Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PSIKOLOGI

TENTANG KONSEP INTELEGENCIA DAN


KREATIVITAS

Dosen Pengampu :
Ns. Seniwati,S.Kep, M.Kep

Nama Kelompok:
Vera Ayu (1720200005)
Choirunnisa (1720200011)
Melly Ameliya (1720200023)
Hasbiallah (1720200025)
Muliana Hafatjri (1720200028)
Febrianti Tri Handayani (1720200029)

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’AH
Jl. Raya Jatiwaringin No. 12, Jaticempaka, Kec.
Pondokgede, Kota Bekasi, Jawa Barat 17411
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam menyelesaikan
makalah ini tidak terlepas dari kerja sama teman-teman. Karena itu ucapan terima kasih
penyusun sampaikan kepada kalian, atas kerja samanya, orang-orang terdekat atas pengertiannya
dan pihak-pihak lain yang telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai
manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan, maka saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat penyusun harapkan. Dan penyusun berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Bekasi ,23 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………i
Daftar Isi……………………………………...…………………………………….ii

BAB I
Pendahuluan………………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang.………………………………...…………………………....…..1
B. Rumusan Masalah……………………………...…………………………....….2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………...…...2

BAB II
Pembahasan………………………………………………………………….……..3
A. Intelegensi……………………………………………………………………….3
1. Pengertian Intelegensi………………………………………………..………3
2. Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi………………………….………….6
3. Klasifikasi Intelegensi…………………………………………………….….8
4. Pengukuran Intelegensi………………………………………………..……..8
5. Gangguan Intelegensi……………………………………………………….10
B. Kreatifitas………………………………………………………………….…..10
1. Pengertian Kreatifitas………………………………………………………10
2. Aspek Atau Unsur Kreatifitas……………………………………………...11
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas……………………………………12
4. Karakteristik Individu Yang Mendukung Kreatifitas………………………12
C. Hubungan Intelegensi Dengan Kreatifitas……………………………………..19

ii
BAB III
Penutup……………………………………………………………….…………..21
A. Kesimpulan………………………………………………………….………...21
B. Saran………………………………………………………………….……….21
Daftar Pustaka……………………………………………………………………22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan
Tuhan di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia
untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah
yang sering disebut-sebut dengan intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang
tinggi, tentulah mereka lebih unggul daripada manusia yang memiliki intelegesi yang
rendah. Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara
tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk
mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.Bakat adalah anugrah yang
tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia
terlahir dengan memiliki bakat tertentu.
Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak
memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya
bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan
secara tepat sasaran.
Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk
pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada
dibelakang sebuah penemuan besar.
Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi
alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas
yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan
keberbakatan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sejumlah permasalahan yang
akan dibahas dalam paper ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi?
2. Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
3. Bagaimana hubungan intelegensi dan kreativitas?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan intelegensi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kreativitas
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan intelegensi dan kreativitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Intelegensi
1. Pengertian Intelegensi
Dalam menyelesaikan suatu masalah ada yang cepat, ada juga yang lambat,
keadaan demikian ditentukan juga oleh faktor inteligensi dari indviu bersangkutan.
Inteligensi berasal dari bahasa Inggris “intelligence” yang artinya menghubungkan
atau menyangkut satu sama lain. Secara umum, inteligensi sering kali disebut
kecerdasan, oleh karena itu seseorang yang mrmiliki inteligensi tinggi disebut cerdas
atau jenius.Sampai saat ini, para ahli belum ada kesamaan pendapat tentang
pengertian inteligensi, mengingat intelignsi merupakan suatu konsep yang kompleks,
sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas pikiran
(Wechsler, 1975).Soslo (1988) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam
memperoleh dan menggali pengetahuan, menggunakan pengetahuan untuk
memahami berbagai konsep konkret dan absrak, dan menghubungkan di antara objek
dengan gagasan, menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang lebih efektif.
Stern ( dala Walgito, 2008) mengemukakan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri
dengan keadaan baru menggunakan organ berpikir seseuai tujuannya. Dari pengertian
ini, tampak bahwa Stern menekankan tentang inteligensi pada soal penysuaian diri
terhadap keadaan yang ada.

Orang yang inteligensi lebih cepat dapat menyesuaikan diri daripada orang yang
kurang inteligensi.Thorndiken (dalam Skinner, 1959) menyatakan seseorang dianggap
inteligensi jika responnya merupakan respons yang baik atau sesuai dengan stimulus
yang diterimanya.Agar dapat memberikan respons yang tepat, individu harus
memiliki lebih banyak hubungan stimulus-respons.Keadaan demikian dapat diperoleh
dari pengalaman yang diperolehnya. Terman membedakan adanya ability yang
berkaitan dengan hal-hal yang konkret dan ability yang berkaitan dengan hal-hal yang
abstrak (Harriman, 1958)

3
Tergambar tentang beragamnya pengertian atau definisi inteligensi tersebut,
Morgon, King, dan Robinson (1984) menyatakan bahwa ada dua pendekatan pokok
dalammemberikandefinisi tentang inteligensi, yaitu :

a. Pendekatan atau teori factor


Dapat dikemukakan bahwa dalam dalam inteligensi tersebut terdapat
faktor tertentu yang membentuk inteligensi faktor yang membentuk inteligensi di
antara para ahli juga belum terdapat satu kesamaan.Thorndike dengan teori
multifaktornya menyatakan bahwa inteligensi tersusun dari berbagai faktor, dan
factor itu terdiri dari elemen-elemen, dan tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan
tiap-tiap atom merupakan hubungan stimulus respons (Skinner, 1959).Jadi,
aktivitas yang berkenaan dengan inteligensi merupakan kumpulan dari atom-
atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya. Menurut Spearman,
intelignsi itu mengandung dua macam faktor yaitu, general ability dan faktor
umum (faktor G), dan special ability atau faktor khusus (faktor S) oleh karena itu
terori Spearman terkenal dengan teori dwifaktor atau two-factor theory (Walgito,
20018). General ability terdapat pada semua individu tetapi berbeda antara
individu yang satu dengan yang lainnya.General ability selalu terdapat dalam
setiap performance, sedangkan special ability merupakan faktor yang khusus
mengenai bidang tertentu.Jadi, faktor S itu banyak S1, S2, S3, S4, dan
seterusnya. Tiap-tiap performance selalu ada faktor G dan faktor S, sehingga
dapat diformulasikan sebagai P=G+S. Faktor S itu bersifat khusus, jika individu
menghadapi persoalan yang berdeda-beda, faktot S-nya pun akan berbeda-beda.
Misalnya, seseorang menghadapi tiga macam persoalan yang berbeda-beda,
secara skematis dapat dikemukakan :

P1= G+S1

P2=G+S2

P3=G+S3

Burt memiliki pandangan yang berbeda, tetapi melengkapi pandangan


Spearman. Menurut Burn, di samping general ability dan special ability masih

4
terdapat faktor yang lain lagi common ability atau common factor atau disebut
juga group factor (Walgito, 2010). Common factor merupakan faktor kelompok
dalam kemampuan tertentu misalnya common factor dalam hal bahasa dan
matematika. Berdasarkan pandangannya, maka dalam inteligensi ada tiga macam
faktor, yaitu faktor, yaitu faktor G, faktor S, dan faktor C, dan faktor-faktor ini
akan nampak dalam performance individu. Jadi, performance individu dapat
digambarkan sebagai berikut :

P1 = G+S1+Cx

P2=G+S2+Cx

P3=G+S3+Cy

Misalnya : Cx adalah common factor berhitung dan Cy adalah common factor


kesenian.

Thurstone memiliki pandangan yang berbeda lagi dengan para ahli


sebelumnya. Menurut Thurstone, dalam inteligensi terdapat faktor-faktor primer
sebagai berikut :

1) S (spatial relation)
Kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua atau tiga
dimensi yang berkenaan dengan jarak.
2) P (perceptual speed)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatan dalam
memberikan judging mengenai persamaan dan perbedaan atau dalam respons
terhadap sesuatu yang dilihatnya secara detail.
3) V (verbal comprehension)
Kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman kosakata, analogi verbal,
dan sejenisnya.
4) W ( word fluency)
Kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan berkaitan dengan kata-kata,
anagram, dan sejenisnya.

5
5) N (number facility)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketetapan dalam
berhitung.
6) M (associative memory)
Kemampuan yang berkenaan dengan ingatan, khususnya yang berpasangan.
7) I (induction)
Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh prinsip
atau hukum (Walgito, 2010)
b. Teori orientasi proses
Teori ini berpijak atas orientasi proses intelektual dalam penyelesaian
masalah. Para ahli cenderung mengulas proses kognitif daripada intelegensi,
tetapi dengan maksud tentang hal yang sama ( Morgan, King, dan Robinson,
1984). Kean Piaget merupakan pendukung teori ini. Jean Piaget belajar tentang
biologi, filsafat, khususnya epistemology, namun kemudian ia bekerja di
laboratorium Binet dan membantu dalam standarisasi tes. Dari sinilah Jean Piaget
memulai psikologi khususnya dalam intelectual ability dalam pengertian kognitif.
Teori orientasi proses mengemukakan bahwa intelegensi diukur dari fungsi proses
sensoris, koding, ingatan, dan kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan
menimbulkan kembali dalan ingatan (Walgito, 2008).

2. Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi

Inteligensi sebagai suatu kapasitas yang bersifat umun, dipengaruhi oleh berbagai
faktor.Faktor tersebut berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari
luar dirinya.Suatu pertanyaan mengenai apakah inteligensi merupakan suatu
kemampuan genetik (keturunan) atau faktor lingkungan, sampai saat ini masih dalam
perdebatan. Kecenderungan hasil penelitian genetik menunjukan bahwa faktor
genetik (keterununan) maupun lingkungan memberi andil yang besar berkisar 50-
89% terhadap keberadaan inteligensi seseorang ( Suharnan, 2005).

6
Plomin dan Spinath (2004) mengemukakan bahwa dalam perspektif berkembang,
pengaruh terbesar lingkungan terhadap inteligensi terjadi ketika masa anak-anak,
kemudian mengalami penurunan setelah bertambah dewasa, sebaliknya makin
bertambah dewasa usia anak, maka faktor genetik makin besar pengaruhnya terhadap
inteligensi. Menurut Irwanto dkk.(1991), dari faktor bawaan hasil penelitian
menunjukan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga atau bersanak
saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (0,50), bahkan di antara kembar
berkolerasi sangat tinggi (0.90), sebaliknya di antara individu yang tidak bersanak
saudara korelasinya rendah sekali (0.20).

Bukti lain dari adanya pengaruh bawaan adalah hasil-hasil penelitian terhadap
anak-anak yang diadopsi IQ mereka ternyata masih berkolerasi tinggi dengan ayah
ibunya bergerak antara 0.40-0.50, sedangkan korelasinya dengan orang tua
angkatnya sangat rendah yaitu 0.10-0.20. Selanjutnya, studi terhadap kembar yang
diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahea IQ mereka tetap berkorelasi sangat
tinggi.Ini menunjukkan bahwa meskipun lingkungan merupakan faktor yang
mempengaruhi kecerdasan seseorang, namun ada beberapa hal dalam inteligensi
yang tidak terpengaruh pada individu bersangkutan.Ternyata, lingkungan juga
memberikan perubahan yang bermakna di mana pertumbuhan organik otak samgat
memengaruhi inteligensi seseorang, pertumbuhan otak ini sangat dipengaruhi oleh
zat gizi yang dikonsumsi.Pemberian makanan bergizi ini merupakan satu di
antaranya pengaruh lingkungan yang amat penting.

Irwanto dkk.(1991) menyatakan penelitian menunjukkan bahwa inteligensi bisa


berkurang karena tidak adanya rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan
individu. Skeels dan Skodak dalam auatu studi logitudinal menemukan bahwa anak-
anak yang didikan dalam lingkungan yang kaku, kurang perhatian, dan kurang
dorongan lalu dipindahkan ke lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa
percaya, dorongan menunjukkan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes
kecerdasan. Selain itu, seseorang yang hidup bersama dalam keluarga, memiliki
kolerasi kecerdasan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang dirawat
secara terpisah.Zajonc dalam berbagai penelitiannya menemukan bahwa anak

7
pertama biasanya memiliki taraf kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Hal
yang bisa terjadi karena anak pertama dalam jangka waktu yang cukup lama hanya
dikelilingi oleh orang-orang dewasa, suatu lingkungan yang memberinya keuntungan
intelektual dalam bentuk suatu stimulasi yang lebih terarah (Irwanto dkk,1991).

3. Klasifikasi Inteligensi
Dengan bantuan berbagai instrument tes inteligensi yang telah dikembangkan,
inteligensi sebagai suatu ciri yang unik dari seseorang mulai dapat dikelompokkan
atau diklasifikasikan.Klasifikasi inteligensi sangat ditentukan dari instrument tes
yang digunakan karena klasifikasi tersebut didasarkan atas skor IQ pada instrument
tes tertentu dan setiap instrument tes mempunyai skala pengukuran yang berbeda.
Irwanto dkk.(1991) mengemukakan skala inteligensi yang dikembangkan oleh
Wechsler dan klasifikasinya sebagai berikut :
Very superior : IQ di atas 128
Superior : IQ 120-127
Bright normal : IQ 111-119
Average : IQ 91-110
Dull normal : IQ 80-90
Borderline : IQ 66-79
Mental defective : IQ 65 ke bawah

4. Pengukuran Inteligensi
Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda-beda, sehingga antara individu
yang satu dengan yang lainnya tidak sama kemampuannya dalam menyelesaikan
suatu masalah yang ada. Perbedaan inteligensi dapat dipandang dari perbedaan
kualitatif dan perbedaan kuantitatif.Pandangan kualitatif menyatakan bahwa
perbedaan inteligensi satu dengan yang lainnya memang secara kualitatif berbeda,
yang berarti bahwa pada dasarnya memang telah berbeda inteligensi individu yang
sayu dengan yang lainnya. Pandangan kuantitatif menyatakan bahwa perbedaan
inteligensi itu terjadi karena perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan
dalam proses belajarnya. Dalam psikologi, pengukuran inteligensi dilakukan dengan

8
menggunakan alat-alat psikodiasnogtik atau yang dikenal dengan istilah psikoitest.
Hasil pengukuran inteligensi biasanya dinyatakan dalam sutuan ukuran tertentu yang
dapat menyatakan tinggi rendahnya inteligensi yang diukur, yaitu IQ (Intelligence
Quotioen).
Prinsip pengukuran inteligensi adalah membandingkan individu yang dites dengan
norma yang ada. Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang, digunakan tes
inteligensi.Orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes
inteligensi adalah Binet (Walgito, 2008).Setelah Binet menciptakan tes inteligensi,
tes inteligensi menjadi berkembang begitu pesat. Tes inteligensi Binet pertama kali
disusun dalam tahun 1905, kemudian direvisi oleh Binet sendiri tahun 1908 dan
tahun 1911 diadakan revisi lagi sebagai revisi yang kedua. Tahun 1916 tes Binet
direvisi dan diadaptasi disesuaikan penggunaannya di Amerika yang dikenal dengan
revisi Terman dari Stanford University dan dikenal dengan Stanford revision, juga
dikenal dengan tes Inteligensi Standford-Binet (Morgan, King, dan Robinson,
1984).saat itu pula digunakan pengertian Intelligence Quotient atau disingkat dengan
IQ.
Untuk memperoleh IQ pada anak digunakan rumus IQ=MA/CA. untuk menghindari
adanya angka pecahan maka rumus tersebut dikalikan dengan 100, sehingga
rumusnya menjadi : IQ = MA/CA x 100. MA adalah mental age atau umur mental
dan CA adalah chronological age atau umur kronologis yaitu umur yang sebenarnya
(Morgan, King dan Robinson, 1984). Tes inteligensi terus berkembang dan pada
tahun 1939 David Wechsler membuat individual intelligence test, yang dikenal
dengan Wechsler Bullevue Intelligence Scale atau sering disebut tes inteligensi WB.
Tahun 1949 diciptakan Test Wechsler Intelligence Scale for Children atau sering
dikenal dengan tes inteligensi WISC, yang khusus untuk anak-anak.
Tahun 1955 Wechsler menciptakan tes inteligensi untuk orang dewasa yang dikenal
dengan Wechsler Adult Intellence Scale atau yang dikenal dengan tes inteligensi
WAIS.Menurut Morgan, King dan Robinson(1984), ada dua tes inteligensi individual
yang paling menonjol yaitu Test Stanford-Binet dan Wechsler Adult Intellegence
Scale (WAIS).

9
5. Gangguan Inteligensi
Menurut Maramis (2004), gangguan inteligensi yang paling sering ditemukan
adalah retardasi mental dan demensia. Retardasi mental adalah keadaan dengan
inteligensi kurang sejak masa perkembangan atau keadaan kekurangan inteligensi,
sehingga adanya hendaya daya guna sosial. Retardasi mental ada yang primes
disebabkan kemungkinan faktor keturunan,sedangkan retardasi mental sekunder
disebabkan oleh faktor yang dari luar misalnya gangguan metabolisme gizi. Gejala
dan tanda retardasi mental adalah kapasitas kecerdasannya (IQ) sangat rendah, daya
ingat lemah, tidak mampu mengurus diri sendiri, acuh tak acuh terhadap lingkungan,
minat hanya mengarah pada hal-hal sederhana, perhatiannya mudah berpindah-
pindah, keterbatasan emosi, dan adanya kelainan jasmani yang khas. Demensia
adalah kemunduran inteligensi karena kerusakan otak yang sudah tidak bisa
diperbaiki lagi.Orang yang mengalami demensia adalah orang yang tidak bisa
menginngat sesuatu yang telah dialaminya.

B. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas didefinisikan beragam oleh para ahli, tergantung pandangannya.
Sukarti (1983)bahwa kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan
prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara
penyelesaian masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide baru,
dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Evans (1991) mengemukakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep
yang sudah ada, selain juga menemukan hubungan-hubungan baru dan memandang
sesuatu menurut perspektif yang baru. Solso (1998) mengungkapkan bahwa
kreativitas itu adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru
terhadap suatu masalah atau situasi. Ahli lain Munandar (1982) menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi baru
berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen yang sudah ada sebelumnya, menjadi
hal yang bermakna dan bermanfaat. Torrence (1974) memandang kreativitas sebagai

10
suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam
berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Dari berbagai definisi diatas dapat dinyatakan bahwa kreativitas adalah
menciptakan sesuatu baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang baru, ide baru,
cara pandang yang baru, dan membuat kombinasi yang baru, serta memiliki
orisinalitas yang bermakna dan bermanfaat, dari pengertian ini, tampak bahwa hakikat
kreativitas adalah sesuatu yang baru, bernilai, serta orisinal, dan bermanfaat bagi
masyarakat.

2. Aspek atau Unsur Kreativitas


Suharnan (1998) mengemukakan bahwa dalam berkreativitas terdapat aspek atau
unsur sebagai berikut :
a. Aktivitas berpikir
Kreativitas selain melibatkan aspek berpikir dalam diri seseorang. Aktivitas ini
merupakan suatu proses menal yang tidak tampak ole orang lain dan hanya
drasaan oleh orang yang bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks karena
melibatkan berbagai kemampuan kognitif seperti pesepsi, atensi, ingatan imajiner,
penalaran, pengambilan keputusan, dan penyelesaian masalah.
b. Menemukan sesuatu yang baru
Menemukan sesuatu yang baru yang meliputi kemampuan menghubungkan
dua gagasan atau lebih yang semula tidak berhubungan. Kemampuan mengubah
pandangan yang ada dan menggantikan dengan cara pandang lain yang baru dan
kemudian membuat kombinasi baru berdasarkan konsep yang telah ada dalam
pikiran. Aktivitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi, yaitu
suatu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi didalam pikiran
sebelum sesuatu yang baru diharapkan timbul.
c. Orisinal
Pada dasarnya, kreativitas dapat dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk
ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan
sebelumnya, bersifat luar biasa dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Sifat baru
yang tedapat dalam kreativitas adalah produk bersifat baru dan belum pernah ada

11
sebelumnya, produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinai berbagai
produk yang sudah ada sebelumnya, dan produk yang memiliki sifat baru sebagai
hasil inovasi dan pengembangan dari hasil yang sudah ada.
d. Produk yang bermanfaat
Suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki manfaat yang
dapat dirasakan oleh masyarakat, seperti lebih mudah dipakai, lebih cepat, dan
lebih enak. Di samping itu, dapat mendorong, mendidik, menyelesaikan masalah,
mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak dari
sebelumnya.

3. Faktor yang Memengaruhi Kreativitas


Menurut Suharnan (1998), ada berbagai faktor yang
dapat memengaruhi kreativitas seseorang dalam aktivitas kehidupannya, yaitu :
a. Faktor instrinsik yaitu, inteligensi, bakat,minat, kepribadian, dan perasaan.
b. Faktor eksternal yaitu, adat istiadat, sosial budaya, pendidikan dan suasana
lingkungan.

4. Karakteristik Individu yang Mendukung Kreativitas


Ciri-ciri karakteristik individu yang mendukung
kreativitas ada berbagai hal yang didalamna ermasuk ciri-ciri pokok, ciri-ciri yang
memungkinkan, serta ciri-ciri sampingan. Campbell (1986) mengemukakan hal
tersebut sebagai berikut :
a. Ciri pokok
1) Memliki kelincahan mental
Kelincahan mental (mental agility) adalah kemampuan untuk bermain
dengan ide, gagasan, konsep, lambang, kata-kata, angka, dan melihat
hubungan yang tidak bisa antara unsur tersebut. Berpikir dari segala arah
(kelincahan mental ) atau sering disebut convergent thinking merupakan
kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah, segi, dan
mengumpulkan berbagai fakta yang penting dan mengarah fakta itu pada
masalah yang dihadapi. Dengan cara itu ada kemungkinan besar dihasilkan

12
penyelesaian yang tepat tentang masalah itu. Orang kreatif memiliki
kemampuan itu dengan baik, dan kemampuan-kemampuan itu menjadi makin
baik dan berfungsi makin baik karena digunakan dan dilaih scara teratur.
2). Berpikir ke segala arah
Berpikir ke segala arah atau divergent thinking merupakan kemampuan
untuk berpikir dari satu ide, gagasan,menyebar ke segala arah, dan sei.
Berpikir ke segala arah mendorong ita untuk mencari berbagai jawaban yang
berbeda dan yang mungkin, daripada langsung mencari jawaban yang benar.
3). Fleksibilitas konseptual
Merupakan suatu kemampuan secara spontan mengganti cara pandang,
pendekatan, dan aktivitas yang tidak berjalan. Secara cepat individu dapat
menyelesaikan masalah dengan menganti yang tidak ada pada saat diperlukan
di tempat tersebut.
4) Orisinalitas
Merupakan suatu kemampuan untuk mengungkapkan ide, gagasan ,
penyelesaian, dan cara kerja yang tidak lazim bahkanuntuk memberikan
gambaran mengenai peristiwa yang terjadi jarang mengejutkan. Contoh :
apakah manfaat topi baja ? orang yang tidak orisinal kebanyakan menjawab
untuk melindungi kepala dari panas, dingin, angina, pukulan, dan sebagai
hiasan kepala. Orang orisinal akan mengatakan untuk mengambil air dari
sungai, untuk tempat duduk dan untuk mengumpulkan peralatan besi bengkel.
5). Lebih menyukai kompleksitas daripada simplitas
Hasil penelitian menemukan, pada umumnya orang relatif lebih menyukai
kesulitan daripada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan, dan
cenderung yang bnyaktali-temalinya (complecity) daripada yang
sederhana(simplcity). Dengan keadaan yang demikian, mereka dapat
menemukan gagasan lain, tali-temali antara masalah yang menakjubkan, dan
hal baru. Kecenderungan pada hal-hal yang sulit itu dari yang mudah itu,
mewarnai hidup orang-orang kreatif dan meliputi sebagian besar aktivitas
hidupya, oleh karena itu tidak jarang mereka mengalami banyak

13
kesulitan.Pengalaman sulit itu memperkaya dan memperluas cakrawala hidup
mereka, dan keadaan ini makin menambah daya kreatif mereka.
6). Latar belakang yang merangsang
Orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang
yang dapat menjadi contoh seperti dalam tulis-menulis, seni, studi, penelitian,
dan pengembangan ilmu serta penerapannya, serta dalam suasana ingin
belajar, ingin makin tahu, ingin maju dalam hal yang ditekuni. Latar belakang
yang merangsang (stimulating background) adalah lingkungan dan suasana
yang mendorog itu yang dapat dimulai di keluarga, lingkungan sekolah,
tetangga, bahkan di dunia kerja. Dalam lingkungan demikian, orang kreatif
melihat dan mengalami cara hidup dan cara kerja oang-orang yang sudah jadi
dalam bidang mereka masing-masing. Bagi orang kreatif dari keadaan itulah
mempelajri pengetahuan, melati kecakapan baru, dan terdorong untuk
memiliki sifat khas mereka : terus berusaha, tenang dalam menghadapi
kegagalan, tidak putus asa, disiplin, terus mencari, berprestasi, dan bergairah
dalam hidup.
7) Kecakapan dalam banyak hal
Manusia kreatif pada umumnya mempunyai banyak minat dan kecakapan
dalam berbagai bidang kehidupan. Orang yang memiliki banyak kecakapan
tidak mudah terpaku ada satu bidang kehidupan, dipaksa melewati satu jalur
hidup, dan mengerjakan yang itu-itu saja, tetapi memiliki banyak ruang,
tersedia berbagai jalan untuk melangkah dari variasi dalam cara hidupnya.
Berbagai kecakapan tersebut tidak saling mengganggu tetapi sebaliknya
saling mendukung.Ilmuwan yang sastrawan dapat mengemukakan gagasan
ilmiahnya secara jelas dan indah, pelukis yang musikus dapat melukis dengan
penuh irama seolah-olah diiringi music pendukung. Orang yang memilki
banyak kecakapan,kancah kehidupannya tampak sebagai suatu taman indah
yang memiliki berbagai jalan masuk dan dapat dinikmati dari berbagai sudut
dan pandangan.

14
b. Ciri yang memungkinkan
Ciri yang memungkinkan diperlukan untuk mempertahankan gagasan kreatif yang
sudah dihasilkan, melputi :

1) Kemampuan untuk bekerja keras


Orang kreatif melukiskan dirinya “saya hanya bekerja keras”, mereka
bekerja kerja membanting tulang, memeras tenaga berhari-hari, berminggu-
minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.Mereka sungguh hidup dalam
aktivitas di bidang seni, imu, politik, hukum, dan dagang.Pekerjaan mereka seperti
menelan hidup mereka. Orang yang kurang produktif tampak loyo, tanpa
semangat, tujuan tampak tidak terarah, tanpa cita-cita, dan tidak akan pernah
menjadi orang kreaif. Orang kreatif adalah pekerja keras, namun tidak tegang,
serius tetapi santai, karena kerja sudah menyatu dengan gaya hidupnya, mereka
memiliki kemampuan bekerja keras.
2) Berpikir mandiri
Orang kreatif memiliki rasa individualitas yang kuat, mereka membuat
keputusan sendiri, percaya dengan daya pikirnya, dan percaya dengan
pendapatnya sendiri.Dalam situasi tertekan oleh kelompok, orang kreatif tidak
mudah tunduk, mereka minta penjelasan tentang pendapat umum itu dan
mengutarakan pendapat mereka sendiri dengan alas an-alasanya.Mereka tidak
mudah dipermainkan oleh pendapat umum.Mereka juga tidak begitu saja
melepaskan pendapat sendiri tanpa melihat sanggahan melawan yang dapat
dipertanggngjawabkan.
Menerima pendapat umum dan melepas pendapat sendiri bukan karena tekanan,
tetapi karena kebenaran persoalan yang dirasakan dan dipikirkan.Orang kreatif
mampi menghadapi dengan tenang dalam silang pendapat, tidak mudah termakan
kabar angin, issue, gossip, dan kabar burung, dan pikirannya tidak mudab
digoyang oleh hal kecil yang menggoda.Mereka lurus, konsisten, dan maju terus
dengan nyala obor kebenaran yang dilihat dan diperoleh daya pikirnya.Orang
yang berpikir mandiri, orang kreatif bisa jadi kaku. Sulit menyesuaikan
pendapatnya dengan pendapat orang lain, atau ia sangat kuat mempertahankan

15
pendapat sendiri. Keadaan demikian dapat merusak suasana kebersamaan. Orang
berpikir mandiri adalah orang kreatif yang dapat bertindak, berbuat atau
merencanakan sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, sebagai konsekuensi logis dari suatu keputusa kreatif. Perlu
diketahui bahwa kecenderunhan berpikir mandiri itu bukanlah memberikan
ketegasan untuk bertahan dan terus maju mencapai sesuatu yang diperlukan untuk
mewujudkan ide atau gagasan kreatif.Menciptakan ide atau gagasan kreatif adalah
satu hal, dan membuat ide atau gagasan itu dapat diwujudnyatakan dalam produk
kreatif adalah hal yang lain lagi.Dunia ini dipengaruhi oleh orang yang berpikir
berbeda-beda, tanpa nyali untuk tetap bertahan untuk mewujudkan ide atau
gagasan dalam produk nyata.Betapa pun cemerlangnya ide atau gagasan itu
ditemukan, tetaplah tinggal ide atau gagasan yang tidak dapat diwujudkan dalam
rangka memperkaya kehidupan. Kemandirian orang kreatif bukanlah kemandirian
asal mandiri dan demi mandiri sendiri, tetapi kemandirian atas dasar kebenaran,
terbuka untuk menerima pandangan-pandangan lain dan menjadi 'abdi' untuk
mewujudkan 'impian' mereka menjadi kenyataan. Maka kebenaran dulu, mandiri
kemudian, dan mandiri untuk menjelmakan kebenaran.
3) Pantang menyerah
Ada orang yang percaya akan pikirannya sendiri dan tidak terlalu ambil
pusing pendapat orang lain dan sebagian orang lain memiliki gambaran baik
tentanh diri sendiri sebagai akibat keberhasilannya di masa lampau, sehingga
orang kreatif tidak takut gagal. Mereka senang, rela dan mau mencoba lagi tanpa
mengenal menyerah, bahkan terkadang mereka tidak melihat kegagalan sebagai
kegagalan, tetapi hanya gangguan kecil yang tidak mengenakkan di jalan menuju
sukses.
4) Mampu berkomunikasi dengan baik
Pencipta paling cemerlang di dunia ini tanpa kecakapan berkomunikasi
tidaklah efektif.Pada umumnya, orang kreatif juga sebagau komunikator yang
baik, jelas, dan terarah.Tanpa kecakapan komunikasi ide atau gagasan, mereka
tidak bisa ditangkap dengan lengkap dan benar, argumennya tidak bahwa orang
kreatif adalah penulisan dan penceramah yang baik. Krcakapannya itu menarik

16
perhatian masyarakat untuk suatu karya cipta yang baru, berupa ide, gagasan,
penyelesaian, dan cara kerja yang baru.
5) Lebih tertarik pada konsep daripada hal kecil
Orang kreatif tidak terserap oleh hal kecil dari berbagai hal yang dihadapi.
Mereka lebih tertarik pada konsep daripada detail, mereka tidak sejak awal
mencurahkan perhatian pada cara menyelesaikan masalah, tetapi pada pemahaman
menyeluruh tentang berbagai hal dalam hubungan masalah tersebut dengan hal
yang lain. Pendekatan konseptual yang menyeluruh ini pada umumnya akan
menghasilkan penyelesaian masalah secara kreatif dan seimbang.
6) Keingintahuan intelektual
Orang kreatif memiliki keingintahuan (intelectual curiosity) yang tidak
habis-habisnya mengenai hal yang ditemukan dalam hidupnya. Orang mengatakan
: pada umur 1-7 tahun suka bertanya "mengapa", pada umur 7-17 tahun suka
mengajukan soal "mengapa tidak", dan pada umur 17-70 tahun kita suka berkata
"karena". Dengan perkataan lain, makin menjadi tua, makin kehilangan
keingintahuan. Hal demikian menyebabkan kita tidak terdorong untuk
mendapatkan pengalaman baru yang mencari hal-hal yang baru, ini menghambat
kreativitasnya.
7) Kaya humor dan fantasi
Kebanyakan orang kreatif memiliki rasa humor yang tinggi dan kaya dengan
fantasi.Mereka mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk ngatur
pikiran, emosi, dorongan hati, dan gejolak jiwanya.Mereka hidup dalam dunia
yang lebih luas dan penuh berbagai unsur menarik, hal yang demikian dapat
mendorong mereka makin aktif dalam kegiatan kreatif.Kebanyakan hunor dan
fantasi tentu tidak selalu menyenangkan orang, karena kekurangan minat pada
pengendalian berpikir, mengungkapkan emosi, dan menyatakan dorongan hati.
Orang kreatif dapat keluar dari jalur adaptif dan norma yanh ada dalam
masyarakat, sehingga sering disebut kurang sopan dan tidak bisa beradaptasi.
8) Tidak segera menolak ide
Saat diajukan suatu ide atau gagasan pada orang kreatif tidak begitu saja
menolaknya walaupun ia melihat kekurangannya. Ide atau gagasan itu dilihat

17
sevara menyeluruh dan rinci dengan berbagai pertimbangan, ia mencari segala
unsur menarik dari ide atau gagasan itu dan mengesampingkan kekurangan-
kekurangannya. Orang-orang kreatif memiliki pendirian bukan hanya mendekati
masalah dari unsur positif dan negatifnya, tetapi lebih dari segi menariknya,
karena kreativitas justru lahir dari kemampuan mengembangkan unsur menarik
dari suatu ide, gagasan, penyelesaian, cara, dan kemungkinan baru mengenai
masalah tersebut.
9) Arah hidup yang mantap
Orang yang kreatif kebanyakan menampakkan dalam diri mereka sikap
terlibat dalam sesuatu, yakin akan tujuan dan arti hidupnya, dan ada rasa ditakdirkan.
Mereka merasa mendapat kemampuan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas hidup
di tempat dan di zamannya.Mereka memandang dirinya unik, tugas yang unik diruang
hidup tertentu.Orang kreatif sungguh-sungguh ada di dalam motivasi untuk terus
berkarya mencapai cita-cita, memenuhi tugas hidup, dan memainkan peranan
menanggung, dan mengatasi kegagalan, dan maju terus pantang mundur untuk meraih
keinginan yang didambakannya.

c. Ciri sampingan
Ciri sampingan ini memengaruhi perilaku orang kreatif.Banyak orang kreatif
memiliki ciri yang membuat mereka sulit diterka, sulit bergaul dan hidup dengan
mereka, serta sulit diatur.Ciri ini bukan untuk kreativitas tetapi menjadi efek samping
dari kreativitasnya. Ciri sampingan ini antara lain :
1) Tidak mau tahu jalan pikiran orang lain
Orang kreatif berpikir sendiri, ia tidak ambil pusing mengenai sesuatu yang
dipikirkan orang lain, akibatnya ia tidak peka dengan perasaan orang lain di
sekitarnya. Biasanya, ia kurang memperhatikan adat yang berlaku, tampak aneh, dan
angkuh.
2) Kekacauan psikologis
Orang kreatif lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, tidak
mengendalikan perasaan dan tidak peduli dengan keberadaan orang lain. Memandang
dunia dengan kacamata berbeda dari yang lazim, hidup dengan aturan yang tidak

18
biasa, bertindak atas dasar perhitungan khusus, dan dapat membawa orang kreatif ke
dunia batin yang penuh dengan angin topan.Hal yang demikian dapat membawa
mereka ke tengah kekacauan psikologis dan dapat mengakibatkan hidup jadi
berantakan, perkawinan hancur, kehilangan pekerjaan, minum-minuman keras,
bahkan bisa melakukan bunuh diri.Orang aneh, suka minum, asosial, dan dengan
sendirinya tidak kreatif.Ciri tadi merupakan akibat dari integritas kepribadian orang
kreatif dan situasi batin yang diakibatkan oleh kreativitas.Ekses negatif dari orang
kreatif tadi dapat diarahkan, dan diatasi dengan refleksi dan olah diri.Kreatif tidak
mesti aneh, orang kreatif dapat juga biasa saja, sopan dan bermasyarakat.

C. Hubungan Inteligensi dengan Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu aktivitas berpikir untuk menghasilkan gagasan-


gagasan baru, tindakan baru, dan penyelesaian suatu masalah yang baru.Sudah tentu
kreativitas memerlukan peran inteligensi pada tingkatan tertentu, karena ingteligensi
maupun kreativitas merupakan suatu kemampuan intelektual, namun keduannya memiliki
dimensi yang berbeda. Inteligensi lebih dekat dengan berpikir konvergen yaitu mencari
dan memilih satu jawaban yang terbaik atau paling cocok, sedangkan kreativitas lebih
dekat dengan dimensi berpikir divergen yang menghasilkan berbagai alternatif jawaban
(Hattie dan Rogers,1986). Di dalam proses kreatif, sudah barang tentu terdapat tahapan-
tahapan berpikir konvergen, sehingga sampai saat ini inteligensi dianggap sebagai
variabel penting dalam hubungannya dengan kreativitas.

Penelitian Munandar (1982) menemukan korelasi positif dan signifikan antara


inteligensi dengan kreativitas dengan angka korelasi sebesar 0.53.Suharnan (1998)
menemukan angka korelasi sebesar 0.23, dan hasil penelitian terbaru dari Kuncel,
Hezlett, dan Ones (2004) menemukan korelasi sebesar 0.36.Berdasarkan hasil penelitian
ini dan hasil penelitian sebelumnya, korelasi antara inteligensi dengan kreativitas
bergerak dari tingkat rendah sampai sedang. Dapat disimpulkan bahwa orang yang
memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih kreatif daripada mereka yang memiliki
inteligensi rendah, tetapi hal ini tidak berarti bahwa dengan makin tinggi inteligensi
seseorang, maka dengan sendirinya akan menjadikan ia lebih kreatif daripada yang lain.

19
Hal ini harus disadari mengingat antara inteligensi dengan kreativitas menunjukkan
korelasi yang tidak sempurna (Halpern,1996).

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun pembangunan


masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan
perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia ( Maslow, 1968 ).
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek
pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul
dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut
Torrance ( 1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah,
membuat dugaan tentang kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan menguji dugaan atau
hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil –
hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan
verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan
dari proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinalitas, dan bermakna.

Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan


dorongan internal maupun eksternal dari lingkungannya. Jadi peranan Intelegensi /
kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya.
Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas,
bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu memiliki motivasi yang
berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas
dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.

B. Saran

Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang


masih kurang memperhatikan dalam pengembangan intelegensi anak didiknya, maka dari
itu kita sebagai calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini
rencana-rencana pengajaran yang merujuk pada pengembangan intelegensi sehingga
kreativitas anak-anak didik mengalami kemajuan dimasa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011 (diakses melalui
www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)

Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU, 2011(diakses melalui
www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)

Candra, I Wayan,dkk,Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa,Poltekkes


Kemenkes Denpasar : ANDI, 2017

22

Anda mungkin juga menyukai