Anda di halaman 1dari 2

Biografi H.

Mustahal
humaslp1 month agoLearning
Muhammad Masykur Izzy Baiquni, Selasa 4 Oktober 2022

Tokoh pendidikan kelahiran Dusun Brongkal dan mengabdi di Dusun Penjalinan beliau
adalah H. Mustahal atau lebih dikenal dengan aba Tahal lahir di Kota Malang pada 1
Januari 1932 (di KTP tertulis tahun 1937(salah)), dari pasangan ayah bernama H.
Abdurrahman dan Ibu bernama H. Siti Aminah. Mustahal merupakan anak ke-2 dari 5
bersaudara, yaitu: H.Muhammad Badri(alm), H. Mustahal, H. Sam’ani (alm), H. Luthfi
Rubatni, H. Sinwani Rohman (alm). Karena perjuangan beliau-beliau dalam menyiarkan
syiar agama dikalangan masyarakat (lingkungan masing-masing) masyarakat menjuluki
beliau beliau dengan istilah Pandawa 5.

Orang tua Mustahal adalah pasangan yang religius sehingga tidak heran bila mereka
sudah mendidik Mustahal dari kecil dengan berbagai ilmu agama dan menempatkan
Mustahal di lingkungan yang agamis dengan perhatian husus pendidikan agama dari
orang tuanya. Pendidikan Mustahal diawali ketika Mustahal kecil mulai menempuh
pendidikan di pesantren Darul Ulum yang dipimpin dan didirikan oleh KH. Bachrowi.

Mustahal menempuh pendidikan dipesantren ini kurang lebih 15 tahun lamanya. Selama
menyantri, Mustahal sering diajak mengikuti kegiatan rutinan setiap bulan oleh KH.
Bahcrowi dalam memperdalam ilmu agama di Jombang kepada KH. Romli (Toriqoh
Qodariyah), KH. Dahlan (ahli hadist) dan KH. Bisri. Pada tahun 1979 Mustahal
mendalami ilmu agama kepada KH. Abbas & KH. Mujib di Pondok Pesantren Buduran
Sidoarjo selama kurang lebih 3 tahun.

Tahun 1960 Mustahal dijodohkan dengan Maimunah. Mustahal dinikahkan oleh H. Yusuf (
tokoh agama dipenjalinan) yang merupakan santri dari H Abdul manan (kakek Mustahal)
untuk melanjutkan perjuangan H. Yusuf dipenjalinan. Dari pernikahan ini Mustahal
membangun keluarga yang bahagia. Dari pernikahannya tersebut Mustahal dan Maimunah
dikaruniai enam orang anak, mereka adalah Baidhowi, Hafidhoh, Ja’far Shodiq,
Mahfudz, Ali Roziqin, dan Tijanun nawari, hingga saat ini memiliki 21 orang cucu
dan 9 orang cicit.

Disisi lain H. Mustahal muda pada tahun 1957 melanjutkan perjuangan dalam
menyiarkan agama melalui mushola dan madrasah. Mustahal mengikuti program
pemerintah pada masa pemerintahan Ir. Soekarno yaitu PBH (Pemberantasan Buta Huruf)
yang mana pada saat itu masih belum ada sistem kurikulum dan hanya sistem sorongan
dalam proses mengajar dan belajar. Bahkan Mustahal juga mengeyam pendidikan pada
saat Belanda dan Jepang menduduki Indonesia (1977).

Mustahal melanjutkan perjuangan mengajar di mushola yang pada saat itu memiliki
kurang lebih 150 santri dibantu oleh adiknya H. Luthfi Rubatni dan pamannya H.
Syukur (alm) dalam proses belajar dan mengajar. Diantara murid-muridnya ada yang
berhasil menyebarkan agama dimasyarakat nya Seperti Ahmad Marjais yang juga
melanjutkan tongkat estafet di daerah Ampelgading, dan murid yang bernama Mustahal
yang menjadi ustad di Tanjung Pinang Kepulauan Riau.

Sedangkan di madrasah H. Mustahal dan Tauhid melanjutkan perjuangan yang pada saat
itu memiliki 4 kelas yang terdiri dari 100 siswa yang mana pada saat itu madrasah
masih terbuat dari bambu. Dengan berjalan nya waktu ternyata respon masyarakat
semakin besar, hingga ahirnya menambah bangunan untuk ruang kelas sebagai sarana
dan prasarana sekolah. Hingga saat ini madrasah ini dikenal dengan nama Madrasah
ibtidaiyah Miftahul Ulum. Madrasah ibtidaiyah Miftahul ulum ini yang menjadi tempat
Mustahal melakukan pengabdian diri di bidang pendidikan. Mustahal melakukan
perjuangan kurang lebih 70 tahun hingga saat ini.

Disisi lain H. Mustahal juga ikut serta dalam memperjuangkan, mendirikan serta
mengembangkan Masjid Nurul Hidayah atau dikenal dengan nama Masjid Pancasila
sebagai tempat ibadah dilingkungan masyarakat Dusun Penjalinan. Mustahal hingga
saat ini masih aktif dalam kegiatan keagamaan di masjid, musholla dan masyarakat
seperti istiqosah, sholat tasbih , tahlilan, khotmil quran, sebelasan, burdah dan
kegiatan keagamaan lainnya.

Dua foto ini merupakan foto yang diambil pada tanggal 20 September 2022 di Musholla
al Hidayah. KH. Mustahal yang memimpin kegiatan keagamaan (Rabu wekasan).

H. Mustahal selalu mengingat pesan dari gurunya yaitu KH. Bahcrowi kepadanya dan
terus beliau pegang sebagai semangat yang terus berkobar hingga saat ini. Pesannya
sebagai berikut “lek pengen gak duwe dadio guru” maknanya ketika menjadi guru
jangan pernah mengharapkan apa-apa karena Allah swt., sudah mencukupi semuanya. Dan
pesan ini terbukti hingga saat ini. Allah swt., telah mencukupi semua kebutuhan
hidupnya. Karena diawal perjuangannya H. Mustahal tidak mendapat uang jasa dalam
mengajar kan ilmu kepada santri dan murid-muridnya. Tetapi Allah mencukupkan dan
memenuhi semua kebutuhan nya dari arah yang tidak disangka-sangka.

Penulis: Ifatun Nisak, Mahasiswi Istitut Agama Islam Al Qolam Malang.

Penyunting: mzizzybq

Anda mungkin juga menyukai