Anda di halaman 1dari 57

MATERI KEPENULISAN

BY: ZYLAN AGATHA


Tema: 30 (Tiga puluh) dasar kepenulisan.

1. Dasar-Dasar Menulis

Penulis pemula HARAP DIBACA!

Meskipun kalian pemula dan banyak anak-anak di sini, harusnya mulai memerhatikan kaidah
kepenulisan.

1. Jangan menyingkat kata. Setidaknya:


aq -> aku
qt -> kita

Kalau terlalu disingkat, nggak enak dibaca, lho! Kadang juga singkatan ini jadi salah paham yang baca.
Nah, supaya cerita kalian rapi dan semakin banyak yang suka, jangan lagi menyingkat kata, ya.

2. Hilangkan emotikon/emoji. Ini cerita, Sayang. Bukan status Facebook kamu. Jangan pakai emoji apa
pun bahkan sekedar pacman (:v). Selain menghancurkan feel tulisan, yang baca pun berantakan jadinya.
Mulai sekarang belajar jangan pakai emoji, ya.
3. Percakapan pakai apa, Kak kalau nggak pakai emoji? Pakai tanda petik, Beb. Seperti ini:
"Tadi aku lihat hantu!" kata Albert.

"Di mana?" Fitri pun ketakutan, ia melihat sekeliling dengan rasa penasaran.

"Di belakangmu!"

Nah, kalau kayak gini:

Albert : ada hantu


Fitri : di mana?
Albert : di belakangmu

Itu salah, ya. Salah banget. Tanda petik dua (:) itu dipakai untuk di naskah drama aja. Ini 'kan karya
sastra, jadi aturan bakunya pakai petik dua ("). Paham, ya? Yuk, diubah.

4. Tanda baca. Nah, kebanyakan di sini banyak salah tanda bacanya. Berantakan banget. Termasuk
tanda titik yang boros dan tanda koma tidak sesuai tempat. Salsa kasih contoh yang benar, ya!

Aku merasa sedih.... Karena teman hantuku itu pergi,, padahal dia baik dan sopan padaku..❌

Aku merasa sedih(,) karena teman hantuku itu pergi(.) Padahal di baik dan sopan padaku(.)✔

Nah, tanda baca CUKUP SATU. Jangan banyak-banyak, ya.

5. Setelah tanda baca, beri spasi. Jangan dempet. Contohnya:


Aku pasrah dengan takdir ini,mata batin yang terbuka membuatku menderita.meskipun begitu aku harus
bersyukur.❌

Aku pasrah dengan takdir ini, mata batin yang terbuka membuatku menderita. Meskipun begitu aku harus
bersyukur.✔

Nah, lebih enak dibaca yang mana? Yang kedua, 'kan? Yuk, diubah.

6. Huruf kapital. Pasti di sekolah sudah diajarkan sedikit tentang kapital, 'kan? Nama orang dan tempat
kapital. Awal kalimat dan setelah tanda titik itu kapital. Jangan lupa!
7. Beri paragraf atau jarak. Misalnya:
Kalimat
Kalimat
Kalimat
Kalimat

Kalimat
Kalimat
Kalimat
Kalimat

Kalimat
Kalimat
Kalimat
Kalimat

dan seterusnya. Jadi, enak dibaca, gak pusing, dan lebih bagus tentunya.

8. Nggak bisa nulis panjang, Kak jadi disingkat. Jangan pakai Facebook Lite. Memang terbatas. Pakai
Facebook biasa yang warna biru. Itu muat ribuan kata. Kalau belum ada kuota, lanjutkan di kolom
komentar atau dijadikan part saja. Lebih baik pendek tapi rapi daripada panjang tapi berantakan.
Udah paham? Kalau belum tanya aja, pasti dijawab dengan senang hati.

2. Materi kedua penulisan Dialog

😎 Materi Kepenulisan 🤩
*PENULISAN DIALOG*

Kali ini saya mau memberi materi kepenulisan seputar dialog. Kebanyakan di sini masih salah dan belum
paham cara menulis dialog yang benar dan sesuai PUEBI. Yuk, langsung aja disimak supaya tulisan
kalian semakin enak dibaca.

1. Menggunakan Tanda Kutip Dua (")


Wajib pakai tanda ini, ya, Guys.

"Aku sakit," kata Alia.✔

Untuk dialog dalam chat atau telepon, kita sepakat pakai kurung siku ([])

[Halo, kamu di mana?]✔


[Di hatimu, eaaaak!]✔

2. Dialog Tag
Frasa dialog tag sebelumnya memakai TANDA KOMA, dan frasa TIDAK KAPITAL. Contoh:

"Aku benci dia." Kata Dina.✖

"Aku benci dia(,)" kata Dina.✔

"Mau apa?" Tanya Dila.✖

"Mau apa?" tanya Dila.✔

"Pergi!" Seru Arian.✖

"Pergi!" seru Arian.✔

Mengapa harus memakai tanda koma, Kak? Karena frasa 'kata', 'tanya', dan 'seru' masuk dialog tag.
Jadi, harus pakai koma dan jangan kapital, ya.

Berikut jenis frasa dialog tag lain:

✔Netral

kata, ucap, ujar, cetus, tutur, ungkap, tandas, tanya, sapa, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta

✔Netral sebagai respon

balas, jawab, sahut, terang, jelas, sela, tukas, potong

✔Memuat nada emosi


caci, cerca, sindir, ejek, hina, cela, kelakar, dan canda

✔Nada emosi tinggi

jerit, teriak, seru, raung, dan sergah

✔Nada emosi rendah

lirih, bisik, dan gumam

3. Dialog Aksi atau Bukan Dialog Tag


Nah, kalau dialog aksi pakai tanda apa, Kak? Dialog aksi artinya SELAIN DARIPADA FRASA DIALOG
TAG DI ATAS. Jadi, harus pakai tanda titik dan WAJIB KAPITAL. Contoh:

"Aku rindu." dia menangis di hadapanku.✖

"Aku rindu." Dia menangis di hadapanku.✔

"Kamu di mana?" tangannya bergetar.✖

"Kamu di mana?" Tangannya bergetar.✔

Lihat perbedaannya, 'kan? Intinya selain daripada frasa dialog tag di atas, penulisan dialog pakai titik
dan kapital.

3. PARTIKEL DI- DAN KE-

Penulis Pemula WAJIB BACA!

Saya mau sharing tentang kesalahan yang paling sering dilakukan penulis pemula. Ini juga berguna buat
kalian yang mau menulis artikel, karya non-sastra, atau karya sastra.
Tentang partikel di-. Yang harusnya pisah, malah digabung. Yang harusnya gabung, malah dipisah. Apa
aja itu?

1. Partikel di-

🍀Jika menunjukkan kata tempat, wajib dipisah. Rumusnya di- + kata tempat = pisah.

Di mana
Di rumah
Di sini
Di sana
Di kafe
Di rumah sakit
Di samping
Di bawah
Di taman

🍀Jika menunjukkan kata kerja, harus digabung. Rumusnya di- + kata kerja = gabung.

Dimakan
Dibuang
Dijilat
Dibunuh
Diminum
Dimanfaatkan
Dicairkan
Dihancurkan
Dirasakan

3. Partikel ke-

🍀Jika menunjukkan kata tempat, harus dipisah. Rumusnya ke- + kata tempat = pisah.
Ke rumah
Ke mana?
Ke sini
Ke depan
Ke belakang
Ke taman
Ke kafe
Ke China
Ke Hongkong

🍀Untuk kata kerja, jarang digunakan karena termasuk kata tidak baku dan tidak dianjurkan. Seperti:

Kemakan
Kebuang
Keciduk

Jadi, lebih baik diganti menjadi:

Termakan
Terbuang
Terciduk

4. PENGGUNAAN ELIPSIS
Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang terputus-putus atau menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat ada bagian yang dihilangkan. Biasanya dalam kutipan langsung.

Aturannya:

1. Sebelum dan sesudah tanda titik, wajib pakai spasi. Jangan dempet, ya, Guys!

Mungkinkah... dia mencintaiku?✖

Mungkinkah ... dia mencintaiku?✔


2. Elipsis tengah tiga titik (...), elipsis akhir empat titik (....). Kenapa empat? Yang tiga sebagai elipsis,
yang satu sebagai tanda titik penutup kalimat. Jadi, setelah tanda elipsis empat, harus kapital, ya.

Tiba-tiba....✖

Tiba-tiba ....✔

Oh .... aku tidak merasa begitu.✖

Oh .... Aku tidak merasa begitu.✔

3. Setelah tanda elipsis tiga (...) jangan kapital kecuali nama orang atau tempat.

Bagaimana ... Hati bak teriris.✖

Bagaimana ... hati bak teriris.✔

Namaku ... Andriana.✔

Hotelnya bernama ... Alisha?✔

4. Elipsis dialog tag pakai tiga titik ditambah satu tanda baca frase dialog tag.

"Aku harus pergi ...," ucapnya sendu.✔

"Ke mana ...?" tanyanya malas. ✔

"Pergi, aku muak ...!" bentaknya emosi.✔

"Aku benci ...." Ia menggenggam kedua tanganku.✔

Dialog terakhir itu elipsis + dialog aksi jadi kapital.

Saran:
Jangan terlalu banyak memakai elipsis, ya. Gunakan hanya ketika dialognya terjeda atau terpotong.
Kalau masih bisa diganti memakai tanda koma, jangan pakai elipsis.

Oh ... ternyata dia begitu.

Lebih baik diganti menjadi:

Oh(,) ternyata dia begitu.✔

5. Flashback On Off

Penulis pemula yang baru berkecipung di dunia Kepenulisa belum paham betul tata cara kepenulisan
yang benar. Salah satunya suka menyertakan kata-kata flashback on off jika akan menceritakan masa
lalu. Emangnya salah, Kak? 'Kan banyak yang pakai begitu juga? Salah, sih nggak, tapi kalau sudah
naik cetak, editor akan babat habis-habisan.

Jadi, kalau mau menerangkan flashback atau masa lampau, cukup menyertakan tanda tiga bintang (***)
sebagai alih adegan. Terus, gimana pembaca bisa tau kalau itu adegan flashback? Caranya, kamu bisa
menggunakan konjungsi temporal, atau susunan kata supaya terkesan kembali ke masa lalu. Sebagai
contoh:

Aku melamun memikirkan sesuatu. Sembari menatap keindahan alam di luar sana, terbesit rasa rindu
yang luar biasa pada masa kecil. Entahlah, menjadi dewasa ternyata tidak menyenangkan. Banyak
tanggung jawab dan beban. Kalau begini lebih baik aku menjadi anak-anak saja selamanya.

***

Bruk!

"Huaaaa! Saaakiiit!"

"Lho, kok bisa jatuh, sih?" tanya Mama dan membantuku berdiri. Namun, luka di lutut sangat pedih,
berdarah ternyata. Maklum aku tidak hati-hati ketika bermain.
"Ambilin kotak P3K dulu, Bi," pinta Ma kepada Bi Atun—asisten rumah tangga kami.

"Ini, Nyonya."

Usai diobati, aku melamun sebentar melihat teman-temanku bermain. Lutut yang masih nyeri membuatku
tak bisa berjalan sekarang. Ah, ada baiknya aku duduk diam sembari makan es krim saja.

***

Lamunanku pecah karena seseorang mengetuk pintu dengan keras. Siapa dia? Mengganggu saja.

6. Opening Menarik

_Tips Meraup Pembaca_

Pernah ngeluh karena pembaca gak naik-naik? Atau like dikit banget? Mungkin isinya sudah bagus, tapi
JUDUL DAN OPENINGNYA kurang menarik atau monoton. Kok bisa? Ngaruh emang? Banget, itu yang
membuat pembaca tertarik.

Strateginya, pertama kalian harus masuk ke grup komunitas yang ramai anggota. Grupnya aktif, banyak
postingan masuk setiap hari. Like ribuan, komennya juga banyak. Sebagai contoh KBM atau KCCI. KBM
hampir 1 juta member, KCCI hampir 700k member. Jadi, apa gak bisa raup minimal 1k like aja dalam 24
jam?

Saya gak ngajarin kalian berpatok sama like. Cuma memberi tips supaya cerbung kalian ramai.

Kedua, baca-baca cerita yang disukai pembaca, yang ramai atau sesuai selera pasar. Lihat cara mereka
menyisipkan opening di prolog atau part 1. Lihat juga pemilihan judul yang membuat pembaca
penasaran.

Sebagai contoh, KBM didominasi oleh emak-emak. Otomatis cerita yang ramai seputar rumah tangga,
pelakor, suami selingkuh, ipar ulat bulu, atau tetangga nyinyir. Ada yang horor tapi backround-nya gak
lepas dari rumah tangga.
KCCI, dominan anak-anak remaja, adminnya rerata sudah berkeluarga. Jadi, kalau kalian berbakat di
genre fiksi remaja (percintaan) atau nikah muda, kirimnya ke sini aja. Kenapa? Buktinya saya kirim Cinta
Keyra, alhamdulillah banyak responnya.

Ketiga, mulailah menyusun opening yang menarik. Hindari pembukaan yang klise seperti awal bangun
pagi, atau nabrak cogan, atau apa pun yang sudah membosankan. Kalian bisa langsung ke dialog atau
konflik karena pembaca gak suka basa-basi.

"A-apa? Menikah?"

Syela membulatkan mata, menikah di usia 17 tahun? Bukankah terlalu dini?

Itu salah satu contoh opening yang sekiranya menarik pembaca. Ingat, tema boleh sama tapi alur dan
konflik harus beda!

Keempat, cobalah mencari judul yang menarik. Usahakan jangan terlalu panjang, cukup dua/tiga kata.
Misalnya #Derita_Istri_Kedua. Atau #SuamikuPsikopat. Pembaca Indonesia itu ciri khasnya adalah, suka
judul yang kontroversi dan sederhana tapi memikat hati. Kalau mau judul pakai bahasa Inggris bisa, pas
jadi novel aja.

Misalnya judul di grup #IstriKecilku, di novel ganti judul #MyLittleWife.

Kelima, mulai menulis. Cari tempat tenang, tulis apa yang ada di pikiran. Editnya nanti aja belakangan.
Yang penting si ide gak hilang.

Keenam, bismillah, kirim ke grup. Jangan lupa selipkan akun Wattpad di akhir cerita. Ramah ke pembaca,
balas komentar mereka. Kalau gak bisa/kebanyakan, cukup react love aja. Kalau saya sendiri tergolong
manusia paling judes jadi jangan ditiru (😳)

Ketujuh, panggil teman untuk minta kritik saran. Jangan sombong kalau udah di atas, ya. Ntar Allah cabut
kenikmatannya, itu periiih banget atuh. Nauzubillah, ya. Enak-enak menikmati keberhasilan, eh jatoh
(😒)
Kedelapan, jangan merasa PUAS! Latih terus menerus. Di atas langit masih ada langit. Anggap saja
pencapaianmu sekarang itu belum seberapa. Ibarat bayi yang baru belajar merangkak. Belum ada apa-
apanya, masih harus belajar dan belajar.

Kesembilan, semoga sukses dan saya harap di grup ini harus punya minimal 1 novel solo sendiri. Aamiin
....

7. Jangan Memaksa Diri Menulis Cerita Pasar

Di Wattpad pasti banyak trending cerita yang ramai, disukai orang banyak, bikin baper, viewers jutaan,
bahkan sampai jadi film. Contohnya saja cerita bergenre teenlit atau fiksi remaja yang rata-rata
mengangkat tema percintaan; entah itu masa SMP atau SMA. Sebut saja novel Darka, Destin, badboy
badgirl, most wanted, atau ketua geng. Sudah banyak mungkin, hampir beribu-ribu cerita mengangkat
tema yang sama. Tidak salah kalian mencoba genre ini, tapi jangan dipaksa jika tidak bisa.

Kenapa?

Misalnya, si A bisa genre horor tapi minim di romance. Akhirnya dia mencoba genre percintaan, susah
payah dia menghidupkan cerita. Namun, sayang, kurang diterima pembaca. Datarlah, alur terlalu basilah,
atau dialog kaku. Dia menyadari bahwa genre yang dia bisa hanya horor, romance remaja tidak mampu.
Ketika ia memaksa menulis percintaan, seperti kurang penjiwaan dalam tulisannya. Seperti bukan dia
lagi, keluar dari ciri khasnya menulis horor.

Memang bagus kita mencoba keluar dari zona nyaman. Tak apa mencoba genre lain selain yang kita
bisa. Tetapi, jangan terlalu memaksakan diri hanya karena ngelihat cerita itu ramai, banyak peminatnya,
lantas ikut-ikutan. Tak masalah jika banyak riset, alur logis dan bagus. Kalau nulisnya asal? Ibarat
nyontek karya orang lalu nulis ulang? Jangan, lebih baik jangan.

Tulis apa yang menjadi bakatmu saat ini. Sampai pembacamu sadar kamu punya ciri khas yang aduhai.
Sampai kamu bisa menerbitkan sebuah buku. Kelak, ketika karyamu banyak, pembaca yang benar-
benar suka karyamu akan mencari novel-novel terdahulu. Dia akan bertanya, mana karya Kakak yang
lainnya? Apa masih tersedia? Aku mau baca karena suka genre ini.

Lalu, cara menentukan genre yang kita bisa bagaimana, Kak?

Kalau saya pribadi, menulis di grup komunitas. Saya tulis semua genre. Mau tema rumah tangga
(pelakor, selingkuh, atau ipar gatel wkwk), genre teenlit remaja, persahabatan, fantasi, bully-an, juga
horor. Apa yang terjadi? Tidak ada yang ramai selain ketika saya menulis cerita horor. Rerata hanya
ratusan like, bahkan ada yang hanya 50 like. Sedangkan horor tembus 2k like ketika itu.

Otomatis saya merasa, ah ternyata genre horor adalah bakat yang dikembangkan. Genre lain kurang
menguasai. Dilihat dari respon pembaca kayaknya gak cocok saya nulis romance. Meskipun tidak selalu
like menjadi patokan cerita itu bagus atau tidak, relatif.

Nah, jadi saran saya di sini, be your self. Jadilah diri sendiri. Jangan nulis hanya karena ikut-ikutan.
Teruntuk penulis pemula, banyak membaca, terbuka pada kritik saran, belajar materi menulis. Tulisan
yang rapi dan alur yang beda dari biasanya, pasti banyak yang suka.

"Tidak ada karya yang jelek, semua hanya tergantung selera pembaca."

8. PENGGUNAAN HURUF KAPITAL

1. Sebagai Huruf Pertama pada Kalimat

✅ (M)ereka telah meninggalkan kampung setelah Merapi meletus.

2. Sebagai Huruf Awal Gelar Keturunan atau Gelar Agama

✅ (S)unan Amangkurat II

✅ (P)aus Yohanes Paulus

Apabila gelar tidak diikuti nama orang dan tidak berada di awal kalimat, maka penulisannya tetap diawali
dengan huruf kecil.

✅ Banyak (p)angeran yang pergi meninggalkan istana.

3. Sebagai Huruf Awal Gelar Jabatan

✅ (P)residen Joko Widodo

Apabila tidak diikuti nama orang dan tidak berada di awal kalimat, maka penulisannya tetap diawali
dengan huruf kecil.
✅ Pekan depan ada kunjungan (b)upati di kampungku.

4. Sebagai Huruf Awal Nama Jabatan atau Institusi

✅ Rapat dipimpin oleh (D)irektur Bank Indonesia.

Huruf kapital tidak digunakan untuk jabatan yang tidak merujuk nama orang, instansi, atau tempat.

✅ Banyak orang bercita-cita menjadi (m)enteri.

5. Sebagai Huruf Awal Nama Orang


Huruf kapital selalu digunakan sebagai huruf awal nama orang, contoh: Helena Wulandari, Seno Gumira,
Aji, Wendaka. Terdapat beberapa pengecualian huruf kapital sebagai berikut:

a. Penulisan kata binti atau bingung dalam sisipan nama orang ditulis dengan huruf kecil.

✅ Hasan bin Muhammad

✅ Fatimah binti Ali Mahmuddin

b. Penulisan sisipan pada bentuk bahasa lain di antara nama juga ditulis dengan huruf kecil.

✅ Vasco da Gama

✅ Alexander van Humbold

c. Huruf kapital tidak digunakan untuk nama yang telah menjadi ukuran jenis atau volume tertentu.

✅ 300 ampere

✅ mesin diesel

6. Sebagai Huruf Pertama dalam Kalimat Kutipan Langsung

✅ "(L)usa kita harus bertemu," kata Agatha.


✅ "(A)pa yang sedang kaupikirkan?" tanya Zylan.

7. Sebagai Huruf Pertama dalam Penulisan Judul Naskah

✅ MAHIR BERBAHASA INDONESIA

✅ Lelaki yang Kucemburui Masa Lalunya

8. Sebagai Huruf Awal Setiap Kata dalam Penulisan Sub Judul

✅ Tanda Baca

✅ Jenis Kata Gramatikal dan Leksikal

***

Sumber: Buku Induk Mahir Bahasa Indonesia


9. Dialog Hiks

Untuk pembuka, kita langsung ke unek-unek aja. Pernah nggak, sih kalian enak-enak baca cerita yang
bagus, alurnya mengalir, eh jadi hilang selera karena di dialog ada kata 'HIKS'? Kalau iya, kita satu
server. Meskipun nggak semua orang merasa terganggu, tapi bagiku itu merusak feel ke hati pembaca.
Kok bisa?

Kata 'hiks' termasuk bunyi-bunyian, 'kan? Suara orang terisak atau menangis sesenggukan. Nah, sangat
kurang indah dibaca bila diletakkan dalam dialog, sejajar dengan perkataan tokoh. Lebih baik, kata 'hiks'
dijadikan narasi aja. Selain lebih terdeskripsi, feel ke pembaca juga lebih dalam. Contoh:

"Papa jahat, hiks. Kenapa kayak gini, hiks. Bukannya aku juga anak papa? Hiks hiks hiks," kata Dian. ❌

Kita ubah menjadi:

"Papa jahat! Kenapa jadi begini, sih? Bukannya aku juga anak papa?" kata Dian sambil menangis
sesenggukan/terisak. Bulir-bulir air mata berlomba-lomba membasahi pipinya. Jika teman-temannya
menangis karena cinta, ia justru sakit karena pertengkaran orang tua.
Nah, bandingkan. Lebih mendalam yang mana? Usahakan juga kalau buat dialog, sertai aksi tokoh
supaya gak monoton.

Okey?

Anak grup ini yang ketahuan pake HIKS auto STRAP!

10. Mengatasi Mood Ambyar

Ni yang nulis lagi mode gesrek. Bahasanya lu gw gak papa kan wkwk. Sekarang gw bakal bahas cara
mengatasi mood ambyar pas nulis. Lu lu semua di sini pasti jengkel bet kalo udah lancar ide tapi mood
kayak tai kucing wkwk.

✅ Stop nulis dulu. Rehat. Maybe otak lu lagi capek gegara mikirin mantan. Or berharap pada yang tidak
pasti. Itu capek banget sumpah! Simpen HP-nya, tarek napas panjang-panjang, hembuskan.

✅ Lu bisa minum cokelat panas, bermain tic tac toe, menyelesaikan puzzle—

Ralat maap -____-

Lu bisa minum cokelat hangat, makan cemilan, minum teh buat menenangkan otak bentar.

✅ Mandi air hangat juga enak, kalo ada baskom noh lu bisa berendam, wkwk!

✅ Tau gak. Kebanyakan online sosmed terkhususnya Facebook itu membuat kita gampang depresi.
Mending vakum aja sementara terus lanjut nulis di Wattpad.

✅ Jalan-jalan keluar. Ini cara yang ampuh banget. Pas jalan gw ngehalu soalnya 🙈

✅ Baca-baca cerita lain yang lu suka.


✅ Atur waktu nulis, misal:

400 kata pagi hari


300 kata siang hari
Sisanya malam

Jadi sehari dapat 1000-1500 kata.

Dah itu aja saran gw. Gak tau mau ngemeng apalagi, laper, home alone pula. Babay, love you readers .
Inside Me up nanti malem. Sarah file lenyap jadi minta ke editor dulu. Mayang up taun gajah.

11. Opening Bangun Pagi? NO!

No, please ... jangan lagi. Cukup mereka-mereka yang tidak tau, kalian ketahuan buat opening bangun
pagi nabrak cogan auto geplak pake sutil! 😡

Kenapa, sih? Harus bangun pagi, dibangunin mama atau oma, terus dijawab nanti-nanti masih ngantuk.
Terus liat jam, panik, buru-buru, disuruh sarapan (orang tuanya maniiisss banget, makan dulu, Sayang.
Elah boro-boro gitu gue makan gak makan emak oh aja 😒). Terus karena gak sempet minum susu aja
atau makan roti sesuap. Habis itu buru-buru keluar rumah.

Pakai mobil atau diantar sama supir, maklum orang terkaya nomor 1 di Indonesia.

Terus lambat, gerbang ditutup, nabrak cogan, dihukum sama cogan. Saling maki-maki tapi nanti cinta
juga. Duh, Esmarelda! Jangan pakai gitu lagi, please. Mau nangis aku bacanya.

Meskipun gak 100% mirip antara cerita satu dengan yang lain, tetap aja intinya sama, 'kan?

Bangun -> buru-buru -> telat -> nabrak cogan -> cinta
Kayak gitu udah mainstream, udah banyak yang pake. Opening gitu udah dihapal pembaca. Pasti
mereka tebak oh begini oh begitu. Dan ternyata benar. Jadi gak surprise dibacanya. Opening bisa
langsung ke dialog atau konflik. Buat pembaca deg-degan dulu, Ay.

Ini cuma saran, terserah authornya aja. Dipake alhamdulillah, gak juga rapopo.

12. MULTI POV

Kalian gak boleh campur aduk POV dalam satu part. Bukannya gak boleh, sih. Lebih tepatnya saran,
jangan dicampur. Misalnya setengah part POV Dina, setengahnya lagi POV author. Bikin bingung
pembaca. Mending satu part Dina, satu part sisanya author.

Kalau boleh saran juga, sih jangan kebanyakan POV. Maksimal tiga. Author POV (sudut pandang ketiga),
pemeran utama, pemeran pendamping utama. Misalnya author POV, istri POV, suami POV. Jangan
tetangga, anak, teman online kau jadikan POV semua. Pusyiiiing!

SKAP, SKIP!

Nih, yang paling gak demen gue. Simak, ya. Banyak pastinya nemu cerita yang tengahnya ada bacaan
*skip kantin *skip *percepat *skip sekolah dsb. Itu SALAH. Salah banget. Seharusnya bisa diubah jadi
narasi, kenapa di-skip? Lu kira lagi nonton drama? *

Sesampainya di kantin sekolah, mereka pun berbincang-bincang. Bla bla bla. Bla bla bla. Bla bla bla. Bla
bla bla. Bla bla bla.

13. KEBANYAKAN DIALOG

Kesalahan yang bisa dibilang fatal daripada penempatan kata di- atau kapital adalah minimnya narasi.
Dalam cerita atau cerbung narasi itu 80%. Sisanya dialog. Meskipun aku kadang nulis gak mentingin
persenan, kalau terlihat narasi banyak, yowes. Kalau kelihatan dialog banyak, kukurangin.

Banyak banget yang dialognya mungkin 99% sisanya cuma narasi sepintas. Kayak:

Ardi dan Wulan pun ke kantin.


Dialog
Dialog
Diaaalog lagi sampai bawah.

Ardi pun ke halaman basket.

Dialog
Dialogggg lagi yang nggak penting sebenarnya. Padahal bisa dikembangkan menjadi narasi. Itulah
sebabnya aku suka nulis karakter dan fisik tokoh. Lalu dimasukkan sebagai tambahan dialog tag/aksi.
Dialognya gak datar.

Coba kalau hanya:

"Iya," jawabnya.

"Oh, begitu," katanya.

"Masa sih?" tanya Ardi.

Begituuuuu terus sampai bawah! Monoton, bosan, gak ada permainan kata. Kita kayak baca drama,
bukan cerita.

"Iya," jawabnya singkat. Aku pun menariknya masuk ke kelas.

"Masa, sih?" Ia masih tak percaya. Matanya yang membulat itu membuatku gemas.

Gitu 'kan lebih bagus. Gak bosen. Usahakan narasi dalam bentuk paragraf terdiri atas 4-5 kalimat.
Setelah itu ENTER dan lanjut ke narasi atau dialog.

14. Tanda Strip, Endash, Emdash.

1. Tanda strip (-) sebagai pengulangan.


Contoh:

Anak-anak
Kura-kura
Kupu-kupu

2. Tanda Endash (–) untuk kalimat terbata


Contoh:

"Hm–a–aku ...."

"Tapi,"–ia menjatuhkan handphone-nya–"kenapa jadi begini?"

3. Tanda Emdash (—) untuk kalimat terpotong dan penjelas.


Contoh:

#Terpotong

"Aku—"

"Tapi 'kan—"

#Penjelas

Alisya berjalan bersama Meysa—ibunya—menyusuri jalan setapak.

Andi tak sengaja menabrak Chila—wakil ketua OSIS—yang terkenal galak dan semena-mena.

15. Dialog Telepon dan Chat.


Kalau telepon pakai tanda petik dan kurung siku. Yang tanda petik sebagai kita—tokoh utama—yang
tanda kurung siku sebagai lawan bicara. Ini untuk POV orang pertama. (Ini materi lama ada banyak versi
soal ini. Aku pribadi kalau telepon pakai kutip 2 dengan keterangan kalau dia lagi nelpon.)
Contoh:

"Halo?" sapaku.

[Iya?] balasnya di sana.

Untuk POV orang ketiga, pakai tanda petik semuanya. Diberi keterangan layaknya dialog tag atau dialog
aksi. Contoh:

Disya pun mengangkat telepon.

"Halo?" sapa Disya.

"Sya, kamu gak kenapa-napa, 'kan?" tanya Syifa khawatir.

Dialog Chat:

Pakai kurung siku semuanya, di Wattpad bisa diatur posisi seakan-akan kayak chat beneran. Nah, di FB
gimana? Kalian bisa pakai bbrp cara ini:

A. Keterangan tokoh di atas sebelum dialog.

@chaaa
[Woy, ke mana lu?]

@rizzzka
[Sabar, njir! Belom pake baju gw]

@kara01
[Astaga, Ukhty, pap dong 😂]

@rizzzka

[Dasar mesum 😒]

B. Keterangan tokoh dialog tag/aksi

[Woy!] Aldi mengirim pesan.

[Sabar, masih pembuangan.] Dela tertawa di sana.

16. Istilah-Istilah Dunia Menulis.

1. Plot Hole
Alur yang berantakan, konflik satu belum selesai, memunculkan konflik baru sehingga yang lama belum
terselesaikan. Istilahnya memunculkan lubang (hole) dalam cerita. Sebab akibat yang kurang masuk akal
bahkan cacat logika. Penulis kurang riset dan kurang mematangkan penyelesaian konflik.

Solusi:

Perbanyak membaca, baca ulang cerita untuk menemukan kesalahan, riset, dan meminta kritik saran.

2. Plot Twist
Kebalikan dari plot hole. Twist berarti 'putaran', plot berarti 'alur atau jalan cerita'. Jadi, plot twist adalah
alur yang berputar-putar, membuat pembaca menebak-nebak tapi endingnya di luat ekspetasi. Semacam
membuat surprise oleh si penulis. Contoh:

Sejak awal pembaca menduga Arini yang membunuh pacarnya—Diego—karena memang Arini selalu
bersama sang kekasih. Ditambah dengan sifat Arini yang pendiam. Namun, ternyata yang membunuh
adalah Ariel—mantan Diego—yang dendam karena masa lalu.

3. Writter Block/Stuck
Macet, nggak ada ide. Berhenti di tengah jalan. Malas. Nggak bisa atur waktu. Nggak konsisten sama 1
cerita akhirnya selingkuh sama cerita lain. Nggak pede sama karya sendiri. Istilahnya ide si penulis
mentok sampai di situ aja. Nggak tau mau nulis apa lagi.

4. Outline
Outline itu garis besar cerita perbab. Sebelum menyusun cerita, ada baiknya membuat outline dulu.
Setidaknya kamu tau alur dari bab awal sampai pertengahan, kalau bisa sampai ending juga. Bab 1
tentang ini, bab 2 tentang itu. Nanti tinggal dikembangkan.

5. Premis
Garis besar keseluruhan novel/cerita bersambung. Premis itu seperti ide cerita yang menjadi pokok
permasalahan. Contoh:

"Tentang gadis yang membenci orang tuanya karena dijodohkan dengan seseorang yang tidak dikenal."

Ada lagi?

17. Penggunaan Spasi untuk Tanda Baca.

Spasi digunakan setelah tanda baca titik (.); koma (,); seru (!); tanya (?); titik koma, titik dua, elipsis dan
setelah tanda kutip. Contoh:

#Titik

Dia pun pergi.Setelah kami berbincang. ❌

Dia pun pergi. Setelah kami berbincang. ✅

#Koma

Aku mau ke sana,tapi jauh. ❌


Aku mau ke sana, tapi jauh. ✅

#Seru

Ah, sial!Aku tak percaya ini. ❌

Ah, sial! Aku tak percaya ini. ✅

#Tanya

Bagaimana?Kau menyerah? ❌

Bagaimana? Kau menyerah? ✅

#TitikDua

Nama:Agatha ❌

Nama: Agatha ✅

#TitikKoma

Aku melangkah pergi;malas meladeni. ❌

Aku melangkah pergi; malas meladeni. ✅

#Elipsis

Sungguh... Bukan aku! ❌


Sungguh ... bukan aku! ✅

Tiba-tiba.... ❌

Tiba-tiba ....✅

Setelah tanda kutip:

"Aku ikut,"ucapnya. ❌

"Aku ikut," ucapnya.✅

18. Kata HANYA dan SAJA.

Aku hanya mencintaimu saja.


Aku hanya suka padamu saja.

Kalimat di atas adalah contoh pemborosan kata. Kata 'hanya' dan 'saja' itu bermakna sama. Jadi, jangan
memakai keduanya dalam satu kalimat. Pakai salah satu saja.

Aku hanya mencintaimu.

Atau

Aku mencintaimu saja.

Sama halnya dengan kata sekali dan sangat.

Aku sangat gembira sekali ⛔


Aku sangat gembira!
Aku gembira sekali!

19. Menghidupkan Dialog.

"Iya," kata Ara.

Syila terdiam.

"Masa, sih?" Ia masih tak percaya.

Ara pun masuk ke mobil.

"Hei, tunggu!" teriak Syila.

Pernah baca dialog seperti di atas? Atau bahkan kamu sendiri yang punya kebiasaan begitu? Hayo ...
ngaku! Nggak masalah, biar dijelasin bagaimana cara menghidupkan dialog. Di atas itu salah, dialog
aksinya kurang ngena, datar, monoton, kayak biasa aja. Terus, caranya menghidupkan dialog
bagaimana?

Kamu bisa menggunakan deskripsi tokoh atau fisik yang membangun imajinasi pembaca. Jangan lupa
untuk mendetailkan semua adegan yang terjadi. Apalagi jika memakai sudut pandang orang ketiga serba
tahu. Selain menghidupkan dialog, deskripsi detail seperti di atas juga bisa menguatkan karakter. Seolah-
olah karakter yang kita ciptakan itu nyata dan hidup, benar-benar ada.

Mari kita ubah dialog di atas, menjadi:

"Iya," kata Ara sembari mengikat tali sepatu. Rambut gadis itu dibiarkan terurai panjang, membuat Syila
geleng-geleng sendiri. Saudaranya ini begitu modis dan fashionable. 👈 (deskripsi fisik tokoh dan
perlakuan lawan tokoh)

Syila hanya terdiam, pikirannya melayang-layang. Bagaimana bisa ia mendapat uang 100 juta dalam
waktu satu minggu? Sungguh, harusnya sebagai adik, Ara memaklumi kondisi kakaknya yang sedang
kritis. Namun, keinginan Ara membeli mobil baru sudah tidak dapat ditahan lagi. Anak itu keras kepala.
👈 (penambahan narasi penjelas sifat tokoh dan pikiran tokoh)

"Masa, sih?" Syila masih tidak percaya.

Ara mengabaikannya. Gadis 19 tahun itu mengibas rambut lalu berjalan menuju mobil. Ya, kendaraan
peninggalan mendiang ayah mereka dulu.

"Hei, tunggu!" teriak Syila sembari berlari kecil menyusul Ara. Namun, adiknya itu langsung tancap gas.
Masa bodoh dengan kakaknya yang mengelus dada berusaha sabar.

Perbanyak narasi, jangan hanya dialog dan frasenya yang itu-itu saja. Yang namanya cerita lebih
dominan ke narasi, sisanya dialog sebagai pemanis. Meski saya juga sering banyak dialog, tapi
ditimpakan ke aksi jadi tidak monoton.

Hindari penggunaan dialog yang tidak penting. Sebisa mungkin tekan dialog yang menghancurkan
suasana. Kalau bisa dinarasikan, lebih baik jadi narasi. Jangan semua perkataan tokoh kamu jadikan
dialog, apalagi yang kurang penting.

Kemudian, perhatikan lagi jangan sampai ada pengulangan kalimat dalam dialog atau narasi. Kalau
sudah dijelaskan salah satu di atas, jangan di-double. Pemborosan kalimat dan tidak efektif. Contoh:

"Aku masuk ke mobil," ucapnya lalu masuk ke mobil dan memakai sabuk pengaman. ❌

Di dialognya sudah tertulis AKU MASUK KE MOBIL. Jadi, di narasi tidak perlu dijelaskan lagi. Boros.

"Aku masuk ke mobil," ucapnya lalu menatap Dean yang benci melihat keberadaan Asyila. ✅

Nah, paham, 'kan? Menulis itu susah-susah gampang. Banyak hal yang harus kalian pelajari dan pahami.
Menovelkan satu karya itu bukan berarti langsung jadi penulis. Justru itu adalah awal mula kalian
berjuang, belum ada apa-apanya.

20. Kata Pengulangan (Reduplikasi)


Menurut ahli bahasa, kata pengulangan dibagi menjadi empat jenis, yakni:

a. Kata pengulangan utuh (dwilingga), adalah jenis kata ulang yang terjadi pada seluruh kata dasar.
Misalnya:

gedung-gedung
sungai-sungai
katak-katak

Contoh penerapan:

Di Jakarta, kita melihat gedung-gedung pencakar langit.

b. Kata pengulangan utuh berubah bunyi (dwilingga salin suara), di mana bentuk pengulangannya terjadi
pada seluruh kata dasar. Namun, terdapat fonem (huruf) yang berubah. Misalnya:

hiruk-pikuk
silang-sengkarut
hilir-mudik

Contoh penerapan:

Gerak-gerik orang di seberang jalan itu sangat mencurigakan.

c. Kata pengulangan sebagian (dwipurwa), di mana bentuk pengulanganmya terjadi pada suku awal kata
dasar. Misalnya:

lelaki
tetangga
sesuatu

Contoh penerapan:
Seorang lelaki harus berani bertanggungjawab.

d. Kata pengulangan berimbuhan, di mana bentuk pengulangannya terdapat imbuhan (afiks). Misalnya:

berkejar-kejaran
berdempet-dempetan
bermesra-mesraan

Contoh penerapan:

Jangan berlari-larian di dalam rumah!

Di samping empat macam di atas, ada juga kata pengulangan semu. Kata ulang yang sejatinya bukan
kata ulang, melainkan kata dasar. Jadi, tidak bisa dipisahkan atau diubah karena merupakan satu
kesatuan. Misalnya:

kupu-kupu
kunang-kunang
biri-biri

Buku Induk Mahir


Astrophile

21. Klitik -Ku, Ku-, -Mu, dan -Nya.

Jangan dipisah, karena klitik ini tidak dapat berdiri sendiri. Semuanya digabung, seperti:

1. Klitik (-ku)

✔ punyaku
✔ cintaku

✔ wajahku

✖ punya ku

✖ cinta ku

✖ wajah ku

2. Klitik (ku-)

✔ kudapat

✔ kubuang

✔ kuminum

✖ ku dapat

✖ ku buang

✖ ku minum

3. Klitik (-mu)

✔ rasamu

✔ darahmu

✔ rumahmu

✖ rasa mu

✖ darah mu

✖ rumah mu

4. Klitik (-nya)
Untuk jenis klitik ini, ada beberapa aturan. Jika setara, digabung, seperti:

✔ punyanya
✔ dukanya

✔ kebenciannya

Namun, untuk menerangkan ketuhanan, ditambah tanda (-)

✔ anugerah-Nya

✔ nikmat-Nya

✔ kebesaran-Nya

Astrophile.

22. Materi Singkat Tanda Baca

🌱 *Klitik dan Partikel Pun* 🌲

1. Tanda Kutip Dua (")


Biasanya dipakai dalam dialog percakapan dalam sebuah cerita. Tidak diperkenankan memakai tanda
(:) untuk dialog layaknya naskah drama jika menulis cerita.

Contoh:

✔ "Aku mencintaimu, Arga."

✔ "Aku juga mencintaimu, Risa."

✖ Andi: Apa maumu?

✖ Arga: Tidak ada.

2. Tanda Petik Tunggal (')


Digunakan untuk mengapit kalimat atau petikan dalam dialog atau istilah asing (misal kita tidak bisa nulis
dengan cara italik).
Contoh:

✔ "Kemarin Jelly bilang, 'Kamu suka, ya?'"

✔ Aku pergi bersamanya, meskipun 'hujan meteor' kata orang, membuat diri ini takut sendiri.

✔ Apa hak Anda 'men-judge' saya?

Sedangkan apostrof digunakan untuk penyingkat.

Contoh:

✔ "Aku baik, 'kan?"


Singkatan kata 'bukan'.

✔ Aku t'lah berkhianat.


Singkatan kata 'telah'

3. Tanda Titik (.)


Digunakan untuk mengakhiri sebuah kalimat atau percakapan yang bukan seruan atau pertanyaan
(kalimat berita)

Contoh:

✔ Aku janji(.)

✔ Dokter itu sedang merawat pasien(.)

4. Tanda Koma (,)


Digunakan dalam banyak konteks dan bahasa, umumnya sebagai pemisah.
Contoh:

Aku memang tidak pintar, cantik, anggun, tapi setidaknya aku tidak menganggu kehidupan orang lain.

Bisa juga dipakai untuk menyisipkan penjelasan di tengah kalimat.

Contoh:

Si Anu, penjual krupuk kecoa asam manis, mengaku mengalami kebangkrutan.

Aku membeli gula, dan asinan. ✖

Aku membeli gula dan asinan. ✔

Aku membeli gula, asinan dan tepung. ✖

Aku membeli gula, asinan, dan tepung. ✔

5. Tanda Seru (!)


Digunakan sebagai tanda penegasan, penekanan suatu kalimat.

Contoh:

"Aku benci kamu!" bentak Fulan.


"Pergi kamu dari sini!" Onoh berteriak di hadapan Fulan.

6. Tanda Tanya (?)


Digunakan ketika seseorang ingin bertanya atau kalimat pertanyaan.

Contoh:

"Lagi apa?"
"Kenapa dia bersikap dingin?"

7. Hypen (-)
Sebagai kata pengulangan. Contoh penggunaan hypen:

Anak-anak
Saudara-saudari
Oleh-oleh

8. En-Dash (–)
Digunakan ketika menulis kalimat terpotong.

Contoh:

"Aku sayang ka–"


"Hentikan! Aku tidak ingin mendengarnya!"

9. Em-Dash (—)
Berguna untuk kalimat penjelas.

Contoh:

Baru satu bulan menikah, Bambang—suaminya Tukiyem—bermain api dengan gadis muda di kantor
tempatnya bekerja.

10. Elipsis (...)


Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.

Contoh:

"Sebenarnya aku ... tidak suka coklat."


"Ani itu sebenarnya ... bukan manusia."

Di akhir empat titik.

Tiba-tiba ....

11. Tanda Kurung ( )


Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok
pembicaraan.

Contoh:

Data ter-update (terbaru) saat ini.

12. Tanda Kurung Siku [ ]


Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain, dan juga mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung atau tanda siku berada di dalam tanda kurung.

Contoh:

Persamaan penawaran ini (perbedaannya ada di Bab 3 [lihat halaman 25- 31]) perlu dipelajari.

Bisa juga digunakan untuk dialog dalam chat.

[Y, gue ke sana.]

13. Interrobang (!?) atau (?!)


Walaupun tidak baku, tetapi interrobang boleh dipakai di dalam novel ataupun cerita. Interrobang tidak
digunakan di dalam jurnal resmi.
Tanda interrobang digunakan untuk mendapatkan kesan membentak yang lebih lagi hingga
menghadirkan tanya di dalam benak.

Contoh:

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Mirna pada Sandi.

Tanda interrobang (?!) digunakan untuk mendapatkan kesan terkejut yang lebih lagi hingga si tokoh
seakan tak percaya.

Contoh:
"Sunny, kau?!" Mira tak menyangka jika Sunny yang melakukan pembunuhan itu.

➖Aturan Klitik dan Partikel Pun➖

1. Klitik -ku, -mu, -nya ditulis serangkai dengan kata terdekat. Bisa menunjukan kepemilikan, atau
tindakan.
Contoh:

* Diriku, milikku, kuakui, kuimpikan, dll.


* * Dirimu, tanganmu, tasmu, dll.
* Bukunya, miliknya, kertasnya, dll.
2. Penggunaan partikel 'lah, kah, tah,' ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh penggunaan 'lah', 'kah':
- Bawalah, berhentilah, dll.
- -Siapakah, apakah, dll.

3. Penggunaan partikel 'pun' bisa ditulis serangkai dengan kata dasar, bisa juga ditulis terpisah dengan
kata dasar.
Contoh partikel 'pun' yang ditulis serangkai;

adapun
andaipun
ataupun
bagaimanapun
biarpun
nianpun
kalaupun
kendatipun
maupun
meskipun
sekalipun
sungguhpun
walaupun.

Contoh partikel 'pun' yang ditulis terpisah adalah kata pun yang berarti "juga".

malam pun
hidup pun
mati pun, dll.

Ditulis oleh Ad Endra


Ditulis ulang dan revisi oleh Zylan Agatha
Astrophile

23. Tata Cara Penulisan Judul.

Jangan salah lagi! Begini aturannya:

1. Di setiap huruf awal WAJIB kapital, bisa juga capslock (kapital semua)
Cinta Alisya
CINTA ALISYA

2. Kata hubung atau konjungsi tidak kapital kecuali di awal


Hari (yang) Sial

Cinta (di) Negeri Aleppo

Madu (untuk) Mas Wisnu

Dia (adalah) Hatiku

Di Antara Dua Dunia

3. Tidak menggunakan tanda titik (.) di akhir judul

✖ Dia adalah Hatiku.

4. Boleh menggunakan tanda koma (,) di tengah judul, tanda seru (!), dan tanda tanya (?)
Siapakah Dia?

Aku Mencintaimu, Mas!

I Love You, Bodoh!

5. Tidak memakai tanda kutip dua (") kecuali di tengah kalimat dalam sebuah paragraf penjelas

"Lelaki Masa Lalu" ✖

Contoh penerapan:

Alia mengaku suka sekali membaca novel "Darka" karya Khairani Hasan. Menurutnya novel remaja itu
mendalam dan ngena banget di hati.
_Astrophile

24. Pengembangan Narasi.

Lanjut next materi tentang narasi. Seperti yang kita tahu, dalam cerita, narasi itu mendominasi. Sisanya
dialog sebagai pemanis. Nah, kebanyakan author itu susah mendeskripsikan narasi yang ngena banget
ke pembaca. Alhasil ditimpakan ke dialog semua. Jatuhnya? Datar dan garing.

Narasi dalam satu paragraf terdiri atas 4–5 kalimat. Diakhiri dengan tanda titik. Namun, ini suka-suka
authornya saja mau berapa kalimat per paragraf. Lebih banyak lebih baik, asal tidak monoton dan
berbelit-belit.

Kesalahan fatal yang umum saya lihat adalah kata-kata 'skip', 'dipercepat', 'percepat', 'kantin', atau
penyebutan tempat yang hanya terdiri dari satu kata. Salah, ya, Kak? Salah banget, merusak estetis
cerita kamu. Kesannya buru-buru, nggak nyaman dibaca.

"Tapi readers aku bilang bagus, Kak! Nggak mempermasalahkan."

Ya, itu kata readers kamu, bukan saya. Mereka tinggal baca, sebagian besar tidak mendalami ilmu
kepenulisan. Ibarat buka mulut ketika disuap, tidak mau tahu makanan apa yang masuk di mulutnya.
Kan gitu.

"Terus, cara mengembangkan narasinya gimana, Kak? Supaya nggak ada kata-kata larangan itu?"

Sebagai contoh:

Alia pun menarik tangan Sela untuk pergi ke kantin.

"Sel, ayo kantin!" ucap Alia.

"Hm, yuk." Alia manut.

>>>Skip kantin<<<
atau

>>>dipercepat<<<

>>>skip ya guys<<<

Bisa kita ubah menjadi:

Alia pun menarik tangan Sela untuk pergi ke kantin. Gadis 17 tahun itu tampak kelaparan, dari pagi
memang belum makan. Sedangkan Sela gadis penurut yang harus sarapan pagi, jika tidak, akan
dimarahi ibunya.

"Sel, ayo kantin!" ajak Alia.

"Hm, yuk," balas Sela sedikit malas. Mereka pun berjalan menuju kantin dan tak sengaja menabrak
Aldebaran—ketua OSIS SMA Antariksa.

"Ma–maaf, Kak!" ucap Sela tanpa berani menatap Aldebaran. Cowok itu hanya diam, memukul bahu
kanan Sela, lalu pergi tanpa kata. Sedangkan Alia tertawa gemas melihat sahabatnya dilirik cowok
tampan.

"Cieeeee," ejek Alia.

"Paan, sih!"

Nah, kita harus pandai menyertakan deskripsi karakter tokoh, ciri fisik tokoh, dan penggambaran suasana
di sekitar tokoh. Jangan sebatas ini itu saja. Deskripsikan rambutnya, warna mata, tingkah laku, dan lain
sebagainya. Buat pembacamu berimajinasi tentang karakter yang kamu ciptakan. Dengan begitu, feel
cerita akan sampai ke pembaca.

"Kak, gimana caranya menulis penggambaran?"


Sebelum menulis, sediakan buku kecil untuk mencatat outline. Bukan hanya garis besar cerita per bab,
premis, dan ending yang dimatangkan. Gunakan buku itu untuk menulis deskripsi tingkah laku, ciri fisik,
dan kelebihan yang menonjol, seperti bakat. Kamu bisa menciptakan ciri fisik dan sifat sendiri atau
memakai cast.

Namun, bagi saya pribadi, kurang suka memakai cast. Lebih suka dan tertantang jika menciptakan
karakter baru untuk pembaca. Dengan begitu, mereka berimajinasi sendiri dengan liar.

OUTLINE
Kuntilanak Merah

=>> Pemeran/tokoh
Lastri
Tokoh utama, cantik, tinggi semampai, rambut hitam panjang. Bola mata berwarna cokelat muda,
keturunan Jawa. Bakat menari dan sinden. Putih, lesung pipi sebelah kanan, bibir tipis. Murah senyum.

"Oke, itu buat karakter tokoh, kalau suasana?"

Kamu masuk ke cerita, bayangkan tempat dan suasana itu. Seolah-olah kamu masuk dan menyaksikan
sendiri kejadian di depan mata.

Ruangan berdebu itu terlihat tidak terawat. Lantainya retak, dinding mulai mengelupas. Sesekali
terdengar suara decitan pintu yang membuat jantung terasa hampir keluar. Jendela-jendela usang yang
seakan-akan menyimpan banyak kisah kelam.
_Astrophile

25. Narasi Baku

Ada yang nanya, kalau narasi wajib baku, apakah di dialog juga harus baku?

Narasi wajib baku jika kamu menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu (POV 3). Di situ
author sebagai pengamat gerak-gerik tokoh, jadi wajib baku. Sedangkan dialog bebas, mau pakai bahasa
gaul, bahasa daerah, yang nggak baku amat. Asal harus tetap memerhatikan kaidah kepenulisan.
Kita mulai dari narasi dulu.

1. Seperti apa, sih narasi baku itu?


Narasi berbahasa baku itu jika kata-kata dalam kalimat yang digunakan dimuat dalam KBBI. Sesuai
dengan anjuran kebahasaan yang berlaku. Tidak memakai bahasa alay, gaul, atau bahasa daerah. Tidak
harus puitis atau bahasanya mendayu bak menulis puisi. Yang penting mudah dipahami dan kalimatnya
efektif.

Contoh:

Naila seneng banget karena Dava menembaknya di depan gedung berhantu. Ya, soalnya kan kata orang
gedung itu banyak hantunya, nah Naila ini suka banget sama hantu gitu.

Gimana bacanya? Aneh, 'kan? Kita ubah menjadi:

Naila bahagia karena Dava menyatakan cintanya di depan gedung berhantu. Kata orang, gedung itu
banyak hantunya, alhasil Naila suka sekali dan Dava pun mengajaknya ke sana.

"Terus, Kak, gimana caranya membuat narasi baku?"

Pelajari KBBI, itu saja.

2. Narasi baku tidak baku di sudut pandang pertama (POV 1)


Yap, menurut beberapa senior dan Kakak editor, dalam POV 1 tidak masalah jika gaya bahasanya tidak
baku-baku amat. Apalagi jika kamu menulis cerita komedi. Tentu yang diutamakan adalah segi
kelucuannya. Nah, gimana mau lucu kalau bahasa aja baku gitu?

Asal nggak alay aja tulisannya, kayak:

Gue tuh suka bangets sama cowok yang pakai topi hitam itu. Aaaah, sayank! Pengen meluk, cium, rahim
anget, Mas!

😒
Itu nulis atau bikin status alay?

3. Dalam dialog, di semua sudut pandang, bebas memakai bahasa apa aja. Asal tulisannya jangan ikut
alay kayak zaman Nokia.
"Elo tuch kayak nggk perhatian dech sama gw! Gw tu synk bgt sama elo!"

"Mau lo apa? Gue udah kasih semuanya! Dan lo tega selingkuhin gue!?" bentak Syila emosi.

"Gue tau ini salah, Syil. Gue juga ngerasa sampah banget, tapi please jangan pergi," ucap Dave
memohon. Namun, Syila tetap enggan berbalik badan.

"Iya, lo emang sampah!"

"Syil, sesampah-sampahnya gue, lo pernah sayang sama gue, Syil!"

"Sekarang gue tanya, Sampah. Apa lo nggak pernah ngerasa menyesal sedikit pun? Lo udah tau gue
cinta mati sama lo, tapi lo kayak gini ke gue. Terus sekarang lo nyari pembelaan?"

(Ow ow ow )

"Gue emang pernah sayang sama lo, tapi itu dulu!"

(Ow ow owwwww )

"Syillll!"

"Hei, Axel. Gue udah putusin Dave, gue terima cinta lo," ucap Syila tersenyum nakal.

"Dan lo ... mantan sampah, kita putus!"


(Ow ow owwwwwww sad boy )

"Syil ... lo ...?"

(Sfx
Kumenangiissssss membayangkaaaaan ....)

Apa yang terjadi selanjutnya? Akankah Dave berhasil mendapatkan cintanya kembali? Siapakah Axel?

Selamat berpenasaran ria karena ini gak ada lanjutannya. Cuma contoh.

26. ENGGUNAAN ONOMATOPE.

Kembali lagi bersama saya, yok kita simak!

Ada yang tahu apa itu onomatope?


Kemari, saya akan jelaskan!

+Onomatope dalam KBBI, adalah suara tiruan bunyi. Jadi, kalau kalian menulis onomatope, gunakan
tanda (!). Mengerti?
Contoh :

-Onomatope ketukan pintu:


Tok! Tok!

-Onomatope pada suara ayam berkokok:


Kuruyuk!

-Onomatope pada langkah kaki terseret :


Sret! Srettttt!
27. Penggunaan Elipsis yang Tepat.

Penulis banyak yang 'ketagihan' memakai elipsis sehingga hampir semua dialog atau onomatope-nya
memakai elipsis. Padahal, sebisa mungkin jangan terlalu banyak, kalau masih bisa diganti tanda baca
lain, jangan memakai elipsis. Sebagai contoh, jika masih bisa memakai koma, ya pakai koma saja.

Tiba-tiba ... dia memanggilku.

Sebaiknya:

Tiba-tiba, dia memanggilku.

Atau dalam onomatope seperti:

Bruk ...!

Prang ....

Gubrak ....

Jika dibaca, apa ini sedikit aneh? Maksudnya, onomatope seperti di atas terkesan keras dan tegas. Jadi,
jika memakai elipsis, terkesan slow motion, feel ke pembaca pun hilang. Akhirnya, pembaca menangkap
ini suara yang pelan dan tidak mengejutkan.

Bruk!

Prang!

Gubrak!

Bukankah terlihat lebih baik? Bedakan.


Elipsis tepat digunakan jika ada ujaran yang terjeda atau ragu-ragu. Seperti:

"A–aku ... pelakunya."

Di situ dia ragu-ragu mau mengakui bahwa dialah pelaku sebenarnya.

"Sebenarnya dia ... istriku."

Yang ini dialog terjeda.

Saya banyak memakai elipsis jika menulis cerita horor. Utamanya jika ada adegan slow yang tiba-tiba
mengejutkan.

Dina melangkah pelan menuju lemari tua itu. Suara aneh terdengar dari dalam sana. Perlahan ia
membuka pintu yang sudah mulai lapuk. Namun ....

"Aaaaaa!"

Elipsis tengah jika ada dialog tag.

"Keyra ...," lirih Zaky.

Terserah ke penulis saja, ini hanya saran. Akan lebih enak dibaca jika sesuai pada tempatnya.

***

Others of me.

28. CARA MEMBANGUN FEEL HOROR


Oleh: Zylan Agatha
Langsung saja ke materi, di sini saya mau ngasih tips bagaimana cara membuat feel horor agar sampai
ke hati pembaca. Dalam membuat cerita—khususnya horor—memang yang paling sulit itu membangun
feel. Sebuah tantangan tersendiri. Kalau datar atau flat, yang baca jadi kurang merinding, kurang dapat
horornya.

Lalu, apa saja tips ala Kak Zylan? Simak baik-baik, ya ....

1. Riset Adegan
Mungkin ada yang bertanya, semua novel yang terbit itu dari kisah nyata gak, ya? Jawabannya beberapa
adegan memang dari kisah nyata. Dengan kata lain, saya sendiri yang mengalami. Contohnya Inside
Me, itu 50% secara garis besar ya cerita kehidupan saya. Novel Sarah, iya benar-benar punya teman
sepertinya. Apalagi Mayang yang ketemunya itu seram banget.

Ini salah satu penopang. Kalian harus rajin riset dan tanya ke orang. Apa pengalaman horormu? Apa
kejadian yang paling seram menurutmu? Atau baca cerita lain di Google dan Wattpad. Supaya apa, Kak?
Selain mencegah writter block, riset adegan juga membuat kita berimajinasi dan bisa. mendeskripsikan
adegan lebih baik.

2. Deskripsi Adegan
Gunakan kelima indra, buat seolah-olah kamu yang masuk ke cerita dan mengalaminya sendiri.
Asumsikan dirimu menjadi tokoh dan mengalami pengalaman horor tersebut. Deskripsikan detail.
Semuanya. Mulai dari suasana, latar, bunyi-bunyian, bebauan, dan indra peraba.

Sebagai contoh:

👉 A.

Tiba-tiba, ada sosok menyeramkan yang tertawa kencang. Ia mendekatiku lalu berkata, "Aku akan
membunuhmu!"

Aku hanya terdiam, tak lama kemudian aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

👉 B.
Merasa ada yang aneh, kuputuskan untuk membuka mata. Liar mencari ada apa sebenarnya di luar
sana. Kamar gelap, hawa mendadak berubah drastis. Ditambah lagi tirai jendela yang bergoyang sendiri.
Tuhan, tolong jaga hamba dari godaan setan yang terkutuk.

Tap, tap, tap!

Langkah kaki misterius, membuatku tersentak kaget karena suaranya semakin keras dan mendekat.
Hanya bisa meringkuk di balik selimut. Takut-takut membuka mata.

"Akh" Jeritanku tertahan, seseorang mencekik leherku.

Berusaha melepaskan diri beberapa menit, akhirnya lepas. Aku membuka selimut yang menutupi seluruh
tubuh. Sosok berwajah hancur itu tersenyum hingga di bawah mata; menyeramkan!

"Aku akan membunuhmu!"

Nah, bandingkan. Lebih ngena yang mana? Tentu yang B, karena deskripsi detail dan pemilihan diksi
yang baik.

3. Diksi atau Pemilihan Kata


Usahakan cari diksi yang berbeda. Di kamus banyak kata-kata bermakna sama, beda tulisan dan cara
pengucapan. Contohnya mata, bisa diganti netra. Melihat, diganti menatap. Intinya kita berusaha
membuat adegan terasa didramatisir tapi gak lebay.

Sebagai contoh:

👉 Mataku tak berhenti melihat sosok itu.

👉 Netraku tak berhenti menatap sosok itu.

4. Characters Building
Pembangunan karakter juga penting. Jangan menciptakan karakter yang sempurna, superior. Ini karya
sastra fiksi, bukan fantasi. Tambahkan ciri fisik dan sifat di narasi dan dialog. Supaya apa, Kak? Supaya
dialog dan narasimu gak monoton.
Sebagai contoh:

👉 A.

Garen melangkah kecil menuju ruangan itu. Ditatapnya satu persatu.

"Apa ini?" tanya Garen pada Starla.

"Gak tau," jawab Starla.

"Hm, misterius," kata Garen.

"Iya."

👉 B.

Garen melangkah kecil menuju ruangan misterius itu. Ditatapnya satu per satu barang-barang yang telah
usang berdebu. Cowok berjaket hitam itu mendengkus kesal, memperhatikan Starla yang sibuk dengan
ponselnya.

"Apa ini?" Perhatian Garen tertuju pada sebuah cermin antik yang tidak dibungkus.

"Gak tau," jawab Starla cuek, sibuk dengan ponselnya. Gadis berambut gelombang itu merasa risih
ditatap Garen terus menerus. Akhirnya ia menaruh ponsel di saku celana.

"Hm, misterius," gumam Garen.

Saran:

a. Ingat, jangan terlalu banyak memakai dialog. Narasi 60-80% sisanya percakapan. Satu paragraf isinya
4-5 kalimat saja.
b. Jangan terlalu main elipsis, tanda Em-Dash (—), dan tanda baca tidak beraturan.

c. Intinya pelajari PUEBI.

d. Banyak baca, jangan malas! Kunci jadi penulis itu banyak membaca. Kamu bisa jadi ide dari tulisan
orang lain.

e. Usaha dan jangan lupa berdo'a. Selalu menerima kritik sepedas apa pun. Orang berkembang karena
kritikan, bukan pujian. Pujian hanya melengahkan.

Oke itu aja. Semoga paham, ya.

Kunjungi cerita saya di Wattpad dan Noveltoon


@zylan_agatha

29. Apa Itu PUEBI?

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dalam bahasa Indonesia sudah digunakan sejak 1972 dan resmi
berakhir pada 26 November 2015.

Dibuatnya PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) menggantikan EYD, menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 tahun 2015 karena:

1. Adanya berbagai kemajuan dalam berbagai bidang ilmu, termasuk Bahasa Indonesia juga berubah
lisan dan tulisannya.
2. Memantapkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
Perbedaan EYD dan PUEBI :

1. Penambahan huruf diftong. Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan
diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi
/aw/ pada kata "harimau" adalah diftong, sehingga pada suku kata "-mau" tidak dapat dipisahkan menjadi
"ma*u" seperti pada kata "mau".
Huruf diftong yang ditambahkan ke PUEBI adalah 'ei' seperti dalam kata survei.
2. Penggunaan huruf tebal. Huruf tebal pada PUEBI dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang
ditulis miring serta untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
3. Penggunaan huruf kapital. Sekarang unsur julukan ditulis dengan awal huruf kapital.
PUEBI sudah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang sekarang sudah dicetak dalam
edisi kelima.

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kamus ekabahasa resmi bahasa Indonesia yang disusun oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Kamus ini menjadi
acuan tertinggi bahasa Indonesia yang baku, karena merupakan kamus bahasa Indonesia terlengkap
dan paling akurat yang pernah diterbitkan oleh penerbit yang memiliki hak paten dari pemerintah
Republik Indonesia yang dinaungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Lalu, seberapa pentingnya penulis memahami PUEBI sebelum berkarya? Sangat penting, mengingat
tanpa PUEBI, kita tidak ada acuan untuk menulis yang benar. Kadang kala, jika tidak memerhatikan
kaidah yang benar, kalimatnya jadi rancu dan akhirnya salah paham. Contoh kecil saja, penggunaan
tanda koma (,).

"Ibu aku hamil."

👉 Bermakna ibunya sedang hamil.

"Ibu, aku hamil."

👉 Bermakna 'dia' yang sedang hamil karena penambahan tanda koma sesudah kata 'ibu'.

Beda makna, 'kan?

Itulah pentingnya memahami PUEBI. Jadi, yuk belajar sama-sama. Saya juga masih belajar 😉

📝 Sumber
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/yana65241/5c167e24aeebe128c8735aa5/t
ukang-nulis-harus-tah
u-puebi-pengganti-eyd
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kamus_Besar_Bahasa_Indonesia

30. 4 Poin Penting dalam Premis Cerita Untuk Penulis.

Premis adalah atom dari sebuah cerita. Seberapa pun panjang naskah kamu kelak, semuanya berasal
dari sebuah premis cerita yang singkat. Premis cerita harus bisa menggambarkan isi dari keseluruhan
kejadian yang dialami oleh protagonis. Jadi ingat, premis utama adalah hanya tentang protagonis dalam
cerita kamu.

Kamu pernah membaca sekilas cerita di belakang buku (atau yang disebut blurb)? Kamu penasaran
karena membacanya. Walaupun, ada gambaran cerita di sana, tapi itu bukan premis yang kamu inginkan
untuk dibuat. Itu adalah premis promosi yang disusun untuk menarik pembaca tanpa membuat bocoran,
bukan premis cerita.

Tujuan adanya premis cerita adalah untuk panduan bagi penulis selama menulis agar tidak tersesat.
Memberikan sense of purpose bagi semua kejadian dan tindakan tokoh. Jadi, jangan pernah menyusun
premis untuk membuat penasaran pembaca.

Kamu boleh berkeinginan untuk membuat pembaca penasaran, tapi kamu—sebagai penulis—harus
memahami arah cerita yang kamu buat sendiri itu dengan jelas dan tanpa pertanyaan. Premis
kepenulisan berbeda dari premis promosi.

Lalu, apa saja yang menjadi unsur premis sebuah cerita?

Unsur Premis

Pada dasarnya, premis cerita hanya berisi 4 unsur utama, semuanya harus mengenai protagonis, yaitu:

1. Karakter: termasuk karakterisasi dan inciting incident (kejadian awal yang membuat protagonis harus
bergerak menjalankan cerita).
2. 2. Tujuan Tokoh: hal yang ingin dicapai oleh protagonis.
3. 3. Halangan Tokoh: hal utama yang menghalangi tokoh mencapai tujuannya.
4. 4. Resolusi: kondisi atau situasi terakhir yang dialami oleh protagonis. Sederhananya, apakah
protagonis berhasil atau tidak dalam mencapai tujuannya? Dalam keadaan apa?
Oleh karena itu, premis harus bisa dibuat menjadi satu kalimat singkat yang menggambarkan
keseluruhan kejadian yang dialami tokoh, dengan rumus: nama karakter (karakterisasi dan inciting
incident) ingin (tujuan tokoh) tapi (halangan tokoh) sehingga akhirnya (resolusi).

Contoh:
Anna (seorang anak kelas dua SMA dengan tiga orang adik, yang ditinggal mati oleh ayahnya karena
serangan jantung) ingin (kuliah di fakultas kedokteran ) tapi (tidak punya biaya karena ibunya sekarang
menjai ibu tunggal) sehingga akhirnya (menunda mendaftar di fakultas kedokteran untuk mencari uang,
dan ia menyadari bahwa ia tetap bisa membantu orang dengan cara menjadi relawan di Yayasan Jantung
Sehat).

Dari contoh di atas, langsung jelas, ‘kan, isi ceritanya tentang apa? Jadi, sebelum kamu menulis, ada
baiknya kamu membangun premis secara matang untuk menguji apakah cerita kamu memang punya
tujuan dan tidak hanya akan tersesat ke mana-mana.

Setiap kali kamu bingung, cek kembali premis kamu, apakah tiap titik plot dan adegan yang kamu buat
sudah searah dengan premisnya? Kalau tidak, bisa jadi kamu sedang berputar-putar saja.

Premis adalah patokan dalam menyusun plot. semua titik plot harus mengarahkan protagonis ke arah
resolusi, dan tiap titik menunjukkan bagaimana protagonis melewatai halangannya.
Apakah premis hanya satu dalam satu cerita? Premis utama hanya satu (untuk sang protagonis), namun
bisa jadi kamu membutuhkan premis tambahan jika ada lebih dari satu protagonis, ada tokoh penting
lain, dan kamu membuat alur cerita lebih dari satu (double plot, triple plot, dst). Kalau diperlukan, kamu
bisa membuat premis-premis tambahan untuk setiap karakter dan atau plot yang kamu buat.

Nah, bagaimana mengenai premis? Sudah siap menulis premis?

Selamat menulis cerita, ya.

Tips Memperkuat Karakter dalam Cerita

Yuuu, langsung aja ya gak usah basa-basi.

Karakter cerita yang KUAT itu PENTING banget! Kenapa?


Kalau kita menulis itu pasti pengen dong pembaca merasa disihir dan masuk ke cerita itu seolah-olah itu
terjadi ke dia sendiri, apalagi POV 1. Ibaratnya udah sukses lah ya jadi penulis karena feel nyampe ke
hati pembaca. Selain alur dan latar, karakter tokoh juga kadang diperhatikan sama readers. Begitu
readers jatuh hati sama tokoh kita, ia pun menikmati alur dengan senang hati dan mengalir.

Kuncinya ada di FEEL.

Lalu, bagaimana cara memperkuat feel?

Yaitu dengan memperkuat karakter cerita. Kamu adalah dewa dalam setiap tulisanmu. Kamu yang
menciptakan alur, tokoh, karakter dan nasib setiap karakter. Agar karakter lebih kuat dan menonjol serta
memberi kesan baper ke pembaca, skuy simak poin di bawah!

1. *Opening Jangan Memakai Deskripsi Karakter Tokoh yang Berlebihan*

Ini YANG PALING saya tekankan. Coba deh baca novel cetak keluaran mayor. Ada tidak yang
pembukanya memakai deskripsi semua tokoh? Satu part dihabiskan hanya disuguhkan sifat si tokoh,
buang-buang waktu!

Karakter dan sifat dirincikan sejalan dengan cerita, bukan digamblangkan di awal cerita.

Jangan sekali-kali opening mendeskripsikan semua karakter tokoh. Pembaca lebih suka part 1 di awal
sudah ada konflik dibanding deskripsi yang membosankan.

2. *Manfaatkan Dialog Tag dan Aksi*

Seperti yang saya bilang di poin 1, karakter dideskripsikan sejalan dengan cerita. Jadi, gunakan dialog
aksi dan tag untuk membantu memperkuat bayangan pembaca tentang tokoh yang Anda buat. Meskipun
memakai foto cast (ada beberapa yang tidak setuju dan menyarankan penulis membiarkan pembaca
mengimajinasikan karakternya sendiri ketimbang memakai cast), karakter juga penting. Cast hanya
menonjolkan ciri fisik, bukan sifat yang notabenenya tidak terlihat.

"Contohnya bagaimana, Kak?"


👉🏻 _Dialog Tag dan Peran Deskripsi_

"Apa yang kamu lakukan?" *tanya* Geraldine (dingin). Ia menatap tajam Elleona yang menunduk pasrah.
Kesal tak ditatap, Geraldine menarik paksa tangan kekasihnya tersebut.

(Terlihat di sini bahwa sosok Geraldine adalah cowok yang dingin, kasar dan semena-mena terhadap
perempuan.)

"Ma–maaf ...," *ucap* Elleona lirih. Air matanya jatuh menandakan hatinya rapuh. Ia tak suka dibentak.
Elle akan mengingat bentakan itu nanti meski ia sudah memaafkannya.

(Di sini tampak Elle adalah wanita yang rapuh dan berhati lembut.)

Deskripsi juga harus ada. Ini penting untuk membangkitkan khayalan pembaca tentang novel kita.

👉🏻 _Dialog Aksi_

"Aku malu." Alena berlari kecil sembari menutupi wajahnya. Ia mendekati Arlan perlahan, lalu
bersembunyi di balik tubuh lelaki itu. Ia tak bisa ditatap lama-lama oleh sang pacar.

"Kenapa malu?" tanya Arlan lalu terkekeh.

"Eum ...." Alena semakin memeluk Arlan erat.

"Aku takut disentuh, nanti kalau hamil gimana?"

(Sudah kebaca, 'kan sifat Alena bagaimana?)

Bandingkan dengan dialog datar seperti ini:

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Geraldine.


"Ma–maaf," ucap Elleona menyesal.

"Aku malu," kata Alena.

"Malu kenapa?" Arlan bertanya.

(Enak yang mana? Nge-feel yang mana?)

3. *Banyak Membaca agar Kosakata Kaya*

Ini gak kalah penting. Kalau mau nulis poin 1 dan 2 di atas, harus banyak-banyak pilihan diksi/kosakata
agar tidak monoton. Baca buku atau novel favorit yang menjadi kesukaan kamu. Misal kamu suka fiksi
remaja, baca genre itu lebih banyak. Perkaya otakmu dengan kosakata baru agar pembaca gak bosan.

Kalau sama semua, terkesan karakter setiap tokoh juga sama. Apa yang beda kalau begitu? Gak
menonjol dong? Hehe.

4. *Kesabaran adalah Koentji*

Sabar kalau ada komen pembaca yang bikin sakit hati. Sabar kalau ada senior yang kritik pedes level
100. Sabar kalau ada yang ngatain ampas sampah dsb. Sabar kalau katanya pembaca belum nge-feel
ceritanya.

5. *Sering Nanya ke Senior*

Gak papa kok nanya ke senior minta pendapat atau saran tentang cerita kita. Ibarat minta krisan lah, ya.
Asal jangan kasih 1 part buat dikrisan semua, auto digelindingin kepala Anda.

Bercanda.

Tapi iya aku begitu. Krisan kirim 1-3 paragraf dan dialog saja. Jangan semuanya full part. Supaya apa?
Kadang kesalahan penulis itu berulang-ulang. Jadi kalau udah dikoreksi 3 paragraf, dia harus belajar
koreksi sendiri apa yang salah. Jangan mau enaknya saja.
Oke cukup itu, hehe semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai