Anda di halaman 1dari 4

Ayatullah Sayyid Huhammad Husain Fadhlullah Hf

el-hurr*

Ia lahir pada tahun 1354 H/1933 M di kota Najaf al-Asyraf.


Ayahnya, Sayyid Abd. Rauf Fadhullah adalah salah seorang ulama
besar yang pernah berdomisili di Najaf selama tiga puluh tahun.
Kakeknya bernama Najibuddin Fadhlullah, adalah salah seorang
ulama ternama pada masanya.

Masa Belajar

Ia melalui semua pelajaran jenjang Mukaddimah dan Suthuh


Hauzah di bawah bimbingan langsung ayahnya kecuali jilid kedua kitab Kifayatul
Ushul yang ia pelajari dari Syekh Mujtaba Lankarani. Jenjang Bahtsul Kharij ia lalui
di bawah bimbingan Sayyid Muhammad Ruhani. Setelah menyelesaikan paket penuh
pelajaran Bahtsul Kharij di bawah bimbingannya, ia lalu dibimbing oleh Ayatullah
Khu'I ra.

Paket-paket pelajaran yang berhasil ia pelajari di bawah bimbingan Ayatullah


Khu'I antara lain; satu paket penuh ilmu Ushul Fiqh, bab Ba'I (jual beli) dan Khiyarat
dari kitab al-Makasib, bab Taklid, bab Thahara (bersuci), dan sebagian bab Shalat.
Disamping itu, ia juga pernah menghadiri pelajaran Syekh Husain al-Hilli selama dua
sampai tiga tahun, pelajaran Ayatullah Sayyid Mahmud Syahrudi selama dua tahun,
dan pelajaran Ayatullah Hakim selama satu setengah tahun. Pelajaran Qawa'idul
Fiqhiyah ia pelajari di bawah bimbingan Mirza Hasan Bujnurdi pada hari-hari libur.

Kegiatan Sosial Politik

Melihat kevakuman gerakan social yang ada di kalangab para pelajar Hauzah
Najaf, ia memberanikan diri untuk membnetuk sebuah kegiatan social dan media
massa. Akhirnya, pada tahun 1379 H/1958 M bekerja sama dengan Ayatullah Syahid
Muhammad Baqir as-Shadr dan Ayatullah Syekh Muhammad Mahdi Syamsuddin dan
di dukung oleh Jama'atul Ulama yang berpusat di kota Najaf, beliau berhasil
menerbitkan majalah al-Adhwa'. Kajian utama majalah ini pada tahun pertama diisi
oleh artikel-artikel yang ditulis oleh Syahid Muhammad Baqir as-Shadr dengan judul
Risalatuna (misi kami) selama setahun, pada tahun kedua selama enam tahun diisi oleh
Sayyid Husain Fadhlullah dengan judul kalimatuna (pesan kami). Artikel-artikel kedua
ini akhirnya dibukukan dengan judul Qadhayana 'ala Dhau'il Islam.

Kerjasama antara Sayyid Muhammad Husain Fadhullah dan Syahid Muhammad


Baqir as-Shadr ra. ini tidak hanya terfokus pada bidang kebudayaan. Akan tetapi, hal
ini juga meliputi bidang politik yang melahirkan sebuah partai revolusioner "Gerakan
Islam Iraq" yang akhirnya berganti nama menjadi "Hizb ad-Da'wah al-Islamiyah".
Pada saat itu para pengikut Syi'ah revolusioner Iraq belum memiliki sebuah partai
politik yang termanajemen secara rapi.
Pada tahun 1387 H/ 1966 M, berdasarkan permintaan mayoritas para pengikut
Ssyi'ah Libanon dan perintah ayah beliau yang kala itu adalah seorang Marja' di sana,
Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah kembali ke negaranya. Hingga kini ia berhasil
mendidik para kawula muda berdasarkan ajaran-ajaran al-Qur'an yang mulia.
Kegiatan-kegiatan-kegiatannya hingga kini telah meluas meliputi bisang-bidang politik,
kebudayaan, pendidikan serta keagamaan. Ia termasuk salah seorang ulama yang
terbilang paling sibuk dalkam menyebarkan agama Islam. Hingga kini, kehiatan
tersebut telah beliau jalani kurang lebih selama empat dasawarsa.

Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah Hf di samping memiliki kedudukan yang


khusus di kalangan ulama para pemikir, ia atidak pernah lalai membimbing
masyarakat umum dan tidak pernah lupa menjalankan etika-etika Islam di tengah
kehidupan mereka. Yang perlu diperhatikan di sini aadalah metode yang
digunakannya dalam mendidik para generasi muda khususnya para wanita sebagai
penentu masa depan sebuah masyarakat. Ia meyakini bahwa Islam harus
diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat dalam bentuk toeri pemikiran yang
dapat mempengaruhi logika dan cara berpikir manusia. Di samping itu, ia juga
diaktualisasikan dalam bentuk perasaan, naluri dan cinta yang dapat merasuki kalbu.
Dan ketika kita bisa melakukan semua itu, niscaya kita akan dapat mengejawantahkan
kedua faktortersebut (faktor pemikiran dan naluri) di dalam kepribadian, prilaku dan
kehidupan manusia. Dengan kata lain, teori pemikiran Islam itu dapat kita ubah ke
dalam bentuk amalan.

Program-program terpenting Sayyid Husain Fadhlullah dalam bidang pendidikan


adalah:

° Membangun sembilan pusat pendidikan maju meliputi sekolah dan pusat0pusat


ketrampilan yang memiliki sekitar enam belas ribu pelajar. Sebagian pusat
ketrampilan dan sekolah-sekolah tersebut dikuhusukan untuk para pelajar wanita.
Seperti sekolah Khadijah al-Kubra yang memiliki dua ribu pelajar. Sebagian mereka
adalah anak-anak yatim dan putri-putri syuhada. Mereka tinggal di sekolah-sekolah
tersebut secara permanen.

° Membangun enam pusat pendidikan gratis yang maju guna menampung dan
mendidik anak-anak yatim. Pada tingkat SD. Pusat pendidikan gratis ini sebagaimana
layaknya sebuah sekolah, para pelajar putra dan putrid bercampur menjadi satu
dalam kelas, dan utnuk jenjang-jenjang berikutnya, mereka dipisahkan dari yang lain.

° Membangun Markas Besar Islam Beirut yang meliputi dua masjid Imam Hasan
as. dan Imam Husain as, ruang pertemuan yang diberi nama Fathimah az-Zahra as.
dan pusat kebudayaan dan penelitian Islam.

° Membangun pusat-pusat kebudayaan di berbagai penjuru kota Libanon, seperti


pusat kebudayaan Imam Hasan al-Askari as, masjid Ahlul Bait as di Biqa' pusat
kebudayaan Imam Ali as di Jalala pusat kebudayaan Ahlul Bait as di Tripoli dan
masjid Imam as-Shadiq as. di Hermel.

Peran politik Sayyid Husain Fadhlullah dan pembelaannya terhadap Revolusi Islam
memiliki pengaruh yang sangat besar di kawasan timur tengah, dan beliau selalu
dikenang sebagai pemimpin ruhani Hizbullah. Para antek rezim Zionisme telah
melakukan tiga kali usaha untuk menerornya. Akan tetapi, dua kali mereka mengalami
kegagalan total dan selebihnya mereka hanya mampu mencederai kakinya. Bekas
peluru tersebut hingga sekarang dapat dilihat jelas. Dengan ini, ia dapat dikategorikan
sebagai pahlawan revolusi Islam dunia.

Ayatullah Sayyid HUsain Fadhlullah, yang sampai sekarang menjadi salah seorang
Marja' Taklid terbesar di dunia Syi'ah ini telah menulis buku yang juga menjadi
rujukan penting di kalangan pelajar dan pemikir Islam, di antaranya:

1. Min Wahy al-Qur'an, tafsir al-Qur'an sebanyak 25 jilid.

2. al-Hiwar fi Dhau'il Islam.

3. Qadhayana 'ala Dhau' al-Islam

4. al-Masyru' al-Islami al-Hadhari.

5. Fiqh al-Hayah

6. Fi Afaq al-Hiwar al-Islami wan Masihi

7. al-Harakah al-Islamiyyah, Humum wa al-Qadhaya

8. Dunya as-Syabab

9. Dunya al-Marah

10. Ta'ammula al-Islamiyyah haula al-marah

11. al-Insan wal Hayah

12. an-Nikah

13. al-Qur'an wa al-Istikharah

14. al-Jihad

15. as-Shayd wa adz-Zdibahah

16. Rasalah fi ar-Radha'

17. al-Ijarah

18. Fiqh al-Mawarits fi Qa'idah La Dharar wa La Dhirar

19. al-Yamin wa al-'ahd wa Nadzr

20. al-Washiyah.
Sepuluh buku terakhir adalah transkripsi dari kulaih Bahst al-Kharij Sayyid
Muhammad Husain Fadhlullah.[]

Anda mungkin juga menyukai