Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIV/AIDS PADA IBU HAMIL

Fadila Qurrota A’yun P 173241160


Pingki Sri Rezeki P 173241160
Rista Aprilia P 173241160
Sani Nur P 173241160
Sherly Difia P 173241160
Marta Ika P 173241160
Mufidah Sheena P 173241160
Nurallifia Riqsani M P 173241160
Yuni Lestari P 173241160

PROGRAM D-III KEBIDANAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2018

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : HIV pada ibu hamil
Hari/Tanggal :
Waktu : 20 menit
Sasaran : Ibu hamil
Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan
Jumlah Peserta : 10 Orang

I. Tujuan
a. Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang HIV/AIDS pada ibu hamil,
diharapkan peserta penyuluhan dapat lebih memahami tentang penyakit
HIV/AIDS pada kehamilan.
b. Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu
menjelaskan kembali :
1) Pengertian HIV/AIDS
2) Etiologi/Penyebab
3) Gejala-gejala Penyakit HIV/AIDS
4) Penularan HIV/AIDS
5) Pencegahan dan penanganan HIV/AIDS
II. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
III. Alat bantu/peraga
1) Leaflet
IV. Sumber
Maryunani, Anik & Puspita, Eka. (2013). Asuhan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal. Jakarta : CV Trans info media.

V. Kegiatan
Terlampir
VI. Evaluasi
Mengajukan pertanyaan mengenai
a. Apa itu HIV/AIDS?
b. Apa penyebab dari HIV/AIDS?
c. Apa saja gejala HIV/AIDS?
d. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS?
e. Bagaimana pencegahan dan penanganan HIV/AIDS?

LAMPIRAN KEGIATAN

No. Tahap / Kegiatan Keterangan


Waktu
1 Pembukaan  Memperkenalkan diri  Menjawab salam
3 Menit  Menginformasikan materi  Mendengarka
yang akan disampaikan  Memperhatikan
 Menjelaskan tujuan pertemuan
·    
2 Penjelasan  Pengertian HIV/AIDS
materi  Etiologi/Penyebab HIV/AIDS  Menyimak
10 menit  Gejala HIV/AIDS
 Stadium HIV/AIDS
 Penularan HIV/AIDS
 Pencegahan dan penanganan
HIV/AIDS
3. Evaluasi Mengajukan pertanyaan sesuai  Menjawab
5 Menit sub topik materi pertanyaan
4. Penutup  Menyimpulkan materi  Mendengarkan
2 menit  Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

LAMPIRAN MATERI

HIV/AIDS PADA IBU HAMIL


A. Definisi
Acquired immuno deficiency syndrome (AIDS) adalah sindrom dengan gejala
penyakit infeksi opurtunistik atau kanker tertentu akibat menurunanya sistem kekebalan
tubuh oleh infeksi Human immunodeficincy virus (HIV). (Prawirohardjo, 2018).
B. Etiologi
Penjelasan penyebab dari HIV pada ibu dan bayi :
1. Dengan melihat tempat hidup HIV, penularan HIV terjadi kalau ada cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti hubungan seks dengan pasangan yang
mengidam HIV, jarum suntik, dan alat alat penusuk (tato, penindik dan cukur)
yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidam HIV kepada janin atau
disusui oleh wanita pengidam HIV.
2. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular
3. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, bayi lebih mungkin tertular
jika persalinan berlanjut lama.
4. Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular darah ibu.
5. Asi dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus tersebut. jadi, jika bayi
disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.
C. Patofisiologi
1. Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen
dan sekret vagina.
2. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui kontak seksual.
3. HIV awalnya dikenal dengan nama lymphadenopathy associated virus (LAV)
merupakan golongan retrovirus dengan materi genetik ribonucleic acid (RNA)
yang dapat diubah menjadi Deoxyribonucleic acid (DNA) untuk di integrasikan
ke dalam sel pejamu dan di program membentuk gen virus.
4. Virus ini cenderung menyerang sel jenis tertentu yaitu sel sel yang mempunyai
antigen permukaan CD4, terutama limfosit T yang memegang peranan penting
dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. (Prawirohardjo,
2008)

D. Stadium HIV
Infeksi HIV memiliki 4 stadium sampai nantinya menjadi AIDS, yakni :
1. Stadium I
Ibu dengan HIV positif tidak akan menunjukan gejala klinis yang berarti,
sehingga ibu akan tampak sehat seperti orang normal dan mampu melakukan
aktifitasnya seperti biasa.
2. Stadium II
Gejala ringan seperti penurunan berat badan kurang dari 10%, infeksi yang
berulang pada saluran nafas dan kulit.
3. Stadium III
Ibu dengan HIV sudah tampak lemah, gejala dan infeksi sudah mulai
bermunculan, ibu akan mengalami penu runan berat badan yang drastis, diare
yang tidak kunjung sembuh, demam yang hilang timbul, mulai mengalami
infeksi jamur pada rongga mulut bahkan infeksi sudah menjalar ke paru-paru.
4. Stadium IV
Pasien akan menjadi AIDS, aktivitas pasien akan banyak dilakukan di tempat
tidur karena kondisi dan keadaan sudah mulai lemah, infeksi mulai bermulai
bermunculan dimana-mana dan cenderung berat, salah satu kesulitan mengenali
infeksi HIV adalah masa laten tampa gejala yang lama antara 2 bulan hingga 2
tahun, umur rata rata saat diagnosis infeksi HIV di tegakkan adalah 35 tahun.
E. Prognosis
1. Kelompok resiko tertinggi terhadap infeksi HIV adalah homoseksual, pria
biseksual, penyalahguna obat-obatan intravena dan penderita hemofilia yang
mendapat transfusi darah
2. Kelompok resiko tinggi lainnya adalah kaum prostitusi dan mitra homoseksual
pria yang berada dalam kelompok resiko tinggi
3. Semua darah harus diskrining terhadap HIV sebelum ditransfusikan untuk
memperkecil risiko melalui transfusi
4. Wanita lebih mudah medapat virus dari pria dibanding sebaliknya karena
konsemtrasi HIV dalam semen tinggi dan robekan mukosa pada introitus atau
vagina saat berhubungan seksual lebih sering terjadi dibanding kerusakan kulit
penis (Benson. 2009)
5. Transmisi vertikal merupakan penyebab tersering infeksi HIV pada bayi dan
anak-anak di Amerika Serikat
6. Transmisi HIV ibu ke janin dapat terjadi intrauterine (5-10%), saat persalinan
(10-20%), dan pasca persalinan (5-20%)
7. Kelainan yang dapat teradi pada janin antara lain, berat badan lahir rendah,bayi
lahir mati, partus preterm, dan abortus spontan (Prawirohardjo, 2008)
F. Pencegahan
1. Tidak melakukan hubungan seksual (abstinentia) atau hanya menjalin
hubungan seksual dengan satu mitra saja yang diketahui tidak terinfeksi,
penggunaan kondom lateks yang sudah dilumasi dengan nonoxynol 9
merupakan metode yang paling efektif dalam membetasi resiko infeksi
2. Jika seorang wanita positif HIV, ia harus diberikan nasihat untuk :
 Tidak mendonorkan darah, plasma, jaringan, atau organnya
 Menghindari kehamilan
 Menjaga hubungan dengan satu pasangan
 Tekun menggunakan kondom yang telah dilumasi dengan nonoxynol 9
selama kontak seksusal apapun
G. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Ibu dengan positif HIV dapat mengurangi risiko bayinya tertular dengan :
1. Mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV)
 Risiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai
 Angka penularan hanya 1%-2% bila ibu memakai ART
 Angka ini kurang lebih 4% bila ibu memakai AZT selama 6 bulan
terakhir kehamilannya dan bayinya diberikan AZT selama 6 minggu
pertama kehidupannya
 Jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai melahirkan :
o Ada 2 cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini : AZT
dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan
bayi selama satu minggu setelah lahir
o Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan,
kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2-3 hari setelah lahir
o Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan
mengurangi penularan menjadi hanya 2%
o Namun, resistensi terhadap neviraphine dapat muncul pada
hingga 20% perempuan yang memakai satu tablet saat hamil
o Hal ini kemudian mengurangi keberhasilan ART yang dipakai
oleh ibu
o Resistensi ini juga dapat disebarkan pada ibu bayi waktu
menyusui
o Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di
Negara berkembang
2. Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya :
 Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan
 Bila ibu memakai AZT dan mempunyai viral load dibawah 1000, maka
dikatakan risiko hampir nol
 Ibu dengan viral load yang tinggi dapat mengurangi risiko dengan
memakai bedah besar
3. Menghindari menyusui :
 Kurang lebih 14% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi
 Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI (PASI atau
susu formula)
 Namun jika PASI tak diberi secara benar, risiko lain pada bayinya,
semakin tinggi
 Jika formula tidak bisa dilarut dengan air bersih, atau masalah biaya
menyebabkan kesulitan dalam pemberian formula, lebih baik bayi
disusui
 Yang terburuk adalah ASI dicampur PASI
 Cara paling cocok untuk sebagian besar ibu di Indonesia adalah
menyusui secara eksklusif (tidak dicampur dengan PASI) selama 3-4
bulan pertama, kemudian diganti dengan formula secara eksklusif
(tidak dicampur dengan ASI)
4. Melakukan diet khusus untuk orang HIV :
 Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati
seperti daging telur, ayam, ikan, kacang-kacangan, dan produknya
seperti tempe yang mengandung VIT B12 berfungsi sebagai,
bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare
 Banyak mengkonsumi sayuran dan buah-buahan secara teratur,
terutama sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta
karoten), zat besi, vitamin C dan E sebagai anti radial bebas
 Mengindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi
(tape,brem,roti)
 Pastikan makanan bersih dari pestisida dan zat-zat kimia berbahaya,
cuci bahan makanan sebelum dikonsumsi
 Bila ODHA mendapat obat antiretroviral, pemberian makanan disesuai
dengan jadwal meminum obat, dimana obat yang diberikan saat
lambung kosong, pada saat lambung penuh, atau diberikan bersama
sama dengan makanan
 Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mecegah mual)
 Menghindari rokok, kafein, dan alkohol
 Makan sedikit namun sering (kebutuhan gizi ODHA ditambah 10%-
25% dari kebutuhan minimum yang dianjurkan
 Minum susu setiap hari, susu rendah lemak dan sudah dipasteurisasi,
jika tidak dapat menerima susu sapi, bisa diganti denga susu kedelai
 Sesuaikan dengan syarat diet penyakit infeksi yang menyertai, misalnya
rendah serat, makanan lunak dan cair jika ada gangguna saluran
pemcernaan, rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare.

Anda mungkin juga menyukai