Anda di halaman 1dari 20

PROTOTYPE SMART GREENHOUSE MENGGUNAKAN WeMos

D1 R2 UNTUK BUDIDAYA TANAMAN SAWI

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Informatika

Oleh :

Amelia D0221111

Edwin D0221371

Noprianty D0221113

Efortuntrio D0221375

Muh Ryan Nurwangsah D0221302

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang pertanian menjadi sumber kekayaan agraris bagi indonesia (Agustia
& Soufyan, 2019). Kekayaan agraris Indonesia dibuktikan dengan potensi sumber
tanaman dan luas lahan pertanian yang besar. Kekayaan agraris Indonesia
didukung dengan posisi Indonesia yang berada di daerah tropis sehingga terdapat
banyak jenis tumbuhan dapat hidup dengan baik. Pertanian Indonesia memiliki
luas tanah mencapai 76 juta hektar dan 89% berupa lahan kering (Adhiguna &
Rejo, 2018). Permintaan pada komoditas hortikultura terutama sayuran terus
meningkat seiring dengan kebutuhan dari peningkatan jumlah penduduk dan
kesejahteraan. Komoditas hortikultura merupakan salah satu penyedia gizi yang
dibutuhkan oleh manusia untuk beraktifitas berupa serat, vitamin, protein dan
lain-lainnya (Sebayang, 2014). Tentunya untuk mengimbangi kebutuhan
komoditas hortikultura harus dijaga dengan baik demi peningkatan produktivitas
tanaman pangan untuk kebutuhan sehari – hari.

Sektor pertanian rentan sekali akan terjadinya kegagalan panen yang


disebabkan oleh perubahan iklim. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Ruminta, menyebutkan bahwa salah satu penyebab kegagalan panen adalah faktor
perubahan iklim yang dapat mengakibatkan produksi pertanian menurun sehingga
dibutuhkan solusi untuk mengatasi hal tersebut. Perubahan iklim merupakan hal
yang tidak bisa dihindari dari adanya pemanasan global. Diantara 2 dampak yang
terjadi yaitu kenaikan terjadinya cuaca ekstrem, perubahan dari pola hujan, serta
adanya peningkatan suhu dan air laut. Perubahan iklim membuat para petani
hortikultura banyak mengalami kerugian. Petani tidak dapat memprediksi cuaca
ketika masa tanam sehingga petani kesulitan memilih tanaman yang cocok untuk
ditanam sesuai dengan cuaca. Selain itu perubahan iklim mengakibatkan musim
tanam dan panen tidak menentu sehingga tidak jarang mengalami kegagalan
panen.
Teknologi greenhouse menjadi solusi alternatif dalam mengendalikan
kondisi iklim mikro pada tanaman (Ridwan, 2011). Greenhouse yaitu kerangka
bangunan yang tembus cahaya untuk budidaya tanaman. Greenhouse banyak
dimanfaatkan untuk berbudidaya tanaman hortikultura seperti buah, sayur,
maupun tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis, seperti tanaman Sawi.
Tanaman sawi merupakan tanaman yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Disamping itu tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Banyaknya
permintaan sayur sawi terhadap kebutuhan sehari-hari dan adanya iklim yang
tidak menentu berakibat kegagalan panen sehingga menjadi salah satu penyebab
fluktuasi harga yang tinggi di pasar. Pemanfaatan greenhouse dalam budidaya
tanaman sawi menjadi alternatif untuk memberikan kondisi lingkungan yang lebih
optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan terlindung dari
pengaruh luar dan meminimalisir kegagalan panen.

Menurut Pratigna & Wartoyo (2009) untuk memperoleh hasil tanaman


hortikultura yang optimal, maka perlu memperhatikan faktor dari lingkungan
tumbuh tanaman. Dalam pemeliharaan greenhouse terdapat beberapa hal yang
biasa dilakukan pengecekan secara manual diantaranya suhu, penyiraman
otomatis, kelembapan udara dan kelembapan tanah yang menjadi faktor
pendukung bagi pertumbuhan tanaman. Adanya sistem pertanian dengan
lingkungan yang terkontrol dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas. Pada
umumnya petani menanam dengan cara konvensional tanpa adanya kontrol dan
pengukuran sesuai dengan kebutuhan tanaman hanya mengandalkan faktor 4
kebiasaan. Hal tersebut menjadi masalah bagi petani karena harus terus mengecek
beberapa parameter dan mengontrol kondisi lingkungan greenhouse diantaranya
penyiraman agar sesuai dengan kebutuhan tanaman. Agar pekerjaan petani lebih
efisien dan mudah maka diperlukan adanya dukungan teknologi.

Teknologi otomatisasi berbasis WeMos D1 merupakan salah satu produk


perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi
permasalahan tersebut. Teknologi otomatisasi merupakan pemanfaatan teknologi
yang dapat mengontrol suatu sistem agar dapat dijalankan otomatis, Hal tersebut
dimanfaatkan agar petani dengan mudah mengontrol secara otomatis memantau
green house dimana saja dan kapan saja melalui android mereka masing-masing.
Tapi penulis akan lebih fokus ke perancangan alat untuk greenhouse.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian yang dilakukan yaitu


untuk membuat alat kontrol otomatis greenhouse untuk membantu petani dalam
melakukan pengairan dan menjaga kelembapan ruangan. Tanaman yang
digunakan pada penelitian yaitu tanaman sayur sawi yang ada di kabupaten
mamasa. Tanaman sayur sawi memiliki permintaan pasar yang besar, nilai
ekonomis yang tinggi dan perlu perawatan intensif dalam pertumbuhannya.
Parameter yang dipantau antara lain kondisi suhu udara, kelembapan udara,
kelembapan tanah, dan penyiraman otomatis pada greenhouse. Oleh karena itu
judul penelitian yang diusulkan yaitu “PROTOTYPE SMART GREENHOUSE
MENGGUNAKAN WeMos D1 R2 UNTUK BUDIDAYA TANAMAN SAWI (Studi
Kasus: Mamasa). ”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana merancang smart greenhouse menggunakan wemos?

C. Batasan Masalah
Dalam perancangan dan pembuatan terdapat beberapa batasan masalah antara
lain:
1. Sensor yang di gunakan untuk smart greenhouse adalah sensor kelembaban
tanah, sensor suhu atau sensor kelembapan udara.
2. WeMos sebagai microprosesor pengolah data.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merancang smart greehouse untuk menyiram
tanaman sayur sawi secara otomatis dengan menggunakan pengecekan sensor
kelembaban tanah, dan untuk mengetahui suhu udara atau kelembapan udara
menggunakan sensor suhu.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah untuk mempermudah perawatan dan
pengawasan dalam proses pemeliharaan tanaman sayur sawi berdasarakan
kelembapan tanah, suhu udara dan kelembapan udara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Green House
Greenhousse merupakan sebuah bangunan yang dirancang untuk tanaman
yang dapat melindungi tanaman dari kondisi lingkungan yang tidak menentu dan
meningkatkan kondisi pertumbuhan tanaman. Hal ini menjadikan tanaman yang
berada didalam greenhouse lebih baik daripada tanaman yang berada di tempat
terbuka. Greenhouse memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus
cahaya dengan kerangka yang biasa digunakan yaitu besi, pipa, bambu atau kayu.
Greenhouse memungkinkan keadaan lingkungan di dalamnya lebih mudah untuk
dipantau dan dikontrol. Adanya kemampuan otomatisasi dapat membantu dalam
memantau dan mengontrol kondisi lingkungan tang diharapkan akan
meningkatkan hasil pertanian. Ditinjau dari manfaatnya greenhouse memiliki
beberapa jenis yaitu greenhouse sebagai sarana pembibitan tanaman, karantina
tanaman, budidaya tanaman tertentu, agrowisata, agromat.

Gambar 1.1 Greenhouse (sumber:www.orami.co.id)

B. Tanaman Sayur Sawi


Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan
daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah.
Sawi mencakup beberapa spesies brassica yang kadang-kadang mirip satu sama
lain.
Sawi sendiri dibedakan menjadi dua jenis yang berbeda, yakni sawi putih
dan sawi hijau. Meski berbeda, kedua jenis sawi ini sama-sama memiliki
kandungan vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh.

Sawi merupakan jenis tanaman yang bisa dibilang cukup mudah untuk
dibudidayakan. Hal ini dikarenakan sawi bisa hidup didataran tinggi maupun di
dataran rendah dan bisa ditanaman pada kondisi kering. Selain tidak rumit,
menanam sawi untuk konsumsi pribadi juga tidak mebutuhkan ahan yang luas.

Gambar 1.2 Tanaman Sayur Sawi (sumber:www.kibrispdr.org)

C. Kelembapan Tanah
Kelembapan tanah adalah kadar air yang tertahan dalam tanah setelah proses
penyiraman terjadi. Teknik untuk mengukur kelebihan air yang dapat dilakukan

secara manual yaitu mengukur perbedaan berat tanah yang disebut dengan

metode gravimetri dan secara langsung dapat dilakukan pengukuran sifat lain

dari tanah. Teknik pengukuran gravimetri memiliki akurasi yang sangat tinggi

namun membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat besar untuk melakukanya.

Standar kelembapan tanah yang baik dan sesuai untuk tanaman yaitu memiliki

kadar air 50%-70%. Hal ini disebabkan tanaman membutuhkan air sebagai

penunjang pertumbuhan alaminya (Pambudi, 2009). Presentase kelembapan

tanah dapat dilihat pada Tabel 1.1


Tabel 1.1 Tabel presentase tanah

Persen Status Tanah

25,22% Kering

29,13% Kering

31,47% Kering

37,43% Lembab

38,42% Lembab

51,12% Lembab

58,46% Lembab

71,65% Basah

78,01% Basah

78,01% Basah

D. Wemos D1 R2
WeMos merupakan salah satu board yang di rancang khususuntuk
keperluaniot (Internet of Thing). Wemos menggunakan chip wifi yang cukup
terkenal yaitu ESP8266. Wemos memiliki beberapa kelabihan yaitu arduino
comptaible, artinya dapat di program menggunakan Arduino IDE dengan sintaks
program dan library yang banyak. Wemos D1 salah satu product yang memeiliki
bentuk seperti arduino uno . sehinggga memudahkan kita untuk menghubungkan
dengan Arduino Shield lainnya.
Wemos dapat running stand alone tanpa perlu di hubungkan dengan
mikrokontroller lainnya karna sudah terdapat CPU yang di program melalui Serial
port maupun via OTA (Over TheAir) atau mengirim program secara wireless.
High Frecuency CPU dengan processor utama 32bit kecepatan 80 MHz. Wemos
dapat mengeksekusi program lebih cepat di bandingkan mikrokontroler 8 bit yang
di gunakan di Arduino (Rudiwan Eko, 2016). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Wemos D1 R2

E. Soil Moisture Sensor (YL-69)


Moisture Sensor yang dapat mendeteksi kelembapan tanah sedangkan tanah
yang kering sangat sulit menghantarkan listrik disekitarnya. Sensor ini terdiri dari
dua probe untuk melewatkan arus listrik dalam tanah, kemudian membaca
resistansinya untuk mendapatkan nilai tingkat kelembapan. Semakin banyak air
membuat tanah lebih gampang untuk menghantarakan listrik. Pada sensor ini
sudah di lengkapi dengan potensiometer yang digunakan untuk mengatur tingkat
sesitifitas dari sensor. Sensor ini sangat membantu mengingatkan tingkat
kelembapan pada tanaman untuk memantau kelembapan tanah (Pambudi, 2009).

Gambar 1.4 Soilmoisture Sensor

F. Sensor Suhu DHT 22


DHT-22 atau AM2302 adalah sensor suhu atau kelembapan, sensor ini
memiliki keluaran berupa sinyal digital dengan konversi dan perhitungan
dilakukan oleh MCU 8-bit terpadu. Sensor ini memiliki kalibrasi akurat dengan
kompensasi suhu ruang penyesuaian dengan nilai koefisien tersimpan dalam
memori OTP terpadu. Sensor DHT22 memiliki rentang pengukuran suhu dan
kelembapan yang luas, DHT22 mampu mentransmisikan sinyal keluaran
melewati kabel hingga 20 meter sehingga sesuai untuk ditempatkan dimana saja,
tapi jika kabel yang panjang di atas 2 meter harus di tambahkan buffer capacitor
0,33 µF antara pin#1 (VCC) dengan pin#4 (GND).

Gambar 1.5 Sensor Suhu DHT 22

G. Relay
Relay berfungsi sebagai saklar mekanik. Ada 2 fungsi dari relay
yaitu memisahkan rangkaian listrik tegangan tinggi dengan rangkain listrik
tegangan rendah. Relay pada gambar mempunyai lima buah kaki. Dua kaki
digunakan untuk mengaktifkan koil. Kedua kaki ini tidak bertanda artinya boleh
terbalik dalam pemasangannya. Tiga kaki lainnya berfungsi sebagai saklar yang
terdiri dari kaki Common (COMM), kaki Normally Open (NO), dan kaki
Normally Closed (NC). Dalam keadaan koil tidak dialiri arus listrik, kaki
COMM akan terhubung ke kaki NC. Dalam keadaan koil dialiri arus llistrik, kaki
COMM akan terhubung dengan kaki NO (Langi, Wuwung, & Lumenta, 2014).

Gambar 1.6 Relay

H. Liquid Crystal Display (LCD)


Liquid Crystal Display atau dengan singkatan LCD adalah suatu jenis
mediatampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. Terdapat
banyak jenis LCD yang beredar di pasaran. Namun ada standarisasi yang cukup
popular digunakan merupakan LCD dengan tampilan 16x2 (16 kolom x 2 baris)
dengan komsumsi daya yang rendah. LCD dengan jenis seperti ini
memungkinkan pemgograman untuk mengeperasikan komunikasi data secara 8
bit atau 4 bit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.8

Gambar 1.7 LCD

I. Pompa Air AC
Pada dasarnya setiap pompa air dilengkapi dengan peralatan otomatis
ketika kita membeli mesin pompa air di toko, ini berguna untuk memudahkan
kita pada saat pengoperasian, sehingga waktu kita menjadi lebih efektif dana
efisien tidak memerlukan aktivitas menghidupkan ataupun mematikan pompa,
sebab sudah ada sensor otomatisnya, yang bekerja berdasarkan tekanan yang
terdapat pada pipa atau saluran air pada keluaran pompa
Pada mesin pompa air ada saluran hisap dan ada saluran buang, alat
otomatis atau sensornya menggunakan sensor tekananan atau disebut juga
pressure switch dan dipasang pada tabung saluran keluaran pompa, ketika pompa
dihidupkan atau dihubungkan dengan tegangan jala-jala, maka pompa akan
berputar sehingga dibagian dalam pompa terjadi vaccum karena adanya
perbedaan tekanan, sehingga air yang ada didalam tanah akan terhisap naik.
Dengan demikian saat kita lupa untuk mematikan pompa air, maka mesin
pompa air tidak akan terbakar disebabkan kerja yang terus mmenerus, dan kita
tidak perlu memasang atau mencabut steker dari mesin pompa air sebab
segalanya akan bekerja secara otomatis.
Gambar 1.8 Pompa Air 12V

J. Arduino Sofware IDE (Integrated Development Environment)


Menurut (Ecadio, 2015) adalah platform dari arduino pada sebuah
software yang diberi nama Arduino IDE. Sofware inilah yang yang paling utama
membantu menjembatani antara bahasa mesin yang begitu rumit sehingga
menjadi bahasa dan logic yang lebih mudah dimengerti manusia. Merupakan
perangkat lunak yang telah disiapkan oleh arduino bagi para perancang untuk
melakukan berbagai proses yang berkaitan dengan pemgrograman Arduino.
Perangkat lunak disediakan secara gratis dan bisa didapatkan secara langsung
pada halaman resmi arduino yang bersifat open source. Arduino IDE ini juga
sudah mendukung berbagai sistem operasi popular saat ini seperti Windows,
Mac, Linux. Arduino IDE terdiri dari:
1. Editor program, sebuah window yang memungkinkan pengguna menulis dan
mengedit program dalam bahsa processing.
2. Verivy Compiler, sebuah modul yang mengubah kode program (bahasa
processing) menjadi kode biner. Bagaimana sebuah mikrokontroler tidak
akan bisa memahami bahasa processing, yang di pahami oleh
mikrokontroller adalah kode biner.
3. Pengunggah, sebuah modul yang memuat kode biner dari komputer ke
dalam memori mikrokontroler di dalam papan arduino.
Pada Gamabar terdapat menu bar, kemudian bawahnya terdapat bagian
toolbar, dan sebuah area putih untuk editing skecth, area hitam dapat disebut
sebagai process area dan paling bawah dapat disebut sebagai status bar.
Keterangan:

1. Compile “verify”
2. Upload
3. New Program
4. Open Program
5. Save Program
6. Serial Monior
Gambar 1.9 Arduino IDE
K. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain :
1. Rancangan Smart Greenhouse dengan teknologi mobile, untuk efesiensi
tenaga biaya dan waktu dalam pengelolaan tanaman ( Muh.Syarul Munir,
2010 ) Hasil penelitian adalah Sistem kontrol, melakukan aksi kontrol dari
hasil sistempengolah data (c) terhadap fungsi peralatan, hingga peralaan
dapat bekerja secara maksimal. Perbedaan dalam penelitian ini menggunakan
teknologi mobile sedangkan yang menjadi persamaan ada pada bagian jenis
penelitian.
2. Sistem penyiraman otomatis berbasis arduino pada rumah tanaman ( Meji
Mediawan, 2018) Hasil penelitian adalah Sistem dapat melakukan
penyiraman tanaman secara otomatis pada metode penanaman konvensional
pada saat tanah dalam kondisi kering. Perbedaan dalam penelitian ini
menggunakan arduino sedangkan yang menjadi persamaan ada pada bagian
jenis penelitian.
3. Rancang Bangun Smart Greenhouse sebagai tempat budidaya tanaman
menggunakan solar cell sebagai sumber listrik (Hammada Abbas,Raffiuddin
Syam, Budi Jaelani (2015). Hasil perancangan sistem pengendali motor DC
dan pompa air yang telah dibuat dapat bekerja sesuai dengan program yang
dimasukkan kedalam mikrokontroller. Perbedaan Dalam penelitian ini
menggunakan solar cell sebagai sumber listrik sedangkan yang menjadi
persamaan dalam penleitian ini adalah ada pada bagian alat yaitu
menggunakan pompa air yamg sama.
4. Rancang bagun kontrol penyiraman otomatis dan monitoring kelembapan
tanahmenggunakan android (Achmad Mufadlol Romadhoni , 2019). Hasil
penelitian ini adalah Soil moisture sensor dan real time clock pada wemos
D1 R2 yang di tampilkan pada serial monitor dan lcd untuk mengelolah data
menunjukkan tingkat keberhasilan pembacaan kelembapan tanah dan waktu
sebesar 100%. Perbedaan Dalam penelitian menggunakan sistem berbasis
android sedangkan yang menjadi persamaan adalah beberapa alat yang
digunakan yaitu sensor kelembapan tanah jenis penelitian.
5. Perancangan sistem penyiraman tanaman otomatis berbasis mikrokontroler
atmega 38 ( M.Zulfikar , 2018). Hasil pengujian menunjukkan bahwa RTC
yang dirancangdapat bekerja dengan baik dan menunjukkantanggal dan
waktu sesuai dengan hasil settingan oleh user. Perbedaan dalam penelitian ini
menggunakan mikrokontroler sedangkan yang menjadi persamaan ada pada
bagian jenis penelitian.
6. Rancang bangun sistem penyiraman tanaman otomatis berbasis internet of
things (iot) , ( M.Rifki Pratama , 2019). Hasil penelitian ini adalah Semua
sistem akan berjalan apabila semua sensor floating switch sudah mendeteksi
adanya air yang diletakkan diwadah air. Perbedaan Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif sedangkan yang menjadi persamaan
adalah alat yang digunakan sensor.
7. Rancang bangun smart greenhouse untuk budidaya tanaman cabai
(capsicumannum 1) berbasis android ( Ammrita Rakhmi Firdhausi 2019).
Hasil penelitian ini adalah Pengujian otomatisasi actuator menghasilkan kerja
kipas dan pemanas telah 100% sesuai dengan paramater suhu. Perbedaan
Dalam penelitian ini menggunakan cabai sebagai objek penelitian sedangkan
yang menjadi persamaan ada pada pada bagian smart green house.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan mamasa, kabupaten mamasa,
provinsisulawesi barat dengan waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan
februari hingga maret 2022. Data yang diperoleh melalui pengamatan secara
langsung di lokasi guna mendapatkan informasi yang lebih akurat dan relevan.
B. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrument kunci
(Sugiono, 2005). Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam jenis penelitian
kualitatif dengan landasan teori yang digunakan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.

Penelitian ini menggunakan metode prototype. Penelitian dilakukan


dengan menggunakan proses pembuatan sistem yang dibuat secara terstruktur
dan memiliki beberapa tahapan. Mulai dari analisis kebutuhan, perancangan, dan
tahap uji coba. Rancangan alat terdiri dari 3 bagian utama, yaitu bagian input,
proses dan output.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian


perancangan sistem prototype ini adalah:

Gambar 2.1 Alur Penelitian


Berdasarkan Gambar 2.1 tahapan penelitian dimulai dengan melakukan
observasi dilapangan dan menganalisa kebutuhan alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam melakukan penelitian. Selanjutnya merangcang rangkaian
sistem untuk Wemos D1 R2 dalam membaca sensor dan proses yang dibutukan
lainnya. Setelah program selesai maka perlu dilakukan uji coba untuk
mengetahui apakah logika program sudah bekerja dengan semestinya dan sesuai
dengan kebutuhan penelitian. Setelah kode program berhasil dibuat maka lanjut
dengan menggabungkan semua alat dan bahan menjadi bentuk prototype dan
melakukan uji coba prototype.
Pada Gambar 2.2 adalah alur cara kerja dari smart greenhouse. Awal mula
melakukan inisialisasi. Setelah itu membaca nilai dari soilmoisture jika status
tanah kering atau kurang dari 60% maka pompa air akan ON sampai dengan
nilai kelembaban tanah lebih dari 60%. Apabila nilai kelembapan tanah lebih
dari 60% maka pompa air secara otomatis akan OFF dan membaca nilai dari
soilmousture. Pembacaan sensor suhu dan udara akan mengirimkan data ke
wemos D1 R2 kemudian wemos akan mengirimkan data tersebut ke LCD untuk
di tampilkan begitu pun dengan sensor soilmoisture.

Gambar 2.2 Flowchart Sistem

C. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan dua
cara yaitu :
1. Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah bahan
peneitian (Zed, 2008:3).
2. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
kelapangan untuk melihat serta mempelajari apa yang menjadi penyebab
terjadinya sebuah masalah.
3. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang di lakukan
melalui tatap muka langsung dengan narasumber dengan cara tanya jawab
langsung.
D. Metode Pengujian Sistem
Metode pengujian pada perancangan smart greenhouse menggunakan
wemos d1 r2 yaitu pengujian black box. Pengujian dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian hasil uji alat dengan tujuan awal dari perancangan alat.
Pada tahap pengujian sistem, akan dilakukan pengujian apakah input dan
output yang akan ditampilkan berfungsi dengan baik dan benar serta sesuai
dengan yang diharapkan pada penelitian ini. Adapun tahapan pengujiannya
adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Perangkat Keras
Pada pengujian perangkat keras, akan diuji apakah masing-masing sensor
dapat melakukan fungsinya dengan baik seperi identifikasi berdasarkan data
input yang dapat diterima seperti Sensor soilmositure dan sensor dht 22. Apabila
Sensor belum dapat membaca data input maka akan dilakukan perangkaian
sampai sensor berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Begitu juga dengan
perangkat wemos d1 r2 akan dilakukan uji coba apakah dapat mengirimkan data
sensor ke lcd untuk ditampilkan.
2. Pengujian Perangkat Lunak
Pada pengujian perancangan smart greenhouse menggunakan wemos d1
r2 akan diuji apakah alat dapat digunakan sesuai dengan yang telah ditentukan.
E. Metode Pengembangan Sistem
Dari tahap penelitian digambar 2.3 dapat kita ketahui bahwa untuk
rancangan penelitian dimulai secara bertahap. Beberapa alur tahapan yaitu
sebagai berikut:

1. Analisa kebutuhan
Tahap awal dalam pembuatan sistem yang dilakukan dengan menentukan
kebutuhan sistem dan mengumpulkan data. Di tahap ini pelanggan dan
pengembang bersama-sama melakukan identifikasi format seluruh perangkat
perangkat lunak, dan semua kebutuhan sistem yang akan dibuat.
a. Kebutuhan perangkat keras
Perangkat keras yang digunakan dalam model ini yaitu Wemos D1 R2 sebagai
kontroler utama. Sensor Soilmoisture digunakan untuk mengukur kelembapan
tanah. Sensor DHT 22 digunakan untuk mendeteksi kelembapan udara dan
mendeteksi suhu. Relay berfungsi sebagai saklar mekanik, ada dua fungsi relay
yaitu memisahkan rangkaian listrik tegangan tinggi dengan rangkaian listrik
tegangan rendah. Liquid Crystal Display (LCD) digunakan untuk menampilkan
presentase dari setiap pembacaan sensor. Selenoid Valve sebagai kran otomatis
untuk menyiram. Serta pompa air ac digunakan untuk menghisap air.
b. Kebutuhan perangkat lunak
Dalam perancangan sistem ini dibutuhkan beberapa perangkat lunak,
diantaranya Arduino IDE (Integrated Development Environment) yang berfungsi
untuk menulis dan mengunggah kode program ke Wemos D1 R2.

2. Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang
berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input
dan format output).
3. Evaluasi prototyping
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah di bangun
sudah sesuai dengan keinginan kaidah yang telah ditentukan. Jika sudah sesuai
maka langkah 4 akan diambil jika tidak prototyping direvisi dengan mengulang
langkah 1, 2 dan 3 untuk mengetahui apakah prototyping sudah sesuai dengan
apa yang kita harapkan..
4. Perancangan sistem
Perancangan sistem ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang
perancangan sistem mulai dari tahapan membuat desain perancangan
prototyping smart greenhouse menggunakan wemos D1 R2 yang akan di
bangun, baik dari sistem perangkat keras maupun perangkat lunak. Pada tahap
ini prototyping yang sudah disetujui akan diterjemahkan dan diubah ke dalam
bahasa pemrograman yang sesuai
5. Menguji sistem
Pengujian ini dilakukan dengan pengujian black box. Di tahap ini dilakukan
untuk menguji sistem yang sudah dibuat Pengujian

6. Evaluasi Sistem
Pengguna mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan
yang diharapkan. Jika ya langkah 7 bisa dilakukan, jika tidak ulangi langkah 4
dan 5 Perangkat lunak yang sudah siap akan dievaluasi oleh pengguna untuk
mengetahui apakah sistem sesuai dengan yang diharapkan.
7. Menggunakan sistem
Perangkat lunak yang sudah diuji dan siap untuk digunakan.

Adapun model pengembangan prototype dapat di lihat pada gambar 2.4

Gambar 2.3 Prototype model

F. Model Perancangan
Tiap-tiap dari blok diagram pada Gambar 2.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Input pada Wemos D1 R2


a) Soil Moisture Sensor berfungsi sebagai pengukur kelembapan tanah.
b) DHT 22 sensor berfungsi sebagai pengukur suhu dan kelembaban
udara.
2) Ouput pada Wemos D1 R2
a) Relay sebagai saklar elektrik yang bergun untuk mengaktifkan atau
memutus aliran listrik.
b) Selenoid Valve sebagai kran otomatis berfungsi untuk mengalirkan air
dari tempat penampung air ke tanaman apabila terjadi proses
penyiraman.
c) Pompa Air AC berfungsi menarik air dari penampung air menuju
valve.
d) LCD berfungsi untuk menampilkan data kelembapan tanah, suhu
udara dan kelembapan udara.

Gambar 2.4 Model Perancangan

Anda mungkin juga menyukai