Disusun untuk memenuhi tugas pelajaran Sejarah Indonesia yang di ampu oleh:
HJ. Enih Rosdianah, S.Pd
Disusun oleh:
-Natasya Putri Salsabila
Kelas:
XII MIPA 2
Kasus ini di awali saat banyak media di Indonesia mengabarkan, mahasiswa Papua eksodus
harus kembali kota studi asal, melanjutkan studi. Negara melalui pemerintah akan biaya
transportasi pulang, kampus-kampus di Papua tidak menerima mahasiswa eksodus, pusat
perkumpulan mahasiswa eksodus dibubarkan aparat gabungan (Polisi, Brimob dan Tentara).
Ajakan (pernyataan) di atas berbeda dengan kondisi yang dialami oleh mahasiswa eksodus
di perantauan. Mereka diperhadapkan dengan ancaman, intimidasi, dikurung dalam asrama.
Ada kejadian di Surabaya, mahasiswa dipaksa dan dituduh telah menurunkan bendera Merah
Putih saat menjelang perayaan hari kemerdekaan Indonesia; Semarang, Malang wakil
walikotanya menyebut mahasiswa harus dipulangkan. Di Yogyakarta, mahasiswa Papua
mengalami hal sama. Kasus Obi Kogoya, dihina dengan sebutan ‘kera’. Semua kejadian di
daerah Indonesia tertuju pada mahasiswa Papua.
Konflik perang tanding ini bermula dari Sengketa tanah di kebun Wulen Wata, Pantai Bani, Desa
Baobage, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Saling
klaim lahan itu memicu perang tanding antar suku. Akibatnya 6 warga meninggal dunia.
Baik Suku Lamatokan maupun suku Kwaelaga saling klaim lokasi tersebut. Kedua suku sudah
berulangkali difasilitasi oleh pemerintah Kecamatan Witihama dan Kapolsek Adonara untuk
penyelesaian namun belum menemukan jalan keluar.
Hikmah yang disapatkan dari kejadian ini:
Dalam kasus ini bias mengambil hikmah jika kita tidak boleh terlalu mementingkan kepentingan
pribadi atau golongan, dan juga mengambil hak orang lain.