Gerak Harmonik 2
Gerak Harmonik 2
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas,
gerak osilasi air raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan
sebagainya.
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul fisis,
osilasi ayunan torsi, dan sebagainya.
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan dian di
titik keseimbangan B[2]. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan
bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A[2]. Gerakan beban akan terjadi berulang secara
periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana[2].
Semua pegas memiliki panjang alami sebagaimana tampak pada gambar[2]. Ketika sebuah
benda dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang (bertambah panjang)
sejauh y. Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan gaya luar (ditarik atau
digoyang)[2].
Periode (T)
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode[3]. Periode
ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda
dikatakan melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik di mana benda tersebut mulai
bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut. Satuan periode adalah sekon atau detik[3].
Frekuensi (f)
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda selama satu detik, yang
dimaksudkan dengan getaran di sini adalah getaran lengkap[3]. Satuan frekuensi adalah
hertz[3].
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi selama satu detik. Dengan demikian selang
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah[3] :
Selang waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu getaran adalah periode. Dengan
demikian, secara matematis hubungan antara periode dan frekuensi adalah sebagai berikut[3] :
Amplitudo
Pada ayunan sederhana, selain periode dan frekuensi, terdapat juga amplitudo. Amplitudo
adalah perpindahan maksimum dari titik kesetimbangan[3].
Gaya Pemulih
Gaya pemulih dimiliki oleh setiap benda elastis yang terkena gaya sehingga benda elastis
tersebut berubah bentuk[4]. Gaya yang timbul pada benda elastis untuk menarik kembali
benda yang melekat padanya di sebut gaya pemulih[4].
Pegas adalah salah satu contoh benda elastis[4]. Oleh sifat elastisnya ini, suatu pegas yang
diberi gaya tekan atau gaya regang akan kembali pada keadaan setimbangnya mula- mula
apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan[4]. Gaya pemulih pada pegas banyak
dimanfaatkan dalam bidang teknik dan kehidupan sehari- hari[4]. Misalnya di dalam
shockbreaker dan springbed[4]. Sebuah pegas berfungsi meredam getaran saat roda kendaraan
melewati jalan yang tidak rata[4]. Pegas - pegas yang tersusun di dalam springbed akan
memberikan kenyamanan saat orang tidur[4].
Hukum Hooke
Robert Hooke
Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas dihilangkan, pegas tersebut akan kembali pada
keadaan semula[5]. Robert Hooke, ilmuwan berkebangsaan Inggris menyimpulkan bahwa sifat
elastis pegas tersebut ada batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan pertambahan
panjang pegas[5]. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa besar gaya pegas pemulih
sebanding dengan pertambahan panjang pegas. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai[5] :
Tanda (-) diberikan karena arah gaya pemulih pada pegas berlawanan dengan arah gerak
pegas tersebut.
Susunan Pegas
Konstanta pegas dapat berubah nilainya, apabila pegas-pegas tersebut disusun menjadi
rangkaian[5]. Besar konstanta total rangkaian pegas bergantung pada jenis rangkaian pegas,
yaitu rangkaian pegas seri atau paralel[5].
Seri / Deret
Gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sebesar F, sehingga pegas akan mengalami
pertambahan panjang sebesar dan . Secara umum, konstanta total pegas yang disusun seri
dinyatakan dengan persamaan[5] :
Paralel
Jika rangkaian pegas ditarik dengan gaya sebesar F, setiap pegas akan mengalami gaya tarik
sebesar dan , pertambahan panjang sebesar dan [5]. Secara umum, konstanta total pegas yang
dirangkai paralel dinyatakan dengan persamaan[5] :
Keterangan :
Y = simpangan
A = simpangan maksimum (amplitudo)
F = frekuensi
t = waktu
Jika posisi sudut awal adalah , maka persamaan gerak harmonik sederhana menjadi [6]:
, maka[6] :
...(1)
Dari persamaan :
...(2)
Keterangan :
Keterangan :
Misalnya sebuah benda bergerak dengan laju tetap (v) pada sebuah lingkaran yang memiliki
jari-jari A sebagaimana tampak pada gambar di samping[7]. Benda melakukan Gerak
Melingkar Beraturan, sehingga kecepatan sudutnya bernilai konstan[7]. Hubungan antara
kecepatan linear dengan kecepatan sudut dalam Gerak Melingkar Beraturan dinyatakan
dengan persamaan[7] :
Karena jari-jari (r) pada Gerak Melingkar Beraturan di atas adalah A, maka persamaan ini
diubah menjadi :
, ... (1)
Simpangan sudut (teta) adalah perbandingan antara jarak linear x dengan jari-jari lingkaran
(r), dan dinyatakan dengan persamaan :
... (2), x adalah jarak linear, v adalah kecepatan linear dan t adalah waktu tempuh (x = vt
adalah persamaan Gerak Lurus alias Gerak Linear). Kemudian v pada persamaan 2
digantikan dengan v pada persamaan 1 dan jari-jari r digantikan dengan A :
Dengan demikian, simpangan sudut benda relatif terhadap sumbu x dinyatakan dengan
persamaan :
Pada gambar di atas, posisi benda pada sumbu x dinyatakan dengan persamaan :
...(4)
Persamaan posisi benda pada sumbu y :
Keterangan :
A = amplitudo
= kecepatan sudut
= simpangan sudut pada saat t = 0
Peredam kejut (shockabsorber) pada mobil memiliki komponen pada bagian atasnya
terhubung dengan piston dan dipasangkan dengan rangka kendaraan[8]. Bagian bawahnya,
terpasang dengan silinder bagian bawah yang dipasangkan dengan as roda[8]. Fluida kental
menyebabkan gaya redaman yang bergantung pada kecepatan relatif dari kedua ujung unit
tersebut[8]. Hal ini membantu untuk mengendalikan guncangan pada roda[8].
Jam Mekanik
Jam mekanik
Roda keseimbangan dari suatu jam mekanik memiliki komponen pegas[8]. Pegas akan
memberikan suatu torsi pemulih yang sebanding dengan perpindahan sudut dan posisi
kesetimbangan[8]. Gerak ini dinamakan Gerak Harmonik Sederhana sudut (angular)[8].
Garpu Tala
Garpu tala
Garpu tala dengan ukuran yang berbeda menghasilkan bunyi dengan pola titinada yang
berbeda[8]. Makin kecil massa m pada gigi garpu tala, makin tinggi frekuensi osilasi dan
makin tinggi pola titinada dari bunyi yang dihasilkan garpu tala[8].