PENDAHULUAN
Gerakan 7 :
Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot
rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga
terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8 :
Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
Gambar 2.5 untuk gerakan ke 8
Gerakan 14: Ditujukan untuk melatih otot- otot kaki (seperti paha dan
betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
3. Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan lansia
3. Mancatat kegiatan dalam lembar observasi
2.3.5 Mekanisme Relaksasi Otot Progresif Dalam Meningkatkan Kualitas
Tidur
Lansia merupakan sekelompok umur yang beresiko tinggi
mengalami gangguan tidur akibat beberapa faktor, proses patologis terkait
usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur (Manurung & Adriani,
2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur yaitu respon
terhadap penyakit, stres emosi, depresi, pengaruh lingkungan dan
penggunaan obat-obatan (Sulidah et al., 2016).
Terapi relaksasi otot progresif, akan memunculkan stres fisik pada
tubuh seseorang sehingga merangsang hipotalamus untuk melepaskan
Corticotropic Releasing Factor (CRF) (faktor pelepas kortikotropin) yang
selanjutnya merangsang sekresi Adrenocorticotropic Hormonone (ACTH).
Sewaktu terjadi sekresi ACTH dalam jumlah yang tinggi, beberapa
hormon yang memiliki sifat kimiawi yang sama, juga akan disekresikan
secara bersamaan. Sintesis ACTH mengakibatkan terjadinya pembentukan
suatu molekul protein yang lebih besar disebut POMC
(Proopimelanokortin) yang salah satunya termasuk endorfin. Adanya
sekresi endorfin inilah yang akan mengakibatkan tubuh menjadi rileks. Hal
tersebut menimbulkan perasaan tenang sehingga ketegangan berkurang.
Selain itu terjadi juga penurunan produksi hormon kortisol sehingga
memudahkan untuk istirahat tidur. Dengan adanya perasaan rileks dan
tenang individu akan lebih mudah untuk memperoleh tidur yang lelap dan
berkualitas (Guyton & Hall, 2007).
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh lansia yaitu gangguan
tidur. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur yaitu usia,
penyakit, lingkungan, motivasi, kelelahan, kecemasan, alkohol dan obat-
obatan. Salah satu pengobatan atau terapi secara non farmakologi untuk
mengatasi gangguan tidur adalah teknik relaksasi otot progresif. Berikut tabel
hasil dari jurnal penelitian terdahulu tentang relaksasi otot progresif terhadap
kualitas tidur pada lansia :
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Hasil Jurnal
1. Penelitian dilakukan Pengambilan data berlang Volume 4 Nomor
oleh Sulidah, Ahmad sung selama 40 hari. Terdapat 1 April 2016
Yamin, Raini Diah 51 responden, 26 kelompok
Susanti perlakuan dan 25 responden
Dengan judul : kelompok kontrol. Kelompok
Pengaruh Latihan intervensi diberikan pelatian
Relaksasi Otot ROP selama 3 hari dan 2 hari
Progresif terhadap masih uji coba selanjutnya
Kualitas Tidur lansia melakukan latihan
Lansia mandiri selama 4 minggu
dilakukan rutin menjelang
tidur. Kualitas tidur
responden diukur sebelum
dan sesudah latihan ROP.
Frekuensi responden dengan
kualitas tidur baik setelah
relaksasi otot progresif
menunjukkan kecenderungan
meningkat, sedang responden
dengan kualitas tidur buruk
cenderung berkurang. Hasil
penelitian didapatkan nilai t
hitung lebih besar dari t tabel
dan p<0,05. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang
bermakna dari kualitas tidur
lansia sebelum dan sesudah
latihan relaksasi otot
progresif.
2. Penelitian dilakukan Rata-rata skor kualitas tidur Jurnal Mutiara
oleh Rinco Siregar lansia sebelum diberikan Ners, 109-113
Dengan judul : terapi ROP 8,59 ( 1,938) dan Juli 2018, Vol.1
Pengaruh Terapi No.2
Relaksasi Otot setelah dilakukan terapi ROP
Progresive Terhadap selama 4 minggu setiap hari
Kualitas Tidur dengan durasi 15 menit, maka
Lansia di UPT rata-rata skor kualitas tidur
Pelayanan Sosial lansia menjadi 4,35 ( 1,272).
Lanjut Usia Binjai Artinya terdapat penurunan
tahun 2017 rata-rata skor kualitas tidur
sesudah dilakukan terapi
ROP. Hasil t-tes
menunjukkan ada perbedaan
skor kualitas tidur sebelum
dan sesudah di beri terapi
ROP. Pada lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(p=0,001>0,05). Dari hasil
penelitian ini didapatkan
bahwa terapi ROP dapat
meningkatkan kualitas tidur
lansia, dimana sebelum
dilakukan terapi kualitas tidur
lansia buruk (tinggi) dan
setelah dilakukan terapi ROP
skor kualitas tidur jadi
menurun (artinya kualitas
tidur baik).
3. Penelitian dilakukan Dari penelitian yang Jurnal Ilmiah
oleh Kiki Anggini, dilakukan di Panti Jompo Pannmed
Muliani Daeli, Guna Budi Bakti dengan (Pharmacyst,
Srimawarni Zai responden berjenis kelamin Analyst, Nurse,
Dengan judul : laki-laki 10 orang dan Nutrition,
Hubungan Latihan perempuan 15 orang, jadi Midwivery,
Relaksasi Otot total keseluruhan 25 Environment,
Progresif Dengan responden. Dengan usia Dental Hygiene)
Kualitas Tidur Pada lansia dari 60-90 tahun. Vol. 15 N0. 2
Lansia Latihan ROP dilakukan Mei-Agustus 2020
selama seminggu secara rutin
dimulai dari pukul 15.00
15-30 menit. Dan Terdapat
hasil setelah dilakukan latihan
ROP ada perubahan tingkat
kualitas tidur pada lansia
dengan durasi tidur
meningkat menjadi 7 jam
dimana hasil dari perhitungan
wilcoxon signedrank didapat
nilai Z=4.256 dengan P Value
0.000 jadi Ha diterima dan
Ho ditolak. Sehingga hal ini
terbukti adanya latihan ROP
terhadap perubahan kualitas
tidur. Tetapi jika dilihat dari
usia kualitas tidur pada lansia
dengan usia 60-79 setelah
dilakukan latihan ROP
mendapatkan hasil kualitas
tidur baik, sedangkan usia 80-
89 kualitas tidur baik sangat
kecil karena faktor fisik yang
sudah melemah.
4. Penelitian dilakukan Berdasarkan hasil penelitian Jurnal Ilmiah
oleh Rostinah yang dilakukan di Panti Keperawatan
Manurung, Tri Jompo Yayasan Guna Budi Imelda
Utami Adriani Bakti Medan Tahun 2017, Vol. 3 No. 2,
Dengan Judul : mayoritas responden memi September 2017
Pengaruh Terapi liki kualitas tidur buruk e-ISSN 2597-7172
relaksasi otot sebelum dilakukan ROP p-ISSN 2442-8108
progresif Terhadap sebanyak 66,7% dan setelah
Kualitas Tidur Pada di lakukan ROP mayoritas
Lansia di Panti responden memiliki kualitas
Jompo Yayasan tidur baik sebanyak 70,0%.
Guna Bukti Bakti Peneliti melakukan terapi
Medan Tahun 2017 ROP dengan posisi duduk di
kursi dengan kepala ditopang
dengan bantal dimana setiap
kelompok otot ditegangkan
selama 4-10 detik dan
direlaksasikan selama 10-20
detik. Terapi ini dilakukan
selama 4 minggu setiap
minggu dilakukan sebanyak 3
kali selama 15 menit. Dari
hasil uji statistik
menggunakan uji Mc. Nemar
didapatkan p value = 0,003
(P<0,05) menunjukkan bahwa
ada pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap
kualitas tidur pada lansia
yang tinggal dipanti jompo
Yayasan Guna Budi Bakti.
5. Penelitian dilakukan Penelitian dilakukan di Nursing News
oleh Yohanes Daud Posyandu Lansia Permadi Volume 2, Nomor
Djawa, Tanto RW.02 Tlogomas, Malang. 2, 2017
Hariyanto, Vita Data-data yang telah
Maryah Ardiyai dikumpulkan dianalisis
Dengan judul : dengan menggunakan uji
Perbedaan Kualitas statistik pairent t-test dengan
Tidur Sebelum dan derajat kemaknaan 0,05.
Sesudah Melakukan Berdasarkan hasil uji statistik
Relaksasi Otot paried t-test diperoleh hasil
Progresif Pada mean total sebelum
Lansia melakukan relaksasi otot
progresif adalah 12,80 dengan
SD=2,45 dan mean total
sesudah melakukan relaksasi
otot progresif adalah 4,53
dengan SD=0,99. Hasil uji
paired t-test didapatkan nilai t
adalah 10,805 mean
differences 8,266 dan nilai
signifikan yaitu 0,000. Hasil
ini menunjukkan bahwa nilai
0,000<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan yang
signifikan dan bermakna
terhadap latihan relaksasi otot
progresif terhadap kualitas
tidur pada lansia.
6. Penelitian dilkukan Hasil analisa bivariat dengan Jurnal Ilmu
oleh Lina Indrawati, menggunakan uji komparasi Kesehatan Vol. 6
Denny Andriyani pairent t-test tentang tingkat No. 2, Mei 2018
Dengan judul : insomnia lansia sebelum dan ISSN Cetak 2303-
Pengaruh Relaksasi sesudah dilakukan ROP di 1433
Otot Progresif PSTW Budhi Dharma Bekasi ISSN Online:
Terhadap Insomnia dengan jumlah sample 2579-7301
Pada Lansia di sebanyak 33 responden
PSTW Budi Dharma (n=33) didapatkan data
Bekasi 2014 bahwa T hitung (16,142) > T
table (2,03951) dan nilai P
(0,000) < nilai alpha (0,05)
yang berarti ada perbedaan
tingkat insomnia lansia
sebelum dan setelah diberikan
latihan ROP, dimana tingkat
insomnia lansia setelah
diberikan latihan ROP
menurun (m=21,15) dan
sebelum diberikan latihan
ROP (m=29,73).
7. Penelitian dilakukan Penelitian dilakukan di BPLU ejournal
oleh : Yuliana R. Senja Cerah Paniki Keperawatan (e-
Kanender, Henry Kecamatan Mapengat Kep) Volume 3.
Palandeng, Vandri Manado dan Panti werdha Nomor 1. Maret
D. Kallo Manado dengan responden 36 2015
Dengan judul : orang. Peneliti melakukan
Pengaruh Terapi terapi ROP sebanyak 1 kali
Relaksasi Otot sehari selama 7 hari untuk
Progresif Terhadap mengukur tingkat insomnia
Perubahan Tingkat responden. Hasil analisa nilai
Insomnia Pada rata-rata tingkat insomnia
Lansia di Panti sebelum dan sesudah terapi
Werdha Manado ROP menunjukkan bahwa
terjadi penurunan nilai rata-
rata pada tingkat insomnia
sesusah ROP yaitu menjadi
1,25 dari rata-rata sebelum
terapi ROP yaitu 2,42. Dari
hasil uji Wilxocon Signed
Ranks Test menunjukkan
bahwa hasil analisa statistik
diperoleh Pvalue= 0,000 < ∝
= 0,05, maka Ha diterima,
artinya terdapat pengaruh
terapi relaksasi otot prpgresif
terhadap perubahan tingkat
insomnia pada lansia di Panti
Werdha Manado.
2.5 Kerangka Konsep
Keterangan :
Kualitas tidur baik/ peningkatan = Diteliti
kualitas tidur
= Tidak diteliti
= Berpengaruh
Penelitian identifikasi
melalui database, ProQuest,
Pudmed, Science Direct Eksklusi (n=788)
dan Google Scholar Partisipan
(n=1.061)
Tidak fokus pada kualitas tidur
pada lansia (n=30)
Intervensi
Catatan setelah duplikasi
dihapus (n=849)
Penyaringan dan
mengidentifikasi judul
(n=60)
Penyaringan dan
mengidentifikasi abstrak
n=41
Eksklusi (n=19)
Partisipan
Full teks diambil dan dinilai Tidak fokus pada kualitas tidur
kelayakannya (n=8) pada lansia (n=3)
Intervensi
Tidak fokus pada terapi relaksasi
Studi yang termasuk dalam otot progresif (n=13)
sintesis (n=8)
Hasil
Tidak membahas terapi relaksasi
otot progresif terhadap kualitas
tidur pada lansia (n=3)
Not
Yes No Unclear
applicable
Daftar Pustaka