KELAS
Wisnu Sinartejo
10
2019
A. KARAKTERISTIK LAPISAN-LAPISAN BUMI
b. Patahan/Sesar (Fault)
a. Intrusi Magma
Intrusi magma adalah proses penerobosan magma melalui
rekahan-rekahan (retakan) dan celah pada lapisan batuan
pembentuk litosfer, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi
magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung
hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci,
adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan
bermacam-macam bentuk, yaitu:
1) Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur
magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
Intrusi ini sebenarnya adalah dapur magma yang membeku.
2) Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan
yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat
sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan
atasnya tetap rata
3) Keping intrusi atau sill adalah sisipan magma yang membeku
diantara dua lapisan litosfer, relatif tipis, melebar, dan sejajar
dengan bidang perlapisan.
4) Intrusi korok/gang/ dike adalah batuan hasil intrusi magma
memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau
lempeng.
5) Apolisa (aphophyse) adalah semacam cabang dari intrusi gang
yang bercabang-cabang banyak (seperti menjari).
6) Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk
silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
7) Lopolith, yaitu batuan beku intrusi yang mendesak lapisan
diatas dan dibawahnya menjadi bentuk bikonveks.
8) Pacolith, yaitu jenis batuan beku intrusi yang mendesak lapisan
dibawahnya sehingga membentuk suatu bentukan lensa datar-
cembung.
Gempa bumi atau getaran seismik adalah getaran pada permukaan bumi yang
disebabkan oleh kekuatan dari dalam dan umumnya berasosiasi dengan gerakan
lempeng. Gempa disebabkan pelepasan energi secara tiba-tiba pada litosfer.
Semakin besar energi dilepaskan, semakin kuat gempa yang ditimbulkan.
Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh aktivitas gunung api.
Gempa ini terjadi baik sebelum, selama, atau setelah peletusan gunung api.
Gempa ini hanya terjadi di daerah gunung api. Jika gunung api akan
meletus, timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawahnya yang
menyebabkan terjadinya getaran yang disebut gempa vulkanis. Dalam
banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului terjadinya erupsi gunungapi,
tetapi lebih sering terjadi dalam waktu bersamaan. Getaran gempa vulkanik
lebih terasa jika dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa
di daerah yang lebih luas.
3) Gempa Runtuhan
Gempa tumbukan terjadi akibat meteor yang menabrak bumi. Salah satu
contohnya adalah meteor yang jatuh di Rusia pada tahun 1908. Akibatnya
adalah terjadi lubang yang sangat besar menyerupai sebuah kawah.
c. Berdasarkan letak hiposentrum
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum lebih dari 300 km. Letak
hiposentrum yang dalam mengakibatkan gempa ini tidak begitu
mengguncang permukaan bumi. Contohnya adalah gempa yang pernah
terjadi di bwah Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Sulawesi.
2) Gempa Bumi Menengah
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km. Gempa
bumi ini berbahaya sebab dapat menimbulkan kerusakan besar, seperti
yang terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah pada bulan Mei tahun
2006.
3. GELOMBANG SEISMIK
Proses perambatan gelombang gempa bumi terjadi melalui tiga macam gelombang,
yaitu sebagai berikut:
a. Gelombang Longitudinal, yaitu gelombang yang merambat dari sumber gempa
ke segala arah, dengan kecepatan 7-14 km per detik. Gelombang inilah yang
pertama dicatat oleh seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di
daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer.
b. Gelombang Transversal, yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang
primer dengan kecepatan 4-7 km per detik, dinamakan juga gelombang
sekunder.
c. Gelombang Panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang gempa yang
merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 3,5-3,9 km per detik.
Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan.
Hal-hal terkait dengan gempa bumi perlu diselidiki agar akibat yang terjadi dapat
diperhitungkan dan upaya mitigasi bencana gempa dapat dilakukan. Ilmu yang
mempelajari gempa bumi, gelombang-gelombang seismik, serta perambatannya
disebut seismologi.
Dalam kajian seismologi diperlukan berbagai alat. Salah satu alat yang terpenting
adalah seismograf atau alat pencatat gempa. Terdapat dua macam seismograf
yaitu sebagai berikut:
a) Seismograf horizontal adalah seismograf yang mencatat getaran bumi pada
arah horizontal.
b) Seismograf vertikal adalah seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
vertikal.
Magnitudo Karakteristik
Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini telah ditemukan
beberapa cara untuk mengetahui pusat gempa. Beberapa cara itu antara lain
sebagai berikut:
1) Menggunakan hasil pencatatan seismograf, yaitu seismograf vertikal,
seismograf horizontal yang berarah utara-selatan, dan seismograf horizontal
yang berarah timur-barat. Dengan ketiga seismograf tersebut, letak episentrum
dapat diketahui.
2) Menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Pada peta,
ketiga tempat yang terletak dalam satu homoseista itu dihubungkan, kemudian
ditarik garis sumbu pada garis yang menghubungkan tempat-tempat
pencatatan.
3) Menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum. Cara ini
menggunakan rumus Laska, yaitu:
∆ = {(𝑆 − 𝑃) − 1} 𝑥 1 𝑚𝑒𝑔𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
satuan menit
1 megameter = 1.000 km
5. PENGARUH GEMPA BUMI TERHADAP KEHIDUPAN
b. Pelapukan Organis
Pelapukan
jenis ini
disebabkan
oleh
organisme
bakteri,
jamur,hewan Gambar 2. Perusakan Batuan yang disebabkan oleh
atau tumbuhan (Sumber:
tumbuhan. http://zonangelmu.blogspot.co.id/2013/01/pengertian-
Hewan yang dan-jenis-jenis-pelapukan.html )
dapat
menimbulkan
pelapukan
antara lain
cacing tanah
dan serangga.
Pelapukan
yang
disebabkan
oleh
tumbuhan
dapat bersifat
organis dan
kimiawi.
Pelapukan organis berupa penjalaran akar tumbuhan di dalam
tanah yang dapat merusak batuan di sekitarnya. Pelapukan kimiawi
terjadi akibat asam-asam yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan ketika
mengisap garam mineral. Asam-asam ini bersifat merusak batuan
sehingga mendorong terjadinya pelapukan.
c. Pelapukan Kimiawi
Pada pelapukan kimiawi batuan mengalami perubahan secara
kimiawi. Pelapukan ini terjadi akibat pengaruh air dan didorong oleh
temperatur yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO 2 (zat asam
arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO 3). Peristiwa
pelarutan ini menimbulkan adanya gejala-gejala karst.
Terdapat berbagai macam gejala karst, antara lain sebagai berikut:
1) Dolina
2) Gua
dan
sungai
di
dalam
Gambar 3. Stalagtit dan stalagmit (Sumber :
tanah
http://geograph88.blogspot.co.id/2016/01/perbedaanstal
3) Stalagti
aktit-dan-stalagmit.html )
t dan
Pelapukan yang banyak terjadi di Indonesia adalah
stalagm
pelapukan kimiawi. Hal ini disebabkan tingginya curah
it
hujan. Air hujan memudahkan terjadinya pelapukan
kimiawi.
d. Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami (aliran air,
angin, atau es). Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari
suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada
suatu tempat lain. Berdasarkan penyebabnya, ada empat macam erosi,
yaitu sebagai berikut:
1) Erosi Air
Gerakan air, baik yang di permukaan tanah maupun di dalam
tanah, dapat menyebabkan erosi. Semakin cepat gerakan air tersebut,
proses terkikisnya tanah akan semakin cepat. Lembaga United States
Department of Agriculture (USDA) atau Departemen Pertanian Amerika
Serikat membuat rumusan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
erosi tanah. Faktor-faktor tersebut terdiri atas curah hujan, erodibilitas
tanah (kepekaan tanah terhadap erosi), panjang lereng, kemiringan
lereng, tutupan vegetasi dan manajemen penggunaan lahan. Erosi
batuan oleh air mengalami empat tingkatan, yaitu:
2) Erosi percik.
3) Erosi lembar
4) Erosi alur
Gambar 10. Batuan yang terkikis oleh angin membentuk batu jamur
(Sumber : http://vibizmedia.com/2015/09/14/batu-jamur-di-barat-
daya-kairo/ )
8) Erosi Air Laut (Abrasi)
Erosi air laut juga
disebut dengan abrasi.
Abrasi merupakan
perusakan atau pengikisan
batuan yang ada di pantai
akibat terpaan gelombang
air laut yang terus menerus
terhadap dinding pantai. Gambar 11. Pengikisan yang disebabkan
9) Erosi Glasial
Gambar 12. Erosi Glasial (Sumber : https://phys.org/news/2015-10-
scientists-formula-glacial-erosion.html )
Bahan induk
Iklim Waktu
Organisme
Topografi
3. Organisme
Aktivitas hewan dan tumbuhan serta dekomposisi sisa jasad hewan dan
tumbuhan turut mempengaruhi pembentukan tanah. Contohnya
mikroorganisme juga membantu pembentukan tanah dengan menguraikan
materi organik dan melarutkan mineral. Hewan-hewan penggali lubang yang
tinggal di dalam tanah mempengaruhi kondisi perlapisan tanah.
4. Topografi
Toprogafi atau bentuk muka bumi terkait dengan keberadaan air dan
suhu. Topografi suatu daerah mempengaruhi jumlah air hujan yang dapat
diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, kondisi drainase dan
permukaan air tanah (ground water table) dan erosi tanah. Akumulasi bahan
organik biasanya terjadi pada tanah-tanah tergenang. Warna tanah pada daerah
rendah berubah dari kuning kemerahan dan coklat (drainase baik) menjadi
kelabu (drainase jelek).
5. Waktu
Faktor waktu berpengaruh dengan tingkat perkembangan tanah. Kondisi
ideal lapisan tanah, umumnya terbentuk dalam kurun waktu 200 tahun. Mohr
dan van Baren telah memperkenalkan bahwa ada 5 fase yang terlibat dalam
perkembangan tanah-tanah tropis,yaitu:
a. Fase pemula : bahan induk belum dilapuki,
b. Fase juvenil : pelapukan mulai terjadi, namun sebagian besar bahan aslinya
belum dilapuki,
c. Fase viril : kebanyakan mineral mulai pecah-pecah, kandungan liat
meningkat, dan pelapulan msh berjalan lambat,
d. Fase senil : dekomposisi tiba pada fase akhir, hanya mineral-mineral yang
tahan lapuk yang masih bertahan,
e. Fase akhir : perkembangan tnh telah sempurna dan telah melapuk menurut
kondisinya.
Gambar1.ase Perkembangan Tanah
3. Proses Pembentukan Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batu-batuan menjadi bahan induk
tanah yang disebabkan oleh pengaruh iklim dan organisme. Proses pembentukan
tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan
kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah
komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah,
tetapi sebagai bahan tanah (REGOLITH) karena masih menunjukkan struktur
batuan induk. Proses pelapukan yang berlangsung pada batuan diikuti oleh proses
percampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah,
pembentukan struktur, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke
bagian bawah yang menghasilkan horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-
lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukan tanah.
a. Karakteristik Tanah
Sifat fisik tanah yang dapat diamati adalah sebagai berikut:
1. Keasaman tanah
Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki sifat netral, yaitu pH antara
6,0- 7,0. Tanah yang memiliki pH kurang dari 6,0 bersifat asam, sedangkan
bila lebih dari 7,0 bersifat basa.
2. Warna
Warna setiap jenis tanah berbeda-beda sesuai dengan kandungan mineral
dan bahan organik. Semakin gelap warna tanah, maka tingkat
kesuburannya semakin baik. Urutan warna tanah berdasarkan tingkat
kesuburannya dari yang tertinggi adalah hitam, coklat, karat, merah, abu-
abu, kuning, dan putih.
3. Tekstur
Tekstur tanah adalah ukuran partikel tanah, yaitu pasir, debu, dan liat.
Tanah bertekstur liat bersifat lengket dan menyerap banyak air sehingga
sulit untuk diolah. Tanah yang cocok untuk pertanian adalah tanah yang
mempunyai perbandingan pasir, debu, dan lempung yang hamper seimbang.
4. Struktur tanah
Struktur tanah adalah ikatan butiran-butiran pasir, debu, dan liat, sehingga
membentuk suatu gumpalan, seperti berbutir, kubus, lempeng, remah, dan
prisma.
5. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Tanah
pasir memiliki pori-pori lebih kasar daripada tanah liat, sehingga sulit untuk
menahan air. Akibatnya, tanaman pada tanah pasir menjadi kekeringan.
6. Konsistensi tanah
Sifat tanah ini berpengaruh pada pengolahan tanah yang akan dilakukan
oleh manusia. Tanah dapat dibedakan menjadi tanah gembur dan tanah
teguh pada saat tanah dalm kondisi basah. Tanah pada saat kering dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu tanah lunak dan keras.
Ada berbagai sistem klasifikasi tanah yang ada didunia, tetapi ada
dua sistem yang terkenal dan diterapkan secara luas yaitu :
2. Jenis tanah
1. Tanah Vulkanis
Tanah Vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang
dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur karena
mengandung unsur hara atau mineral yang diperlukan tanaman.
a) Regosol
Persebaran : ada di lereng gunung api muda dan pada daerah beting dan
gumuk pasir pantai.
b) Andosol
Berasal dari bahan induk abu atau tuf gunung api. Cirinya berbutir halus,
tidak mudah tertiup angin, berwarna abu-abu, dan tanah ini sangat subur
sehingga cocok untuk pertanian.
2. Tanah Aluvial
Berasal dari endapan lumpur yang dibawa aliran sungai. Tanah aluvial umumnya
subur karena kandungan air yang cukup. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian
hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat hingga kelabu.
Persebaran : tanah ini ada di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Jawa.
Pemanfaatan : Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi
maupun palawija seperti jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya karena
teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan
kerja yang keras untuk mencangkulnya.
Tanah gambut berwarna coklat kehitaman berasal dari bahan induk organik,
biasanya dari hutan rawa atau rumput rawa. Memiliki kandungan air dan bahan
organik yang tinggi, PH juga tinggi, miskin unsur hara, drainase jelek, dan pada
umumnya kurang subur.
Tanah ini terbentuk dari batuan kuarsa, tersebar didaerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun dan jenis tanah ini
berwarna merah sampai kuning, bersifat asam sekali. Kandungan bahan organik
sedikit, dan kandungan unsur hara rendah.
Jenis tanah hasil pelapukan dari batuan kapur keras (limestone). Tanah ini
berwarna coklat hingga merah. Khusus tanah topografi karst merah kuning
didaerah topografi karst disebut “Terra Rossa”.
Pemanfaatan : Tanah ini bisa dimanfaatkan untuk tanaman jati dan palawija.
6. Tanah Litosol
Tanah litosol adalah jenis tanah berbatu dengan lapisan tanah yang tidak begitu
tebal. Tanah ini berasal dari jenis batuan-batuan keras yang belum mengalami
proses pelapukan secara sempurna sehingga sukar ditanami dan kandungan
unsur haranya sangat rendah.
Tanah latosol merupakan jenis tanah tua, mengalami proses pelapukan lebih
lanjut. Jenis tanah latosol bersifat asam dan kandungan bahan organiknya
rendah hingga rendah.
Persebaran : Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
8. Tanah Podsol
Tanah ini terbentuk karena pengaruh suhu rendah dengan curah hujan yang
tinggi, berwarna merah hingga kuning. Tanah podsol mengandung unsur hara
yang sangat miskin, tidak subur, dan sulit ditananami.
Pemanfaatan : Tanah ini baik untuk tanaman kelapa dan jambu mete.
9. Tanah Mergel
Tanah mergel hampir sama dengan tanah kapur, yang membedakan adalah ia
lebih mirip seperti pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir dan
tanah liat dan mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak
merata.
Persebaran : Tanah mergel terdapat di Kediri dan Madiun serta Nusa Tenggara.
Pemanfaatan : Tanah ini subur dan cocok dimanfaatkan untuk tanaman jati.
Tanah laterit adalah tanah hasil pencucian karena pengaruh suhu rendah dan
curah hujan tinggi, mengakibatkan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh
tanaman larut dan meninggalkan sisa oksida besi dan alumunium berwarna merah
sehingga tanah ini tidak subur.
Persebaran : Tanah laterit terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan
Barat.
Persebaran : Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya
di Indonesia meliputi daerah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian
wilayah dari Sulawesi.
Pemanfaatan : Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena
kandungannya yang sangat subur dan baik untuk tanaman
b. Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan
menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi
tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi
erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya
pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap
tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan
tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan
sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
1) Pengelolaan tanah menurut garis kontur (contour village)
Yaitu pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat aliran air dan memperbesar resapan air
2) Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran
Yaitu dalam pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar
air hujan dapat tertapung dan meresap ke dalam tanah. Pada tanggul dapat
ditanami palawija
3) Pembuatan teras (terrasering)
Yaitu membuat teras-teras (tangga-tangga) pada lahan miring dengan
lereng yang panjang. Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng,
memperbesar resapan air dan mengurangi erosi. Pembuatan terras adalah
untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya
agar lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi
(Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk
mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan
dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah,
dengan demikian erosi berkurang.
4) Pembuatan saliran air (drainase)
Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotong lereng panjang
menjadi lereng yang pendek, sehingga aliran dapat diperlambat atau mengatur
aliran air sampai ke sungai
c. Metode kimia
Maksud dari metode kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan
pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah.
Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba
tanah. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Kemantapan struktur tanah merupakan
salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
(http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-jenis-tanah) diakses
tanggal 13 Maret 2017.