POLI BEDAH
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti askep yang dapat berupa catatan atau data
digital, dapat digunakan sebagai komunikasi antar tim dan sumberdat apenelitian, hal ini
penting dilakukan karena sebagai bukti otentik untuk membela pasien, perolehan datanya
dapat berasal dari sumber atau dari masalah yg terjadi yang senantiasa berubah krn focus pada
perubahan kondisi pasien
Flowchart adalahs alah satu tolls dalam melakukan askep pada pasien di ruang ICU krn
semua terkalibrasi, dengan adanya hal ini maka aspek legal dan kualitas pelayanan dapat dijaga,
dalam Pendokumtasian askep harus memperhatikan aspek ringkas, akurat dan mudah dibaca
dan dilakukan setelah pengkajian selesai, penulisan menggunakan tinta dan jika slaah dicoret
serta jangan lupa di bumbui tanda tangan, pada penulisa tidak boleh meninggalkan kolom
kosong
Pengkajian dilaksanakan sebelum pasien dating, segera sesaat apsien dating, pengkajian
lengkap dan pengkajian berkelanjutan, selanjutnya menetukan diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan disini kita harus menyesuaikan dengan prioritas maslaha,
selanjutnya implementasi hangan lupa untuk mencantumkan tanda tangan dan waktu
pemberian Tindakan keperawatan, gunakan kata kerja aktif dalam memberikan asuhan
keperawatan, jika ada Tindakan invasive jangan lupa meminta persetujuan keperawatan, jika
menggunakan symbol gunakan symbol yang lazim
Dokumentasi jangan lupa harus dalam lingkup sasaran keselamatan pasien, lakukan
identifikasi dengan benar minimal dengan dua identitas pasien, bisa melihat gelang pasien,
identitas perlu dikroscek saat sebelu melakukan indakan invasive apapun, komunikasi efektif
sangat penting bai kantar sesame petuga maupun pasien meskipun pasien tidak sadar,
pembacaan ulang sangat diperlukan untuk meminimalisir kesalahan, stemple konfirmasi bisa
digunakan untuk bukti
ICU adalah suatu bagian pelayanan dari rumah sakit yang memiliki kelengkapan untuk
mencegah terjadinya perburukan pada pasien dengan penyakit yg mengancam jiwa, dimana
pasien tersebut masih diharapkan reversible. Standar pelayanan ICU terdiri dari primer,
sekunder, tersier dan kuarter. Perbedaan ini lebih ke cakupan pelayanan.
Dalam pelayanan ICU ada prioritas satu yang mengacu ancaman jiwa jika tidak ada
terapi suporttif, prioritas dua yang mengacu pada resiko teimbulanya dekompesasi karena
ketidak stabilan pasien akibat penyakit kompeles, prioritas tiga yang mengacu pada pasien
terminal yang dalam kondisi kritis dimana bertujuan mengatasi penyakit akut dan pengecualian
yang diperuntukkan untuk orang-orang pentiung atu berkebutuhan khusus.
Kriteria pasien ICU keluar dari ICU adalah kondisi membaik, keadaan tidak berubah
menjadi baik, pulang paksa dan prioritas kegawatan. Dalam penggunaan alat jangan lupa
dirawat dan dikalibarasi. Kebijakan di ICU harus melingkupi semua aspek pelayanan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Askep pada ICU sepertihalnya pada pemberian askep pada umumnya
tetapi lebih focus pada critical care.
Pre arrival bertujuan agar perawat ICU bisa mempersiapkan kebutuhan apa saja yang
harus disiapkan, Quick assessment terkait dengan kondisi ABCDE pada pasien, pengkajian
lengkap terkait semua aspek masalah keperawatan apsien, pengkajian berkelanjutan berfokus
pada perkembangan kondisi pasien selama di ICU. Masalah keperawatan yang timbul banyak
berfolus pada ancaman ABCDE pasien. Jenjang perawat ICU meliputi PK 1 -PK4. Untuk jenjang
Pendidikan minimal harus D3 keperawatan dan memiliki pengalaman dbekerja di ruang ICU,
dalam standarisasi perawat ICU ada pengajuan terhadap kompetensi mereka melalui pelatihan
yang bersertifikat.
ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN INTENSIF
Setiap profesi harus mempunyai kode etik untuk menjami keamanan pasien serta
profesi mereka dengan dasar melakukan praktik sesuai etika profesi. Etika itu terkait adat dan
kebiasaan yang berlaku dimasyarakat didalamnya ada sikap jujur, menghargai pasien,
menghargai hak hak pasien dan beradvokasi atas nama pasien. Hal ini digunakan sebagai aturan
dasar terkait profesi mereka, pengembangan kurikulum keperawatan dan juga memberikan
Pendidikan kepada masyarakat terakit profesi tersebut. Etik, disiplin dan hukum asling
berkesinambungan dan menjaga satu sama lain karen aitu merupakan dasar dari sebuah
profesi.
Dalam pengertian Asam Basa ada ion H+ yang meimiliki sifat asam dan ion OH- yang
memiliki sifat basa dan keduanya saling berhubungan dalam menjaga PH darah dalam rentang
normal yaitu 7,35-7,45. PH yang rendah atau asam dapat menganggu konerja otot jantung,
tahanan vascular meningkat dan cenderung terjadi aritmia, dalam pernafasan terjadi
penurunan kekuatan otot, terjadi resistensi insulin, mengahmbat glikolisis anaerob dan
hiperkalemia.
PH yang tinggi atau basa juga tidak baik bagi kesehatan karena dapat menyebabkan
kontriksi arteri, hipoventilasi, hipokalemia dan penurunan aliran darah otak, prinsip pada
handersen ion H+ ditentukan oleh CO2 dari pernafasan dan ion bikarbonat yang diatur oleh
ginjal yang keduanya saling berpengaruh dalam menentukan PH darah. Asisdosis metabolic
terjadi Ketika PH turun ion Bikarbonat turun dan pCO2 turun, alkalosis metabolic terjadi jika PH
naik ion bikarbonat naik dan pCO2 naik, Asidosis respiratorik terjadi jika PH turun PCO2 naik
dan ion bikarbonat naik, alkalosis repiratorik terjadi saat PH naik dimana pCO2 turun dan ion
bikarbonat turun. Ph dalarh normal: 7.35-7,45, PCO2 normal 35-45 mmHg, PO2 normal 80-00
mmHg, HCO3 normal : 22-26 mmol/L, Saturasi O2: 95-99%
Stewart memiliki teori lain dalam pandangan asam basa, dia lebih mengacu pada hukum
kekekalan massa dan electroneutrality. Dalam teorinya Ph darah pasien ditentukan oleh dua
variable yaitu dependen dan independent, bariable independent adlaah PCO2, sSID dan Asam
lemah. Semakin tinggi CO2 maka ion H+ yang terbentuk akan semakin banyak. Pco2 berbanding
terbalik dngan PH. Jika SID dibawah 30 berarti asam dan jika diatas 40 berarti basa, kadar
albumin tinggi cenderung asidosis dan kadar albumin rendah cenderung alkalosis.
PENGANTAR ELEKTROFISIOLOGI (EKG) JANTUNG
Dari hasil EKG dapan diketahui irama, menghitung HR, mengetahui bentuk2 gelombang,
memperediksi letak/ baguan yang bermasalah dan menginterpretasi hasilnya. Menghitung HR
pasien dapat dilakukan dengan cara 300 dibagi jumlah kotak besar dalam waktu 1 menit.
Kriteria EKG normal selalu diawali dari SA node, irama teratur 60=100x mnt, gel P selalu diikuti
QRS dan T. Ventrikel takikardi dan Ventrikel vibrilasi sangat mengancam jiwa karen jantung
hanya bergetar.
VENTILASI MEKANIK DAN FISIOLOGI
Keberhasilan tata laksana pemberian oksigen sangat dipengaruhi tehnik pemberian O2,
Airway, Breathing dan Sirkulasi. Alveoli sebagai tempat untuk pertukaran gas karena disini ada
batas antar darah dan oksigen. Udara masuk kedalam paru karena ada tekanan negative pada
paru sehingga udara masuk kedalam paru, begitu juga sebaliknya. Jika ada resisten maka
usaha bernafas meningkat. Resistensi yanga da pada pernafasan bisa diakibatkan oleh spasme,
tumor
,atelectasis dan ETT yang terlalu kecil.
Mode ventilator ada yang berbasis volume yang berbasis pada volume tidal pasien, efek
sampingnya bisa terjadi baro trauma. Mode ventilator yang lain berdasarakan tekanan , resiko
volume trauma menurun, dapat terjadi hipoventilasi karena kondisi paru pasien bisa berubah2.
Ada juga ventilator dengan mode flow atau kecepatan yang sudah disetting. Settingan .time
juga bisa dilakukan. RR juga bisa di set dengan melihat batas bawah dan atas RS. Dengan
settingan Tidal Volume (VT) juga bisa dilakukan yaitu kisaran 6-8/kgBB , ada kompone FiO2 dan
I:E. Pressure limit disetting dibawah 35 cm H2O, sesifitas diatur agar sesuai sengan pola nafas
pasien, PEEP adalah tekanan yang masih disisakan di alveoli agar tidak collaps. Setting
alarm juga bisa dilakukan jika terjadi maslaah.
PENGELOLAAN JALAN NAFAS (AIRWAY MANAJEMEN)
Pengelolaan Jalan Nafas:
1. Pemeriksaan jalan nafas.
Meliputi : inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
L = Look (Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna
mukosa/kulit dan kesadaran).
L = Listen (Dengar aliran udara pernafasan).
F = Fell (Rasakan adanya aliran udara pernapasan dengan menggunakan pipi penolong).
2. Memahami tanda-tanda kegawatan napas.
3. Pembebasan jalan napas.
4. Pemberian oksigen tambahan/terapi oksigen.
5. Memberikan bantuan napas.
Tanda adanya sumbatan jalan napas :
1. Mendekur (snoring) berasal dari sumbatan pangkal lidah.. Cara mengatasi : chin lift, jaw
thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
2. Berkumur (gargling) penyebabnya berasal dari adanya cairan di daerah hipofaring.
Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
3. Stridor (crowing) sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi: cricotirotomi, trakeostomi.
Pembebasan jalan napas
1. Berikan oksigen tambahan jika masih bernapas.
2. Buka jalan napas dengan tekhnik cross finger.
Membersihkan jalan napas
1. Sapuan jari (finger sweep).
2. Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena benda asing pada rongga mulut
belakang/hipofaring, seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya
sehinggahembusan nafas hilang.
3. Mempertahankan jalan napas
MONITORING HEMODINAMIK
Hemodinamik dalah pemeriksaan aspek fisik dari sirkulasi darah, termasuk fungsi jantung dan
karakteristik fisiologis vaskuler perifer.
Indikasi :
1. Penurunan fungsi jantung : seperti AMI, CHF, Cardiomyopathy.
2. Pada pasien semua tipe kardiogenik syok, neurologis, anapilaksis.
3. Penurunan urine output yang disebabkan karena dehidrasi, pendarahan gastro intestinal
atau pembedahan.
Factor Yang Mempengaruhi Tekan Darah :
1. CO 5. Kekentalan darah
2. Tahanan pembuluh darah 6. Usia
3. Elastisitas arteri 7. Emosi
4. Volume darah 8. Aktifitas
Jenis Pemantauan Hemodinamik
1. Invasive : dilakukan pemasangan kateter kedalam pembuluh darah/rongga tubuh untuk
mengukur dan mengetahui gelombang tekanan didalam ruang-ruang jantug, sarana
pengambilan darah, pembeian obat-obatan atau cairan dan pemasangan jantung
intrakardiak.
a. Intra Anterial Pressure c.. Pulmonary Artery Pressure
b. Central Venous Pressure d. Left Atrial Pressure
Tujuan : mengevaluasi fungsi dasar kardiovaskuler, menentukan adanya disfungsi
system kardiovaskuler dan derajatnya, mengarahkan pada intervensi khusus, evaluasi
efektifitas intervensi.
2. Non invasive : Physical Assasment (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Parameter Monitoring :
a. Blood Presure
b. Map
c. Heart Rate (CO = stroke volume x HR)
d. SpO2
e. Respirasi
f. Suhu : core temp (rectal, oral, ear), skin temp (abdomen, fore head, aksila), toe temp
(peripheral / ujung ekstremitas).
Jenis-jenis monitoring non invasive
1. Ecg/Hr 3. Respirasi 5. Saturation
2. Temperatur 4. Blood Pressur
BATUAN HIDUP DASAR