Anda di halaman 1dari 1

Multikulturalisme Singkawang

Kota Singkawang merupakan kota pesisir yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat,
tepatnya di bagian utara pulau Kalimantan dan berjarak sekitar 145 km dari Kota Pontianak.
Kota tersebut menjadi cerminan tentang bagaimana masyarakat seharusnya memandang
perbedaan dan keberagaman dalam satu rumpun kesatuan. Terdapat lebih dari 200.000 jiwa
menduduki kota tersebut, setidaknya ada 16 suku yang mendiami Kota Singkawang dan tiga
diantaranya merupakan suku besar. Tiga suku tersebut ialah Tionghoa, Dayak, dan Melayu.
Sebelum menjadi Kota Singkawang, wilayah ini dulunya adalah Kabupaten Sambas. Sambas
berasal dari kata “Sam”. Dalam Bahasa Hakka, Sam memiliki arti “tiga” yang merujuk
kepada tiga suku besar yang mendiami daerah tersebut.
Hal teserbut menggambarkan bentuk Multikulturalisme terkait beragamnya perbedaan
dan kepercayaan yang ada di Kota Singkawan. Pada tahun 2018, Kota Singkawang
dinobatkan sebagai kota paling toleran di Indonesia. Dr. H. Irwan, M.Si, Wakil Walikota
Singkawang, menjelaskan bahwa SETARA institute telah berkerjasama dengan pemerintah
Indonesia untuk melakukan penilitian dan penilaia terhadap inddeks kota toleran di
Indonesia. Dekatnya tempat beribadah kelompok agama-agama yang berbeda menjadi tanda
bahwa telah terjalinnya toleransi antar umat beragama di Kota Singkawang. Contoh lain
berupa dalam festival Cap Go Meh. Karena dalam festival tersebut tidak hanya diramaikan
oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga dimeriahkan oleh masyarakat Melayu, Dayak, dan
Madura.
Keberagaman masyarakat yang multikultur, akan menghadapi berbagai macam
tantangan. Terutama dalam masalah toleransi dan persatuan. Munculnya konflik menjadi
salah satu hal yang rawan dari keberagaman masyarakat tersebut. Tetapi, masyrakat
Singkawang menyikapi perbedaan dan keberagaman sebagai suatu hal yang positif terutama
dalam menyikapi perbedaan. Stepanus, Dewan Adat Dayak Singkawang, memaparkan bahwa
dengan adanya perbedaan, Kota Singkwang menjadi sangat indah karena dapat bertukar
pengetauan dan pengalaman termasuk budaya sosialnya. Berbagai macam Lembaga suku
yang terdapat di kota Singkawang sering melakukan silaturahmi, dan apabila terdapat suatu
masalah maka akan dibawa ke dalam forum musyawarah.
Proses terjadinya komunikasi kultural berawal dari meredamnya rasa dominan di Kota
Singkawang. Karena visi pertama dari Kota Singkawang adalah “Harmonis dalam
Keberagaman Agama, Etnis dan Budaya”. Dalam menhadapi suatu masalah, masyarakat
sangat menghindari untuk membesar-besarkan masalah tersebut karena untuk
mempertahankan gelar Kota Tertoleran tersebut lebih sulit dibandingkan dengan
memperolehnya. Oleh karena itu, komitmen ini harus terus turun menurun sampai kepada
pendidikan yang paling rendah.

Anda mungkin juga menyukai