Anda di halaman 1dari 18

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK

MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

Potential Use of Backyard Land for Food Security

Ashari, Saptana, dan Tri Bastuti Purwantini

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. A. Yani 70 Bogor 16161
E-mail : ashari_sp@yahoo.com

Naskah masuk : 12 Maret 2012 Naskah diterima : 21 Mei 2012

ABSTRACT

Food security remains as a fundamental problem in most countries along with population increase,
purchasing power improvement, and climate change. To support national food security, it is necessary to
implement it at the households’ level such as farming on backyard land (pekarangan) areas. This paper aims to
review the potencies, policies and programs, as well as constraints related with use of backyard land in
supporting food security at households’ level. Backyard land is potential for farming in order to supply family food
needs, especially vegetables, to reduce household food expenditure, and to increase the household income.
Some constrains are found in backyard farming, such as less intensive cultivation, not a core business, lack of
specific technology, and less field workers’ of assistance. Support from various stakeholders is necessary in order
to improve backyard farming.
Key words: food security, backyard, household

ABSTRAK

Ketahanan pangan akan tetap menjadi permasalahan pokok di sebagian besar negara di dunia seiring
dengan semakin besar jumlah penduduk, peningkatan daya beli dan dinamika iklim global. Upaya membangun
ketahanan pangan keluarga, salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia,
diantaranya melalui pemanfaatan lahan pekarangan.Tulisan ini bertujuan untuk mengulas potensi, kebijakan dan
program, serta kendala pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketahanan pangan, terutama di tingkat
rumah tangga. Lahan pekarangan memiliki potensi dalam penyediaan bahan pangan keluarga, mengurangi
pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani.
Sejumlah kendala terkait masalah sosial, budaya, dan ekonomi masih dijumpai dalam program pemanfaatan
lahan pekarangan, diantaranya belum membudayanya budidaya pekarangan secara intensif, masih bersifat
sambilan dan belum berorientasi pasar, kurang tersedianya teknologi budidaya spesifik pekarangan, serta proses
pendampingan dari petugas yang belum memadai. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang dan
dukungan lintas sektoral dalam pemanfaatan lahan pekarangan sehingga mampu lebih optimal dalam
mendukung ketahanan pangan.
Kata kunci : ketahanan pangan, lahan pekarangan, rumah tangga

PENDAHULUAN pengeluaran pangan penduduknya besar


selalu dijumpai potensi masalah kekurangan
pangan. Pangsa pengeluaran pangan dipakai
Pangan adalah kebutuhan paling sebagai salah satu indikator ketahanan
hakiki yang menentukan kualitas sumberdaya pangan. Semakin besar pangsa pengeluaran
manusia (SDM) bangsa dan stabilitas sosial pangan berarti ketahanan pangan juga sema-
politik suatu negara. Di negara dengan pangsa kin rentan (Suhardjo, 1996).

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

13
Pengalaman sejarah menunjukkan menambah daftar permasalahan yang menam-
bahwa ketahanan memiliki kaitan erat dengan bah beban ketahanan pangan. Semakin
ketahanan sosial, stabilitas ekonomi, stabilitas sempitnya luas lahan sawah akan mengham-
politik dan keamanan atau ketahanan nasional bat terjadinya peningkatan kapasitas produksi
(Suryana, 2001; Simatupang et al., 2001). pangan. Pemerintah telah berusaha mencegah
Lebih jauh lagi, ketahanan pangan dalam alih fungsi lahan tersebut dengan menge-
pengertian keterjangkauan pangan juga terkait luarkan Undang-Undang No 41 Tahun 2009
erat dengan upaya peningkatan mutu sumber- Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
daya manusia. Tanpa dukungan ketersediaan Pangan Berkelanjutan. Salah satu tujuan dari
pangan yang cukup dan bermutu, sulit untuk UU tersebut adalah untuk mewujudkan ke-
menghasilkan sumberdaya manusia yang mandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan.
bermutu. Oleh karena itu sistem ketahanan Namun ada sinyalemen bahwa peraturan
pangan nasional yang kokoh menjadi syarat tersebut belum diimplementasikan dengan
mutlak bagi keberhasilan pembangunan. baik di tingkat lapangan, sehingga dikhawatir-
Permasalahan pokok ketahanan kan ketahanan pangan nasional akan semakin
pangan masih berputar sekitar ancaman terancam.
terhadap ketahanan masyarakat terutama Dengan berbagai permasalahan seba-
terjadinya kerawanan pangan di berbagai gaimana disebutkan di atas, diperlukan upaya
daerah. Kerawanan pangan menurut Saliem et yang sungguh-sungguh dalam mengantisipasi
al. (2001) dalam Ariningsih dan Rachman kerawanan pangan serta mencapai PPH yang
(2008) adalah kondisi tidak tercapainya ideal. Salah satu upaya yang dapat ditempuh
ketahanan pangan di tingkat wilayah maupun adalah dengan memanfaatkan potensi
rumah tangga/individu. Kerawanan pangan sumberdaya lahan (pekarangan) di sekitar
dapat terjadi secara berulang pada waktu- rumah. Berdasarkan hasil kajian Badan
waktu tertentu (kronis) dan dapat pula terjadi Litbang Pertanian, sebagaimana dilaporkan
akibat keadaan darurat seperti bencana alam Mardiharini (2011), dikemukakan bahwa per-
maupun bencana sosial (transient) (Dewan hatian petani terhadap pemanfaatan lahan
Ketahanan Pangan, 2006). Pusat Ketersedia- pekarangan masih terbatas. Akibatnya pe-
an dan Kerawanan Pangan Kementerian Per- ngembangan berbagai inovasi yang terkait
tanian mencatat 100 kabupaten dari 349 kabu- dengan lahan pekarangan belum mencapai
paten di Indonesia berpotensi rawan pangan. sasaran seperti yang diharapkan. Padahal
Daerah-daerah tersebut memiliki kebutuhan dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk
pangan tinggi, tapi memiliki masalah terkait tanaman obat, tanaman pangan, hortikultura,
dukungan penanaman tanaman pangan dan ternak, ikan dan lainnya berpotensi dapat
rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu,
pangan. pemanfaatan pekarangan juga berpeluang
Selain potensi terjadinya kerawanan menambah penghasilan rumah tangga apabila
pangan, permasalahan lain adalah tingkat dirancang dan direncanakan dengan baik.
konsumsi sebagian penduduk Indonesia masih Tulisan ini bertujuan untuk me-review
di bawah anjuran pemenuhan gizi (diproksi tentang potensi pekarangan, serta kebijakan/
dengan Pola Pangan Harapan/PPH). Oleh program yang telah dilakukan dalam peman-
karena itu salah satu upaya untuk mening- faatan lahan pekarangan untuk mendukung
katkan ketahanan pangan dan gizi keluarga ketahanan pangan, terutama di tingkat rumah
dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumber tangga. Disamping itu juga dikaji tentang
daya yang tersedia maupun yang dapat kendala pemanfaatan lahan pekarangan yang
disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut, menyebabkan program belum berjalan secara
salah satunya dapat dilakukan melalui peman- optimal. Dengan penggalian informasi yang
faatan lahan pekarangan yang dikelola oleh komprehensif terhadap pemanfaatan lahan
rumah tangga. pekarangan serta kendala yang dihadapi
Terjadinya kompetisi dalam peman- diharapkan dapat menjadi masukan untuk
faatan lahan seperti alih fungsi lahan pertanian penyusunan dan penyempurnaan program
untuk penggunaan non pertanian juga semakin terkait ketahanan pangan yang berbasis lahan
pekarangan di masa mendatang.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

14
POTENSI LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI sehari-hari dan untuk diperdagangkan. Peka-
SUMBER PANGAN RAKYAT rangan kebanyakan saling berdekatan, dan
bersama-sama membentuk kampung, dukuh
atau desa. Adapun Hartono et al (1985) dalam
Pengertian Lahan Pekarangan Rahayu dan Prawiroatmodjo (2005), men-
Ketersediaan pangan merupakan definisikan pakarangan sebagai sebidang
syarat keharusan dari tercapainya status tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,
ketahanan pangan di suatu negara. Untuk yang di atasnya terdapat bangunan tempat
memperoleh ketersediaan pangan yang cukup tinggal dan mempunyai hubungan fungsional
diperlukan pemanfaatan segala sumberdaya baik ekonomi, biofisik maupun sosial budaya
lahan yang ada secara baik dan terencana, dengan penghuninya.
termasuk lahan pekarangan. Di masyarakat Pengertian lain tentang pekarangan
(terutama di perdesaan), pemanfaatan lahan dikemukakan oleh Novitasari (2011) yang
pekarangan untuk memenuhi kebutuhan melihat pekarangan sebagai tata guna lahan
keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang merupakan sistem produksi bahan
yang lama. Lahan pekarangan, khususnya di pangan tambahan dalam skala kecil untuk dan
perdesaan di Jawa, menurut Penny dan oleh anggota keluarga rumah tangga dan
Ginting (1984) merupakan salah satu merupakan ekosistem tajuk berlapis. Peka-
penggunaan tanah yang terpenting. Namun, rangan memiliki batasan yang jelas, secara
sebagian besar hanya bersifat sambilan untuk utuh terdiri dari rumah, dapur, pecuren/
mengisi waktu luang dan diutamakan untuk pelataran, peceren, pawuhan, kandang, ple-
pemenuhan kebutuhan rumah tangga. gongan dan pagar. Secara lebih ringkas
Ada beberapa definisi pekarangan Anonim (2012), mendifinisikan Pekarangan
yang dikemukakan dalam sejumlah literatur. sebagai sebidang tanah darat yang terletak
Sajogyo (1994) mendefinisikan pekarangan langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas
sebagai sebidang tanah di sekitar rumah yang batas-batasnya. Oleh karena letaknya di
masih diusahakan secara sambilan. Menurut sekitar rumah, maka pekarangan merupakan
Terra (1948) dalam Simatupang dan Suryana lahan yang mudah diusahakan oleh seluruh
(1989), pekarangan berasal dari kata “karang” anggota keluarga dengan memanfaatkan
yang berarti tanaman tahunan (perennial waktu luang yang tersedia
crops). Oleh karena itu, pekarangan harus
dicirikan oleh adanya rumah tinggal yang
tetap, sehingga tidak berlaku untuk pemu- Peran Pekarangan dan Potensinya sebagai
kiman yang berpindah-pindah (nomaden Penghasil Pangan
settelment) atau untuk usaha pertanian yang Pekarangan memiliki sejumlah peran
tidak menetap. dalam kehidupan sosial ekonomi rumah
Menurut Simatupang dan Suryana tangga petani. Menurut Sajogyo (1994), peka-
(1989) cukup sulit untuk mendifinisikan peka- rangan sering disebut lumbung hidup, warung
rangan secara jelas dan tidak ambigu. hidup atau apotik hidup. Disebut lumbung
Kesulitan ini timbul karena secara faktual hidup karena sewaktu-waktu kebutuhan
usaha di pekarangan bersifat kontinu dan pangan pokok seperti beras, jagung, umbi-
merupakan bagian perluasan (extended) dari umbian dan sebagainya tersedia dipeka-
penggunaan lahan pertanian. Disamping itu, rangan. Bahan-bahan tersebut disimpan dalam
pekarangan tidak hanya berfungsi sebagai pekarangan dalam keadaan hidup. Disebut
homestead (rumah dan pekarangan) tetapi sebagai warung hidup, karena dalam peka-
sebagai tempat untuk berkebun dan kegiatan rangan terdapat sayuran yang berguna untuk
usaha tani lainnya. memenuhi kebutuhan komsumsi keluarga, di
mana sebagian rumah tangga harus mem-
Sementara, menurut Mardikanto belinya dengan uang tunai. Sementara itu,
(1994), pekarangan diartikan sebagai tanah disebut sebagai apotik hidup karena dalam
sekitar perumahan, kebanyakan berpagar pekarangan ditanami berbagai tanaman obat-
keliling, dan biasanya ditanami tanaman padat obatan yang sangat bermanfaat dalam me-
dengan beraneka macam tanaman semusim nyembuhkan penyakit secara tradisional.
maupun tanaman tahunan untuk keperluan

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

15
Peranan dan pemanfaatan pekarang- sebuah program yang terencana dengan
an bervariasi dari satu daerah dengan daerah inisiasi pemerintah mungkin belum banyak
lain, tergantung pada tingkat kebutuhan, sosial dilakukan atau jika pernah ada sudah lama
budaya, pendidikan masyarakat maupun faktor tidak dilakukan. Pogram pemanfaatan lahan
fisik dan ekologi setempat (Rahayu dan pekarangan diartikan sebagai upaya penge-
Prawiroatmodjo, 2005). Menurut Terra (1967) lolaan pekarangan melalui pendekatan terpadu
dalam Sajogjo (1994), fungsi pekarangan berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan,
adalah untuk menghasilkan: (1) bahan ma- sehingga akan menjamin ketersediaan bahan
kanan sebagai tambahan hasil sawah dan yang beraneka ragam secara terus menerus,
tegalnya; (2) sayuran dan buah-buahan; (3) guna pemenuhan gizi keluarga (Anonim,
rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; 2002).
(4) bahan kerajinan tangan; (5) kayu bakar; (6) Menurut Peny dan Ginting (1984), di
uang tunai; serta (7) hasil ternak dan ikan. Indonesia tidak banyak program pemerintah
Dalam literatur lainnya, misalnya yang bersentuhan dengan pemanfaatan lahan
Danoesastro (1978) dalam Mardikanto (1994), pekarangan, termasuk penelitian tentang
menyebutknan sedikitnya ada empat fungsi pekarangan. Studi tentang pekarangan banyak
pokok pekarangan yaitu sebagai sumber dilakukan di era tahun 70-an hingga 80-an
bahan makanan, sebagai penghasil tanaman sebagaimana dirangkum oleh Simatupang dan
perdagangan, sebagai panghasil tanaman Suryana (1989) yang mencatat sekitar 51
rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga publikasi mengenai pekarangan di Indonesia.
sumber berbagai macam kayu-kayuan (untuk Langkanya penelitian tentang pekarangan
kayu bakar, bahan bangunan, maupun bahan diduga karena aspek pekarangan cukup
kerajinan). Hasil pekarangan yang bervariasi kompleks sehingga tidak mudah dilaksanakan.
dapat dihasilkan sepanjang tahun dengan hasil Sementara minimnya program pemanfaatan
yang segar. pekarangan disebabkan pemerintah lebih
memprioritaskan pada komoditas padi dan
palawija sehingga perhatian dan dukungan
KEBIJAKAN PEMANFAATAN LAHAN program otomatis lebih fokus pada lahan
PEKARANGAN sawah dan lahan kering (tegalan).
Program pemanfaatan lahan peka-
Kebijakan/Program Pemanfaatan Lahan rangan baru secara eksplisit dimasukkan
Pekarangan menjadi bagian dalam Proyek Pengembangan
Dewan Ketahanan Pangan (2006), Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG) sejak
sebagaimana dikutip Nainggolan (2008) telah Tahun Anggaran 1991/1992. Kegiatan peman-
menetapkan 10 kebijakan terkait ketahanan faatan lahan pekarangan dalam Program DPG
pangan sebagai panduan bagi pemerintah, dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu
swasta, dan masyarakat untuk bersama-sama gizi makanan masyarakat dengan memanfaat-
mewujudkan ketahanan pangan di tingkat kan persediaan bahan makanan setempat
wilayah dan nasional. Salah satu kebijakan ke- (termasuk yang tersedia di pekarangan) dan
7 adalah “Mencegah dan Menangani Keadaan mendukung perbaikan gizi keluarga (Rachman
Rawan Pangan dan Gizi” dan salah satu et al., 1996). Secara umum DPG bertujan
kegiatannya (poin c) adalah Pemanfaatan untuk memantapkan peran pekarangan dalam
Lahan Pekarangan untuk Peningkatan Gizi mendukung penyediaan aneka ragam bahan
Keluarga. Kegiatan yang dilakukan antara lain: pangan yang berkualitas dalam rangka pe-
penyuluhan, bimbingan dan fasilitasi kepada nanggulangan kemiskinan dan perbaikan gizi
kelompok masyarakat untuk memanfaatkan keluarga.
pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi Suryana et al. (1997) mengemukakan
kelaurga. bahwa kriteria yang digunakan dalam mene-
Jika dirunut ke belakang, sebetulnya tapkan lokasi proyek DPG pada umumnya
pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendu- didasarkan pada status gizi (Depkes) dan data
kung terpenuhinya kebutuhan pangan serta kemiskinan (kriteria Bangdes). Paket yang
pendapatan keluarga sudah dilakukan sejak diberikan adalah kombinasi dari bahan pangan
lama. Namun demikian, dalam pengertian sekaligus sumber mineral serta protein tinggi

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

16
seperti sayuran, buah-buahan, pangan lokal intensif dilakukan oleh Kementerian Pertanian
(umbi-umbian), serta ternak dan ikan. Bentuk dengan menyusun suatu konsep yang disebut
paket terdiri atas dua macam: (1) Paket A, Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
untuk pekarangan lahan kering berupa Pada dasarnya KRPL merupakan suatu him-
tanaman pangan dan ternak, dan (2) Paket B, punan rumah yang mampu mewujudkan
untuk pekarangan lahan basah berupa kemandirian pangan keluarga melalui peman-
tanaman pangan dan ikan. Setiap pemberian faatan pekarangan (Mardiharini, 2011). KRPL
paket dilengkapi dengan komponen penunjang ditujukan agar masyarakat dapat melakukan
berupa sarana produksi (pupuk, pakan dan upaya diversifikasi pangan berbasis sumber-
kandang) dan peralatan. daya lokal, sekaligus melestarikan tanaman
Gema pemanfaatan lahan pekarangan pamgan untuk masa depan serta tercapai
kembali menguat pada tahun 2010 yaitu saat peningkatan kesejahteraan keluarga dan
Kementerian Pertanian RI menggalakkan masyarakat. Badan Litbang Pertanian menda-
Gerakan Percepatan Penganekaragaman pat mandat dari kementerian Pertanian untuk
Konsumsi Pangan (P2KP). P2KP dimaksud- mengembangankan Model –KRPL
kan untuk mengurangi konsumsi beras Unit percontohan MKRPL dibangun di
masyarakat Indonesia yang saat ini baru turun Dusun Jelok, Desa Kayen, Kecamatan
0,6 persen per tahun, masih jauh dari target Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yang
penurunan yang ditetapkan pemerintah sebe- dimulai Februari 2011 dengan melibatkan 36
sar 1,5 persen per tahun. Gerakan ini merupa- KK dari dua RT. Kelompok sasaran dibagi
kan tindak lanjut dari Peraturan Presiden menjadi tiga strata, yaitu rumah tangga
2
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan berpekarangan sempit (<100 m ), sedang
2 2
P2KP berbasis sumberdaya lokal (BKPD (200-300m ) dan luas (>300m ). Perkem-
Jabar, 2011). Selanjutnya untuk mendukung bangan KRPL cukup bagus, dan menurut
P2KP, melalui Direktorat Jenderal Hortikultura laporan BPTP Jawa Timur dalam Mardiharini
dilaksanakan Gerakan Perempuan Untuk (2011) pada pertengahan September 2011,
Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Tujuan KRPL telah dilaksanakan lebih dari 500 KK di
gerakan ini lebih difokuskan untuk member- Kabupaten Pacitan dan juga telah diterapkan
dayakan perempuan perkotaan melalui di Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan.
optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Selanjutnya, terinspirasi dari perkem-
Komoditas utama yang akan dioptimalkan bangan dan kinerja KRPL di Pacitan yang
dalam GPOP adalah cabai keriting, cabai cukup bagus, pemerintah Provinsi Jawa Timur
rawit, sayuran, tanaman obat dan tanaman melalui Badan Ketahanan Pangan Provinsi
hias. akan mengembangkan Kawasan Rumah
Program pemanfaatan lahan peka- Pangan Lestari (Rumah Hijau Plus-Plus) yang
rangan juga dilakukan di sejumlah daerah. Di dilaksanakan tahun 2012. Pengembangan
Jawa Timur misalnya, pada 5 tahun terakhir KRPL (Rumah Hijau Plus-Plus) merupakan
kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarang- gerakan dari dan untuk masyarakat perdesaan
an atau lahan sempit (utamanya daerah mulai tingkat dusun sampai dengan tingkat
perkotaan) kembali dilakukan dengan aneka rumah tangga bekerjasama dengan ibu-ibu
tanaman hortikultura yakni sayuran, buah- Tim Penggerak PKK mulai tingkat Provinsi
buahan, tanaman hias dan biofarmaka. sampai dengan Dasa Wisma. Instansi peme-
Kegiatan ini merupakan salah satu implemen- rintah lebih diarahkan pada tindakan motivasi,
tasi dari Program Pengentasan Kemiskinan fasilitasi, stimulasi dan stabilisasi gerakan
dan Pemberdayaan Keluarga melalui Pening- tersebut. Rumah Hijau plus-plus akan me-
katan Gizi dan Pendapatan. Pada tahun 2010, manfaatkan lahan pekarangan, lahan-lahan
Dinas Pertanian Jawa Timur mencanangkan milik desa, kanan kiri jalan desa dan fasilitas
program Rumah Hijau yang bertujuan untuk penunjang dengan pengembangan tanaman
pemanfaatan lahan pekarangan dalam men- sumber karbohidrat, protein, vitamin dan
dukung pemenuhan gizi rumah tangga (Distan tanaman cash crop (tanaman penghasil uang
Jatim, 2011). seperti: pisang, pepaya, belimbing, rosella,
Dalam dua tahun terakhir, program tanaman hias), ternak dan ikan yang hasilnya
pemanfaatan lahan pekarangan yang cukup dapat dikonsumsi untuk menambah gizi

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

17
keluarga dan menambah pendapatan keluarga lada, kelapa dan rambutan karena cepat
(BKP Jatim, 2011). beradaptasi. Tentu saja dalam pengaturan tata
Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa ruang lahan harus mempertimbangkan ke-
sudah cukup banyak program terkait dengan seimbangan dan skala prioritas jenis tanaman
pemanfaatan lahan pekarangan di Indonesia. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Bahkan, jika dilacak jauh ke belakang yaitu Terkait dengan upaya optimalisasi
pada akhir 1960-an sudah ada program yang pemanfaatan lahan pekarangan melalui pola
mengarah pada pemanfaatan lahan peka- pertanaman, di wilayah Pulau Jawa mungkin
rangan melalui program Pendidikan Kesejah- tidak terlalu leluasa mengingat umumnya
teraan Keluarga (PKK). Ada 10 program PKK sudah established. Namun dengan sentuhan
dan butir ke-3 adalah tentang Pangan dimana inovasi teknologi, misalnya dengan pengem-
disebutkan bahwa dalam hal pangan, PKK bangan vertikultur, penggunaan varietas
menggalakkan penyuluhan untuk pemanfaatan unggul, dan intensifikasi usahatani, masih
pekarangan, antara lain dengan menanam memungkinkan adanya peningkatan hasil dan
tanaman yang bermanfaat, seperti sayuran, mutu produk dari budidaya di pekarangan.
ubi-ubian, buah-buahan dan bumbu-bumbuan Optimalisasi lahan pekarangan lebih leluasa di
(PKK Pusat, 2012). Lebih jauh lagi, juga luar Jawa, terutama di lahan lokasi program
dianjurkan memelihara unggas dan ikan serta transmigrasi.
cara pemeliharaannya di lahan pekarangan Hasil kajian yang insentif tentang
mereka sendiri. Hasilnya dimanfaatkan untuk pemanfaatan pekarangan pernah dilakukan
kepentingan keluarga, dan selebihnya dapat oleh PAE (1989), yaitu untuk daerah transmig-
dijual untuk menambah pendapatan keluarga rasi di Jambi. Pada daerah transmigrasi ini,
dan meningkatkan penganekaragaman pa- masih sangat terbuka peluang untuk dilakukan
ngan lokal. Pembinaan teknis diadakan dalam rancangan pola pekarangan yang secara
kerjasama dengan dinas pertanian setempat. seksama memperhatikan kelayakan teknis
agronomis, sosial ekonomis, dan konservasi
POLA PERTANIAN PANGAN DI lahan. Ke depan pemanfaatan lahan peka-
PEKARANGAN rangan dengan memperhatikan landscape
pekarangan dan kawasan perdesaan secara
tertata berpotensi sebagai wisata perdesaan.
Pola pertanian di lahan pekarangan Penentuan pola pertanian di lahan
umumnya berupa campuran (multi komoditas). pekarangan selain ditentukan oleh landscape,
Petani menanam berbagai macam komoditas juga kondisi fisik lahan dan luasan lahan. Hasil
baik berupa tanaman tahunan maupun studi Lakitan (2005) di Sumatera Selatan,
semusim. Demikian juga dari jenis komoditas membagi lahan pekarangan di pedesaan
dapat berupa tanaman pangan, hortikultura, Sumatera Selatan menjadi 6 tipe, yakni; peka-
perkebunan dan bahkan untuk ternak maupun rangan di daratan tinggi yang sempit, datar,
ikan. Tentu saja dalam pemilihan komoditas, dan tidak tergenang (Tipe I); pekarangan di
petani sudah mempertimbangkan tujuan dataran tinggi yang sempit, miring, dan tidak
utama penanaman apakah untuk sekedar tergenang (Tipe II); pekarangan di dataran ren-
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, dah yang sempit, datar, dan tidak tergenang
untuk komersial, konservasi, dan sebagainya. (Tipe III); pekarangan di dataran rendah yang
Namun demikian untuk optimalisasi sempit, datar, dan tergenang secara periodik
pemanfaatan lahan pekarangan dicari pola (tipe IV); pekarangan di dataran rendah yang
pertanian yang sesuai dengan kondisi peka- luas, datar, dan tidak tergenang (Tipe V); dan
rangan. Dalam hal ini pemilihan komoditas dan pekarangan di dataran rendah yang sempit,
pola tanam maupun tata letak sangat penting. datar, dan tergenang secara kontinyu (Tipe VI)
Dari hasil action research di lokasi Untuk masing-masing tipe pekarangan
transmigrasi Kuamang Kuning, Jambi Saleh et tersebut, Lakitan (2005) mengembangkan pola
al. (1990), melaporkan bahwa tanaman yang pemanfaatan yang sesuai dengan kondisi fisik
mampu menyesuaikan dengan kondisi agro- lahan. Secara ringkas pola pemanfaatan
klimat dan agroekosistem akan lebih cepat pekarangan disajikan pada Tabel 1.
berkembang seperti kopi, kapolaga, melinjo,

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

18
Tabel 1. Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berdasarkan Tipe di Sumatera Selatan

Jenis/Tipe Pola
I Mengkombinasikan antara tanaman sayuran dataran tinggi, pohon buah-buahan,
dan ternak ayam buras
II Budidaya tanaman pohon buah-buahan dan ternak ayam buras. Pola penanaman
pohon buah-buahan tersebut diselaraskan dengan garis kontur lahan
III Budidaya terpadu dengan mengkombinasikan tanaman sayuran dataran rendah,
pohon buah-buahan, dan ternak ayam buras.
IV Dibedakan antara musim kemarau dan musim hujan, budidaya tanaman sayuran
semusim hanya dilakukan pada musim kemarau. Pohon buah-buahan yang
ditanam terbatas pada jenis yang toleran terhadap genangan periodik
V Dibagi menjadi 2 bagian, yakni bagian yang dikelola untuk pemenuhan kebutuhan
pangan sendiri yang dirancang sama dengan pekarangan tipe III dan bagian yang
dikelola untuk tujuan komersial
VI Budidaya terpadu antara ikan air tawar, ternak ayam buras, dan tanaman
hortikultura, yakni dengan pembuatan kolam ikan, kandang ayam di atas kolam,
dan tanaman dibudidayakan pada tanggul kolam.
Sumber: Lakitan, 2005 (diolah).

Sementara Badan Litbang Pertanian sebagai berikut: (1) Media tanam dapat meng-
(2011) secara rinci telah mengeluarkan Buku gunakan media campuran tanah, pupuk kan-
Panduan KRPL yang didalamnya dicantumkan dang dan pasir/sekam dengan perbandingan
beberapa pola pertanian tanaman pekarangan 1:1:1 yang ditempatkan pada bak-bak tanam-
baik di kota maupun di desa dengan berbagai an (paralon, bambu, pot) yang diatur bersusun
tipe perumahan. Secara umum, pola pertanian ke atas dan (2) Tanaman yang sesuai untuk
di lahan pekarangan dapat menggunakan pola kondisi yang teduh diletakan paling bawah dan
horisontal (terutama yang luas), pola vertikal, yang lebih suka panas diletakkan di atas.
menggunakan polibag, maupun pot. Di- Disamping itu, pemanfaatan lahan
samping itu pekarangan dapat dijadikan untuk pekarangan yang kurang subur dapat disiasati
memelihara ternak maupun perikanan. Secara dengan cara tabulapot, yaitu menanam ta-
detail dalam pemanfaatan lahan pekarangan naman buah-buahan (bisa tanaman lainnya:
disajikan pada Tabel Lampiran 1 dan 2. bunga) di dalam pot. Dalam tabulapot ini perlu
Dengan semakin sempitnya lahan diperhatikan beberapa hal: (1) Media tanam
pekarangan pola tanam vertikal menjadi harus mampu menopang tanaman, dapat
pilihan yang cukup rasional. Dalam bahasa menyediakan hara, air dan aerasi yang baik
inggris "verticulture" merupakan gabungan dari (sama dengan untuk pola tanam vertikal), (2)
dua suku kata, vertical dan culture yang Pot yang kurang baik, akan menghasilkan tata
memberikan pengertian budidaya tanaman udara yang kurang baik sehingga kurang
dengan cara bertingkat atau bersusun, menguntungkan untuk perkembangan akar.
memanfaatkan ruang ke arah atas (Anonim,
2011). Pada dasarnya, pola pertanaman
vertikal merupakan usaha pertanian dengan MANFAAT DAN KENDALA PEMANFAATAN
memanfaatkan lahan semaksimal mungkin PEKARANGAN
dengan memanfaatkan potensi ketinggian,
sehingga tanaman yang diusahakan per Dampak Program Pemanfaatan Pekarangan
satuan luas lebih banyak. Pola ini selain
menghemat tempat juga hemat dalam peng- Terkait dengan seberapa besar dam-
gunaan pupuk dan air. Pada tanam pola tanam pak pemanfaatan lahan pekarangan, nampak-
vertikultur ini, secara teknis dapat dilakukan nya belum banyak studi yang secara eksplisit

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

19
dan kuantitatif, melihat peran pekarangan c) Meningkatkan pendapatan RT peserta
terhadap produksi pangan atau pendapatan program. Secara rataan sumbangan lahan
keluarga. Sebagian besar studi hanya menge- pekarangan terhadap total pendapatan
mukakan manfaat yang dapat dikontribusikan rumah tangga setelah program M-KRPL
oleh pemanfaatan lahan pekarangan secara diperkirakan mencapai sebesar 6,81
kualitatif. Salah satu manfaat terpenting dari persen. Untuk meningkatkan kontribusi ter-
fungsi pekarangan, menurut Novitasari (2011) hadap pendapatan dapat diintroduksikan
adalah untuk menyediakan kebutuhan pangan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi
dan gizi keluarga dengan cara ditanami dan memiliki prospek pasar.
berbagi jenis tanaman dalam upaya d) Merangsang tumbuhnya ekonomi produktif
meningkatkan keragaman pangan keluarga. di perdesaan, seperti: (1) usaha pembibit-
Bahkan dengan banyaknya manfaat yang an; (2) teknologi penetasan telur ayam
diperoleh dari pekarangan, Sajogyo (1994) arab; (3) kios saprodi; (4) usaha pengo-
menyatakan bahwa pekarangan disebut juga lahan hasil pertanian, dan (5) usaha da-
sebagai lumbung hidup, warung hidup, dan gang hasil pertanian. Untuk meningkatkan
apotik hidup. dampak secara lebih akseleratif dapat
dikembangkan infrastruktur pendukung
Selain untuk menyediakan pangan,
dan investasi.
hasil pekarangan juga menjadi sumber
pendapatan keluarga. Terra dalam Penny dan Hasil penelitian Penny dan Ginting
Ginting (1984), mengemukakan bahwa dari (1984), mengungkapkan setidaknya ada 56
hasil penelitian di Jawa bahwa seringkali hasil ragam komoditas tanaman keras/tahunan
per satuan luas dari pekarangan melebihi hasil (tidak termasuk tanaman semusim) hasil
per satuan luas dari sawah dan tegal. Hal ini pekarangan yang diusahakan petani. Hasil
disebabkan lokasinya yang menyatu dengan pekarangan tersebut memiliki kegunaan
rumah, sehingga pemeliharaan dan penga- sebagai berikut: (a) bahan makanan: sayur-
wasan dapat dilakukan secara mudah. sayuran, bumbu dapur, buah-buahan, (b)
bahan bangunan, (c) bahan kayu bakar, (d)
Dampak program pemanfaatan lahan bahan pembungkus misalnya daun (daun
pekarangan yang cukup lengkap dikemukakan pisang, daun jati), (e) barang antara
oleh Saptana et al. (2011) dari hasil kajian di (intermediate good) misalnya kayu yang dapat
Pacitan. Beberapa dampak positif dari dibuat barang-barang meubeller, (f) modal
kegiatan M-KRPL diantaranya: yang dapat diijonkan (tanaman mangga,
a) Meningkatkan konsumsi energi dan tanaman manggis, pohon jati), dan (g) obat-
konsumsi protein bagi rumah tangga obatan (terutama dari jenis rimpang : jahe,
petani peserta secara nyata. Selain itu, M- temulawak, kunyit), bibit dan lain-lain.
KRPL telah meningkatkan konsumsi Kompleksitas tanaman juga tercermin
pangan dan peningkatan skor PPH dari bermacam ragam tanaman muda, ternak
sebesar 11,90-20,46 persen. Disarankan dan lain-lain dengan berbagai kombinasi
mengembangkan komoditas pertanian usaha. Aneka ragam usaha pekarangan dan
yang berpotensi tinggi meningkatkan skor banyaknya tanaman keras cukup menunjuk-
PPH yaitu komoditas hortikutura, umbi- kan keserbanekaan usaha dan kombinasi
umbian, serta ternak dan ikan. usaha yang tentunya juga memerlukan
keserbanekaan perlakuan dari petani. Ada
b) Mengurangi pengeluaran untuk konsumsi
tendensi bahwa semakin luas tanah yang
pangan. Pengurangan pengeluaran kelom- dikuasai rumahtangga makin banyak pohon
pok pangan terbesar secara berturut-turut dan jenis pohon kayu yang diusahakan (Penny
adalah kelompok sayur, umbi, hasil ternak, dan Ginting, 1984).
dan ikan. Disarankan pengembangan
komoditas pertanian harus memperhatikan Dengan belum adanya informasi yang
aspek kebutuhan pangan keluarga dan spesifik terkait kontribusi pekarangan terhadap
potensi mengurangi pengeluaran kon- produksi pangan, diperlukan sebuah kajian
sumsi, sehingga kesejahteraan keluarga yang fokus menggali informasi ini. Hal ini
penting dilakukan mengingat secara faktual
dapat ditingkatkan.
lahan pekarangan telah mampu membantu

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

20
rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan yaitu belum membudayanya budidaya peka-
sehari-hari atau mengurangi biaya untuk rangan secara intensif, (2) Kondisi sumber
pembelian pangan dengan produk yang daya alam dan lingkungan yang kurang
dihasilkan dari pekarangan. Kajian kontribusi mendukung DPG, lebih mengutamakan lahan
pekarangan terhadap produksi pangan sangat non pekarangan untuk memperoleh uang
berguna untuk menunjang program P2KP tunai, dan (3) Kurangnya tenaga pendamping,
yang berbasis pada pemanfaatan pangan dana dan waktu untuk pelaksanaan DPG se-
lokal. hingga mengakibatkan terhambatnya program.
Untuk memperoleh hasil yang Masih tentang program DPG, Suryana
maksimal dalam pemanfaatan lahan peka- (1997) menambahkan bahwa hambatan DPG
rangan hendaknya memperhatikan hasil terutama disebabkan oleh: (1) Jaminan mutu
penelitian usahatani pada berbagai agro- paket dan ketepatan penyampaian, (2)
ekosistem lahan di negara-negara berkem- Koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
bang. Dalam beberapa studi menunjukkan dan monitoring belum dilakukan secara rutin
perlunya sebuah penekanan bahwa hendak- dan efektif, dan (3) Pembinaan kesiapan
nya memposisikan petani bukan sebagai kelompok wanita tani (KWT) sebagai penerima
perorangan, melainkan sebagai anggota paket terlalu singkat sehingga kurang siap
kelompok (Wong dan Reed, 1978 dalam Ellis, dalam pelaksanaan program. Studi lain terkait
2003). Dalam Pedoman Umum Pemanfaatan permasalahan usahatani lahan pekarangan
Pekarangan yang dibuat Departemen Per- dilakukan Hosen (2008). Pada kasus
tanian (Anonim, 2002), juga disebutkan kriteria pemanfaaatan pekarangan untuk tanaman
kelompok peserta program (wanita tani- buah-buahan di Sumatera Barat ditemui
nelayan) menggunakan pendekatan kelompok beberapa permasalahan diantaranya: (i) pe-
secara partisipatif. Dengan berkelompok akan manfaatan lahan belum optimal, produktivitas
tumbuh kekuatan gerakan dengan prinsip tanaman relatif rendah, dan belum berorientasi
keserasian dan keminpinan dari peserta ekonomi; (ii) penataan tanaman tidak teratur
program. dan pemeliharaan belum optimal; (iii) mutu
Keberhasilan beberapa Program hasil panen relatif rendah; (iv) belum dilakukan
Pembangunan Pertanian di Indonesia karena pengolahan hasil buah-buahan tingkat rumah
dilakukan melalui pendekatan kelompok tangga untuk memperoleh nilai tambah. Hal ini
secara partisipatif. Demikian juga keberhasilan terjadi karena lemahnya kelembagaan (per-
program dalam rangka ketahanan pangan juga modalan dan pemasaran) dan sistem alih
dilakukan melalui pendekatan kelompok teknologi serta pembinaan oleh instansi terkait.
seperti Program Participatory Integrated Karena itu, pengembangan komoditas pada
Development in Rainfed Areas (PIDRA), suatu kawasan yang didukung oleh inovasi
Special Program for Food Security (SPFS), teknologi perlu mendapat perhatian.
dan Program Desa Mandiri Pangan (Desa Hasil penelitian Saptana et al. (2011)
Mapan) (Rusastra et al., 2008). Oleh karena terkait dengan KRPL mengemukakan bahwa
itu, Program Pengembangan Kawasan Rumah secara umum permasalahan yang dihadapi
Pangan Lestari (KRPL) akan berhasil dengan dalam pemanfaatan dan pengembangan lahan
baik jika dilakukan dengan pendekatan pekarangan adalah: pilihan jenis komoditas
kelompok. dan bibit terbatas, kurang tersedianya tek-
nologi budidaya spesifik lahan pekarangan,
kurang tersedianya teknologi panen dan pasca
Kendala Pemanfaatan Lahan Pekarangan panen komoditas pangan lokal, bersifat
Dari pengalaman implementasi prog- sambilan, serta hanya untuk memenuhi kebu-
ram pemanfaatan lahan pekarangan diakui tuhan rumah tangga dan belum berorientasi
masih dijumpai sejumlah kendala. Berdasar- pasar. Hal tersebut berkaitan dengan bebe-
kan evaluasi DPG (kasus luar jawa) yang rapa permasalahan pokok sebagai berikut: (1)
pernah dikaji Saliem (1997), menunjukkan Sumberdaya lahan pekarangan oleh sebagian
bahwa minimal ada tiga kendala yang dihadapi besar petani dipandang sebagai sumberdaya
dalam pelaksanaan DPG yaitu: (1) Kondisi yang kurang memberikan manfaat dibanding-
sosial-budaya masyarakat kelompok peserta kan sumberdaya lahan sawah dan lahan

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

21
kering; (2) Sistem usahatani pada lahan akan menimbulkan konflik, sehingga akan
pekarangan umumnya berupa campuran terus dicari sebuah struktur yang mapan.
aneka tanaman, di antaranya buah-buahan, Selain dari sisi penerima manfaat,
tanaman perkebunan dan tanaman pangan, gagalnya program pengembangan pekarangan
serta kayu-kayuan; (3) Pola pemilikan lahan disebabkan karena kurangnya keberlanjutan
pekarangan yang kecil dengan sistem program (Venkataraman, 1992). Keberlanjutan
usahatani tradisional; (4) Lemahnya kapasitas program sangat diperlukan terutama untuk
sumberdaya manusia (SDM) petani dalam kegiatan yang bersifat transfer inovasi, yang
pemanfaatan lahan pekarangan baik dari mengikuti proses adopsi inovasi, yang tidak
aspek keterampilan teknis maupun kapabilitas dapat dilakukan secara instan. Selain masalah
manajerial; (5) Lemahnya permodalan petani tersebut, permasalahan lain yang terjadi
untuk mengusahakan tanaman komersial ber- adalah permasalahan lembaga pelaksana
nilai ekonomi tinggi; (6) Kurangnya keterse- yang tidak terkoordinasi, sehingga seorang
diaan teknologi spesifik lokasi pengembangan petani memperoleh bantuan program lebih dari
komoditas berbasis sumberdaya lahan peka- satu lembaga pemerintah dengan orientasi
rangan; (7) Rendahnya penguasaan teknologi yang berlawanan, sehingga membingungkan
baik pada aspek pembibitan, budidaya, serta penerima manfaat.
panen dan pasca panen; (8) Belum adanya
teknologi sistem usahatani (farming system) Karakteristik lahan pekarangan yang
rekomendasi pola pengembangan lahan umumnya berupa lahan kering dan berlokasi
pekarangan; (9) Lemahnya akses pasar bagi dekat perumahan penduduk juga dapat
hasil-hasil produksi lahan pekarangan, karena menyebabkan permasalahan keberlanjutan
volume kecil dan tersebar; dan (10) Lemahnya usahatani pekarangan. Kondisi ini mengakibat-
konsolidasi kelembagaan di tingkat petani kan: (a) mudahnya perubahan status lahan
dalam pengelolaan lahan pekarangan. pekarangan menjadi penggunaan non
pertanian seperti untuk garasi, lahan usaha
Dari paparan di atas, terlihat bahwa (warung, toko) atau dibuat bangunan baru atau
walaupun pekarangan memberi kontribusi perluasan bangunan, (b) perilaku tidak
besar terhadap pendapatan rumah tangga, berkelanjutan dari pengelola (pemilik rumah)
akan tetapi upaya untuk meningkatkan akibat bosan atau hasil produksi yang sangat
pemanfaatan lahan pekarangan dihadapkan kecil, dan (c) untuk daerah tertentu yang
pada beberapa kendala. Sinyalemen ini kekurangan air, terjadi kompetisi penggunaan
dikuatkan oleh peneliti Asian Vegetable air apakah untuk menyiram tanaman atau
Research and Development Center, Venka- untuk kebutuhan rumah tangga (memasak dan
taraman (1992) yang mencatat bahwa mencuci).
rekomendasi untuk mendesain peningkatan
produktivitas pekarangan ternyata tidak dapat
berjalan. Salah satu penyebabnya adalah PROSPEK PEKARANGAN SEBAGAI
petani enggan untuk merubah struktur SUMBER BAHAN PANGAN
pekarangan yang telah ada (pekarangan
tradisional) dengan struktur pekarangan yang
baru (pekarangan model). Data Badan Litbang Pertanian (2011)
mengungkapkan bahwa luas lahan peka-
Tidak ada penjelasan lebih lanjut rangan di Indonesia sekitar 10,3 juta hektar
mengapa petani enggan melakukan peru-
atau 14 persen dari keseluruhan luas lahan
bahan struktur pekarangan tersebut. Namun,
pertanian. Namun umumnya, lahan peka-
penelitian yang dilakukan Penny dan Ginting
rangan tersebut sebagian besar masih belum
(1984) mengisyaratkan bahwa struktur peka-
dimanfaatkan secara optimal sebagai areal
rangan yang ada saat itu merupakan struktur
pertanaman aneka komoditas pertanian
mapan, setelah melalui trial and error yang
seperti padi-padian, umbi-umbian, sayuran,
dilakukan oleh pemiliknya, dengan memper-
timbangkan untuk tidak mengganggu atau buah-buahan, biofarmaka, serta ternak dan
terganggu oleh lingkungan tetangga mereka. ikan. Masih relatif luasnya lahan pekarangan
Struktur pekarangan yang tidak memberikan ini merupakan sinyal bahwa lahan pekarangan
harmoni terhadap struktur pekarangan lainnya memiliki prospek sebagai salah satu sumber
penyedia bahan pangan. Tidak sekedar

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

22
sebagai penyedia pangan, lahan pekarangan Mempertahankan dan meningkatkan hasil
juga memiliki manfaat dengan spektrum lebih tanaman secara berkelanjutan; (2) Memasok
luas seperti mengurangi pengeluaran rumah energi yang berasal dari sumber daya lokal,
tangga serta menambah sumber pendapatan terutama kayu bakar; (3) Menghasilkan
rumah tangga. Komoditas yang dapat di- beraneka bahan yang dapat dimanfaatkan
usahakan di pekarangan sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau
pilihannya, dapat berupa pangan lokal dan dijual kepasar, termasuk kayu, sayuran, toga,
komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi. buah-buahan dan lain-lain; (4) Perlindungan
Selama ini memang tidak ada catatan dan sekaligus meningkatkan kualitas ling-
statisik yang secara spesifik merecord berapa kungan, terutama tanah, air, flora dan fauna;
besar kontribusi pekarangan terhadap pro- dan (5) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi
duksi pangan nasional. Data yang ada sifatnya petani sesuai dengan budaya setempat.
adalah umum yaitu berupa jumlah produksi Untuk mengoptimalkan pemanfaatan
pertanian dari lahan kering (yang di dalamnya lahan pekarangan dalam memenuhi kebu-
termasuk lahan pekarangan), terutama pro- tuhan pangan secara optimal harus mem-
duksi buah-buahan (tanaman tahunan). Hal ini perhatikan karakteritik serta kekhasan yang
terjadi karena pekarangan terlalu kompleks melekat pada pekarangan. Malik dan Saenorig
untuk dikuantitatifkan karena kontribusi peka- (1999) dalam Yusuf (2011) mengungkapkan
rangan bersifat multi-dimensional. usahatani pekarangan mempunyai kekhasan
Hasil kajian empiris mengungkapkan diantaranya: (1) Adanya saling keterikatan
bahwa usaha di pekarangan jika dikelola diantara subsistem tanaman pangan, horti-
secara intensif sesuai dengan potensi peka- kultura semusim, subsistem tanaman tahunan,
rangan, disamping dapat memenuhi kebu- subsistem peternakan dan subsistem per-
tuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat ikanan; (2) Mencapai produksi dan produk-
memberikan sumbangan pendapatan bagi tivitas melalui optimalisasi pemanfaatan lahan
keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta, tanpa mengabaikan aspek-aspek pekarangan
Penny dan Ginting (1982) dalam Anonim lainnya yaitu sosial kultural, nutrisi dan
(1992) mengemukakan secara umum peka- kesehatan, ekonomi, ekologi dan keindahan;
rangan dapat memberikan sumbangan penda- dan (3) Melibatkan seluruh anggota keluarga
patan antara 7-45 persen. Hasil penelitian sehingga biasanya faktor produksi tenaga
Landon-Lane atas nama FAO tahun 2004 kerja seringkali tidak diperhitungkan. Penga-
dalam Satyabudi et al. (2011) juga menun- wasan dan pengelolaan umumnya dilakukan
jukkan bahwa hasil dari pekarangan meru- oleh kaum ibu yang secara inti lebih banyak
pakan sumbangan terbesar pada saat off waktunya berada di wilayah pekarangan.
season, serta menyumbang 25 persen penda- Dengan kekhasan pekarangan ter-
patan untuk petani miskin. sebut, menurut Danoesastro (1978) dalam
Pemanfaatan lahan pekarangan seba- Mardikanto (1994), merekomendasikan bahwa
gai sumber pangan, secara teknis relatif untuk mengoptimalkan potensi pekarangan
mudah dilakukan. Sistem pertanian di lahan dalam menopang kehidupan sosial ekonomi
pekarangan memiliki kelebihan yaitu relatif masyarakat, diperlukan program yang teren-
mudah diawasi karena berlokasi dekat dengan cana dalam bentuk Program Pekarangan
pemilik. Disamping itu, bercocok tanam di Terpadu. Program ini dilakukan melalui pena-
pekarangan memiliki sejumlah keunggulan naman tanaman yang produktif dan membuat
diantaranya: pemeliharaannya dapat dilakukan taman pekarangan mampu memberikan man-
setiap saat, mudah dijangkau, menghemat faat kesehatan yang memenuhi kepuasan
waktu, ekonomis, efisien dan efektif. jasmaniah dan rohaniah. Pemanfaatan peka-
rangan dengan tanaman produktif seperti
Menurut Sutanto (2002), pekarangan tanaman holtikultura, rempah-rempah, obat-
cukup prospektif dalam menunjang kehidupan obatan, bumbu-bumbuan dan lainnya akan
petani secara berkesinambungan. Manfaat dapat memberikan keuntungan yang berlipat
yang berkelanjutan dari sistem pekarangan ganda. Selain ditanami dengan tanaman dapat
dapat diperoleh dari beberapa aspek: (1) juga memelihara ternak, seperti sapi,

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

23
kambing/domba, serta ayam, itik dan entog. PENUTUP
Kotoran ternak itu dapat dimanfaatkan untuk
dijadikan pupuk, demikian juga sampah atau
daun-daunan bisa dijadikan kompos. Karakteristik dari pemanfaatan lahan
pekarangan umumnya masih bersifat sambilan
Program unggulan Badan Litbang
atau mengisi waktu luang dan ditujukan untuk
Pertanian untuk lahan pekarangan yaitu KRPL
pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga.
disusun untuk menangkap peluang peman-
Walaupun demikian, dalam konteks mem-
faatan pekarangan yang masih sangat
perkuat ketahanan pangan nasional yang
prospektif sebagai penghasil pangan. Bahkan
berbasis pada ketahanan pangan rumah
KRPL didesain dengan memperhatikan kaitan
tangga, lahan pekarangan dapat memainkan
antara sektor hulu (perbenihan) hingga hilir
peran yang cukup penting. Untuk meng-
(pemasaran/pasca panen). Menurut Saliem
optimalkan peran lahan pekarangan, terutama
(2011), beberapa faktor kunci yang perlu
dicermati untuk keberhasilan dan keber- sebagai penyedia pangan dan gizi rumah
lanjutan secara lestari dari pengembangan tangga dan sumber pendapatan tambahan
KRPL ini adalah: (1) para petugas lapangan rumah tangga petani serta dalam menjaga
setempat dan ketua kelompok sejak awal keberlanjutan usaha di lahan pekarangan,
harus dilibatkan secara aktif mulai peren- perlu dilakukan rancangan pemanfaatan
canaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan; pekarangan yang lebih komprehensif.
(2) ketersediaan benih/bibit, penanganan Sebagai bahan pertimbangan penting
pascapanen dan pengolahan, serta pasar bagi dalam merancang program pemanfaatan lahan
produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan pekarangan, perlu mempelajari dan memper-
penumbuhan dan penguatan kelembagaan hatikan berbagai program yang telah berjalan
Kebun Benih/Bibit, pengolahan hasil, dan seperti Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG),
pemasaran. Selanjutnya, untuk mewujudkan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
kemandirian kawasan, perlu dilakukan penga- Pangan (P2KP), dan Gerakan Perempuan
turan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem Optimalisasi Pekarangan (GPOP) serta Ka-
integrasi tanaman-ternak; (3) untuk menuju wasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL,
Pola Pangan Harapan, diperlukan model terlepas dari sejumlah kekurangan, dipandang
diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sudah cukup memadai dari sisi konsepsi
kelompok pangan (padi-padian, aneka umbi, maupun muatan inovasi teknologi dan diharap-
pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji kan mampu meningkatkan produktivitas lahan
berminyak, kacangkacangan, gula, sayur dan pekarangan dan selanjutnya dapat mening-
buah, dan lainnya) bagi keluarga; dan (4) katkan pendapatan petani.
komitmen dan dukungan serta fasilitasi dari
pengambil kebijakan utamanya Pemerintah Dari pengalaman program sebelum-
Daerah untuk mendorong implementasi model nya, terutama dalam rangka ketahanan
inovasi teknologi seperti model KRPL. pangan seperti PIDRA, SPFS, dan Desa
Mapan, nampak jelas terlihat bahwa keber-
Lebih jauh menurut Saliem (2011), jika
hasilan program-program akan terwujud jika
pengembangan KRPL dapat diwujudkan di
melibatkan partisipasi aktif masyarakat serta
seluruh wilayah Indonesia, maka akses rumah
komitmen pemerintah daerah yang kuat.
tangga terhadap pangan dapat ditingkatkan
Disamping partisipatif, kata kunci keberhasilan
melalui diversifikasi pangan dengan meng-
lainnya adalah program harus dilakukan
optimalkan pemanfaatan lahan pekarangan
melalui pendekatan kelompok. Dengan
berbasis sumberdaya lokal. Melalui gerakan
demikian, apapun nama dan bentuk program
secara massif di semua wilayah /kawasan
pemanfaatan lahan pekarangan tidak dapat
tanah air dengan pengembangan komoditas
sesuai potensi spesifik lokal, bukan tidak mengabaikan pendekatan kelompok untuk
mungkin bahwa pengembangan model KRPL meraih keberhasilan dan keberlanjutan
merupakan salah satu solusi untuk mewujud- program.
kan dan memantapkan ketahanan pangan
rumah tangga di Indonesia.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

24
DAFTAR PUSTAKA blogspot.com/2012/03/pengembangan-
pola-pemanfaatan-lahan.html (9/7/2012)
Mardikanto, T dan Sri Sutarni. 1982. Pengantar
Anonim. 2002. Pedoman Umum Pemanfaatan Penyuluhan Pertanian. LSP3. Surakarta
Pekarangan. http://kambing.ui.ac.id/bebas/
v12/artikel/pangan/DEPTAN/New Folder/II/ Mardiharini, M. 2011. Model Kawasan Rumah
Pedum Pengembangan Pekarangan- Pangan Lestari dan Pengembangannya ke
.doc.(9/10/11). Seluruh Provinsi di Indonesia. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Anonim 2011. Vertikultur - Cara Tanam Bertingkat -
33(6): 3-5. Badan Penelitian dan Pengem-
Pemanfaatan Lahan Pekarangan di
bangan Pertanian.
Perkotaan. http://goelagoela.blogspot.com/
2011/03/vertikultur-cara-tanam-bertingkat. Nainggolan, K. 2008. Ketahanan dan Stabilitas
html (4/3/2012) Pasokan, Permintaan, dan Harga
Ariningsih, E. dan H.P.S. Rachman. 2008. Strategi Komoditas Pangan. Analisis Kebijakan
Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Pertanian, 6 (2): 114-139. Pusat Analisis
Tangga Rawan Pangan. Analisis Kebijakan Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Pertanian, 6(3): 239-255. Pusat Analisis Badan Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Pertanian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Novitasari, E. 2011. Studi Budidaya Tanaman
Pertanian. Pangan Di Pekarangan Sebagai Sumber
Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Ketahanan Pangan Keluarga (studi Kasus
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. di Desa Ampel Gading Kecamatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Tirtoyudo Kabupaten Malang). Skripsi.
Pertanian. Jakarta. Universitas Brawijaya. Malang
BKP Jatim. 2011. Pengembangan Model Kawasan Penny, D.H. dan M. Ginting. 1984. Pekarangan
Rumah Pangan Lestari (Rumah Hijau Plus- Petani dan Kemiskinan. Gadjah Mada
Plus). Badan Ketahanan Pangan Propinsi University Press. Yayasan Agro Ekono-
Jawa Timur. mika.
BKPD Jabar. 2011. Penganekaragaman Konsumsi Pusat Penelitian Agro Ekonomi. 1989. Hasil
Pangan, Kunci Hadapi Krisis Pangan Penelitian Pemanfaatan Lahan Peka-
Pokok. http://www.bkpd.jabarprov.go.id/ rangan di Daerah Transmigrasi Kuamang
index.php?mod=detilSorotan&idMenuKiri= Kuning, Jambi.
345&. idSorotan=12 (12/7/2011) PKK Pusat. 2012. Sepuluh Program PKK. http://tp-
Budi, G.S., B. Hutabarat, Hermanto, R.S. Rivai, pkkpusat.org/index.php?option=com-
Supadi, D. Hidayat, Sunarsih, J. Hestina, content&view=article&id=59&Itemid=72
A.F. Suddin, dan J. H. Saputra. 2011. (1/3/2012)
Pemetaan Aspek Sosial Ekonomi Rumah
Rahayu, M. dan S. Prawiroatmodjo. 2005.
Tangga di Wilayah Pengembangan Model
Keanekaragaman Tanaman Pekarangan
Kawasan Rumah Pangan Lestari. Laporan
dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi,
Hasil Penelitian. Pusat Sosial Ekonomi dan
Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara. J. Tek.
Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan
Ling.P3TL-BPPT, 6(2): 360-364.
Pengembangan Pertanian.
Dinas Pertanian Jatim. 2011. Rumah Hijau dalam Rusastra, I W., Supriyati, W. K. Sejati, dan Saptana.
Rangka Optimalisasi Pemanfaatan 2008. Model Pemberdayaan Masyarakat
Pekarangan di Propinsi Jawa Timur. Dinas Miskin Pedesaan: Analisis Program
Pertanian Propinsi Jawa Timur. Ketahanan Pangan dan Desa Mandiri
Pangan. Kerjasama Penelitian Badan
Hosen, N. 2008. Potensi dan Masalah Pe- Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian
ngembangan Lahan Pekarangan Men- dan Centre for Alleviation of Poverty
dukung Peningkatan Produksi Buah- through Secondary Crops’ Development in
Buahan di Sumatera Barat. Prosiding Asia and the Pacific (UNESCAP CAPSA).
Seminar Hortikultura. Puslitbang Horti-
kultura. Rachman, H.P.S., M. Ariani, B. Wiryono, H.
Mayrowani, T.B. Purwantini, T.D. Permata,
Lakitan, B. 2012. Pengembangan Pola Peman- M. Iqbal. B. Prasetyo dan M. Mardiharini.
faatan Lahan Pekarangan sebagai Sumber 1996. Peranan Wanita dalam Sistem
Pendapatan dan Gizi Keluarga di Produksi Pertanian Menunjang Program
Pedesaan Sumatera Selatan. Diversifikasi Pangan dan Gizi. Laporan
http://libraryunsri.

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

25
Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Laporan Lokakarya Ketahanan Pangan
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Rumah Tangga. Departemen Pertanian
Pengembangan Pertanian. bekerjasama dengan UNICEF. Yogjakarta,
Rachman, H.P.S dan M. Ariani. Penganekaragaman 26-30 Mei.
Konsumsi Pangan di Indonesia: Per- Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik,
masalahan dan Implikasi untuk Kebijakan Pemasyarakatan dan Pengembangannya.
dan Program. Makalah pada “ Workshop Kanisius. Yogyakarta.
Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Sajogyo. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata di
Masalah Ketahanan Pangan dalam Upaya Pedesaan dan Di Kota. Gajah Mada Press.
Perumusan Kebijakan Pengembangan Yogyakarta.
Penganekaragaman Pangan”. Hotel
Bidakara, Jakarta. Kementerian Koordi- Saliem, H.P. 1997. Peranan Wanita dalam Sistem
nator Bidang Perekonomian Republik Produksi Pertanian Menunjang Program
Indonesia. Diversifikasi Pangan dan Gizi. Dalam
Suryana et al (Eds). Hlm 85-102.
Rachman, H.P.S., A. Purwoto dan G.S. Hardono. Monograp Series No 17. Kebijaksanaan
2005. Kebijakan Pengelolaan Cadangan Pembangunan Pertanian: Analisis
Pangan pada Era Otonomi Daerah dan Kebijaksanaan Antisipatif dan Responsif.
Perum Bulog. Forum Agro Ekonomi (FAE), Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Per-
23 (2): 73-83. Pusat Analisis Sosial tanian. Badan Penelitian dan Pengem-
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. bangan Pertanian.
Saleh, C., Sugiarto, dan Andriati. 1990. Pola Saleim, H.P. 2011. Kawasan Rumah Pangan
Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Lestari (KRPL):Sebagai Solusi Peman-
Daerah transmigrasi Kuamang Kuning, tapan Ketahanan Pangan. Makalah
Jambi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi disampaikan pada Konggres Ilmu Penge-
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengem- tahuan Nasional (KIPNAS) di Jakarta, 8-10
bangan Pertanian, Departemen Pertanian. Nopember 2011
Saptana, T.B. Purwantini, Y. Supriyatna, Ashari, Suryana,A. 2001. Tantangan dan Kebijakan
A.M. Ar-Razy, T. Nurasa, S. Suharyono, I Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan
W. Rusastra, S. H. Susilowati dan J. pada Seminar Nasional Pemberdayaan
Situmorang. 2011. Dampak Pengem- Masyarakat untuk Mencapai Ketahanan
bangan Model Kawasan Rumah Pangan Pangan dan Pemulihan Ekonomi.
Lestari Terhadap Kesejahteraan Rumah Departemen Pertanian, 29 Maret 2001.
Tangga dan Ekonomi di Perdesaan.
Laporan Penelitian. Pusat Sosial Ekonomi Suryana, A. I W. Rusastra dan S.H. Suhartini 1997.
dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian Pemberdayaan Ekonomi Keluarga dalam
dan Pengembangan Pertanian. Rangka Ketahanan Pangan. Dalam
Suryana et al (Eds). Hlm 57-84. Monograp
Simatupang, P. dan A. Suryana. 1989. Literature Series No 17. Kebijaksanaan Pemba-
Review of Socio-Economic Aspects of ngunan Pertanian: Analisis Kebijaksanaan
Pekarangan Land in Indonesia. Repotr Antisipatif dan Responsif. Pusat Penelitian
Submitted to FAO/UN Jakarta Office. Sosial Ekonomi Pertanian. Badan
Under Spesial Service Agreement Contract Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
o TCP/INS/8852, Development of
Pekarangan Lands. Bogor. Venkataraman, R. 1992. Household Gardening in
Asia: A Review. Working Paper No.3.
Simatupang, P., N. Syafa’at, K.M. Noekman, A. Asian Vegetable Research and Develop-
Syam, S.K. Dermoredjo dan B. Santoso. ment Center.
2001. Kelayakan Pertanian sebagai Sektor
Andalan Pembangunan Ekonomi Nasional. Yusuf A., B. 2011. Konsep Pekarangan. http://
Makalah disampaikan pada Forum Diskusi www.infogue.com/viewstory/2011/07/26/-
Pembangunan Pertanian di Pusat Pene- konsep_pekarangan/?url=http://euisnovitas
litian dan Pengembangan Sosial Ekonomi ari.blogspot.com/2011/07/konsep-
Pertanian, Bogor 10 Mei 2001. pekarangan.html (7/10/2011).
Suhardjo. 1996. Pengertian dan Kerangka Pikir
Ketahanan Pangan Rumah Tangga.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

26
Lampiran 1. Basis Komoditas dan Contoh Model Budidaya Rumah Pangan Lestari Menurut Kelompok
Pekarangan Perkotaan

No Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas


1. Rumah Tipe 21  Vertikultur (model  Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi,
(luas tanah sekitar gantung, tempel, tegak, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun
2
36 m ), tanpa rak)  Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto,
halaman Jahe merah, Binahong, Sirih

 Pot/ polibag  Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Buncis tegak


 Benih/bibit  Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temu Lawak, Kumis kucing

2. Rumah Tipe 36  Vertikultur (model  Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi,
(luas tanah sekitar gantung, tempel, tegak, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun
2
72 m ), halaman rak)  Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto,
sempit Jahe merah, Binahong, Sirih

 Pot/polibag  Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang,


 Benih/bibit Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung
 Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah
Buaya.
 Buah: jeruk, mangga, jambu, belimbing

3. Rumah Tipe 45 (luas Vertikultur (model  Sayuran: Sawi, Kucai, Pakcoi, Caisim, Bayam, Kangkung,
tanah sekitar 90 m2), gantung, tempel, tegak, Kemangi, Seledri, Selada Bokor
halaman sedang rak)  Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto,
Jahe merah, Binahong, Sirih

 Pot/ polibag / tanam  Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang,
langsung Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung, Katuk, Kelor,
Labu kuning
 Benih/bibit  Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah,
Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto, Temulawak, Gempur
batu.
 Tanaman buah :
 Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk
Nipis/Limau
 Tanaman pangan:
 Talas, Ubijalar, Ubikelapa, Garut, Ganyong, atau
tanaman pangan lokal lainnya.
 Kolam mini Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurame
4. Rumah Tipe 54  Vertikultur (model  Sayuran: Sawi, Kucai, Pakcoi, Bayam, Kangkung, Kemangi,
(luas tanah sekitar gantung, tempel, tegak, Caisim, Seledri, Selada Bokor
2
120 m ), halaman rak)  Toga: Kencur, Antana Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto,
luas Jahe merah, Binahong, Sirih.

 Pot/ polibag/ tanam  Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang,
langsung Mentimun, Kenikir, Buncis Tegak dan Buncis Rambat,
 Benih/ bibit Katuk, Kelor, Labu kuning
 Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Sirih Hijau/Merah,
Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto, Kumis Kucing.
 Buah : Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk
Nipis/Limau, Mangga, Pisang
 Tanaman pangan:
 Talas, Ubijalar, Ubikayu, Ubikelapa, Garut, Ganyong,
Jagung, atau tanaman pangan lokal lainnya.
 Kolam mini Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurame
 Ternak unggas dalam  Ayam buras
kandang

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

27
Lampiran 1. (Lanjutan)

No Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

5 Lahan terbuka hijau  Tanaman buah  Mangga, Rambutan, Pohon Salam, Belimbing sayur, Tanaman
khas daerah/ tanaman langka

 Intensifikasi pagar  Katuk, Daun mangkokan, Beluntas, Daun Pandan, Sereh

 Pelestarian tanaman  Tanaman pangan: aneka umbi, aneka talas, aneka jenis jagung dan
pangan serealia

6. Kebun bibit  Pot, rak, bedengan  Sayuran
 Tanaman pangan
Sumber: Pedum KRPL, Badan Litbang Pertanian (2011)

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

28
Lampiran 2. Basis Komoditas dan Contoh Model Budidaya Rumah Pangan Lestari Menurut Kelompok Lahan
Pekarangan Perdesaan

No Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas


1. Pekarangan  Vertikultur (model  Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim,
Sangat Sempit gantung, tempel, tegak, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun
(tanpa halaman) rak)  Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto,
Jahe merah, Binahong, Sirih.
 Pot/ polibag  Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Mentimun
 Benih/ bibit  Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih
Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto
2. Pekarangan  Vertikultur (model  Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisin,
sempit (<120 m2) gantung, tegak, tempel, Seledri, Selada Bokor
rak)  Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto,
Jahe merah, Binahong, Sirih.

 Pot/ polibag / tanam  Sayuran: Cabai, Kenikir, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang,
langsung Buncis Tegak, Buncis Rambat, Katuk, Kelor, Labu kuning
 Benih/bibit  Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih
 Pelestarian tanaman Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto
pangan  Buah: Pepaya, Jeruk Nipis, Jambu
 Tanaman pangan:
 Talas, Ubijalar, Ubikayu, Ubikelapa, Garut, Ganyong,
Jagung, atau tanaman pangan lokal lainnya.
Kandang Ternak ayam buras
Kolam terpal Pemeliharaan ikan
3.  Pot/polibag/ tanam
Pekarangan sedang  Sayuran : Cabai, Sawi, Kenikir, Terong, Tomat, Bayam, Kangkung,
(120-400 m2) langsung Kacang panjang, Kecipir, Katuk, Kelor, Labu kuning
 Toga : Jahe, Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih,
 Kandang Ternak Kambing, Domba dan/atau ayam buras
 Kolam Pemeliharaan ikan: Lele/Nila/Gurame
 Bedengan, Surjan, Intensifikasi pekarangan: Sayuran/Buah/Umbi/ Kacang-kacangan
Multistrata
 Multistrata Intensifikasi pagar :
Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang,
Nenas, Melinjo, Katuk, Kelor, Labu kuning Ganyong, Garut
4. Pekarangan luas Bedengan, pot/ polibag Sayuran : Cabai, Sawi, Kenikir, Terong, Tomat, Bayam, Kangkung ,
(>400 m2) Kacang panjang, Kecipir, Buncis Tegak & Rambat, Katuk,
Kelor, Labu kuning
 Bedengan, pot/ polibag Toga : Jahe, Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Lidah
Buaya
 Kandang Ternak Kambing, Domba dan/atau ayam buras
 Kolam Pemeliharaan ikan: Lele/Nila/Gurame
 Bedengan, Surjan, Intensifikasi pekarangan: Sayuran/Buah/Umbi/ Kacang-kacangan
Multistrata
 Benih/Bibit Sayuran
Tanaman Pangan
 Multistrata Intensifikasi pagar :
Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang,
Nenas , Melinjo, Ganyong, Garut, Katuk, Kelor, Labu kuning
5. Intensifikasi pagar Multistrata Tanaman buah, tanaman hijauan makan ternak
jalan
6. Intensifikasi  Pot, bedengan, tanam Tanaman Sayuran
halaman kantor langsung Tanaman Buah
desa, sekolah, dan Tanaman pagar multistrata
fasilitas umum
lainnya

POTENSI DAN PROSPEK PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Ashari, Saptana, dan
Tri Bastuti Purwantini

29
Lampiran 2. (Lanjutan)

No Kelompok Lahan Model Budidaya Basis Komoditas


7. Kebun Bibit Desa Pot, rak, bedengan, Tanaman Sayuran
kandang Tanaman Pangan
Ternak

8. Pelestarian  Bedengan Tanaman pangan lokal:


tanaman pangan aneka umbi (ubi, gembili, gadung, dll), aneka talas, suweg, aneka jenis
lokal untuk masa jagung dan serealia (sorgum, jewawut, hotong, dll)
depan
Sumber: Pedum KRPL, Badan Litbang Pertanian (2011)

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 30 No. 1, Juli 2012 : 13 - 30

30

Anda mungkin juga menyukai