Pembimbing:
dr. Edy Riyanto, Sp.THT-KL
Survey nasional
Depkes
di Indonesia sebesar 38,6%
dengan prevalensi morbiditas
tertinggi pada kasus telinga dan
gangguan pendengaran yaitu
sebesar 38,6% dan OMSK
antara 2,1-5,2%.
Anatomi Telinga
Telinga Luar
Aurikula
Meatus Akustikus
Eksternus
Organ Corti
Vaskularisasi Telinga Tengah
Arteri carotis
eksterna
• Cabang arteri timpani anterior berawal dari cabang arteri maksila
interna yang masuk melalui fisura petrotimpani dan terletak di
sepanjang tuba eustachius dan semi kanalis tensor timpani.
• Arteri timpani inferior cabang dari arteri faringeal masuk ke telinga
tengah melalui kanalikulus timpani dalam hipotimpanum dengan
cabang timpani nervus cranial IX
• Arteri timpanika posterior cabang dari arteri stilomastoid, yang masuk
ke dalam kanalis fasialis inferior melalui foramen stilomastoid.
• Satu cabang dari arteri stilomastoid meninggalkan canalis fallopi
dengan nervuskorda timpani dan masuk ke telinga tengah..
Vaskularisasi ke ossikel telinga terdiri dari arteri timpani anterior dan
posterior dan cabang dari pleksus promontory.
Fisiologi Pendengaran
Etiologi OMSK
Terapi yang
Terapi yang
terlambat di
tidak adekuat
berikan
Daya tahan
tubuh pasien
Virulensi
rendah (gizi
kuman tinggi
kurang) atau
higiene buruk
Patogenesis OMSK
Jenis OMSK
Benigna Maligna
Sekret Mukoid, tidak berbau Purulen, berbau
busuk
Perforasi Sentral Atik atau marginal
Granulasi Jarang Biasa terjadi
Kolesteatoma Tidak ada Ada
Komplikasi Jarang terjadi Sering terjadi
Audiogram Tuli konduktif ringan Tuli konduktif atau
hingga sedang campuran
OMSK BENIGNA
Lokasi pada pars tensa, bisa
antero-inferior, postero-inferior dan
postero-superior
OMSK MALIGNA
Perforasi marginal :
Yang sangat besar digambarkan sebagai
perforasi total. Perforasi pada pinggir
postero-superior berhubungan dengan
kolesteatom.
Perforasi atik:
Terjadi pada pars flasida, berhubungan
dengan primary acquired cholesteatoma
Kolesteatoma
1. Kolesteatoma kongenital
Terbentuk pada masa embrion, Terdapat di cavum timpani,
daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontine.
2. Kolesteatoma akuisital
a. Teori akuisital primer -> Terbentuk tanpa didahului oleh
perforasi membran timpani
b. Teori akuisital sekunder -> Terbentuk setelah adanya
perforasi membran timpani
Gejala klinis OMSK :
Telinga berair (Otorhoe)
Gangguan pendengaran
Nyeri telinga (Otalgia)
Vertigo
Pemeriksaan Audiometri
Normal : -10 -26 dB
Tuli ringan : 27 -40 dB
Tuli sedang : 41 -55 dB
Tuli sedang berat : 56 -70 dB
Tuli berat : 71 -90 dB
Tuli total : <90 dB.
Bakteriologi
OMSK : Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan
Proteus, E. Coli, Difteroid, Klebsiella
OMSA : Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan
Morexella kataralis.
Pemeriksaan Radiologi
a. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen
b. Proyeksi Mayer atau Owen
Memperlihatkan gambaran tulang pendengaran
c. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan kanalis auditorius interna,
vestibulum, kanalis semisirkularis.
d. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal->
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Penatalaksanaan
Bila sekret keluar terus menerus : Beri obat pencuci telinga berupa larutan
H2O2 3-5% selama 3-5 hari
Bila sekret berkurang: Beri obat tetes telinga yang mengandung antibiotik &
kortikosteroid
Bila ada sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada : obati sumber
infeksi yang ada sebelumnya
2. Prinsip terapi OMSK tipe maligna : OPERATIF
Komplikasi intracranial
Abses otak
Abses subdural/ ekstradural
Hidrosefalus otitic
Tromboflebitis
Trombosis sinus lateralis
Komplikasi ekstratemporal
Abses subperiosteal
TERIMAKASIH