Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK SEHAT


PADA An. N DENGAN IMUNISASI BCG DI POLIKLINIK
RSUD.Dr SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
NAMA : Nisya Diyah Anggraeni
NIM : P17220184064

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN LAWANG
2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan IMUNISASI BCG


Dan Asuhan Keperawatan Maternitas IMUNISASI BCG
Ini di periksa dan disetujui pada

Hari: ……………………………………
Tanggal:…………………………………

Mengetahui,
Mahasiswa

(NISYA DIYAH ANGGRAENI)

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
3

Kata Pengantar

Dengan menyebut Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul ”IMUNISASI
BCG”. Laporan ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kaliamat maupun tata bahanya oleh karea itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga laporan ini ada manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pemabaca.

Lawang, 8 April 2020

Penulis
4

DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………1
Lembar Pengesahan……………………………………………………………2.
Kata Pengantar…………………………………………………………………..3
Daftar Isi…………………………………………………………………………4

1.1 Pengertian .............................................................................................................5


1.2 Kekebalan...............................................................................................................6
1.3 Reaksi imunisasi.....................................................................................................7
1.4Efek samping...........................................................................................................8
1.5 Dosis dan Cara pemberian......................................................................................8
1.6 Kontra indikasi.......................................................................................................8
1.7 Komplikasi..............................................................................................................9

B. KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian..........................................................................................................10
2.2 Diagnosa.............................................................................................................11
2.3 Intervensi............................................................................................................14

Daftar Rujukan.........................................................................................................15
5

I. A. Konsep Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


I.1 Definisi Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).
Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti
pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi
selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara
biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian
berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan
terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular
(Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang (Depkes RI, 2005: 3)
Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC. BCG berasal dari strain bovinum
Micobakcterium Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang
mengandung sebanyak 50.000 – 1.000.000 partikel/ dosis (Depkes RI,
2005: 3)
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin
BCG adalah vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin
BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC), dibuat dari
bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett
Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan
dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan
harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena
sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah di bagian lengan
kanan atas.
6

I.2 Cara Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir,
sampai bayi berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan.
Hasil yang memuaskan terlihat apabila diberikan menjelang umur 2
bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan 1 kali saja, pada anak yang
berumur lebih dari 2 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux
sebalum imunisasi BCG, gunanya untuk mengetahui apakah ia telah
terjangkit penyait TBC. Seandainya hasil uji mantoux positif, anak
tersebut selayaknya tidak mendapatkan imunsasi BCG.
Tetapi bila imunisasi dilakukan secara masal, maka pemberian suntikan
BCG dilaksanakan secara langsung tanpa uji mantoux terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan mengingat pengaruh beberapa factor, seperti segi teknis
penyuntikan BCG, keberhasilan program imunisasi, segi epidemiologis
dan lain – lain. Penyuntikan BCG tanpa dilakukan uji mantoux pada
dasarnya tidaklah membahayakan. Bila pemberian imunisasi BCG itu
berhasil, setelah beberapa minggu ditempat suntikan akan terdapat suatu
benjolan. Tempat suntikan itu kemudian berbekas. Kadang – kadang
benjolan tersebut bernanah, tapi akan menyembuh sendiri meskipun
lambat. Sesuai kesepakatan maka biasanya penyuntikan BCG dilakukan
di lengan kanan atas (Hidayat, 2006)

I.3 Kekebalan
Seperti telah diuraikan diatas, jaminan imunisasi tidaklah mutlak 100%
bahwa anak anda akan terhindar sama sekali dari penyakit TBC.
Sandainya bayi yang telah mendapat imunisasi terjangkit juga penyakit
TBC, maka ia akan menderita penyakit TBC dalam bentuk yang ringan.
Iapun akan terhindar dari kemungkinan mendapat TBC berat, seperti
TBC paru yang parah, TBC tulang, atau TBC selaput otak yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup dan membahayakan jiwa anak muda
(Ngastiyah, 2016)
7

I.4 Reaksi imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).


Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam. Bila
ia demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh keadaan
lain. Untuk hal ini dianjurkan agar anda berkonsultasi dengan dokter.
a. Tanda Keberhasilan Vaksinasi
Tanda keberhasilan vaksinasi BCG berupa bisul kecil dan bernanah
pada daerah bekas suntikan yang muncul setelah 4-6 minggu.
Benjolan atau bisul setelah vaksinasi BCG memiliki ciri yang sangat
khas dan berbeda dari bisul pada umumnya. Bisul tersebut tidak
menimbulkan rasa nyeri, bahkan bila disentuh pun tidak terasa sakit.
Tak hanya itu, munculnya bisul juga tak diiringi panas. Selanjutnya,
bisul tersebut akan mengempis dan membentuk luka parut.
b. Bila Ada Reaksi Berlebih
Tingkatkan kewaspadaan bila ternyata muncul reaksi berlebih
pasca vaksinasi BCG. Misal, benjolan atau bisul itu lama tidak
sembuh-sembuh dan menjadi koreng. Atau, malah ada pembengkakan
pada kelenjar di ketiak. Ini dapat merupakan pertanda si anak pernah
terinfeksi TB sehingga menimbulkan reaksi berlebih setelah divaksin.
Sebaiknya segera periksakan kembali ke dokter.
Penting diketahui, setiap infeksi selalu diikuti oleh pembesaran
kelenjar limfe setempat (regional) sehingga bisa diraba. Jadi infeksi
ringan akibat vaksinasi di lengan atas akan menyebabkan pembesaran
kelenjar limfe ketiak. Jika infeksi terjadi pada pangkal paha, akan
terjadi pembesaran kelenjar limfe di lipatan paha. Namun efek
samping ini tidak terjadi pada semua bayi. Yang berisiko apabila bayi
tersebut sudah terinfeksi TB sebelum vaksinasi.
c. Bila Tak Timbul Benjolan
Orang tua tak perlu khawatir bila ternyata tidak muncul
bisul/benjolan di daerah suntik. Jangan langsung beranggapan bahwa
vaksinasinya gagal. Bisa saja itu terjadi karena kadar antibodinya
terlalu rendah, dosis terlalu rendah, daya tahan anak sedang menurun
8

(misalnya anak dengan gizi buruk) atau kualitas vaksinnya kurang


baik akibat cara penyimpanan yang salah.
Meski begitu, antibodi tetap terbentuk tetapi dalam kadar yang
rendah. Jangan khawatir, di daerah endemis TB (penyakit TB terus-
menerus ada sepanjang tahun) seperti Indonesia, infeksi alamiah akan
selalu ada. Booster-nya (ulangan vaksinasi) bisa didapat dari alam,
asalkan anak pernah divaksinasi sebelumny (Mualim,2014).

I.5 Efek Samping


Umumnya pada imunisasi BCG jarang dijumpai efek samping.
Mungkin terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang
terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun lambat. Bila
suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terdapat
di ketiak atau leher bagian bawah. Komplikasi pembengkakan kelenjar
ini biasanya disebabkan karena teknik penyuntikan yang kurang tepat,
yaitu penyuntikan terlalu dalam. Dalam masalah komplikasi yang ringan
ini, bila terdapat keraguan dipersilahkan anda berkonsultasi dengan
dokter (Heri, 2019)

I.6 Dosis dan Cara Pemberian Vaksin BCG


a. Sebelum disuntikan vaksin BCG dilarutkan terlebih dahulu dengan 4
ml NaCl 0,9%, dengan menggunakan alat suntik steril.
b. Dosis pemberiannya yaitu 0,05 ml, sebanyak satu kali untuk bayi usia
≤1 tahun
c. Disuntikan secara intracutan didaerah lengan kanan atas (insertion
musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal
yang steril. Ukuran jarum suntiknya no. 26 G.
d. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam
(Heri, 2019)
9

I.7 Kontra Indikasi


Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada anak
yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji Mantoux Positif.
a. Pemberian imunisasi BCG biasanya dilakukan sedini mungkin, dalam
waktu beberapa hari setelah bayi lahir.
b. Cara pemberian imunisasi BCG bagi perorangan berlainan dengan
pemberian secara masal.
c. Imunisasi BCG secara masal tanpa didahului uji Mantoux, tidak
membahayakan.
a. Dengan imunisasi BCG anak anda diharapkan akan bebas terjangkit
penyakit TBC. Setidak-tidaknya ia terhindar dari penyakit TBC yang
berat dan parah (Ngastiyah,2016)

I.8 Kompikasi
Komplikasi yang mungkin timbul adalah pembentukan abses
(penimbunan nanah) di tempat penyuntikan kerena penyuntikan yang
terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan menggunakan jarum) dan
bukan disayat. Limfadenetis supurativa, terjadi jika penyuntikan terlalu
dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam
waktu 2 bulan (Hidayat, 2006)
10

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


II.1 Pengkajian
II.1.1 Riwayat keperawatan
II.2 Riwayat keluhan utama
Keluhan utama merupakan suatu keadaan dimana seorang
klien terdorong untuk ke unit pelayanan kesehatan untuk
dirawat. Keluhan utama ini sangat penting untuk menentukan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Keluhan utama pada klien campak adalah timbul gejala-gejala


panas, malaise, coryza, konjungtivitis dan batuk.
II.3 Riwayat keperawatan sekarang
Merupakan uraian tentang bagaimana klien sampai masuk
rumah sakit, klien dengan mula-mulanya badannya panas
tinggi.
II.4 Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji adalah mengenai keturunan anggota keluarga
yang menderita suatu penyakit kronis atau menular.
II.5 Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama
kehamilan.

II.5.1 Pemeriksaan fisik (Data fokus)


Merupakan pemeriksaan yang kompleks dari kepala sampai ujung
kaki dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

II.5.2 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan pendukung,
seperti: hasil laboratorium, dan sebagainya.
11

II.6 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa I: Hipertermi (0007)
II.6.1 Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
II.6.2 Batasan karakteristik
Objektif
Kulit merah
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
Frekuensi napas meningkat
Kejang atau konvulsi
Kulit teraba hangat
Takikardi
Takipnea

II.6.3 Faktor yang berhubungan


Dehidrasi, Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau kemampuan untuk berkeringat
Pakaian yang tidak tepat
Peningkatan laju metabolisme
Obat atau anestesia
Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)
Aktivitas yang berlebihan

Diagnosa II Nyeri Akut


II.6.4 Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari
ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang
dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan.
12

II.6.5 Batasan karakteristik


II.6.6 Laporan secara verbal atau non verbal
II.6.7 Fakta dari observasi
II.6.8 Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
II.6.9 Gerakan melindungi
II.6.10 Tingkah laku berhati-hati
II.6.11 Muka topeng
II.6.12 Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
II.6.13 Terfokus pada diri sendiri
II.6.14 Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
II.6.15 Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang
lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
II.6.16 Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
II.6.17 Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
II.6.18 Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
II.6.19 Perubahan dalam nafsu makan dan minum

II.6.20 Faktor yang berhubungan


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis).

Diagnosa III: Risiko infeksi


2.6.6 Definisi:
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.

2.6.7 Faktor–faktor resiko :


2.6.7.1 Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
a. Gangguan peritalsis
13

b. Pecah ketuban dini


c. Pecah ketuban lama
2.6.7.2 Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
a. Imunosupresi (imunitas didapat tidak adekuat)
b. Respon inflamasi
2.6.7.3 Pemajanan terhadap patogen

Diagnosa IV : Gangguan integritas kulit


II.6.21 Definisi
Kerusakan pada epidermis dan atau dermis

II.6.22 Batasan karakteristik


2.2.5.1. Benda asing menusuk permukaan kulit
2.2.5.2. Kerusakan integritas kulit
2.2.5.3. Nyeri abdomen
2.2.5.4. Kram
2.2.5.5. Urgensi
2.2.5.6. Setidaknya sehari mengalami 3x defekasi dengan feses
cair bising usus hiperaktif

II.6.23 Faktor yang berhubungan


Eksternal
2.2.6.1. Agen farmaseutikal
2.2.6.2. Cedera kimiawi kulit( mis.,luka bakar,kapsaisin,mentilen
klorida,agen mustard)
2.2.6.3. Faktor mekanisme
2.2.6.4. Hipertermia
2.2.6.5. Hipotermia
2.2.6.6. Kelembaban
2.2.6.7. Internal
2.2.6.8. Gangguan Metabilisme
2.2.6.9. Gangguan pigmentasi
14

2.2.6.10. Gangguan sensasi(akibat cedera medulla


spinalis,diabetes mellitus dll)
2.2.6.11. Gangguan sirkulasi
2.2.6.12. Gangguanturgor kulit
2.2.6.13. Gangguan volume cairan
2.2.6.14. Nutrisi tidak adekuat
2.2.6.15. Perubahan abnormal
2.2.6.16. Psikoligis
2.2.6.17. Tingkat stress dan ansietas tinggi
2.2.6.18. Situasional
2.2.6.19. Efek samping obat
2.2.6.20. Penyalah gunaan alkihol
2.2.6.21. Kontaminan
2.2.6.22. Fisiologis
2.2.6.23. Proses infrksi
2.2.6.24. Inflamasi
2.2.6.25. Iritasi
2.2.6.26. Malabsorsi

2.7 Perencanaan
Diagnosa I: Hipertermi (00007)
2.7.7 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC
- Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh
indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
Peningkatan suhu kulit
Hipertermia
Dehidrasi
Mengantuk
- Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau, tidak ada gangguan):
15

Berkeringat saat panas


Denyut nadi radialis
Frekuensi pernapasan

2.7.8 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


Mandiri:
- Pantau aktivitas kejang
R/ seberapa lama aktivitas kejang yang terjadi
- Pantau hidrasi (misalnya turgor kulit, kelembaban membran
mukosa)
R/ apakah terjadi edema
- Pantau TTV
R/ mengetahui perkembangan TTV

Kolaborasi:
Berikan obat antipiretik: jika perlu

Diagnosa II : Nyeri akut


2.7.9 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama
1 x 2 jam, nyeri yang dirasakan klien berkurang.
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Klien dapat mengenal lamanya (onset) nyeri
- Klien dapat menggambarkan faktor penyebab
- Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis
- Klien menggunakan analgesic sesuai instruksi

2.7.10 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri klien
16

- Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal


Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan
dirasakan oleh klien
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri
Rasional : Untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
- Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
( napsu makan, tidur, aktivitas, mood, hubungan sosial)
Rasional : Untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan klien
berpengaruh terhadap yang lainnya
- Tentukan faktor yang dapat memperburuk nyeri. Lakukan
evaluasi dengan klien dan tim kesehatan lain tentang ukuran
pengontrolan nyeri yang telah dilakukan
Rasional : Untuk mengurangi factor yang dapat memperburuk
nyeri yang dirasakan klien
- Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari prosedur
Rasional : untuk mengetahui apakah terjadi pengurangan rasa
nyeri atau nyeri yang dirasakan klien bertambah
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
ketidaknyamanan klien (suhu ruangan, cahaya dan suara)
Rasional : Pemberian “health education” dapat mengurangi
tingkat kecemasan dan membantu klien dalam membentuk
mekanisme koping terhadap rasa nyer
- Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan
pengalaman nyeri klien (ketakutan, kurang pengetahuan)
Rasional : Untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan yang
dirasakan klien
- Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi,
guide imagery, relaksasi)
17

Rasional : Agar nyeri yang dirasakan klien tidak bertambah dan


agar klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi dalam
memanagement nyeri yang dirasakan
- Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional : Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
klien

Diagnosa III : Risiko infeksi


2.7.11 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bintik-
bintik merah pada kulit akan hilang.
Kriteria hasil :
- Pasien tidak merasakan gatal dan nyaman dengan keadaannya
- Rash pada kulit berkurang

2.7.12 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Pertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak
untuk tidak menggaruk keras
Rasional: Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak
menggaruk
- Berikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topical
Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit pasien
- Mandikan klien dengan menggunakan sabun yang tidak perih
Rasional: Untuk mencegah infeksi Untuk mencegah terjadinya
luka pada saat anak menggaruk
- Kolaborasi: Pemberian antihistamin
Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit

Diagnosa IV : Gangguan integritas kulit


2.4.13. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteia): berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bintik-
bintik merah pada kulit akan hilang.
18

Kriteria hasil :
- Pasien tidak merasakan gatal dan nyaman dengan keadaannya
- Rash pada kulit berkurang

2.4.14. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Pertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak
untuk tidak menggaruk keras
Rasional: Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak
menggaruk
- Berikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topical
Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit pasien
- Mandikan klien dengan menggunakan sabun yang tidak perih
Rasional: Untuk mencegah infeksi Untuk mencegah terjadinya
luka pada saat anak menggaruk
- Kolaborasi: Pemberian antihistamin
Rasional: Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, 2006. Imunisasi dalam Praktek. Jakarta:


Hipocrates
2. Ngastiyah 2016. Imunisasi. Jakarta: FK UI
3. Mualim. 2014. Buku kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4. Heri. 2017. Buku kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Donges . 2011 . Pedoman Keperawatan anak . (Online)
Di akses pada tanggal 8 April 2020
(http:/www./kesehatan_imunisasi.com )
6. Depkes RI. 2005.3 . Imunisasi BCG (Online) di akeses
pada tanggal 8 April 2020 (hhttp://www.
bukuanaksehat.com)
7. Theoplius .2000. Definisi Imunisasi . Jakarta : EGC
8. Mehl dan Madron . 2001 . Imunisasi anak sehat . Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai