Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

ANALISIS PRODUKTIVITAS, DOMINANSI DAN DIVERSITAS


HASIL TANGKAPAN GILLNET
(Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari)

Lukman Hakim1, Nurhasanah2


1
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB);2Program Studi Agribisnis Universitas Terbuka
Email: lukmanhakim2525@gmail.com

ABSTRACT
Gillnet is one of fishing gears which operated by Tegalsari fishermen with different fishing vessel sizes that
caused vary of the fishing method and fishing ground. This case may affect the catch volume, dominancy, and
diversity. This research intended to analyze: 1) gillnet productivity, 2) catch dominancy, and 3) catch diversity.
Samples were taken by purposive sampling method and collected by filling questionnaire. The results shows : 1)
the productivity had the direct proportional relation to the size of fishing vessel. 2) the 29, 30, and 33 GT gillnet
had the highercatch dominancy than 6 GT, and 3)the 29, 30, and 33 GT gillnet had the lower catch diversity than
6 GT.

Keywords : Diversity, dominancy, gillnet, productivity of fishing gear.

ABSTRAK
Gillnet merupakan salah satu alat penangkapan ikanyang digunakan nelayan dari Pelabuhan Perikanan
Pantai Tegalsari, dioperasikan menggunakan kapal pada beberapa ukuran yang berbeda. Ukuran kapal yang
berbeda menyebabkan cara pengoperasian dan daerah penangkapan berbeda yang selanjutnya berpengaruh
terhadap produktivitas gillnet, dominansi dan diversitas pada hasil tangkapannya. Tujuan penelitian iniuntuk
menganalisis: 1) produktivitas gillnet berdasarkan GT kapal, 2) dominansi hasil tangkapan gillnet berdasarkan GT
kapal, dan 3) diversitas hasil tangkapan gillnet berdasarkan GT kapal. Sampel diambil dengan metode purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan: 1)
produktivitas gillnet sebanding dengan ukuran kapalnya, 2) nilai indeks dominansi pada hasil tangkapan gillnet
menggunakan kapal berukuran 29, 30, 33 GTlebih tinggi dibanding 6 GT, 3) nilai indeks diversitas pada hasil
tangkapan gillnet menggunakan kapal berukuran 29, 30, 33 GTlebih rendah dibanding 6 GT.
.
Kata kunci: Diversitas, dominansi,gillnet,produktivitas alat tangkap.

1. Pendahuluan
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan yang berasal dari Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) Tegalsari bersifat multi gear yang dicirikan oleh penggunaan beragam jenis alat tangkap,
salah satunya adalah gillnet (Hakim, 2017). Gillnet merupakan alat tangkap pasif yang
pengoperasiannya menunggu ikan terjerat pada jaring (Mahisworo, 1989). Gillnet menargetkan ikan
pelagis. Ikan ini hidup secara bergerombol di sekitar permukaan perairan (Susilo, 2010). Namun
demikian, seringkali ikan demersal juga ikut tertangkap (Anonim, 2017).
Gillnet dioperasikan nelayan PPP Tegalsari menggunakan kapal dengan ukuran (gross tonnage)
yang berbeda-beda 10]. Penggunaan ukuran kapal (GT) yang lebih besar dapat menyebabkan
armada gillnet mampu untuk membawa bahan perbekalan selama melaut dan membawa hasil
tangkapan lebih banyak. Hal ini akan berpengaruh pada kesempatan armada gillnet untuk
mengoperasikan gillnet lebih lama dan lebih sering sertamenjangkau fishing grouddi wilayah perairan
yang lebih luas guna mendapatkan ikan yang ditargetkan dan akhirnya berdampak pada produktivitas
gillnet.
Produktivitas gillnetmerupakan hal penting yang harus diketahui karena hal ini berkaitan
dengan hasil tangkapan yang diperoleh nelayan. Namun di lain pihak, informasi tentang dominansi
dan diversitas pada hasil tangkapan gillnet juga perlu mendapat perhatian karena dominansi
menyangkut efektifitas gillnet dalam mendapatkan jenis ikan yang ditargetkan, sedangkan diversitas

SENARI 2017 732


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

menyangkut keragaman pada hasil tangkapanyang dapat dijadikan indikator gillnet sebagai alat
tangkap ramah lingkungan atau tidak.
Penelitian tentang produktivitas, dominansi dan diversitas hasil tangkapan gillnet yang
didapatkan nelayan PPP Tegalsari menggunakan kapal padaukuran yang berbeda perlu dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang kelayakan gillnet sebagai alat tangkap.Tujuandari penelitianini
adalahmenganalisis:1) produktivitas gillnet berdasarkan GT kapal, 2) dominansi hasil tangkapan
gillnet berdasarkan GT kapal, dan 3) diversitas hasil tangkapan gillnet berdasarkan GT kapal.

2. Metode
Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Kota Tegal Jawa
Tengah selama dua bulan, yakni dari bulan Juli sampai Agustus 2016.Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh nelayan di PPP Tegalsari yang melakukan kegiatan penangkapan ikan
menggunakan alat tangkap gillnet.Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling. Responden
yang dipilih adalah nelayan yang memiliki pengalaman melaut minimal dua puluh
tahun,berpengalaman dalam mengoperasikan alat tangkap gillnet minimal sepuluh tahun berturut-
turut danberpengalaman mengelola hasil tangkapan gillnet minimal dua tahun. Kriteria ini ditetapkan
agar responden dapat memberikan informasi yang representatif.Sampel diambil sebanyak 10% dari
masing-masing anggota populasi.Jumlah sampel pada masing-masing GT kapal seperti pada tabel
berikut.

Tabel 1. Jumlah sampel pada masing-masing GT kapal


Ukuran Kapal (GT) Jumlah Responden
6 3
29 6
30 6
33 3
Jumlah 18

Pengolahan data dilakukan dengan cara:


a. Mengolah hasil isian kuesioner.
b. Menghitung nilai cacth per unit effort (CPUE) menggunakan rumus Gulland (Helmi, 2015).
c. Mengolah data jenis dan bobot hasil tangkapan menggunakan metode Hierarchycal
Cluster Analysis (Alfina, 2012).
d. Menghitung nilai indeks dominansi hasil tangkapan menggunakan rumus Simpson
(Munthe, 2012).
e. Menghitung nilai indeks diversitas (keragaman) hasil tangkapan menggunakan rumus
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Yuliana, 2012).

Analisis data dilakukan terhadap hasil isian kuesioner, hasil perhitungan nilai cacth per unit
effort (CPUE), dendogram berdasarkan jenis dan bobot ikan hasil tangkapan, nilai indeks dominansi
dan nilai indeks diversitas pada hasil tangkapan.

3. Hasil dan Pembahasan

Produktivitas Gillnet
Produktivitas dari suatu alat tangkap merupakan rasio hasil tangkapan yang diperoleh terhadap
sumberdaya yang digunakan (Herjanto, 2006). Hasil tangkapan per satuan waktu sebagai output dan
upaya penangkapan (effort) sebagai input (Zulbainarni, 2012).Pada penelitian ini, bobot hasil
tangkapan per trip dijadikan sebagai data produktivitas gillnet. Berikut adalah data produktivitas

SENARI 2017 733


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

(kg/trip) gillnet yang dioperasikan nelayan PPP Tegalsari pada ukuran (GT) kapal yang berbeda dan
dendogram yang merupakan hasil pengelompokkan gillnet berdasarkan kesamaan jenis dan bobot
hasil tangkapan. .

Gambar 1. Produktivitas alat tangkap

Gambar 2. Dendogram kesamaan jenis gillnet berdasarkan GT kapaldan bobot hasil tangkapan gillnet

Gambar 1 menunjukkan ada kecenderungan semakin tinggi GT kapal yang digunakan untuk
operasi penangkapan ikan menyebabkan produktivitas gillnet makin meningkat. Gillnet yang
dioperasikan menggunakan kapal berukuran 6 GT hanya mampu mendapatkan hasil tangkapan
sebesar 363,33 kg/trip, sedangkan gillnet yang dioperasikan menggunakan kapal berukuran 33 GT
mampu mendapatkan hasil tangkapan sebesar 5583,33 kg/trip. Produktivitas gillnetyang
perbedaannya cukup tajam terdapat pada armada gillnet yang menggunakan kapal berukuran 6 GT
dan 29 GT.
Produktivitas gillnet sangat dipengaruhi oleh cara pengoperasian gillnet dan daerah
penangkapan. Dua cara pengoperasian gillnet yang sangat berpengaruh terhadap perolehan hasil
tangkapan ikan diantaranya adalah penerapan lama untuk setiap kali setting dan jumlah setting/trip.
Daerah operasi penangkapanjuga memberikan andil dalam perolehan hasil tangkapan. Tabel berikut
adalah data lama untuk satu kalisetting, jumlah setting/trip dan daerah penangkapan ikan berdasarkan
GT kapal dari armada gillnet yang dioperasikan oleh nelayan PPP Tegalsari.

Tabel 2. Lama 1 kali setting, jumlah setting/trip dan daerah penangkapan ikan berdasarkan GT kapal
Jumlah Setting Daerah Penangkapan Ikan
No. GT Kapal Lama untuk 1 kali setting
per Trip
1. 6 3 6 Perairan Tegal
2. 29 5 26 Laut Jawa
3. 30 6,33 36 Laut Jawa

SENARI 2017 734


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

4. 33 6,77 45 Laut Jawa

Tabel 2 menunjukkanukuran kapal yang berbeda menyebabkan terjadi perbedaan penerapan


lama untuk 1 kali setting dan jumlah setting/trip, termasuk perbedaan daerah penangkapan.Ada
kecenderungan semakin besar ukuran kapal, durasi untuk 1 kali setting semakin lama, jumlah
setting/trip semakin banyak dan daerah penangkapan yang semakin jauh.
Durasi untuk 1 kali settingselama 3 jam diterapkan oleh armada gillnet yang menggunakan
kapal berukuran 6 GT dan durasi untuk 1 kali setting selama 6,77 jam diterapkan oleh armada gillnet
menggunakan kapal 33 GT. Jumlah setting/trip 6 kali diterapkan oleh armada gillnet yang
menggunakan kapal berukuran 6 GT dan jumlah setting/trip 45 kali diterapkan oleh armada gillnet
menggunakan kapal 33 GT. Ditinjau dari daerah penangkapan, ternyata armada gillnet yang
menggunakan kapal berukuran 6 GT melakukan operasi penangkapan di perairan Tegal, sementara
armada gillnet yang menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT melakukan operasi
penangkapan di Laut Jawa yang merupakan wilayah perairan yang lebih jauh dibanding daerah
penangkapan armada gillnet yang menggunakan kapal berukuran 6 GT.
Berdasarkanhasil olah data pada hasil tangkapan menggunakan Hierarchycal Cluster Analysis
menunjukkan ada kesamaan yang kuat pada jenis dan bobot hasil tangkapan yang diperoleh
menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT yang ditunjukkan oleh jarak ke arah kanan dari
grafik dendogram yang sangat pendek.Di lain pihak, jenis dan bobot hasil tangkapan gillnet yang
diperoleh menggunakan kapal berukuran 6 GT jauh berbeda dibanding jenis dan bobot hasil
tangkapan gillnet yang diperoleh menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT yang ditunjukkan
oleh jarak ke arah kanan pada grafik dendogram yang sangat berjauhan (Gambar 2). Berikut adalah
jenis dan bobot hasil tangkapan gillnet yang diperoleh nelayan PPP Tegalsari berdasarkan GT kapal.

Gambar 3.Jenis dan bobot hasil tangkapan gillnet berdasarkan GT kapal

Gambar 3 menunjukkan ada perbedaan komposisi pada jenis dan bobot organisme yang
tertangkap gillnet yang diperoleh dengan menggunakan ukuran kapal yang berbeda. Persentase ikan
demersal (ikan dasar) yang diperoleh dari pengoperasiangiilnet menggunakan kapalberukuran 6 GT
lebih tinggi dibanding bobot ikan pelagis (ikan permukaan) dan non ikan, sedangkanpada hasil
tangkapan gillnet yang dioperasikan dengan menggunakan kapal berukuran29, 30 dan 33 GTjustru
persentase ikan pelagis yang didapatkan lebih tinggi dibanding ikan demersal dan non ikan. Hal ini
diduga terkait dengan daerah penangkapan armada gillnet yang berukuran 6 GT di perairan dangkal
yakni di perairan Tegal, sedangkan daerah penangkapan armada gillnet yang berukuran 29, 30 dan
33 GT berada di perairan yang lebih dalam yakni di Laut Jawa (Tabel 2).
Organisme demersal merupakan kelompok makhluk hidup yang seluruh atau sebagian siklus
kehidupannya berada di dasar atau dekat dengan dasar perairan, serta memiliki ruang gerak ruaya
dan aktivitas yang tidak terlalu luas (Pujiyati, 2008). Oleh karena pengoperasian alat tangkap gillnet
berada pada kedalaman 14 - 16 m (Manalu, 2017) dan kedalaman ini diduga bersesuaian dengan

SENARI 2017 735


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

swimming layer ikan demersal di perairan dangkal seperti halnya perairan Tegal yang merupakan
daerah penangkapan armada gillnet berukuran 6 GT sehingga hasil tangkapan alat tangkap gillnet
yang dioperasikan menggunakan kapal berukuran 6 GT juga berkaitan dengan organisme demersal.
Sedangkan pada hasil tangkapan gillnet yang dioperasikan menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan
33 GT didominasi oleh ikan pelagis. Hal ini diduga karena pengoperasian gillnet menggunakan kapal
berukuran 29, 30 dan 33 GT yakni di Laut Jawa berada pada perairan yang lebih dalam dan
kedalaman swimming layerikan pelagis di daerah ini bersesuaian dengan kedalaman pengoperasian
alat tangkap gillnet.
Ikan pelagis merupakan ikan yang bersifat suka bergerombol dengan wilayah swimming layer
bersesuaian dengan daerah pengoperasian alat tangkap gillnet. Organisme pelagis hidup pada
lapisan permukaan air sampai pertengahan dan hidup secara bergerombol (schooling) pada daerah
upwelling karena wilayah ini banyak mengandung nutrisi yang menjadi sumber makanan mereka
(Susilo, 2010). Berikut adalah dua jenis ikan yang dominan pada hasil tangkapan gillnet yang
dioperasikan nelayan PPP Tegalsari menggunakan kapal dengan ukuran yang berbeda.

Tabel 3. Dua jenis ikan yang paling dominan hasil tangkapan gillnet
Peringkat Berdasarkan
6 GT 29 GT 30 GT 33 GT
Bobot Hasil Tangkapan
Terbanyak Jenis Ikan Jenis Ikan Jenis Ikan Jenis Ikan
1. Petek Tenggiri Tenggiri Tenggiri
2. Kurisi Tongkol Tongkol Tongkol

Tabel 3 menunjukkan ikan tenggiri dan tongkol merupakan hasil tangkapan dominan dari
kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap gillnet yang dioperasikan menggunakan kapal
berukuran 29, 30 dan 33 GT. Ikan tenggiri dan tongkol termasuk ikan pelagis (Genisa, 1999).Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian di perairan Belitung (Pratiwi, 2010) yang juga
mendapatkan ikan tenggiri dan tongkol dari penggunaan alat tangkap gillnet.
Tabel 3 menunjukkan ikan petek merupakan hasil tangkapan paling dominan yang didapatkan
dari kegiatan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap gillnet yang dioperasikan dengan kapal
berukuran 6 GT.Ikan petek merupakan ikan demersal (Wiyono, 2006). Ikan petek bukan ikan yang
ditargetkan dari kegiatan penangkapan menggunakan gillnet, tetapi ikan ini ikut tertangkap olehalat
tangkap gillnet.

Dominansi Hasil Tangkapan Gillnet

Dominansi adalah spesies terbanyak yang diperoleh nelayan dari hasil kegiatan penangkapan
yang dilakukannya. Ada atau tidak dominansi dapat dilihat dari nilai indeks dominansi. Nilai indeks
dominansi dari suatu hasil tangkapan merupakan nilai yang mencerminkan ada atau tidak
kecenderungan hasil tangkapan terbanyak pada suatu spesies tertentu. Nilai indeks dominansi
berkisar antara nol sampai satu. Jika nilainya sama dengan nol,maka tidak ada dominansi. Jika
nilainya mendekati satu (lebih dari nol) berarti terdapat dominansi.Nilai indeks dominansi hasil
tangkapan memiliki hubungan terhadap alat penangkapan ikan. Nilai indeks dominansi mencerminkan
efektivitas suatu alatpenangkapanikandalammenangkapikan (Wiyono, 2006). Perubahan dominansi
pada hasil tangkapan dapat diakibatkan oleh perubahan cara pengoperasian alat tangkap (Wiyono,
2010). Berikut adalah nilai indeks dominansipada hasil tangkapan gillnet yang diperoleh nelayan PPP
Tegalsari.

SENARI 2017 736


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

Gambar 4. Nilai indeks dominansi hasil tangkapan gillnet

Gambar 4 menunjukkan pada hasil tangkapan gillnet yang menggunakan kapal berukuran 29,
30 dan 33 GT memiliki nilai indeks dominansi yangtinggi yakni 0.50 – 0,52. Sedangkan pada hasil
tangkapan gillnet yang dioperasikan menggunakan kapal berukuran 6 GT memiliki nilai indeks
dominansi yang rendah yakni 0,15. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa alat tangkap gillnetyang
dioperasikan menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT memiliki selektifitasyang tinggi
sekaligus efektif dalam mendapatkan jenis ikan tertentu dalam hal ini adalah ikan tenggiri dan tongkol
(Tabel 3).

Diversitas Hasil Tangkapan Gillnet

Variasi (keragaman atau diversitas) organisme yang tertangkap alat tangkap dapat
menunjukkan ketidakefektifan alat tangkap dalam mendapatkan hasil tangkapan ikan (Wiyono, 2011).
Diversitas hasil tangkapan berhubungan langsung dengan ketidakselektifan alat tangkapikan dalam
mendapatkan hasil tangkapan (Wiyono, 2006).Semakin tinggi diversitas, semakin tidak selektif alat
tangkap yang digunakan dalam menangkap ikan. Nilai indeks diversitas (keragaman) pada hasil
tangkapan dapat digunakan untuk menduga alat tangkap gillnet termasuk alat tangkap yang ramah
lingkungan atau malah sebaliknya (Fahmi, 2016).Berikut adalah nilai indeks diversitas dari hasil
tangkapan gillnet yang diperoleh nelayan PPP Tegalsari.

Gambar 5. Nilai indeks diversitas hasil tangkapan gillnet

SENARI 2017 737


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

Gambar 5 menunjukkan nilai indeks diversitas tertinggi terdapat pada hasil tangkapan gillnet
yang dioperasikannelayan PPP Tegalsari menggunakan kapal berukuran 6 GT yakni sebesar 2,01.
Nilai ini termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan nilai indeks diversitas dari hasil tangkapan gillnet
yang dioperasikan menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT memiliki nilai indeks diversitas
sebesar 0,68 – 0,69 dan nilai ini termasuk dalam kategori rendah.
Nilai indeks diversitas (keragaman) pada hasiltangkapan gillnet yang dioperasikan nelayan di
Puger Jember Jawa Timurberada pada kisaran nilai 0,49 – 0,85 yangtermasukpada kriteria H` 1 yang
menunjukkan bahwa gillnet yang digunakan nelayan di Pugermemiliki tingkat keragaman rendah dan
kisaran nilai ini yang menyebabkan gillnet termasuk pada kelompok alat tangkap yang ramah
lingkungan (Fahmi, 2016). Sejalan dengan hal ini, oleh karena nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gillnet yang diperoleh nelayan PPP Tegalsari menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT
berada pada kisaran 0,68 – 0,69 sehingga gillnet yang dioperasikan nelayan PPP Tegalsari
menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT termasuk pada kategori ramah lingkungan,
sedangkan gillnet yang dioperasikan nelayan PPP Tegalsari menggunakan kapal berukuran 6 GT
termasuk pada kategori tidak ramah lingkungan karena memiliki nilai indeks diversitas yang tinggi
yakni sebesar 2,01.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Produktivitas gillnet sebanding dengan ukuran kapal yang digunakan saat operasi penangkapan
ikan. Produktivitas tertinggi terdapat pada pengoperasian gillnetmenggunakan kapal berukuran33
GT dan produktivitas terendah terdapat pada pengoperasian gillnetmenggunakan kapal
berukuran6 GT.
Pada hasil tangkapan gillnet yang diperoleh menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT
memiliki kesamaan jenis dan bobot ikan yang tertangkap. Tetapi hasil tangkapan ini tidak memiliki
kesamaan baik jenis dan bobot ikan yang tertangkap dengan hasil tangkapan yang diperoleh dari
pengoperasian gillnet menggunakan kapal berukuran 6 GT.
Hasil tangkapan gillnet yang diperoleh menggunakan kapal berukuran 6 GT didominasi oleh ikan
demersal dengan jenis ikan yang dominan adalah ikan petek, sedangkan hasil tangkapan gillnet
yang diperoleh menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT didominasi oleh ikan pelagis
dengan jenis ikan yang dominan adalah ikan tenggiri dan tongkol.
2. Nilai indeks dominansiterendah yakni 0,15 terdapat pada hasil tangkapan
gillnet yang dioperasikan menggunakan kapal berukuran 6 GTdan nilai indeks dominansi
yangtinggi yakni 0,50 - 0,52terdapat pada hasil tangkapan gillnet yang dioperasikan menggunakan
kapal berukuran 29, 30 dan 33 GT.
3. Nilai indeks diversitas yang rendah yakni 0,68– 0,69 terdapat pada hasil
tangkapan gillnet yang diperoleh menggunakan kapal berukuran 29, 30 dan 33 GTdannilai indeks
diversitas tertinggi yakni 2,01 terdapat pada hasil tangkapan gillnet yang diperoleh menggunakan
kapal berukuran 6 GT.

Saran

SENARI 2017 738


SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF 2017

ISBN: 978-602-6428-11-0

Guna mendapatkan ikan target yang bernilai ekonomi tinggiberupa ikan tenggiri atau tongkol,
sebaiknya nelayan PPP Tegalsari mengoperasikan gillnet menggunakan kapal berukuran 29, 30 atau
33 GT di daerah perairan Laut Jawa.

Daftar Rujukan

A. Manalu, Usman, dan A.H. Yani, “Analisa Daerah Pengoperasian Jaring Insang Permukaan
(Surface gill net) di Perairan Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
Bedagai Provinsi Sumatera Utara”, Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Perikanan dan Ilmu
Kelautan, https://goo.gl/isCdeZ, 2017.
A.S. Genisa, “Pengenalan Jenis - Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting di Indonesia”, Oseana,
Vol.24(1):17–38, 1999.
A.W. Helmy, J. Wenno, M.E. Kayadoe, “Catch per unit effort (CPUE) Periode Lima Tahunan
Perikanan Pukat Cincin di Kota Manado dan Kota Bitung”, Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap, Vol.2(1): 1-8, 2015.
Anonim, “Alat Tangkap Gillnet (Jaring Insang)”,http://penyuluhpi.blogspot.co.id/2015/06/alat-tangkap-
gill-net-jaring-insang.html, 2017.
E.S. Wiyono, S. Yamada, E. Tanaka, T. Arimoto, and T. Kitakado, “Dynamics of Fishing Gear
Allocation by Fishers in Small-Scale Coastal Fisheriess of Palabuhanratu Bay, Indonesia”,
Fisheries Research Journal, Tokyo (JP): Blackwell Publishing Ltd, 2006.
E.S. Wiyono, “Komposisi, Diversitas dan Produktivitas Sumberdaya Ikan Dasar di Perairan Pantai
Cirebon, Jawa Barat”, Jurnal Ilmu Kelautan,Vol.15(4):214-220, 2010.
E.S. Wiyono, “Karakteristik Ikan Hasil Tangkapan Alat Tangkap “Illegal” di Pantai Utara Jawa Barat”,
Jurnal Bumi Lestari, Vol.11(2):208-214, 2011.
E. Herjanto, “Manajemen Operasi”, Grasindo, 2006.
H. Susilo, “Analisis Bioekonomi pada Pemanfaaatan Sumberdaya Ikan Pelagis Besar di Perairan
Bontang”, Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan, Vol.7(1):25-30, 2010.
L. Hakim, “Kompetisi Alat Penangkapan Ikan di PPP Tegalsari Kota Tegal Jawa Tengah”, Skripsi,
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 2017.
M.M.K. Fahmi, “Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Insang (Gill Net) Berdasarkan Cara
Tertangkapnya di Instalasi Pelabuhan Perikanan Puger, Kabupaten Jember, Jawa
Timur”, Tesis, Universitas Brawijaya, 2016.
M. Pratiwi, “Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang Hanyut dengan Ukuran
Mata Jaring 3,5 dan 4 Inci di Perairan Belitung Provinsi Bangka Belitung”, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, 2010.
Mahisworo, Wudianto dan Wijopriono, “Pengaruh Ukuran Mata Jaring terhadap Hasil
Tangkapan”,Jurnal Penelitian Perikanan Laut, Balai Penelitian dan PengembanganPertanian,
Departemen Pertanian, Jakarta, Vol.51(1): 59 – 64, 1989.
N. Zulbainarni, “Teori dan Praktik Pemodelan Bioekonomi dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap",
IPB Press, 2012.
S. Pujiyati, “Pendekatan Metode Hidroakustik untuk Analisis Keterkaitan antara Tipe Substrat Dasar
Perairan dengan Komunitas Demersal”, Disertasi, Sekolah Pascasarjana IPB, 2008.
T. Alfina, B. Santosa dan A.R. Baraknah, “Analisa Perbandingan Metode Hierarchical Clustering, K-
means dan Gabungan Keduanya dalam Cluster Data (Studi kasus : Problem Kerja Praktek
Jurusan Teknik Industri ITS)”, Jurnal Teknik ITS, Vol.1, 521-525, 2012.
Y.V. Munthe, R. Aryawati, dan Isnaini, “Struktur Komunitas dan Sebaran Fitoplankton di Perairan
Sungsang Sumatera Selatan”, Maspari Journal, Vol.4(1):122-130, 2012.
Yuliana, E.M. Adiwilaga, E. Haris, dan N.T.M. Pratiwi, “Hubungan antara KelimpahanFitoplankton
dengan Parameter Fisik Kimiawi Perairan di Teluk Jakarta”, Jurnal Akuatika, Vol.3.(2):169-179,
2012.

SENARI 2017 739

Anda mungkin juga menyukai