Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang menuntut siswa

untuk menemukan dan mengetahui bagaimana cara memecahkan suatu masalah.

Adapun tujuan utama dari pembelajaran inkuiri yaitu membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan intelektual sehingga dapat memunculkan masalah

dan menyelesaikan masalah tersebut secara mandiri (Ngalimun, 2016).

Pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan peserta didik

untuk berpikir kritis dan analitis dalam memecahkan masalahnya secara mandiri

(Sanjaya, 2010). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang menuntut siswa berpikir

kreatif dan kritis dalam memecahkan masalahnya sendiri.

Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri utama menurut Sanjaya (2010) yaitu:

1. Pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswa yang maksimal siswa

bukan hanya sebagai penerima tetapi berperan untuk menemukan sendiri

tentang materi yang dipelajari.

2. Aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan dalam mencari dan menemukan

sendiri sehingga sikap percaya diri siswa dapat ditingkatkan.

3. Pembelajaran inkuiri dapat mengembangankan kemampuan berpikir secara

sistematis, logis dan kritis.

7
8

Ada tiga tingkatan pembelajaran inkuiri berdasarkan bentuk keterlibatan

siswa yaitu: 1) inkuiri terbimbing (guided inquiry), siswa mendapatkan bimbingan

dan arahan dari guru dalam proses pembelajaran. inkuiri jenis ini biasanya

diterapkan pada siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan model

inkuiri., 2) Inkuiri bebas (free inquiry), siswa diibaratkan seorang ilmuan. Siswa

merumuskan dan menyelesaikan masalahnya secara mandiri., 3) Inkuiri bebas

dimodifikasi (modified free inquiry), guru memberikan masalah kepada siswa

kemudian siswa memecahkan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi

dan prosedur pada pembelajaran berbasis inkuiri (Nurdyansyah, 2016).

Inkuiri terbimbing menguraikan bahwa guru memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada siswa untuk menemukan konsep dengan petunjuk seperlunya

berupa pertanyaan yang membimbing (Krissandi, 2018). Inkuiri jenis ini cocok

diterapkan untuk materi pembelajaran mengenai konsep-konsep atau prinsip-

prinsip mendasar suatu bidang ilmu (Amri dan Ahmadi, 2015). Pembelajaran

inkuiri terbimbing cocok untuk diterapkan pada materi yang berkaitan dengan

konsep-konsep atau prinsip-prinsip. Pada model ini guru memberikan bimbingan

dan arahan kepada siswa dalam melakukan proses inkuirinya. Adapun langkah-

langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing diuraikan dalam tabel 2.1.

Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inquiri terbimbing menurut

Al-Tabany (2014), yaitu:

1. Keunggulan

a. Pembelajaran ini menekankan pada pengembangan seluruh aspek secara

seimbang.
9

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri


Langkah-langkah Kegiatan

Orientasi Guru mengondisikan agar siswa siap


melaksanakan proses pembelajaran dengan
menjelaskan topik tujuan dan hasil belajar
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

Merumuskan masalah Guru memberikan masalah yang


mengandung teka-teki yang menantang.
Siswa merumuskan masalah berdasarkan
masalah yang disajikan.

Mengajukan hipotesis Guru mengembangkan kemampuan


membuat jawaban sementara (berhipotesis)
pada setiap anak dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk dapat merumuskan dugaan
sementara

Mengumpulkan data Mencari informasi yang diperlukan untuk


menguji hipotesis.

Menguji hipotesis Menentukan jawaban yang dianggap


diterima sesuai dengan data atau informasi
yang diperoleh

Merumuskan kesimpulan Mendeskripsikan temuan yang diperoleh


berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

(Sanjaya, 2010)

b. Pembelajaran ini memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai

dengan gaya belajarnya.

c. Pembelajaran ini diaggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern.

2. Kelemahan
10

a. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

b. Pembelajaran sulit direncanakan karena kadang berbentur dengan kebiasaan

siswa dalam belajar.

c. Memerlukan waktu yang cukup lama dalam pengimplementasian.

d. Jika kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi, maka tampaknya pembelajaran ini sulit di

implementasikan.

B. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada

guru (teacher center). Pembelajaran ini biasanya menerapkan metode ceramah,

tanya jawab dan pemberian tugas atau tugas rumah (PR). Sistem pengajaran

seperti ini akan menyebabkan siswa tidak dapat aktif dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran konvensional memberikan kegiatan rutin bagi siswa. siswa

menyimak penjelasan dari guru dalam memberikan contoh dan menyelesaikan

soal dipapan tulis kemudian meminta siswa mengerjakan tugas pada LKS.

Sehingga konsekuensi yang diterima siswa adalah siswa akan kesulitan

mengerjakan soal yang berbeda dengan soal latihannya (Susanto, 2013).

Pembelajaran konvensional menekankan bahwa guru mentransfer ilmu kepada

siswa dan sedangkan siswa sebagai penerima. Pembelajaran 70% guru ceramah

dan 30% siswa aktif (Gora, 2010).

C. Tinjauan Materi Pokok Larutan Penyangga

1. Alokasi Waktu
11

Materi Larutan Penyangga diajarkan dikelas XI MIPA 1 pada

semester genap dan diajarkan sebanyak 6 kali pertemuan. Dimana 6 kali

pertemuan untuk pemberian materi dengan alokasi waktu 2 x 45 menit

untuk setiap pertemuan.

2. Kompetensi Inti

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3. Kompetensi Dasar dan Indikator


Tabel 2.3. Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Larutan Penyangga
Kompetensi Dasar Indikator
3.12. Menjelaskan prinsip 3.12.1 Menjelaskan pengertian larutan
kerja perhitungan pH dan penyangga dan contonya
peran larutan penyangga 3.12.2 Membedakan larutan penyangga dan
dalam tubuh mahluk bukan penyangga
hidup. 3.12.3 Menjelaskan prinsip larutan
penyangga
3.12.4 Menghitung pH larutan penyangga
langsung
3.12.5 Menghitung pH larutan penyangga
tidak langsung
3.12.6 Menguraikan peranan larutan
penyangga dalam tubuh mahluk hidup
dan industri
4.12. Membuat larutan 4.12.1 Membuat larutan penyangga dengan
penyangga dengan pH pH tertentu
tertentu 4.12.2 Menjelaskan sifat-sifat larutan
penyangga
12

4. Materi Larutan Penyangga (Buffer)

a. Pengertian Larutan Penyangga (Buffer)

Larutan penyangga adalah larutan yang mengalami perubahan pH sangat

sedikit ketika ditambah sedikit asam maupun basa (Petrucci, 2008). Larutan

penyangga adalah semua larutan yang pH nya dapat dikatakan tetap dengan

adanya penambahan sedikit asam atau basa. Biasanya mengandung asam lemah

beserta basa lemah konjugasinya dalam konsentrasi yang hampir sama (Oxtoby,

2001). Larutan penyangga adalah larutan yang apabila ditambahkan sedikit asam,

basa, atau air tidak akan mengubah pH secara berarti (Syukri, 1999). Berdasarkan

uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa larutan penyangga adalah larutan yang

dapat mempertahankan pH dengan penambahan sedikit asam maupun basa.

b. Komponen larutan penyangga

Ada dua komponen yang diperlukan oleh larutan penyangga; salah satu

komponen dapat menetralkan asam, dan komponen lainnya mampu menetralkan

basa, namun kedua komponen tidak dapat saling menetralkan. Persyaratan

tersebut meniadakan campuran asam kuat dan basa kuat. Jadi penyangga biasa

dideskripsikan sebagai gabungan dari asam lemah dan basa kongjugatnya; basa

lemah dan asam konjugatnya (Petrucci, 2008).

c. Pembuatan larutan penyangga

Larutan penyangga (buffer) dapat dibuat dengan menambahkan asam asetat

(CH3COOH) dan natrium asetat (CH3COONa) dalam jumlah yang sama kedalam

air. Konsentrasi kesetimbangan baik asam maupun basa konjugatnya di asumsikan

sama dengan konsentrasi awalnya. Hal ini dikarenakan; 1. CH3COOH adalah


13

asam lemah dan hidrolisis CH3COO- sangat kecil dan 2. Keberadaan ion

CH3COO- menekan ionisasi CH3COOH dan keberadaan CH3COOH menekan

hidrolisis ion CH3COO. Larutan yang mengandung kedua zat ini mampu

menetralkan asam atau basa yang ditambahkan. Natrium asetat, suatu elektrolit

kuat terionisasi sempurna dalam air.


+¿ ¿
−¿+Na( aq) ¿
CH 3 COONa(s )H O CH 3 COO
2

Jika yang ditambahkan adalah asam, ion H+ akan dikonsumsi oleh basa

konjugat dalam buffer CH3COO-, berdasarkan persamaan


CH COOH
CH 3 COO−¿ + H +¿→ 3 ¿
( aq ) (aq )
(aq)
¿

Jika yang ditambahkan kedalam sistem buffer adalah basa, ion OH- akan

dinetralkan oleh asam dalam buffer:


−¿
−¿ →CH 3 COO (aq)+ H 2O(l) ¿ ¿
CH 3 COOH (aq )+ OH (aq)

Kapasitas buffer yaitu keefektifan larutan buffer bergantung pada jumlah asam

dan basa konjugat yang menyusun buffer tersebut. Semakin besar jumlahnya

semakin besar kapasitas buffernya (Chang, 2005).

d. pH larutan Penyangga

1) pH penyangga asam

Pada sistem penyangga asam, kesetimbangan antara asam lemah (HA)

dengan basa konjugatnya (A-) terjadi melalui persamaan reaksi berikut


+ ¿¿
−¿+H (aq) ¿
HA≤¿ A (aq )

Sistem kesetimbangan inilah yang berpengaruh terhadap pH larutan. Oleh

karena itu, jika larutan asam lemah HA dicampur dengan larutan garam MAn
14

(mengandung basa konjugat A-), dalam campuran ini akan terjadi ionisasi

sebagian dari HA dan penguraian sempurna MAn menjadi ion-ion nya.


−¿ ¿
+¿+ A(aq) ¿
Asam lemah : HA (aq) ↔ H (aq)
−¿ ¿
n+¿+nA (aq) ¿
Garam MAn : MA n (aq) → M

Dalam sistem ini hanya sedikit HA yang terurai H + dan A-. karena adanya

tambahan A- dari garam MAn yang terurai sempurna maka ¿. Hal ini juga

dikarenakan adanya pengaruh ion senama ¿ dari garam MAn yang menyebabkan

terjadinya pergeseran kesetimbangan kearah kiri sehingga asam lemah HA makin

sulit terurai.

¿¿

¿¿

¿¿
+¿¿
−¿+ H( aq) ¿
HA (aq) ↔ A ( aq)

pH=−log ¿ ¿

2) pH penyangga basa

Untuk penyangga basa mengandung basa lemah BOH dan asam konjugat

B+, maka (analog dengan sistem penyangga asam) dalam sistem kesetimbangan

diperoleh persamaan sebagai berikut:

BOH (aq ) ↔ B +¿ −¿
( aq ) (konsentrasibasa konjugat)+OH (aq) ¿ ¿

Kb=¿ ¿

¿
15

e. Aplikasi larutan penyangga (buffer)

Cairan intrasel dan ekstrasel dalam organism hidup mengandung pasangan

asam basa konjugasi yang berfungsi sebagai buffer pada cairan tersebut. Buffer

dalam sel yang utama adalah pasangan asam basa konjugasi dihidrogen fosfat,

monohidrogen fosfat, H2PO4- - HPO42-. Buffer luar sel yang utama adalah

pasangan asam basa konjugasi asam karbonat-bikarbonat H2CO3-HCO3. Sistem

buffer yang kedua manjaga agar pH darah hampir konstan mendekati 7,4 (Keenan,

1984).

Sistem buffer (larutan penyangga), biasanya ditemukan pada darah manusia,

pH darah manusia harus dipertahankan pada pH 7,4. Mempertahankan pH dalam

tubuh seseorang merupakan suatu hal yang sangat penting terutama jika dikaitkan

dengan fungsi enzim yang bergantung pada pH. Sakit parah atau kematian dapat

diakibatkan pH yang tidak menetap sekalipun hanya berbeda sepersepuluh dari

nilai normalnya. Darah manusia mempunya kapasitas buffer yang sangat tinggi.

Penambahan 0,01 mol HCl dalam 1 liter darah menurunkan pH hanya

menurunkan pH dari 7,4 hingga 7,2 (Petrucci, 2008).

D. Kerangka Berpikir
Ilmu kimia adalah ilmu yang memiliki karakteristik: sebagian besar

konsepnya sederhana, berjenjang dan terstruktur oleh karena itu terdapat

hubungan antara satu konsep dengan konsep lain. Sebagian besar konsep

pembelajaran kimia diperoleh dari hasil percobaan.


16

Faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa meningkat adalah motivasi.

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku,

artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi terarah dan

bertahan lama. Motivasi yang ada dalam diri seseorang dapat memberikan

dorongan untuk tetap belajar kimia walaupun itu sulit.

Solusi atas permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu siswa

untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan motivasi belajar. Motivasi

belajar peserta didik dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran inkuiri.

Model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik

pada materi asam basa (Rahmawati dan Abdul, 2014). Selain itu hasil penelitian

Anggareni (2013), bahwa pembelajaran inkuiri memberikan hasil bahwa siswa

memiliki kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pembelajaran lansung. Penelitian mengenai peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan model inkuiri juga dilakukan oleh

Wulandari (2013), bahwa keterampilan berpikir kritis siswa meningkat dengan

menggunakan pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing.

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir maka peneliti berhipotesis bahwa:

“Ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar

peserta didik kelas Xi MIPA 1 SMAN 6 Wajo pada materi larutan

penyangga.”

Anda mungkin juga menyukai