Anda di halaman 1dari 19

ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

PENYULUHAN ANEMIA

1. Mata Ajar : Penyuluhan Anemia

2. Waktu : 1,5 jam @ 90menit

3. TIU : Sasaran (Ny.Saripah) dan keluarga dapat


memahami dan mengerti tentang konsep anemia
4. TIK :
Setelah mengikuti penyuluhan ini, Ny.Saripah dan keluarga mampu
menjelaskan tentang:
a. Pengertian anemia
b. Penyebab anemia
c. Tanda-tanda dan gejala anemia
d. Cara penganan anemia
e. Cara pencegahan anemia

5. Pokok Bahasan : Gangguan Darah

6. Sub Pokok Bahasan:


a. Pengertian anemia
b. Penyebab anemia
c. Tanda-tanda dan gejala anemia
d. Cara penganan anemia
e. Cara pencegahan anemia

7. Proses Pembelajaran :
a. Metode : Ceramah dan Tanya jawab (CTJ)

b. Alat bantu : Lembar Balik


c. Langkah kegiatan :

1) Kegiatan 1 : Perkenalan (5 mennit)


Uraian fasilitator : Fasilitator melakukan perkenalan

2) Kegiatan 2 : Penjelasan tujuan pemberian materi pelajaran


(5 menit)
Uraian fasilitator : Fasilitator menjelaskan hal-hal yang ingin
dicapai dalam prose penyuluhan

3) Kegiatan 3 : Ceramah dan tanyajawab (60 menit)


Uraian fasilitator : Fasilitator menjelaskan tentang materi yang
akan disampaikan, memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk mengajukan
pertanyaan, kemudian fasilitator memberikan
jawaban/tanggapan.

4) Kegiatan 4 : Rangkuman (10 menit)


Uraian fasilitator : Fasilitator merangkum dan menyimpulkan
materi yang disampaikan

5) Kegiatan 5 : Evaluasi (10 menit)


Uraian fasilitator : Fasilitator mengajukan beberapa pertanyaan
kunci untuk dijawab sasaran. Bila beberapa
pertanyaan kunci tersebut dapat dijawab
dengan benar, berarti proses pembelajaran
berjalan dengan baik.

8. Rujukan :
Barasi M.E.,2007.At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga

Depkes RI, 2010. Profil kesehatan Indonesia 2009. Jakarta. Pp:106-


7.www.DepkesRI.com
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihangga.

WHO. 2001. Nutrition: Iron Deficiency Anemia. www.who.Int .

PENATALAKSANAAN ANEMIA

1. Pendahuluan

2. Pengertian anemia

3. Determinan/faktor penyebab anemia

4. Tanda-tanda dan gejala anemia

5. Cara penanganan anemia

6. Cara pencegahan anemia


MAKALAH

ANEMIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan

Dosen Pembimbing :

Mulyanah Abbdulhaq, SKM, MKes

Disusun Oleh :

Siti Rosmawati (1720190041)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena pertolongannya penulisan makalah
yang berjudu” ANEMIA “ Makalah ini adalah hasil kerja Penulis yang secara sadar membuat agar
bisa berguna bagi siapapun  terkusus bagi para mahasiswa fakultas ilmu kesehatan, Program Studi
D3 keperawatan dalam rangka proses belajar mengajar kedepannya.           

          Makalah ini mungkin masih belum lengkap untuk itu Penulis mohon maaf apabila masih
terdapat sejumlah hal yang belum dimasukan sebagai bahan yang berjudul sesuai makalah ini, Jadi
usul, saran dan masukan sangat penting.

            Akhirnya Penulis ucapkan terima kasih dan harapan Penulis agar makalah ini bisa berguna
bagi para mahasiswa terkusus program studi keperawatan sebagai bekal dikemudiaan hari.

Jakarta, 15 Desember 2020

Penulis
DAFTAR  ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB  I  PENDAHULUAN...............................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah…........................................................................................4
C. Tujuan ..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................,...........6

A. Pengertian Anemia…………………..……………………….….……...........6
B. Penyebab Anemia …………...……………………………………..………...8
C. Tanda dan Gejala Anemia………...………………………….........................9
D. Penaganan Anemia ………………..………………………..………...…….10
E. Pencegahan Anemia ……………........................,……………….....……….12

BAB III PENUTUP.........................................................................................................17

A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping
tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat
kurangnya yodium (GAKI), dan masalah kurangnya Vitamin A (Supariasa, 2000). Menurut
Conrad (2009) prevalensi anemia sekitar 10 – 30%, sebagian besar berada di negara sedang
berkembang, termasuk Indonesia. Prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi.
Anemia menduduki urutan keempat dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia.
Adapun dalam dua puluh lima besar penyakit yang banyak diderita perempuan
anemia juga berada di urutan keempat (Depkes, 2006). Data Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2004 mengungkapkan prevalensi anemia defisiensi besi pada balita
40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10 - 18 tahun 57,1% dan usia 19
- 45 tahun 39,5%. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai risiko paling
tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri (Isniati, 2007).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah  yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya:
1. Apa itu Anemia?
2. Apa saja Penyebab Anemia?
3. Apa saja Tanda dan Gejala Anemia?
4. Bagaimana cara Penanganan Anemia?
5. Bagaimana cara Pencegahan Anemia?

C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui Pengertian Anemia
2. Untuk mengetahui Penyebab Anemia
3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Anemia
4. Untuk mengetahui Penanganan Anemia
5. Untuk mengetahui Pencegahan Anemia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia
anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh
( Handayani dan Haribowo,2008 )
anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin,hematrokit,atau jumlah eritrosit
per millimeter kubik lebih rendah dari normal ( Dallman dan Mentzer,2006 )
menurut ahmad syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan dimana
level Hb rendah karena kondisi patologis.
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.
(WHO,2015). National Institute of Health(NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia
terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, &
Veretamala, 2017). Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang
lebih rendah daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah
merah dalam produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal.
Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani &
Wijatmadi, 2012). Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan
oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup
ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan
saturasi (jenuh) transferrin menurun, mampu ikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan
besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak sama sekali (Gultom
2003).
B. Penyebab Terjadinya Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah segar atau hemoglobin. Akibatnya
sel-sel dalam tubuh tidak mendapati cukup oksigen dan tidak berfungsi secara maksimal.
Secara garis besar, anemia terjadi pada 3 kondisi berikut ini :
 Produksi sel darah merah yang kurang.
 Kehilangan darah secara berlebihan.
 Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.
Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:

1. Anemia akibat kekurangan zat besi

Kekurangan zat besi membuat tubuh tidak mampu menghasilkan hemoglobin (Hb).


Kondisi ini bisa terjadi akibat kurangnya asupan zat besi dalam makanan, atau karena tubuh
tidak mampu menyerap zat besi, misalnya akibat penyakit celiac.

2. Anemia pada masa kehamilan

Ibu hamil memiliki nilai hemoglobin yang lebih rendah dan hal ini normal. Meskipun
demikian, kebutuhan hemoglobin meningkat saat hamil, sehingga dibutuhkan lebih banyak
zat pembentuk hemoglobin, yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Bila asupan ketiga
nutrisi tersebut kurang, dapat terjadi anemia yang bisa membahayakan ibu hamil maupun
janin.

3. Anemia akibat perdarahan

Anemia dapat disebabkan oleh perdarahan berat yang terjadi secara perlahan dalam
waktu lama atau terjadi seketika. Penyebabnya bisa cedera, gangguan menstruasi, wasir,
peradangan pada lambung, kanker usus, atau efek samping obat, seperti obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS). Selain itu, anemia karena perdarahan juga bisa merupakan gejala
cacingan akibat infeksi cacing tambang yang menghisap darah dari dinding usus.

4. Anemia aplastik

Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak
mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga dipicu oleh
infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek samping obat antibiotik dan
obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis

5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada
pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah lahir
akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek samping obat-
obatan, seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah,
terutama bila berlangsung dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya adalah penyakit
Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin.
Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti bulan
sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit apabila memiliki kedua orang tua yang sama-
sama mengalami mutasi genetik tersebut.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin.
Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki kondisi
yang sama.

C. Tanda dan Gejala Anemia


Tanda-Tanda Anemia
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
1. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi
pucat
Gejala Anemia
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga
golongan besar yaitu sebagai berikut:
1. Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis
Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik
tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan
menurut organ yang terkena adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c. Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut
tipis dan halus.
2. Gejala Khas Masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda- tanda infeksi.

Gejala Akibat Penyakit Dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena
penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan,
sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada
defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :

a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.
D. Penanganan Anemia
1. Metode Penanganan untuk Anemia Defisiensi Zat Besi
Dengan mengetahui apa saja yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi, kamu dapat
mengetahui cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyebab anemia tersebut.
Selain dengan mengembalikan kadar zat besi di dalam tubuh, metode lainnya yang juga
efektif untuk menangani anemia defisiensi zat besi adalah mengatasi penyebab anemia.
a. Perbanyak Konsumsi Zat Besi
Pengidap anemia zat besi dianjurkan untuk memperbanyak mengonsumsi makanan
yang kaya akan akan zat besi agar kadar zat besi dalam tubuh kembali normal:
 Daging merah, ayam, dan ati ayam.
 Makanan laut, seperti tiram, kerang, dan ikan.
 Sayuran hijau, misalnya bayam dan brokoli.
 Kacang-kacangan, contohnya kacang hitam, kacang hijau, dan kacang
merah.
b. Mengonsumsi Suplemen Zat Besi
Dokter biasanya akan memberikan suplemen penambah zat besi sebagai
penanganan utama untuk memperbaiki defisiensi zat besi yang dialami pengidap.
Dosis yang dianjurkan adalah 150–200 miligram setiap hari. Kamu sebaiknya
minum suplemen ini dalam keadaan perut masih kosong, namun buat kamu yang
memiliki maag minumnya setelah makan. Selain itu, konsumsilah suplemen ini
dengan makanan atau minuman yang kaya akan vitamin C agar zat besi bisa
terserap lebih baik.
c. Mengatasi Penyebab Anemia Defisiensi Besi
Bila anemia defisiensi besi disebabkan oleh perdarahan yang berlebihan saat
menstruasi, maka wanita yang mengalaminya bisa mengonsumsi kontrasepsi oral.
Tapi, bila kekurangan zat besi disebabkan karena adanya infeksi dalam usus,
sehingga tubuh tidak bisa menyerap nutrisi tersebut dari makanan dengan baik,
dokter bisa memberikan antibiotik pada pengidap. Sedangkan untuk perdarahan
karena polip, tumor, ataupun miom, dokter akan menyarankan pengidap untuk
melakukan operasi penyakit tersebut.
d. Transfusi Sel Darah Merah
Bila suplemen penambah zat besi tidak mempan mengurangi gejala yang dialami
pengidap dengan cepat, maka cara penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan transfusi sel darah merah.

E. Pencegahan Anemia
1. Makan makanan kaya zat besi
Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin di dalam sel
darah merah. Hemoglobin adalah zat yang memberi warna merah dan memungkinkan sel
darah membawa oksigen ke seluruh tubuh Anda.
Maka dari itu, memperbanyak makan makanan tinggi zat besi bisa menjadi salah
satu upaya pencegahan anemia yang cukup mudah dilakukan. Beberapa makanan yang
mengandung zat besi, antara lain:
 Daging tanpa lemak
 Telur
 Sayuran hijau, seperti bayam dan sawi
 Sereal yang diperkaya zat besi

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan Indonesia,


orang dewasa setidaknya butuh 26 mg zat besi per hari untuk mencegah anemia kambuh.

2. Makan makanan mengandung vitamin B12


Cara lain untuk mencegah anemia adalah dengan makan makanan tinggi vitamin
B12. Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dapat membantu menjaga kesehatan saraf,
membuat DNA, dan berperan penting dalam pembentukan sel darah merah sehat.
Masih mengutip tabel AKG milik Kemenkes, orang dewasa disarankan
mencukupi kebutuhan vitamin B12 sebanyak 2,6 mcg setiap hari sebagai langkah
pencegahan anemia
Sumber vitamin B12 bisa Anda dapatkan dari makanan, seperti:
 Hati hewan, seperti sapi dan ayam
 Kerang laut
 Ikan
 Daging
 Unggas 
 Telur
 Susu dan produk susu lainnya yang mengandung vitamin B12

3. Makan makanan mengandung asam folat


Asam folat (vitamin B9) membantu tubuh membuat sel-sel baru, termasuk sel
darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang mati. Itu sebabnya, asam
folat menjadi salah satu nutrisi penting untuk mencegah anemia.  
Makanan yang mengandung asam folat bisa Anda dapatkan dari:
 Sayuran berdaun hijau, seperti bayam
 Buah jeruk
 Kacang polong
 Roti
 Sereal
 Nasi
 Pasta 
4. Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C
Sering mengonsumsi makanan atau buah yang mengandung vitamin C dapat
menjadi cara mencegah anemia secara alami. Orang dewasa setidaknya butuh 75 mg
vitamin C dalam sehari untuk menjaga kesehatan sel darah dan fungsi tubuh lainnya tetap
sehat.
Vitamin C berperan dalam penyerapan zat besi di dalam usus halus. Inilah alasannya
orang yang kekurangan vitamin C berisiko mengalami anemia.

5. Berikan susu sapi pada anak mulai 1 tahun ke atas


Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), memberikan susu sapi pada
bayi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia sejak dini. Namun, pastikan Anda
memberikan susu sapi pada anak saat usianya—setidaknya—mulai satu tahun ke atas.
Hal ini lantaran susu formula yang terbuat dari sapi memiliki kandungan zat besi
yang rendah. Masih dari AAP, susu sapi juga dapat mengiritasi lapisan usus bayi
sehingga memicu perdarahan dan hilangnya zat besi di dalam tubuh anak.
Meski risikonya kecil, bayi yang terlalu cepat mengonsumsi susu sapi bisa
berisiko kekurangan zat besi. ASI masih menjadi asupan nutrisi terbaik untuk bayi di
bawah satu tahun.
Namun, apabila karena kondisi tertentu Anda harus memberikan susu formula
pada bayi yang belum genap 1 tahun, cobalah memberikan susu kedelai untuk mencegah
anemia. Anda mungkin juga perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan
pengganti ASI yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi bayi Anda.

6. Berhenti minum alkohol


Menurut alcohol.org, minuman memabukkan dapat menurunkan produksi sel
darah merah di sumsum tulang. Ini karena alkohol menyebabkan nutrisi dari makanan
lain tidak dapat terserap tubuh dengan baik. Nutrisi yang banyak berkurang karena
minum alkohol umumnya adalah vitamin B12 dan folat.
Padahal, vitamin B12 dan asam folat sangat berguna untuk memproduksi sel
darah merah. Itu sebabnya, segeralah berhenti minum alkohol sebagai salah satu cara
untuk mencegah anemia.

7. Masak pakai peralatan yang terbuat dari besi


Pencegahan anemia juga dapat dilakukan dengan memasak menggunakan
peralatan berbahan besi (flat iron). Panci dan wajan yang terbuat dari besi akan
membantu memasukkan kadar zat besi ke dalam masakan Anda. 
Meskipun belum dapat dipastikan apa hubungannya, beberapa penelitian
menemukan bahwa wajan atau panci dari besi dapat melepaskan zat besi dari makanan
yang dimasak. 
Namun tidak semua bahan masakan bisa mengeluarkan zat besi saat dimasak di
wajan besi. Cara mencegah anemia ini hanya bisa dilakukan pada makanan yang rasanya
asam, misalnya saus tomat dan hidangan yang diolah dengan cuka, lemon, atau jus jeruk
nipis.
UpayaUpaya pencegahan anemia ini akan berdampak optimal apabila bahan
masakan yang rasanya asam dimasukkan terakhir, sesaat sebelum makanan matang, dan
langsung disajikan.

8. Menggunakan KB hormon
Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan rahim menebal secara
berlebihan. Akibatnya, Anda mengalami perdarahan menstruasi yang lebih parah.
Kehilangan banyak darah selama menstruasi akhirnya membuat Anda rentan terhadap
anemia.
KB hormon membantu mencegah anemia saat menstruasi dengan
menyeimbangkan hormon dalam tubuh Anda. Dikutip dari Mayo Clinic, alat KB yang
Anda gunakan mengandung hormon yang dapat menipiskan rahim sehingga Anda tidak
mengalami perdarahan secara berlebihan.

9. Mengatasi masalah kesehatan yang menjadi penyebabnya

Perdarahan parah saat menstruasi dapat menyebabkan anemia. Oleh karena itu,
mengatasi penyebab perdarahan parah, seperti  tumor rahim, polip, gangguan fungsi
ovarium, penggunaan KB non-hormonal, hingga kanker bisa mencegah anemia datang
kembali.
Kunci mencegah anemia saat menstruasi adalah menjaga kecukupan zat besi dan
mengatasi faktor penyebab menstruasi hebat. 
Meski beberapa upaya pencegahan anemia di atas cukup mudah dilakukan,
beberapa jenis anemia sayangnya tak dapat dicegah. Anemia akibat kelainan genetik,
seperti anemia sel sabit dan thalasemia adalah contohnya.
Namun, jangan dulu berkecil hati. Cara-cara mencegah anemia di atas juga dapat
membantu agar gejala yang Anda rasakan tidak kambuh ataupun memburuk. Cobalah
untuk berkonsultasi dengan dokter terkait keluhan Anda agar mendapatkan perawatan
yang sesuai.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Anemia didefinisikan
sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah. (WHO,2015). National Institute of
Health(NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah
sel darah merah yang cukup(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).

Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin. Akibatnya,
sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara normal (hipoksemia).

Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:

 Produksi sel darah merah yang kurang.


 Kehilangan darah secara berlebihan.
 Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.

Gejala dan tanda pada orang anemia, umumnya mereka yang mengalami sakit anemia, mudah sekali
untuk dikenali dan dilihat secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit
anemiaatau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata bagian dalam bawah.
Jika terdapat warna kurang merah berarti anda dapat dikatakan anemia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka dapat disarankan agar sasaran
dapat memahami dengan baik tentang anemia sehingga dapat membantu dalam kegiatan promosi
kesehatan tentang anemia. Disarankan untuk memahami tentang pengertian, penyebab, gejala, cara
penanganan dan pencegahan anemia sehingga angka kejadian anemia dapat menurun

DAFTAR PUSTAKA

Barasi M.E.,2007.At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga

Depkes RI, 2010. Profil kesehatan Indonesia 2009. Jakarta. Pp:106-7.www.DepkesRI.com

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihangga.

WHO. 2001. Nutrition: Iron Deficiency Anemia. www.who.Int .

Anda mungkin juga menyukai