Disusun Oleh
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. ( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan. ( Towsend,2008)
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat
BA,2006)
2. Penyebab
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri rendah
adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih
dari kemampuannya.( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan
faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur
sosial.(Stuart & Sundeen, 2006)
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,kegagalan
atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara emosional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.( Yosep,2009)
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal.(Townsend,2008)
2. Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang
kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak
menghargai. (Makhripah D & Iskandar, 2012)
b. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan
pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa.
(Makhripah D & Iskandar, 2012)
3. Rentang Respona.
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
yang negatif dari dirinya.(Eko P, 2014)
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.(Eko P,2014)
6. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan
seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami
harga diri rendah,maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari
kelompoknya. Dia akan cenderung menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014)
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
(DEPKES,2003)
Isolasi Sosial
Effect
2) Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji (Data Mayor & Minor)
a) Isolasi sosial : Menarik diri
Data Mayor
Subyektif : - mengatakan malas berinteraksi
- mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
- merasa orang lain tidak selevel
Obyektif : - menyendiri
- mengurung diri
- tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Data Minor
Subyektif : - curiga dengan orang lain
- mendengar suara-suara / melihat bayangan
- merasa tak berguna
Obyektif : - mematung
- mondar mandir tanpa arah
- tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
b) Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Data Mayor
Subyektif : - mengeluh hidup tidak bermakna
- tidak memiliki kelebihan apapun
- merasa jelek
Obyektif: - kontak mata kurang
- tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Data Minor
Subyektif: - mengatakan malas
- putus asa
- ingin mati
Obyektif: - tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
3.Diagnosa Keperawatan
a) Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tidak efektif .
D. Rencana Tindakan Keperawatan
N
Dx
o Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
keperawatan
dx
1. Isolasi sosial TUM : klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain
TUK:
1. Klien dapat 1. Klien menunjukan 1. Bina hubungan saling
mengidentifikasi tanda-tanda percaya dengan:
isolasi sosial percaya kepada / a. Beri salam setiap
yang di alami terhadap perawat : interaksi
Latihan a. Wajah cerah, b. perkenalan nama, nama
berkenalan. tersenyum panggilan perawat, dan
b. Mau berkenalan tujuan perawat
c. Ada kontak berkenalan
mata c. tanyakan dan panggil
d. Bersedia nama kesukaan klien
menceritakan d. tunjukan sikap jujur dan
perasaan menempati janji setiap
e. Bersedia kali berinteraksi
mengungkapkan e. tanyakan perasaan klien
masalahnya dan masalah yang
dihadapi klien
f. buat kontrak interaksi
2. Klien dapat yang jelas.
menyebutkan g. Dengarkan dengan
minimal satu penuh perhatian ekspresi
penyebab perasaan klien
menarik diri 2. - Tanyakan pada klien
dari : tentang:
a. Diri sendiri a.Orang yang tinggal
b. Orang lain serumah/teman
c. Lingkungan sekamar klien
b.Orang yang paling
dekat dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d.Orang yang tidak dekat
denga klien di rumah/
3. Klien dapat di ruang perawatan
menyebutkan e. Apa yang membuat
keuntungan klien tidak dekat
berhubungan dengan orang tersebut
sosial misalnya : f. Upaya yang sudah di
a. Banyak lakukan agar dekat
teman dengan orang lain
b. Tidak - diskusikan dengan klien
kesepian penyebab menarik diri
c. Bisa diskusi atau tidak mau bergaul
dengan orang lain
- beri pujian terhadap
kemapuan klien
mengungkapkan
perasaan
3. Tanyakan pada klien
tentang :
a. Manfaat hubungan sosial
b. Kerugian menarik diri
- diskusikan Bersama
klien tentang manfaat
berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri
beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
E. Referensi
1. Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.
2. Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.
3. Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.Yogyakarta :
Nuhamedika.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial: menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial
(Depkes RI, 2000)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat,
2001)
2. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisiBeberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial
adalah:
1) Faktor perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang
harus dilalui individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama
yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat
mengembangkan tingkah lakucuriga pada orang lain maupun lingkungan
di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini,
agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
2) Faktor sosial budayaIsolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktorpendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat
juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan
sosial.
3) Faktor biologis Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh
yang jelas mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia
ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan
sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1) Stresor sosial budaya Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2) Stresor psikologiTingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012: 79)
3. Rentang respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan
bahwamanusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam
kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu
juga harus membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam rangka membina hubungan interpersonal.
C. Pohon masalah
2. masalah Keperawatan dan data yang diperlu dikaji (data mayor & minor)
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang intim, hangat, terbuka, dan interdependen
dengan orang lain.
Data mayor :
Subyektif:
Mengatakan malas berinteraksi
Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Merasa orang lain tidak selevel
Obyektif:
Menyendiri
Mengurung diri
Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
Data minor :
Subyektif:
Curiga dengan orang lain
Mendengar suara-suara / melihat bayangan
Merasa tak berguna
Obyektif:
Mematung
Mondar-mandir tanpa arah
Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
3. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan sensori persepsi halusinasi b/d menarik diri
b. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
(Prabowo, 2014: 114)
Tindakan:
4. Klien dapat 4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
melaksanakan 4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
hubungan sosial
melalui tahap :
▪ K–P
▪ K – P – P lain
▪ K – P – P lain – K lain
▪ K – Kel/Klp/Masy
E. Referensi
1. Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
2. Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
3. Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
4. Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:a.
BiologisAbnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan responneurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitianyang berikut :
- Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
- Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-
masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:a.
- BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasiserta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkanketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima
oleh otak untukdiinterpretasikan.
- Stress lingkungan
- Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untukmenentukan terjadinya gangguan perilaku.
- Sumber kopingSumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Tahap 2 (condemning)
- Cemas
- Konsentrasi menurun
- Ketidakmampuan membedakan realita
c. Tahap 3
- Pasien cenderung mengikuti halusinasi
- Kesulitan berhubungan dgn orla
- Perhatian dan konsentrasi menurut
- Afek labil
- Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
d. Tahap 4 (controlling)
- Pasien mengikuti halusinasi
- Pasien tidak mampu mengendalikan diri
- Tidak mampu mengikuti perintah nyata
- Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4. Akibat
Akibat dari perubahan sensoori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,orang lain
dan lingkungan. Adalah suatu suatu perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah
yang dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri sendiri, melalukan
penganiayaan terhadap orang lain dan merusak lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu ancaman ( stuart dan Sundeen,1995).
Perasaan marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan
berada pada rentang adaptif.
C. 1. Pohon Masalah
Resti menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Isolasi sosial
Obyektif
- Bicara Sendiri
- Tertawa sendiri
- Marah tanpa sebab
Data Minor :
Subyektif
- Mengatakan kesal
- Menyatakan senang dengan suara – suara
Obyektif
- Menyendiri
- Melamun
3. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
4. Klien Tindakan :
mendapat 4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
dukungan dari halusinasi
keluarga 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
dalam kunjungan rumah):
mengontrol a. Gejala halusinasi yang dialami klien
halusinasinya b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau
orang lain
5. Klien Tindakan :
memanfaatka 5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi
n obat dengan dan manfaat minum obat
baik 5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
5.3 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.4 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
E. REFRENSI
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Kasus ( Masalah Utama )
.Perubahan Proses Pikir: Waham
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Faktor Predisposisi
- Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon biologis yang maladaptif.
- Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
- Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
- Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
Faktor Presipitasi
- Proses pengolahan informasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
- Adanya gejala pemicu
C. 1. Pohon Masalah
Obyektif :
Data Minor
Subyektif :
- Merasa orang lain menjauh
- Merasa tidak ada yang mau mengerti
Obyektif :
- Marah – marah karena alasan sepele
- Menyendiri
3. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Proses Pikir: Waham
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Proses Pikir: Waham
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham
Tujuan khusus :
E. Refrensi
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK, Universitas
Indonesia
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama:
Perilaku kekerasan.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Towsend,1998).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung
pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000).
2. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala
- Perasaan malu terhadap diri sendiri
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat
- Gangguan hubungan sosial
- Percaya diri kurang
- Mencederai diri
3. Faktor predisposisi
Faktor biologis
- Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)Teori ini menyatakan bahwa perilaku
kekerasan disebabkan oleh suatudorongan kebutuhan dasar yang kuat.
- Psycomatic theory (teori psikomatik)Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis
terhadap stimuluseksternal, internal maaupun lingkungan. Dalaam hal ini sistem limbik
berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasamarah
Faktor psikologis
- Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)Menurut teori ini perilaku kekerasan
terjadi sebagai hasil akumulasi frustasiterjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atauterhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku
agresifkarena perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
- Behaviororal theory (teori perilaku).Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersediafasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang diterima pada saat
melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atauluar rumah. Semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilakukekerasan.
- Existentinal theory (teori eksistensi)Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar
manusia apabilakebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku konstruktif
makaindividu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
Data Obyektif :
- Ada tanda / jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh
Minor
Data subyektif :
- Mendengar suara – suara
- Merasa orang lain mengancam
- Menganggap orang lain jahat
Data Obyektif :
- Tampak tegang saat bercerita
- Pembicaraan kasar jika menceritakan marahnya
3. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
D. Rencana Tindakan
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :
E. Refrensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
2. Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
3. Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3.
Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Defisit perawatan diri
2. Penyebab
Defisit Perawatan Diri adalah isolasi sosial. (keliat, 2006). Isolasi sosial adalah percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
3. Predisposisi
- Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
- Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
- Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitasyang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
- Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan dirilingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
Presipitasi
- Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yangdialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Depkes,
2000, dalam Anonim, 2009) Sedangkan Tarwoto danWartonah (2000), dalam
Anonim(2009), meyatakan bahwa kurangnya perawatandiri disebabkan oleh :
- Kelelahan fisik
- Penurunan kesadaran
1. Fisika.
Psikologi.
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik diri, isolasi diri
- Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
Sosial.
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai normad.
- Cara makan tidak teratur
- Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di sembarang tempat
- Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiriSelain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien
yang mengalami DefisitPerawatan Diri adalah sebagai berikut:
Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami Defisit Perawatan Diri
adalah sebagai berikut :
- Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,
serta kuku panjang dan kotor
- Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian kotor dan
tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-lakitidak bercukur, pada pasien perempuan
tidak berdandan.
- Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh kemampuanmengambil makan sendiri,
makan berceceran dan makan tidak padatempatnya.
- Ketidak mampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAKtidak pada tempatnya,
dan tidak membersihkan diri dengan baik setelahBAB/BAK (Keliat, 2009).Apabila kondisi
ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat jugamenimbulkan penyakit fisik seperti
kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksisaluran pencernaan dan pernafasan serta adanya
penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya (Harist, 2011).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat jugamenimbulkan penyakit fisik
seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksisaluran pencernaan dan pernafasan serta
adanya penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya (Harist, 2011).
5. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan(keliat, 2005),
gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisabermacam – macam. Bisa terjadinya
infeksi kulit (scabies, panu, kurap) dan juga gangguan lain seperti grastitis kronis (karena
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit orofecal (karena hygiene BAB Atau BAK
sembarangan) dan lain lain.
C. 1. Pohon Masalah
Obyektif :
- Badan kotor
- Dandanan tidak rapi
- Makan yang berantakan
- BAB/BAK sembarang tempat
Data Minor
Subyektif :
- Merasa tak berguna
- Merasa tak perlu mengubah penampilan
- Merasa tidak ada yang peduli
Obyektif :
- Tidak tersedia alat kebersihan
- Tidak tersedia alat makan
- Tidak tersedia alat toileting
3.Diagnosa keperawatan
Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi) , berdandan , makan,BAB/BAK (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015).
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Defisit perawatan diri merupakan core probem atau diagnosa utama dalam pohon masalah di atas,
berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan dari defisit perawatan diri menurut (Kelliat,2006) .
E. REFRENSI
DAFTAR PUSTAKA
Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Yogyakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Kasus Masalah Utama
Resiko bunuh diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
DefinisiBunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku”Keperawatan Jiwa’ dinyatakan sebagai suatu
aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas inidapat mengarah pada kematian(2007). Bunuh
diri juga merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi
danmenggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalahsaat ide bunuh diri
timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang
spesifik untuk bunuh diri. (Yusuf,Fitryasari, & Endang, 2015, hal. 140). Bunuh diri adalah tindakan
agresif yangmerusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh diri merupakankeputusan
terakhir dariindividu untuk memecahkan masalah yang dihadapi(Captain, 2008). Menciderai diri
adalah tindakan agresif yang merusak dirisendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
2. penyebab
1. Faktor PredisposisiLima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilakudestruktif-
diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Sifat Kepribadian
- Diagnosis PsikiatrikLebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuhdiri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapatmembuat
individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalahgangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
- Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diriadalah antipati,
impulsif, dan depresi.
- Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadiannegatif dalam hidup, penyakit
kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensiyang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
maslah,respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
- Riwayat keluargaRiwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
- Faktor biokimiaData menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotinin dandopamine.
Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekamangelombang otak Electro Encephalo
Graph (EEG).
2. Faktor PresipitasiPerilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialamioleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat ataumembaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang
emosinya labil, haltersebut menjadi sangat rentan.
C. 1. Pohon Masalah
Obyektif :
- Ekspresi murung
- Tak bergairah
- Ada bekas percobaan bunuh diri
Data Minor
Subyektif :
- Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
- Mengatakan lebih baik mati saja
- Mengatakan sudah bosan hidup
Obyektif
- Perubahan kebiasaan hidup
- Perubahan perangai
3. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa 1 : Resiko Bunuh diri
Tujuan umum : klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
E. REFRENSI
Daftar Pustaka
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa , Jakarta: EGC, 1995.Fitria,Nita.2009.
Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluandan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan .
Jakarta: Salemba Medika.Yosep, Iyus. 2010.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (A. Suslia, & F. Ganiajri, Eds.) Jakarta: Salemba Medika.