LP Dan Askep DM
LP Dan Askep DM
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus menurut (Corwin, 2009):
1.1.2.1 Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Lima sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
1
2
1.1.3 Etiologi
1.1.3.1 Diabetes tipe I:
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
1.1.3.2 Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko : Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 tahun), Obesitas, dan Riwayat keluarga
3
1.1.5 Patofisiologi
Diabetes tipe I. Diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain),
namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan
dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan
asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda
dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma
bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
5
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka
pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadra glukosanya sangat tinggi).
6
Pathway
DM tipe 1 DM tipe 2
Defisinsi insulin
1.1.6 Komplikasi
Menurut (Mansjoer, 2007), komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe
DM digolongkan sebagai akut dan kronik.
1.1.6.1 Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah.
1) Hipoglikemia/koma hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah. Salah satu bentuk dari
kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik, pada kasus sopor atau
koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pemberian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat
pula disebabkan oleh terlambat makan atau olahraga yang berlebihan.
8
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
9
1.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
1.1.8.1 Diet
10
1.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan
pada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,
pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat
perkembangan pasien. (Hidayat A Alimul, 2004).
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Di dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memilki pengetahuan dan
kemempuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan,
kemempuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang di capai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil
(Hidayat A Alimul, 2004).
17
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN KASUS
Keterangan :
: Pasien : Perempuan : Laki-laki
Ny. K tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, dan faktor lingkung.
Penyakit yang di derita Ny. K sekarang Diabetes Melitus dan Hipertensi.
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
KETERANGAN :
1. Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh.
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan.
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang.
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat.
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan SD.
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subjek hanya
berpendidikan lebih dari SD.
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subjek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan lama.
26
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa dan memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis/kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/ istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAKPUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat buruk/tidak berharga
28
I KERAGUA-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
29
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Total 16
Keterangan:
0-4 : Defresi tidak ada/minimal
5-7 : Defresi ringan
8-15 : Defresi sedang
16+ : Defresi berat (perbaiki penulisan ejaan kata yang kurang tepat)
30
bersama-sama.
Penilaian: TOTAL 10
Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab:
Selalu: skore 2
Kadang-kadang: skore 1
Hamper tidak pernah: skore 0
ANALISA DATA
Data Obyektif:
2) Ny. K bisa melakukan
aktivitas tetapi hanya
aktivitas yang ringan saja.
3) Ny. K tampak cepat
kelelahan setelah
melakukan aktivitas.
4) Ny. K tampak lambat
dalam melakukan
aktivitas.
5) Tanda-tanda vital:
TD120/80 mmHg,
32
N : 82 x/menit,
RR : 22 x/menit,
S : 36,2 0C.
PRIORITAS MASALAH
TUJUAN
No DX KEP INTERVENSI RASIONAL
(KRITERIA HASIL)
1. Kelelahan Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan pasien Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
berhubungan perawatan sebanyak 7 kebutuhan akan aktivitas. meningkatkan tingkat aktivitas meskipun klien
dengan penurunan kali pertemuan, pasien mungkin sangat lemah
produksi energi mengungkapkan
metabolik. setelah beraktivitas
rasa lemasnya 4. Berikan aktivitas alternatif Mencegah kelelahan yang berlebihan
berkurang dengan dengan periode istirahat yang
kriteria hasil: cukup.
- Pasien mampu
melakukan 3. Pantau nadi, frekuensi pernapasan Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat
aktivitas sehari- dan tekanan darah ditoleransi secara fisiologis
hari tanpa bantuan sebelum/sesudah melakukan
orang lain. aktivitas.
- Pasien tidak cepat 4. Tingkatkan partisipasi pasien Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri
lelah lagi. dalam melakukan aktivitas sehari- yang positif sesuai tingkat aktivita yang dapat
- Tanda-tanda vital hari sesuai toleransi. ditoleransi
normal Meningkatkan pengetahuan klien tentang
5. Berikan pendidikan kesehatan penyakit yang dia derita.
tentang penyakit Diabetes
Melitus.
35
2.13 Implementasi Keperawatan
37
No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD/
tanggal/ Keperawatan Nama
jam
2. Sabtu, 17 Kelelahan 1. Mengukur tanda-tanda vital. S: Ny. K mengatakan “badan saya sudah
Januari berhubungan 2. Menganjurkan untuk melakukan
tidak terlalu lemas lagi”.
2015. dengan penurunan aktvitas yang ringan saja.
Pukul produksi energi 1. Mengatur pola aktivitas dan O:
10.00 metabolik. istirahat yang cukup.
- Ny. K sudah tidak cepat lelah atau
WIB. 2. Memberikan aktivitas alternatif
dengan periode istirahat yang kecapean lagi saat melakukan aktivitas.
cukup seperti membuat gambar.
- Ny. K masih bisa melakukan aktivitas
yang telah diberikan oleh perawat.
- Tanda-tanda vital:
TD : 110/70 mmHg, N 76x/menit, RR
20x/menit, S 36,4 0C.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi. Intrvensi ke
berapa???
38