Disusun oleh :
JURUSAN MATEMATIKA
FEBUARI 2021
1. Barisan (Barisan Bilangan)
a n=a1 , a2 , a3 , …
Dalam mempelajari teori bilangan, akan dijumpai banyak jenis dari barisan bilangan.
Berikut merupakan beberapa contoh dari barisan bilangan :
Contoh 1.7.
a) Barisan bilangan kuadrat dari bilangan bulat
Barisan bilangan {an }, dimana
a n=n2 dan n=1,2,3 , …
Maka suku-suku dari barisan bilangan {an } adalah sebagai berikut :
Untuk
o n=1 , a 1=12=1
o n=2, a 2=22=4
o n=3 , a3=3 2=9
⋮
Sehingga
{a n }=1,4,9 , …
b) Barisan bilangan 2n
Barisan bilangan {bn }, dimana
b n=2n dan n=1,2,3 , …
Maka suku-suku dari barisan bilangan {bn } adalah sebagai berikut :
Untuk
o n=1 , a 1=21=2
o n=2, a 2=22=4
o n=3 , a3=22=8
⋮
Sehingga
{b n }=2,4,8 , …
Terdapat banyak barisan bilangan yang mana setiap suku yang berurutan diperoleh dari
suku sebelumnya yang dikalikan dengan faktor persekutuan. Misalnya, setiap suku dalam
barisan bilangan 2n sama dengan 2 kali lipat suku sebelumnya.
{a n }=a1 , a 2 , a3 , …
{a n }=2,4,8 , …
Definisi.
Geometric Progression (Progresi Geometri) adalah suatu barisan
bilangan dalam bentuk
a , ar , ar 2 , ar 3 , … , ar k , … ,
dimana
a merupakan suku awal , r merupakanrasio persekutuan .
a dan r merupakan bilanganreal
Contoh 1.8.
Barisan bilangan { a n }, dimana
a n=3.5 n ,dan n=0,1,2 , … ,merupakan barisan geometri:
Diketahui:
suku awal (a)=3,
rasio persekutuan ( r )=5.
Maka suku-suku dari barisan bilangan {an } adalah sebagai berikut :
Untuk
o n=0 , a 0=3.5 0=3
Catatan :Perhatikan bahwa barisan geometri dimulai dengan a 0. indeks dari suku-suku
yang berurutan pada suatu barisan bilangan dapat dimulai dengan 0 atau bilangan bulat
lain yang kita pilih.
Contoh 1.9.
Perkirakan rumus untuk a n, dengan delapan suku pertama dari { a n } adalah
4,11,18,25,32,39,46,53.
a n=a1 , a2 , a3 , a4 , a5 , a6 , a7 , a8 .
a n=4,11,18,25,32,39,46,53
Dengan memperhatikan 8 suku pertama pada barisan bilangan ini, didapat bahwa setiap
suku didapat dari suku sebelumnya ditambah 7. Misalkan
Untuk n=2
a 3=a2 +7
a 3=11+7=18
dst.
sama hal nya dengan dengan rumus pada triangular number , rumus ini tidak efektik
untuk mencari nilai dari suku ke−n.
Akan tetapi dengan memperhatikan rumus awal tersebut, suku ke−nbisa menjadi suku
awal ditambah 7(n−1). Sehingga dapat diperkirakan bahwa rumus untuk barisan
bilangan tersebut adalah
a n=4 +7 ( n−1 )
¿ 7 n−3
Tentukan suku ke−57 dari suatu barisan bilangan yang delapan suku pertamanya adalah
4,11,18,25,32,39,46,53. Dengan n=1,2,3,4,5 , … !
o n=1 , a 1=7 n−3=7 ( 1 )−3=7−3=4
o n=2 , a 2=7 n−3=7 ( 2 )−3=14−3=11
o n=3 , a 3=7 n−3=7 ( 3 ) −3=21−3=18
⋮
o n=57 , a 57=7 n−3=7 ( 57 ) −3=399−3=396
⋮
Jadi suku ke−57 dari barisan bilangan tersebut adalah 396.
Barisan bilangan seperti pada Contoh 1.9. merupakan sebuah Arithmetic Progression
(Progresi Aritmatika)
Definisi
Arithmetic Progression merupakan sebuah barisan bilangan dalam
bentuk
a , a+ d , a+ 2d , … , a+nd , …
Contoh 1.10.
Perkirakan rumus untuk a n, dengan delapan suku pertama dari barisan bilangan
{a n } adalah 5,11,29,83,245,731,2189,6563.
a n=a1 , a2 , a3 , a4 , a5 , a6 , a7 , a8 .
a n=5,11,29,83,245,731,2189,6563
Dengan memperhatikan 8 suku pertama pada barisan bilangan ini, didapat bahwa setiap
suku kira-kira 3 kali lipat dari suku sebelumnya.
Dimisalkan rumus untuk suku-suku pada barisan bilangan {a n } adalah 3n . Maka barisan
bilangan { a n } dengan
a n=3n , dimana n=1,2,3
Adalah
o n=1 , a 1=31=3
o n=2 , a 2=32=9
o n=3 , a 3=33=¿ 27
⋮
Sehingga suku-suku dari barisan bilangan { a n } dengan a n=3n dan n=1,2,3 , …
a n=3,9,27,81,243,729,2187,6561
Perhatikan suku-suku pada barisan 2 barisan bilangan a n yang berbeda
1. an=5,11,29,83,245,731,2189,6563
2. an=3,9,27,81,243,729,2187,6561
Setiap indeks suku pada masing-masing barisan bilangan a n mempunyai beda sebesar 2.
a 1=5−3=2
a 2=11−9=2
a 3=29−27=2
⋮
Sehingga dapat diperkirakan bahwa rumus untuk barisan bilangan tersebut adalah
a n=3n +2
Tentukan suku ke−10 dari suatu barisan bilangan yang delapan suku pertamanya adalah
5,11,29,83,245,731,2189,6563. Dengan n=1,2,3,4,5 , … !
o n=1 , a 1=3n +2=3 1+2=3+2=5
{a n } adalah 1,1,2,3,5,8,13,21,34,55.
a n=a1 , a2 , a3 , a4 , a5 , a6 , a7 , a8 , a9 , a10 .
a n=1,1,2,3,5,8,13,21,34,55.
Dengan memperhatikan 10 suku pertama pada barisan bilangan ini, didapat bahwa
setelah kedua suku pertama (a 1 dan a 2) yang berarti suku ke−3 (a3 ) diperoleh dari
penjumlahan 2 suku sebelumnya. Misalkan
Untuk n=3
n=3 , a 3=a2 +a 1=1+1=2
dst.
Sehingga dapat diperkirakan bahwa rumus untuk barisan bilangan tersebut adalah
a n=an −1 +a n−2
untuk 3 ≤ n ≤10
Sekarang akan didefinisikan apa artinya suatu himpunan dapat disebut Countable
(dapat dihitung), dan menunjukkan bahwa suatu himpunan Countable jika dan hanya jika
elemen-elemennya dapat diurutkan sebagai suku dari suatu barisan bilangan.
A={a 0 , a1 , a2 , … }
Definisi
Himpunan disebut Countable (Dihitung) jika himpunan tersebut finite (hingga)
atau infinite (tak hingga) dan terdapat korespondensi satu-satu antara himpunan bilangan
bulat positif dan himpunan tersebut. Suatu himpunan yang tidak bisa dihitung disebut
Uncountable (tak terhitung).
Himpunan tak hingga dapat dihitung jika dan hanya jika elemennya dapat
didaftarkan sebagai persyaratan a urutan diindeks oleh urutan bilangan bulat positif.
Untuk melihat ini, cukup perhatikan bahwa korespondensi satu-satu ke f dari himpunan
bilangan bulat positif ke himpunan S persis sama dengan daftar elemen himpunan dalam
urutan a 1, a 2,…, a n,…, dimana a i = f(i)
Contoh 1.12.
Himpunan bilangan bulat dapat dihitung, karena bilangan bulat dimulai dengan 0, diikuti
oleh 1 dan -1, diikuti oleh 2 dan -2, dan seterusnya. Menghasilkan barisan 0, 1, -1, 2, -2,
3, -3, ..., dimana a 1 = 0, a 2n= n, dan a 2n + l = -n untuk n = 1, 2, .. .
Untuk n = 1
a 1 = 0, a 2 = 1, a 3 = -1
untuk n = 2
a 4 = 2, a 5 = -2
Yang pertama, mungkin atau tidak bahwa akan ada korespondensi satu-ke-satu antara
himpunan bilangan bulat positif dan himpunan semua bilangan rasional. Namun, ada
korespondensi seperti yang ditunjukkan oleh teorema berikut.
Bukti. Kita dapat membuat daftar bilangan rasional sebagai sesuai dengan syarat, sebagai
berikut. Pertama, kami menyusun semua bilangan rasional dalam dua dimensi, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Kami menempatkan semua pecahan dengan
penyebut 1 di baris pertama. Menempatkan pecahan dengan pembilang tertentu dalam
posisi pembilang ini, menempati daftar semua bilangan bulat yang diberikan dalam
Contoh 1 .12. Selanjutnya, kita mendaftar semua pecahan pada diagonal yang berurutan,
mengikuti urutan yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Akhirnya, kami menghapus dari
daftar semua pecahan yang mewakili bilangan rasional yang telah terdaftar. (Misalnya,
kami tidak mencantumkan 2/2, karena kami telah mencantumkan 1/1).
Suku awal dari barisan tersebut adalah 0/1 = 0, 1/1 = 1, -1 / 1 = -1, 1/2, 1/3, -1/2, 2/1 = 2,
-2/1 = -2, -1/3, 1/4, dan seterusnya), untuk melihat bahwa prosedur ini mencantumkan
semua bilangan rasional sebagai suku-suku suatu barisan. Gambar diatas menunjukkan
bahwa bilangan rasional dapat dihitung.
Karena penjumlahan dan perkalian muncul begitu sering dalam pembelajaran teori
bilangan, sekarang kami memperkenalkan notasi untuk penjumlahan dan perkalian.
Notasi berikut merepresentasikan penjumlahan bilangan a 1, , a2 ,… …, an , :
Huruf k, indeks penjumlahan, adalah "variabel buatan" dan dapat diganti dengan huruf
apa pun. Contohnya,
Kami juga mencatat bahwa, dalam notasi penjumlahan, indeks penjumlahan dapat
berkisar antara dua bilangan bulat, selama batas bawah tidak melebihi batas atas. Jika m
dan n adalah bilangan bulat sehingga m≤ n. Maka
n
∑ ak ¿ am +a m+1 +¿ …+ an ¿
k=m
contohnya
5 2 1
3 3
∑ k 2=32 + 42 +52=50, ∑ 3k =30 +3 1+3 2=13, dan ∑ k 3=(−2 ) + (−1 ) +03 +13 =−8 .
k =3 k=0 k=−2
Kita perlu mempertimbngkan indeks penjumlahan berkisar pada semua bilangan bulat
yang memiliki sifat tertentu. Kita dapat menggunakan notasi penjumlahan untuk
menentukan sifat tertentu yang harus dimiliki indeks istilah dengan indeks tersebut
disertakan dalam penjumlahan. Penggunaan notasi diilustrasikan dalam contoh sebagai
berikut.
Contoh 1.14. Dapat kita lihat
karena batas dalam penjumlahan adalah semua variabel j adalah bilangan bulat tidak
melebihi 10 yang merupakan kuadrat sempurna.
Tiga sifat berikut untuk penjumlahan sering berguna. Sebagai berkut.
n
S=∑ ar j
j=0
jumlah dari n + 1 suku pertama dari deret geometri a, ar, ..., ar k, ... , Kami mengalikan
n
j
sisi dengan r dan memanipulasi jumlah yang dihasilkan untuk menemukan:rS=r ∑ ar
j=0
n
¿ ∑ ar j+1
j=0
n+1
¿ ∑ ar k (memindahkan indeks penjumlahan, mengambil k = j + 1)
k=1
n
¿ ∑ ar k +(ar n+1−a) (menghapus batas dengan k = n + 1dari himpunan dan
k=0
rS=S+(ar n +1−a)
ar n+1 −a
S=
r −1
n n
j
∑ ar =¿ ∑ a=¿ ( n+1 ) a ¿¿
j=0 k=0
Contoh 1.16.
6 7
∑ 3 (−5)j= 3(−5)
−5−1
−3
=39,063
j=0
Contoh dibawah ini menunjukkan bahwa jumlah dari n pertama perpangkatan dari 2 yang
berdekatan adalah 1 kurang dari perpangkatan dari 2 berikutnya.
Contoh 1.17
¿ 1+2+22 +…+2n
2 3 24 +1−1
4
1+2+2 +2 +2 =
2−1
¿ 25−1
¿ 32−1=31
n
Suatu penjumlahan dari bentuk ∑ (a j ¿−a j−1) ¿ dimana a 0 , a1 , a2 ,… . an merupakan deret
j=1
¿ ( a n−a 0 )
Contoh 1.18
Triangular numbers (bilangan segitiga) t 1, t 2 , t 3 , … … , t k , … adalah sebuah barisan
bilangan ketika t k adalah banyak (titik-titik) dalam susunan segitiga dari k baris dengan j
dots (titik-titik) dalam baris ke− j.
Gambar 1.2 mengilustrasikan bahwa t k merupakan penjumlahan titik-titik yang memuat
satu elemen lebih banyak dari baris sebelumnya.dimana k = 1,2,3,4, dan 5
=¿
( n+1 )2 1 n
¿ ( 2 )
− −
2 2
n2 +2 n+1−1 n
¿ −
2 2
(n2 +2 n) n
¿ −
2 2
(n2 +n)
¿
2
n(n+1)
¿
2
Sehingga dapat disimpulkan untuk menentukan rumus bilangan segitiga ke-n yaitu
n(n+1)
t n=
2
Kami juga mendefinisikan notation products (notasi perkalian), yang hampir sama
dengan penjumlahan, dengan a 1 , a2 , a 3 , … … , a n sehingga dapat dinotasikan dengan
n
∏ a j=a1 . a2 .a 3 … a n
j=1
Huruf j yang digunakan sebagai indeks disebut “variabel dummy”, dan huruf j dapat
diganti oleh sembarang huruf yang lain.
Contoh 1.20
∏ j=1.2 .3 .4 .5=120
j=1
∏ 2=2 .2 . 2. 2 . 2=25=32
j=1
5
Factorial function (fungsi faktorial) ini banyak muncul dalam teori bilangan.
Definisi
Ketika n merupakan bilangan bulat positif yang dinotasikan
dengan n ! (dibaca n factorial) adalah perkalian bilangan bulat dari
1,2,3,….,n.
Pembuktian 0 !=1.
Seperti yang diketahui bahwa :
n !=n × ( n−1 ) × ( n−2 ) … . ×2 ×1
Karena
( n−1 ) !=¿ ( n−1 ) × ( n−2 ) … . ×2 ×1
Maka
n !=n × ( n−1 ) ! Atau jika dibalik
n × ( n−1 ) ! = n ! Dengan kedua sisi dibagi dengan n
n!
( n−1 ) != masukan nilai n = 1, maka
n
1!
( 1−1 ) !=
1
1
0 !=
1
0 !=1
Contoh 1.21
Dengan menggunakan rumus n !=n × ( n−1 ) × ( n−2 ) × … .× 2× 1
1 !=¿ n
¿1
4 !=n× ( n−1 ) × ( n−2 ) × ( n−3 )
¿ 4 ×3 ×2 ×1=24
12 !=n× ( n−1 ) × ( n−2 ) × ( n−3 ) ×… … . ×2 ×1
¿ 12× 11 ×10 ×9 × 8 ×7 ×6 × 5× 4 × 3 ×2 ×1=479.001.600