A. Pendahuluan
Salah satu target sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) bidang Kesehatan Tahun 2015-2019 adalah meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi
Masyarakat dengan menurunkan prevalensi stunting pada anak baduta (bawah 2 tahun)
menjadi 28% dan kekurangan gizi (underweight) pada anak balita menjadi 17%.
Stunting merupakan kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding
tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Kondisi stunting membawa dampak pada
perkembangan seseorang dimasa dewasanya. Kemampuan kognitif yang rendah, mudah
terinfeksi penyakit, menjadi kurang produktif dan tentunya akan melahirkan anak-anak yang
kondisinya juga sama, sehingga masalah stunting menjadi penghambat dari Pembangunan
manusia Indonesia yang cerdas dan produktif.
Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar merupakan 2 kabupaten dari 160
kabupaten/kota wilayah prioritas penanganan stunting tahun 2018 dan 2019 yang ditetapkan
Tim Nasional Penanggulangan dan Penurunan Kemiskinan (TNP2K). Penetapan wilayah prioritas
didasarkan pada data masalah gizi kronis (stunting) menurut Riskesdas 2013 dan tingkat
kemiskinan. Adapun data kemiskinan dan stunting menurut TNP2K di kabupaten Rokan Hulu
dan Kampar adalah sebagai berikut :
N
Kriteria Rokan Hulu Kampar
o
1 Jumlah Kecamatan/desa 21/249
2 Jumlah Penduduk 2016 610.380 jiwa 807.940 jiwa
3 Prevalensi Stunting 59% 31,99%
4 Jumlah Balita Stunting (data 2016) 42.142 jiwa 28.789 jiwa
5 Tingkat Kemiskinan 11,05% 8,38%
6 Jumlah penduduk miskin 67.420 jiwa 67.680 jiwa
7 10 Desa Lokus Menaming Bangun Sari
Suka Maju Tanjung Karang
Tambusai Timur Danau Lancang
Kepenuhan Hilir Pulau Jambu
Ulak Patian Pandau Jaya
Rambah Samo Aur Kuning
Marga Mulya Terusan
Teluk Aur Gajah Bertalut
Bangun Purba Barat Sungai Bungo
Kepayang Ranah Singkuang
44.4
40.5 39.9 38.7 38.1
37 34.7
32.2 32.2 34.1 32.1
32.1 32.3
29.9
27.3 25.5 27.3 26.9 24.4
24.6
21
16 17.3
Rhul Pllw Inhu Inhil KS Mrnt Pku Dmi Kmpr Rhil Bkls Siak
B. Tujuan
Kegiatan Sosialisasi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting bertujuan agar semua pihak
terkait tersosialisasi mengenai Stunting, penyebab, dampak dan upaya-upaya yang harus
dilakukan secara terkoordinasi.
1. Terdapat persamaan persepsi mengenai stunting, besaran masalah, penyebab dan
dampaknya terhadap SDM
2. Tersusunnya regulasi dan kebijakan dari masing-masing kabupaten dalam upaya
penanganan masalah stunting
3. Tersusunnya Rencana Aksi dari setiap OPD terkait, yang akan dilaksanakan secara
konvergensi dan terkoordinasi
4. Tersusunnya POA
5. Tersusunnya rencana monitoring dan evaluasi
C. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting ini adalah semua pihak yang
terlibat dari unsur Kesehatan dan lintas sektor.
D. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pertemuan selama 1 hari yaitu pemaparan materi, diskusi, tanya jawab
dan penyusunan Rencana Aksi.
Materi yang disampaikan dan didiskusikan adalah :
1. Gambaran besaran dan sebaran masalah gizi stunting di wilayah tersebut, diperoleh dari
pendataan ePPGBM, by name by address.
2. Gambaran factor-faktor determinan terjadinya masalah gizi, diperoleh dari data
cakupan program kesehatan dan non kesehatan, hasil kunjungan rumah, pendataan
lainnya
3. Regulasi/kebijakan/komitmen bersama
4. SDM, sarana prasarana, sumber pembiayaan
E. Tahapan Pelaksanaan
1. Pertemuan di tingkat provinsi 2 kali
Peserta yang diundang :
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Sekretaris Dinas Kesehatan
Kepala Bidang Kesmas dan semua Kepala Seksinya
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan semua kelapa seksinya
Kepala Bidang SDK dan semua kelapa seksinya
Kepala Bidang P2P dan semua kepala seksinya
Bappeda
Dinas Tanaman Pangan
Dinas Perikanan
Dinas Peternakan
Dinas PUPR
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Sosial
Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
Dinas Penddikan
Kanwil Kemenag
3. Pertemuan di Desa Lokus Stunting yang ada di 6 kabupaten yang sudah ditetapkan, 2 kali
Kepala Puskesmas
Pelaksana Gizi Puskesmas
Bidan Koordinator/ Pengelola KIA
Bidan Desa
Promkes
Kesling
Surveilans dan imunisasi
Camat
Kepala desa
PKK Desa
Tempat :
- Tingkat Provinsi : Aula Dinas Kesehatan Provinsi
- Tingkat Kabupaten : Aula Dinas Kesehatan Kabupaten
- Tingkat Desa : Aula Puskesmas/Aula pertemuan di Kantor Kecamatan/Kantor
Desa
G. Biaya
Biaya yang dibayarkan berupa :
1. Konsumsi rapat di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan/desa
2. Bantuan transport peserta rapat di tingkat kabupaten sebanyak 20 orang.
Sumber biaya dari anggaran Dekonsentrasi Program Pembinaan Gizi Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2019.
H. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di 6 Kabupaten di Provinsi Riau.
Renaksi Sensitif
B. TUJUAN
Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
mempunyai Tujuan :
a. Umum
Memastikan kesiapan dan implementasi Rencana Aksi Intervensi Spesifik dan Sensitif di lokus
prioritas stunting di 10 Desa yaitu : Desa Menaming, Suka Maju, Tambusai Timur,Kepenuhan
Hilir, Ulak patian, Rambah Samo,Marga Mulya, Teluk Aur, Bangun Purba Barat, dan Kepayang.
b. Khusus
- Diperoleh data dan informasi kesiapan lokus dari 10 Desa tersebut, meliputi profil
desa,profil tenaga kesehatan di Puskesmas, Profil Logistik berupa ketersediaan maupun
kebutuhan dan Profil anggaran intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
- Memadukan pelaksanaan program,pemantauan dan evaluasi kegiatan di lokus stunting
10 Desa, antar pengelola program di pusat,provinsi,kabupaten dan Puskesmas
C. PERSIAPAN KEGIATAN
Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi terpadu stunting di kabupaten Rokan Hulu ini melalui
beberapa tahapan kegiatan :
1. Koordinasi Pusat,Provinsi dan Kabupaten dilaksanakan sebagai persiapan untuk
memastikan kesiapan sasaran dalam pelaksanaan Monitoring dan evaluasi
2. Melakukan sosialisasi Tujuan Umum dan Khusus kepada stake holder terkait Monitoring dan
evaluasi terpadu stunting yang dilaksanakan.
3. Melakukan Rekap data dan kegiatan intervensi stunting di Kabupaten
4. Melakukan kunjungan lapangan ke Puskesmas dan dan desa lokus stunting, serta keluarga
dengan stunting.
5. Melakukan Identifikasi dan pencatatan kendala serta tantangan dalam pelaksanaan
intervensi stunting
6. Memverifikasi kondisi penderita stunting dan melakukan pendalaman terhadap penyebab
stunting.
Dalam Pelaksanaan Kegiatan Monev Terpadu stunting ini, desa lokus stunting yang
dikunjungi sebanyak 10 desa, yaitu : Desa Menaming, Suka Maju, Tambusai Timur,Kepenuhan
Hilir, Ulak patian, Rambah Samo,Marga Mulya, Teluk Aur, Bangun Purba Barat, dan Kepayang.
D. HASIL KEGIATAN
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan diperoleh data dan informasi kesiapan lokus dari 10 Desa
tersebut, meliputi profil desa,profil tenaga kesehatan di Puskesmas, Profil Logistik berupa
ketersediaan maupun kebutuhan dan Profil anggaran intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
Berikut ini dipaparkan data dan informasi kesiapan lokus dari lokus dari 10 Desa tersebut :
1. Profil Desa
Tambusai Timur 2247 1081 15.000 42,21 1 52 8,3 44 114 29,5 2 4,8 4
2.554 350 20 27 1 67 6 20 72 37 3 4 5
Rambah Samo
2.268 456 11 29 - 53 6 12 48 37 4 4 5
Teluk Aur
Bangun Purba
2.054 225 36 - - 60 5 11 66 29,4 2 3 3
Barat
Kepayang 3.238 311 24 42 1 51 6 24 147 37 3 4 5
24.438 4.116 15.193 331 6 654 63 190 810 290 34 50 48 31 210.679 92.132
Dari tabel 1 diatas didapatkan gambaran jumlah stunting dari Riskesdas 2013, sebanyak 810
orang, yang terbanyak berada didesa Kepayang, dan desa yang paling sedikit jumlah stuntingnya
desa Teluk Aur.
Stunting
35
30 29.5
30
25.9
25 24.1 23.2
20.4 19.6 19.4
20 17.9 17.5
15
10
Hasil penimbangan ulang balita di 10 desa Lokus, diperoleh data bahwa Desa Tambusai Timur
merupakan prevalensi tertinggi (30%) dan yang paling rendah adalah Desa Marga Mulya (17,5%).
Tambusai
Tambusai Sudah (2017) Sudah 1 1 48 27 5 1 1 2 1
Timur
Kepenuhan
Hilir
Kepenuhan - Sudah 2 1 24 11 1 1 1 1 2
Ulak Patian
Rambah
Samo
Rambah Samo Marga
I Mulya
- Sudah 2 0 25 9 3 0 1 0 1
Teluk Aur
Bangun
Bangun Purba
Purba Barat
- - 1 1 20 12 0 0 0 0 0
Kepenuhan
Hulu
Kepayang lokus 2018) - 0 1 13 12 3 0 1 0 2
3 4 12 6 202 95 16 4 6 5 10
Dari tabel diatas terlihat masih ada 2 (dua) Puskesmas yang belum Akreditasi, yaitu
Puskesmas bangun Purba dan Desa Kepayang. Desa Kepayang sudah menjadwalkan akreditasi
dibulan Agustus 2018. Puskesmas yang melaksanakan PIS-PK baru 2 Puskesmas yaitu Puskesmas
Rambah dan Puskesmas Tambusai, 4 (empat) Puskesmas lainnya belum. Untuk Ketenagaan,
Puskesmas Kepenuhan Hulu belum mempunyai tenaga dokter, tenaga Kesehatan Lingkungan,
tenaga Gizi. Ada 2 (dua) Puskesmas lagi yang tidak memiliki tenaga Gizi, yaitu Puskesmas
Rambah Samo I dan Bangun Purba.
Jumlah Vit
Kebutuhan Jumlah Vit
Kebutuhan Jumlah Jumlah A Merah
Puskesmas Desa Buku Juknis TTD A biru (6-11
TTD ibu PMT balita PMT bumil (12 - 29
PMT Rematri bulan)
Hamil (tablet) kurus (kg) KEK (kg) bulan)(kap
(tablet) (kapsul)
sul)
(Tersedia awal (Tersedia (Tersedia (Tersedia (Tersedia (Tersedia (Tersedia
Februari Thn sepanjang Thn sepanjang sepanjang sepanjang sepanjang sepanjang
2018) 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018)
Menaming 5.040 5.856 405 84 60 388
RAMBAH 1 Buku
Suka Maju 8.190 13.008 225 112 90 760
Tambusai Tambusai Timur 1 Buku 6.475 4.798 210 14 55 328
Kepenuhan Hilir 4.606 3.413 149 10 23 356
Kepenuhan 0
Ulak Patian 3.882 2.876 126 9 20 300
Rambah Samo 6.750 936 263 9 38 245
Rambah Samo I Marga Mulya 1 Buku 6.210 611 90 6 37 279
Bangun Purba Bangun Purba Barat 1 Buku 5.400 3.072 109 18 50 398
Kepenuhan Hulu Kepayang 1 Buku 8.168 6.052 264 18 41 632
6 60.752 44.443 2.021 292 447 3.924
Dari Tabel diatas terlihat bahwa kebutuhan logistik kesehatan dan suplemen gizi tersedia
berupa : Buku Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan, Tablet Tambah Darah Ibu,
Tablet tambah darah Remaja Putri, Pemberian makanan tambahan untuk Balita Kurus,
Pemberian makanan tambahan untuk Bumil KEK, Vitamin A Biru dan Vitamin A Merah.
Persedian ini mencukupi untuk diberikan pada sasaran sesuai kebutuhan.
Jumlah
o Puskesmas Desa Jumlah
Jumlah Bumil Ibu Bumil
Gizi Jumla
Gizi Mendap Hamil KEK
Buruk % h Ibu % %
Buruk at 90 KEK dapat
Ditem Hamil
Dirawat TTD ditemuk PMT
ukan
an
Rambah Samo
61 2 2
3 I Rambah Samo 0 0 100 92 66.3 100.0
Kepenuhan
116 1 -
8 Hulu Kepayang 0 0 100 124 93.5 0.0
Bangun Purba
64 60 28 28
10 Bangun Purba Barat 0 0 100 93.8 100.0
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat kasus gizi buruk di Desa Suka Maju dan
Marga Mulya,
TABEL 5 : PROFIL LOGISTIK KEBUTUHAN VAKSIN DI 10 DESA LOKUS STUNTING DI KABUPATEN
ROKAN HULU
TAHUN 2018
Dari Tabel diatas terlihat, bahwa vaksin yang dibutuhkan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan sasaran di 10 Lokus Stunting ini.
(Tersedia
(Tersedia (Tersedia (Tersedia (Tersedia (Tersedia (Tersedia (Tersedia bulan (Tersedia (Tersedia (Tersedia
bulan Jan
sepanjang sepanjang sepanjang sepanjang sepanjang sepanjang Jan dan Juli sepanjang sepanjang sepanjang Thn
dan Juli Thn
Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) Thn 2018) 2018)
2018)
Dari tabel diatas terlihat kebutuhan akan obat-obatan untuk penyakit menular berdampak
pada status gizi seperti diare, malaria, Kecacingan,HIV dan TB tersedia dengan baik sepanjang
tahun.
E. ANALISA MASALAH
Setelah 3 (tiga) hari melaksanakan survey di 5 (lima) Puskesmas , maka dapat dipaparkan
disini hasil penelusuran terhadap sasaran di semua desa lokus stunting.
1. Puskesmas Rambah
Di Puskesmas Rambah terdapat 2 desa yang menjadi lokus, yaitu Desa Sukamaju dan Desa
Menaming. Berdasarkan hasil penimbangan ulang yang dilakukan petugas Puskesmas dan
Kabupaten, diperoleh data jumlah balita Stunting di Desa Suka Maju 101 orang dan Desa
Menaming 65 orang.
Desa Sukamaju terdiri dari 4 dusun dan 4 posyandu. Posyandu Dahlia yang dikunjungi,
mempunyai sasaran balita sekitar 200 anak, namun yang rutin datang memantau berat badan
hanya sekitar 50-70 balita (35%-40%). Jumlah kader 6 orang, dan belum pernah dilakukan
refreshing tentang penyelenggaraan posyandu, termasuk tentang penimbangan BB, pencatatan
pada register dan di KMS/buku KIA.
Puskesmas Kepenuhan Hulu Desa Kepayang, terdiri dari 3 dusun, jumlah posyandu 15 pos,
PAUD 5 (1 perdesa) 1 buah TK.Dusun I jumlah balita stunting 13 orang, Dusun II jumlah balita
stunting 1 orang, Dusun III jumlah balita stunting 44 anak, yang berada dalam kawasan
perusahaan.
Data logistic suplementasi gizi dari Puskesmas :
a. Jumlah vitamin A biru : 273 kapsul (sasaran bayi 6-11 bulan 273 anak)
b. Jumlah vitamin A merah : 2.153 kapsul (sasaran balita 12-59 bulan 2153 anak) cukup
untuk 1 kali pemberian di bulan Februari
c. Jumlah vitamin A merah : 1172 kapsul untuk 586 ibu nifas
d. Jumlah tablet Fe : untuk 615 orang ibu hamil adalah 55.350 tablet dan untuk 478
remaja putri tersedia 22.944 tablet.
e. Ketersediaan obat cukup untuk sasaran yang ada.
Untuk persediaan logistik di Puskesmas Kepenuhan Hulu, tidak tersedia obat cacing, dari
petugas laboratorium dikatakan belum pernah melakukan pemeriksaan faeces dan reagen tidak
tersedia, petugas juga mengatakan dokter tidak pernah menganjurkan untuk pemeriksaan
faeces. Dalam intervensi spesifik tercantum pemberantasan kecacingan dan penatalaksanaan
kecacingan, yang mana ini merupakan kondisi yang bisa menyebabkan stunting dan juga
memperburuk kondisi anak dengan stunting. Dari 53 Penderita stunting, 44 orang diantaranya
merupakan anak dari pekerja pabrik yang tidak menetap di Desa Kepayang tersebut.
Di Desa Tambusai Timur sama halnya dengan 2 desa lainnya.Kondisi ini perlu kajian lebih
lanjut dan intervensi yang lebih spesifik. Penderita stunting yang berpindah tempat akan sulit
dilakukan pemantauan terhadap keberhasilan program yang dilakukan. Untuk persediaan
logistik di Puskesmas Kepenuhan Hulu, tidak tersedia obat cacing, dari petugas laboratorium
dikatakan belum pernah melakukan pemeriksaan faeces dan reagen tidak tersedia, petugas juga
mengatakan dokter tidak pernah menganjurkan untuk pemeriksaan faeces. Dalam intervensi
spesifik tercantum pemberantasan kecacingan dan penatalaksanaan kecacingan, yang mana ini
merupakan kondisi yang bisa menyebabkan stunting dan juga memperburuk kondisi anak
dengan stunting.
- Pendistribusian biscuit makanan tambahan untuk ibu hamil KEK dan Balita
- Orientasi Pedoman Asuhan Gizi terstandar bagi Petugas Puskesmas dan e-PPGBM
- Pemantauan Gizi balita
- Pembahasan Kecamatan rawan Gizi
- Pembinaan ke Kabupaten/Kota
- Pencapaian ASI ekslusif dan Inisiasi menyususi dini
- Penguatan Intervensi Paket gizi( PMT, vitamin A, Tablet Tambah darah)
- Pelacakan dan penanggulangan masalah gizi buruk
- Pemantauan garam beryodium
G. REKOMENDASI
Dalam upaya penanggulangan stunting, bersama ini disampaikan rekomendasi sebagai
berikut :
1. Pemerintah daerah mulai dari kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan / Desa dan Rukun
warga memiliki kesamaan Persepsi dalam menanggulangi masalah stunting, melalui
penyebaran informasi yang merata tentang stunting terutama dampak terjadinya stunting
dalam pembangunan manusia Indonesia
2. Kesamaan Persepsi ini akan memudahkan Program Kerja yang dapat mendukung
Penanggulangan Masalah Stunting, karena stunting dalam skala besar disebabkan oleh
kemiskinan dan pola asuh yang salah.
3. Pemerintah kabupaten/Kota menetapkan kebijakan mengalokasikan minimal 10 % dari dana
desa untuk pembangunan Kesehatan.
4. Kerjasama lintas sektoral terkait Pertanian,peternakan, perikanan dan perkebunan
hendaknya dapat memberi kontribusi melalui program-program pemicuan sehingga
ketersedian pangan yang baik di daerah bisa optimal.
5. Pemberian informasi dapat dilakukan melalui Pendidikan, seperti mengintegrasikan
Kegiatan posyandu dengan Pendidikan anak usia dini ( PAUD ), mengintegrasikan Usaha
Kesehatan Sekolah dengan program pemberian tablet zat besi, kesehatan sexual dan
reproduksi, serta pemaparan pola hidup sehat seimbang sebagai bagian dari Program
Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga.
6. Pengaktifan menanam sayuran dan buah dipekarangan, dapat dilakukan secara mandiri
melalui peran serta aktif masyarakat dan sistem gotong royong.
7. Pengaktifan konsep kewilayahan dimana semua petugas puskesmas diberikan tanggung
jawab mengelola satu wilayah secara tim, sehingga semua masalah kesehatan dapat di
kumpulkan, dideteksi dini dan dilakukan intervensi sesegera mungkin. Dengan konsep ini
tidak hanya masalah stunting yang dapat dikelola, tapi masalah kesehatan lainnya dapat
dikelola dengan lebih komprehensif.
H. KESIMPULAN
Stunting merupakan masalah kekurangan gizi yang berlangsung kronis. Dari semenjak persiapan
kehamilan,konsepsi, kehamilan, menyusui dan nantinya dalam pengasuhan. Penanggulangan
masalah stunting bukan menjadi domain dari gizi kesehatan masyarakat saja, tapi menjadi
tanggung jawab semua program dan sektor. Kondisi ini akan berlangsung terus bila stakeholder
terkait lambat dan berat dalam memberikan dukungan. Keberlangsungan kehidupan berbangsa
dan bernegara menjadi taruhan dalam mengatasi masalah stunting yang ada di masyarakat.
Penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang sudah
ada seperti : Pemberian makanan tambahan, Pemberian suplemen makanan, dan Kunjungan ke
posyandu.
Penanganan stunting hendaknya dimulai dari kesiapan seorang ibu hamil dalam mencukupi
kebutuhan gizi sehingga dalam proses kehamilan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi yang
dikandungnya. Hendaknya penanganan stunting dimulai sejak seorang ibu berkeinginan hamil
dan dinyatakan positif hamil.
Upaya promosi kesehatan dan konsultasi yang melibatkan tenaga kesehatan ahli gizi,perawat,
bidan dan dokter perlu lebih ditingkatkan, dalam arti kata, pencegahan merupakan tindakan
utama.
Untuk kondisi stunting yang telah terdeteksi, yang bisa dilakukan selanjutnya adalah menjaga
kesehatan dalam kondisi optimal, bisa beraktifitas dengan baik dan produktif dimasa
dewasanya.
Dari semua hal diatas, penanggulangan masalah stunting merupakan tanggung jawab semua
pihak, Pemerintah Kabupaten/kota dan OPD terkait hendaknya bergerak bersama dalam
mengentaskan stunting dari Provinsi Riau.
I. REFERENSI
- Riskesdas 2013
- Evaluasi PSG 2017
- Panduan Monitoring dan Evaluasi Terpadu penanggulangan Stunting