Anda di halaman 1dari 51

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO

PANDUAN PENANGGULANGAN BENCANA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO


TAHUN 2019

i
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Judul.......................................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................................. ii
Peraturan ................................................................................................................ iii

BAB I DEFINISI ......................................................................................... 1

A. PENGERTIAN............................................................................ 1
B. TERJADINYA KEBAKARAN ...................................................... 2

BAB II RUANG LINGKUP .......................................................................... 5

BAB III TATA LAKSANA ............................................................................. 6

A. IDENTIFIKASI DAERAH PALING BERESIKO ........................... 6


B. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN .................................... 6
C. PENANGGULANGAN JIKA TERJADI KEBAKARAN ................. 8
D. SARANA / SISTEM PERALATAN PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN .......................... 19

BAB IV DOKUMENTASI .............................................................................. 59

ii
PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO
NOMOR 15.12 TAHUN 2019
tentang
PANDUAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO

Menimbang: Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit


Bhayangkara Bondowoso, maka diperlukan adanya Peraturan
Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso sebagai landasan
bagi seluruh penyelenggara dan pelaksana pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso;

Mengingat: 1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja;


2. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009
TentangKesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4828)
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1204 /
Menkes /SK / PER / XI / 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan Rumah Sakit;

iii
MEMUTUSKAN

Menetapkan: PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


BONDOWOSO TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN
KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO

Pasal 1

Peraturan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso tentang


pedoman penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit Bhayangkara
Bondowoso sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini

Pasal 2

Hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan keadaan yang


memerlukan pengaturan lebih lanjut akan diatur dengan keputusan
tersendiri

Ditetapkan di : Bondowoso
pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO

dr. LUSIANTO MADYO NUGROHO, M.MKes


KOMISARIS POLISI NRP 72010480

iv
POLRI DAERAH JAWA TIMUR LAMPIRAN PERATURAN KA RSB BONDOWOSO
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN NOMOR : 15.12/I/ 2019
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BONDOWOSO TANGGAL : 14 JANUARI 2019

BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN

1. Penanggulangan Kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah


timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan
energy, pengadaan saranaproteksikebakaran dan sarana penyelamat serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.

2. Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung


dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya
api/penyalaan.

3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadikebakaran.

4. Hydrant Pemadam Kebakaran adalah sebuah alat atau terminal penghubung


untuk bantuan darurat saat terjadi kebakaran yang terdapat di atas tanah dan
di dalam gedung yang menyediakan akses pasokan air untuk tujuan
memadamkan kebakaran.

5. Smoke Detector adalah alat sejenis sensor yang dapat mendeteksi adanya
segumpalan asap yang di timbulkan karena terjadinya suatu kebakaran atau
asap dari sumber lain.

6. Jalur Evakuasi adalah jalur khusus yang menghubungkan semua area ke


area yang aman (Titik Kumpul). Dalam sebuah gedung rumah sakit, jalur
evakuasi sangatlah penting untuk mengevakuasi pasien dan karyawan atau
semua yang ada di rumah sakit ke tempat aman apabila di dalam sebuah
rumah sakit terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
1
7. Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjadi
secara mendadak atau tidak terencana atau secara perlahan tetapi
berlanjutyang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau
kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa
untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia beserta
lingkungannya.

8. Darurat adalah suatu keadaan atau kejadian yang terjadi secara tiba-tiba
atau takterduga, yang memerlukan tanggapan yang segera untuk
menyelamatkan atau menyambunghidup.

9. Disaster Eksternal adalah disaster/bencana yang berasal dari luar Rumah


Sakit dan korban datang sendiri atau dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara
Bondowoso.

10. Disaster Internal adalah disaster/bencana yang terjadi di dalam area/sekitar.

11. Tim Darurat Penanggulangan Korban Bencana adalah suatu tim yang
dibentuk dan ditetapkan oleh KepalaRumah Sakit Bhayangkara Bondowoso,
penempatannya bersifat exofficio,yang bertugas terutama dalam
keadaanbencana/disaster

B. TERJADINYA KEBAKARAN

1. Faktor penyebab kebakaran :


a. Alam yaitu gunung meletus, gempa bumi, petir, sinar matahari yang
mengenai lensa, dan sebagainya
b. Manusia yaitu karena disengaja (balas dendam, menutupi kejahatan,
penggantian asuransi, dan sebagainya) dan kelalaian (konsleting listrik,
kompor meledak, kebocoran gas, dan sebagainya)

2. Teori terjadinya api adalah merupakan suatu reaksi kimia (reaksi oksidasi)
yang bersifat oksotermis dan diikuti pengeluaran cahaya dan panas serta
dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Terjadinya api disebabkan oleh

2
bersatunya tiga unsur yaitu bahan bakar yang mudah terbakar, udara dan
panas (disebut SEGITIGA API). Api dapat dipadamkan dengan cara
menghilangkan salah satu unsur tersebut

3. Menurut NFPA (National Fire Protection Association) api dibagi menurut


kelasnya menjadi :
a. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan
arang/karbon
Contoh : kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastik
b. Kebakaran pada benda cair dengan yang mudah terbakar
Contoh : bahan bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner
c. Kebakaran pada listrik atau yang mengandung aliran listrik
d. Kebakaran pada logam mudah terbakar
Contoh : sodium, lithium, radium

4. Menurut SAA (Standard Australian Association) api dibagi menurut kelasnya


menjadi :
a. Kebakaran pada benda yang mudah terbakar yang menimbulkan
arang/karbon
Contoh : kayu, kertas, kardus, kain, kulit, plastik
b. Kebakaran pada benda cair dengan yang mudah terbakar
Contoh : bahan bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner
c. Kebakaran pada benda gas
Contoh : LPG, LNG, metan, dan lain - lain
d. Kebakaran pada logam mudah terbakar
Contoh : sodium, lithium, radium
e. Kebakaran pada peralatan yang menggunakan tenaga listrik /
menimbulkan tenaga listrik

5. Klasifikasi Kebakaran :
a. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

3
b. Bahaya kebakaran sedang
Bahaya kebakaran tingkat ini dibagi lagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1) Kelompok I
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-
bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih
dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran, melepaskan panas
sedang sehingga menjalarnya api sedang.
2) Kelompok II
Adalah bahaya kebakaran pada tempat di mana terdapat bahan-
bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih
dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang
sehingga menjalarnya api sedang.
3) Kelompok III
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-
bahan yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila
terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi dan menjalarnya api
cepat.
c. Bahaya kebakaran berat
Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan
yang mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat
cepat.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam Panduan Penanggulangan Kebakaran ini adalah :


1. Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di rumah sakit
2. Pencegahan bahaya kebakaran
3. Penanggulangan jika terjadi kebakaran
4. Sarana / sistem peralatan pencegahan / penanggulangan kebakaran

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. IDENTIFIKASI DAERAH PALING BERESIKO

Identifikasi daerah paling beresiko terjadi bahaya kebakaran di rumah sakit,


yaitu :
1. Instalasi Gizi
2. Instalasi Pemeliharaan Peralatan Rumah Sakit
3. Instalasi Radiologi
4. Instalasi CSSD
5. Instalasi Laboratorium
6. Instalasi Farmasi
7. Instalasi Bedah Sentral
8. Instalasi Laundry
9. Instalasi Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
10. Ruang Genset
11. Ruang Oksigen Sentral
12. Ruang Panel Listrik
13. Ruang Rekam Medis
14. Ruang Gudang Umum
15. Ruang Perkantoran
Daerah / tempat beresiko ini perlu mendapatkan tanda / rambu sebagai
kawasan beresiko / mudah meledak / mudah terbakar. Sehingga karyawan &
orang yang melihat, mengetahui bahwa tempat tersebut rawan / berbahaya

B. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN

Pencegahan bahaya kebakaran di Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso


adalah sebagai berikut :
1. Adanya Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG)
2. Melakukan pengecekan rutin dan teliti pada instalasi dan peralatan listrik,
regulator dan tabung LPG

6
3. Jangan membebani listrik terlalu berlebihan / melebihi kapasitas yang ada
(stopkontak isi 3 sudah terisi semua masih ditambah sambungan T listrik
hingga bertumpuk - tumpuk)
4. Tidak melakukan penggantian sekering arus induk tanpa sepengetahuan
petugas yang berwenang
5. Cabut kabel peralatan elektronik jika tidak dipakai / hendak ditinggal pulang,
jangan dibiarkan terus menancap di stopkontak
6. Pastikan seluruh jaringan kabel dan peralatan elektronik tidak ada yang rusak
/ terkelupas kabelnya
7. Pastikan agar semua pintu keluar dan evakuasi bebas dari bahan - bahan
mudah terbakar dan tidak terhalang oleh benda apapun
8. Simpan cairan yang mudah terbakar di tempat yang aman dan jauh dari nyala
api atau aktifitas manusia yang padat, gudang penyimpanan logistik dan lain -
lain
9. Jauhkan tabung LPG, Oksigen, dan gas yang mudah meledak dari nyala api /
listik, sebaiknya ditempatkan di ruangan terbuka atau yang memiliki ventilasi
lebar dan banyak
10. Gunakan wadah yang patut untuk menyimpan atau menuangkan cairan
mudah terbakar
11. Jangan menempatkan tabung APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang telah
terpakai / kosong pada tempat semula. Segera laporkan tabung APAR yang
telah terpakai kepada petugas terkait untuk dilakukan pengisian
12. Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah APAR yang cukup sesuai peraturan
yang telah ada
13. Pelihara dan periksa APAR secara berkala
14. Jika terlihat putung rokok masih ada apinya segera matikan dan pastikan
tidak ada putung rokok di ruangan atau area yang beresiko terjadinya
kebakaran.
15.
C. PENANGGULANGAN JIKA TERJADI KEBAKARAN

Penanggulangan jika terjadi kebakaran di Rumah Sakit Bhayangkara


Bondowoso adalah sebagai berikut :

7
1. Jangan panik, ingat setiap kepanikan akan mengurangi daya pikir dan ruang
gerak
2. Berdasarkan teori segitiga api maka prinsip teknik pemadaman adalah
dengan merusak keseimbangan pencampuran ketiga unsur penyebab
kebakaran, atau dengan menghentikan proses pembakaran dengan memutus
rantai reaksi. Prinsip itu dapat dilakukan dengan teknik- teknik sebagai berikut
:
a. Pendinginan (Cooling)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan
dari bahan yang terbakar dengan menggunakan semprotan air sampai
suhu dibawah titik nyala. Untuk bahan bakar dengan titik nyala yang
rendah seperti bensin, pendinginan dengan menggunakan bahan air
kurang efektif. Pendinginan digunakan dalam memadamkan kebakaran
yang melibatkan bahan bakar dengan titik nyala yang tinggi.
b. Penyelimutan (Smothering)
Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungan bahan bakar
dengan oksigen atau udara yang diperlukan bagi terjadinya proses
pembakaran. Menyelimuti suatu kebakaran dengan CO2 atau busa akan
menghentikan supply udara untuk kebakaran.
c. Memisahkan bahan yang dapat terbakar (Starvation)
Metode ketiga untuk memadamkan api adalah dengan memisahkan
bahan yang dapat terbakar dengan jalan menutup aliran bahan bakar
yang menuju tempat kebakaran atau menghentikan supply bahan bakar.
d. Memutus reaksi rantai kimia
Terjadinya proses pembakaran dari gabungan ketiga unsur menghasilkan
gas-gas lainnya seperti H2S, NH3, HCN (sesuai dengan benda yang
terbakar). Hasil reaksi yang penting adalah atom bebas O dan H yang
dikenal sebagai atomatom radikal yang membentuk OH dan pecah
menjadi H2 dan O. Atom radikal O dapat membentuk api lebih besar.
Maka cara pemadaman ini adalah dengan memutus rantai reaksi
pembakaran dengan media pemadam api yang bekerja secara kimia.
3. Sesuai dengan MKKG (Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung) maka
dalam setiap shift / dinas jaga, setiap kepala unit kerja / koordinator shift wajib
untuk membagi atau membuat daftar jaga petugas KKG (Keselamatan Kerja

8
Gedung) di tempat kerjanya masing - masing. Di setiap shift / dinas jaga
harus ada regu pemadam, regu P3K dan regu evakuasi (regu evakuasi dibagi
menjadi rescue & salvage). Semua petugas yang dinas wajib untuk mendapat
salah satu peran tersebut. Jika karena keterbatasan tenaga maka satu orang
bisa merangkap beberapa peran sekaligus. Untuk lingkup seluruh rumah
sakit juga dibutuhkan sebagai Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung (oleh
bintara jaga), satpam area (oleh satpam), PMK setempat (oleh satgas
kebakaran P2K3 / Petugas BPS yang jaga dan satpam) serta P3K (oleh
petugas IRJ atau IGD yang jaga). Ini adalah standar minimal dari struktur
organisasi Keselamatan Kebakaran Gedung (KKG) sesuai dengan Perda No.
11 tahun 2012 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran, gunanya adalah agar saat terjadi bencana kebakaran, setiap
petugas di unit masing- masing telah mengetahui peran mereka sebagai apa.

9
4. Struktur Organisasi dan Panitia Pelaksana

KEPALA KESELAMATAN
KEBAKARAN GEDUNG

OPERATOR /
TEKNISI
INFORMASI

PEMADAM
SATPAM AREA
KEBAKARAN SETEMPAT

KEPALA PERAN
RUANGAN / INSTALASI

REGU PEMADAM
KEBAKARAN

REGU EVAKUASI
PASIEN

REGU EVAKUASI ASET


(ALKES)

REGU EVAKUASI
DOKUMEN

10
5. Tugas Panitia Pelaksana
a. Tugas Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung :
1) Pastikan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran sudah dihubungi
2) Menuju ke posko kebakaran untuk memimpin operasional
3) Pastikan bahwa pemberitahuan kewaspadaan tingkap pertama telah
dilaksanakan
4) Pastikan bahwa peran kebakaran telah melaksanakan tugasnya
5) Tetap siaga untuk menerima status laporan dan memperkirakan harus
evakuasi bertahap atau evakuasi total

b. Tugas Operator Telepon / Informasi


1) Secepatnya menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran
2) Jangan memutuskan hubungan telepon sampai Dinas Pemadam
Kebakaran mengulangi berita
3) Mengendalikan sistem pemberitahuan umum

c. Tugas Teknisi
1) Mengatur dan mengontrol peralatan mekanik maupun elektrik (pompa
kebakaran, hydrant, lampu darurat, peralatan evakuasi, dan lain - lain)
2) Membantu kelancaran tugas bantuan yang datang di tempat kejadian
kebakaran

d. Tugas Satpam Area


1) Mengamankan area gedung yang terbakar
2) Mengatur lalu lintas di sekitar gedung
3) Mengatur perpindahan kendaraan di tempat parkir ke tempat lain yang
aman
4) Mengatur tersedianya jalan masuk bagi bantuan luar yang datang
5) Menjaga dokumen atau barang yang telah diselamatkan
6) Sebagai petunjuk jalan bagi bantuan luar yang datang
7) Selalu berkoordinasi dengan regu / pihak lain

11
e. Tugas Pemadam Kebakaran Setempat
1) Pada saat mendapat perintah
a) Berusaha mengetahui dengan pasti lokasi terjadinya kebakaran
b) Menuju ke posko kebakaran (Informasi / Operator) untuk
memantau situasi
c) Seorang anggota regu menunggu kedatangan petugas pemadam
kebakaran Kota Bondowoso.
2) Pada saat terjadi kebakaran
a) Melaksanakan pemadaman / lokalisir kebakaran sebelum petugas
pemadam kebakaran Kota Bondowoso datang
b) Memberi informasi yang diperlukan oleh petugas bantuan yang
datang
c) Selalu berkoordinasi dengan regu / pihak ain

f. Tugas Kepala Peran Kebakaran Ruangan / Instalasi


1) Apabila terdapat kebakaran segera laporkan ke ext. 101
2) Memimpin pelaksanaan operasional
3) Pada saat mendengar pemberitahuan evakuasi :
a) Periksa semua ruangan dan pastikan setiap penghuni di ruangan /
instalasi untuk melaksanakan evakuasi
b) Pada saat evakuasi berikan perhatian khusus pada orang cacat,
hamil, anak - anak, dan lain - lain
c) Pada saat tiba di titik berkumpul, laksanakan inventarisasi terhadap
penghuni (pasien, pengunjung, pegawai)
d) Laporkan tentang situasi terakhir dan status evakuasi kepada
Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung (KKKG)

g. Tugas Regu Pemadam Kebakaran


1) Memadamkan dan melokalisir kebakaran serta menekan kerugian
sekecil - kecilnya
2) Memadamkan kebakaran dengan menggunakan APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) secara efektif dan efisien
3) Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain

12
h. Tugas Regu Evakuasi Pasien
1) Mengevakuasi penghuni ke titik berkumpul terdekat
2) Memberi petunjuk, mengarahkan dan mencarikan jalan keluar kepada
penghuni
3) Selalu mengingatkan penghuni agar tidak menggunakan lift sekaligus
mengarahkan agar menuju tangga darurat terdekat
4) Selalu mengingatkan kepada ibu - ibu yang memakai sepatu berhak
tinggi harap dilepas
5) Menginformasikan ke regu P3K apabila ditemukan penghuni yang
perlu mendapatkan pertolongan
6) Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain

i. Tugas Regu Evakuasi Aset (Alkes)


1) Menyelamatkan barang berharga (alkes) atau aset penting ke tempat
lain yang telah ditentukan
2) Menyerahkan barang (alkes) atau aset tersebut ke bagian
pengamanan
3) Selalu memonitor situasi terakhir kebakaran
4) Selalu berprinsip bahwa keselamatan jiwa lebih penting dari harta
benda
5) Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain

j. Tugas Regu Evakuasi Dokumen


1) Menyelamatkan dokumen penting ke tempat lain yang telah ditentukan
2) Menyerahkan dokumen penting tersebut ke bagian pengamanan
3) Selalu memonitor situasi terakhir kebakaran
4) Selalu berprinsip bahwa keselamatan jiwa lebih penting dari harta
benda
5) Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain

13
6. Alur Penanggulangan Kebakaran
a. Keadaan darurat (terjadi kebakaran)
b. Petugas unit yang mengetahui adanya kebakaran segera telepon ke ext.
101 dengan melaporkan "Code red di ruang ......". Laporan disebutkan
dengan format : "Code red di ruang ......" di ulang 2x dan dikonfirmasi jika
sudah benar
c. Operator ext. 101 menerima berita dan menyampaikan berita ke petugas
informasi serta segera mengirim bantuan tenaga ke lokasi terjadinya
kebakaran
d. Petugas informasi menyampaikan laporan tersebut kepada kepala KKG
(Keselamatan Kebakaran Gedung) yaitu security yang selalu ada di
lingkungan rumah sakit melalui telepon
e. Kepala unit / koordinator / senior memberi perintah kepada rekan kerjanya
yang sudah ditunjuk sebagai regu pemadam unit untuk memadamkan api
dengan APAR. Jika besar api melebihi dari 1 tabung APAR, jika api tetap
tidak dapat dipadamkan maka harus memakai hydrant
f. Jika api dapat dipadamkan maka segera telepon ke ext. 101 jelaskan
bahwa api sudah dapat dikendalikan / padam
g. Operator ext. 101 menerima berita menyampaikan berita ke petugas
informasi bahwa api sudah dapat dipadamkan
h. Petugas informasi menyampaikan berita bahwa api sudah dapat
dipadamkan ke penjaga gedung dan kepala unit terkait melalui telepon
i. Petugas informasi menyampaikan pengumuman via speaker informasi ke
semua unit bahwa situasi sudah normal dan dapat beraktifitas kembali
seperti semula
j. Petugas satpam membuat laporan kronologis kejadian guna untuk
pelaporan ke Kepala Rumah Sakit, jika TKP memungkinkan untuk dipakai
kembali segera bersihkan dengan berkoordinasi dengan unit terkait serta
koordinasi dengan IPPRS
k. Jika api tidak dapat dipadamkan maka petugas jaga segera telepon ke
ext. 101

14
l. Operator ext. 101 menerima berita dan menyampaikan berita ke petugas
informasi serta segera melakukan perannya masing - masing seruai
MKKG
m. Petugas informasi menyampaikan laporan tersebut melalui telepon
kepada Bintara Jaga dan Kepala Unit terkait bahwa api tidak dapat
dipadamkan
n. Kepala KKG (Keselamatan Kebakaran Gedung) memberi perintah kepada
petugas informasi untuk memberikan pengumuman melalui speaker
informasi agar unit di sekitarnya waspada serta memonitor perkembangan
dan segera datang ke Informasi / Operator (posko kebakaran) untuk
memimpin operasional. PMK Bondowoso segera dihubungi serta
dipastikan berapa lama waktu tibanya hingga ke rumah sakit
o. Petugas informasi segera menelepon PMK Bondowoso dan sekitarnya
p. Jika api tidak dapat dipadamkan maka segera lakukan proses evakuasi
q. Kepala KKG memerintahkan petugas IPPRS untuk mengamankan
instalasi teknik guna meminimalisir penyebaran api
r. Regu evakuasi melakukan proses evakuasi melalui tangga darurat atau
selasar mengikuti jalur evakuasi menuju ke titik berkumpul terdekat.
Prioritas evakuasi adalah dahulukan wanita hamil, anak - anak dan orang
cacat
s. Regu salvage melakukan penyelamatan barang atau data penting dibawa
ke titik berkumpul terdekat
t. Satpam area melakukan tugasnya
u. PMK setempat melakukan penyemprotan memakai hydrant sambil
menunggu Damkar datang, jika Damkar telah datang maka PMK
Setempat ikut membantu jalannya proses pemadaman api
v. Setelah api dapat dipadamkan, kepala KKG memerintahkan semua
petugas re-evakuasi
w. Investigasi, evaluasi, rekomendasi dan rehabilitasi oleh kepala KKG
dibantu Damkar

7. Keselamatan Pemadam
Dalam pemadaman perlu diperhatikan hal - hal berikut :
a. Arah angin

15
b. Jenis bahan yang terbakar
c. Volume dan potensi bahan yang terbakar
d. Letak dan situasi lingkungan
e. Lamanya terbakar
f. Alat pemadam yang tersedia

Sebagai Panduan, setiap akan bertindak dalam pemadaman kebakaran


harus mengutamakan keselamatan jiwa (safe life first) baik diri sendiri
atau keselamatan team. Untuk itu setiap pemadamharus :
a. Tegas dandisiplin
b. Tenang, waspada (mudah berfikir) dan percayadiri.
c. Kompak dalam kerja samateam
d. Cepat dan efesien
e. Setiap selesai pemadaman yakinkan api telah padam mundur sampai
jarak aman dan jangan langsung balik badan.
Hal ini dapat dicapai karena terbiasa, dari pengalaman dan keterampilan
yang diperoleh dalamlatihan

8. Pengendalian Risiko Kebakaran


a. Bahaya Kebakaran Kelistrikan
Kegagalan Sistem Kelistrikan dan kesalahan pada peralatan kelistrikan
merupakan penyebab yang paling utama terjadinya bahaya kebakaran.
Kebakaran dapat disebabkan dari lepasnya hubungan grounding, Isolasi
kabel yang rusak, atau sekring, jalur, motor,dan outlet overload
ataukonsleting.
Untuk mencegah terjadinya Kebakaran Kelistrikan, Karyawan harus :
1) Pastikan bahwa selubung kabel keadaan baik danbila sudah agak
rusakpastikan segeradiganti.
2) Menggunakan hanya sekering yang sesuaiukuran.
3) Jangan menggunakan atau percayakan pada kabel rol bekas
perbaikan atau pernah terjadioverload.
4) Jangan membebani suatu titik sambungan listrik secara berlebihan
denganmenggunakan adaptor/stekker kombinasi. Jangan pernah
menggunakan kabel ekstensi palsu, gunakan kabel ekstensi yang

16
memang telah direkomendasi olehunit pemeliharaan RS. Bhayangkara
Bondowoso.
5) Selalu periksa kabel yang berada di area berbahaya yang sangat
berisikodapat menyebabkankebakaran.
6) Selalu periksa peralatan yang menggunakan listrik dan pastikan
telahdisambungkankegroundingdandisolasidenganbaik.
7) Pastikan ada ruang yang cukup pada peralatan yang digunakan untuk
tindakan pemeliharaan.
8) Matikan peralatan yang menggunakan listrik bila tidakdigunakan.
9) Apabila ingin meninggalkan ruangan, teliti bahwa semua peralatan
yang menggunakan listrik telah diputus hubungannya (komputer,
alat medis elektronik, peralatan kerja listrik, mesin foto copy dan
sebagainya)

b. Pemanas Portable
Semua jenis pemanas portable yang akan digunakan harus
direkomendasi oleh unit IPPRS Bhayangkara Bondowoso. Pemanas
Portable harus mempunyai sistem proteksi beban / panas lebihyang dapat
automatis mati bila beban / panas tersebut telah mencapai batas. Jauhkan
penempatan peralatan pemanas dengan bahan dan barang yang mudah
terbakar. Jangan membolehkan memanaskan makanan dalam lingkungan
anda atau di tempat umum kecuali seperti di ruangan pantry.

c. Bahaya Kebakaran Kantor


Risiko kebakaran di area kantor pun bisa terjadi dikarenakan banyak
digunakannya peralatan listrik seperti komputer, fax, dan lain - lain. Untuk
mencegah kebakaran yang terjadi di area kantor maka karyawan harus :
1) Hindari terjadinya konsleting dan overload sirkuit pada peralatan listrik
kantor.
2) Matikan semua peralatan yang menggunakan sumber listrik bila
tidak digunakan atau telah selesai jam pulang kantor.
3) Pastikan area penyimpanan bersih dari sampah dan kotoran.
4) Pastikan kabel ekstension tidak ditempatkan di bawah karpet.

17
5) Pastikan sampah kertas dikumpulkan dan dipisahkan dari sampah
jenis lainnya.
6) Dilarang menyalakan api di ruang kantor.

d. Pekerjaan Pengelasan, Pemotongan Logam, dan Menyalakan Api


Petugas yang melaksanakannya harus memastikan :
1) Pekerjaan Memotong dan Mengelas harus dilakukan oleh orang yang
berwenang dan dilakukan di area khusus pengelasan jika masih
dimungkinkan
2) Tersedia ventilasi yang cukup
3) Semua peralatan kerja yang digunakan minimal harus sesuai dengan
standar
4) Pekerja dan membantu pekerja harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) yang sesuai
5) Bila pekerjaan dilakukan di area sprinkel maka sistem sprinkel tersebut
harus dilindungi
6) Bila pekerjaan dilakukan diarea gas bertekanan atau pipa gas maka
jalur gas tersebut harus dimatikan terlebih dahulu
7) Jauhkan atau lindungi bahan yang mudah terbakar bila pekerjaan
dilakukandiarea penyimpanan atau tempat barang yang mudah
terbakar.
8) Siapkan peralatan pemadam api di sekitar area kerja

e. Bahan Mudah Terbakar


1) Meminimalkan penyimpanan bahan dan barang yang mudah terbakar
2) Sampah yang mudah terbakar selalu dalam keadaan terbungkus,
tertutup rapat,bila perlu dikotak besi.
3) Menggunakan dan menyimpan bahan yang mudah terbakar di area
dengan ventilasi yang baik dan jauh dari sumber api.
4) Menggunakan produk yang tidak mudah terbakar.
5) Pisahkan bahan kimia reaktif yang isinya bertentangan agak jauh.
6) Laporkan segera bila terjadi kebocoran gas, dan pastikan semua
kebocoran gas segera diperbaiki baik gas medis maupun gas LPG.

18
7) Segera perbaiki dan bersihkan bila terjadi kebocoran cairan yang
mudah terbakar.
8) Pastikan area kerja bebas dari debu, serbuk gergaji, potongan kertas,
kain dan material lainnya yang sejenis.

f. Kegiatan Konstruksi
Pada saat kontruksi diperlukan kebutuhan keselamatan kebakaran yang
meliputi :
1) Setiap terjadi kejadian yang berbahaya terutama bahaya kebakaran
harus dilaporkan segera kepada Komite K3
2) Akses untuk darurat kebakaran, yaitu area tempat berkumpul dan
akses untuk mobil dinas pemadam kebakaran
3) Perlindungan kebakaran dengan menyediakan APAR
4) Bahan yang menimbulkan kebakaran tidak direkomendasikan
5) Mengadakan ruangan khusus untuk pekerjaan panas (mengelas)

D. SARANA / SISTEM PERALATAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


BAHAYA KEBAKARAN

Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso terletak di Jalan Jend. Pol Sucipto


Judodiharjo 12 Kota Bondowoso, terdiri dari bangunan utama, bangunan
pelengkap, bangunan ruang parkir dan bangunan keperawatan. Pada gedung
dilengkapi dengan system deteksi kebakaran dan peralatan pencegahan
kebakaran yang terdiri dari :
1. Jalur Evakuasi
Pada konstruksi Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso dibangun
dengan konstruksi besi beton yang tidak mudah terbakar, layout gedung
dibuat sedemikian rupa dengan desain ruang terbuka agar dimungkinkan
memperlambat api menjalar jika terjadi kebakaran.
Akses petugas untuk berkoordinasi dapat terjangkau dengan mudah,
akses evakuasi telah tersedia disetiap gedung di Rumah Sakit Bhayangkara
Bondowoso termasuk tangga darurat menuju ke tempat aman (tempat
berkumpul) telah disediakan Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso. Titik
kumpul terletak di halaman depan rumah sakit.

19
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) berfungsi untuku memadamkan api
kebakaran yang masih ringan / kecil sebelum alat pemadam api hydrant
dipergunakan. Saat gas APAR disemprotkan pada titik kebakaran, gas akan
mengembang seperti bola dan dapat menutupi dan mengurangi suhu panas
dalam api. Selain itu, gas ini juga akan memutus siklus oksigen dalam area
kebakaran. Seperti pada rumus 3 elemen pembentuk api di atas, jika tidak
ada oksigen maka api tidak akan menyala. Begitulah prinsip kerja alat
pemadam api. Dengan mengetahui hal ini diharapkan anda dapat mengambil
keputusan tepat saat terjadi kebakaran.

Syarat-syarat penempatan/pemasangan APAR :


a. Jarak antara APAR satu dengan lainnya minimal 15 meter.
b. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau.
c. Dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan, dengan ketinggian 125
cm dari dasar lantai tepat diatas satu kelompok APAR bersangkutan.
d. Diletakkan pada jalur keluar arah reflek pelarian.
e. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah dan tidak terkunci.
f. Memperhatikan jenis dan bahan yang dapat terbakar.
g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi, seperti jumlah bahan
bakar,ukurannya, kecepatan menjalarnya dan sebagainya.

20
Titik - titik APAR yang tersedia di RS Bhayangkara BONDOWOSO adalah
sebagai berikut

NO. LOKASI JENIS MERK

1 POLI UMUM POWDER CHUB FIRE

2 RUANG REKAM MEDIS POWDER FUHRER

3 BKIA POWDER FUHRER

4 APOTIK F.E.G / GAS FEXTHINDO

5 DEPAN POLI MATA POWDER FUHRER

6 PERIN POWDER FUHRER

7 IGD POWDER FUHRER

8 GUDANG FARMASI POWDER FUHRER

9 RADIOLOGI DALAM POWDER FUHRER

10 RUANG MANASE POWDER FUHRER

11 LANTAI II ANTURIUM 1 F.E.G / GAS FEXTHINDO

12 LANTAI II LAVENDER 6 F.E.G / GAS FEXTHINDO

13 RUANG RAWAT INAP ATAS POWDER FUHRER

14 DEPAN KAMAR EDELWES 7 POWDER FUHRER

15 RUANG GENSET POWDER FUHRER

16 RUANG RAPAT POWDER FUHRER

17 RUANG GENSET DEPAN F.E.G / GAS FEXTHINDO

18 RUANG STAF POWDER FUHRER

19 RUANG OK POWDER CHUB FIRE

20 RUANG ICU/PICU POWDER FUHRER

21 RUANG JENAZAH POWDER CHUB FIRE

22 RUANG AULA POWDER FUHRER

21 RUANG CSSD POWDER FUHRER

22 RUANG LAUNDRY POWDER FUHRER

21
3. Sistem Deteksi Dini
Sistem deteksi dini pada bangunan di Rumah Sakit Bhayangkara
Bondowoso dengan menggunakan detektor asap. Detector asap juga
terpasang pada ruang pelayanan dan area perkantoransebanyak. Cara kerja
sistem ini adalah apabila timbul asap yang cukup banyak, maka akan
menimbulkan aktifnya detector asap. Peringatan dini ini akan bekerja secara
otomatis mengaktifkan alarm.
Pada smoke detector terdapat sebuah ruang yang berbentuk T. Di
dalam detektor terdapat sebuah semikonduktor yang dapat mengeluarkan
cahaya pada bagian atas ruang. Pada bagian bawah, terdapat sebuah
photocell yang dapat mendeteksi adanya cahaya yang masuk. Jadi,
prosesnya adalah asap yang masuk ke dalam detektor mengenai sumber
cahaya dalam detektor. Kemudian, cahaya tersebar ke dalam detektor dan
mengenai photocell yang sensitif dan mendeteksi adanya cahaya. Proses
tersebut yang memicu alarm sebagai penanda adanya asap pada sebuah
bangunan. Saat asap dalam ruangan melebihi batas normal maka sensor ini
akan mengirim sinyal ke panel alarm untuk membunyikan sirine.

Titik - titik smoke detector yang terdapat di Rumah Sakit Bhayangkara


Bondowoso adalah sebagai berikut :
1) RUANG SPRI
2) RUANG WAKARUMKIT
3) RUANG BENSAT
4) RUANG URMIN
22
5) RUANG ASURANSI
6) RUANG REKAM MEDIS
7) RUANG AKREDITASI
8) RUANG K3RS
9) RUANG SUBBID JANGMEDUM
10) RUANG IT
11) KLINIK GIGI
12) KLINIK USG
13) KLINIK BEDAH PLASTIK
14) KLINIK CAHAYA
15) KLINIK FISIOTERAPI TIMUR
16) KLINIK FISIOTERAPI BARAT
17) KLINIK THT
18) KLINIK PSIKIATRI
19) RUANG HEMODIALISA
20) RUANG CSSD
21) RUANG ADMISI POLIKLINIK
22) KLINIK ANAK
23) KLINIK NEUROLOGI
24) KLINIK KANDUNGAN
25) DEPO OBAT POLIKLINIK
26) KLINIK INTERNE
27) KLINIK ORTHOPEDI
28) KLINIK JANTUNG
29) KLINIK SYARAF
30) KLINIK AKUPUNTUR
31) AULA TRIBRATA

4. Pemadam Api Hydrant


Bangunan induk Rumah Sakit Bhayangkara BONDOWOSO dilengkapi
juga dengan sistem pemadam api hydrant yang terdapat pada :
a. Bangunan utama masing - masing lantai terpasang hydrant box sebanyak
tujuh titik yaitu empat di gedung Poliklinik tiap lantai mulai lantai dasar
(basement) sampai lantai atas Aula Tribrata, dan tiga titik di tiap lantai

23
gedung keperawatan sebelah sisi utara bangunan Rumah Sakit
Bhayangkara BONDOWOSO
b. Hydrant pilar terpasang di halaman Rumah Sakit Bhayangkara
BONDOWOSO ada tiga titik yaitu di halaman parkir depan, samping
gedung Poliklinik, dan di halaman tengah Rumah Sakit Bhayangkara
BONDOWOSO.

Komponen hydrant terdiri dari :


a. Reservoir (Tandon Air)
Tandon air atau tangki air hydrant biasa ditempatkan di basement atau
area luar gedung berdampingan dengan pompa-pompa hydrant. Tandon
air ini bisa dibuat di atas tanah atau di bawah tanah (ground tank).
Kapasitas tandon air sangat bervariasi, disesuaikan dengan kebutuhan
gedung tersebut. Faktor yang mempengaruhi yaitu luas bangunan, jumlah
lantai, dan jarak dinas pemadam kebakaran terdekat dengan gedung.
Untuk itu, tandon air di hydrant gedung paling tidak harus mampu
menyediakan air untuk memadamkan kebakaran selama 30 menit (waktu
perkiraan petugas pemadam kebakaran datang ke lokasi). Tandon
hydrant di RS Bhayangkara BONDOWOSO terletak di luar bangunan di
bawah tanah (ground tank) halaman parkir depan gedung rumah sakit.
b. Pompa Hydrant
Pompa hydrant inilah yang akan menghisap air dari tandon air melalui
pipa suction (pipa hisap) dan mendistribusikannya dengan tekanan tinggi
ke jaringan perpipaan hydrant gedung sampai komponen output.

Pompa hydrant di RS Bhayangkara BONDOWOSO terdiri dari 2 pompa


yaitu:

24
1) Pompa Jockey: Pompa ini berfungsi sebagai penjaga tekanan statis di
jaringan hydrant. Selain sebagai pengontrol tekanan, pompa jockey
juga bisa berfungsi sebagai pengontrol jika terjadi kebocoran pada
instalasi hydrant. Pompa ini akan bekerja secara otomatis jika salah
satu katup pengeluaran dibuka, dan akan otomatis mati pada saat
katup ditutup.Pompa jockey pada umumnya bekerja dengan tenaga
listrik dari PLN atau sumber listrik utama pada gedung.
2) Pompa Utama : Pompa hydrant elektrik berfungsi sebagai pipa utama
yang akan bekerja ketika kapasitas maksimal pompa jockey
terlampaui. Pompa hydrant elektrik akan hidup secara otomatis dan
akan mati dengan cara manual melalui panel kontrol pompa atau bisa
juga diatur otomatis mati pada tekanan tertentu.Pompa ini bekerja
menggunakan daya listrik dari PLN atau sumber listrik utama pada
gedung.

c. Panel Kontrol Pompa


Panel kontrol pompa ini sudah seharusnya ada jika menggunakan pompa
hydrant karena semua pengaturan diatur di sini. Pompa jockey dan
pompa utama bisa diatur bekerja dan mati secara manual atau otomatis
melalui komponen ini. Di sini Anda dapat mengatur tekanan minimal dan
maksimal untuk masing-masing pompa. Untuk mengatur sistem kerja
pompa berdasarkan tekanan, panel kontrol mendapatkan input dari
pressure switch.

Pengaturan yang biasa diterapkan yaitu :

25
1) Pompa jockey disetting 6~8 bar atau 8~10 bar
2) Main pump atau pompa utama disetting 4~8 bar atau 4 ~10 bar

d. Sistem Distribusi & Jaringan Perpipaan


Dari pompa, air akan didistribusikan dan diteruskan hingga ke titik output
(hydrant pillar, hydrant valve, sprinkler). Tentu yang digunakan bukan
pipa sembarangan. Pipa yang digunakan haruslah terbuat dari besi yang
tahan karat dan kokoh karena akan mendistribusikan air bertekanan
tinggi. Pipa-pipa ini terdiri dari pipa header yang paling besar hingga pipa-
pipa cabang yang memiliki ukuran lebih kecil.
Pada sistem distribusi ini juga diperlukan komponen pendukung lainnya
yang akan mendukung kinerja komponen lainnya seperti safety valve, air
vent, pressure switch, pressure gauge, dan komponen lainnya.

e. Hydrant Pillar dan Hydrant Box


Air bertekanan kemudian bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran
melalui hydrant pillar. Hydrant pillar ini berfungsi sebagai jalan keluar air
dari sistem hydrant gedung. Hydrantpillar biasanya berada di luar gedung
untuk proteksi kebakaran dari luar. Di samping atau di
dekat hydrantpillar harus tersedia hydrantbox yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan selang pemadam kebakaran (fire
hose), hosenozzle, & hoserack. Sehingga ketika Anda akan
menggunakan hydrantpillar, komponen di dalam hydrantbox tersebut bisa
secepatnya diambil dan dipasang pada hydrant pillar.

26
Titik - titik hydrant pilar dan hydrant box di RS. Bhayangkara
BONDOWOSO adalah sebagai berikut :

NO. LOKASI JENIS

1 PARKIR BASEMENT HYDRANT BOX

2 POLIKLINIK LT 1 HYDRANT BOX

3 POLIKLINIK LT 2 HYDRANT BOX

4 AULA TRIBRATA LT 3 HYDRANT BOX

5 GEDUNG KEPERAWATAN UTARA LT 1 HYDRANT BOX

6 GEDUNG KEPERAWATAN UTARA LT 2 HYDRANT BOX

7 GEDUNG KEPERAWATAN UTARA LT 3 HYDRANT BOX

8 HALAMAN PARKIR DEPAN HYDRANT PILLAR

9 TAMAN DEPO OBAT BPJS HYDRANT PILLAR

10 TAMAN RUANG TRANSIT VVIP HYDRANT PILLAR

27
28
29
30
5. Alarm Kebakaran Manual
a. Alarm kebakaran box hydrant gedung.
Alarm kebakaran ini berada di box hydrant gedung (bunyi ring).
Pengoperasiannya adalah dengan cara memecahkan kaca
pengamannya.
b. Alarm kebakaran speaker informasi operator
Alarm kebakaran ini di operasikan oleh operator saat terjadi kebakaran.
Suara yang dihasilkan keluar dari speaker informasi yang terpasang di titik
- titik di seluruh area rumah sakit. Alarm ini di bunyikan untuk
menandakan bahwa telah terjadi code red.

6. Sprinkler
Prinsip kerja fire sprinkler sangatlah kompleks jika diperhatikan dan
dilihat lebih seksama. Fire sprinkler memiliki banyak komponen untuk
menjalankan fire sprinkler system ini, fire sprinkler tidak terlepas dari tandon
air yang menyediakan pasokan air ketika terjadi bencana kebakaran.
Sehingga dibutuhkan analisa yang matang untuk pembuatan fire sprinkler ini.
Sistem fire springkler di Indonesia diatur dalam Standard Nasional
Indonesia (SNI) 03-3989- 2000 tentang tata cara perencanaan dan
pemasangan sistem springkler otomatik untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung.

31
Prinsip kerja fire sprinkler sangat komplek terdiri dari pipa pada
sprinkler, kepala sprinkler, dan sistem penyediakan air. Perencanaan dalam
pemasangan fire sprinkler ini harus dipersiapkan dengan matang dan sedetail
mungkin. Karena sangat penting untuk memaksimalkan kinerja dari prinsip
kerja fire sprinkler ini. Setiap komponen fire sprinkler mempunyai peran
masing-masing untuk berjalannnya sistem fire sprinkler ini.
Prinsip kerja fire sprinkler sangat canggih dan merupakan terobosan
mutakhir yang pernah dibuat dalam sejarah umat manusia. Fire sprinkler
merupakan sistem yang digunakan untuk memadamkan kebakaran ketika
terjadi kebakaran di sebuah bangunan.
Fire Sprinkler akan menyala secara otomatis ketika ada api yang akan
menyebabkan kebakaran. Sehingga alat ini bisa dihandalkan ketika suatu
gedung atau ruang yang sudah terpasang dengan fire sprinkler tidak ada
orang yang mengetahui sumber api, fire sprinkler dapat bekerja dengan
otomatis untuk memadamkan kebarakan. Apalagi prinsip kerja fire sprinkler
dipadukan dengan alarm smoke detector atau alarm fire detector tentunya
kebakaran akan lebih diminimalisir kerugiannya.
Beberapa prinsip kerja fire sprinkler saat terjadi kebakaran pada
sebuah gedung :
a. Fire Sprinkler akan bekerja ketika mendapatkan suhu dari panas api
sekitar 68°C yang akan terbuka dan air akan keluar pada kepala
sprinkler.
b. Clapper pada alarm valve akan terbuka dan menyebabkan seat pada
alarm check valve terbuka, kemudian air akan mengalir ke pipa alarm
trim dan mengaktivasi alarm.
c. Aliran air akan berhenti mengalir ke pressure switch, alarm gong dan
juga ke fire sprinkler.

Prinsip kerja fire sprinkler system terdiri dari tiga (3) klasifikasi sesuai
dengan klasifikasi hunian bahaya kebakaran, yaitu:
a. Sistem bahaya kebakaran ringan
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2.25 mm/menit, dengan daerah
kerja maksimum yang diperkirakan yaitu 84 m2. Adapun jenis hunian

32
kebakaran ringan antara lain seperti bangunan perkantoran, perumahan,
pendidikan, perhotelan, rumah sakit, dan lain-lain.
b. Sistem bahaya kebakaran sedang
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit, dengan daerah
kerja maksimum yang diperkirakan yaitu 72-360 m2. Sedangkan yang
termasuk jenis hunian kebakaran ini adalah industri ringan seperti pabrik
susu, elektronika, pengalengan, tekstil, rokok, keramik, pengolahan
logam, bengkel mobil, dan lain-lain.
c. Sistem bahaya kebakaran berat
Untuk proses industri kepadatan pancaran yang direncanakan 7.5-12.5
mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan adalah 260
m2. Sedangkan bahaya pada gudang penimbunan tinggi kepadatan yang
direncanakan 7.5-30 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang
diperkirakan 260-300 m2 dengan kepadatan pancaran yang
direncanakan untuk bahaya pada gedung penimbunan tinggi tergantung
pada sifat bahaya barang yang disimpan. Adapun yang termasuk jenis
hunian kebakaran ini adalah industri berat seperti pabrik kimia, korek api,
bahan peledak, karet, busa, kilang minyak, dan lain-lain.

Untuk menangani bahaya kebakaran yang mengancam disarankan


semua ruang dalam bangunan tersebut harus dilindungi dengan fire sprinkler
system. Kecuali ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang
berwenang seperti ruang tahan api, ruang panel listrik, ruangan tangga dan
ruangan lain yang dibuat khusus tahan api.

33
Di Rumah Sakit Bhayangkara BONDOWOSO terdapat tiga titik yang
terpasang sprinkler. Lebih diutamakan area - area yang tidak ada pelayanan
24 jam, yaitu Ruang Keuangan sebanyak 12 titik sprinkler.

34
35
36
7. Telepon Code Red
Telepon darurat kebakaran di Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso
adalah ekstensi 101 yang berada di operator.

8. Perlengkapan Darurat
Peralatan penanggulangan kebakaran berada di ruangan dan mudah
dijangkau yang meliputi helm, senter, brankart, kursi roda, dan masker.
Lemari diletakkan pada tempat - tempat strategis. Tersedia juga senter
sebagai alat bantu evakuasi.
Sebagai sarana evakuasi terdapat 4 helm yaitu :
a. Helm Merah (helm pemadam kebakaran)
b. Helm Kuning (helm evakuasi alat kesehatan atau aset)
c. Helm Putih (helm penyelamatarsip dan dokumen penting)
d. Helm Biru(helmevakusai pasien)

9. Rambu Keselamatan Kebakaran


Rambu keselamatan kebakaran membantu dalam menanggulangi
kebakaran seperti :
a. Tanda pemadam api pada APAR

37
b. Tanda tempat berkumpul darurat

c. Panah menuju tempat evakuasi / tempat berkumpul

d. Tanda penggunaan APAR

38
e. Tanda bahaya kebakaran

f. Tanda bahaya ledakan

g. Tanda larangan merokok

39
10. Evakuasi
Prioritas pasien yang dievakuasi adalah pasien atau korban dengan
tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Untuk unit khusus sepeti IGD, ICU,
Perinatologi, dan Instalasi Bedah Sentral evakuasi pasien ditentukan oleh
dokter yang berjaga di unit tersebut.

a. Keselamatan Petugas Pada Saat Melakukan Pencarian


Dalam keadaan darurat terdapat ancaman jiwa manusia, maka pecarian
harus cepat dilakukan. Bagaimana pun, sebagai petugas penyelamat
sebelum melakukan pencarian perlu memperhatikan keselamatan dirinya
sebelum menyelamatkan orang lain dan oleh karena itu penyelamat
harus mengetahui dan memahami prosedur keselamatan sebagaiberikut
:
1) Gunakan peralatan pelindung diri yang diwajibkan
2) Pastikan kesiapan peralatan kerja
3) Pastikan kesiapan pasangan kerja Anda
4) Pelajari denah bangunan
5) Koordinasi dengan Tim Tanggap Darurat
6) Pertahankan hubungan komunikasi dengan Tim

Prosedur keselamatan ini harus dilakukan setiap petugas yang akan


melaksanakan pencarian. Sebagai petugas penyelamat jangan
sampai justru petugas yangdiselamatkan.
Berikut ini daftar hal - hal yang penting tentang prosedur keselamatam
yang harus diketahui sebelum pencarian dalam bangunan dan beberapa
tipe penyelamatan :
1) Jika kondisi yang membahayakan begitu mengembang atau kondisi
bangunan begitu buruk sehingga petugas penyelamat akan berisiko
kehilangan jiwa, maka pertolongan sebaiknya jangan dilanjutkan.
Sebab dalam kondisi demikian kemungkinan korban hidup sangat kecil
2) Selalu memakai peralatan pelindung secara lengkap, kenakanlah
peralatan tersebut secara benar
3) Selalu bekerja berpasangan dan menjaga hubungan terus - menerus
dalamsetiappekerjaan

40
4) Mempunyai tujuan atau rencana, jangan melakukan pekerjaan tanpa
tujuan
5) Jika menghadapi kobaran api, tutuplah pintu untuk menghambat
penjalaran api sementara, sehingga Petugas Penyelamat dapat
melanjutkan
6) Ketika pencarian telah selesai dilakukan, maka petugas harus
melaporkan kembalisecara tepat kepada PJ ReguUtama
7) Jika petugas penyelamat terperangkap, ia dapat berlindung
sementara di balik pintu, sebagai upaya terakhir ia harus melemparkan
helm atau sabukkeluar.
8) Apabila saat operasi kebakaran di lantai atas harus tersedia tali
pemandu. Namun dalam keadaan darurat petugas dapat menggunakan
selang /selang hydrant sebagai talipemandu
9) Beri tanda pada saat masuk ruangan dan ingatlah pada saat
membelok masuk ke ruangan lain agar nantinya dapat keluar dengan
mudah, misalnya ketika harus berbalikarah.

10) Raba pintu sebelum dibuka, dengan menggunakan punggung


tangan, sebab mungkin saja permukaan pintu dalam kondisi panas
tinggi
11) Jika anda merasa kehilangan arah, tetap tenang. Bergeserlah dengan
menempelpada dinding yang mengarah pada pintu dimana anda
masuk, atau kearah pintu lain. Jika anda dapat menemukan selang
yang tergelar merayaplah di sepanjang jalur selang ini. Dengan cara ini
anda akan sampai ke pipa pemancar atau kearahluar bangunan atau
carilah jendela terterdekat dan beri tanda kepadaorang - orang yang
di luarbangunan
12) Petugas harus selalu membawa senter yang masih aktif. Selain itu,
penerangan lampu senter ini sekaligus juga dapat difungsikan sebagai
tanda keberadaan anda di suatu lokasi. Misalnya pada saat kondisi
anda merasa sangat lemah dan ada tanda - tanda akan jatuh pingsan,
nyalakan senter dan arahkan kearah langit - langit.
13) Buka pintu dengan hati - hati, jangan berdiri di depan pintu, berdiri di
salah satu sisi dan buka pintu. Jangan memaksakan membuka pintu
sebab kemungkinan korban jatuh terdekat pintu pada saat ia mencoba

41
menyelamatkan diri. Dorong pintu pelan - pelan, raba dibelakangnya
untuk memeriksa kemungkinan adakorban.

b. Pencarian Korban
Pencarian di dalam korban ada 2 sasaran, yaitu :
1) Memastikan adanya korban
2) Untuk mengetahui tentang informasi luasnya kebakaran atau rusaknya
bangunan akibat bencana alam

Untuk menyelamatkan korban di lokasi kejadian, periksa penghuni


bangunan yang telah menyelamatkan diri dari bahaya. Tanyakan kepada
mereka untuk memastikan apakah masih ada orang yang tertinggal di
dalam.
Tim penyelamat yang memasuki bangunan harus selalu diketahui PJ Regu
Utama.Jadi, jangan sampai terjadi ada petugasyang memasuki bangunan
tanpa sepengetahuan petugas lain yang berada di luargedung.

Masalah - masalah yang dihadapi petugas dalam rangka penyelamatan


dan pencarian pada bangunan tinggi, diantaranya:
1) Pencarian korban dari luar dan dari dalam gedung
Untuk menjangkau korban dapat dimungkinkan dengan 2 cara yaitu:
a) Pencarian dari luar bangunan: dapat dilakukan dengan mengamati
sekeliling bangunan. Misalnya, dapat diamati apakah ada tanda -
tanda masih terdapat orang di dalam yang memberikan tanda atau
minta pertolongan lewat jendela.
b) Pencarian dari dalam bangunan: dilakukan dengan menerapkan
metoda pencarian seperti diuraikan sebelumnya. Mengingat kondisi
dan tingkat kesulitan yang dihadapi pada bangunan lainnya, maka
masalah penyelamatan pada bangunan tinggi ini harus
mendapatkan perhatian yang serius.
2) Pembentukan Pos Komando
Pos Komando atau Sub Pos Komando harus dibentuk pada 2 lantai
di bawah lantai yang terbakar. Fungsi Pos Komando ini adalah untuk
keperluan koordinasi, operasi, komunikasi dan pasokan logistik.

42
3) Pencarian korban
Pencarian dapat diawali dari satu lantai di bawah lantai yang terbakar,
pelajari denah lantai, jumlah ruangan, jalan keluar menuju tangga dan
jarak dari lift ke jalan menuju keluar. Pada umumnya lantai - lantai
pada bangunan tinggi dirancang dengan bentuk yang sama. Informasi
tersebut dapat menghemat waktu dan tenaga transportasi.
4) Penggunaan hidran untuk perlindungan diri
Untuk melindungi diri petugas dari pengaruh asap dan panas yang
tinggi dapat digunakan hidran terdekat.

c. Pemindahan Korban ke Daerah Aman


1) Korban dapat berjalan (dengan satupetugas):
a) Jika kondisi korban tampak jelas, bantulah ia agar posisi duduk,
lalu bantulah iaberdiri
b) Pegang tangan korban dan letakkan ke atas pundak Anda dan
dengan tetap memegang pergelangan tangan korban dengan
tangan yang satu, tangan Anda yang lain merangkul pinggang
korban sambil membimbingnyaberjalan

2) Mengangkat korban dalam posisi duduk (dengan duapetugas):


a) Duaorangpetugasberlututpadasisitubuhkorbankira-kira di
dekatpinggulnya
b) Angkatlah bagian tubuh korban hingga posisiduduk
c) Stabilkan bagian tubuh korban dengan menyandarkan
punggungnya padatangan kedua korban petugas yang saling
disilangkan
d) Keduaorangpetugasbisasalingmencengkrampada bagian
pundakataubagiandiataslengan masing -masinguntuk
memperkuat sandaranbagikorban
e) Letakkan kedua tangan yang lain, salingberpegangan di bawah
bagian paha(terdekat bagian bawah lutut) korban. Perhatikan
apakah posisi Anda dan korban telah benar nyaman untukbergerak

43
f) Angkatlah dengan perlahan dan bersama - sama, pindahkan
korban

3) Pemindahan korban dalam posisi parah / pingsan (dengan dua


petugas)
a) Dua orang petugas masing - masing berdiri pada bagian
kepala dan kakikorban
b) Petugas yang berdiri pada bagian kepala berlutut, dudukan korban
dari posisi di belakang korban, masukan kedua tangan melalui
kedua ketiak korban, kedua tangan saling memegang di atas
dadakorban
c) Petugas pada kaki korban berlutut diantara kaki korban dalam
posisi membelakangi korban, pegang cengkraman bagian bawah
kedua kakikorban
d) Kedua petugassaling bersamaan berdiri mengangkat agar
menggunakan kekuatan kakiAnda

4) Membawa korban dengan menggendong, untuk korban anak - anak


atau bertubuh kecil (dengan satupetugas)
a) Berlutut di sisi korban, letakkan satu tangan Anda di bawah paha
korban dan tangan yang lain di bawah punggung bagian atas
b) Angkat tubuh keatas
c) Pada saat mengangkat pindahkan berat korban ke ototkaki

5) Memindahkan korban dengan memanggul, untuk korban pingsan


dan cedera ringan (dengan satu petugas). Memindahkan korban
dengan tandu biasanya lebih disukai dari pada dengan
caramemanggul, karena cara ini dapat lebih ringan dan mengurangi
kemungkinan cidera yang lebih berat. Meskipun demikian cara
memanggul memang lebih efektif jika hanya tersedia seorang petugas
dan kecepatan menjadi prioritas. Cara pemindahan pasien ini relative
mudah untuk dilakukan oleh seorang petugas.
a) Posisikan korban tengkurep. Petugas mengarah ke depan korban
lalu sikap lutut kanan menempel di lantai dan kaki kiri menekuk ke

44
depan (sikap siap gerak cepat)
b) Angkat korban dari posisi depan kepala korban dengan kedua
tangan diletakkan di bawah ketiak korban
c) Angkat korban hingga posisi kedua kaki berdiri
d) Ambil satu tangan korban, lalu letakkan di tengkuk petugas, tangan
petugas lain merangkul pinggang korban
e) Hentakkan badan korban agak keras ke arah pundak untuk
dipanggul
f) Tangan korban yang berada di tengkuk petugas digenggam oleh
tangan petugas lain dengan posisi silang sehingga posisi korban
terkunci

6) Membawa korban dengan kursi (dengan dua petugas)


a) Korban sadar
(1) Korban didudukan di atas kursi, kedua tangan korban diletakan
di belakang sandaran kursi
(2) Petugas yang satu menggenggam kedua sisi sandaran melalui
atas korban
(3) Kursi tersebut kemudian ditarik ke belakang dengan ringan oleh
petugas yang berada di belakang, sehingga beban bertumpu
pada kedua kaki korban, berjongkok dan menggenggam kedua
kaki kursi bagian depan, julurkan kaki korban ke depan diantara
kedua tangan petugas depan
(4) Jika petugas telah siap, korban dapat diangkat dengan
komando dari petugas belakangnya angkat
(5) Perintahkan korban agar berpegangan pada kerangka kursi
b) Korban pingsan
(1) Korban didudukan di atasnya dan masing - masing petugas
menggotongnya di kedua sisi (bukan di depan dan belakang)
(2) Kedua petugas menggotong kursi dari sisi kanan dan kiri
dengan satu tangan memegang pada bagian siku depan dan
satu tangan pada bagian sandaran
(3) Miringkan kursi ke belakang secukupnya sekedar untuk
menghindarkan korban jangan sampai terjatuh

45
7) Membawa korban parah atau cedera berat dan tidak tersedia tandu
atau alat yang memungkinkan korban dapat ditidurkan dengan posisi
lurus (dengan tiga hingga empat petugas)
a) Ketiga petugas mengambil posisi masing - masing di terdekat
kepala, pinggangdan kaki korban
b) Ketiganya harus berlutut seterdekat mungkin dengan tubuh korban
c) Petugas terdekat kepala memasukan satu tangannya ke bawah
tengkukkorban dan yang satunya diletakkan di atas dada korban.
Petugas kedua memasukkan tangan yang satu lewat bawah
pinggang tangannya yang satunya di bawah pantat.Petugas ketiga
menyelipkan kedua tangannya ke bawah kaki korban pada bagian
lutut dan tungkai kaki. Petugas keempat menempatkan diri
berhadapan dengan ketiga petugas letakkan kedua tangan di
bawah punggung untuk membantu menyangga dan menjaga
keseimbangan tubuh korban
d) Dengan aba - aba tertentu, ketiga petugas mengangkat korban
dengan dibantu petugas ke empat dan letakkan korban di atas lutut
mereka
e) Ketiga petugas bangkit perlahan dan menelungkupkan korban
dengan tubuhnya menghadap ke dada mereka. Cara ini akan
menghindarkan korban dari cedera yang lebih parah, sementara
korban dipindahkan ke tempat yang aman

8) Memindahkan korban dengan selimut


a) Letakkan selimut di samping korban yang dalam posisi terlentang
dan tarik selimut ke sisi korban
b) Korban di atas selimut dalam posisi terlentang
c) Tarik selimut dengan posisi membelakangi korban

46
BAB IV
DOKUMENTASI

Pengumpulan data terkait dengan Penanggulangan Kebakaran, Kewaspadaan


Bencana dan Evakuasi adalah sebagai berikut :
1. Pengisian form pemeriksaan sarana penanggulangan kebakaran berupa Form
Pemeliharaan dan Pemeriksaan yang dilakukan sesuai jadwal masing -
masing sarana penanggulangan kebakaran untuk kemudian dilaporkan
kepada Komite K3RS Bhayangkara Bondowoso
2. Pengisian nomor kunci darurat untuk hydrant box
3. Pelaksanaan pelatihan penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan
bencana didokumentasikan dengan daftar peserta. Daftar hadir yang asli
diserahkan kepada Diklat sedangkan bentuk fotokopi didokumentasikan oleh
Komite K3
4. Pelaksanaan simulasi penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan
bencanaterdokumentasi dengan dibuatnya laporan pelatihan yang ditujukan
kepada Diklat.
5. Checklist fasilitas yang terkait dengan penanggulangan kebakaran dan
kewaspadaan bencana terdokumentasi
6. Laporan kejadian yang berkaitan dengan kebakaran dan bencana di RS.
Bhayangkara Bondowoso dibuat dalam laporan bulanan Komite K3

47

Anda mungkin juga menyukai