Ibu : Halimah
Istri : Nyai Nafiqoh, Nyai Masruroh
Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hakim (Abdul Kholiq), Abdul
Karim, Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf, Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah,
Muhammad Ya’kub.
KH Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) di Demak,
Jawa Tengah. Beliau merupakan pendiri pondok pesantren Tebu Ireng dan juga perintis
salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama
(NU). Beliau juga dikenal sebagai tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain
mengajarkan agama dalam pesantren, ia juga mengajar para santri membaca buku-
buku pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato. Karena hasrat tak puas akan
ilmu yang dimilikinya. Beliaupun belajar dari peantren ke pesantren lain. Mulai menjadi
santri di pesantren Wonokoyo (probolinggo), Pesantrem Langitan (Tuban), Pesantren
Trenggilis (Semarang), dan Pesantr en Siwalan Panji (Sidoarjo). Dari pesanten Siwalan
beliau belajar pada Kyai Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu.
Ditahun 1892, KH Hasyim Asy’ari menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di
Mekkah. Disana beliau berguru pada Syekh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh
at_Tarmisi, gurunya dibidang hadist. Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah
di Johor, Malaysia dan mengajar disana. Pulang ke Indonesia tahun 1899. Kyai Hasyim
Asy’ari mendirikan pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar di
jawa pada abad 20 sejak tahun 1900. Kyai Hasyim Asy’ari menjadikan pesantren
tebuireng sebagai pusat pembaruan bagi pengajaran islam tradisional.
Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan
umum. Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan membaca buku-buku yang
berisi pengetahuan umum , brorganisasi dan berpidato. Cara yang dilakukannya itu
mendapat reaksi masyarakat. Beliau dikecam tetapi tidak mundur dari pendiriannya.
Baginya mengajarkan agama berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan
menyiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat adalah salah satu tujuan utama
perjuangan Kyai Hasyim Asy’ari.
Meski mendapatkan kecaman, pesantren tebuireng menjadi terkenal ketika para santri
angkatan pertamanya berhasil mengembangkan pesantren di berbagai daerah dan juga
menjadi besar.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh islam tradisional lainnya. Kyai
Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama. Yang berarti kebangkitan
ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kyai Hasyim
Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU. Bersama teman-
temannya.itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama baik di Jawa timur maupun Jawa
Tengan. Bahkan para ulama diberbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kyai
Hasyim Asy’ari. Dan sekarang organisasi NU berkembang dengan pesat. Organisasi ini
menjadi penyalur pengembangan islam di desa-desa maupun perkotaan di Jawa.
Meski sudah menajdi tokoh penting dalam NU, beliau tetap bersikap toleran terhadap
aliran lain. Yang paling dibencinya adalah perpecahan dikalangan umat islam.
Pemerintah belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji
yang besar asalkan mau bekerja sama tetapi ditolaknya.
Dengan alasan yang tidak diketahui pada masa awal pendudukan Jepang, KH Hasyim
Asy’ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya. KH Wahid Hasyim, beberapa bulan
kemudian beliau dibebaskan dan sesudah itu diangakat menjadi Kepala Urusan
Agama. Jabatan itu beliau terima dengan terpaksa. Tetapi beliau tetap mengasuh
pesantrennya di Tebuireng.