Anda di halaman 1dari 75

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN (SIAK) DI DINAS KEPENDUDUKAN


DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN SUMBA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
(Studi Deskriptif Kualitatif Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Sumba Timur)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik


Guna menyelesaikan studi pada jurusan ilmu pemerintahan
Jenjang Keserjanaan (S1)

DISUSUN OLEH:

UMBU PRIFERCHANDA ACTHAN ND


NIM : 15520049

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKATA
2019

ii
MOTTO

“Takut akan Tuhan adalah Permulaan Pengetahuan dan Kesuksesan”

(Penulis)

“Maiwa Kata Pulu Pamba Mata Bokul, Kata Hamayang Lai WULU TAU

DJI TAU Kana Wuandaya na Wai Maring-Na Wai Malala Bata Pahalakuya

Naray Rupung Danda Okurung, Hamangkai Djiaka Naingkai Pakura Pama

Nyara Nda Kata Itang Li Loku Pala”

( Adat Sumba)

“Keberhasilan tidak hanya diukur dari apa yang kita dapatkan tetapi juga

diukur dari proses bagaimana kita melalui segala tantangan yang dihadapi”

(Penulis)

v
PERSEMBAHAN

Tiada kata selain mengucapkan Puji dan Syukur Kepada Tuhan Yang

Maha Esa, atas berkat dan lindunga-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik, tiada sesuatu yang lebih berharga yang dapat saya berikan tiada kata

dan cinta yang dapat saya ucapkan melainkan degan skripsi ini yang dapat saya

persembahkan Kepada:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Katanga Huki Primang dan Ibu Ferly

Kondameha, Bapa dan Mama Terimaksih atas Doa, Cinta kasih, Dukungan

dan Motivasinya, selama ini tanpa itu semua saya pasti tidak seperti ini.

2. Bapak Apner Radja dan Mama Titi Kondameha. Terimaksih atas Doa, Cinta

kasih, Dukungan dan Motivasinya, selama ini tanpa itu semua saya pasti tidak

seperti ini.

3. Saudara saya, Umbu Wira, Rambu Selwin, Umbu Vicky. Terimaksih atas Doa,

Cinta kasih, Dukungan dan Motivasinya, selama ini.

4. Seluruh keluarga saya, baik pihak Bapak maupun dari pihak Mama,

terimakasih atas Doa, Dukungan, Nasehat, serta Motivasinya selama ini.

5. Rambu Pentanila Juwita, atas Doa dan Motivasinya selama ini.

6. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta dimana

tempat saya mendapat proses perkuliahan, pengalaman untuk menambah ilmu

pengetahuan.

7. Sahabat karip,Aya Mekos, Umbu Aden, Umbu Danil, Ken, Adfen, Arifin,

Noker, Agus, Sani, Umbu Domu (wunang), Umbu Rusdy, Sam Dangga,

vi
Monang, Umbu Andra (Uand), Sagoro (goman), Ardo, Tuku (Ciman).

Terimakasi atas kebersamaan serta motivasinya.

8. Teman KKN Kelompok 11. Rando, Ino, Doan, Samuel, Indra, Asih, Siska, Ira.

Terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama 50 hari KKN.

9. Resimen Mahasiswa Satuan Ghanesa “APMD”. Komandan Krisna, Senior Edi,

Provos Sani, Rekan Umbu Aden, Rekan Umbu Danil, Rekan Agus, Rekan

Ken, Rekan Noker, Rekan Gregor, Rekan Adven. Terimakasih atas

kebersamaan, pengalaman, serta perjuangan bersama.

10. Organisasi HIPMASTY beserta seluruh Anggota. Terimakasih atas didikan,

pengalaman dan kebersamaannya.

11. Organisasi Komal beserta seluruh Anggota, Terimaksih atas didikan,

pengalaman dan kebersamaanya.

12. Teman-teman Kost 1000C, Kost Ubur-ubur 69 dan Markas TB.8 No.16A. Aya

Erson, Aya Ipang, Aya Udar, Aya Anton, Aya Ardi, Nato, Yogi, Gunawan,

Yano, Redem, Kaka Ricart, Kaka Cent, Kaka Cua, Kaka Ajo, Kaka Jo, Natan,

Wili, Kaka Patrik, Kaka Ebit, Kaka Odan, Goris, Kaka Tomi, Ama Tino.

Terimaksih atas kebersamaan dan canda tawanya.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai persyaratan dalamrangka

menyandang gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembagunan

Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

Penulis sangat menyadari sekali bahwa sebagai manusia tidak terlepas dari

salah , khilaf dan jau dari kesempurnaan , tetapi penulis berusaha semaksimal

mungkin umtuk menyajikan skripsi ini agar bisa dibaca semua orang. Untuk itu

penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Sampai selesai skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan baik moril

maupun materil yang sangat berharga dari berbagai pihak. Atas kebaikan ini,

penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto M.Si. Selaku Ketua STPMD “APMD”

Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE, M.Si. Selaku Ketua Program

Studi Ilmu Pemerintahan STPMD”APMD Yogyakarta.

3. Ibuk Dra. Herawati, MPA. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dalam penulisan Skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen Khususnya dosen Ilmu Pemerintahan yang telah

memberikan kuliah dan membagi ilmunya selama berkuliah di STPMD

“APMD” Yogyakarta.

viii
5. Drs. Chistofel A. Praing M.S.i. Selaku Kepala Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kab. Sumba Timur.

6. Safrianti I. Dapadeda S.Sos. Selaku Kepela Bidang di DISPENDUK Kab.

Sumba Timur.

7. Seluruh Staf dan Karyawan yang ada di STPMD “APMD” Yogyakarta.

8. Seluruh Staf dan karyawan yang ada di DISPENDUK Kab. Sumba Timur.

9. Teman- teman seperjuangan Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan

STPMD “APMD” Yogyakarta.

Yogyakarta, 15 Oktober 2019

UMBU PRIFERCHANDA ACTHAN ND


NIM : 1 5 5 2 0 0 4 9

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

INTISARI ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7

E. Kerangka Teori ........................................................................ 8

1. Kebijakan........................................................................... 8

2. Implementasi Kebijakan ..................................................... 12

3. Sistem Informasi ................................................................ 16

4. Administrasi kependudukan ............................................... 18

5. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan .................. 21

F. Ruang Lingkup ........................................................................ 27

x
G. Metode Penelitian .................................................................... 27

1. Jenis Penelitian .................................................................. 27

2. Unit Analisis ...................................................................... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 29

4. Teknik Analisis Data.......................................................... 30

BAB II GAMBARAN UMUM .................................................................. 34

A. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur ............................. 34

B. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Sumba

Timur ...................................................................................... 45

BAB III ANALISIS SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN ...................................................................... 60

1. Komunikasi ............................................................................. 60

a. Sosialisasi kebijakan SIAK kepada (target group).............. 60

b. Konsistensi pelaksanan kebijakan Sistem Informasi

Administrasi Kependududkan ............................................ 69

2. Sumber Daya ........................................................................... 71

a. Kesiapan Sumber Daya Manusia dalam implementasi

Sitem Iinformasi Aadministrasi Kependudukan.................. 71

b. Kesiapan teknologi informasi dalam menjalankan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan .............................. 74

3. Disposisi Implementator dalam mengimplementasikan Sistem

Informasi Administrasi kepundudukan ..................................... 77

4. Struktur Birokrasi .................................................................... 79

xi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 82

A. Kesimpulan ............................................................................. 82

B. Saran ....................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Informen ............................................................................. 29

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 43

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan Kabupaten Sumba Timur

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 43

Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Dinas Kependudkan kabupaten Sumba Timur

Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................................... 57

Tabel 2.4 Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Sumba Timur berdasarkan Golongan ......................... 58

Tabel 2.5 Jumlah Pegawai Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Sumba Timur berdasarkan Pendidikan ....................... 59

xiii
INTISARI

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang jumlah


penduduknya sangat besar.berbagai masalah kependudukan yang merupakan
akibat dari faktor pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk yang tidak
merata kerap kali muncul. Di Sumba Timur sendiri sering sekali ditemui masalah
kependudukan seperti, NIK ganda, pemalsuan KTP dan lamanya penerbitan
berkas kependudukan. Sebagai salah satu langkah maka pemerintah membuat
sebuah kebijakan yaitu SIAK untuk mengelola data kependudukan daerah, yang
meliputi, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Akta Kelahiran, Akta Kematian
dan sebagainya. SIAK ditetapkan dengan keputusan Presiden Nomor.88 Tahun
2004 Tentang Pengelolaan Informasi Administrasi kependudukan.Kemudian di
perkuat dengan di keluarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013. Tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006.Tentang Administrasi
kependudukan yang didalamnya juga mengatur tentang sistem informasi
administrasi kependudukan. SIAK merupakn kebijakan pelayanan kependudukan
yang memanfaatkan teknologi informasi dan komonikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan informasi adminitrasi kependudakan sehingga terselengaranya tertib
administrasi kependudukan.
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalahnya sebagai berikut
“Bagaimana Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumba Timur”. Metode
penelitian yang di gunakan adalah deskiptif kualitatif. Objek penelitian yakni
aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumba Timur.
Subjek penelitian berjumlah 12 narasumber.teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan 4 fase di mulai dengan pengumpulan data,reduksi data,penyajian
data,dan verivikasi data.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa secara umum Implementasi
Sistem Informasi Adminitrasi Kependudukan di Dinas kependudukan dan
pencatatan sipil Kabupaten Sumba Timur sudah di Implemanetasikan dengan baik.
Penyampaian informasi kepada masyarakat sudah dilakukan dengan melakukan
sosialisasi dan pelaksanaannya dilakukan secara konsisten, pemanfaatan teknologi
dan informasi telah berjalan degan cukup baik ditambah dengan SDM yang baik,
peningkatan SDM selalu di lakukanterlebih khusus pada bagian Administrator
Database dan Operator melalui pelatihan dan Bimtek, pelayanan aparatur SIAK
kepengurusan data kependudukan juga suda berjalan degan baik ditandai degan
pelayanan prima cepat merespon keluhan masyarakat dan tidak membeda-
bedakan masyarakat satu degan yang lainnya.dalam pengimplementasian SIAK
dinas memiliki acuan standar pelayanan yang sudah baik karena memiliki
Standard Operation Procedure (SOP) dalam tiap penyelenggaraan administrasi
kependudukan.

Kata kunci: Implementasi, Sistem Informasi, Administrasi Kependudukan,


Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur Birokrasi.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang jumlah

penduduknya sangat besar. Sebagai negara kepulauan, penduduk Indonesia

memiliki persebaran yang tidak merata. Berbagai masalah yang merupakan

akibat dari persebaran penduduk yang tidak merata kerap kali muncul dan

mendesak pemerintah untuk dapat segera mungkin bertindak untuk

mengambil sebuah kebijakan.

Disamping itu, faktor pertumbuhan penduduk yang besar dengan

persebaran tidak merata serta rendahnya kualitas penduduk juga menjadi

sumber permasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di Indonesia,

khususnya di kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Pertumbuhan

penduduk yang pesat dan tidak merata serta tanpa diimbangi dengan

pencapaian kualitas SDM yang tinggi mengakibatkan munculnya berbagai

permasalahan-permasalahan kependudukan yang antara lainya adalah :

kemiskinan, kesehatan dan pengangguran.

Dalam menyikapi berbagai permasalahan itu pemerintah berusaha

memperoleh data tentang kependudukan di Indonesia yang akurat untuk

mampu membuat pemetaan yang tepat guna menanggulangi masalah

kependudukan baik di tingkat lokal dan nasional. Data tersebut di perlukan

1
untuk mampu membuat sebuah program dalam rangka : pengendalian jumlah

dan pertumbuhan penduduk, serta pemerataan persebaran penduduk.

Akan tetapi hingga saat ini perolehan data kependudukan di Indonesia

masih sangat tergantung pada hasil sensus dan survei atau data administrasi

yang diperoleh secara periodik dan masih bersifat agregat (makro). Kebutuhan

data mikro penduduk untuk identifikasi calon pemilih pemula, penyaluran

dana jaringan pengaman sosial, bantuan untuk miskin, beasiswa untuk wajib

belajar dan kegiatan perencanaan pembangunan di rasakan masih belum

akurat karena tidak diperoleh dengan cara registrasi. Atas dasar pertimbangan

tersebut maka di perlukan petunjuk pencatatan dan pemutakhiran biodata

penduduk.

Dalam pengelolahan pendaftaran penduduk merupakan tanggung

jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaannya diawali dari

desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk, hingga setiap

warga terdaftar secara administrasi sebagai warga negara Indonesia dan sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang administrasi

kependudukan. Dalam pelayanan tersebut perlu dilakukan dengan benar dan

cepat agar penduduk sebagai pelanggan merasa dapat pelayanan yang

memuaskan.

Sebagai salah satu langkah untuk membantu berbagai pekerjaan

mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai standar

yang diperlukan maka pemerintah mulai membuat sebuah kebijakan dengan

mengadakan program yang dahulu dikenal dengan Sistem Informasi

2
Manajemen Kependudukan (SIMDUK) yang di buat sekitar tahun 1996.

SIMDUK adalah sebuah kebijakan yang diterapkan di daerah kabupaten/kota,

dan ditujukan untuk menangani status kependudukan dengan segala

perubahannya. SIMDUK itu sendiri merupakan suatu aplikasi untuk

mengelola data kependudukan daerah yang meliputi Biodata Penduduk,Kartu

Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat keterangan

Kependudukan, dan Akta Pencatatan Sipil. Aplikasinya dapat digunakan

untuk mengelola data kependudukan pada kecamatan atau kelurahan yang

lokasinya terpisah, akan tetapi karena didasarkan pada basis internet maka

dapat dikumpulkan di satu titik yaitu Internet Data Center.

Namun pada pelaksanaannya di lapangan ternyata di dapati berbagai

kelemahan SIMDUK sebagai sebuah sistem untuk mengelola data

kependudukan. Di mana masih banyak terdapat pemalsuan identitas karena

disebabkan kurang detailnya data-data mengenai penduduk. Seperti yang

terdapat di ibu kota Jakarta, ditemukannya berbagai identitas ganda dengan

nomor identitas yang berbeda pula.

Selain itu dalam pemenuhan hak penduduk, terutama di bidang

Pencatatan Sipil, masih ditemukan penggolongan penduduk yang didasarkan

pada perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku, keturunan, dan

agama. Penggolongan Penduduk dan Pelayanan diskriminatif yang demikian

itu tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan pengadministrasian

kependudukan mengalami kendala yang mendasar sebab sumber data

3
kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi, serta terbatasnya cakupan

pelaporan yang belum terwujud dalam suatu sistem administrasi

kependudukan yang utuh dan optimal.

Kondisi Sosial dan administrasi seperti yang dikemukan di atas tidak

memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan

administrasi kependudukan. Kondisi itu harus di akhiri dengan pembentukan

suatu sistem Administrasi Kependudukan yang sejalan dengan kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat

atas pelayanan kependudukan yang profesional.

Berdasarkan berbagai evaluasi terhadap kebijakan SIMDUK ini

pemerintah merasa perlu menggantinya dengan sebuah kebijakan baru.

Kebijakan baru itu tentunya juga lebih menjawab segala kebutuhan yang di

perlukan untuk melengkapi data kependudukan. Untuk membantu berbagai

pekerjaan mengenai pendaftaran kependudukan yang sesuai dengan berbagai

standar yang diperlukan maka pemerintah merumuskan sebuah kebijakan baru

yaitu Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

SIAK merupakan sistem informasi yang memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi

administrasi kependudukan di tingkat penyelenggaraan dan instansi pelaksana

sebagai satu kesatuan yang dimaksudkan untuk terselenggaranya Administrasi

Kependudukan dalam skala nasional yang terpadu dan tertib, terpenuhnya hak

penduduk di bidang administrasi kependudukan dengan pelayanan yang

profesional dan tersedianya data dan informasi mengenai pendaftaran

4
penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara akurat, lengkap,

mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi perumusan

kebijakan dan pembangunan pada umumnya.

SIAK bisa menjadi solusi dari berbagai permasalahan kependudukan

yang ada di kabupaten Sumba Timur diantaranya, Nomor Induk

Kependudukan (NIK) ganda, Pemalsusan KTP dan lamanya penerbitan berkas

kependudukan . Dengan adanya pengelolaan data secara online maka

kelemahan-kelemahan pengolahan data secara konvensional dapat ditekan.

SIAK sendiri memberikan banyak manfaat antara lain, hasil

perhitungan dan pengelolaan data statistik tersebut dapat di gunakan sebagai

bahan perumusan dan penyempurnaan kebijakan, strategi dan program bagi

penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan di bidang kualitas, kuantitas,

dan mobilitas penduduk, kepentingan pembangunan lainnya. Serta penerapan

SIAK ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : sarana dan prasarana,

sumber daya manusia, dan sosialisasi.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 pasal 13

tentang Nomor Induk Kependudukan maka pemerintah mengeluarkan sebuah

peraturan baru yang tertuang dalam PP Nomor 37 Tahun 2007 yang memuat

tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006.

Salah satu latar belakang dibuatnya sistem ini tentunya untuk mampu

melakukan pemetaan yang tepat tentang komposisi penduduk, kepadatan

penduduk, masalah kemiskinan yang dihadapi penduduk di pelosok, serta

melihat kemajuan apa yang telah mampu dicapai oleh pemerintah untuk

5
menanggulangi kemiskinan dan kesehatan. Tentunya tujuan ini perlu

koordinasi dengan dinas lain yang bersangkutan. SIAK diharapkan mampu

memberikan Nomor Induk Penduduk yang telah terdaftar di Depdagri untuk

memudahkan pemerintah pusat dan daerah guna melihat permasalahan

penduduk yang ada serta meningkatkan kualitas pelayanan pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil. Namun hingga saat ini masih ada masyarakat

Sumba Timur yang belum memiliki nomor Induk Penduduk tersebut, sehingga

masih banyak masyarakat yang belum masuk hitungan ataupun perkiraan

dapat dibantu oleh pemerintah. Selain itu masyarakat yang terdapat di wilayah

pelosok Kabupaten Sumba Timur sering kali belum terjangkau pelayanan

Publik yang disediakan pemerintah daerah seperti kesehatan dan pendidikan

sehingga belum tercapai standar pelayanan minimal yang menjadi tanggung

jawab pemerintah.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

tentang bagaimana implementasi program SIAK secara langsung di lapangan

yang meliputi tahapan-tahapannya, manfaat, permasalahan dan hasil yang

diperoleh oleh masyarakat. Oleh karena itu diangkat judul penelitian yaitu

“Implemenasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Di Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa

Tenggara Timur”.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai

berikut : Bagaimana Implementasi Sistem Informasi Administrasi

Kependududkan (SIAK) Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Sumba Timur ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan Implementasi

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Di Dinas

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Sumba Timur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan adanya penelitian seperti ini hendaknya mahasiswa diharapkan

menggunakan ilmu pengetahuannya yang didapat di perguruan

tinggi/kampus dapat diterapkan di masyarakat Sesuai dengan amanat

Tri Dharma Perguruan Tinggi.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi

mahasiswa yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan SIAK.

7
2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi atau

sumbangan pemikiran yang berharga, guna dipakai sebagai bahan evaluasi

dan perbandingan atas kegiatan yang telah dilaksanakan.

E. Kerangka Konseptual

1. Kebijakan

Kebijakan merupakan kumpulan keputusan yang diambil seseorang

atau badan/lembaga yang pada umumnya memegang kekuasaan untuk

mengatasi masalah-masalah atau tujuan tertentu, terutama dalam

kehidupanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Publik artinya hal

yang berkenaan dengan masayarakat luas atau umum. Kebijakan public

pada dasarnya adalah kebijakan yang dinyatakan, dikeluarkan,dilakukan

ataupun yang tidak dilakukan oleh pemrintah yang menbuat program

dengan kegiatan yang dijalakan.

Kebijakan publik merupakan upaya memahami dan mengartikan

segala sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah mengenai

suatu masalah, penyebabnya dan pengaruhnya. Menurut Carl Friedrich

dalam solihin A Wahab (2001:72), kebijakan adalah : Tindakan yang

mengarah pada tujuan yang diusulkan seseorang,kelompok, atau

pemerintah lam lingkungan tertentu sehubungan dengan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu, sambil mencari peluang-peluang untuk

mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Dengan

8
demikian, suatu kebijakan merupakan prinsip-prinsip yang dijadikan

landasan dari berbagai kegiatan. Meurut RS.Parker dalam Lilik Ekowati

(2005:154), kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu atau serangkaian

prinsip atau tindakan yang dilakukan yang dilakukan oleh suatu

pemerintah pada priode tertentu ketika terjadi suatu subyek atau

krisis.Sedagkan menurut Anderson dalam Hanif Nurcholis (2007:264)

kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh

lembaga atau badan Pemerintah dan pejabat-pejabatnya, selanjutnya

dijelasakan bahwa implikasi difinisi dari pengertian ini adalah :

a. Bahwa kebijakan itu selalu memiliki tujuan atau tindakan yang

berorientasi pada maksud dan tujuan.

b. Bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan

pemerintah/pejabat pemerintah.

c. Bahwa kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan

pemerintah.

d. Bahwa kebijakan itu berdasasarkan pada peraturan atau perundang-

undangan yang bersifat memaksa.

Maka dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan

merupakan suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengatur

dan mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan

konsisten dan mencapai tujuan tertentu.

Dari definisi diatas penulis berpendapat bahwa kebijakan publik

adalah kebijakan yang membawa nama publik atau masayarkat banyak

9
berarti harus juga memperhatikan kebutuhan dasar yang paling penting

dari masayarakat, implemenasi kebijakan, dan merupakan tindakan yang

ditetapkan pemerintah dan dapat dilakukan oleh pemerintah dan jika tidak

dilakukan itu merupkan keputusan yang terbaik diantara yang baik.

Menurut Riplay dalam Budi Winanrno (2007:33-34) kebijakan

publik melalui tahap-tahap atau proses perumusan kebijakan :

a. Agenda setting

Tahap ini merupakan masalah dalam masyarakat yang mulai

muncul melalui berbagai macam cara dan sasaran, kemudian menjadi

perhatian pemerintah yang mengaggap sebagai masalah penting.

Sebagai tindak lanjutnya pemerintah melakukan pengamatan sebagai

masalah penting dan melihat besarnya tuntutan dukungan terhadap

masalah yang terjadi.

b. Formulasi kebijakan.

Pada tahap ini informasi mulai dikumpulkan, dianalisis dan

disosialisasikan. Kemudian alternative jalan keluar yang akan

ditempuh untuk memecahkan masalah tersebut mulai dikembangkan

dengan mencari dukungan dari masayarakat melalui media masa da

organisasi sosial politik selanjutnya negosiasi dan kompromi

bagaimana instansi yang terkait untuk mengambil keputusan yang

diperlukan.

c. Implementasi kebijakaan.

10
Merupakan proses pencapaian atau pengalian dan pegarahan

sumber daya guna mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan kemudian

selanjutya mengadakan interpretasi terhadap kebijakan yang

diwujudkan dalam bentuk program-program yang konkrit, demikaian

juga perencanaan staf dn sumber daya, pengorganisasian serta

penentuan siapa yang dijadikan sasaran layanan dan siapa yang akan

terkena konsekuensi-konsekuensinya.

d. Evaluasi kebijakan.

Bagaimana implementasi itu dimulai, bagaimana

perwujudannya, bagaimana akibatnya (inpact). Maksudnya apakah

kebijakan itu sudah mencpai sasaran seperti yang diharapkan, apakah

sudah membawa keuntungan-keuntungan kepada si penerima program

dan lain sebagainya.

e. Koreksi dan pembuatan kebijakan baru.

Apakah program itu dilanjutkan sebagaimana adanya kemudian

dilanjutkan dengan memperbaiki disana-sini guna memenuhi

kemungkinan untuk mecapai tujuan yang dikehendaki atau apakah

kebijakan itu dibatalkan.

Dari pandangan ahli diatas, maka pada hakeketnya tahapan proses

Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah berupa tindakan pemerintah yang

ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Tahap demi tahap yang dilakukan

pemerintah untuk menjaring aspirasi dari masayarakat guna menyusun

agenda sebuah kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

11
sehingga proses kebijakan publik dari sebuah kebijakan yang telah diambil

dan diputuskan oleh pemerintah daerah dapat tepat sasaran dan tepat guna

demi menyelesaikan sebuah permasalahan yang sedang dihadapi.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 pasal 13

tentang Nomor Induk Kependudukan maka pemerintah mengeluarkan

sebuah peraturan baru yang tertuang dalam PP Nomor 37 Tahun 2007 yang

memuat tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006.

Salah satu latar belakang dibuatnya kebijakan sistem ini tentunya

untuk mampu melakukan pemetaan yang tepat tentang komposisi

penduduk, kepadatan penduduk, masalah kemiskinan yang dihadapi

penduduk di pelosok, serta melihat kemajuan apa yang telah mampu

dicapai oleh pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan kesehatan.

Tentunya tujuan ini perlu koordinasi dengan dinas lain yang bersangkutan.

SIAK diharapkan mampu memberikan Nomor Induk Penduduk yang telah

terdaftar di Depdagri untuk memudahkan pemerintah pusat dan daerah

guna melihat permasalahan penduduk yang ada serta meningkatkan kualitas

pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

2. Implementasi Kebijakan

Implementasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penerapan atau

pelaksanaan. Pengertian implementasi yang berdiri sendiri sebagai kata

kerja yang dapat ditemukan dalam konteks penelitian ilmiah.

Implementasi biasanya terkait dengan suatu kebijaksanaan yang ditetapkan

oleh suatu lembaga atau badan tertentu untuk mencapai satu tujuan yang

12
ditetapkan. Suatu kata kerja mengimplementasikan sudah sepantasnya

terkait dengan kata benda kebijaksanaan (Pressman dan Widavsky dalam

Wahab (2004:65). Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam

Wahab (2004:65) menjelaskan makna implementasi sebagai

berikut:Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program

dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian yang timbul sesudah

disyahkan pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik

usaha- usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan

akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas, tampak bahwa

implementasi kebijakan tidak hanya terbatas pada tindakan atau prilaku

badan alternatif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab. Untuk

melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari target group,

namun lebih dari itu juga berlajut dengan jaringan kekuatan politik sosial

ekonomi yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan

pada akhirnya tercapai dampak yang diharapkan maupun yang tidak

diharapkan. Menurut George C. Edward dalam Dwiyanto indiahono

(2017;31) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu :

a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan

agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang

menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada

13
kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi

imlpementasi.

b. Sumberdaya, dimana meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan

secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan

sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan

berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya

manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya

finansial.

c. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik,

maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Edward III

(1980;98) menyatakan bahwa sikap dari pelaksana kadangkala

menyebabkan masalah apabila sikap atau cara pandangnya berbeda

dengan pembuat kebijakan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi

dapat mempertimbangkan atau memperhatikan aspek penempatan

pegawai (pelaksana) dan insentif .

d. Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja

dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta

adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-

beda diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi

juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan

penyampaian laporan (Edward III, 1980;125) Struktur organisasi yang

14
terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan

menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan

kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Aspek

dari stuktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan

fragmentasi.

Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn dalam Dwiyanto

indiahono, (2017:38) mengemukakan bahwa terdapat lima variabel yang

mempengaruhi kinerja implementasi, yakni;

a. Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran kebijakan

harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. apabila standar dan

sasaran kebijakan kabur,

b. Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan

sumberdaya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non

manusia.

c. Hubungan antar organisasi, yaitu dalam benyak program, implementor

sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain,

sehingga diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi

keberhasilan suatu program. Karakteristik agen pelaksana yaitu

mencakup stuktur birokrasi, normanorma dan pola-pola hubungan

yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi

implementasi suatu program.

d. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup

sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan

15
implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok

kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan,

karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak,

bagaimana sifat opini public yang ada di lingkungan, serta apakah elite

politik mendukung implementasi kebijakan.

e. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu

respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahaman

terhadap kebijakan, intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi

nilai yang dimiliki oleh implementor.

3. Sistem informasi

Pengertian sistem menurut Jogianto (2007:2) adalah kumpulan dari

elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang

nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang

yang betul-betul ada dan terjadi.

Sedangkan informasi menurut Ladjamudin (2005:13) adalah data

telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan

mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan -

keputusan yang akan datang. Beberapa ciri informasi yang baik, yaitu

Aktual, yaitu informasi terkini yang sedang hangat dibicarakan. Faktual,

yaitu informasi yang didukung dengan fakta sehingga terjamin

16
kebenarannya. Bahasa yang di pakai/ digunakan singkat, padat dan jelas.

Menarik, yaitu informasi yang memiliki daya tarik atau daya pikat.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa sistem dan informasi

adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Informasi data yang diperoleh kemudian diolah

menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai

yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan -keputusan yang

akan datang. Sistem informasi adalah suatu kerangka kerja sumber daya

(manusia, komputer) dikoordinasikan unutk mengubah masukan (data)

menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan

(Wilkinson, 2000:4).

Secara umum sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu

sistem dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-

orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian

yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses

tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang

lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan

menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi

yang mepertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang

mendukung fungsi organisasi yang bersifat menajerial dalam kegiatan

strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan informasi kepada

17
pihak luar tertentu dengan laporan laporan yang diperlukan (Sutabri, 2005:

36).

Menurut Sidharta (1995: 11) sebuah sistem informasi adalah sistem

buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen-

komponen manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang

bertujuan untuk mengumpulkan data, memproses data, dan menghasilkan

informasi untuk pemakai.

Rosses (Jogiyanto, 2005: 11) mengemukakan bahwa sistem

informasi adalah suatu sistem di dalam organisasi yang mempertemukan

kebutuhan penglola transaksi harian, mendukung operasi, bersifat

manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

4. Administrasi kependudukan

Pengertian Administrasi, adalah kata kerja sedangkan kata

bendanya adalah administration dan kata sifatnya adalah administratiavus.

Dalam kegiatan sehari-hari untuk istilah administrasi di bagi menjadi dua

bagian yaitu : Administrasi dalam penegrtian yang sempit menurut Silalahi

(1994:5) dalam bukunya yang berjudul Studi Tentang Ilmu Administrasi,

adalah : “Penyusunan dan Pencatatan data dan informasi secara sistematis

dengan maksud menyediakan keterangan serta mempermudahkan,

memperoleh kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu

sama lain.” Administrasi dalam pengertian yang luas adalah seluruh proses

18
kerja sama satu orang atau lebih dalam mencapai tujuan bersama,

(Simbolon, 2004:6).

Sedangkan kependudukan menurut UU N0. 23 Tahun 2006 adalah

hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,

kualitas, kondisi, kesejahteraan, yang menyangkut politik, ekonomi, sosial,

budaya, agama, serta lingkungan.

Dalam urusan kependudukan, maka yang diurus adalah penduduk.

Adapun menurut Said Rusli (1988:7), dalam buku yang di tulis oleh

Ramdani Wahyu yang berjudul Ilmu Sosial Dasar, penduduk suatu negara

atau daerah bisa didefiniskan menjadi dua, yaitu orang yang tinggal di

daerah tersebut dan orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah

tersebut.

Sementara itu, definisi Administrasi Kependudukan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban

dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran Penduduk,

Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan serta

pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor

lain.

Dari sisi kepentingan penduduk, Administrasi Kependudukan

memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik

serta perlingungan yang berkenaan dengan dokumen kependudukan, tanpa

19
adanya perlakuan yang diskriminatif. Administrasi kependudukan

diarahkan untuk:

1. Memenuhi hak asasi setiap orang di bidang administrasi kependudukan

tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang professional.

2. Meningkatnya kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan

serta dalam pelaksanaan Administrasi Kependudukan.

3. Memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting.

4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan

secara nasional, regional, serta lokal; dan

5. Mendukung pembangunan sistem Administrasi Kependudukan.

Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa arah dari program SIAK

adalah tersedianya data untuk perencanaan pembangunan dan pelayanan

terhadap publik, memanfaatkan data terbaru dengan mencatat peristiwa

penting kaitannya dengan penduduk.

Adapun tujuan administrasi berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Sumba Timur nomor 7 tahun 2010 tentang penyelenggaraan

administrasi kependudukan, pada pasal 2 ayat (2) tujuannya untuk

mewujudkan tertib administrasi kependudukan melalui peningkatan

pelayanan penyelenggara dan peningkatan kepemilikan dokumen

kependudukan bagi setiap penduduk.

20
Pada peraturan daerah tersebut di atas juga menjelaskan hak dan

kewajiban penduduk, diantaranya pada pasal 4, penduduk mempunyai hak

memperoleh:

a. Dokumen kependudukan;

b. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil;

c. Perlindungan atas data pribadi;

d. Kepastian hokum atas kepemilikan dokumen;

e. Informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil atas dirinya dan/ atau keluarganya;

f. Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan dalam

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta penalahgunaan data

pribadi oleh instansi pelaksana; dan

g. Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagaimana pada huruf f,

disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan.

Selain atas hak penduduk yang telah dijabarka di atas, penduduk

pun diberi kebawajiban seperti pada pasal 5, setiap penduduk wajib

melaporkan setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang

dialaminya kepada instansi pelaksana dengan memenuhi persyaratan yang

diperlukan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

5. Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

Definisi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan

21
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, SIAK merupakan sistem informasi yang memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan

informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan

Instansi Pelaksana sebagai satu kesatuan.

1) Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

Tujuan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan, pengelolaan SIAK bertujuan:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan Pendaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil;

b. Menyediakan data dan informasi skala nasional dan daerah

mengenai hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil yang

akurat, lengkap, mutakhir dan mudah diakses;

c. Mewujudkan pertukaran data secara sistemik melalui sistem

pengenal tunggal, dengan tetap menjamin kerahasiaan.

2) Unsur-Unsur SIAK

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102

Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 37

Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2006 tentang Administrasi Kependudukan, SIAK merupakan satu

kesatuan kegiatan terdiri dari unsur:

22
1. Database;

2. Perangkat teknologi informasi dan komunikasi;

3. Sumber daya manusia;

4. Pemegang hak akses;

5. Lokasi database;

6. Pengelolaan database;

7. Pemeliharaan database;

8. Pengamanan database;

9. Pengawasan database;

10. Data cadangan (back-up data/disaster recovery centre);

11. Perangkat pendukung;

12. Tempat pelayanan;

13. Pusat data;

15. Pusat data cadangan; dan

16. Jaringan komunikasi data

3) Komponen SIAK

Dalam Sistem Informasi Administrasi Kependudukan terdapat

3 komponen. Diantaranya, pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan

pengolahan informasi. Dari operasional ketiga komponen tersebut

selanjutnya terjabarkan sebagai aktivitas pelayanan kepada masyarakat

dan institusi terkait.

23
a. Pendaftaran Penduduk

Sarana untuk membangun basis data dan menerbitkan

identitas bagi setiap penduduk dewasa dengan mencamtukan

Nomor Penduduk sebagai identitas tunggal. Dari kegiatan

pendaftaran penduduk ini kemudian diterbitkan 3 dokumen, yaitu:

Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Keluarga, dan KTP.

b. Pencatatan Sipil

Merupakan sarana untuk mencatat peristiwa penting yang

dialami penduduk dan perlu dilegalisir oleh negara melalui

penerbitan dokumen yang sah menurut hukum dalam bentuk akta

catatan sipil. Beberapa peristiwa penting yang harus dilaporkan

diantaranya:

1. Kelahiran

2. Kematian

3. Perkawinan

4. Perceraian

c. Pengelolaan Informasi Kependudukan

Pengelolaan data hasil pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil melalui suatu media atau alat yang akan

menjadikannya sebagai informasi tentang perkembangan penduduk

dari waktu ke waktu. Karena ouptutnya informasi, maka komponen

ini sering disebut juga sebagai pengelolaan informasi.

24
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25

Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengkajian, Pengembangan Dan

Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan;

1. Pengelola SIAK di pusat paling sedikit, terdiri dari:

a. kepala pusat data dan pusat data pengganti;

b. manager keamanan;

c. supervisor aplikasi SIAK;

d. supervisor ajudikasi identifikasi sidik jari;

e. sistem analis;

f. programmer;

g. administrator database;

h. administrator perangkat keras;

i. administrator jaringan;

j. administrator pelayanan bantuan (help desk);

k. administrator ajudikasi identifikasi sidik jari;

l. ajudikator identifikasi sidik jari;

m. operator; dan

n. teknisi.

2. Pengelola SIAK di provinsi, paling sedikit terdiri dari:

a. kepala pusat data;

b. manager keamanan;

c. supervisor aplikasi SIAK;

d. sistem analis;

25
e. programmer;

f. administrator database;

g. administrator perangkat keras;

h. administrator jaringan;

i. operator; dan

j. teknisi.

3. Pengelola SIAK di kabupaten/kota, paling sedikit terdiri dari :

a. kepala pusat data;

b. manager keamanan;

c. supervisor aplikasi SIAK;

d. sistem analis;

e. programmer;

f. administrator database kependudukan dan rekaman sidik

jari;

g. administrator perangkat keras;

h. administrator jaringan;

i. operator; dan

j. teknisi.

Dari uraian di atas sangat lengkap termasuk aparatur sumber daya

manusia yang berkompeten di dalam pengelolaan data SIAK, sehingga

dengan demikian pantaslah diteliti lebih jauh bagaiamana implementasi

SIAK di Kabupaten Sumba Timur, khususnya pada Dinas Kependudukan

Sumba Timur.

26
F. Ruang Lingkup

Dari uraian diatas, implementasi Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan di Kabupaten Sumba Timur, khususnya pada Dinas

Kependudukan Sumba Timur, mempumyai poin-poin atau intisari yang

nantinya akan dijadikan acuan oleh peneliti untuk membuat pedoman

wawancara dan mendapatkan data saat dilapangan. Ruang lingkup dalam

penelitian ini meliputi;

1. Komunikasi

a) Sosialisasi kebijakan SIAK kepada (target group)

b) Konsistensi Pelaksanaan Kebijakan SIAK

2. Sumberdaya

a) Kesiapan Sumber Daya Manusia dalam mengiplementasikan

Kebijakan SIAK

b) Kesiapan teknologi informasi dalam menjalankan Sistem Informasi


Administrasi Kependuduk.
3. Disposisi atau karakteristik implementor (Pemerintah), dalam

mengimplentasikan SIAK.

4. Strukrur Birokrasi atau Standard Operating Procedurec (SOP)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitaian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif. Bogdan Taylor (1975) dalam Moelong (2002:3)

yang menyatakan bahwa penelitin kualitatif merupakan penelitian yang

27
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian

ini di sebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak

mengadakan perhitungan. Untuk mendapatkan kesimpulan objektif,

penelitian kualitatif mencoba mendaami dan menerobos gejalanya yang

menginterprestasikan masalahnya atau menyimpulkan kombinasi dari

berbagai permaslahan sbagaimana di sajikan situasinya ( moelong

2002:127)

2. Unit Analisis

a. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Implementasi Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.

b. Subjek Penelitian

Dengan demikian sampel ini merupakan bagian dari populasi

untuk jawaban-jawaban yang dibutuhkan. Dalam penentuan populasi

dan sample teknik yang penulis pergunakan adalah teknik purposive

sampling dimana responden penelitian ditetapkan dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentunya bersifat khusus atau

berkompeten dengan masalah yang sedang diteliti. Jadi jumlah sampel

adalah 12 orang, terdiri dari:

28
Tabel 1.1
Data Informen
No Nama Jabatan Jenis Kelamin Tingkat Umur
Pendidikan
1. Drs. Chistofel A. Praing Kepala Dinas Laki-laki S2 55 Tahun
M.S.i
2. Safrianti I. Dapadeda Kepala Bidang Perempuan S1 48 Tahun
S.Sos SIAK
3. Dazilva Nazaring Retang Staf Pelaksana Laki-laki SMA 34 Tahun
SIAK
4. Arison U. T. Ringgi Kepala Seksi Siak Laki-laki SMA 48 Tahun

5. Yance H. R. Muri Staf Pelaksana Laki-laki S1 25 Tahun


S.I.Kom SIAK di
Keecamatan
6. Markus Ndamung Pegawai Laki-laki SMA 54 Tahun
Kecamatan
7. Mince A. Endu S.I.Kom Pegawai Perempuan S1 31 Tahun
Kelurahan
8. K. Huki Pegawai Laki-laki SMA 54 Tahun
Kelurahan
9. Umbu Aden Masyarakat Laki-laki SMA 25 Tahun

10. Ana Amah Masyarakat Perempuan SMA 41 Tahun

11. Rambu Andung Masyarakat Perempuan SMP 34 Tahun

12. Ndula Rawang Masyarakat Laki-laki SMA 37 Tahun

Sumber : Data Primer 2019

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, teknik yang

dilakukan adalah:

a. Observasi

Dalam observasi peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sember data

penelitian, dengan observasi ini maka data yang diperoleh akan lebih

lengka, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap

prilaku yang nampak. (Sugiyono,2013: 64).

29
b. Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu

pewawancara (interviuwer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang

diwawancarai (interviewee). (Burhan ,2013 :64). dalam penelitian ini

penulis melakukan wawancara mendalam kepada subjek penelitian

dengan terlebih dahulu menyiapkan pedoman wawancara yang terkait

dengan implementasi SIAK di Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa

Tenggara Timur

c. Dokumentasi

Dukumentasi adalah pengumpulan data dengan cara

mengambil data-data dari catatan, dokumen adminstrasi yang sesuai

dengan masalah yng diteliti (Nasution,2003 :143).

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah

Penelitian Kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan

data. In fact, data analysis in qualitative research is an ongoing activity

that occurs throughout the investigative process rather than after process.

Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses

pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data. (Sugiyono,

2017:131-132).

30
Dalam tahapan analisis data ini penelitian menjadi sangat penting,

karena dengan analisis data inilah data akan nampak manfaatnya terlenih

lagi ketika memecahkan masalah peneltitian dan mencapai tujuan akhir

penelitian. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan kerangka kerja

maupun focus peneliti, maka peneliti akan melakukan tiga langkah utama

yang dikemukakan oleh Miles and Huberman dalam Sugiyono (2017:134-

142), sebagai berikut:

1. Data Collection (Pengumpulan Data)

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan

observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau gabungan

ketiganya (triangulasi). Pengumpulan data dilakukan berhari-hari,

mungkin berbulan-bulan, sehingga data yang diperoleh akan banyak.

Pada tahap awal peneliti melakukan penjelajahan secara umum

terhadap situasi social/obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan

didengar direkam semua. Pada saat pengumpulan data ini peneliti akan

terlebih dahulu mengumpulkan data dan informasi yang ada

dilapangan mengenai implementasi SIAK di Kabupaten Sumba Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur agar data yang diperoleh sangat banyak

dan sangat bervariasi.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan. Sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan

31
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh

teori dan tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian

kualitatif adalah pada temuan. Reduksi data merupakan proses berfikir

sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman

wawasan yang tinggi. (Sugiyono, 2017:137).

Pada saat reduksi data ini peneliti akan mengumpulkan data

dan merangkumnya sesuai yang dibutuhkan, yaitu dengan melihat

bagaimana pelaksanaan program penangulangan kemiskinan ini oleh

Dinas Sosial dan masalah apa yang menjadi kendala dalam proses

Pengimplementasian . Hal tersebut dikumpulkan dengan observasi,

wawancara, daan dokumentasi untuk selanjutnya dijadikan rangkuman.

3. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart. Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam

Sugiyono (2017:137), “the most frequent form of display data for

qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Sajian data yang

dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan

32
peneliti tentang implementasi SIAK di Kabupaten Sumba Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur

4. Verification atau Conclusion Drawing

Langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. (Sugiyono, 2017:142). Temuan

tersebut seperti deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya

masih abu-abu atau tidak nyata sehingga diteliti menjadi jelas. Dalam

tahap ini peneliti bermaksud untuk menentukan data yang sifatnya

masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat.

33
BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur

1. Sejarah Sumba Timur

Pada Zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Pulau Sumbawa,

Flores, Sumba, Timor dan Kepulauannya merupakan satu kesatuan

wilayah administratif, yang waktu itu disebut Keresidenan Timor.

Konstelasi Pemerintahan yang dianut Pemerintah Hindia Belanda sesuai

dengan landasan politik yang bertujuan untuk menjamin kepentingan

penjajah ialah tetap mengakui kedaulatan Swapraja dibawah pimpinan

Raja-raja, yang seluruhnya berjumlah 48 Swapraja. Hal tersebut diatur

dalam perjanjian politik yang dikenal dengan Korte Verklaring. Dengan

demikian hubungan antara raja-raja dengan Pemerintahan Hindia Belanda

seolah-olah berada dalam kedudukan yang sama. Namun dalam

kenyataannya, politik ini jelas hanya menguntungkan Pemerintah

Kolonial. Pemerintahan di Keresidenan Timor pada Zaman Hindia

Belanda dipegang oleh seorang Pangreh Praja Belanda yang bergelar

Residen dan dibantu oleh Asisten Residen. Dalam perkembangan

selanjutnya keresidenan Timor dibagi dalam Afdeling-Afdeling Sumbawa,

Flores, Sumba, Timor dan masing-masing Afdeling dikepalai oleh seorang

Asisten Residen. Dibawah Afdeling terdapat Onder Afdeling yang

34
meliputi beberapa Swapraja yang dikepalai oleh seorang Controuler

dengan dibantu oleh beberapa Bestuur Asisten Bangsa Indonesia.

a. Konstelasi tersebut berlaku terus sampai dengan masa Pemerintahan

Bala Tentara Jepang. Masa Pemerintahan pendudukan Jepang tidak

berlangsung lama, kurang lebih 3 tahun, Kepulauan Indonesia Bagian

Timur dipegang oleh Angkatan Laut Jepang (KAIGUN) yang berpusat

di Makasar, yang menjalankan roda Pemerintahan Sipil ialah seorang

yang bergelar Minsaifu, bekas Afdeling diubah menjadi Ken, Ken

dibagi dalam Bunken adalah Swapraja.

b. Pada waktu bala tentara Jepang menyerah kepada Sekutu tanggal 14

agustus 1945, Pemerintah Hindia Belanda turut membonceng masuk

ke Indonesia yang dikenal dengan Pemerintahan NICA. Belanda

kembali menguasai bekas Keresidenan Timor dan menjalankan politik

pecah belahnya dengan maksud menghancurkan Republik Indonesia.

Pada Tahun 1950 terbentuk Negara Indonesia Timur (NIT) dimana

Swapraja-Swapraja yang ada dikonsolidir dengan membentuk federasi

Raja-Raja.

c. Dengan Undang-Undang NIT Nomor 44 Tahun 1950 buatan Hindia

Belanda, Federasi Swapraja diberi status daerah yang berhak

menyelenggarakan Rumah Tangganya sendiri sehingga masing-masing

Swapraja yang ada di Daerah Flores, Sumba, Timor dan Kepulauannya

merupakan bagian dari daerah itu; namun dipihak lain berlaku pula

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1948, sehingga

35
terjadi Dualisme pelaksanaan Undang-Undang tentang Pemerintahan

Daerah.

d. Berdasarkan Undang-Undang ini, DPRD yang ada berjalan terus

dengan ketentuan bahwa tugas legislatif sepenuhnya dipegang oleh

Dewan Pemerintah Harian, sedangkan Dewan Raja-Raja dihapus

karena tidak sesuai dengan aspirasi politik saat itu dimana bentuk

Negara Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan.

e. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 dibentuk

Provinsi Administrasi Sunda Kecil yang meliputi 6 (enam) Daerah

termasuk Flores, Sumba, Timor dan Kepulauannya yang dengan

Undang-Undang Darurat Nomor 9 tahun 1954 (Lembaran negara

Tahun 1954 Nomor 66) Nama Sunda Kecil diganti dengan Nusa

Tenggara.

f. Guna mencegah kesimpangsiuran tafsiran dan pengertian mengenai

Daerah Otonom, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957

tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undang-

Undang tersebut, pada Tahun 1958 dileluarkan Undang-Undang

Nomor 64 Tahun 1958 (Lembaran Negara RI Tahun 1958 Nomor 115)

yang membentuk 3 (tiga) Daerah Tingkat I dalam Wilayah Provinsi

Administratif Nusa Tenggara termasuk Provinsi Daerah Tingkat I

Nusa Tenggara Timur yang meliputi Daerah Flores, Sumba, Timor dan

Kepulauannya. Pada waktu yang sama, dengan diundangkannya

Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-

36
Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa

Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dibentuklah 12 (dua belas)

Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Nusa Tenggara

Timur termasuk Daerah Tingkat II Sumba Timur, dengan demikian

secara De Yure, Roda Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur

dan Kabupaten Sumba Timur sudah ada pada waktu itu, sedangkan

secara De Facto baru berlaku sejak tanggal 20 Desember 1958 yaitu

sesudah dibubarkannya bekas daerah Flores, Sumba, Timor dan

Kepulauannya sekaligus pada tanggal tersebut Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur : W. J. Lalamentik

meresmikan 5 (lima) Kabupaten di Timor termasuk Alor, 2 (dua)

Kabupaten di Sumba dan 5 (lima) Kabupaten lainnya di Flores.

g. Mulai saat pembentukan tanggal 20 Desember 1958, bekas Kepala

Daerah dari Daerah bentuk lama ditugaskan sebagai Pembantu Kepala

Daerah dalam wadah Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur dan

segala urusan Rumah tangga daerah Swapraja yang tidak termasuk

urusan Pemerintah Pusat, menjadi urusan Tingkat II yang

bersangkutan. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 18/Des.15/2/23, Tanggal 15

Desember 1960, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1961 Anggaran

Belanja Swapraja-Swapraja dibuat dan dimasukkan dalam Anggaran

Belanja Daerah-Daerah Tingkat II yang meliputinya.

37
h. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTT

Nomor Pem. 66/1/35, Tanggal 5 Juni 1962 dibentuk 64 Kecamatan di

Provinsi NTT termasuk 6 (enam) Kecamatan di Kabupaten Sumba

Timur, suatu indikasi kearah penghapusan Swapraja secara bertahap.

Dengan demikian secara De Facto, 45 Swapraja yang ada di Provinsi

NTT saat itu sudah dihapus, namun secara De Yure baru pada saat

diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965, dimana 7

(tujuh) diantaranya ada di Kabupaten Sumba Timur yakni Swapraja :

Kanatang-Kapunduk; Lewa-Kambera; Tabundung; Melolo; Rindi;

Mangili; Waijilu dan Swapraja Masu-Karera. Dengan Surat Keputusan

Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumba Timur Nomor 26/DD/1/11,

Tanggal 27 Juli 1962 dibentuk 99 Desa Gaya Baru di Kabupaten

Sumba Timur dari penyatuan 310 buah kampung yang ada pada waktu

itu. Dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTT

Nomor 11 tahun 1970 dibentuk Koordinator Pemerintahan Kota

Waingapu, Perwakilan Kecamatan Pandawai-Haharu dan Perwakilan

Kecamatan Paberiwai-Ngadu Ngala yang dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 1996 Nomenklatur Perwakilan

Kecamatan dirubah menjadi Kecamatan Pembantu.

i. Dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTT, pada

Tahun 1981 dibentuk 5 (lima) Kelurahan di Kabupaten Sumba Timur

yakni 4 (empat) Kelurahan di Kopeta Waingapu dan 1 (satu)

Kelurahan di Kecamatan Lewa dan dengan Keputusan Gubernur

38
Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 20 Tahun 1994

tentang Pengesahan Pembentukan Kelurahan-Kelurahan persiapan di

Provinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur, telah disahkan

pembentukan Kelurahan dimana antara lainnya 5 (lima) Kelurahan di

Kabupaten Daerah Tingkat II Sumba Timur, yakni Kelurahan :

Lambanapu, Mauliru, Kawangu, Kaliuda dan Kelurahan Lumbukori.

j. Selanjutnya dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

NTT Nomor 385 Tahun 1998 tentang pengukuhan 316 desa/kelurahan

persiapan dan eks unit pemukiman transmigrasi menjadi

desa/kelurahan definitif di Provinsi Dati I NTT, dibentuk lagi 5 (lima)

kelurahan di Kabupaten Sumba Timur yakni 3 (tiga) Kelurahan di

Kecamatan Haharu serta di Kecamatan Tabundung dan Kecamatan

Paberiwai masing-masing 1 (satu) Kelurahan.

Memasuki Otonomi Daerah, sejalan dengan pelaksanaan Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dilakukan

lagi penataan kewenangan dan kelembagaan antara lain pembentukan 7

(tujuh) kecamatan baru yang merupakan peningkatan status kecamatan

pembantu dan pemekaran dari kecamatan-kecamatan yang sudah ada,

masing-masing dengan Perda Kabupaten Sumba Timur Nomor 17 Tahun

2000 (Kecamatan Karera, Kahaungu Eti, Wulla Waijilu), Nomor 18 Tahun

2000 (Kecamatan Pinu Pahar), Nomor 26 Tahun 2000 (Kecamatan Rindi),

Nomor 27 Tahun 2000 (Kecamatan Matawai La Pawu) dan Nomor 28

Tahun 2000 (Kecamatan Nggaha Ori Angu). Sejalan dengan itu pula

39
dengan Keputusan Bupati Sumba Timur Nomor

131/146.1/19/1/KTB/2001 dikukuhkan 16 desa hasil pemekaran menjadi

desa definitif. Kemudian melihat perkembangan penyelenggaraan

pemerintahan di beberapa kelurahan maka melalui Perda Nomor 13 tahun

2002, sebanyak 5 (lima) kelurahan yakni Kelurahan Kaliuda, Billa, Kuta,

Rambangaru dan Kananggar dirubah statusnya menjadi desa Dengan

penetapan tersebut maka wilayah Kabupaten Sumba Timur terdiri dari 15

kecamatan, 123 desa dan 16 kelurahan. Sampai dengan tahun 2007 telah

dilakukan pemekaran kecamatan/kelurahan/desa menjadi 22 kecamatan,

16 kelurahan dan 140 desa, dengan Pimpinan Daerah sejak awal

terbentuknya Kabupaten Sumba Timur.

2. Goegrafis

a. Batas Wilayah

Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten di Nusa

Tenggara Timur yang terletak di bagian selatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Tepatnya secara otonomis membentang antara

1190 45-1200 52 BT di sebelah timur dan 90 16-100 20 LS disebelah

selatan. Luas wilayah kabupaten sumba timur 7000,5 Km2 / 700.050

Ha

Kabupaten sumba timur terletak sebelah selatan indonesia dan

sebelah barat provinsi Nusa Tenggara Timur, secara keseluruhan

sumba timur adalah bagian dari pulau sumba dengan batas-batas

sebagai berikut:

40
1) sebelah utara berbatasan dengan Selat Sunda

2) sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Hindia

3) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah

4) Sebelah timur berbatasan dengan Laut Sabu.

b. Topografi

Kondisi topografi Sumba Timur secara umum datar (di daerah

pesisir), landai sampai bergelombang (wilayah dataran rendah <100

meter) dan berbukit (pegunungan). Daerah dengan ketinggian di atas

1000 meter hanya sedikit di wilayah perbukitan dan gunung. Lahan

pertanian terutama di dataran pantai utara yang memiliki cukup air di

permukaan maupun sungai-sungai besar. Setidaknya terdapat 88

sungai dan mata air yang tidak kering di musim kemarau.

Rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur curam yang

menguasai wilayah bagian tengah dengan empat puncak: Mawunu,

Kombapari, Watupatawang dan Wanggameti. Dataran rendah terdapat

di sepanjang pesisir dengan bagian yang cukup luas di Tanjung Undu

(pesisir paling barat). Kabupaten ini beriklim tropis dengan musim

hujan yang relatif pendek dan musim kemarau yang panjang (delapan

bulan). Suhu rata-rata adalah 22,5 derajat sampai 31,7 derajat Celsius.

Musim hujan biasanya terjadi di bulan Desember sampai Maret untuk

daerah pesisir dan November sampai April di daerah pedalaman.

Jumlah curah hujan dalam setahun 1.860 milimeter,

sehingga daerah ini termasuk daerah beriklim kering.

41
Amplitudo suhu yang tinggi mengakibatkan batu-batuan

menjadi lapuk, tanah merekah dan terjadi seleksi alam terhadap

tumbuhan dan hewan yang dapat hidup dalam kondisi demikian.

Karena itu, jenis tumbuhan yang ada umumnya berupa tanaman keras

seperti jati, kelapa dan aren, sementara hewan peliharaan umumnya

adalah sapi, kerbau dan kuda yang telah menyesuaikan diri dengan

keadaan alam Sumba yang berpadang sabana luas.

Keadaan tanah di Sumba Timur mengandung pasir, kapur dan

batu karang karena ratusan ribu tahun yang lalu daerah ini berada di

bawah permukaan laut. Setelah zaman es berlalu, daratan ini muncul di

atas permukaan laut, sehingga sering dijumpai berbagai jenis hewan

laut seperti kerang, ikan dan tanaman laut yang telah menjadi fosil di

bukit-bukit karang. Rumput-rumput pun tumbuh di atas batu-batu

karang

3. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Sumba Timur berdasarkan data pada

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sumba 2018 mencapai

247.018 jiwa yang terdiri dari 126.982 jiwa penduduk laki-laki dan

120.036 jiwa penduduk perempuan dengan rata-rata tingkat kepadatan

penduduk 35 jiwa per KM2.

42
a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut jenis kelamin, rincian jumlah penduduk dapat dilihat

dari tabel berikut ini ;

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Warga Negara Jumlah Jiwa Presentase (%)

1. Laki-laki 126.982 51,4%

2. Perempuan 120.036 48,6%

Total 247.018 100%

Sumber: Dinas Kependudukan dan Capil Sumba Timur, 2018

Sesuai dengan tabel diatas diketahui dari keseluruhan jumlah

penduduk sumba timur, jumlah terbanyak yaitu penduduk dengan jenis

kelamin Laki-laki dengan angka 126.982 jiwa dengan presentase

51,4% sedangkan sisanya sebanyak 120.036 jiwa atau dengan

presentase 48,6% adalah penduduk Perempuan

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk menurut Kecamatan Kabupaten Sumba Timur
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Kota Waingapu 19.421 18.521 37.933

2. Haharu 3.395 3.178 6.573

3. Lewa 8.482 8.095 16.577

4. Ngaha Ori Angu 4.611 4.435 9.046

5. Tabundung 4.890 4.689 9.579

6. Pinu Pahar 3.818 3.539 7.357

7. Pandawai 8.484 7.855 16.339

43
8. Umalulu 8.384 7.971 16.355

9. Rindi 4.159 3.986 8.145

10. Pahunga Lodu 6.669 6.531 13.200

11. Wulla Waijelu 3.977 3.789 7.766

12. Paberawai 3.216 2.932 6.148

13. Karera 4.284 4.117 8.401

14. Kahunga Eti 4.489 4.277 8.766

15. Matawai La Pawu 3.446 3.252 6.698

16. Kambera 17.259 16.140 33.395

17. Kambata Mapambuhang 2.047 1.891 3.938

18. Lewa Tidahu 3.383 3.277 6.660

19. Katala Hamu Lingu 1.930 1.856 3.786

20. Kanatang 5.330 5.043 10.373

21. Ngadu Ngula 2.896 2.542 5.438

22. Mahu 2.412 2.129 4.541

Total 126.982 120.036 247.018

Sumber: Dinas kependudukan Dan Capil Sumba Timur, 2018

Dilihat dari penyebaran penduduk menurut tabel kecamatan diatas

terlihat bahwa sebagian besar penduduk terkonsentrasi berdomisili

disekitar ibu kota kabupaten (kec. Kota Waingapu dan kec. Kambera)

sebliknya kecamatan yang baru dimekarkan (kec. Katanga Hamu Lingu)

pada tahun 2007 jumlah penduduknya sangat sedikit yaitu berjumlah 3.786

jiwa.

44
B. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Capil Kab. Sumba Timur

Dinas Kependududan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumba Timur

sebagai unsur pelaksana teknis urusan administrasi Pemerintahan bidang

administrasi kependudukan dan pencatatan sipil yang menjadi kewenangan

daerah, serta dalam upaya menyikapi isu-isu strategis. Adapun Visi Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumba Timur adalah:

“Menjadi Instansi Pelaksana Pelayanan Publik Terbaik, Akurat Dan

Terintegrasi Bidang Administrasi Kependudukan”

Untuk mewujudkan fisik tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata

yang diagambarkan dalam 4 bagian penting, misi sesuai dengan peran dinas

kependudukan dan pencatatan sipil, sebagai berikut:

1. Menerbitkan dokomen kependudukan dan pencacatan sipil sesusai

peratutan perundang-undangan di bidang administrasi kependudukan dan

standar operasional prosedur administrasi kependudukan;

2. Mengembangkan kapasitas sumberdaya pelayanan publik yang meliputi

SDM, Teknologi Informasi Administrasi Kependudukan dan sarana

penduduk lainya;

3. Menggunakan SIAK dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil;

4. Mengendalikan administrasi kependudukan melalui kemitraan dan

partisipasi masyarakat.

45
1. Sruktur Organisasi

46
2. Tugas dan Fungsi

Mengacu pada kewenangan yang dimiliki Dinas Kependudukan

Dan Pencatatan Sipil kabupaten Sumb Timur berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 7 tahun 2016 Tentang

Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Sumba Timur

sebagaimana telah ditindak lanjuti dalam Peraturan Bupati Sumba Timur

Nomor 43 Tahun 2016 tentang kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas,

Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Sumba Timur, maka Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah dibidang Administrasi

Kependudukan dan Pencatatan Sipil yamg menjadi kewenangan Daerah

Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan berada dibawah

serta bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sektararis daerah.

1. Kepala Dinas.

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati dalam

melaksanakan urusan pemerintahan dibidang administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil yang menjadi kewenangan daerah

kabupaten. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, kepela dinas

mempumyai fungsi;

a. Penyusunan Program dan Anggaran;

b. Pengelolaan Keuangan;

c. Pengelolaan perlengkapan, urusan tata usaha, rumah tangga dan

barang milik negara;

47
d. Pengelolaan urusan ASN;

e. Penyusunan perencannan dibidang pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, pengelola Inormasi Administrasi kependudukan,

pemenfaatan data dan dokumen kependudukan serta inovasi

pelayanan admonistrasi kependudukan;

f. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, pengelolaan informasi kependudukan ,

kerjasama,pemanfaata data dan dokumen keendudukan serta inovasi

pelayanan administrasi kependudkan;

g. Pelaksanaan pelayanan pendaftaran penduduk;

h. Pelaksanaan pelayanan pencatatan sipil

i. Pelaksanaan pengelolaan informasi administrasi kependudukan;

j. Pelaksanaan kerjasama administrasi kependudukan;

k. Pelaksanaan pemanfaatan data dan okumen keoendudukan

l. Pelaksanaan inovasi pelayanan administrasi kependudukan;

m. Pembinaan, koordinasi, pengendalian bidang administrasi

kependudukan.;

n. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas kependudkan dan

pencacatan sipil;dan

o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai tugas dan

fungsi.

48
2. Sekretariat

Sekretaris mempunyai tugas memberikan pelayanan

administrasi dan teknis yang meliputi perencanaan,, keuangan, urusan

tata usaha, perlengkapan rumah tangga dan urusan kepegawaian

kepada semua unsur di lingkungan Dinas.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, sekretariat

mempunyai fungsi:

a. Koordinasi dan penyusunan program;

b. Pelaksanaan pengelolaan keuangan;

c. Pengelolaan perlengkapan,urusan tata usaha, rumah tangga dan

barang milik negara; dan

d. Pengelolaan urusan kepegawaian.

Sekreaiat terdiri dari :

1. Sub bagiam perencanaan;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan koordinasi dan

penyusunan program dan anggran.

2. Sub bagian keuangan;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan koordinasi dan


pelaksanaan pengelolaan keuangan, penautauhaan, akuntansi,
verifikasi dan pembukuan.
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

Mempunyai tugas melakukan urusan persurata,urusan tata

usaha, kearsipan, urusan administrasi kepegawain, urusan

perlengkpan rumah tangga, dan penetaan barang milik negara.

49
3. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk

Kepala bidang pelayanan pendaftaran penduduk mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis dan

pelaksanakan kebijakan di bidang pelayanan pendaftaran penduduk;

Untuk menyelengaraka tugas tersebut, bidang pelayanan

pendaftaran penduduk mempunyai fungsi:

a. Penyusunan perencanaan pelayanan pendaftaran penduduk;

b. Perumusan kebijakan teknis pendaftaran penduduk;

c. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi peaksanaan pelayanan

pendaftaran penduduk;

d. Pelaksanaan pelayanan pendaftaran penduduk;

e. Pelaksanaan penerbitan dokumen pendaftaran penduduk;

f. Pelaksanaan pendokumentasian hasil pelayanan pendaftaran

penduduk;dan

g. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pendaftaran penduduk;

Bidang pelayanan pendaftaran penduduk terdiri dari:

1. Kepala seksi identitas penduduk;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

koordinasi serta pelayanan dan penerbitan dokumen pendaftaran

penduduk.

50
2. Kepala seksi pindah datang penduduk;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan koordinasi

derta pelaksanaan pendataan penduduk.

3. Kepala seksi pendataan penduduk;

Mempuyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan,

perumusan kebijakan teknis, pembinaan koordinasi seta

pelaksanaan pelayanan pindah penduduk.

4. Bidang pelayanan pencatatan sipil.

Kepala bidang pelayanan pencatatan sipil mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan kebijakan teknis dan pelayanan

pelaksanakan kebijakan pelayanan pencatatan sipil.

Untuk menyelengarakan tugas tersebut, bidang pelayanan

pendafataran penduduk mempunyai fungsi:

a. Penyusunan perencanaan pelayanan pencatatan sipil;

b. Perumusan kebijakan teknis pencatatan sipil;

c. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan pelayanan

pencatatan sipil;

d. Pelaksanaan pelayanan pencatatan sipil;

e. Pelaksanaan penerbitan dokumen pencatatan sipil’

f. Pelaksanaan pedokumentasian hasil pelayanan sipil;dan

g. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pencatatan sipil.

51
Bidang pelayanan pencatatan sipil terdiri dari :

1. Kepala seksei kelahiran

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan,

perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan koordinasi serta

pelaksanaan pelayanan pencatatan kelahiran.

2. Kepala seksi perkawinan dan penceraian;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan serta

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

koordinasi serta pelaksaan pelayanan pencatatan perkawinan dan

penceraian.

3. Kepala seksi perubahan status anak, pewarganegaraan dan

kematian;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan,

perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan koordinasi serta

pelaksanaan pelayanan pencatatan pengangkatan. Anak, pengakuan

anak, pengesahaan anak, pearubahan status kewarganegaraan dan

pencatatan kematian.

4. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan.

Kepala bidang pengelolaan informasi administrasi

kependudukan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

perumusan kebijakan di bidang pengelolaan informasi administrasi

kependudukan.

52
Untuk menyelengarakan tugas tersebut, bidang pengelolaan

informasi aministrasi kependudukan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan pernecanaan informasi admisnistrasi kependudukan

yang meliputi sistem informasi administrasi kependudukan,

pengelolaan dan penyajian data kependudukan serta tata kelola

dan sumber daya manusia teknologi informasi dan komunikasi;

b. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan informasi administrasi

kependudukan yang meliputi sistem informasi administrasi

kependudukan, pengelohan dan penyajian data penduduk serta

tata kelola dan sumber daya manusia teknologi informasi dan

komunikasi;

c. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan informasi

admisnistrasi kependudukan yang meliputi sistem informasi

administrasi kependudukan, pengelohan dan penyajian data

kependudukan serta tata kelola dan sumber daya manusia

teknologi informasi dan komunikasi;

d. Pelaksanaan pengelolaan informasi adminstrasi kependudukan

yang meliputi sistem informasi administrasi kependudukan,

pengeloham dan penyajian data kependudukan serta tata kelola

dan sumber daya manusia teknologi informasi dan

komnikasi;dan

e. Pengendalian dan evaliasi pelaksanaan pengelolaan informasi

administrasi kependudukan.

53
Bidang pengelolaan informasi adminidtrasi kependudukan

terdiri dari :

a. Kepala seksi sistem informasi administrasi kependudukan

(SIAK);

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

koordinasi serta pelaksanaan pengelolaan dam penyajian data

kependudukan.

b. Kepala seksi pengelolaan dan penyajian data kependudukan;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

korrdinasi serta pelaksanakan pengohaan dan penyajian data

kependudukan.

c. Kepala seksi tata kelola dan sumber daya manusia teknologi

informasi dan komunikasi

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

koordinasi serta pelaksanaan tata kelola tenologi informasi dan

komunikasi serta sumber daya manusia teknologi informasi dan

komunikasi.

54
5. Bidang pemanfaatan data dan inovasi pelayanan.

Kepala bidang pemanfaatan data inovasi pelayanan

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis dan pelaksanaan kebijakan.

Untuk menyelengarakan tugas tersebut, bidang

pemanfaatan data dan inovasi pelayanan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan perencanaan pemanfatan data dan dokumen

kependudukan, kerja sama serta inovasi pelayanan administrasi

kependudukan;

b. Perumusan kebijakan teknis pemanfaatan data dokumen

kependudukan, kerja sama inovasi pelayanan administrasi

kependudukan;

c. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan

pemanfataan data dan dokumen kependudukan kerja, kerja sama

serta inovasi pelayanan administrasi kependudukan;

d. Pelaksanaan pemanfataan data dan dokumen kependudukan;

e. Pelaksanaan inovasi pelayanan administrasi kependudukan; dan

f. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pemanfataan data dan

dokumen kependudukan, kerja sama serta inovasi pelayanan

administrasi kependudukan.

Bidang pemanfatan data dan inovasi pelayanan terdiri dari :

55
a. Kepala seksi kerja sama

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

koordinasi serta pelaksanaan kerja sama adinistrasi

kependudukan.

b. Kepala seksi pemanfaatan data dan dokumen kependudukan;

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

koordinasi serta pelaksanaan pemanfaatan data dan dokumen

kependudukan.

c. Kepala seksi inovasi pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, perumusan kebijkan teknis, pembinaan dan

koordinasi serta pelaksanaan inovasi pelayanan administrasi

kependudukan.

6. Kepala UPTD dan kelompok jabatan fungsional pada dinas wajib :

a. Mengawasi bahan masing-masing dan bila terjadi penyimpanan

agar mengambil tindakan yang diperlukan sesuai peraturan

perundang-undangan;

b. Bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasikan dan

memberikan bimbingan derta petunjuk bagi pelaksana tugas

bawahannya masing-masing dan

56
c. Mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab

kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala tepat waktu.

3. Sumber Daya

Sebagai bagian dari lembaga teknis daerah di kabupaten Sumba

Timur, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas

membantu Kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah dibidang

kependuukan dan pencatatan sipil harus ditunjang dengan perangkat

daerah perlengkapan pendukung dalam rangka penyelenggaraan tugas-

tugas tersebut.

Untuk mencapai tujuan suatu organisasi , sumberdaya manusia

merupakan faktor penting untuk mencapai suatu keberhasilan. Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumba Timur sebagai

sebuah instansi memiliki 42 personil yang berstatus Pegawai Negeri Sipil

sedangkan 2 orang sebagai honorer.

Berikut ini adalah komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Sumba Timur:

a. Jumlah Pegawai Dinas Kependudkan kabupaten Sumba Timur

Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2.3

No Jenis Kelamin Jumlah Pegawai Presentase (%)


1. Laki-laki 23 54,8%
2. Perempuan 19 45,2%
Total 42 100%
Sumber:Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sumba
Timur

57
Sesuai dengan tabel diatas diketahui dari keseluruhan jumlah

pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumba

Timur, jumlah terbanyak yaitu pegawai jenis kelamin Laki-laki

dengan angka 23 pegawai dengan presentase 54,8% sedangkan

sisanya sebanyak 19 pegawai atau dengan presentase 45,2% adalah

pegawai Perempuan.

b. Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Sumba Timur berdasarkan Golongan

Tabel 2.4

Jumlah Presentase
No Pangkat/Golongan
Pegawai (%)
1. IV 5 12%
2. III 21 50%
3. II 14 33,3%
4. I - 0%
5. Honor 2 4,7%
Total 42 100%
Sumber: Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sumba
Timur

Sesuai dengan tabel diatas diketahui dari keseluruhan pangkat

atau golongan pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil

Kabupaten sumba Timur, jumlah terbanyak adalah pegawai yang

mempunyai golongan III dengan angka 21 pegawai dengan presentase

50%, Gologan II 14 pegawai degan presentase 33,3%, Golongan IV 5

pegawai dengan presentase 12% dan Honor 2 pegawai degan

presentase terkeci yaitu 4,7%.

58
c. Jumlah Pegawai Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Sumba Timur berdasarkan Pendidikan

Tabel 2.5
No Pendidikan Formal Jumlah Pegawai Presentase (%)

1. S2 2 4,7%

2. S1 15 35,7%

3. D3 6 14,3%

4. SLTA 17 40,4%

5. SLTP 2 4,7%

6. SD - -

Total 42 100%

Sumber: Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sumba


Timur
Sesuai dengan tabel diatas dapat diketahui dari keseluruhan

jumlah pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten

Sumba Timur berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah tingkat

pendidkan SLTA paling tinggi degan angka 17 pegawai degan

presentase 40,4% dikuti dengan Tingkat pendidikan S1 15 pegawai

dengan presentase 35,7%, tingkat pendidikan D3 6 pegawai dengan

presentase 14,3% sedangkan tingkat pendidkan S2 dan SLTP masing

masing-masing 2 pegawai dengan presentase paling kecil yaitu 4,7%.

59
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Burhan. bungin 2001. Metodologi penelitian kualitatif. jakarta PT Raja Grafindo


persada

Budi Winanrno M.A, (2007) Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta:
Medprest (anggota IKAPI)

Ekowati, Mas Roro Lilik.(2005).perencanaan, implementasi dan evaluasi


Kebijakan atau Program.Edisi Revisi. Bandung :PT Rosda karta

Jogianto. 2007. System Informasi Keperilakuan. Edisi revisi. Yogyakarta: Andi


offset

Ladjamudin. 2005. Analisis Data Desain Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Lexy J. Moelong. 2002. Metedoligi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdkarya

Moleong, Lexy J. (2004)Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Nawawi. 1994. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada Unversity Press

Sidharta. 1995. Pengantar Sistem Informasi Bisnis. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo

Simbolan. 2004. Dasar-Dasar Administrasi dan Menejemen. Jakarta: Ghalia


Indonesia

Sugiyono. 2013. metode penelitian kuantutatif, kualitatif dan R & D. Bandung


Alfabeta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga. Bandung: Alfabeta.

Sutabri. 2005. Sistem Informasi Menejemen. Jakarta

Wahab,Solihin A. (2001) Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi.


Jakarta, Bumi Aksara.

85
Wilkinson. 2000. Acounting informasi system Esensital Concept and Aplication, 4
edition, Jhon Willey & sons Inc, New York-USA

Sumber lain :

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undannd-Undang


Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

86

Anda mungkin juga menyukai