Anda di halaman 1dari 8

163

Greenhouse merupakan suatu lingkungan tumbuh tanaman yang bersifat terkendali.


Pengembangan greenhouse untuk budidaya hortikultura sangat penting sebagai penjamin
keberhasilan tumbuh dari pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, intensitas
matahari, dan hama penyakit. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merekayasa prototipe smart
greenhouse terkendali untuk budidaya hortikultura beserta perangkat lunak sistem kontrol iklim
mikro secara otomatis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahapan desain,
pabrikasi serta pengujian kinerja greenhouse. Greenhouse yang dibangun adalah tipe modified
arch greenhouse yang dilengkapi dengan bukaan atas. Dimensi keseluruhan adalah 12 x 8 x 5.7
meter, dengan tinggi ruang tanam adalah 3 meter. Konstruksi utama menggunakan besi galvanis,
atap menggunakan UV plastik film setebal 0.5 mm, dan dinding menggunakan screen net
berukuran 35 mesh. Greenhouse dilengkapi dengan exhaust fan, blower, misting dan shading net
yang dikontrol secara otomatis berdasarkan suhu, dan kelembaban udara yang terukur. Pengujian
kinerja greenhouse dilakukan saat tanpa tanaman dan dengan tanaman, dengan mengikuti
prosedur pengujian greenhouse sesuai SNI 7605: 2010. Hasil pengujian kinerja greenhouse
menunjukkan bahwa penggunaan greenhouse baik saat tanpa tanaman atau dengan tanaman,
suhu didalam greenhouse lebih rendah dari pada diluar greenhouse dan dengan penggunaan
kontrol otomatis dapat menurunkan suhu didalam greenhouse hingga 6*C

Upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk hortikultura antara lain di lakukan melalui
standarisasi produk hortikultura, penanganan pasca panen pengolahan produk horti dan
pemasaran hasil. Produk yang baik dan terstandar memerlukan lingkungan pertumbuhan yang
baik. Lingkungan terbuka sangat rentan menurunkan hasil produksi hortikultura, sehingga
penggunaan greenhouse terkendali sangat diperlukan. Penelitian yang pernah dilakukan
mengenai otomatisasi Greenhouse dan otomatisasi naungan antara lain dilakukan oleh Isnaen
(2010) yaitu tentang penerapan desain otomatisasi suhu dan kelembaban untuk peningkatan
produktivitas jamur merang

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan mulai bulan Juli sampai
dengan Desember 2017. Tempat pelaksanaan kegiatan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten.

221

. Dengan ada nya fotobioreaktor yang sudah ada, perlu adanya penyempurnaan terhadap alat itu
sendiri. Fotobioreaktor yang ada akan disempurnakan yaitu adanya penambahan naungan (atap)
dengan maksud untuk mengendalikan intensitas cahaya yang dibutuhkan pada pertumbuhan
mikroalganya. Didalam mengetahui hasil yang terbaik dari alat pengatur naungan (atap) pada
Fotobioreaktor ini maka diperlukan beberapa pengujian yaitu sensitivitas sensor cahaya dan
pengujian pergerakan naungan (atap) Fotobioreaktor yang akan dilakukan di Laboratorium
Workshop Mekatronika Agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Pengujian sensitivitas dan pergerakan naungan dilakukan di Laboratorium dan dilaksanakan
selama satu hari untuk mengetahui sensitivitas sensor cahaya Pengambilan dan pencatatan data
dilakukan pada titik-titik ekstrim yang menunjukkan kondisi perubahan intensitas cahaya yaitu
pada pukul 06.00 WIB, 09.00 WIB, 12.00 WIB, 15.00 WIB, 18.00 WIB. Pengambilan sampel
pada jam tersebut dikarenakan waktu-waktu itulah terjadi perubahan intensitas cahaya secara
ekstrim. Sejalan dengan pengujian tersebut, peengujian dengan pengembangbiakkan mikroalga
jenis Chlorella sp. Grafik pertumbuhan mikroalga mengalami kenaikan semenjak hari pertama
hingga hari keempat, kemudian grafik mengalami penurunan di hari kelima dan seterusnya.
Intensitas cahaya yang tertinggi selama penelitian berlangsung yaitu 868 lux, rata – rata
intensitas cahaya yaitu diantara 600 lux hingga 900 lux

Tujuan dari penelitian ini yaitu rancang bangun alat dengan menggunakan sensor cahaya dan
sistem mikrokontroler pada Photobioreaktor vertikal (modifikasi alat). Hasil dari penelitian ini
sangat diharapkan mampu mendukung dan memudahkan dalam proses perkembangbiakkan
mikroalga yang hidup di perairan air tawar maupun mikroalga yang hidup di perairan air laut
menggunakan photobioreaktor yang telah dimodifikasi dengan penambahan naungan (atap) atau
pengendali intensitas cahaya, sensor cahaya berupa fotodioda dan kemudian dikontrol oleh
sistem.

Didalam mengetahui hasil yang terbaik dari alat pengatur naungan (atap) pada Photobioreaktor
ini maka diperlukan beberapa pengujian yaitu sensitivitas sensor cahaya dan pengujian
pergerakan naungan (atap) Photobioreaktor yang akan dilakukan selama satu hari di
Laboratorium Workshop Mekatronika. Kemudian pengujian dengan mikroalga yang dilakukan di
Laboratorium Hidrobiologi Universitas Brawijaya

Pengambilan data pengujian ini dilakukan selama 7 hari, Karena pengambillan data ini
mengikuti lama tumbuh dari mikroalga yang dikembangbiakkan. Dalam 1 hari, dilakukan
pengambilan data untuk sensitifitas cahaya ini selama 5 kali. Kemudian dari 5 kali pengambilan
data dalam sehari dirata – ratakan. Dari hari pertama hingga hari ketujuh secara umum dapat
dilihat pada gambar 4 bahwa nilai data ADC fotodioda dengan intensitas cahaya menggunakan
Lux Meter berbanding lurus. Pembacaan data ADC fotodioda range yang terbaik atau mendekati
data intensitas cahaya menggunakan Lux Meter yaitu pada range 500 lux hingga 700 lux.
Semakin kecil jarak antara dua grafik yang ditunjukkan pada gambar 4, artinya tingkat kepekaan
atau sensitifitas dari fotodioda baik. Sensitifitas fotodioda yang baik yaitu pada hari pertama.

Perbandingan lux meter dengan sensor cahaya

1696
Intelligent Farming System selalu menarik untuk dilakukan, karena dibutuhkan oleh para petani
didalam mengolah pertanian secara cerdas dan kreatif[1]. Indonesia adalah negara agraris dimana
pertanian merupakan salah satu kegiatan yang sangat menunjang kehidupan masyarakat. Pada
kehidupan saat ini pertanian banyak dilakukan oleh masyarakat kecil maupun masyarakat tingkat
menengah. Namun masyarakat kecil yang masih berada didaerah – daerah terpencil masih
terhambat oleh kurangnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi yang memang saat ini
membantu dalam mengelolah lahan pertanian maupun hasil-hasil pertanian. Masalah yang
dihadapi petani tergantung dari cuaca alam sehingga hasil pertanian tidak memuaskan ketika
cuaca yang kita harapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pengelolaan pertanian perlu
beradaptasi dengan adanya perubahan iklim tersebut. Pendekatan yang bersifat mengubah
diperlukan untuk mengelola sumber daya alam di masa depan, seperti perubahan kebijakan,
metode praktek, dan alat untuk megembankan / mempromosikan pertanian berbasis iklim dan
lebih banyak menggunakan informasi ilmiah dalam menganalisa risiko dan kerentanan akibat
perubahan iklim[2]. Oleh karena itu dengan perkembangan teknologi di era modern ini yang
berkembang pesat sehingga teknologi sangatlah dibutuhkan peranannya dalam pertanian.
Teknologi Greenhouse dan IoT (Internet of Things) yang mampu beradaptasi dan pendekatan
yang bersifat mengubah serta merekayasa iklim untuk kebutuhan akan tanaman sekarang
semakin dibutuhkan[3]. Dengan keterbatas lahan yang tersedia akibat maraknya pembangunan
perumahan maupun kawasan industri, perubahan cuaca pada kondisi tropis dan musim hujan
maupun musim kemarau yang tidak bisa diprediksi merupakan suatu hal yang menyebabkan
penggunaan teknologi Greenhouse menjadi jalan keluar dari masalah tersebut. Pengembangan
Greenhouse yang pada dasarnya menginginkan pemenuhan kebutuhan produk pertanian yang
berkelanjuatan tanpa kenal musim. Adanya Greenhouse yang mampu menciptakan iklim yang
bisa membuat tanaman mampu berproduksi tanpa kenal musim ini ternyata juga mampu
menghindarkan dari serangan hama dan penyakit yang tidak diinginkan. Selain itu dengan
adanya Greenhouse penyebaran hama dan penyakit dapat dicegah.

2.1 Penelitian Terkait Penerapan Teknologi Pada Bidang Pertanian. Penggunaan lahan yang
semakin meningkat oleh manusia yang kebanyakan menggunakan sebagai tempat tinggal, tempat
melakukan usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas lain yang mengakibatkan luas lahan
yang semakin terbatas. Akibat penggunaan lahan yang tidak terkontrol nantinya akan menggangu
keseimbangan ekosistem[4]. Hal itu banyak disebabkan karena mempergunakan lahan yang tidak
memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung dan bentuk peruntukan lahan tesebut. Seiring
dengan berjalannya waktu, lahan akan mengalami perubahan akibat makin meningkatnya
kebutuhan manusia akan lahan. Kebutuhan akan lahan yang peruntukannya bukan untuk
pertanian terus mengalami peningkatan seiring pertumbuhan dan perkembangan peradaban
manusia, maka penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi. Pertanian berbasis
rumah kaca mempunyai beberapa keuntungan, yakni tanaman relatif terlindung dari hama dan
penyakit dan kondisi lingkungan rumah kaca relatif lebih mudah dimonitor dan dikendalikan.
Untuk memonitor dan mengendalikan kondisi tersebut, rumah kaca memerlukan perangkat yang
terintegrasi agar dapat memberikan produk hasil yang optimal. Kebutuhan terhadap sistem
monitor dan kontrol lingkungan ini yang menyebabkan bangunan rumah kaca tergolong
bangunan yang mahal, sehingga menjadi kendala dalam mengimplementasikan rumah kaca ini
untuk agribisnis horticultural .

2.2 Penelitian Terkait Penerapan Internet of Things Pada Bidang Pertanian. Pembelajaran IoT
yang menerapakan Arduino mulai menjadi perhatian di kalangan akademisi. Materi yang terkait
dengan IoT adalah Embedded System, Web Programming dan Mobile Computing. Penelitian
pada industri pertanian mengungguli beberapa industri lainnya. IoT di bidang pertanian atau juga
di sebut smart farming sangat cocok di terapakan di bidang pertanian dengan tersedian sensor,
remote imaging yang murah maka pertanian dengan skala besar yang menggunakan mesin alat
berat tidak dibutuhkan lagi[5]. Produktifitas yang tinggi bisa dicapai dengan cara mendapatkan
informasi cuaca, keadaan tanah, dan kebutuhan pasar terhadap tanaman tertentu. Begitu juga
dengan pengurangan waste bisa diperoleh dengan cara ini. Semua informasi ini diterima melalui
aplikasi yang terhubung dengan internet. Bidang pertanian berpotensi besar mengadop kekuatan
yang dimiliki internet of things

2.3 Internet of things Internet of things adalah sebuah teknologi yang memungkinkan kita untuk
menghubungkan mesin, peralatan, dan benda fisik lainnya dengan sensor jaringan dan aktuator
untuk memperoleh data dan mengelola kinerjanya sendiri, sehingga memungkinkan mesin untuk
berkolaborasi dan bahkan bertindak berdasarkan informasi baru yang diperoleh secara
independen[6] [7].

2.4 Embeded system Embedded System adalah kombinasi antara hardware dan software
computer, atau mungkin dengan tambahan organel mekanik atau elektronik, yang didesain untuk
fungsi tertentu [8]. Embedded System berbeda dengan computer pada umumnya. Embedded
System memiliki ukuran yang lebih kecil daripada komputer biasa. Hal ini dikarenakan
embedded system sudah memiliki tujuan dan fungsi yang spesifik, sehingga perangkat elektronik
yang ditanamkan pada embedded system tidak perlu terlalu banyak, berbeda dengan komputer
yang pada umumnya memerlukan semua perangkat untuk input, proses, output, penyimpanan,
dan komunikasi. Hal ini membuat embedded system menjadi sebuah teknologi yang unik dan
sangat diminati oleh manusia pada zaman ini

2.5 Arduino UNO Arduino Uno adalah board mikrokontroler yang di dalamnya terdapat
mikrokontroler, penggunaan jenis mikrokontrolernya berbeda – beda tergantung spesifikasinya.
Pada Arduino Uno diguanakan mikrokontroler berbasis ATmega 328. Memiliki 14 pin input dari
output digital dimana 6 pin input tersebut dapat digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input
analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset[9].
Arduino UNO memiliki sejumlah fasilitas untuk berkomunikasi dengan komputer, Arduino lain,
atau mikrokontroler lainnya. ATmega 328 ini menyediakan empat UART hardware untuk
komunikasi serial. (LED) Light-Emitting Diode akan berkedip ketika data sedang dikirim
melalui ATmega8U2 /ATmega16U2 koneksi Chip dan USB ke computer
2.6 Sensor DHT11 DHT11 adalah sensor digital yang dapat mengukur suhu dan kelembaban
udara di sekitarnya. Sensor ini sangat mudah digunakan bersama dengan Arduino [10]. Memiliki
tingkat stabilitas yang sangat baik serta fitur kalibrasi yang sangat akurat. Koefisien kalibrasi
disimpan dalam OTP program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu,
maka module merespon dan mengirimkan data terhadap pada arduino.

2.7 Modul Wifi Esp8266 ESP8266 adalah chip terintegrasi yang di rancang untuk kebutuhan
terhubungnya dunia. Ia menawarkan solusi jaringan wifi yang lengkap dan mandiri, yang
memungkinkan untuk menjadi host atau mentranfer semua fungsi jaringan wifi dan prosesor
aplikasi lain[11]. ESP8266 memiliki kemampuan pengolahan dan penyimpanan on-board yang
kuat, yang memungkinkan untuk diintegrasikan dengan sensor dan aplikasi perangkat khusus
lain melalui GPIOs dengan pengembangan yang mudah loading waktu yang minimal. ESP8266
yang berkolaborasi dengan Arduino UNO digunakan untuk mengirim data suhu dari hasil
pembacaan sensor DHT11, Data akan dikirim ke server. ESP8266 menggunakan ATcommand
sebagai perintah-perintah dasarnya

2.8 PHP Bahasa PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor. PHP sebenarnya merupakan suatau
script yang bersifat server-side yang ditambahkan kedalam file HTML. Script ini akan membuat
aplikasi dapat di integrasikan ke dalam HTML sehingga halaman web bias menjadi dinamis dan
interaktif. Sifat server-side berarti pengerjaan script dilakukan di server, Kemudian hasilnya di
kirimkan ke browser[12]. Bahasa pemrograman PHP digunakan untuk mengolah data-data
sensor yang telah di kirimkan oleh perangkat monitoring dan kontroling greenhouse. Data yang
telah di olah akan ditampilkan sebagai informasi kepada pengguna sistem .

3277

Alat yang digunakan ini menggunakan sistem monitoring dan hasilnya dapat ditampilkan pada
website, selain itu, alat monitoring ini dapat terhubung dengan wifi jadi website dapat diakses
menggunakan smartphone. Hasil dari pengujian terhadap sensor LDR sendiri untuk mendeteksi
intensitas cahaya matahari karena menggunakan 3 alat jadi setiap alat diletakan di arah mata
angin untuk sensor A1 diletakan di arah timur, A2 diletakan diarah selatan dan untuk A3
diletakan diarah barat. Pada pengujian fungsional merupakan pengujian pada aplikasinya yang
telah dibuat dengan impelentasi ke beberapa browser seperti Google Chrome dan Microsoft Edge
aplikasi dapat berjalan 100% sesuai dengan fungsinya.

1. PENDAHULUAN

Cahaya matahari merupakan fenomena fisis yang memiliki manfaat bagi kehidupan. Matahari
juga merupakan sumber dari penerangan paling besar di dunia dan energi nya sendiri tidak akan
habis. Manfaat dari cahaya matahari belum banyak di gunakan oleh manusia, contohnya seperti
membantu tanaman dalam berfotosintesis. Cahaya matahari juga dapat digunakan untuk
menghasilkan energy listrik contohnya solar cell atau bisa disebut dengan panel surya. Sinar
matahari sampai ke bumi (insolasi) beda tergantung dari faktor lingkungan. Berdasarkan data
dari Dewan Energi Nasional Jumlah intensitas radiasi matahari di Indonesia rata-rata mencapai
4.80 KWh/m2 perhari sama dengan 112.000 GWp perharinya. Dengan besaran potensi ini, solar
cell dapat dimanfaatkan sebagai penghasil sumber energi pembangkit listrik tenaga matahari.
Pada website pvinasia syarat ruang untuk pemasangan solar cell lokasi rumah jika berada
dibawah garis katulistiwa solar cell disarankan menghadap utara jika berada diatas garis
katulistiwa maka solar cell menghadap selatan. Ideal atap rumah menghadap utra atau selatan
solar cell akan bekerja lebih maksimal. Berkembangan penggunaan teknologi berdasarkan era
sekarang sangatlah cepat. Salah satunya yaitu IoT, dapat membantu pekerjaan manusia. Contoh
dari alat IoT sendiri yaitu NodeMCU yang merupakan board microkontroller yang terintegrasi
dengan module wifi. Jika di zaman dahulu masih menggunakan tenaga manusia untuk memantau
dan mengelola data secara manual, saat ini sudah dikembangkannya teknologi yang dapat
menyimpan data dalam jumlah banyak dan melakukan monitoring secara langsung tanpa harus
berada diluar tempat. Maka dari itu dapat dibuat suatu alat monitoring intensitas cahaya matahari
dengan data logger sebagai perekam data dari waktu ke waktu, sehingga dapat diketahui nilai
intensitas dari cahaya matahari tersebut dengan menggunakan konsep Iot, yang nantinya data
yang dimonitoring dapat diakses dengan mudah melalui website, selain itu data yang dihasilkan
lebih mudah dilakukan analisa karena tampilan hasil atau output dalam berbentuk grafik dan
tabel.

2.2 NodeMCU Merupakan board mikrokontroler yang terintegrasi dengan module WiFi
ESP8266 versi 12E. memiliki 13 pin I/O digital dan sebuah pin analog, namun pada umumnya
pin digital yang digunakan ialah D0 sampai D8 seperti pada gambar 2.1. alat ini juga mendukung
pemprograman menggunkaan compilernya arduino menggunakan Arduino IDE dengan
mengubah pengaturan tipe board pada board manager. Secara fungsinya modul ini hampir sama
dengan arduino, tapi lebih fokus untuk koneksi menuju internet [6] NodeMCU ditunjukan pada
gambar berikut. Gambar 1. NodeMCU

2.3 Sensor LDR Sensor LDR (Light Dependent Resistor) merupakan alat elektronika serupa
resistor, tapi nilai dari sensor selalu berubah tergantung dari cahaya yang sensor tangkap. Sensor
Ldr jika terkena cahaya nilai hambatan akan rendah jika tidak terkena cahaya nilai hambatan
akan tinggi. Nilai dari resistansi sensor ldr antara 50 Ω (Ohm) sampai 1 Ω (Ohm). [7]

2.4 Data Logger Merupakan metode untuk kumpulkan, analisa, dan simpan data pengeluaran
sensor. alat untuk melakukan data logging atau pencatat. Dapat menggunakan SD card untuk
pemyimpanan data. Data logger dapat digunakan 24 jam dengan dihidupkan alat yang digunakan
maka data logger akan merekam data yang masuk dapat digunakan untuk sistem monitoring
sebagai pengumpulan data informasi. [8] 3. METODE PENELITIAN Perancangan awal sistem
menentukan alur dari rangkaian alat dan sistem yang akan dibuat. 3.1 Diagram Blok Merupakan
diagram dari sebuah sistem, dimana pada sensor LDR sebagai respon stimulus berupa perubahan
intensitas cahaya dan menghubungkan menjadi nilai, NodeMCU sebagai Arduino dan Module
Wifi, NodeMCU meneruskan. Data logger merekam data juga dapat menyimpan data langsung
ke database. Nilai dari sensor LDR disimpan pada database. Output data atau hasil akhir di
tampilkan pada website, dan monitoring langsung pada website. Proses kerja pada alat
ditampilkam pada hasil berikut.

Dari Gambar 3 berikut pertama sensor LDR input nilai intensitas cahaya matahari, NodeMCU
sebagai penghubung untuk peroses pengiriman data inputan dari sensor LDR ke Data Logger,
kemudian data Logger merekam data dan menyimpan data pada database. Hasil output dari
database akan di tampilkan pada Website. Monitoring intensitas cahaya dilakukan langsung dari
Website tersebut.

320543

4.2. Pengujian Alat

Pengujian alat dilakukan untuk mendapatkan data penelitian. Dalam pengujian alat ini dilakukan
dengan dua pengujian, yaitu :

1. Uji fungsional Pengujian dilakukan dengan cara menguji setiap bagian alat berdasarkan
karakteristik dan fungsi masing-masing. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah setiap
bagian dari perangkat telah bekerja sesuai dengan fungsi dan keinginan.

2. Uji unjuk kerja Pengujian unjuk kerja alat dilakukan dengan cara melihat unjuk kerja alat.
Hal-hal yang perlu diamati antara lain: rangkaian sistem minimum,rangkaian mikrokontroler,
kerja sensor soil moisture, led ,Relay dan pompa air. Dari pengujian ini akan diketahui kinerja
dari alat yang dibuat.

Artikel 13

Tabel 2. Kalibrasi Pembacaan Suhu dan Kelembaban Sensor 1 Instrumen Sensor 2 Instrumen
Suhu (°C) Kelembaban (%) Suhu (°C) Kelembaban (%) Suhu (°C) Kelembaban (%) Suhu (°C)
Kelembaban % 31,10 73,8 31,40 74 30,70 75,1 30,60 74 31,10 73,8 31,40 74 30,70 75,1 30,60
74 31,10 73,6 31,40 73 30,60 74,9 30,60 74 31,10 73,6 31,40 73 30,60 74,9 30,60 74 31,10 73,3
31,27 73 30,60 74,7 30,60 74 31,10 73,3 31,20 73 30,60 74,7 30,60 74 31,10 72,9 31,20 73 30,70
74,6 30,70 74 31,10 72,9 31,20 73 30,70 74,6 30,70 74 31,10 72,8 31,10 73 30,70 74,4 30,90 74
31,10 72,8 31,10 73 30,70 74,4 30,90 74 31,10 72,8 31,10 73 30,60 74,4 30,90 74 31,10 72,8
31,05 73 30,60 74,4 30,90 74 31,10 72,8 31,05 72 30,70 74,5 30,90 74 31,10 72,8 31,05 72 30,70
74,5 31,30 74 31,10 72,8 31,05 72 30,70 74,7 31,30 74
ARTIKEI

4.2 Pengujian Fungsional

Pengujian fungsional menggunakan metode black box testing. Pengujian pengujian black box
testing yang dilakukan pada aplikasi augmented reality berguna untuk mengetahui pengaruh
pendeteksian kamera augmented reality terhadap marker. Pengujian ini berupa pengujian jarak,
sudut cahaya, jenis font, dan multi target.

FTLAP

Pendahuluan

Pengujian

FEBRIANSAH

LB Pakhr

2.6 & 2.7

Laporan
2.1.4

Makalah

Lb dafpus

Sitty

Lb dfps

Anda mungkin juga menyukai