Eksekutif Mahasiswa Universitas Sanata Dharma 2020 berupa kajian yang berisi pemikiran-pemikiran
atas isu-isu kontemporer baik di bidang politik, hukum, pendidikan, sosial, maupun ekonomi dari perspektif
BEM USD. Selamat membaca!
Kacamata Driyarkara:
Yoga A. Pongtuluran
Louis IX King
Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton
di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sumber yang sama menyebutkan,
kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak
85.000 ton kantong plastik.
Sebelumnya, berdasarkan data The World Bank tahun 2018, sebanyak 87 kota di pesisir
Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1, 27 juta ton. Dengan
komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton adalah sedotan
plastik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jenna R Jambeck dari University of Georgia, pada
2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton di
antaranya terbuang dan mencemari laut.
Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan
3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah
plastik tersebut diduga mencemari lautan.
Data itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran
sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. Cina memimpin dengan tingkat pencemaran
sampah plastik ke laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun.
Padahal jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan India, yaitu 187 juta jiwa.
Namun tingkat pencemaran plastik ke laut India hanya sekitar 0,09-0,24 juta ton/tahun dan
menempati urutan ke 12. Artinya memang ada sistem pengelolaan sampah yang buruk di
Indonesia.
Diperkirakan saat ini mikroplastik yang ada di air laut Indonesia jumlahnya ada di kisaran
30 hingga 960 partikel/liter. Keberadaan mikroplastik di dalam air laut Indonesia, jumlahnya sama
dengan jumlah mikroplastik yang ditemukan di air laut Samudera Pasifik dan Laut Mediterania.
Namun, lebih rendah dibandingkan di pesisir Tiongkok, Pesisir California, dan Barat Laut
Samudera Atlantik.
Sepertinya pencemaran plastik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Saat ini,
industri-industri minuman di Indonesia merupakan salah satu sektor yang pertumbuhannya paling
pesat. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan industri pengolahan minuman mencapai 24,2% secara
tahunan hanya kalah dari industri pakaian jadi.
Artinya, pertumbuhan industri minuman yang sangat pesat tentu saja akan menghasilkan
pertumbuhan jumlah sampah plastik yang semakin banyak.
Apa tindakan pemerintah Indonesia? Pemerintah Indonesia tak mau main-main dalam
menyelesaikan persolan sampah plastik yang ada di wilayah laut Indonesia. Bukti keseriusan
pemerintah untuk membersihkan sampah plastik di laut, di antaranya adalah dengan menyiapkan
Rencana Aksi Nasional (RAN) yang sudah disusun dari 2018. Melalui RAN, secara bertahap
persoalan sampah diharapkan bisa diselesaikan.
Regulasi ini dituangkan dalam bentuk Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut
Tahun 2018-2025. Rencana Aksi ini merupakan dokumen perencanaan yang memberikan arahan
strategis bagi kementerian/lembaga, dan acuan bagi masyarakat serta pelaku usaha dalam rangka
percepatan penanganan sampah laut untuk periode delapan tahun, terhitung sejak tahun 2018
sampai dengan tahun 2025.
Program lainnya adalah memacu inovasi pengelolaan sampah melalui riset dan
pengembangan, kegiatan yang dapat dioptimalkan berupa, antara lain, mendorong penemuan
bahan pengganti plastik dengan bahan yang ramah lingkungan, penyusunan SNI produk plastik
yang mudah terurai dan dapat didaur ulang, pregulasi SNI plastik yang mudah terurai dan dapat
didaur ulang secara wajib, membangun sistem informasi terpadu sampah plastik di laut untuk
1
pemantauan dan pengendalian, kajian dampak mikro dan nano plastik pada tubuh manusia.
Namun apakah tindakan pemerintah Indonesia sudah cukup untuk mengendalikan sampah
plastik di Indonesia, khususnya bagi wilayah laut Indonesia?
1
Indonesia.go.id, “Menenggelamkan Pembuang Sampah Plastik di Laut”, diakses dari
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/sosial/menenggelamkan-pembuang-sampah-plastik-di-
laut#:~:text=Data%20Asosiasi%20Industri%20Plastik%20Indonesia,plastik%20yang%20dibuang%20ke%20laut
pada 5 Agustus 2020 pukul 17.01 WIB
Sebagian besar sampah plastik di dunia akan bermuara ke laut, sisanya dibakar atau
tertimbun dalam tanah. Sampah plastik yang masuk ke laut dapat terbelah menjadi partikel-partikel
kecil yang disebut mikroplastik dengan ukuran 0,3 – 5 milimeter. Mikroplastik ini sangat mudah
dikonsumsi oleh hewan-hewan laut.2 Berikutnya akan dibahas dampak kegagalan penanganan
sampah plastik terhadap laut Indonesia.
Indonesia tercatat sebagai negara kedua di dunia dengan ekspor ikan terbesar. Hal ini tidak
mengherankan karena bentuk negara Indonesia yang berupa negara kepulauan. Produksi perikanan
Indonesia yang berasal dari perikanan tangkap dan budidaya telah meningkat secara bertahap
selama kurun waktu tahun 2011 hingga 2015. Pada 2015, total produksi telah mencapai 22,31 juta
metrik ton (MT), senilai 18,10 miliar USD. Sementara itu, jumlah kapal penangkap ikan di
Indonesia telah meningkat tajam dari 581.845 pada tahun 2011 menjadi sekitar 625.633 kapal pada
tahun 2014.3
Namun tidak ada yang dapat menjamin bahwa keberhasilan Indonesia dalam memimpin
perlombaan ekspor ikan di antara negara-negara di dunia dapat berlangsung lama. Kegagalan
dalam mengelola persebaran sampah plastik di lautan dapat menjadi bumerang bagi Indonesia.
Mikroplastik yang ditelan oleh ikan-ikan di lautan dapat menjadi bahaya besar bagi
keberlangsungan hidup biota laut. Penjelasannya seperti berikut:
Tanpa sadar, manusia berkontribusi pada kehancuran biota laut. Manusia menyumbang
sampah plastik yang memenuhi dan pecah menjadi mikroplastik. Saking kecilnya, mikroplastik
mampu menembus peredaran darah para hewan yang tinggal di laut. Untuk itu, Reza Cordova,
peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI)
melakukan penelitian hingga tahun 2019 mengenai pengaruh mikroplastik pada biota laut,
lingkungan, serta pada kesehatan manusia.
2
Ibid.
3
Simulasikredit.com, “15 Negara Penghasil Ikan Terbesar di Dunia”, diakses dari
https://www.simulasikredit.com/15-negara-penghasil-ikan-terbesar-di-
dunia/#:~:text=Sejak%20tahun%202002%2C%20Cina%20telah,produk%20ikan%20terbesar%20di%20dunia. Pada
5 Agustus 2020 pukul 17.10 WIB
Ada banyak hewan yang menjadi korban mikroplastik, termasuk penyu. Penyu tidak
mempunyai kemampuan untuk membedakan ubur-ubur sebagai makanannya dengan plastik.
Akibatnya, saluran pencernaan akan kacau karena usus terobek plastik dan penyu terancam mati.
“Kalau mikroplastik masuk ke otak hewan laut, perilaku hewan tersebut akan terganggu.
Pernah ditemukan kasus ikan mengidap tumor setelah menelan mikroplastik,” kata Reza
menegaskan bahaya mikroplastik. Kendati tingkat mikroplastik yang tertinggal di lautan Indonesia
hanya 30-960 partikel per liter, Reza tetap meminta masyarakat tidak mengesampingkan dampak
bahaya dari kepingan plastik kecil itu.
Selain itu, muncul kemungkinan bahaya jika mikroplastik tidak ditekan penggunaannya.
Ini akan berdampak pada mata rantai makanan. Contohnya, plankton memakan mikroplastik. Lalu,
plankton tersebut dimakan ikan kecil yang ternyata juga menelan mikroplastik. Ikan kecil tersebut
menjadi mangsa ikan besar yang rupanya juga mengonsumsi mikroplastik. Dikhawatirkan,
mikroplastik tersebut akan terkumpul di tubuh manusia. Seperti yang diketahui, manusia
merupakan makhluk pemakan segala (omnivora), termasuk ikan. Meski belum ditemukan kasus
tentang mikroplastik yang terkandung di tubuh manusia, bahaya ini tampaknya bukan sekadar
imajinasi. 4
4
Shela Kusumaningtyas, “LIPI Akan Kaji Dampak Bahaya Mikroplastik bagi Biota Laut”, diakses dari
https://sains.kompas.com/read/2018/02/21/070900323/lipi-akan-kaji-dampak-bahaya-mikroplastik-bagi-biota-
laut?page=all pada 5 Agustus 2020 pukul 17.21 WIB
1) Plastik baru bisa diuraikan oleh tanah setidaknya setelah tertimbun selama 200 hingga
400 tahun. Plastik akan menimbulkan zat kimia yang dapat mencemari air tanah dan
tanah sehingga tingkat kesuburannya menurun.
2) Plastik telah membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut, dan juga
ikan-ikan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dalam setiap tahunnya. Banyak
hewan penyu di kepulauan Seribu yang mati hanya karena memakan plastik yang
dikiranya sebuah ubur-ubur, salah satu makanan kesukaan penyu.
3) Pembuangan sampah plastik secara sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan
pendangkalan sungai dan penyumbatan alirannya sehingga menyebabkan banjir.
4) Sampah plastik yang dibakar akan membuat polusi udara karena ketika plastik dibakar
bahan kimia yang menjadi racun akan menyebar ke udara dan atmosfer menjadi
terkontaminasi,
1) Sampah plastik yang dibakar akan mencemari lingkungan karena dalam asap tersebut
terkandung zat dioksin dan zat karsinogenik yang apabila dihirup oleh manusia dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan sistem pernapasan,
kanker, dan gangguan sistem syaraf.
2) Kemasan plastik yang dipakai untuk membungkus makanan atau minuman panas juga
dapat menimbulkan pembengkakan hati.
3) Bahan kimia tambahan yang ada dalam plastik juga dapat menyebabkan gangguan
reproduksi.
Secara umum pola penanganan sampah di Indonesia hanya melalui tahapan paling
sederhana, yakni mengumpulkan, mengangkut, kemudian membuang. Pola penanganan sampah
tersebut telah berlangsung puluhan tahun, dan menjadi kebijakan umum yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan
perlunya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sampah yang selama ini dijalankan. Sesuai
Pasal 19 UU tersebut, pengelolaan sampah dibagi dalam dua kegiatan pokok. Dua kegiatan pokok
tersebut adalah pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Kegiatan pengurangan sampah dan penanganan sampah dimaksudkan agar pada saatnya
nanti seluruh lapisan masyarakat dapat terlayani dan seluruh sampah yang timbul dapat dipilah,
dikumpulkan, diangkut, dan diolan, harapanya residu hasil pengolahan dapat ditimbun di TPA
(Tempat Pembuangan Akhir). Sehingga, dampak terhadap lingkungan dan gangguan terhadap
kesehatan yang timbul dapat diminimalisasi karena kondisi penanganan sampah saat ini masih
jauh dari harapan.6
Perang terhadap seampah plastik baru saja dimulai, saat ini upaya pengurangan dan
pengelolaan sampah plastik sudah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia, beberapa
diantaranya :
5
dr. Levinna/Mindy Paramita, “Waspada Bahaya Sampah Plastik”, diakses dari
https://skata.info/article/detail/337/waspada-bahaya-sampah-
plastik#:~:text=Sampah%20plastik%20yang%20dibakar%20akan%20mencemari%20lingkungan%20karena%20dal
am%20asap,kanker%2C%20dan%20gangguan%20sistem%20syaraf. Pada tanggal 5 Agustus 2020 pukul 17.28
WIB
6
Kompas.com, “Sampah dan Plastik Jadi Ancaman seperi Apa Kebijakan Pemerintah ?” diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2018/11/22/15323351/sampah-dan-plastik-jadi-ancaman-seperti-apa-kebijakan-
pemerintah?page=all , pada tanggal 3 Agustus 2020 pukul 14.00 WIB
Pada akhir tahun 2018 lalu, tepatnya pada tanggal 21 Desember, Pemerintah Provinsi
Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 97 Tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik
Sekali Pakai (PSP). Pergub Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai ini bertujuan
pengurangan limbah plastik sekali pakai serta mencegah kerusakan lingkungan, dan telah diuji
coba sejak awal tahun 2019 sebagai transisi sebelum mulai memberlakukan aturan ini sepenuhnya
mulai 23 Juni 2019 lalu.
Dalam aturan tersebut, baik produsen, distributor, dan pelaku usaha dilarang menggunakan
kantong plastik sekali pakai yang berupa kantong plastik, styrofoam (Polisterina), dan sedotan
plastic. Untuk mengawasi Pergub ini, pada Pasal 18 disebutkan Gubernur membentuk Tim
Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Pembatasan Timbulan Sampah PSP. Setiap orang, produsen,
distributor, pemasok, pelaku usaha dan penyedia PSP yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 9 ayat (1) dikenakan sanksi administratif. Namun,
sebenarnya yang termasuk dalam PSP adalah segala bentuk alat/bahan yang terbuat dari atau
mengandung bahan dasar plastik, lateks sintetis atau polyethylene, thermoplastic synthetic
polymeric, dan diperuntukkan untuk penggunaan sekali pakai.
Sebagian supermarket dan restoran di Bali sudah mulai menerapkan Pergub ini sejak awal
tahun lalu. Mereka mulai beralih memakai kemasan yang lebih ramah lingkungan seperti tas dari
kertas bekas (biasanya dikenakan biaya tambahan) dan menggunakan daun pisang sebagai
pembungkus makanan. Langkah drastis Bali ini menjadikan Pulau Dewata ini menjadi provinsi
7
pertama di Indonesia yang menerapkan aturan bebas plastik.
Pada Kamis, 28 Maret 2019 lalu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menandatangani
kesepakatan bersama dengan Plastic Energi Limited untuk menerapkan teknologi
pemrosesan sampah plastik menjadi BBM jenis solar. Ridwan Kamil mengatakan, teknologi
7
Ni Nyoman Surattini, ST, “Bali Menjadi Provinsi Pertama di Indonesia yang Menerapkan Aturan Bebas Sampah
Plastik”, diakses dari https://disperkimta.bulelengkab.go.id/artikel/bali-menjadi-provinsi-pertama-di-indonesia-yang-
menerapkan-aturan-bebas-sampah-plastik-13 , pada tanggal 3 Agustus 2020 pukul 14.30 WIB
Plastic Energy Limited merupakan perusahaan asal Inggris yang bermarkas di London,
yang memiliki paten teknologi pengolahan sampah plastik menjadi energi. Dalam situsnya,
perusahaan tersebut mengklaim memiliki teknologi yang menjadi solusi pengolahan terakhir
sampah plastik dengan mengubahnya menjadi bahan bakar. Perwakilan Plastik Energi Limited,
Kirk Evan mengatakan, pengolahan setiap satu kilogram sampah plastik dapat menghasilkan 0,8
liter solar. Sampah plastik yang diolah adalah sampah plastik rumah tangga dan plastik
pembungkus makanan. Pengolahan sampah plastik menjadi solar itu membutuhkan lahan seluas 1
hektare.
Hal ini menjadikan Jawa Barat sebagai daerah pertama yang akan menerapkan teknologi
pengolahan sampah plastik tersebut. “Kita pilih Jabar karena Pak Ridwan sudah berkomitmen
kepada saya untuk pengolahan sampah plastik dan ada satu potensi agar bisa menjadi contoh untuk
provinsi lain di Indonesia,” kata Kirk Evan, dikutip dari siaran pers pemprov Jawa Barat. 8
3. DKI Jakarta
Mulai 1 Juli 2020 penggunaan kantong plastik sekali pakai resmi dilarang di Jakarta. Pusat
perbelanjaan, toko swalayan, hingga pasar wajib gunakan kantong belanja ramah lingkungan.
Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta Nomor 149 Tahun 2019,
tentang kewajiban penggunaan kantong belanja ramah lingkungan. Terkait dengara pelanggaran
yang ada maka para pelanggar akan dikenai sejumlah sanksi. Pemberian sanksi dilakukan
berjenjang, dimulai dari pengelola yang menerbitkan surat teguran apabila ditemukan pelaku usaha
di pusat perbelanjaan yang mereka kelola tidak melakukan kewajiban sesuai ketentuan. Pengenaan
sanksi hanya berupa sanksi administrastif.
8
Martha Warta Silaban, “Jawa Barat Terapkan Pengolah Sampah Plastik jadi Solar”, diakses dari
https://bisnis.tempo.co/read/1190451/jawa-barat-terapkan-pengolah-sampah-plastik-jadi-solar/full&view=ok , pada
tanggal 3 Agustus 2020 pukul 15.00 WIB
Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya memerangi sampah plastik ditegaskan
oleh Presiden RI Jokowi bahwa pemerintah akan memperketat izin dan pengawasan dalam upaya
mengendalikan impor sampah dan limbah dari negara maju. Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo juga menegaskan langkah-langkah pengendalian harus dilakukan tentang penanganan
impor sampah dan limbah.
Menurutnya ada tiga langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan
tersebut.
Yang pertama adalah dengan memaksimalkan potensi sampah yang ada di dalam negeri
terlebih dahulu untuk kebutuhan bahan baku industri dalam negeri. Persoalan sampah bisa
diselesaikan dengan semaksimal mungkin menjadikan sampah sebagai sumber daya lagi
dengan mendaur ulang kemasan sampah plastik menjadi kerajinan seperti tas, pernak-
pernik, pot tanaman, dan lain sebagainya. Ada banyak cara kreatif dan unik untuk mendaur
ulang plastik menjadi berbagai barang kerajinan yang bermanfaat untuk berbagai tujuan.
9
Detik News, “Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai Resmi Diarang di DKI Jakarta”, diakses dari
https://www.dw.com/id/penggunaan-kantong-plastik-resmi-dilarang-di-dki-jakarta/a-
54006899#:~:text=Mulai%201%20Juli%202020%20penggunaan,pakai%20resmi%20dilarang%20di%20Jakarta.&te
xt=Aturan%20tersebut%20tertuang%20dalam%20Peraturan,penggunaan%20kantong%20belanja%20ramah%20ling
kungan. , pada tanggal 6 Agustus 2020 pukul 18.10 WIB
Berbeda dengan Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi,
ia menilai upaya memperketat izin dan pengawasan impor sampah dan limbah tidak akan
menyelesaikan masalah, pemerintah seharusnya memperjelas definisi sampah dan limbah di dalam
peraturan agar menjadi dasar upaya pengendalian. Ia berpendapat bahwa Indonesia semestinya
menutup keran impor sampah dan limbah seperti halnya yang dilakukan Cina, agar tidak ada lagi
ruang bagi para importir untuk mengirimkan sampahnya masuk ke Indonesia dengan dalih apa
pun. Karena menurutnya sebagian besar sampah dan limbah yang masuk tersebut merupakan jenis
Langkah nyata yang perlu dilakukan oleh pemerintah yaitu menerapkan prinsip ekonomi
sirkular. Ekonomi sirkular pada dasarnya adalah prinsip pemanfaatan barang semaksimal mungkin
dimana barang yang habis pakai kembali digunakan dan dibuat bernilai kembali hingga nilai guna
barang benar-benar habis, berbeda dengan prinsip ekonomi linier dimana barang yang habis
dipakai langsung menuju ke pembuangan. Prinsip ekonomi sirkular ini sudah diterapkan di negara-
negara maju guna meminimalisir pencemaran sampah plastik dan mendukung keberlanjutan
sumber daya alam12.
10
Rizki Akbar Putra, “Aktivis : Memperketat Izin dan Pengawasan Tidak akan Menyelesaikan Masalah Sampah”,
diakses dari https://www.dw.com/id/aktivis-memperketat-izin-dan-pengawasan-tidak-akan-menyelesaikan-masalah-
sampah/a-50190826 , pada tanggal 5 Agustus 2020 pukul 15.00 WIB
11
Petrus Rizki, “Indonesia Bebas Sampah 2020, Kemandirian Pengelolaan Sampah Harus Dilakukan”, diakses dari
https://www.mongabay.co.id/2017/03/15/indonesia-bebas-sampah-2020-kemandirian-pengelolaan-sampah-harus-
dilakukan/ , pada tanggal 6 Agustus 2020 pukul 18.34 WIB
12
Kusuma, Hendra,”indonesia mau terapkan ekonomi sirkular apa itu?”, diakses dari
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4911563/indonesia-mau-terapkan-ekonomi-sirkular-apa-itu pada
tanggal 4 agustus 2020 pukul 11.00 WIB
1) Kebijakan pelarangan atau pembatasan sampah plastik adalah langkah awal yang terbaik
yang dapat dilakukan, kebijakan ini sesuai dengan amanat UUPS (Undang-Undang
Pengelolaan Sampah) yang menginstruksikan untuk dilakukannya pembatasan dan
pengurangan konsumsi sampah plastik. Bali adalah salah satu provinsi yang sudah
menjalankan kebijakan pelarangan penggunaan bahan plastik sekali pakai, seperti sedotan,
kresek, dan styrofoam, yang pada akhir januari 2019 Bali berhasil menurunkan produk
plastik hingga 40%. Walaupun demikian, pelarangan beberapa jenis plastik di Bali tidak
serta merta merugikan industri daur ulang yang ada di Bali, pengurus asosiasi daur ulang
plastik indonesia (ADUPI), Agus Hartono mengatakan pelarangan penggunaan plastik di
berbagai daerah, khususnya Bali belum berdampak pada industri daur ulang. Ini lantaran
pabrik daur ulang bisa mengolah produk lain, selain kantong plastik, “Perlu kami
sampaikan itu tidak akan mengurangi sampah, karena kebutuhan kehidupan sehari-hari
produknya juga dikemas dengan plastik”, ujar Agus13.
2) Mendesain ulang produk dan kemasan plastik menjadi reusable. Salah satu permasalahan
dari beberapa jenis sampah plastik yaitu tidak ramah daur ulang, atau mempunyai nilai
guna ulang yang rendah seperti sedotan, dan kantong kresek. Maka dari itu perlu
dilakukannya perubahan dari hulu yaitu dengan cara merubah komposisi plastik menjadi
ramah untuk didaur ulang. Salah satu perusahaan yang patut dicontoh adalah Unilever yang
menjanjikan bahwa pada tahun 2025 perusahaan tersebut akan memproduksi 100% plastik
yang dapat didaur ulang dan pada tahun 2025, 25% produk dari Unilever akan
13
CNN indonesia, “Usai larangan produk plastik ke Bali berkurang 40 persen”. diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190610204629-92-402231/usai-larangan-produk-plastik-ke-bali-
berkurang-40-persen pada tanggal 4 agustus 2020 pukul 11.00 WIB
14
Maris, Stella,”3 langkah nyata dan terukur ini jadi solusi sampah plastik”. diakses dari
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4036785/3-langkah-nyata-dan-terukur-ini-jadi-solusi-masalah-sampah-
plastik pada tanggal 4 agustus 2020 pukul 11.00 WIB
Dari kelima poin aksi tersebut maka prinsip ekonomi sirkular dapat diimplementasikan di
indonesia. Kelima poin diatas juga merupakan langkah nyata yang dapat dilakukan oleh
pemerintah yang sesuai dengan UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah yang
menghendaki agar dilakukan pengurangan dan pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan16.
Maka dari itu, berdasarkan uraian komprehensif di atas, Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma melalui Kementerian Sosial Politik dan Kajian Strategis 2020
menyatakan sikap untuk:
2. Mendukung Pemerintah Republik Indonesia untuk serius dalam menekan angka sampah
impor dengan menutup seluruh saluran peluang dikirimnya sampah impor ke dalam negeri
3. Mendorong Pemerintah Indonesia untuk menerapkan kebijakan publik yang efektif dalam
mengelola sampah plastik, yaitu dengan menggunakan prinsip ekonomi sirkular
15
Zulfikar, Mahmud.”Olahan sampah jadi energi listrik”. diakses dari https://fotokita.grid.id/read/111803157/olah-
sampah-jadi-energi-listrik-foto-foto-ini-jadi-bukti-tpa-banowo-panutan-tpa-se-indonesia?page=all pada tanggal 4
agustus 2020 pukul 11.00 WIB
16
Jogloabang.com, “UU 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah”. https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-
2008-pengelolaan-sampah pada tanggal 4 agustus 2020 pukul 11.00 WIB