PENDAHULUAN
Plasenta beserta membran janin dan cairan amnion merupakan organ kehamilan
yang sangat penting dan spesifik yang menyokong pertumbuhan dan
perkembangan normal janin. Selama keberadaannya yang singkat di dalam uterus,
janin bergantung pada plasenta sebagai paru, hati dan ginjalnya. Plasenta juga
memiliki peranan berupa transportasi zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang
berguna selama kehamilan dan sebagai barier. Organ ini melaksanakan fungsi-
fungsi tersebut sampai janin cukup matang sehingga dapat bertahan hidup di luar
rahim sebagai organisme yang bernafas melalui udara. Perubahan perkembangan
dan fungsi plasenta mempunyai efek besar pada janin dan kemampuannya untuk
menyesuaikan lingkungan intrauterin.1-5
Implantasi dan pembentukan plasenta merupakan proses yang memerlukan
koordinasi tinggi melingkupi interaksi antara sel maternal dan sel embrionik.
Invasi sel tropoblas pada jaringan uterus dan remodelling dinding arteri spiralis
uterus memastikan bahwa perkembangan unit fetoplasenta menerima suplai darah
yang dibutuhkan dan bahwa transfer nutrien dan udara yang efisien dan tempat
penyaluran sisa-sisa metabolisme. Konsep tentang sirkulasi darah di plasenta
diperkenalkan oleh Harvey pada tahun 1628, sedangkan John Mayow pada tahun
1663 menerangkan tentang sifat sirkulasi janin. Pada akhir abad ke 17 terdapat
sebuah konsep tentang struktur dan kepentingan fungsional plasenta manusia.
Berbagai tipe tempat plasentasi dikategorikan menurut jumlah dan tipe lapisan
antara sirkulasi maternal dan fetal. Plasenta manusia merupakan organ
haemochorial villi, tempat darah maternal datang menuju kontak langsung dengan
sel tropoblas plasenta dan menyebabkan terjadinya hubungan sangat dekat antara
perkembangan embrio dan suplai akan nutrien.1,5-11
Referat ini menjelaskan pengaturan struktural dasar plasenta matur manusia
dan membran janin dan memberikan gambaran proses implantasi, desidualisasi
dan plasentasi yang menghasilkan bentuk yang sempurna. Akhirnya fungsi utama
plasenta akan didiskusikan pada bagian transpor dan metabolisme, proteksi dan
fungsi endokrin.
II. EVOLUSI PENGETAHUAN TENTANG PLASENTA
Konsep tentang sirkulasi darah plasenta diperkenalkan oleh Harvey pada tahun
1628 dan sifat sirkulasi janin diterangkan oleh John Mayow pada 1663. Pada
tahun 1564, Arantius meneliti kesinambungan antara sistem vaskuler ibu dan
janinnya. Harvey (1651) menyatakan bahwa ada satu sirkulasi arteri dan vena
janin ke plasenta. Malphigi (1660) yang menegakkan konsep suatu jaringan
kapiler sebagai basis anatomi untuk sirkulasi regional. Melalui penemuan dari
banyak ahli anatomi terkenal, pada akhir abad ke 17 terdapat sebuah konsep
tentang struktur dan kepentingan fungsional plasenta manusia. Ide dasar bahwa
ada suatu sawar plasenta sudah dirumuskan dengan jelas pada akhir abad ke 17
atau awal abad ke 18. John dan William Hunter sekitar tahun 1750, menyuntikkan
lilin cair ke dalam arteri uterina, lilin tersebut tidak terlihat dalam sirkulasi janin.
Temuan ini akhirnya menyingkirkan gagasan tentang anastomosis antar pembuluh
darah ibu dan janin.1
William dan John Hunter menjelaskan tentang ruang-ruang intervillosa. Pada
tahun 1882, Langhans mendemontrasikan dengan jelas bahwa villi tersebut
dibungkus oleh dua lapisan sel. Pada tahun 1889 istilah trofoblas diperkenalkan
oleh Hubrecht untuk membedakan bagian blastokista yang tidak ikut
menyumbang bagian selular embrio. Lapisan superfisial villi korionik akhirnya
terbukti bersifat sinsitial dan sekarang umumnya disebut sebagai
sinsitiotrofoblas.1,2
V. MEMBRAN FETUS
Membran fetus melingkupi fetus selama kehamilan dan pada akhirnya menjalani
ruptur selama persalinan kala I. Terdiri atas amnion yang melapisi fetus dan
korion yang menghadap ibu. Amnion terdiri lima lapisan yang berbeda. Lapisan
paling dalam adalah epitel amniotik, yang berhubungan langsung dengan cairan
amnion pada satu sisi dan membran basal di sisi lainnya. Lapisan lainnya terdiri
atas lapisan padat, lapisan fibroblas, dan lapisan spons atau intermediate. Korion
terdiri atas lapisan retikular, membran basal dan daerah sel tropoblas yang saat
aterm melekat kuat dengan jaringan desidual maternal. Seperti plasenta, membran
fetus berperan integral pada perkembangan fetus dan kemajuan kehamilan.
Sebagai tambahan terhadap aktifitas pengaturan autokrin, membran
mensekresikan suatu substansi ke dalam cairan amnion, mempengaruhi
homeostasis cairan amnion dan terhadap uterus, yang mana dapat mempengaruhi
fisiologi selular maternal. Membran juga berperan melindungi fetus akan infeksi
ascending dari saluran reproduksi.
A C
B D
E G
H
F
Gambar 2. Proses implantasi.dan perkembangan trofoblas menjadi plasenta
Dikutip dari Dunk C
3. Perkembangan Tropoblas menjadi Plasenta
Lapisan trofoblas terdiri atas sinsitiotrofoblas (luar) dan sitotrofoblas (dalam).
Setelah implantasi dan inisiasi plasentasi berhasil, maka sel tropoblas akan
mengalami ploriferasi dan diferensiasi dengan pesat. Terdapat dua mekanisme
utama diferensiasi tropoblas, yaitu villi dan ekstravilli (gambar 3).
Sinsitiotrofoblas
Sitotrofoblas
Trofoblas ekstravilus
Endothelium
Arteri spiralis
Lempeng korionik
Vilus korialis
Lempeng basal
Arteri spiralis
Septum desidua
X. TALI PUSAT
Yolk sac dan vesikel umbilikalis (yang berasal dari yolk sac) merupakan struktur
yang cukup menonjol pada awal kehamilan. Pada awal-nya, mudigah adalah suatu
lempeng datar yang terletak diantara amnion dan yolk sac. Karena permukaan
dorsal tumbuh lebih cepat dari pada permukaan vertral, disertai memanjangnya
neural tube, maka mudigah menonjol kedalam kantung amnion dan bagian dorsal
yolk sac bergabung ke badan mudigah untuk membentuk usus. Alantois menonjol
kedalam pangkal tangkai tubuh dari dinding kaudal yolk sac atau pada tahap
selanjutnya, dari dinding anterior usus belakang (hindgut). 2-4
Seiring dengan berkembangnya kehamilan, yolk sac menjadi semakin kecil
dan pedikulusnya relatif lebih panjang. Pada sekitar bulan ke tiga, amnion yang
membesar menyebabkan eksoselom lenyap, menyatu dengan korion leave dan
menutupi lempeng plasenta yang menonjol dan permukaan lateral tangkai tubuh,
yang kemudian disebut korda umbilikalis (tali pusat) atau funis. Sisa-sisa
eksoselom dibagian anterior tali pusat mungkin mengandung gulungan usus, yang
terus berkembang diluar mudigah. Walaupun lengkung usus ini kemudian ditarik
masuk, apeks usus tengah tetap mempertahankan hubungannya dengan duktus
vitelinus yang sudah mengecil. Duktus berakhir disuatu kantong kisut yang sangat
vaskuler dengan garis tengah 3 sampai 5 cm dan terletak dipermukaan plasenta
antara amnion dan korion atau di membran tepat diluar batas plasenta, tempat
duktus ini kadang-kadang dapat terlihat saat aterm.2-5
Tali pusat aterm pada keadaan normal memiliki dua arteri dan satu vena.
Vena umbilikalis kanan biasanya lenyap pada awal perkembangan janin, sehingga
yang tertinggal hanya vena kiri. Potongan di semua bagian tali pusat biasanya
memperlihatkan duktus vesikel umbilikalis yang kecil dan berada di tengah serta
dilapisi oleh suatu lapisan sel gepeng atau kuboid. Pada potongan tepat setelah
umbilikus, tetapi bukan di ujung maternal tali pusat, kadang-kadang ditemukakan
duktus lain yang merupakan sisa alantois. Bagian duktus vesikel umbilikalis
intraabdomen yang berjalan dari umbilikalis ke usus, biasanya atrofik dan lenyap,
namunj terkadang tetap paten dan membentuk divertikulum Meckeli. Anomali
vaskular yang paling sering adalah tidak adanya satu arteri umbilikalis.2-5
XI. RINGKASAN
Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting. Selama keberadaannya yang
singkat di dalam uterus, janin bergantung pada plasenta sebagai paru, hati dan
ginjalnya. Plasenta juga memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke janin,
penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, serta sebagai barier.
Pembentukan dan perkembangan plasenta dimulai dari proses implantasi
blastokista pada endometrium. Trofoblas menginvasi desidua, membentuk
sitotrofoblas lalu menjadi sinsitiotrofoblas.
Plasenta terdiri dari chorion frondosum dan chorion leave. Chorion
frondosum akan membentuk kotiledon-kotiledon, chorion leave akan berdekatan
dengan amnion. Amnion yang berasal dari ektoderm embrionik akan berkembang
menutupi permukaan dorsal mudigah yang sedang tumbuh. Cairan amnion saat
kehamilan aterm rata-rata 1000 ml. Tali pusat memiliki2 arteri dan satu vena.
Sirkulasi darah pada plasenta terbagi 2: sirkulasi maternal dan sirkulasi janin.
XII. RUJUKAN
1. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III L, Wenstrom
KD. Williams obstetric. 23rd ed. New York: McGraw-Hill. 2010.
2. Chaddha V, Viero S, Huppertz B, Kingdom J. Developmental biology of the
placenta and the origin of placental insufficiency. Semin in Fetal and Neonat
Med.2004;9:357-69.
3. Pijnenborg R, Vercruysse L, Hanssens M. The uterine spiral arteries in
human pregnancy: Facts and controversies. Placenta.2006; 27: 939-958.
4. Dunk C, Huppertz B, Kingdom J. Development of the placenta and its
circulation. In: Rodeck CH, Whittle MJ, editors. Fetal medicine basic science
and clinical practice. 2nd ed. London: Churchill Livingstone Elsevier.
2009:69-85.
5. Benirschke P, Kaufmann P. Physiology of the human placenta. Berlin:
Springer; 2007.
6. Blackburn ST. Maternal, fetal & neonatal physiology: a clinical perspective.
2nd ed. St. Louis, USA: Saunders, 2003.
7. Moore KL, Persaud TVN. The developing of human placenta. Clinically
oriented embryology, 7th ed. Philadelphia: Saunders; 2003.
8. Aplin JD. The cell biological basis of human implantation. Baillieres Best
Pract Res Clin Obstet Gynaecol 2007;14: 757—64.
9. Jauniaux E, Watson AL, Hempstock J, Bao Y-P, Skepper JN, Burton GJ.
Onset of maternal arterial blood flow and placental oxidative stress; a
possible factor in human early pregnancy failure. Am J Pathol 2000;157:2111
—22.
10. Jauniaux E, Greenwold N, Hempstock J, Burton GJ. Comparison of
ultrasonographic and Doppler mapping of the intervillous circulation in
normal and abnormal early pregnancies. Fertil Steril 2003;79:100—6.
11. Kingdom J, Huppertz B, Seaward G, Kaufmann P. Development of the
placental villous tree and its consequences for fetal growth. Eur J Obstet
Gynecol Reprod Biol 2000; 92:35—43.
12. Glazier JD, Jansson T. Placental transport in early pregnancy—a workshop
report. Placenta 2004;25(Suppl. 1):S57. 406 N.M. Gude et al.
13. Burton GJ, Watson AL, Hempstock J, Skepper JN, Jauniaux E. Uterine
glands provide histiotrophic nutrition for the human fetus during the first
trimester of pregnancy. J Clin Endocrinol Metab 2002;87:2954—9.
14. Sibley CP, Glazier JD, Greenwood SL, Lacey H, Mynett K,Speake P, et al.
Regulation of placental transfer: the Na(+)/H(+) exchanger—a review.
Placenta 2002;23(Suppl. A): S39—46.
15. Malassine A, Cronier L. Hormones and human trophoblast differentiation: a
review. Endocrine 2002;19:3—11.
16. Handwerger S, Freemark M. The roles of placental growth hormone and
placental lactogen in the regulation of human fetal growth and development.
J Pediatr Endocrinol Metab 2000;13:343—56.
17. Lacroix MC, Guibourdenche J, Frendo JL, Muller F, Evain-Brion D. Human
placental growth hormone—a review. Placenta 2002;23(Suppl. A):S87—94.
18. Nayak NR, Giudice LC. Comparative biology of the IGF system in
endometrium, decidua and placenta, and clinical implications for foetal
growth and implantation disorders. Placenta 2003;24:281—96.
19. Keelan JA, Blumenstein M, Helliwell JA, Sato TA, Marvin MD, Mitchell
MD. Cytokines, prostaglandins and parturition—a review. Placenta
2003;24(Suppl. A); Trophobl Res 2003;17:S33—46.
20. Al-Ghafra A, Gude NM, Brennecke SP, King RG. Labourassociated changes
in adrenomedullin content in human placenta and fetal membranes. Clin Sci
2003;105:419—23.