Anda di halaman 1dari 2

“Uripo ing Madrasah Nanging ojo golek penguripan ing Madrasah” KH Romly Tamim

humaslp16 mins agoBerita, Pendidikan


Muhammad Masykur Izzy Baiquni, Senin 19 September 2022

H. Ahmad Karim Sy.


LP Ma’arif Kabupaten Malang

Satu lagi tokoh teladan yang mendapatkan apresiasi dan penghargaan yang sangat
tinggi dari LP Ma’arif kabupaten Malang dalam acara Harlah ke-93 LP Ma’arif. Beliau
adalah H. Ahmad Karim Sy. tokoh pendidikan kelahiran Yogyakarta dan mengabdi di
Kabupaten Malang.

Lahir di Daerah Istimewa Jogyakarta, pada 1 Juli 1938, dari pasangan ayah bernama
Ahmad Syarif dan Ibu bernama Siti Maisyaroh berdarah Bugis. Ahmad Karim merupakan
anak ke-5 dari 9 bersaudara.

Orang tua Ahmad Karim adalah pasangan yang religius sehingga tidak heran bila
mereka sudah mendidik Karim dari kecil dengan berbagai ilmu agama dan menempatkan
Karim di lingkungan yang agamis dengan perhatian khusus pendidikan agama dari orang
tuanya.

Pendidikan formal Karim diawali ketika Karim kecil mulai menempuh pendidikan
Sekolah Rakyat (SR) di kota kelahirannya Kecamatan Turi Jogyakarta. Perjalanan
kehidupan harus membawa dia jauh dari kota kesayangannya tercinta Yogyakarta karena
harus mengikuti kedua orang tuanya pindah ke ujung timur Jawa Timur yakni di
Banyuwangi sekaligus mendalami ilmu agama di pesantren milik keluarga di Pondok
Pesantren Mahdlatut Thullab Banyuwangi sekaligus melanjutkan Sekolah Guru Bawah
(SGB).

Selanjutnya Karim muda pada tahun 1956- 1958 melanjutkan pencarian ilmu ke Kencong
Kediri di bawah asuhan KH. Zamrozi, beliau di sana melanjutkan pendidikan agama
dan pada tahun 1958-1960 belajar pada KH.Shodiq Muslih Al Hajari.

Hingga padah tahun 1960 Ahmad Karim bersama Masbukhin (alm), Ashabul Yamin (alm),
Syamsuddhuha (alm), Syufyan (alm) ditugaskan oleh KH. Mustain Romly menjadi guru
di Dusun Ketitang Pararan Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.

Perjalanan perjuangan ternyata tidak semulus yang diharapkan. Pada tahun 1960
proses pembelajaran di Dusun Ketitang masih berpindah pindah dari rumah ke rumah
warga karena belum mempunyai gedung untuk proses belajar mengajar. Hingga pada 1962
bersama warga dan tokoh masyarakat daerah Ketitang, Karim mendirikan 3 lokal ruang
kelas Madrasah Ibtidaiyah Sunan Ampel.

Ternyata respon masyarakat semakin besar, ini terbukti ketika masyarakat pada tahun
1963 menambah dengan gotong royong menambah bangunan 3 lokal ruang kelas untuk
sarana dan prasarana sekolah.

Pada tahun 1966 Ahmad karim menikah dengan Asiyah putri H. Sholeh (alm) salah satu
tokoh masyarakat Ketitang dan membangun keluarga yang bahagia. Dari pernikahannya
tersebut Ahmad karim dan Asiyah dikaruniai anak yang pintar dan cerdas, mereka
adalah Fatimah, Lilik Rofiqoh, Haniatul Lu’lu’, Luqman Afifi, Mudzakkir Makki,
Yuyun Zuroidah, Ishomuddin.

Atas saran dari empat teman seperjuangannya bertugas di Madrasah Ibtidaiyah Sunan
Ampel hanya akhirnya hanya H. Ahmad Karim yang menetap di Dusun Ketitang tepatnya
diJl.KH. Hasyim Asy’ari RT 10 RW 03 Ketitang Pajaran Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang. Sedangakan ketiga orang sahabat seperjuangannya kembali ke
Jombang. dan pada tahun 1995- 2016 suami dari Hj. Asiah ini mendapat mandat menjadi
Kepada MI. Sunan Ampel Ketitang sebagai wujud rasa percaya masyarakat kepadanya.
Saat ini, meskipun sudah tidak menjadi kepala madrasah beliau tetap mengabdikan
diri untuk pendidikan di madrasah, beliau berniat mewakafkan dirinya untuk
madrasah, Uripo ing Madrasah Nanging ojo golek penguripan ing Madrasah adalah pesan
dari gurunya yaiitu KH. Mustain Romly kepadanya dan terus beliau pegang sebagai
semangat yang terus berkobar.

sosok H. Ahmad Karim Sy. merupakan sosok yang patut menjadi teladan, sekilas napak
tilas jejak H. Ahmad Karim di Ketitang adalah menjadi guru di MI.Sunan Ampel 1962–
Sekarang (2022), menjadi Kepala MI. Sunan Ampel tahun1995 s.d tahun 2016, dan
menjadi Penasehat Yayasan Pendidikan Sunan Ampel Ketitang.

(mzizzybq)

Anda mungkin juga menyukai