684-Article Text-1802-1-10-20200618
684-Article Text-1802-1-10-20200618
ABSTRACT
A 22-year-old male patient came to the Unud Hospital with complaints of 2 upper front teeth fractured. The
patient complains pain in his upper right first incisor when he consumes cold beverages. Patient’s upper left lateral
incisor felt spontaneous pain at first and had already been treated by a dentist, but the patient did not know the type of
treatment he was receiving. The tooth now has never felt pain. Patients are now treated with mesial-distal class IV
composite restorations in the upper right first incisor and endodontic treatment in the upper left lateral incisor continued
by Richmond post, core and crown (PFM) restoration. One week evaluation after treatment showed the desired result
which is the loss of subjective and objective complaints of the patient.
PENDAHULUAN
Traumatic dental injuries (TDIs) atau cedera Berdasarkan hasil wawancara, sebesar 25,9%
traumatik dental terjadi dengan frekuensi yang tinggi penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan
pada usia prasekolah, sekolah dan dewasa muda mulut dalam 12 bulan terakhir (potential demand) dan
dengan proporsi 5% dari total seluruh cedera yang diantara mereka hanya 31,1% yang menerima
menyebabkan seseorang mencari perawatan.1 Salah perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi
satu jenis TDIs adalah fraktur enamel-dentin dan (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis)
fraktur enamel-dentin-pulpa. Fraktur enamel-dentin sementara 68,9% lainnya tidak dilakukan perawatan.
merupakan kehilangan substansi gigi yang terbatas Secara keseluruhan keterjangkauan/
pada enamel dan dentin, tanpa adanya keterlibatan kemampuan untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga
pulpa. Sementara fraktur enamel-dentin-pulpa yaitu medis/EMD hanya 8,1%.4 Hal ini menjadi tantangan
fraktur yang melibatkan enamel dan dentin diserta tersendiri bagi tenaga medis gigi di Indonesia untuk
kehilangan struktur gigi dan pulpa yang terekspos. 2 menjangkau lebih jauh lagi masyarakat yang
Tubuli dentin yang telah terekspos dapat memerlukan perawatan gigi dan mulut termasuk yang
menyebabkan pertumbuhan bakteri atau difusi dari diakibatkan oleh cedera/trauma demi menurunkan
toksin bakteri menuju pulpa dan menyebabkan angka DMF dan meningkatkan status kesehatan gigi
inflamasi pulpa. Keparahan dari respon ini terkait dan mulut masyarakat.
dengan vaskularisasi pulpa, terlepas dari masih baik
atau tidaknya pasokan neurovaskuler akibat dari cedera METODE
yang terjadi. Sirkulasi yang telah terganggu Pasien laki-laki berusia 22 tahun datang ke
menciptakan situasi yang optimal untuk penetrasi Rumah Sakit Unud dengan keluhan 2 gigi depan
bakteri melalui tubuli dentin menuju pulpa.2 atasnya patah semenjak 2 bulan yang lalu (Gambar
Data yang tersedia mengenai prevalensi dari 1.A) Gigi depan kanan atas pasien akan terasa sakit
TDIs bervariasi di tiap negara. Perbedaan dari desain jika pasien mengonsumsi makanan/minuman dingin,
studi kemungkinan menjadi penyebab dari adanya namun keluhan hilang jika makanan/minuman dingin
variasi data, dimana sebagian besar studi dilakukan dihilangkan. Gejala tersebut dirasakan hingga
dengan desain cross-sectional. TDIs lebih sering terjadi sekarang. Gigi depan kiri atas pasien sempat
pada gigi permanen (58,6%) dibandingkan dengan gigi merasakan sakit spontan dan sudah pernah dirawat ke
sulung (36,8%).3 dokter gigi, namun pasien tidak mengetahui jenis
Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi perawatan yang diterimanya. Gigi tersebut kini sudah
cedera secara nasional adalah 8,2% dengan prevalensi tidak pernah merasa sakit lagi. Pasien tidak
tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan mengonsumsi obat untuk mengurangi keluhannya.
terendah di Jambi (4,5%). Penyebab cedera terbanyak Pasien menyangkal adanya keluhan lain. Gejala yang
yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor dialami oleh pasien dirasa mengganggu aktivitas serta
(40,6%), selanjutnya penyebab cedera karena terkena penampilannya dan ingin kedua giginya dirawat.
benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat lainnya
(7,1%), dan kejatuhan (2,5%). Sedangkan untuk
penyebab yang belum disebutkan proporsinya sangat
kecil.4
8
Interdent.jkg. vol.1 no.2, Juni 2020
9
IGA Fienna: Penatalaksanaan restorasi komposite
Pada kunjungan berikutnya dilakukan trial kebersihan rongga mulut dan rutin kontrol ke dokter
photo dengan gutta percha utama sesuai ukuran MAF. gigi minimal 6 bulan sekali.
Obturasi saluran akar dengan gutta percha dan sealer Kemudian dilakukan isolasi daerah kerja,
(resin based sealer Epoxidine®) menggunakan teknik lalu insersi pasak Richmond dan disementasi dengan
kondensasi lateral. Sealer diaplikasikan pada saluran luting cement GIC tipe I (GC® Fuji 1 Luting Cement).
akar dengan menggunakan jarum lentulo. Kelebihan luting cement ditunggu hingga setengah
setting kemudian dibersihkan dengan sonde half-moon.
Dilakukan KIE pada pasien dan intruksi untuk kontrol
satu minggu.
Kontrol dilakukan dengan pemeriksaan
A B subjektif dan objektif. Pasien tidak ada keluhan, crown
utuh dan dalam kondisi baik (Gambar 3.A dan B),
jaringan lunak normal, tes perkusi negatif (-).
Dilakukan DHE pada pasien untuk selalu menjaga
kebersihan rongga mulut dan rutin kontrol ke dokter
gigi minimal 6 bulan sekali.
Gambar 3. (A) Hasil restorasi pasak Richmond
tampak bukal; (B) Tampak palatal PEMBAHASAN
Penjelasan pasien tentang keluhan
Gutta percha utama dan gutta percha aksesoris ditekan subjektifnya (nyeri tidak spontan) pada gigi 11 sesuai
ke apikal hingga tidak ada ruang kosong yang tersisa dengan gejala dari reversible pulpitis yaitu
dan spreader tidak lagi bisa masuk ke saluran akar. hipersensitifitas terhadap rangsangan suhu (panas,
Kelebihan gutta percha dipotong 1 mm dibawah orifice dingin) dan akan menghilang begitu rangsangan
dengan plugger yang dipanaskan. Dilanjutkan dengan dihilangkan.5 Sementara gigi 22 merespon negatif pada
pemberian liner GIC dan tumpatan sementara. tes pulpa serta asimtomatis, kecuali pada saat
Kunjungan berikutnya dilakukan kontrol PSA dilakukan perkusi yang menimbulkan nyeri terlokalisir.
dengan pemeriksaan objektif didapatkan hasil berupa; Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya gambaran
tumpatan sementara utuh dan perkusi negatif (-). radiolusen berbatas diffuse pada apikal gigi. Gejala
Dilakukan pencetakan model dan preparasi pada yang disebutkan mengarah pada diagnosa nekrosis
model, kemudian dilakukan wax up dan instruksi lab pulpa dengan abses periapikal pada gigi 22.6 Perawatan
untuk pembuatan provisional crown. Kunjungan yang disarankan yaitu perawatan saluran akar.7 Untuk
berikutnya dilakukan pengurangan gutta percha sesuai menegakkan diagnosis lebih lanjut diperlukan
dengan panjang kerja pasak yang telah dihitung pemeriksaan berupa tes vitalitas dan tes jaringan
sebelumnya (2/3 panjang akar + panjang mahkota pendukung.
klinis) dengan GGD dan Peeso Reamer. Tes thermal dilakukan dengan ethyl chloride;
Dilakukan preparasi seat dengan flat end gigi 11 merespon positif terhadap tes thermal
fissure bur pada bidang bukal dan round end fissure sementara gigi 22 merespon negatif. Tes kavitas dan
bur pada bidang proksimal serta palatal, dan tes jarum miller tidak dilakukan pada gigi 11 karena
pencetakan saluran akar dengan double impression tidak ada kavitas. Pada gigi 22 tes jarum miller negatif.
menggunakan material elastomer. Cetakan kemudian Electric Pulp Tester (EPT) kategori mid pada tiga kali
dikirim ke lab beserta dengan instruksi untuk percobaan menunjukkan angka secara berurutan: 9,9,8
pembuatan pasak Richmond dengan crown berbahan yang mengindikasikan bahwa gigi 11 masih vital. Gigi
PFM warna A3 (penentuan warna dengan shade guide 22 tidak dilakukan tes EPT. Pada tes jaringan
Vivadent Ivoclar®). pendukung ditemukan hasil negatif saat dilakukan
Sebelum diinsersikan, pasak Richmond perkusi gigi 11, positif pada gigi 22, palpasi tidak
terlebih dahulu dilakukan trial photo radiograf dilakukan karena tidak ada pembengkakan, tidak ada
(Gambar 2.D), pengecekan bentuk anatomi, warna, mobilitas dan tidak ada diskolorasi. Berdasarkan hasil
oklusi serta kontak proksimal dari crown-nya. pemeriksaan subjektif dan objektif yang telah
Kemudian dilakukan isolasi daerah kerja, lalu dsebutkan dapat ditegakkan diagnosa reversible
insersi pasak Richmond dan disementasi dengan luting pulpitis pada gigi 11 dan nekrosis pulpa pada gigi 22.
cement GIC tipe I (GC® Fuji 1 Luting Cement). Penatalaksanaan yang diindikasikan untuk
Kelebihan luting cement ditunggu hingga setengah kondisi reversible pulpitis oleh karena fraktur enamel-
setting kemudian dibersihkan dengan sonde half-moon. dentin kelas IV mesial-distal pada gigi 11 adalah
Dilakukan KIE pada pasien dan intruksi untuk kontrol dilakukan restorasi. Restorasi kelas IV mesial-distal
satu minggu. memerlukan preparasi yang melibatkan permukaan
Kontrol dilakukan dengan pemeriksaan incisal edge.8 Restorasi dilakukan dengan
subjektif dan objektif. Pasien tidak ada keluhan, crown menggunakan resin komposit.
utuh dan dalam kondisi baik (Gambar 3.A dan B), Resin komposit dipilih karena dapat menyamai
jaringan lunak normal, tes perkusi negatif (-). warna, transparansi dan bentuk anatomis dari gigi di
Dilakukan DHE pada pasien untuk selalu menjaga sekitarnya sehingga dapat meningkatkan nilai estetik.
10
Interdent.jkg. vol.1 no.2, Juni 2020
Selain itu, komposit juga mampu berikatan dengan perawatan pasak dan inti memang telah berhasil
enamel (tidak seperti amalgam) dengan mekanisme dipraktikan dan menjadi pilihan perawatan pasca PSA
mikromekanikal. Dengan demikian akan lebih sedikit sejak bertahun-tahun yang lalu.13
bagian gigi yang dipreparasi dibandingkan dengan
amalgam yangt mana memerlukan retentive form DAFTAR PUSTAKA
dalam preparasinya.9 1. DiAngelis, A.J., Andreasen, J.O., Ebeleseder,
Dilakukan KIE kepada pasien dan follow up K.A., Kenny, D.J., Trope, M., Sigurdsson, A.,
satu minggu setelah perawatan. Saat follow-up satu Andersson, L., Bourguignon, C., Flores, M.T.,
minggu diperoleh hasil yang diinginkan yaitu Hicks, M.L., Lenzi, A.R., Malmgren, B., Moule,
hilangnya gejala dan gigi merespon positif terhadap A.J., Pohl, Y., Tsukiboshi, M., 2011.
pulp testing.1 International Association of Dental
Untuk kondisi nekrosis pulpa pada gigi 22 Traumatology Guidelines for The Management
perawatan yang diindikasikan adalah perawatan saluran of Traumatic Dental Injuries: 1. Fractures and
akar, dengan pertimbangan karena adanya kehilangan Luxations of Permanent Teeth. Dental
jaringan pulpa dan rencana untuk pembuatan pasak inti Traumatology. 28: 2-12.
crown sebagai restorasi akhir pada gigi bersangkutan1. 2. Andreasen, J.O., Bakland, L.K., Flores, M.T.,
Teknik preparasi saluran akar yang digunakan Andreasen, F.M., Andersson, L.,
adalah stepback. Sebenarnya penelitian telah 2011.Traumatic Dental Injuries A Manual. 3rd
menunjukkan tidak adanya bukti bahwa teknik ed. UK: Wiley-Blackwell.
stepdown lebih unggul dibandingkan stepback. Dalam 3. Zaleckiene, V., Peciuliene V., Brukiene V.,
suatu studi komparatif yang membandingkan empat Drukteinis, S., 2014. Traumatic Dental Injuries:
jenis teknik preparasi, tidak ada perbedaan yang Etiology, Prevalence and Possible Outcomes.
ditemukan antara stepback dan crowndown dalam hal Stomatologija. Baltic Dental dan Maxillofacial
meluruskan saluran akar (yang seharusnya bengkok) Journal. 16: 7-14.
namun crowndown didapati menghasilkan lebih banyak 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
ledge. Teknik stepback juga menghasilkan diameter Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan
kanal yang lebih besar dan lebih banyak membuang Dasar 2013. 2013; h. 100-111.
dentin.10 5. Piattelli, A., Traini, T., 2007. Diagnosis and
Obturasi dilakukan dengan teknik kondensasi Managing Pulpitis: Reversible or Irreversible?.
lateral. Teknik ini umum digunakan oleh banyak Practical Procedures and Aesthetic Dentistry. 19
praktisi kedokteran gigi karena keunggulannya dalam (2):A-C
mengontrol penempatan gutta percha dan juga sangat 6. Garg, N., Garg, A., 2010. Textbook of
ekonomis.11 Endodontic. 2nd ed. Delhi: Jaypee Brothers
Restorasi pasca endodontik bergantung kepada Medical Publisher.
sisa jaringan gigi, kebutuhan fungsi bagi pasien, 7. American Association of Endodontists, 2013.
posisi/lokasi dari gigi serta morfologi dari saluran akar. Endodontics Colleagues for Excelence. Hal: 2-3
Bagi gigi anterior (elemen 22) pada kasus ini 8. Heymann, H.O., Swift Jr., E.J., Ritter, A.V.,
memenuhi syarat bagi pembuatan pasak, yaitu kurang Gopikrishna, V., 2013. Sturdevant’s Art and
adekuatnya sisa porsi koronal gigi untuk dilakukan Science of Operative Dentistry – South Asian
restorasi jenis lainnya. Selain itu, gigi 22 juga Edition. India: Elsevier Inc.
menunjukkan ketiadaan inflamasi aktif, merespon 9. Chan, KHS., Mai, Y., Kim, H., Tong, KCT., Ng,
negatif pada perkusi pasca perawatan, tidak adanya D., Hsiao, JCM. Review: Resin Composite
kelainan periodontal terkait, support tulang yang Filling. Materials. 2010;3(2): 1228-43
memadai, serta tidak adanya fraktur pada akar gigi. 10. Hulsman, M., Peters, OA., Dummer, PMH.
Maka restorasi yang dilakukan adalah pembuatan Mechanical Preparation of Root Canals: Shaping
pasak inti dan crown.6 Goals, Techniques and Means. Endodontic
Pasak Richmond dipilih dengan pertimbangan Topics. 2005;10: 30-76
overjet dan overbite pasien yang sangat minimal 11. Kumar, PRA., Kumar, DP., Bachu, N., Kaipa,
(masing-masing sebesar 1mm) yang mana sesuai BKR. Cold Lateral Condensation Versus Other
dengan indikasi pasak Richmond yaitu dilakukan pada Root Canal Obturation Techniques – A Review.
kasus dimana tidak mencukupinya ruang insisal untuk IJOCR. 2014;2(5): 54-8
mengakomodasi ketebalan pasak, inti, serta crown 12. Mishra, P., Mantri, S., Deogade, S., Gupta, P.,
konvensional.12 2015. Richmond Crown: A Lost State of Art.
Pasak diinsersikan dengan luting agent GIC tipe International Journal of Dental and Health
1. Saat dilakukan follow up seminggu setelah insersi Sciences. 2(2): 448-53
pasak Richmond, didapatkan hasil yang memuaskan. 13. Metkari, S., Metkari, M. Successful
Pasien tidak memiliki keluhan subjektif, crown utuh Rehabilitation of Anterior Crowns with
dan dalam kondisi baik, gigi merespon negatif pada Richmond Crown: Case Series. Journal of
perkusi, dan jaringan lunak di sekitar gigi dalam Dental Problems and Solution. 2017;4(2): 040-
kondisi normal. Hal ini membuktikan frasa dimana 043
11