Anda di halaman 1dari 29

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR

PADA LANSIA INSOMNIA

LITERATURE REVIEW

MILLENIA LUTFIATUR ROHMAH

P17220183050

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN LAWANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insomnia merupakan salah satu bentuk permasalahan yang sering kali dialami

oleh lansia (lanjut usia), keluhan-keluhan yang sering dialami lansia penderita

insomnia mencakup ketidak mampuan untuk tertidur, sering terbangun, ketidak

mampuan untuk kembali tidur dan sering terbangun pada malam hari. Ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi insomnia pada lansia antara lain sebagai berikut

faktor fisik karena menderita penyakit tertentu, faktor lingkungan, faktor psikologis,

dan faktor prikiartis (Zaini, 2013). Selain itu ada juga penyebab gangguan tidur pada

lansia meliputi keadaan dimana seseorang mengalami perubahan pada pola

istirahatnya, ada juga yang menjadi salah satu penyebabnya yakni fleksibilitas sendi

pada lansia sehingga menimbulkan nyeri yang mengakibatkan terjadinya gangguan

tidur. Dan juga insomnia sendiri dapat berdampak menurunkan kualitas hidup lansia

misalnya berdampak pada perubahan suasana hati, performa motorik, memori dan

keseimbangan. Penurunan fungsi imun juga akan terjadi akibat kurang tidur, maka

dari itu lansia membutuhkan kualitas tidur yang baik untuk meningkatkan kesehatan

dan memulihkan kondisi dari sakit (Nia, 2019). Oleh karena itu masalah kualitas tidur

pada lansia harus segera ditangani.

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan lebih

umumnya sering terjadi pada lanjut usia. Menurut World Health Organization (WHO)

Indonesia menduduki urutan ke 18 dengan jumlah lansianya yang meningkat.


Berdasarkan data di Amerika insomnia mencapai 25%-35%. Menurut (Depkes RI.

2010) pada tahun 2009 diperkirakan prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup

tinggi yaitu mencapai 50%, selain itu 20%-40% pada orang dewasa dan lansia

diperkirakan setiap tahunnya mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya akan

mengalami masalah serius. Berdasarkan hasil penelitian di Griya Usia Lanjut St.

Yosef Surabaya, didapatkan lansia yang tinggal di panti sebanyak 147 orang, 21 orang

diantaranya mengalami gangguan kesulitan tidur (insomnia). Setelah dilakukan

observasi pada 3 lansia dimana lansia tersebut terlihat matanya merah, sering

menguap, dan mengatakan merasa badan pegal-pegal, tidak segar, bahkan 1 dari 3

lansia tersebut mengatakan tidak mengikuti senam karena badannya lemas yang

merupakan faktor penyebab lansia mengalami gangguan kesulitan tidur (insomnia)

ditandai dengan kemampuan fisik lansia yang semakin menurun (Prasetyo, 2019).

Salah satu penyebab gangguan tidur pada lansia adalah keadaan dimana

seseorang mengalami perubahan dalam pola istirahatnya. Salah satu penyebabnya

yakni fleksibilitas sendi pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri.

Terjadi erosi pada kapsul persendian, sehingga akan menyebabkan penurunan luas

dan gerak sendi, yang akan menimbulkan gangguan berupa pembengkakan dan nyeri

gangguan tidur pada lansia (Iksan, R., & Hastuti, 2020). Menurut (Amir, 2007, dalam

Febriastuti, 2015) (Nia, 2019) mengatakan beberapa gangguan tidur dapat

mengancam jiwa baik secara langsung misalnya insomnia atau secara tidak langsung

seperti kecelakaan akibat gangguan tidur. (Setyowati, 2017) mengatakan Waktu tidur

menurun dengan tajam setelah seseorang memasuki masa tua. Disamping itu juga

mereka harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan secara fisik, fisiologis,

dan psikologis yang cenderung bergerak ke arah yang lebih buruk.


Terapi untuk penanganan Insomnia dibagi menjadi 2 jenis, yaitu terapi

farmakologis dan non-farmakologis. Terapi farmakologis merupakan pengobatan

utama dalam penanganan gejala Insomnia. Obat-obatan ini termasuk sedative-

hypnotic, antihistamin, antidepresan, antipsikotik dan antikonvulsan. Namun terapi

menggunakan obat tentu memiliki efek samping seperti perubahan nafsu makan,

pusing, diare, ketergantungan, dan konstipasi terutama pada lansia. Untuk itu, perlu

langkah lain untuk mengatasi gejala Insomnia yaitu dengan terapi non-farmakologis.

Salah satu terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kualitas tidur adalah terapi murottal al-quran. Terapi murottal al-qur’an dapat

berpengaruh terhadap kualitas tidur lansia, dan juga dapat mengurangi ketegangan

otot saraf, memberikan efek penyembuhan secara jasmani dan rohani. Pada prinsipnya

Al-Qur’an memberikan ketenangan bagi yang membaca maupun mendengarkan

(Mahlufi, 2016). Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan study literatur review yang

bertujuan untuk menjelaskan pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap

peningkatan kualitas tidur pada lansia Insomnia.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terapi murottal al-qur’an dapat digunakan sebagai alternatif untuk

masalah pada pasien lansia menderita insomnia?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menjelaskan pengaruh terapi murottal al-qur’an pada peningkatan kualitas

tidur insomnia pada lansia

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan kualitas tidur pada lansia sebelum dilakukan terapi murottal al-

qur’an

2. Menjelaskan kualitas tidur pada lansia setelah dilakukan terapi murottal al-

qur’an

3. Menjelaskan pengaruh kualitas tidur pada lansia setelah dilakukan terapi

murottal al-qur’an

1.4 Manfaat

1.4.1. Bagi Responden

Pentinganya responden lansia untuk memahami penanganan kualitas

tidur yang buruk dengan menggunakan terapi Murottal AlQur’an

1.4.2. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat mengaplikasikan terapi murrotal Al Qur’an untuk

meningkatkan kualitas tidur lansia. Karena selain tidak menimbulkan efek

samping terapi ini juga ekonomis dan berkhasiat.

1.4.3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dapat berperan aktif dalam mengembangkan dan

memilih jenis terapi yang dapat dilakukan oleh lansia dalam meningkatkan

kualitas tidur lansia.

1.4.4. Bagi Institusi penelitian

Mengembangkan terapi murottal dalam berbagai kegiatan untuk

mengahasilkan tidur lansia yang lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANSIA

2.1.1. Pengertian Lansia

Lansia merupakan proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

melalui tahap-tahap kehidupannya yaitu neonatus, toddler, pra school, school,

remaja, dewasa dan lansia. Menurut (Budi Anna keliat, 1999) dalam (Maryam,

2008a) mengatakan usia lanjut dapat dikatakan sebagai tahap akhir

perkembangan pada daur kehidupan manusia, sedangkan menurut pasal 1 ayat

(2), (3), (4) UU No 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia

lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2.1.2. Klasifikasi Lansia

Klasifikiasi lansia menurut Depkes RI (2003) dalam (Dewi, 2014)

mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut:

1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia 45-59 tahun.

2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi, yakni seseorang yang berusia 70 tahun keatas

dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial, yakni lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia tidak potensial, yakni lansia yang tidak berdaya untuk mencari

nafkah atau melakukan kegiatan sendiri dan bergantung pada orang

lain.
Sedangkan klasifikasi menurut WHO adalah sebagai berikut:

1. Elderly : 60-74 tahun

2. Old : 75-89 tahun

3. Very old : > 90 tahun

2.1.3. Proses Penuaan

Menurut Stanley (2007) dalam (Ilmiah, 2017) mengatakan bahwa

penuaan adalah keadaan yang normal, dengan diikuti perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat

mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Berbagai

macam penyakit yang terkait dengan perubahan menjadi tua akan muncul pada

lanjut usia diantaranyareumatik, tekanan darah tinggi, gangguan pola tidur,

ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari, dan keluhan terhadap

masalah otot dan tulang sering sekali dijumpai pada lanjut usia diakrenakan

proses menua.

Menurut (Maryam, 2008) Ada beberapa teori yang berkaitan dengan

proses penuaan yaitu teori biologi, teori psikologis, teori sosial, dan teori

spiritual. Berikut penjelasan salah satu dari macam-macam teori yang

berkaitan diatas, salah satunya yakni teori biologi.

 Teori biologi

Teori ini mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

 Teori genetik dan mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram

secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi


akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh molekul-

molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi seperti contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel

kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).

Pada teori biologi dikenal dengan istilah “pemakaian

dan perusakan” (wear and tear) yang terjadi karena kelebihan

usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah

(pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya

peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada

perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.

 Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi

efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam

tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

2.1.4. Masalah Kesehatan Pada Lansia

Menurut WHO (1975) pengertian sehat adalah suatu kondisi dimana

terbebas dari suatu penyakit baik fisik, mental, dan sosial. Status kesehatan

dikatakan baik apabila ketika dilakukan pemeriksaan fisik tidak ada keluhan

penyakit, tekanan darah normal, status mental emosional tidak ada gangguan,

dan sesuai dengan KMS pada lansia. Begitu juga sebaliknya status kesehatan

lansia dapat dikatakan tidak baik apabila kondisi kesehatan lansia secara

menyeluruh baik fisik maupun mental dilakukan pemeriksaan kesehatan akan

ada keluhan penyakit, tekanan darah tidak normal, status emosional positif dan

ada gangguan ( Agus Setyo Utomo - Google Buku,” n.d.).


Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia yang

disebabkan akibat perubahan sistem antara lain sebagai berikut:

a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan antara lain:

penyakit paru obstruksi kronik, tuberkulosis, influenza, dan

pneumonia.

b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler antara

lain: hipertensi, insomnia, penyakit jantung koroner, cardiac heart

failure.

c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi antara lain:

cerebro vaskuler accident

d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem muskulokeletal antara

lain: fraktur, osteoartrithis, rheumathoid artrithis, gout artrithis,

osteoporosis.

( Agus Setyo Utomo - Google Buku,” n.d.)

2.1.5. Tipe Lansia

Menurut Nugroho (2000) dalam (Dewi, 2014) banyak ditemukan

macam-macam tipe lansia. Beberapa yang menonjol antara lain yakni :

1. Tipe arif bijaksana

Lansia ini dapat dikategorikan kaya dengan pengalaman, dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, dan

menjadi panutan.

2. Tipe mandiri
Lansia ini dapat dikategorikan dapat mengganti kegiatan yang

hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan

dan teman pergaulan.

3. Tipe tidak puas

Lansia ini dapat dikategorikan selalu mengalami konflik lahir

batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan kehilangan

kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,

status, teman, pemarah, tidak sabar, menuntut, sulit dilayani, dan

mudah tersinggung.

4. Tipe pasrah

Lansia ini dapat dikategorikan lansia yang selalu menerima dan

menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki,

dan mau melakukan berbagai jenis pekerjaan.

5. Tipe bingung

Lansia ini dapat dikategorikan sering kaget, kehilangan

kepribadian, mengasingkan diri, sering merasa minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.

2.2 INSOMNIA

2.2.1. Pengertian Insomnia

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus artinya tidur ,

jadi insomnia artinya tidak tidur atau gangguan tidur.

Insomnia adalah gangguan tidur yang dapat menyebabkan seseorang

sulit tidur, atau tidak cukup tidur walaupun terdapat cukup waktu untuk

melakukannya. Insomnia juga dapat didefinisikan dari kualitas perasaan

seseorang setelah bangun tidur di pagi hari (Huda, 2020).


Insomnia yang sering dialami seseorang bisa berlangsung beberapa

hari bahkan sampai dua atau tiga minggu, akan tetapi masalah insomnia yang

kronis dapat bertahan lebih lama lagi. Insomnia dibagi menjadi 3 macam yaitu:

Initial Insomnia artinya : gangguan tidur saat memasuki waktu tidur, Middle

Insomnia artinya terbangun ditengah malam dan sulit untuk tidur kembali,

Late Insomnia artinya sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi

(Purwanto, 2008). Insomnia merupakan gangguan yang sering terjadi pada

lanjut usia, gangguan tidur (insomnia) pada lansia dapat mengakibatkan

dampak yang cukup berat.

2.2.2. Penyebab Insomnia

Insomnia itu sendiri bukanlah suatu penyakit, melainkan hanya gejala

dari penyakit yang diderita. Jika diambil dari garis besarnya faktor penyebab

insomnia diantaranya: stres atau kecemasan, depresi, kelainan-kelainan kronis,

efek samping pengobatan, pola makan yang buruk, dan kurangnya

berolahraga.

Penyebab lainnya juga dapat berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik

seperti:

 Usia lanjut, insomnia sering ditemukan terjadi pada orang berusia

60 tahun keatas.

 Wanita hamil

 Riwayat depresi/penurunan

Sedangkan insomnia ringan biasanya dapat dipicu oleh beberapa faktor

penyebab antara lain:

 Stres

 Suasana ramai/berisik
 Perubahan lingkungan sekitar

 Efek samping pengobatan

 Dsb

Sedangkan insomnia kronis lebih kompleks lagi dan seringkali dilibatkan oleh

faktor gabungan termasuk yang mendasari fisik atau penyakit mental dan bisa

juga disebabkan karena faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan obat-obatan

atau sering mengkonsumsi kafein dan alkohol (“Insomnia & Gangguan

Tidur - Google Buku,” n.d.).

2.2.3. Jenis-Jenis Insomnia

Menurut (Huda, 2020) Insomnia terdapat beberapa jenis berdasarkan

penyebabnya insomnia dibedakan menjadi dua insomnia primer dan insomnia

sekunder yakni:

a. Insomnia primer

Insomnia yang terjadi bukan karena disebabkan oleh penyakit atau

gangguan kesehatan lainnya.

b. Insomnia sekunder

Insomnia yang terjadi karena disebabkan oleh suatu gangguan

kesehatan tertentu.

Sedangkan berdasarkan lama waktu terjadinya, insomnia dibedakan

menjadi dua insomnia akut dan insomnia kronis yakni:

a. Insomnia akut

Insomnia ini terjadi dalam waktu pendek pada umumnya

insomnia akut terjadi selama satu malam hingga beberapa minggu,

seperti disebabkan karena gugup mendekati masa ujian.

b. Insomnia kronis
Insomnia ini terjadi dalam kurun waktu yang relatif panjang

dan juga disebabkan oleh kondisi psikologi yang sedang tidak stabil

atau tidak baik, lamanya insomnia kronis ini terjadi berkisar tiga

malam tiap minggu bahkan hingga beberapa bulan lamanya.

2.2.4. Klasifikasi Insomnia

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth

edition (DSM-IV), insomnia merupakan gangguan yang ditandai dengan

kesulitan dalam memulai tidur, memelihara kondisi tidur, atau tidur yang tidak

menyegarkan selama 1 bulan atau lebih. Keadaan sulit tidur tersebut harus

menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau distress. Bila tegolong

insomnia primer, etiologinya harus bukan dikarenakan ganguan psikiatri,

parasomnia, penggunaan obat-obatan dan substansi lainnya, atau gangguan

ritme sirkadian. Sedangkan insomnia yang disebabkan oleh gangguan lain

disebut insomnia sekunder (Gede, Permana, Umum, & Sanglah, 2013).

2.2.5. Cara Mengatasi Insomnia Pada Lansia

Dalam menangangi insomnia pada lanisa dapat dilakukan dengan cara

menggunakan terapi farmakologis dan non farmakologis.

Menurut (Ghaddafi, 2013) Pada terapi farmakologis dapat dilakukan

dengan cara pemberian obat-obatan seperti:

1. Benzodiazepine

obat golongan ini sudah mulai ditingalkan karena sering

menyebabkan ketergantungan. Adapun efek samping dari obat

golongan ini harus diperhatikan dengan teliti. Efek samping yang


paling sering muncul seperti merasa pusing, hipotensi dan juga distress

respirasi.

2. Non-benzodiazepine

Golongan non-benzodiazepine mempunyai efektifitas yang mirip

dengan benzodiazepine, tetapi mempunyai efek samping yang lebih

ringan. Efek 11 11 samping seperti distress pernafasan, amnesia,

hipotensi ortostatik. Obat ini meliputi zolpidem dan zaleplon.

3. Miscellaneous sleep promoting agent

Obat golongan ini dikatakan mampu mempersingkat onset tidur dan

mengurangi frekuensi terbangun saat siklus tidur. Obat ini juga

meliputi melatonin, antihistamin, alkohol, antidepresan, kava-kava,

valerian dan aromaterapi.

Sedangkan menurut (Iksan, R., & Hastuti, 2020) pada terapi non farmakologis

dapat dilakukan dengan cara seperti:

1. Terapi pengaturan tidur

2. Terapi psikologi

3. Terapi relaksasi

Terapi relaksasi meliputi napas dalam, relaksasi otot progresif, latihan

pasrah diri, terapi musik dan aromaterapi.

2.3 MUROTTAL AL-QUR’AN

2.3.1. Pengertian Murottal Al-Qur’an

Dalam memahami definisi Al-Qur’an, terdapat dua pendekatan yang

dapat digunakan untuk memahaminya yaitu pendekatan secara lughawi

(bahasa/etimologi), dan dengan pendekatan ishtilahi (terminologi). Secara


bahasa Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qira’atan, wa qur’anan

yang berarti mengumpulkan atau menghimpun. Jadi Al-Qur’an dapat juga di

definisikan sebagai bacaan atau kumpulan huruf-huruf yang terstruktur rapi

(“Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an - Amirulloh Syarbini, Sumantri Jamhari -

Google Buku,” n.d.).

Menurut (Siswantinah, 2011) dalam (Mustikaningsih & Haryanto,

2019) mengatakan murottal merupakan rekaman suara lantunan Al-Qur’an

yang dilagukan oleh seorang qori’ atau pembaca Al-Qur’an. Membaca Al-

Qur’an menggunakan cara murottal dapat menghasilkan irama yang konstan,

teratur dan tidak ada perubahan yang mendadak. Tempo yang digunakan pada

penerapan terapi murottal Al-Qur’an yakni antara 60-70 menit serta memiliki

suara yang rendah sehingga dapat menimbulkan efek relaksasi pada tubuh dan

juga dapat menurunkan kegelisahan, stress, kecemasan, maupun mengurangi

tingkat insomnia.

2.3.2. Manfaat Murottal Al-Qur’an

Mendengarkan ayat suci Al-Qur’an akan mengurangi ketegangan otot

saraf, memberikan efek penyembuhan secara jasmani dan rohani. Pada

prinsipnya Al-Qur’an memberikan ketenangan bagi yang membaca maupun

yang mendengarkan apalagi memaknai dan memahami isi Al-Qur’an serta

mengamalkannya (Mahlufi, 2016).

Terapi religi dapat mempercepat penyembuhan seperti yang telah

dibuktikan oleh Ahmad Al-Khadi, dalam konferensi tahunan ke XVII ikatan

Dokter Amerika, penelitian tersebut menunjukkan hasi positif bahwasanya


mendengarkan ayat suci Al-Qur’an memiliki pengaruh signifikan daam

menurunkan ketegangan saraf relektif.

Terapi murottal dapat memberikan efek psikologis positif dikarenakan

ketika murottal diperdengarkan kepada individu dan murottal tersebut sampai

pada otak lalu diterjemah oleh otak.

2.3.3. Pengaruh Murottal Al-Qur’an Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia

Insomnia
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN STUDI LITERATUR REVIEW

Metode penelitian karya tulis ilmiah ini menggunakan pendekatan study

literature review. Literatur review dapat diartikan sebagai uraian tentang teori,

temuan, dan bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk

menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin diteliti

(Rahayu, T., Syafril, S., Wekke, l. S., & Erlinda, R. (2019)).

Peneliti tidak menyusun karya tulis ilmiah ini dengan subjektif, tetapi

menggunakan protocol dan filter yang telah ditentukan. Hasilnya berupa

pengelompokan, klasifikasi, analisis dan sintesis serta evaluasi dari temuan-temuan

yang sudah didapatkan pada suatu topik penelitian, kemudian dilakukan untuk

mengidentifikasi trend penelitian kedepan suatu topik penelitian.

3.2. LANGKAH-LANGKAH PENELUSURAN LITERATUR

3.2.1. Database Pencarian

Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data sekunder yaitu

data yang diperoleh bukan dari observasi langsung, melainkan dari studi

pustaka berupa artikel penelitian lain yang dimuat dalam jurnal nasional

terakreditasi. Dan jurnal internasional yang diakui atau bereputasi. Database

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pubmed dan google scholar.
3.2.2. Kata Kunci

Pencarian artikel atau jurnal dengan memasukkan kata kunci atau

keyword yang di dapatkan dari judul jurnal yang ada dalam penelitian. Untuk

memperluas atau menspesifikasikan peneliti menggunakan (AND, OR NOT

or AND NOT). Berikut kata kunci atau keyword yang didapatkan.

Tabel 3.1 kata kunci (keyword)

Terapi musik kualitas tidur lansia

Music therapy AND sleep disorders AND elderly

OR
Sleep quality

Keyword: (((music therapy) AND sleep disorders) OR sleep quality) AND


elderly

3.2.3. Kriteria Inklusi eksklusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunkan PICO

framework yang terdiri dari :

1. Population/problem

Populasi atau subyek adalah lansia yang mengalami insomnia, sedangkan

problem atau masalah adalah tingkat kualitas tidur pada lansia penderita

insomnia.

2. Intervention

Intervensi yang diberikan berupa terapi musik.

3. Comparation

Comparation yaitu kelompok control yang tidak dilakukan intervensi

apapun.

4. Outcome
Outcome atau tujuannya adalah diharapkan terjadi peningkatan kualitas

tidur

Tabel 3.2. format PICO dalam Literature Review

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Lansia yang mengalami Lansia yang tidak

insomia mengalami insomnia


Intervention Studi yang membahas Studi yang tidak

tentang terapi musik membahas tentang

terapi musik
Comparation Yang tidak dilakukan Yang sudah dilakukan

intervensi apapun intervensi apapun


Outcomes Peningkatan kualitas Yang tidak membahas

tidur peningkatan kualitas

tidur
Publication years Tahun 2015 dan Sebelum tahun 2015

setelahnya
Language Bahasa inggris dan Selain bahasa inggris

bahasa indonesia dan bahasa indonesia

3.2.4. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

Berdasarkan hasil pencarian literature dengan search engine Schoolar

dengan kata kunci yang sudah ditentukan menghasilkan sebanyak 7 artikel

dan di pubmed menggunakan kata kunci yang sesuai mendapatkan 8 artikel.

Artikel tersebut kemudian dilakukan skrining berdasarkan judul ditemukan 8

artikel. Dari 8 artikel tersebut diskrining kembali dengan memperhatikan

kesesuaian isi dengan cara membaca sekilas pada abstrak dan kalimat-

kalimat penting yang terdapat pada abstrak dan pendahuluan artikel, melalui

proses seleksi artikel tersebut diperoleh sebanyak 3 artikel. Artikel yang


diperoleh kemudian dilakukan pembacaan yang utuh dan menyeluruh dengan

tujuan untuk menemukan inti sari artikel, dari artikel tersebut diperoleh

sebanyak 5 artikel. Bila peneliti belum dapat menangkap maksud dari artikel

maka dilakukan pembacaan secara berulang, mendalam, serta berfokus pada

metode dan hasil penelitian. Hasil yang didapatkan sejumlah 4 artikel di

scholar dan di pubmed 1 artikel. Proses mulai dari pencarian data base

sampai perolehan data yang didapat, dapat digambarkan melalui diagram

flow sebagai berikut :

Gambar 3.1 Diagram Flow

Artikel yang teridentifikasi Artikel yang teridentifikasi


melalui pencarian database melalui pencarian database
primer (n=8) sekunder (n=7)
Pubmed : 8 Google schoolar : 7
3.2.5. Penilaian kualitas

Hasil pencarian dari sumber yang


ada
(n= 15)

Identifikasi judul dan


duplikasi
Exclude (n=7)
(n= 8)
Populasi/problem
- Studi yang tidak membahas
Identifikasi Abstrak penderita insomnia

(n= 3) Intervention
- Studi yang tidak membahas
tentang terapi musik
Outcome

Full teks yang dinilai - Studi yang tidak membahas


kelayakannya peningkatan kualitas tidur

(n=5)

Artikel yang di analisis

( n=5)

3.2.5 Penilaian kualitas

The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal untuk beberapa

jenis Studi Quasi-experimental studies, cross-sectional Randomize, pre-


experiment, qualitative digunakan untuk menganalisis kualitas metodologi

dalam setiap studi (n = 5). Checklist daftar penilaian berdasarkan The JBI

Critical Appraisal telah tersedia beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari

studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya', 'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku',

dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi satu poin dan nilai lainnya adalah nol,

setiap skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan. Critical appraisal untuk

menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika skor

penelitian setidaknya 50% memenuhi kriteria critical appraisal dengan nilai titik

cut-off yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria

inklusi. Lembar peniliaian critical appraisal terdapat pada lembar lampiran.

3.3. MELAKUKAN REVIEW

Bagian ini penulis mengungkapkan bagaimana menganalisis / mereview hasil

penelitian atau jurnal dari berbagai sumber. Analisis dimulai dengan bahan

penelitian yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Artikel penelitian yang

sesuai dengan kriteria inklusi dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi

nama peneliti, tahun terbit jurnal, Negara penelitian, judul penelitian, dan ringkasan

hasil atau temuan. Ringkasan jurnal tersebut dimasukan kedalam tabel.

Analisis data dapat dilakukan dengan teknik mencari kesamaan (compare),

mencari ketidaksamaan (contrast), memberikan padangan (criticize),

membandingkan (synthesize), dan meringkas (summarize).

3.4. RENCANA PENYAJIAN HASIL LITERATUR REVIEW

Data hasil studi literatur disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, yang berisi

tentang seluruh aspek dari literatur yang ada. Mulai dari judul artikel , sumber artikel
(nomer jurnal, nama jurnal, tahun terbit),tujuan penelitian, metode penelitian,

populasi sample , tempat waktu penelitian, variable penelitian, instrument

pengumpulan data dan analisis data.

Data hasil studi literature betuk tabel yaitu penyajian dalam bentuk angka (data

mumerik) yang disusun dalam kolom dan baris dengan tujuan menunjukan frekuensi

kejadian dalam kategori yang berbeda. Sedangkan data hasil studi literatur berbasis

narasi dibuat dalam bentuk narasi mulai dari pengambilan data sampai kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik - Sofia Rhosma Dewi, S.Kep.Ners. -

Google Books. Retrieved December 25, 2020, from https://books.google.co.id/books?


id=3FmACAAAQBAJ&pg=PA23&dq=dilema+etik&hl=en&sa

Gede, M., Permana, C., Umum, S., & Sanglah, P. (2013). Insomnia and Correlation With

Psychosocial Factors in Primary Health Care. E-Jurnal Medika Udayana, 2(2), 237–253.

Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia Dengan Farmakologi Atau Non-Farmakologi. E-

Jurnal Universitas Udayana, 1–17.

Huda, M. (2020). Mengatasi Insomnia Secara Alami. Retrieved from

https://books.google.co.id/books?

id=axzIDwAAQBAJ&pg=PA5&dq=insomnia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjThreS4O

XtAhW973MBHeRkAIgQ6AEwAnoECAYQAg#v=onepage&q=insomnia&f=false

Iksan, R., & Hastuti, E. (2020). Terapi Murotal Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Tidur

Lansia. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 597–606.

Ilmiah, J. P. (2017). Perilaku Koping Pada Lansia Yang Mengalami Penurunan Gerak Dan

Fungsi. Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah, 9(1), 26–38.

Insomnia & Gangguan Tidur - Google Buku. (n.d.). Retrieved January 8, 2021, from

https://books.google.co.id/books?

id=kxhBtckImNQC&pg=PA58&dq=penyebab+insomnia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKE

wixw_zHw4zuAhVW_XMBHaj4ANgQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=penyeba

b insomnia&f=false

Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an - Amirulloh Syarbini, Sumantri Jamhari - Google Buku.

(n.d.). Retrieved December 26, 2020, from https://books.google.co.id/books?

id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pengertian+murottal+al-

quran&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjSnIfQxurtAhWbfH0KHWmADawQ6AEwAHoE

CAUQAg#v=onepage&q&f=false
Mahlufi, F. (2016). Pengaruh Terapi Murotal Terhadap Kualitas Tidur Penderita Insomnia

Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Kecamatan Pontianak Tenggara, 1–20.

Maryam, S. (2008a). Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Retrieved from

https://books.google.co.id/books?

id=jxpDEZ27dnwC&pg=PA32&dq=definisi+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjvgb

ak74juAhVn8HMBHfB5CJQQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=definisi

lansia&f=false

Maryam, S. (2008b). Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Retrieved from

https://books.google.co.id/books?

id=jxpDEZ27dnwC&pg=PA70&dq=insomnia+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiW

uf398ejtAhXDZCsKHRLVCRUQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepage&q=insomnia

lansia&f=false

Mustikaningsih, D., & Haryanto, M. (2019). Pengaruh Terapi Murottal Al- Qur ’ an Terhadap

Tingkat Stres Kerja Perawat IGD Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Keperawatan

Profesional, 7(2), 1–22.

Nia, M. W. (2019). Efektifitas Terapi Murottal Al-Qur’an Secara Audio Visual Terhadap

Kualitas Tidur Lansia Dengan Insomnia Di Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo

Yogyakarta. Keperawatan.

Prasetyo, W. (2019). Paper 1.

Purwanto, S. (2008). Mengatasi insomnia dengan terapi relaksasi. Jurnal Kesehatan, 1, 141–

148.

Rahayu, T., Syafril, S., Wekke, I. S., & Erlinda, R. (2019). Teknik Menulis Review Literatur

Dalam Sebuah Artikel Ilmiah. 151(2), 10–17.


STATUS KESEHATAN LANSIA BERDAYAGUNA - Agus Setyo Utomo - Google Buku.

(n.d.). Retrieved January 8, 2021, from https://books.google.co.id/books?

id=Cke3DwAAQBAJ&pg=PA37&dq=masalah+kesehatan+pada+lansia&hl=id&sa=X&

ved=2ahUKEwjH6pPFrIzuAhVCjuYKHX6bCI8Q6AEwAXoECAUQAg#v=onepage&

q=masalah kesehatan pada lansia&f=false

Zaini, N. binti. (2013). Apa itu insomnia, 2, 1–15.

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik - Sofia Rhosma Dewi, S.Kep.Ners. -

Google Books. Retrieved December 25, 2020, from https://books.google.co.id/books?

id=3FmACAAAQBAJ&pg=PA23&dq=dilema+etik&hl=en&sa

Gede, M., Permana, C., Umum, S., & Sanglah, P. (2013). Insomnia and Correlation With

Psychosocial Factors in Primary Health Care. E-Jurnal Medika Udayana, 2(2), 237–253.

Ghaddafi, M. (2013). Tatalaksana Insomnia Dengan Farmakologi Atau Non-Farmakologi. E-

Jurnal Universitas Udayana, 1–17.

Huda, M. (2020). Mengatasi Insomnia Secara Alami. Retrieved from

https://books.google.co.id/books?

id=axzIDwAAQBAJ&pg=PA5&dq=insomnia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjThreS4O

XtAhW973MBHeRkAIgQ6AEwAnoECAYQAg#v=onepage&q=insomnia&f=false

Iksan, R., & Hastuti, E. (2020). Terapi Murotal Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Tidur

Lansia. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 597–606.

Ilmiah, J. P. (2017). Perilaku Koping Pada Lansia Yang Mengalami Penurunan Gerak Dan
Fungsi. Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah, 9(1), 26–38.

Insomnia & Gangguan Tidur - Google Buku. (n.d.). Retrieved January 8, 2021, from

https://books.google.co.id/books?

id=kxhBtckImNQC&pg=PA58&dq=penyebab+insomnia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKE

wixw_zHw4zuAhVW_XMBHaj4ANgQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=penyeba

b insomnia&f=false

Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an - Amirulloh Syarbini, Sumantri Jamhari - Google Buku.

(n.d.). Retrieved December 26, 2020, from https://books.google.co.id/books?

id=PvCpCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pengertian+murottal+al-

quran&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjSnIfQxurtAhWbfH0KHWmADawQ6AEwAHoE

CAUQAg#v=onepage&q&f=false

Mahlufi, F. (2016). Pengaruh Terapi Murotal Terhadap Kualitas Tidur Penderita Insomnia

Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Kecamatan Pontianak Tenggara, 1–20.

Maryam, S. (2008a). Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Retrieved from

https://books.google.co.id/books?

id=jxpDEZ27dnwC&pg=PA32&dq=definisi+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjvgb

ak74juAhVn8HMBHfB5CJQQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=definisi

lansia&f=false

Maryam, S. (2008b). Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Retrieved from

https://books.google.co.id/books?

id=jxpDEZ27dnwC&pg=PA70&dq=insomnia+lansia&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiW

uf398ejtAhXDZCsKHRLVCRUQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepage&q=insomnia

lansia&f=false
Mustikaningsih, D., & Haryanto, M. (2019). Pengaruh Terapi Murottal Al- Qur ’ an Terhadap

Tingkat Stres Kerja Perawat IGD Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Keperawatan

Profesional, 7(2), 1–22.

Nia, M. W. (2019). Efektifitas Terapi Murottal Al-Qur’an Secara Audio Visual Terhadap

Kualitas Tidur Lansia Dengan Insomnia Di Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo

Yogyakarta. Keperawatan.

Prasetyo, W. (2019). Paper 1.

Purwanto, S. (2008). Mengatasi insomnia dengan terapi relaksasi. Jurnal Kesehatan, 1, 141–

148.

Sofa. (2015). No Title 空間像再生型立体映像の 研究動向. Nhk 技研, 151(2), 10–17.

STATUS KESEHATAN LANSIA BERDAYAGUNA - Agus Setyo Utomo - Google Buku.

(n.d.). Retrieved January 8, 2021, from https://books.google.co.id/books?

id=Cke3DwAAQBAJ&pg=PA37&dq=masalah+kesehatan+pada+lansia&hl=id&sa=X&

ved=2ahUKEwjH6pPFrIzuAhVCjuYKHX6bCI8Q6AEwAXoECAUQAg#v=onepage&

q=masalah kesehatan pada lansia&f=false

Zaini, N. binti. (2013). Apa itu insomnia, 2, 1–15.

Lampiran 1

Critical Appraisal for Systematic Mapping Study (Scoping study) Design


JBI Critical Appraisal Checklist for Systematic Mapping Study (Scoping study)
Reviewer Cindy Aprillyaning Tyas Date 9 Desember 2020 Author Grosso, Stepaniak, Polak,
Micek, Topormadry, Steller, Pajak Year 2016 Record Number 1
Not
Yes No Unclear
applicable
1. Were the criteria for inclusion in the sample clearly √
defined ?
2. Were the study subjects and the setting described in √
detail ?
3. Was the exposure measured in a valid and reliable √
way ?
4. Were objective, standard criteria used for √
measurement of the condition ?
5. Were confounding factors identified ? √
6. Were strategies to deal with confounding factors √
stated ?
7. Were the outcomes measured in a valid and reliable √
way ?
8. Was appropriate statistical analysis used ? √
Overall appraisal: Include √ Exclude Seek further info

Comments (Including reason for exclusion)

Anda mungkin juga menyukai