungan satu sama lainnya. Pada tingkat yang lebih tinggi dapat

1
membantu guru untuk melihat materi pelajaran secara keseluruhan dalam satu

topik atau antar topik, membantu menjelaskan secara keseluruhan secara cepat

hubungan antar hal-hal yang menyangkut suatu masalah tertentu.

Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan dengan strategi pemetaan

konsep menunjukkan bahwa metode tersebut mempengaruhi baik motivasi,

aktivitas, maupun hasil belajar siswa. Sebagaimana hasil penelitian dari

Irwansyah: 2002. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dengan peta konsep

siswa lebih dapat mengidentifikasi konsep-konsep, menemukan keterkaitan antara

konsep, mampu menyelesaikan soal-soal kimia yang relevan, selain itu motivasi

belajar, kegairahan, keaktifan siswa di kelas serta prestasi belajarnya semakin

meningkat pada pokok bahasan konsep mol, (Fauziatul: 2001).

Konsep kimia karbon merupakan salah satu pokok bahasan yang ruang

lingkup pembahasannya cukup luas dan memiliki keterkaitan antara konsep yang

satu dengan konsep yang lainnya. Selain itu waktu dibutuhkan untuk

menyampaikan materi secara keseluruhan relatif terbatas, sehingga dalam hal

banyaknya materi yang harus disampaikan memungkinkan sistem belajar siswa

sekedar menerima dan menghafal materi pelajaran. Hal ini menyebabkan

penguasaan konsep menjadi terlepas-lepas, tidak bermakna dan mudah dilupakan

oleh siswa, sehingga belajarnya tidak efektif. Oleh karena itu peta konsep

merupakan wujud pemetaan yang menggambarkan hubungan bermakna antara

konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi, sehingga peta konsep

merupakan implikasi dari belajar bermakna dan dapat digunakan sebagai salah

satu alternatif dalam mengajarkan ilmu kimia khususnya pada pokok bahasan

2
kimia karbon.

Strategi pengajaran seperti yang telah dijelaskan di atas masih kurang

ditemukan di SMA Negeri 6 Wajo. Secara umum metode mengajar yang sering

digunakan adalah metoda mengajar informatif dengan didominasi ceramah dan

diselingi tanya jawab, sehingga kegiatan belajar siswa kurang efektif dan efisien

serta kurang termotivasi untuk belajar mandiri.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian dan mengangkat judul : " Penerapan Strategi Pemetaan Konsep untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 6Wajo

(Studi pada Pokok Bahasan Kimia Karbon)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah

dalam penelitian ini adalah: "Apakah penerapan strategi pemetaan konsep pada

pokok bahasan kimia karbon dapat meningkatkan prestasi belajar kimia siswa

kelas XI MIA 2 SMA Negeri 6Wajo”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif penerapan

strategi pemetaan konsep terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas XI MIA 2

SMA Negeri 6 Wajo (Studi pada Pokok Bahasan Kimia Karbon).

D. Manfaat Penelitian

3
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar kimia pada bahasan

tertentu, khususnya pada pokok bahasan kimia karbon.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan dan

mengembangkan proses belajar mengajar melalui strategi pemetaan konsep.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran dengan Strategi Pemetaan Konsep

Gagasan para penganut konstruktivis merupakan dasar teoritis bagi

perbedaan antara belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar hafalan

(rote learning) menurut Ausubel dalam Munir (2003). Dalam belajar bermakna,

pengetahuan baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam

struktur kognitif. Bila dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep-konsep yang

relevan, pengetahuan baru dipelajari secara hafalan. Jadi, menurut Ausubel

penting bagi guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui para siswa sebelum

ia memulai suatu pelajaran. Novak dalam Munir, mengemukakan bahwa salah

satu yang dapat dilakukan adalah dengan pertolongan peta konsep, (Munir :

2003).

Sasaran utama strategi pemetaan konsep ialah untuk meningkatkan minat

dan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi serta

konsep-konsep mendasar dari bidang studi yang dipelajari, Amien dalam Munir

(2003). Strategi pemetaan konsep menekankan pemrosesan informasi sehingga

dapat membimbing siswa membentuk konsep, menginterpretasi data, serta dapat

mengaplikasikan prinsip dan mendorong siswa untuk dapat berpikir kritis.

5
Beberapa ciri peta konsep adalah sebagai berikut:

a. Pemetaan konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan

susunan atau organisasi suatu bidang studi.

b. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi yang

memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional (prinsip) antara konsep-

konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dan belajar dengan

cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-

konsep dan memperlihatkan gambar satu dimensi saja. Peta konsep bukan

hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga

hubungan antara konsep-konsep itu, seperti hubungan antara kota-kota dalam

peta jalan yang diperlihatkan oleh jalan-jalan besar, jalan kereta api, dan jalan-

jalan lainnya.

c. Merupakan cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua

konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep

yang lebih inklusif daripada yang lain. Misalnya konsep makhluk hidup lebih

inklusif daripada konsep tumbuhan atau hewan. Pada peta konsep, terlihat

bahwa konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga

sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh.

d. Peta konsep disusun secara hirarki. Pada peta konsep ialah tentang hirarki.

Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih

inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.

6
Langkah-langkah penyusunan peta konsep adalah sebagai berikut:

a. Memilih suatu topik/sub pokok bahasan, bacalah dengan saksama topik

tersebut

b. Menentukan konsep-konsep yang relevan

c. Mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke paling tidak

inklusif.

d. Menyusun konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dari konsep yang paling

inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif. Sedapat mungkin

ujung-ujung dari peta konsep adalah contoh.

e. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung.

f. Peta konsep telah selesai.

2. Prestasi Belajar Kimia

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seorang belajar, maka tentu saja

perlu melakukan pengukuran. Dengan mengukur prestasi belajar, maka seseorang

akan dapat mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan.

Secara umum prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah

mengalami belajar dalam suatu proses belajar mengajar yang dapat diukur. Dalam

proses belajar mengajar yang diawali dengan perencanaan yang sistematis dan

baik, sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengajar

atau individu yang belajar. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan atau

memperoleh prestasi belajar maksimal.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi diartikan sebagai hasil

yang telah dicapai yang telah dilakukan atau dikerjakan. Selanjutnya Tengku

7
Ramli (2006) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang

dicapai oleh seseorang dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan

tes standar sebagai alat ukur keberhasilan belajar siswa. Di sisi lain hasil belajar

merupakan indikator keberhasilan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar

dan merupakan gambaran penguasaan materi pelajaran yang bersangkutan

(Mulyono, 2003).

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka prestasi belajar kimia dapat

diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam bidang studi kimia

untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran setelah proses belajar

mengajar yang dapat diukur dengan tes prestasi belajar kimia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa banyak jenisnya,

tetapi secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Diantarnya adalah faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan.

b. Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar

siswa yang bersumber dari luar diri siswa. Di antaranya adalah faktor

keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto: 2003).

3. Pokok Bahasan Kimia karbon

Pokok bahasan kimia karbon merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan

di kelas XI dan kelas XIII pada semester dua. Khusus untuk kelas XI, uraian

materi kimia karbon mencakup kekhasan atom karbon, penggolongan senyawa

hidrokarbon, seisomeran dan reaksi hidrokarbon.

a. Kekhasan Atom Karbon

8
Atom karbon dalam sistem periodik unsur terletak pada periode 2

golongan IVA. Posisi tersebut baik periode maupun golongannya memberi

keistimewaan pada sifat karbon. Atom karbon memiliki empat elektron pada kulit

luarnya, sehingga untuk mencapai susunan elektron yang stabil susunan elektron

gas mulia memerlukan empat elektron lagi. Dengan demikian setiap atom karbon

dapat membentuk empat ikatan kovalen dengan atom lain. Yang merupakan

kekhasan atom karbon adalah kemampuan atom karbon untuk ikatan atom karbon

lainnya.

Kemampuan atom karbon mengikat karbon lainnya menyebabkan atom

karbon mempunyai empat macam kedudukan yaitu:

1) Atom C primer adalah atom C yang mengikat satu atom C lainnya.

2) Atom C sekunder adalah atom C yang mengikat dua atom C lainnya.

3) Atom C tersier adalah atom C yang mengikat tiga atom C lainnya.

4) Atom C kuarter adalah atom C yang mengikat empat atom C lainnya.

Atom karbon hanya memiliki 2 kulit atom sehingga jari-jari atom karbon

relatif kecil. Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dari

karbon dapat membentuk ikatan rangkap tiga.

Atom karbon juga dapat membentuk senyawa anorganik, salah satu

contohnya adalah senyawa karboksida. Senyawa karboksida terbentuk jika atom

karbon berikatan dengan logam dan oksigen. Contoh : K2CO3, CaCO3, NaHCO3.

b. Hidrokarbon

Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang hanya mengandung unsur

9
hidrogen dan karbon (CXIHY) senyawa hidrokarbon dapat digolongkan

berdasarkan struktur molekul dan kejenuhan ikatannya.

1) Penggolongan berdasarkan struktur molekul

a) Senyawa hidrokarbon alifatik

Senyawa karbon alifatik merupakan senyawa hidrokarbon dengan struktur

rantai karbon terbuka. Contoh: alkana, alkena dan alkuna.

b) Senyawa karbon alisiklik

Senyawa karbon alisiklik merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki

struktur rantai karbon tertutup. Contoh: Sklopropana (C3H6), siklobutana (C4H8).

c) Senyawa hidrokarbon aromatik

Senyawa hidrokarbon aromatik merupakan senyawa hidrokarbon yang

memiliki rantai karbon tertutup dan mengandung dua atau lebih ikatan rangkap

yang letaknya berselang-seling. Contoh: benzena dan toluena.

2) Penggolongan berdasarkan kejenuhan ikatan

a) Senyawa Hidrokarbon jenuh

Senyawa hidrokarbon jenuh mempunyai ciri antara atom C berikatan

tunggal (C – C). Contohnya: golongan alkana dan sikloalkana.

b) Senyawa Hidrokarbon tak jenuh

Senyawa hidrokarbon tak jenuh mempunyai ciri antar atom C ada yang

berikatan rangkap, yaitu ikatan rangkap dua (C = C) atau ikatan rangkap tiga (C

C). Contohnya: golongan alkena, alkuna dan aromatik.

c. Rumus dan Tata Nama Hidrokarbon

Telah dijelaskan bahwa senyawa alifatik terbagi menjadi tiga komponen,

10
yaitu: alkana, alkena dan alkuna.

1) Alkana

Senyawa alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh (ikatan antar atom

C hanya berupa ikatan tunggal). Senyawa alkana bersifat kurang reaktif dibanding

alkena dan alkuna. Oleh karena itu alkana dikenal juga dengan nama parafin.

Rumus umum alkana CnH2n+2 . Tata nama alkana menurut aturan IUPAC.

a) Tentukan rantai karbon terpanjang (rantai utama)

Rantai C yang lurus belum tahu merupakan rantai utama

b) Tentukan cabang-cabang alkil

Gugus alkil adalah alkana yang dihilangkan satu atom H-nya sehingga

memiliki rumus umum CnH2n+1 dan terikat pada rantai utama.

c) Pemotongan dimulai dari atom C yang mengikat gugus cabang.

d) Jika terdapat lebih dari satu rantai cabang yang sama, rantai cabang tersebut

diberi awalan sebagai berikut:

2 = di 5 = Penta 8 = okta

3 = tri 6 = heksa 9 = nona

4 = tetra 7 = hepta 10 = deka, dan seterusnya

e) Penulisan urutan gugus alkil berdasarkan abjad

Contoh:

Jika terdapat gugus alkil metil dan etil, urutannya adalah etil kemudian metil.

2) Alkena

Jika dibandingkan rumus molekul senyawa alkana (CnH2n+2) dengan rumus

11
molekul senyawa alkena (CnH2n) terlihat bahwa jumlah atom H pada senyawa

alkena dua atom lebih sedikit daripada senyawa alkana. Agar ikatan pada senyawa

alkena memenuhi ikatan oktet, senyawa tersebut harus membentuk ikatan rangkap

dua. Tata nama alkena:

a) Rantai karbon terpanjang harus melalui ikatan dua dan diberi akhiran -ena.

b) Penomoran untuk atom C nomor satu dilakukan dengan cara menempatkan

ikatan rangkap pada nomor terkecil.

c) Aturan penomoran lainnya seperti pada senyawa alkana.

3) Alkuna

Senyawa alkuna merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki

ikatan rangkap tiga pada struktur molekulnya. Jumlah atom H senyawa alkuna

empat atom lebih sedikit daripada senyawa alkana atau dua atom lebih sedikit

daripada senyawa alkena sehingga rumus umum senyawa alkuna adalah CnH2n-2.

Tata nama alkuna:

Cara penomoran atom C pada senyawa alkuna seperti penomoran pada senyawa

alkena tetapi akhiran -ena diganti dengan -una.

d. Hubungan Titik Didih dengan Massa Molekul Relatif

Ada dua faktor yang mempengaruhi titik didih suatu senyawa, yaitu ikatan

antara molekul dan massa molekul relatif (Mr).

1) Jika harga Mr semakin besar atau jumlah atom C semakin banyak, harga titik

leleh dan titik didih semakin besar.

2) Senyawa alkana yang memiliki rantai cabang memiliki titik didih dan titik

leleh yang lebih kecil daripada senyawa alkana yang memiliki rumus molekul

12
sama, tetapi memiliki rantai lurus dan tidak bercabang.

e. Keisomeran Hidrokarbon

Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus molekul yang sama (jumlah

atom sama), tetapi struktur molekulnya berbeda.

1) Keisomeran Alkana

Senyawa alkana hanya mempunyai isomer rangka karena golongan alkana

tidak mempunyai gugus fungsional.

Contoh : isomer butana (C4H8)

CH3 CH2 CH2 CH3 n — butana

CH3 CH CH3 isobutana


CH3

2) Keisomeran Alkena

Keisomeran Alkena dapat berupa isomer rangka, isomer posisi, isomer

fungsional dan isomer geometri.

Contoh:

CH2 C CH3 2 – metil propena


CH3

3) Keisomeran Alkuna

Keisomeran Alkuna dapat berupa isomer rangka, isomer posisi dan isomer

fungsional.

Contoh:

CH C–CH2–CH2–CH3 1 –pentuna

13
CH3–C C–CH2–CH3 2–pentuna

CH C – CH – CH3 3-metil-1-butuna
CH3

f. Reaksi Senyawa Hidrokarbon

1) Reaksi pada Alkana

Reaksi terpenting pada alkana adalah pembakaran, substitusi dan

perengkahan (cracking).

Contoh:

C3H8 + 5O2 → 3CO2 + 4H2O

Reaksi substitusi: klorinasi metana

CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl

Reaksi perengkahan

C14H30 → C7H16 + C7H14

2) Reaksi pada Alkena

Reaksi terpenting alkena adalah pembakaran, adisi dan polimerisasi

Contoh:

C2H4 + 3O2 → 2CO2 + 2H2O

Reaksi adisi

CH2=CH2 + H2 → CH3 – CH3

Reaksi polimerisasi

nCH2=CH2 → – CH2 – CH2 – CH2 – → (– CH2 – CH2 – )n

3) Reaksi pada Alkuna

14
Reaksi terpenting pada alkuna mirip dengan reaksi alkena

Contoh: reaksi adisi

CH CH + 2H2 → CH3 – CH3

B. Kerangka Berpikir

Unsur yang penting dalam proses belajar mengajar adalah tercapainya

tujuan pembelajaran yang ditetapkan, oleh sebab itu seorang guru perlu memilih

strategi pembelajaran yang tepat agar pembelajaran dapat berlangsung secara

efektif dan efisien. Selain itu pemilihan strategi mengajar diharapkan dapat

memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan, sehingga pada

akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.

Strategi pemetaan konsep adalah cara yang digunakan untuk menyatakan

hubungan fungsional antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi

yang disusun secara hirarki, ini berarti konsep yang lebih umum berada di puncak

disusul oleh konsep-konsep yang semakin khusus. Peta konsep pada dasarnya

adalah suatu teknik mengorganisasi atau menyusun informasi yang menunjukkan

keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep lainnya. Selain itu peta konsep

memberikan gamabaran pada siswa tentang materi yang akan diajarkan, sehingga

siswa tidak cenderung menganggap pengetahuan sebagai potongan-potongan

informasi. Peta konsep merupakan alternatif yang tepat dalam upaya membantu

siswa memahami konsep kimia secara utuh, meningkatkan motivasi belajar,

keaktifan dan kegairahan yang berujung pada peningkatan prestasi belajar. Materi

kimia karbon merupakan salah satu pokok bahasan yang ruang lingkup

pembahasannya cukup luas dan memiliki keterkaitan antara konsep yang satu

15
dengan konsep yang lainnya, oleh karena itu dengan penerapan strategi pemetaan

konsep merupakan salah satu alternatif yang sesuai dalam meningkatkan prestasi

belajar kimia siswa dan menjadikan proses belajar mengajar berlangsung efektif

dan efisien.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka berpikir, dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

"Penerapan strategi pemetaan konsep meningkatkan prestasi belajar kimia

siswa kelas XI SMA Negeri 6Wajo (Studi pada pokok bahasan kimia

karbon)”

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tahapan

pelaksanaan meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Wajo pada tahun ajaran

2014/2015 semester genap.

C. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 6

Wajo yang berjumlah 30 orang.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara bersiklus. Secara rinci

pelaksanaan penelitian untuk siklus I tindakan ini sebagai berikut:

Gambaran siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Menelaah kurikulum SMA Kelas XI mata pelajaran kimia.

b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi atau keadaan

siswa di kelas selama diadakannya model pembelajaran strategi pemetaan

konsep.

17
c. Guru mempersiapkan soal berupa soal essai yang dijadikan sebagai soal tugas

yang diselesaikan secara kelompok.

d. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal berdasarkan materi yang diberikan.

2. Tahap Tindakan

a. Menjelaskan materi sesuai dengan rencana pengajaran pada pertemuan yang

berlangsung secara klasikal selama kurang lebih 20 menit disertai dengan

contoh-contoh soal dan melibatkan siswa untuk menyelesaikan di papan tulis

b. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok kecil yang pembagiannya telah

disepakati bersama. Dengan kelompok yang dibentuk tersebut anggotanya

heterogen (ada yang pintar, sedang, kurang) yang jumlahnya 5 orang dan

kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor antara 1 sampai 5.

c. Kemudian guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk

diselesaikan secara bersama-sama. Pada saat diskusi siswa yang tergolong

berkemampuan tinggi harus mampu mengkoordinasi seluruh anggota

kelompoknya sehingga setiap siswa dalam sebuah kelompok betul-betul

memahami semua jawaban dari masalah yang diberikan, bukan hanya soal

yang sesuai dengan nomornya.

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan soal yang

diberikan dalam jangka waktu tertentu. Jika ada soal yang sulit, guru harus

membimbing siswa sampai kesulitannya dapat teratasi.

e. Guru mengundi kelompok mana yang akan mengerjakan soal pertama. Nama

dari setiap kelompok disimpan dalam suatu tempat dan diacak. Selanjutnya,

18
kelompok yang sudah naik mengerjakan soal di papan tulis, dikeluarkan dari

tempat undian sehingga kelompok yang lain juga mempunyai peluang untuk

mengerjakan soal yang lain.

f. Siswa dengan urutan pertama dari kelompok yang telah diundi melaporkan

hasil diskusi kelompoknya dan anggota kelompok lain yang bernomor sama

diberikan kesempatan untuk menaggapi jawaban dari kelompok tersebut,

dimulai dari kelompok yang berdekatan dengan kelompok yang naik

mengerjakan soal di papan tulis. Hal ini dilakukan sampai nomor terakhir.

g. Guru memberikan penilaian terhadap hasil laporan setiap kelompok.

3. Tahap Observasi

Observasi ini dilakukan pada saat guru melaksanakan proses belajar

mengajar. Guru mencatat hal yang dialami oleh siswa dan kondisi belajar siswa

berdasarkan lembar observasi siswa yang sudah disiapkan dalam hal ini perhatian,

dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

4. Refleksi

Merefleksi setiap hal yang diperoleh melalui observasi, menilai dan

mempelajari perkembangan hasil pekerjaan siswa pada akhir siklus I. Dari kedua

hasil inilah yang selanjutnya dijadikan acuan bagi peneliti untuk merencanakan

perbaikan dan penyempurnaan siklus berikutnya (siklus II) sehingga hasil yang

dicapai lebih baik dari siklus sebelumnya.

Gambaran siklus II

19
Tahapan-tahapan dalam siklus II sama dengan tahapan-tahapan pada

siklus I. permasalahan yang ditemukan dari hasil refleksi siklus I diperbaiki pada

siklus II.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber data

Sumber pengambilan data penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 2

SMA Negeri 6 Wajotahun pelajaran 2018 / 2019

2. Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu data kualitatif berupa

aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan data kuantitatif berupa hasil

belajar.

3. Cara pengambilan data

a. data hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes kepada siswa. Adapun tes

yang diberikan sebanyak 5 nomor pada setiap akhir siklus.

b. Data tentang aktivitas siswa pada saat pelaksanaan tindakan diambil melalui

lembar observasi.

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif dan kuantitatif. Untuk hasil observasi siswa dianalisis secara kualitatif

dengan memperhatikan sikap siswa selama mengikuti pelajaran, sedangkan data

hasil belajar dianalisis kuantitatif menggunakan statistik deskriptif. Data mengenai

ketuntasan belajar siswa dikategotikan berdasarkan acuan skor ketuntasan belajar

siswa SMA Negeri 6 Wajo pada tahun pelajaran 2018 / 2019

20
Tabel 2. Kriteria ketuntasan belajar Siswa SMA Negeri 6 Wajo tahun pelajaran
2018 / 2019

Tingkat penguasaan Kategori


67-100 Tuntas
0-66 Tidak tuntas

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil

belajar kimia siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Wajo melalui pembelajaran

Strategi Pemetaan Konsep. Menurut ketuntasan sekolah, apabila terdapat 67%

siswa yang mencapai skor minimal 67 maka kelas dianggap tuntas.

21
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Statistik Deskriptif

a. Karakteristik distribusi skor prestasi belajar kimia siswa pada Siklus I dan
Siklus II Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 6Wajo.

Hasil analisis statistik deskriptif dengan jumlah 31 item soal yang

berkaitan dengan skor variabel prestasi belajar kimia siswa kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4 :

Tabel 4. Distribusi skor prestasi belajar kimia siswa pada Siklus I dan Siklus II

Nilai Statistik
Statistik
Siklus II Siklus I
Skor Maksimum 31 31
Skor tertinggi 28 26
Skor terendah 17 15
Skor rata-rata 21,97 20,07

Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera pada tabel 3 di atas, diperoleh

gambaran umum tentang hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil

perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa siswa yang diberikan pelajaran

dengan menggunakan strategi pemetaan konsep pada siklus II mempunyai rata-

rata skor 21,97. Hasil belajar yang dicapai siswa berdistribusi dari skor terendah

17 dan skor tertinggi 28.

Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada siklus II mempunyai rata-rata

skor 20. Hasil belajar yang dicapai siswa berdistribusi dari skor terendah 15 dan

skor tertinggi 26. Hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada lampiran 14 / 15.

22
b. Karakteristik distribusi frekuensi dan persentase skor prestasi belajar kimia
siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Hasil analisis deskriptif yang berkaitan dengan frekuensi dan persentase

skor prestasi hasil belajar kimia siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Prestasi Belajar Siswa pada
Siklus I dan Siklus II

Siklus II Siklus I
Interval Tingkat
Kategori Persentase Persentase
Ketuntasan Frekuensi Frekuensi
(%) (%)
0 – 66 Tidak Tuntas 11 36,67 17 56,67

67 – 100 Tuntas 19 63,33 13 43,33

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel tersebut di atas, memperlihatkan

bahwa dengan penerapan strategi pemetaan konsep pada siklus II terdapat 11

orang siswa berada dalam kategori tidak tuntas dengan persentasei sebesar 36,67

%. Selanjutnya siswa yang berada pada kategori tuntas sebanyak 19 orang dengan

persentase sebesar 63,33 %.

Sedangkan pada siklus I terdapat 17 orang siswa yang berada pada

kategori tidak tuntas dengan persentase sebesar 56,67 %. Selanjutnya siswa yang

berada dalam kategori tuntas sebanyak 13 orang siswa dengan persentase sebesar

43,33 %. Hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada lampiran 14 dan 15

B. Pembahasan

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa siswa yang diberikan

pelajaran dengan menggunakan strategi pemetaan konsep pada siklus II

mempunyai rata-rata skor prestasi belajar sebesar 21,97. Hasil belajar siswa yang

dicapai berdistribusi dari skor terendah 17 dan skor tertinggi 28.

23
Prestasi belajar siswa pada siklus I mempunyai skor rata-rata prestasi

belajar sebesar 20,07. Hasil belajar siswa yang dicapai berdistribusi dari skor

terendah 15 dan skor tertinggi 26 dengan berpedoman pada pengategorian

ketuntasan belajar yang dicapai, maka dapat dikategorikan sebanyak 17 orang

siswa yang berada dalam kategori tidak tuntas dan persentase ketuntasan 36,67%.

Selanjutnya siswa yang berada dalam kategori tuntas sebanyak 13 orang dengan

persentase sebesar 43,33%. Ketuntasan belajar yang dicapai siswa pada kelompok

ini terdapat 11 orang siswa yang berada dalam kategori tidak tuntas dengan

persentase sebesar 36,67 %. Selanjutnya sebanyak 19 orang siswa yang berada

dalam kategori tuntas dengan persentase sebesar 63,33 %.

Dari hasil kedua pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa dengan

penerapan strategi pemetaan konsep, Prestasi belajar siswa pada siklus II lebih

tinggi dibandingkan pada siklus I, yang dapat dilihat pada tingkat ketuntasan

belajar yang dicapai siswa. Hal ini disebabkan karena strategi pemetaan konsep

adalah salah satu cara untuk membantu siswa dalam belajar dan membangun pola

pikir mereka secara terorganisir. Dengan peta konsep memperlihatkan keterkaitan

konsep antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.. Pada pokok

bahasan kimia karbon sehingga membantu siswa memahami konsep kimia secara

keseluruhan dan motivasi untuk belajar mandiri.

Dengan demikian penerapan strategi pemetaan konsep dapat

meningkatkan prestasi belajar kimia siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 6Wajo

(Studi pada pokok bahasan kimia karbon).

24
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis diperoleh persentase ketuntasan belajar siswa

pada siklus I 36,67 % dan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II 63,33

%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan strategi pemetaan konsep

pada pokok bahasan kimia karbon dapat meningkatkan prestasi belajar kimia

siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 6Wajo .

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis

menyarankan: strategi pemetaan konsep dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk menerapkan dan mengembangkan proses belajar mengajar

bagi guru di sekolah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ernavita. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Fauziatul F, dkk. 2001. Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan


Pemahaman Konsep Mol Siswa Kelas 1 SMU Laboratorium Malang.
Media Komunikasi Kimia. Nomor. 1 tahun 5. Februari, 2001: (59 – 69).

Irwansyah. 2002. Efektivitas Penggunaan Peta Konsep pada Pokok Bahasan


Ikatan Kimia bagi Siswa Kelas 1 SMU Negeri 1 Watangpone Kabupaten
Bone. Skripsi. Makassar: FMIPA UNM.

Jusniar. 2005. Peta Konsep “Suatu Strategi dalam Pembelajaran Kimia di SMU”.
Journal Chemica volume 2 No. 1 Juni, 2005: (30 – 37).

Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Munir Tanrere. 2003. Pengembangan Strategi Pemetaan Konsep untuk


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Ikatan Kimia. Journal Chemical
Volume 4 nomor 2. Desember, 2003: (31 – 39).

Nana Sutresna. 2004. Kimia untuk SMA Kelas 1 Semester 2 Jilid IB. Bandung:
Grafindo.

Omay Sumarna. 2005. Kimia untuk SMA Kelas XI. Bandung Regina.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).


Jakarta: Bumi Aksara.

Tengku Ramli. 2006. Pumping Student Memompa Prestasi Menjadi Sang


Bintang. Tangerang: PT. Kawan Pustaka.

26

Anda mungkin juga menyukai