Anda di halaman 1dari 2

Masa kecil KH. M.

Khoirul Amin

Nama besar serta karakter KH. M. Khoirul Amin mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Berdasarkan
sejarah beliau yang kami kutip dari ibu Nyai Hj. Musyarofah (adik beliau), KH. M. Khoirul Amin lahir di
kediaman romo KH. Abdul Mannan Syukur. Jln. Kramat 71 Singosari Malang pada 1 juni 1973. Beliau
seorang putra dari lima bersaudara dari pasangan KH. Abdul Mannan Syukur dan Nyai Hj. Ummi
Hasanah sekaligus menjadi penerus kepengasuhan pondok pesantren Al-qur'an Nurul Huda Singosari
Malang dari generasi kedua setelah sepeninggalnya romo KH. Abdul Mannan Syukur.

Sejak kecil, KH. M. Khoirul Amin memang dididik untuk meneruskan perjuangan abahnya karena beliau
merupakan satu satunya putra dari lima bersaudara. Hal ini terbukti dengan abahnya yang selalu
memasukkannya ke dalam lembaga pendidikan berbasis agama islam .Dimulai dari KH. Abdul Mannan
Syukur yang berinisiatif untuk menyekolahkannya di sekolah TK Muslimat NU singosari - Malang. Setiap
pagi, beliau berangkat ke sekolah diantar memakai sepeda onthel oleh salah seorang santri. Hari demi
hari hingga beliau menjemput kelulusannya di taman kanak kanak yang terletak di jalan tumapel
tersebut. Setelah menyelesaikan sekolah TK beliau naik ke jenjang selanjutnya. Bersekolah di MI Al-
Maarif singosari malang.

Terkutip dari obrolan kami dengan ibu Nyai Hj. Musyarofah sendiri, beliau memang sejak kecil sudah
nampak kealimannya. terbukti dengan sebuah masalah yang disuguhkan kepada abah beliau, KH. Abdul
Mannan Syukur. Pada saat beliau bersekolah di MI Al- Maarif. Tepat saat beliau menepati kelas 5 MI
terdapat masalah sepele yang membuatnya tidak mau bersekolah. Beliau ingin berhenti bersekolah
dengan alasan malu kalau sekolah memakai celana selutut.

“ lah waktu umik ngertos nek mas irul mboten purun sekolah, umik niku nguamok temanan, wes
digerojok banyu malah sampek digepuki ambek umik. Seng ngagetno maneh cak, abah niku nganti
ndukani mas.”
.

(Saat umik mengetahu kalau mas Irul tidak mau sekolah, umik itu sangat marah pada mas Irul, mulai dari
disiram air bahkan sampai dipukuli oleh umik. Yang mengejutkan lagi cak, abah itu sampai memarahi
mas juga.)
Tak lama dengan kejadian itu romo KH. Abdul Mannan Syukur memutuskan untuk bernegosiasi dengan
dewan guru MI AL- MAARIF. Setelah berbincang-bincang saling mengutarakan argumen masing-masing,
hasil rapat pun telah keluar. Dewan guru menyetujui bahwasanya seorang siswa yang bermana
Muhammad Khoirul Amin diperbolehkan bersekolah memakai celana panjang.

Meski sudah memakai celana panjang, beliaul masih tetap tidak mau bersekolah, dengan alasan hanya
beliau sendiri yang memakai celana panjang sedang teman-teman beliau masih memakai celana selutut.

Dan juga menurut ibu nyai hj. Musyarofah, kalau beliau sangat tidak mau terlihat berbeda dengan
teman sekelasnya.

“yang mengagetkan saya selaku adiknya. dalam kondisi beliau jarang sekolah beliau bisa mendapat
ranking 3. Sampai akhirnya di kelas 6 beliau benar-benar jarang sekolah dan beliau pun mendapati
ranking 10.”

Dengan penuh kesabaran romo KH. Abdul Mannan Syukur kembali bermusyawarah dengan pihak
sekolah yang menghasilkan keputusan bahwa seluruh siswa MI Al-Maarif Singosari Malang harus
memakai celana panjang. Jika dilihat dari sudut pandang cara mendidik, KH. Abdul Mannan Syukur
sangat berhasil dalam mendidik seorang putra sekaligus pemimpin bagi pesantren yang beliau dirikan.
Terbukti dari peristiwa tersebut, sudah terlihat kealiman dan kecerdasan beliau sejak kecil. Serta
keberanian beliau dalam menyampaikan pendapatnya demi mengamalkan ilmu ilmu yang telah beliau
dapatkan.Salah satunya yakni kewajiban untuk menutup aurat. (*) Ibu Nyai Hj. Musyarofah mannan.

Anda mungkin juga menyukai