A. JUDUL
Memperkecil gerakan floating breakwater tipe multi pontoon dengan
hybrid arrangement mooring line system.
Saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah serius terkait batas kedaulatan.
183 Titik Dasar (TD) yang menjadi patokan untuk menarik garis pangkal
sesuai UNCLOS 92 diantarnya terletak pada pulau-pulau kecil terluar
(Fakhruddin Mustofa, “Pulau-pulau kecil terluar, siapa peduli?”). Pulau-pulau
2
kecil terluar ini sangat rawan terkena abrasi yang dapat menghilangkan titik
terluar karena letaknya yang langsung berhadapan dengan lautan bebas.
Hilangnya titik terluar ini memungkinkan negara lain untuk mengabaikan
batas wilayah RI.
C. PERUMUSAN MASALAH
1. Berapa susunan Mooring Line System yang dapat dibentuk ?
2. Bagaimana susunan Mooring Line System yang dapat dibentuk ?
3. Bagaimana karakteristik motion pada Multi Pontoon Floating Breakwater
terhadap perubahan susunan Mooring Line System ?
4. Bagaimana konfigurasi Mooring Line System terbaik yang dapat diterapkan
pada pemancangan Multi Pontoon Floating Breakwater ?
D. TUJUAN
1. Mengetahui jumlah macam konfigurasi Mooring Line System yang dapat
diterapkan pada Multi Simple Pontoon Floating Breakwater.
2. Mengetahui bentuk macam konfigurasi Mooring Line System yang dapat
diterapkan pada Multi Pontoon Floating Breakwater.
3. Mengetahui karakteristik motion pada Multi Pontoon Floating Breakwater
terhadap perubahan susunan Mooring Line System.
4
F. KEGUNAAN
Kegiatan ini dapat memberikan informasi mengenai adanya pengaruh susunan
hybrid mooring system dalam memperkecil gerakan floating breakwater.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1a. Floating Breakwater
Breakwater adalah bangunan pantai pemecah gelombang, yang dibedakan
menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah
gelombang sambung pantai. bangunan pertama banyak digunakan sebagai
pelindung pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energy gelombang
sebelum mencapai pantai. Perairan di belakang bangunan menjadi tenang
sehingga terjadi endapan di daerah tersebut. Endapan ini dapat menghalangi
transport sedimen sepanjang pantai. Bangunan ini dapat dibuat dalam satu
rangkaian pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah dengan panjang
tertentu. Bangunan tipe kedua biasanya digunakan untuk melindungi daerah
perairan pelabuhan dari gangguan gelombang, sehingga struktur apung-
struktur apung dapat merapat ke dermaga untuk melakukan bongkar-muat
barang dan menaik-turunkan penumpang. Tergantung pada panjang daerah
yang dilindungi, bangunan ini juga dapat dibuat dari suatu pemecah
gelombang atau suatu seri yang terdiri dari beberapa ruas bangunan pemecah
gelombang.
5
lateral tanah dan gesekan permukaan di sekitar tanah dasar laut. Keuntungan
dari penggunaan tiang pancang adalah kemampuan menahan gaya angkat ke
atas dan lateral. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan peralatan instalasi
khusus dan instalasi bawah lautnya terutama di daerah perairan dalam yang
juga butuh biaya sangat mahal. Selain itu, dalam perancangannya
membutuhkan data geoteknik terhadap kedalaman tiang pancang secara
keseluruhan yang detail dimana untuk mendapatkan data – data yang terkait
cukup sulit dan biaya mahal.
Selanjutnya dalam sistem tali, struktur tersambung pada beberapa jangkar
yang menahan struktur tetap pada posisinya dengan membiarkan terjadinya
pergerakan vertikal dan horizontal. Dengan alasan diatas, sistem tali lebih
berpengaruh pada struktur pantai terapung.
2. Gelombang laut
2.a Pengertian gelombang Laut
Gelombang laut merupakan pergerakan air berenergi yang dibangkitkan oleh
peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di daerah laut (Triatmodjo, 1999).
Gelombang dalam ilmu oseanografi dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu
gelombang permukaan dan gelombang internal. Gelombang permukaan
adalah fenomena pergerakan air yang selalu ditemui di permukaan laut yang
biasanya disebut ombak. Dan pergerakan air didalam ombak tersebut
dinamakan gelombang internal.
............(3.1)
.........(3.2)
dimana M adalah massa struktur apung, Ij adalah momen inersia massa pada
mode ke j, dan Ijk adalah produk momen inersia massa. Dengan asumsi yang
sama, matriks yang memuat koefisien-koefisien added mass dan damping
adalah :
.........(3.3)
Bila matriks massa, koefisien added mass dan damping, dan koefisien
pengembali dimasukkan ke persamaan gerak, maka untuk struktur apung yang
simetris dalam arah lateral, enam persamaan gerak kopel akan dapat
dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama adalah persamaan kopel
untuk surge, heave, dan pitch serta bagian kedua adalah persamaan kopel
untuk sway, roll, dan yaw. Jadi untuk struktur apung dengan bentuk simetris,
tidak akan terjadi kopel antara surge, heave, dan pitch dengan sway, roll dan
11
........(3.5)
dimana potensial kecepatan φ adalah :
........(3.6)
Dalam persamaan (3.6), variabel pertama dalam ruas kanan adalah merupakan
kontribusi dari potensial kecepatan steady, φs , dan kecepatan struktur apung
U. Sedangkan variabel kedua adalah kontribusi dari potensial kecepatan
unsteady :
......(3.7)
5. Respon Struktur
Response Amplitude Operator (RAO) atau disebut juga dengan Transfer
Function merupakan fungsi respon gerakan dinamis struktur yang disebabkan
akibat gelombang dengan rentang frekuensi tertentu. RAO merupakan alat
untuk mentransfer gaya gelombang menjadi respon gerakan dinamis struktur.
Menurut Chakrabarti (1987), persamaan RAO dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
.......(3.9)
Dimana :
X (ωp) = amplitudo struktur
.......(3.10)
Dimana :
x = kFo
o
r = nωω
tan α = 212rr−ζ
Spektrum respons didefinisikan sebagai respons kerapatan energi pada
struktur akibat gelombang.
.......(3.11)
Dimana :
2
S = spektrum respons (mRS -sec)
2
S(ω) = spektrum gelombang (m -sec)
H. METODE PENELITIAN
1. RANCANGAN PENELITIAN
1.a Variabel dalam penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 sebagai berikut:
- Variabel penelitian: gerakan floating break water (Heave, Sway, Roll)
- Variabel kontrol: susunan mooring system
14
Dalam penelitian ini perlu dilakukan perancangan susunan ketiga jenis macam
ikatan diatas untuk digunakan secara bersamaan dalam 1 pontoon.
Pada penataan letak ini juga perlu diperhatikan penempatan alat pengukur
tinggi gelombang dan skala kedalaman air.
2. SKEMA KERJA
Start
Selesai
16
I. JADWAL KEGIATAN
1. WAKTU & TEMPAT
Pelaksanaan kegiatan dimulai pada tanggal 1 Februari- 29 Mei 2011. Tahap
minggu pertama dan kedua pada bulan Februari dilakukan dalam rangka
persiapan alat dan bahan. Setelah itu pada minggu ketiga dan keempat bulan
Februari dilakukan pembuatan model fisik. .
17 Komunikasi Rp 200,000.00
18 Transportasi Rp 250,000.00
19 Operasional Lab. Rp 500,000.00
Laporan
20 Penjilidan Rp 50,000.00
21 Dokumentasi Rp 200,000.00
Rp 9,865,000.00
K. DaftarPustaka
J. Morey, B.Eng, Bradley. 1998. Floating Breakwaters
Predicting Their Performance. Canada: Newfoundland
University.
L. Lampiran
Biodata Kelompok
KETUA KELOMPOK
Telephone/Handphone : 085731172316
Email : foalcony_88@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. -
20
2. -
3. -
ANGGOTA KELOMPOK
Agama : Islam
Telephone/Handphone : 085646267779
Email : el_udin@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN
1993-1999 SD SD Muhammadiyah 6
Surabaya
1. -
2. -
3. -
21
2. -
3. -
ANGGOTA KELOMPOK
Telephone/Handphone :-
Email :-
RIWAYAT PENDIDIKAN
- Tingkatan Institusi
1. -
22
2. -
ANGGOTA KELOMPOK
Agama : Islam
Telephone/Handphone :-
Email :-
RIWAYAT PENDIDIKAN
- Tingkatan Institusi
1. –