Dibuat oleh :
Mochammad Adam Alyafi (ELKOM 2017/17050514050)
Abstract
Straw mushrooms (Volvariella volvacea) is one type of fungus that can be
eaten. Mushroom cultivation is done in the home of fungus (mushroom) which is
usually made of bamboo. Edible mushroom can be grown optimally by controlling
the temperature and humidity in the mushroom. Conditioning environment
kumbung is usually done manually by spraying water on the growing media every
8 hours. But it is perceived to be ineffective and require effort kejerihan high. It
1
required a technology that can monitor and also control the environmental
conditions in the mushroom automatically from a distance. This research do the
design of monitoring and control system of temperature and humidity in the
mushroom for cultivation of edible mushroom-based IoT (Internet of Things).
The cultivation of edible mushroom is very popular among rural
communities and urban areas, better in small scale, medium and industry.
Mushroom cultivation in low-lying areas (temperature of ±35℃) require control of
temperature and humidity on mushroom mushroom to get the growth of the
mushroom bodies optimal. On the phase formation of the fruit body requires a
temperature between 30℃-35℃ with a humidity of between 80%RH-90%RH. As
the rapid development of the technology the current settings and temperature and
humidity monitoring can be done by means of automatic remotely using a
microcontroller NodeMcu ESP32 with cloud-based Internet of Things. A device
that is used to support this system include the ESP32 as a microcontroller and as a
link to the internet, sensor DHT22 as a temperature sensor and a humidity sensor
RTC DS1307 as the timer in real time, the relay as an automatic switch on the
component such as fan, water pump and lights. Data obtained by the sensor will be
uploaded to the database via the internet and can be accessed through a web page.
The results of the testing show that the system can set and maintain the temperature
and humidity in indoor cultivation of the edible mushroom automatically according
to the temperature and the humidity determined by the mushroom farmers.
Keywords: Mushroom cultivation, NodeMcu, Internet of Things, ESP32, Web.
2
A. PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan bidang pertanian sebagai
sektor andalan didalam pertumbuhan ekonominya. Sekitar 33,6 juta atau 27,65% penduduknya
bekerja di bidang pertanian (BPS, 2017). Sebagian besar petani masih menggunakan metode
tradisional dalam teknik pertaniannya yang berakibat pada masih rendahnya hasil panen
pertanian atau perkebunannya. Untuk meningkatkan hasil panen, salah satunya dibutuhkan
penerapan teknologi otomasi modern yang efektif dan efisien pada bidang ini.
Salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan adalah jamur merang (Volvariella
volvacea). Jamur merang dapat ditemukan tumbuh pada tempat-tempat yang lembab seperti
tempat penggilingan padi, pabrik limbah kertas, limbah sawit, dan diberbagai tumpukan ampas
yang lembab. Jamur merang memiliki kandungan protein dan vitamin yang cukup tinggi dan
juga merupakan salah satu jamur yang banyak diminati konsumen.
Pertumbuhan jamur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cahaya, suhu dan
kelembaban udara. Pertumbuhan jamur membutuhkan kelembaban yang tinggi dan intensitas
cahaya yang rendah, yang mana kedua hal ini harus dijaga intensitasnya sesuai dengan
kebutuhan jamur. Jamur merang membutuhkan suhu 30-35°C dan kelembaban 80-90% untuk
menumbuhkan tubuh buahnya. Intensitas cahaya yang dibutuhkan jamur berkisar antara 50-
300 lux. Apabila suhu, kelembaban dan intensitas cahaya yang dibutuhkan kurang, maka harus
dilakukan tindakan seperti peningkatan suhu, pengkabutan air dan menghidupkan lampu.
Seiring berjalannya waktu budidaya jamur dengan skala kecil mengalami hambatan
dalam melakukan pengendalian dan pemantauan suhu dan kelembapan kumbung jamur
sehingga hasil panen kurang maksimal. Begitu pula dengan keadaan cuaca ekstrim saat ini yang
tak menentu dapat memengaruhi hasil panen budidaya jamur. Saat ini budidaya jamur merang
untuk mengatasi perubahan suhu dan kelembapan hanya menggunakan cara yang manual
dengan menyemprot air secara perlahan dari atas baglog dan memanfaatkan kelembapan tanah
yang digunakan sebagai alas kumbung. Petani jamur hanya mengira-ngira suhu dan
kelembapan dalam kumbung jamur dan belum terdapat alat ukur yang pasti.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, kemudahan dalam perawatan
budidaya jamur merang sangatlah diperlukan terutama pada budidaya dengan skala kecil.
Untuk menjaga suhu dan kelembapan secara otomatis sangatlah diperlukan untuk menghemat
waktu dan tenaga. Salah satu perkembangan teknologi untuk pengaturan dan pemantauan suhu
dan kelembapan saat ini dapat dilakukan secara otomatis menggunakan mikrokontroller
NodeMcu ESP32. Selain itu ada penelitian yang merancang sistem kontrol dan monitoring
suhu dan kelembapan berbasis Internet of Things dengan menggunakan modul wireless ESP32
sebagai penyambung ke web server. Dalam rancangan pengambilan keputusan dapat
menggunakan metode kontrol on-off, kontroler PID, maupun kontrol fuzzy. Implementasi IoT
pada smart farm juga dilakukan dalam budidaya jamur merang. Pada rancangan sistem
pemantauan pada penelitian sebelumnya ada yang menggunakan aplikasi android bernama
Blynk.
dan kelembapan pada purwarupa ruang budidaya jamur merang menggunakan
mikrokontroler NodeMcu ESP32 dengan berbasis Internet of Things. Sistem kontrol ini
3
mengimplementasikan metode kontrol on-off pada relay yang harapannya dapat menjaga suhu
dan kelembapan sesuai dengan keinginan yaitu mengatur suhu antara 30ºC-35ºC dan
kelembaban 80%RH-90%RH. Hasil data pengukuran sensor DHT22 dikirim ke web server
melalui modul wireless ESP32 yang terhubung ke internet. Pengaturan dan pemantauan suhu
dan kelembapan dapat melalui antar muka halaman web.
B. KAJIAN TEORI
1. Jamur Merang
4
Internet of Things (IoT) telah menarik banyak perhatian selamabeberapa tahun terakhir.
Konsep IoT adalah yang pertama diusulkan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999. Karena
kemajuan yang cepat dalam komunikasi seluler, Jaringan Sensor Nirkabel (WSN),
Identifikasi Frekuensi Radio (RFID), dan cloud computing, komunikasi antar perangkat IoT
telah menjadi lebih nyaman daripada sebelumnya. Perangkat IoT mampu bekerja sama dengan
satu sama lain.
3. NodeMcu ESP32
Gambar 2. ESP32
ESP32 adalah mikrokontroler yang dikenalkan oleh Espressif System merupakan penerus dari
mikrokontroler ESP8266. Pada mikrokontroler ini sudah tersedia modul WiFi dalam chip
sehingga sangat mendukung untuk membuat sistem aplikasi Internet of Things. terlihat pada
gambar di atas merupakan pin out dari ESP32. Pin tersebut dapat dijadikan input atau output
untuk menyalakan LCD, lampu, bahkan untuk menggerakan motor DC.
• 18 ADC (Analog Digital Converter, berfungsi untuk merubah sinyal analog ke digital)
• 2 DAC (Digital Analog Converter, kebalikan dari ADC)
• 16 PWM (Pulse Width Modulation)
• 10 Sensor sentuh
• 2 jalur antarmuka UART
• pin antarmuka I2C, I2S, dan SPI
5
4. Sensor DHT22
5. Relay
Gambar 4. Relay
Relay merupakan saklar elektronik yang dapat dioperasikan sebagai pembuka dan penutup
rangkaian yang dapat dihubungkan arduino. Relay tersusun atas umparan, pegas, saklar dan 2 buah
kontak elektronik (normally close dan normally open). Prinsip kerja relay pada dasarnya bekerja karena
adanya medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Kumparan akan diberikan tegangan
kerja relay yang akan menimbulkan medan magnet pada kumparan yang disebabkan oleh arus yang
mengalir pada lilitan kawat. Relay yang digunakan pada penelitian ini adalah relay 3 channel.
6
6. RTC DS1307
7. Kipas
Gambar 6. Kipas
7
Kipas angin dipergunakan untuk menghasilkan angin. Fungsi yang umum adalah untuk
pendingin udara, penyegar udara, ventilasi (exhaust fan), pengering (umumnya memakai
komponen penghasil panas).
8. Lampu Pijar
9. Pompa
8
10. Arduino IDE
Arduino IDE dibuat dari bahasa pemrograman JAVA. Arduino IDE juga dilengkapi
dengan library C/C++ yang biasa disebut Wiring yang membuat operasi input dan output
menjadi lebih mudah. Arduino IDE ini dikembangkan dari software Processing yang dirombak
menjadi Arduino IDE khusus untuk pemrograman dengan Arduino.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja ini merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian
yang akan dilakukan.Berdasarkan kerangka kerja diatas maka dapat diuraikan penjelasan
sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pencarian landasan-landasan teori yang diperoleh dari
berbagai buku atau jurnal untuk melengkapi konsep dan teori, sehingga memiliki
landasan yang baik dan sesuai.
9
b. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data dengan metode observasi
dan studi pustaka sehingga mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk
penelitian.
c. Perancangan
Pada tahap ini menjelaskan tentang langkah-langkah untuk merancang alat,
merancang aplikasi yang nantinya akan dibuat. Perancangan yang dilakukan dibagi
menjadi 2 yaitu:
1. Wawancara
Merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung
dengan pihak yang bersangkutan guna memperoleh informasi yang akurat.
Adapun narasumber yang akan peneliti wawancara yaitu sebagian masyarakat
yang berada disekitaran area petani jamur.
2. Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara mengkaji dari buku-buku yang memiliki relasi
dengan pelaksanaan Tugas Akhir, mencari jurnal-jurnal dari internet dan
mengunduh materi-materi dari internet kemudian dijadikan sebagai bahan
referensi dalam penelitian.
d. Implementasi
Implementasi dilakukan bukan hanya pembuatan alat dan aplikasi namun juga
penerapan sistem. Dalam rencana penerapan sistem yang terkomputerisasi yaitu agar
sistem siap dioperasikan, maka perlu diadakan kegiatan-kegiatan dari penerapannya.
Implementasi bertujuan untuk meninjau apakah program dan alat bisa
disinkronisasikan dengan baik.
f. Pengujian Keseluruhan Sistem
Pada tahap ini akan dilakukan untuk menentukan kehandalan dari sistem yang
telah dirancang. Pengujian awal bertujuan untuk mengetahui apakah sensor DHT22
sudah mendeteksi suhu dan kelembaban pada kumbung jamur atau belum, ketika sensor
DHT22 sudah mendeteksi suhu dan kelembabn maka data yang diperoleh sensor
DHT22 akan di tampilkan melalui halaman web.
g. Hasil Akhir
Hasil akhir merupakan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian mengenai
rancang bangun pengatur suhu dan kelembaban otomatis pada budidaya jamur merang
berbasis internet of things (iot).
10
2. Kebutuhan Jamur Merang
Jamur merang memiliki tiga faktor utama yang harus dijaga ketika sudah pada tahap
penanaman didalam rumah jamur. Faktor-faktor tersebut yaitu suhu, kelembaban udara dan
intensitas cahaya. Suhu berpengaruh kepada kualitas jamur merang. Apabila suhunya
berlebihan atau terlalu panas, jamur akan mengalami gagal panen. Ketika suhu dalam rumah
jamur kurang atau terlalu dingin, jamur juga akan mengalami gagal panen. Kelembaban udara
yang berlebihan akan mengakibatkan jamur menjadi cepat busuk. Ketika kelembaban udara
kurang maka akan membuat jamur menjadi gagal panen. Tudung pada jamur merang akan
merekah atau pecah yang mengakibatkan kualitas jamur merang menurun apabila intensitas
cahaya yang diterima atau yang masuk secara langsung kedalam rumah jamur merang melebihi
dari kebutuhan jamur tersebut. Namun ketika intensitas cahaya yang diterima terlalu kurang,
juga tidak terlalu baik bagi pertumbuhan jamur karena akan mengakibatkan tudung jamur
menjadi tidak mengembang. Untuk melihat lebih jelas untuk kebutuhan jamur, dapat dilihat
pada tabel berikut.
TABEL I. KEBUTUHAN JAMUR MERANG
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa suhu yang dibutuhkan untuk jamur merang
minimal adalah 32° C dan paling tinggi adalah 38º C. Untuk kelembaban udara jamur merang
membutuhkan minimal sekitar 80 % dan minimal kelembaban 90 %. Untuk intensitas cahaya
yang diterima jamur merang minimal adalah 50 lux serta maksimal 300 lux. Ketiga faktor ini
adalah sangat penting yang harus selalu dijaga pada budidaya jamur merang ketika jamur
merang sudah pada tahap penanaman didalam rumah jamur.
11
Input Proses Output
Sensor DHT 22 Relay Pompa
RTC DS1307
Relay Lampu
Mikrokontroler
ESP32
Relay Kipas
12
Bagian Alat Bagian Web Server
13
Gambar 12. Rancangan Hardware Sistem
2. Perancangan Mekanik
Merupakan salah satu sistem yang dimana perannya dalam sistem sangat penting.
Dimana tanpa terdesainnya mekanik dengan benar maka sistem tidak akan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Perancangan yang akan dilakukan meliputi perangkat yang akan
dipakai.
Gambar 13. Perancangan Mekanik Desain Rak dari Tampak Depan dan Desain Rak Bagian
Samping Kanan dan Kiri
14
3. Perancangan Web
Menampilkan hasil running dari software Visual Studio Code. Tampilan halaman web
ini dapat diakses melalui PC dan smartphone melalui koneksi internet. Pada tampilan halaman
web ini mencakup hasil pemantuan kondisi saat itu juga secara real time, berupa tampilan suhu,
kelembaban, dan usia.
15
b. Program web ini dibuat menggunakan aplikasi Visual Studio Code dimana mencakup
tampilan sistem alat suhu dan kelelmbaban otomatis dalam halaman web. Source code
yang telah diupload oleh ESP32 nodeMCU ke dalam web server melalui pemrograman
Javascript ini tertera seperti dibawah:
16
d. Dengan adanya pembuatan alat pengatur suhu dan kelembaban otomatis berbasis
IoT petani jamur dapat memantau suhu dan kelembaban melalui halaman web
secara real time.
2. Saran
Untuk saran agar hasil perancangan dan analisa proyek UAS pada mata kuliah
Kewirusahaan dengan judul “Rancang Bangun Mesin Pengontrol Suhu dan Kelembaban
dengan Mikrokontroler ESP32 Berbasis IoT pada Budidaya Jamur Merang Guna
Meningkatkan Efektifitas Produksi” agar berhasil dan efektif maka saran yang diberikan adalah
sebagai berikut:
a. Jika rancang bangun proyek ini di aplikasikan pada pembudidayaan jamur dalam
ruangan yang luas, maka pendingin ruangan dan sprayer pompa harus di sesuaikan
dengan ukuran luas ruangan.
b. Perlu dibangun pengembangan alat yang nyata pada smart garden monitoring suhu
untuk dapat mengoptimalisasikan hasil dari budidaya jamur.
17
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adam Arif budiman, Herianto. (2015). Perancangan Aplikasi Monitoring Suhu Pada
Ruangan Dmz Berbasis Web Dan Mobile. Universitas Darma Persada.
[2] Ashari Gumelar, Taofik Jasalesmana, “Rancang Bangun Alat Ukur Suhu Air Pada
Akuarium Air Tawar Berbasis Arduino Uno Terintegrasi WEB”, Program Keahlian Teknik
Komputer Institute Pertanian Bogor, Bogor.
[3] A. H. Saptadi, (2016). Perbandingan Akurasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban Antara
Sensor DHT22 dan DHT22. Jurnal, Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan.
[4] Alfian Ahkam Sougy. (2018). ”Rancang Bangun Smart Garden Berbasis IoT Menggunakan
Aplikasi Blynk”,Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri
Balikpapan.
[4] Rangga Arif Tri Surya. (2018). "Rancang Bangun Sistem Kontrol Kelembapan Pada
Miniatur Kumbung Jamur Tiram Menggunakan Kontroler PID", Surabaya Universitas
Negeri Surabaya.
[5] Budiawan, F. (2010). Pengaturan Suhu dan Kelembaban pada Miniatur Kumbung untuk
Meningkatkan Produktifitas Jamur Tiram. Jurusan Elektro Industri, Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya, Surabaya.
[6] Fadil ibnu, R. ( 2016 ). Sistem Real Time Monitoring Kecepatan Angin ,Arah Angin, Dan
Suhu Berbasis Web Menggunakan Proxy Reserver Pada Protokol Transmision Control
Protokol (TCP). Universitas Jember.
[7] W. Rahmatullah, (2014). Rancang Bangun Sensor DHT22 untuk Mengukur Suhu dan
Kelembaban Budidaya Jamir Tiram Secara Real-Time. Skripsi. Bogor, Institut Pertanian
Bogor.
[8] IDCloudHost. (2016). Mari mengenal apa itu internet of thing (IoT). Retrieved from
IdCloudHost: https://idcloudhost.com/mari-mengenal-apa-itu-internetthing-iot/. . (diakses
pada 3 September 2016).
[9] DHT22 Datasheet. Digital-output relative humidity & temperature sensor/ module DHT22.
Aosong Electronics Co., Ltd.
[10] Iera, A., Floerkemeier,C., Mitsugi,J., & Morobito, G. (2010). The Internet of Things. IEEE
Wireless Communications, 8-9.
18