Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
DISUSUN OLEH:
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses alami yang terjadi dalam
kehidupan manusia, yang dimulai dari anak, dewasa, hingga akhirnya
menjadi tua, dan merupakan sesuatu yang harus terjadi dan tidak dapat
dihindari oleh siapapun. Menua menyebabkan beberapa perubahan dalam
diri seseorang, baik dari segi anatomis, fisiologis, dan psikologis, dan hal
tersebut mempengaruhi fungsi dan kehidupan seseorang secara
keseluruhan. Dalam penuaan terjadi kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur dan keriput, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
memburuk, gerakan lambat dan bentuk tubuh yang tidak lagi proposional.
Gangguan sistem penglihatan pada lansia merupakan salah satu masalah
penting yang dihadapi oleh lansia. Terjadinya penurunan fungsi
penglihatan pada lansia membuat kepercayaan diri lansia berkurang dan
mempengaruhi dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari. Perubahan sistem
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan
termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi
pupil akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata
(katarak).
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui
jaras pada otak ke lobus oksipitalis dimana rasa penglihatan ini diterima.
Sesuai dengan proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan
yang terjadi, diantaranya alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar pada
pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria maupun wanita.
Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan, produksi air mata oleh
kalenjar lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi
konjungtiva akan menurun dan cenderung cepat menguap, sehingga
mengakibatkan konjungtiva lebih kering.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil
menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap
akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram
mengakibatkan katarak, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk
menerima dan membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti
coklat, hitam dan marun tampak sama, pandangan dalam area yang suram
dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya
gelap) menempatkan lansia pada resiko cedera. Sementara cahaya
menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi kemampuan untuk
membedakan objek-objek dengan jelas. Semua hal diatas dapat
mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia.
D. KONSEKUENSI FUNSIONAL
Konsekuensi fungsional negative akibat dari resiko kerusakan fungsi
karediovaskuler adalah Kornea lebih berbentuk skeris, Sfingter pupil
timbul sklerosis dan hilangnya respon, Lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa), Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap, Hilangnya
daya akomodasi, Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas
pandang.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENKAJIAN
1. Identitas / Data Biografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler,
kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan
tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan
mual dan muntah.
2. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
3. Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,
dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang
mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan
salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang
dapat dicegah.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan
mual dan muntah.
Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil:
a) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian
pengontrolan nyeri
b) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
c) Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
a) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
b) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesic
c) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
d) Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
e) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio
f) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
g) Berikan analgesik sesuai anjuran
Intervensi:
a) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
b) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan
kesempatan pasien menunjukan kompetensi dan menanyakan
pertanyaan.
c) Izinkan pasien mengulang tindakan.
d) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.
Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan
pemakaian steroid topikal.
Rasional: Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan
konsistensi program obat adalah control vital. Beberapa obat
menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial
kehilangan penglihatan tambahan
e) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan
(penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak
teratur, dll).
Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan
sampai ancaman kesehatan berat.
f) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup.
Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres,
mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang
dpt mencetuskan serangan akut.
g) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat
berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan
akut.
h) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan
berserat.
Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari
konstipasi.
i) Tekankan pemeriksaan rutin.
Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan
memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6399/1/10E00177.pdf (diakses 10
oktober 2010)
Ilyas, sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3.
Jakarta:Balai Pustaka.
Ilyas, sidarta. 2009. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Model Promosi Kesehatan Fungsi penurunan penglihatan
Masalah
Glaucoma
Katarak
Gangguan presepsi sensori
Intervensi