Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/263008807

Perkembangan Open Access Jurnal Ilmiah Indonesia

Chapter · October 2012


DOI: 10.13140/2.1.1159.2009

CITATIONS READS
4 10,045

5 authors, including:

Lukman Lukman Ekawati Marlina


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
5 PUBLICATIONS   7 CITATIONS    22 PUBLICATIONS   11 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ratih Keumalasari Al Hafiz Akbar Maulana Siagian


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
2 PUBLICATIONS   5 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Opinion mining View project

Data Repository and Analysis Tools View project

All content following this page was uploaded by Slamet Riyanto on 11 June 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Perkembangan Open Access Jurnal Ilmiah Indonesia1
Lukman2, Ekawati Marlina3, Ratih Keumalasari, AlHafiz Akbar, Slamet Riyanto4

Abstrak
Perkembangan jurnal ilmiah dengan sistem terbuka (open access) di Indonesia
cukup pesat, terlebih lagi sejak diberlakukannya regulasi pemerintah, dalam hal ini
Dikti yang mewajibkan mahasiswa S1, S2 hingga S3 untuk menulis artikel di jurnal
ilmiah sebagai salah satu prasyarat kelulusan. Selain itu kesadaran para penerbit
terkait masih rendahnya sitiran artikel jurnal ilmiah di Indonesia ikut mendorong
meningkatnya animo penerbit menerbitkan artikel ilmiah mereka secara
elektronik. Sebagian besar aplikasi yang digunakan dalam sistem penerbitan jurnal
ilmiah terbuka secara elektronik di Indonesia menggunakan Open journal system
(OJS) yang dikembangkan oleh Public Knowledge Project. Sistem tersebut telah
diterjemahkan oleh tim di PDII-LIPI ke dalam versi Indonesia. Salah satu kelebihan
OJS adalah adanya fasilitas interoperabilitas yang memudahkan untuk memanen
(harvest) data oleh portal yang melakukan harvester sehingga visibilitas dan
aksesibilitas jurnal dapat lebih mudah dan luas yang berdampak pada peningkatan
sitasi, impact factor serta mengangkat hasil penelitian yang dituangkan dalam
jurnal.
Kendala implementasi OJS, salah satunya adalah manajemen penerbitan secara
elektronik yang belum sepenuhnya dilaksanakan, baik oleh penulis, penerbit
maupun mitra bestari (reviewer). Dengan kata lain sebagian besar penerbitan
jurnal secara elektronik di Indonesia saat ini baru mendigitalkan dari jurnal versi
cetak menjadi on-line. Oleh karena itu diperlukan proses pelatihan dan pembiasaan
dari penerbit, penulis maupun mitra bestari dalam menerbitkan jurnal secara
elektronik. Selain itu, penerbit jurnal ilmiah Indonesia sebagian besar belum
memiliki nomor Digital Object Identifier (DOI) dan belum terdaftar di lembaga
pengindeks seperti google scholar, DOAJ, Scopus, Thomson. Hal ini disebabkan
tingkat pemahaman penerbit dan persyaratan yang belum dapat dipenuhi oleh
penerbit jurnal. Sebagai akibatnya indeks sitasi penerbitan jurnal ilmiah Indonesia
masih rendah. Paradigma perubahan pola penerbitan dari jurnal cetak menjadi
elektronik harus diimbangi dengan regulasi yang menentukan bahwa instrumen
akreditasi jurnal ilmiah cetak harus segera disesuaikan menjadi instrumen berbasis
elektronik oleh lembaga akreditasi, dalam hal ini Dikti dan LIPI.
Kata Kunci: Open Access Journal, E-Journal, E-Publishing System, Interoperability

1. Pendahuluan

Open Access Journal atau akses terbuka dapat didefinisikan sebagai jurnal dengan teks penuh
(full texts) yang tersedia dan dapat diakses gratis di web/internet. Dengan OAJ maka terdapat
ketersediaan jurnal ilmiah secara bebas di internet sehingga pembaca dapat dengan bebas membaca
jurnal yang tersedia, mengunduh bahkan mencetak jurnal tersebut. Melalui akses terbuka akan tersedia

1
Disampaikan dalam Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI-5) Labuan Bajo, 16-19 Oktober 2012
2
Peneliti di PDII-LIPI, Indonesian OJS Project Manager dan Penulis buku Manajemen Penerbitan Jurnal ilmiah
3
Peneliti PDII-LIPI dan Ka. Sub.Bid Pangkalan Data PDII-LIPI
4
Peneliti PDII-LIPI

1
banyak jurnal untuk berbagi pengetahuan antara negara-negara maju dengan negara-negara
berkembang dan sekaligus dapat mempercepat penelitian dan memperkaya pendidikan. Dalam OAJ
peneliti dapat mempublikasikan hasil penelitian mereka dalam jurnal ilmiah dengan akses terbuka tanpa
dipungut biaya. Akses terbuka juga dapat meningkatkan internasionalitas, jumlah pembaca, visibilitas
dan impact factor jurnal itu sendiri.
Salah satu kendala dengan adanya OAJ ialah kaitannya dengan hak cipta. Gerakan akses terbuka
adalah upaya global untuk memberikan akses gratis elektronik untuk literatur ilmiah, terutama peer-
review jurnal.Berdasarkan kategorinya OAJ dapat dibagi sebagai berikut:
 Jurnal akses sepenuhnya terbuka
 Jurnal dengan artikel-artikel penelitian akses terbuka (hibrida jurnal akses terbuka)
 Jurnal dengan beberapa artikel akses terbuka dan akses tertunda lainnya
 Jurnal dengan akses terbuka tertunda (ditunda jurnal akses terbuka)
 Jurnal memungkinkan diri pengarsipan artikel
Saat ini perkembangan OAJ di Indonesia cukup pesat seiring dengan dikeluarkannya peraturan
bahwa mahasiswa S1, S2, dan S3 harus mempublikaskan tugas akhirnya di jurnal ilmiah. Sehingga
dengan adanya aturan tersebut banyak bermunculan jurnal baru dan jurnal lama yang sudah hampir
mati suri akan kembali bergairah, Untuk memudahkan pengelolaan jurnal maka penerbitan yang
sebelumnya dilaksanakan secara konvensional dialihkan ke dalam bentuk elektronik menggunakan
perangkat lunak.Perangkat lunak yang sering dipakai untuk mengembangkan e-journal biasa disebut
dengan ePublishing systems. Open-source electronic publishing system kini sudah tersedia untuk proses
penerbitan e-journal seperti yang sudah dibuat oleh Public Knowledge Project- PKP (Open Journal
System), DPubS, ePublishing Toolkit, GAPworks, Hyperjournal, OpenACS, SOPS, TOPAZ, Scopemed, dan
lainnya.

2. E-Journal versus on-line journal

Electronic journal (e-journal) atau jurnal elektronik merupakan versi elektronik dari suatu jurnal.
E-journal berisikan informasi-informasi digital yang dapat berwujud teks atau gambar. Dengan adanya
e-journal maka penerbitan jurnal ilmiah sudah melalui proses elektronik, artinya proses pengiriman,
penerimaan, review sampai proses terbitnya sudah dilaksanakan secara on-line sehingga memudahkan
akses dan menekan biaya penerbitan.
Jurnal yang telah terbit secara on-line dapat bergabung bersama dengan jurnal on-line lainnya
dalam satu (sebuah) database sehingga terintegrasi satu sama lain dan dapat mudah diakses terutama
dengan topik atau bidang penelitian yang sama. Hal tersebut memudahkan pengguna untuk mengakses
jurnal secara bersama-sama.
Keuntungan yang diperoleh dari e-journal antara lain adalah:
1. Bagi penerbit jurnal
 Proses penerbitan cepat
 Biaya penerbitan dan pengelolaan murah
 Distribusi cepat dan murah

2. Bagi kontribusi (penulis jurnal)


 Penantian keputusan penerimaan tulisan cepat
 Diseminasi tulisan cepat
 Lebih banyak orang yang membaca tulisan
Saat ini banyak penerbit yang sudah menerapkan penggunaan perangkat lunak untuk e-journal
namun belum melaksanakan manajemen penerbitan yang ada di dalamnya. Proses yang banyak terjadi

2
saat ini adalah melaksanakan pemindaian (scanning) jurnal dari tercetak menjadi digital kemudian
mengunggahnya di internet. Dengan kata lain proses tersebut dikenal dengan meng”on-linekan jurnal”
sehingga penggunaan aplikasi e-journal tidak optimal. Hal tersebut diakibatkan kurangnya pemahaman
prosedur dan manejemen e_journal khususnya dari penerbit dan kurangnya sosialisasi untuk penulis
maupun mitra bestari.

3. Open Journal System

Open Journal Systems (OJS) adalah platform manajemen dan penerbitan jurnal secara on-line
yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2002 sebagai perangkat lunak open source. OJS adalah
sebuah sistem manajemen konten berbasis web yang khusus dibuat untuk menangani keseluruhan
proses manajemen publikasi ilmiah dari proses call for paper, peer review hingga penerbitan dalam
bentuk on-line. OJS dikeluarkan oleh Public Knowledge Project (PKP) dari Simon Fraser University dan
berlisensi GNU General Public License. OJS memudahkan peran pengelola jurnal, editor, reviewer,
penulis dan pembaca. OJS seperti dimaksudkan oleh konseptornya adalah mentransformasi model
pengelolaan jurnal dari tradisional menjadi model jurnal on-line.
OJS merupakan piranti lunak berbasis open source yang bebas digunakan dan dimodifikasi.
Modifikasi OJS dapat dilakukan secara keseluruhan atau pada bagian tertentu saja asalkan sesuai
dengan ketentuan dari lisensi yaitu GNU General Public License. Modifikasi ini dapat berupa
penambahan patch untuk perbaikan bug. Sistem informasi OJS dapat menyediakan sumber informasi
paling lengkap dan dapat diandalkan seiring dengan perkembangan. Dalam sistem informasi OJS,
penekanan ada pada penerbitan kualitas artikel yang cepat dan bebas tersedia untuk para peneliti di
seluruh dunia.
Sampai bulan Juli 2012 perkembangan pengguna OJS yang sudah berjalan dan melaporkan ke
pihak PKP berjumlah 12.800 jurnal di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan grafik penggunaan aplikasi
OJS oleh penerbit jurnal.

Gambar 1 Grafik Penggunaan Aplikasi OJS oleh Penerbit Jurnal

4. Open Journal System Versi Indonesia

Untuk mendorong agar penerbit jurnal beralih ke electronik journal (jurnal elektronik)
diperlukan adanya sosialisasi tentang keuntungan yang didapat dengan menerapkan sistem e-journal
dan tentunya hal ini juga dipengaruhi pemilihan software yang tepat dalam pembangunan e-journal
yang disesuaikan dengan keadaan jurnal ilmiah di Indonesia. Sesuai kondisi penerbit jurnal di Indonesia

3
yang umumnya terkendala masalah pendanaan dalam penerbitan jurnal, maka salah satu cara yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menginisiasi proses pembangunan e-journal
menggunakan open source software. Tabel 1 memberikan gambaran tiga Open source electronic
publishing systems, yaitu Public Knowledge Project-PKP (Open Journal System), Hyperjournal, DPubS
yang saat ini tersedia untuk diaplikasikan dalam proses penerbitan jurnal ilmiah (Mark & Sayeed, 2008).

Tabel 1 Perbandingan Aplikasi E-Journal


Software aplikasi Keuntungan Kekurangan
e-journal

Open Journal  OJS beroperasi di berbagai platform  Tidak ada mekanisme pembuktian
System termasuk Windows; keaslian;
 OJS bisa beroperasi dengan  Tidak ada integrasi dengan tempat
webserver Apache atau IIS; penyimpanan RDF (Resource
 Proses instalasi mudah; Description Framework) secara
 Banyak tersedia dokumentasi. eksternal;
 Arsitektur untuk aplikasinya kurang
bagus.
Hyper Journal  Memiliki salah satu penampilan  Penginstalan sulit;
standar dalam menarik pengguna  Tidak ada kemampuan pencarian teks
dari sistem di bawah review; lengkap;
 Dibangun di atas backend RDF-nya;  Aplikasi hanya mendukung publikasi
 kontekstualisasinya terhadap fitur satu per contoh.
cepat;
 Editorial alur kerja dapat
disesuaikan;
 Peran administratif dapat
ditambahkan.
DPubS  Dapat dipertimbangkan untuk  Instalasi sulit;
penyediaan layanan berlangganan  Membutuhkan sistem staf teknis;
jurnal;  Dokumentasi tidak konsisten atau tidak
 Arsitektur sangat baik. lengkap, dan beberapa entri wiki yang
suah lama atau tidak akurat.

Dari ketiga open source software yang telah digambarkan di atas untuk pembangunan e-journal,
maka rekomendasi software yang cocok untuk diaplikasikan kepada penerbit jurnal Indonesia dan
disesuaikan dengan kondisi jurnal di Indonesia adalah OJS. OJS dianggap cocok diaplikasikan kepada
penerbit jurnal di Indonesia karena kita dapat melakukan berbagai aspek dalam pengelolaan dan
penerbitan, selain itu sesuai kelebihan-kelebihan yang dimiliki OJS, diantaranya adalah:
 Proses instalasinya lebih mudah dibandingkan aplikasi e-journal yang lain.
 OJS dapat men-setting website jurnal.
 Menangani pengiriman naskah melalui mitra bestari (peer review) dimana umumnya jurnal ilmiah
di Indonesia tidak memiliki mitra bestari. Mitra bestari atau peer review ini sangat diperlukan untuk
mengetahui kualitas dari suatu jurnal sehingga dapat dinilai apakah jurnal tersebut layak untuk
diterbitkan atau tidak. Mitra bestari (peer review) sebaiknya adalah orang yang ahli dalam
bidangnya.
 Dapat melakukan pengeditan, pengelolaan edisi terbitan, pengindeksan dan pencarian.
 OJS berjalan di berbagai platform termasuk Windows dan tidak tergantung pada server Web,
dengan kata lain, OJS berjalan di kedua Apache atau IIS (Internet Information Service).

4
Saat ini PDII-LIPI sudah mengembangkan Indonesia Open Journal System (IOJS) yaitu OJS versi
Indonesia. IOJS mengadopsi OJS yang dikembangkan Public Knowledge Project, di mana dari sistem yang
ada diterjemahkan dan diadopsi untuk kepentingan penerbitan jurnal ilmiah di Indonesia. Sistem ini
telah diluncurkan pada tanggal 8 Juli 2011 dan akan diimplementasikan untuk seluruh penerbit di
Indonesia. Harapannya akhir tahun 2013 seluruh penerbit jurnal ilmiah sudah menggunakan aplikasi ini
sehingga mudah dalam berintegrasi dan bertukar data.
Untuk lebih mensosialisasikan OJS agar mudah diaplikasikan penerbit jurnal, telah disusun
kurikulum pelatihan OJS yang bisa dilaksanakan selama 3-5 hari seperti ditunjukan dalam tabel 2.
Melalui pelaksanaan diklat tersebut peserta diharapkan mampu:
1. Melakukan perencanaan dalam manajemen pengelolaan jurnal secara elektronik.
2. Menerapkan langkah-langkah instalasi aplikasi OJS.
3. Membuat pedoman pengelolaan e-journal yang disesuaikan dengan kondisi dari masing-masing
penerbitan.
4. Memfasilitasi pelatihan penyusunan rencana pengelolaan jurnal ilmiah elektronik di Instansinya.

Tabel 2 Materi Diklat OJS Versi Indonesia


NO MATERI ALOKASI WAKTU
(Jam Pelatihan/JP)
A. MATERI DASAR: 8
1. Manajemen Penerbitan Jurnal Ilmiah
Sub Total 8
B. MATERI INTI:
1. Pengantar Open Journal System 2
2. Manajemen Situs 6
3. Manajemen Jurnal 7
4. Manajemen Penerbitan 7

Sub Total 22
TOTAL 30

5. Implementasi Open Journal System Versi Indonesia


Berdasarkan survey hingga Agustus 2008, jurnal yang aktif tercatat di PDII-LIPI berjumlah 2.300
penerbit. Jumlah tersebut meningkat pada Agustus 2012 menjadi 5.703. Dari sekian jurnal yang aktif
tersebut, yang sudah melaporkan menggunakan OJS sebanyak 592 penerbit dengan rincian 346 penerbit
berasal dari perguruan tinggi dan 46 penerbit lainnya berasal dari lembaga penelitian. Namun jurnal
ilmiah Indonesia yang terindeks di lembaga pengindeks internasional seperti Scopus, Ebsco dan Proquest
masing-masing kurang dari 5 jurnal bahkan di Web of Science (Thomson-ISI) hampir tidak ada yang
masuk ke dalamnya. Sementara untuk jurnal yang terdaftar di Directory Open acces Journal (DOAJ)
jumlahnya kurang dari 40 jurnal. Itulah alasannya mengapa pengakuan jurnal ilmiah Indonesia nyaris
tidak terdengar di tingkat Internasional.

Tabel 2 Jumlah Pengguna OJS versi Indonesia


NO Asal Jumlah
1 Perguruan Tinggi 546
2 Lembaga Penelitian 46
Total 592

5
Surat edaran Dirjen Dikti tanggal 30 Desember 2011 (nomor 250/E/T/2011) perihal kebijakan
unggah karya ilmiah untuk kenaikan pangkat dosen yang menilai suatu karya ilmiah hanya jika artikel
dan identitas penulisnya bisa ditelusuri secara on-line merupakan bentuk tekanan/punishment dari sisi
regulator. Selanjutnya surat edaran dari Dirjen Dikti bertanggal 27 Januari 2012 (nomor 152/E/T/2012)
perihal kebijakan publikasi karya ilmiah untuk mahasiswa S-1, S-2 dan S-3 yang memprasyaratkan bahwa
lulusan S1, S2 dan S3 harus menerbitkan karya ilmiahnya masing-masing dalam jurnal ilmiah, jurnal
ilmiah nasional terakreditasi dan jurnal ilmiah internasional juga merupakan bentuk tekanan dari
regulasi supaya karya ilmiah yang diihasilkan bisa meningkat visibilitasnya. Apabila semua karya ilmiah
bisa diakses secara on-line diharapkan komunitas ilmiah tidak perlu lagi membaca tebalnya skripsi, tesis
maupun disertasi, cukup membaca ringkasannya melalui jurnal.
Untuk memfasilitasi pelaksanaan surat edaran Dirjen Dikti diperlukan aturan/pedoman
penggunaan aplikasi jurnal secara elektronik, oleh karena itu Dikti kembali mengeluarkan surat
edaran nomor 212/E/T/2012 tanggal 8 Februari 2012 berkaitan dengan Panduan Pengelolaan
Jurnal Terbitan Berkala Ilmiah Elektronik menggunakan OJS, sehingga diharapkan ledakan
informasi baru dari pemberlakuan surat edaran sebelumnya menjadi semakin tertata, dan
yang paling penting adalah “state of the art” penelitian bisa diketahui dan inovasi baru akan
tercipta, bukan lagi penjiplakan.
Dengan adanya ketiga surat edaran tersebut diprediksi peningkatan pengguna OJS akan
semakin meningkat, khususnya di perguruan tinggi sehingga diharapkan pada akhir tahun
2013 pengguna OJS dari perguruan tinggi jumlahnya ditargetkan lebih dari 2.500 pengguna.

6. Interoperabilitas Open Journal System

Setelah e-journal terbentuk, diharapkan seluruh jurnal artikel dapat saling terintegrasi dengan
database jurnal, baik secara nasional maupun internasional. Untuk tingkat nasional saat ini sudah
tersedia database ISJD (Indonesian Scientific Journal Database) yang dikelola PDII-LIPI diperlihatkan
dalam gambar 2. Adapun di tingkat Internasional tersedia banyak database yang terbuka secara gratis
untuk bergabung. Keuntungan dari bergabungnya jurnal dengan dengan pengelola database jurnal yaitu
visibilitas dan aksesibilitas jurnal dapat lebih mudah dan luas sehingga meningkatkan sitasi, impact
factor dan mengangkat hasil penelitian yang dituangkan dalam jurnal.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/

Salah satu kelebihan OJS adalah adanya mekanisme interoperabilitas sehingga dapat lebih mudah
dipanen (harvest) oleh lembaga yang memiliki portal untuk melakukan harvesting data seperti Garuda

6
(Dikti-Kemdiknas) yang diperlihatkan dalam gambar 3 dan Pustaka Jurnal Ilmiah Indonesia (Kementerian
Riset dan Teknologi) dalam gambar 4.

Gambar 5. Sistem interoperabilitas untuk jurnal perguruan tinggi dan badan litbang

Fitur interoperabilitas yang ada di OJS menggunakan protokol Open Archives Initiative Protocol
for Metadata Harvesting (OAI-PMH) yang saat ini banyak digunakan oleh portal-portal yang menjadi
harvester

7. Kendala
Kendala implementasi OJS adalah manajemen penerbitan secara elektronik belum sepenuhnya
dilaksanakan baik oleh penulis, penerbit maupun mitra bestari (reviewer). Dengan kata lain penerbitan
jurnal secara elektronik di Indonesia sebagian besar masih sebatas mendigitalkan dari jurnal versi cetak
menjadi on-line. Oleh karena diperlukan proses pelatihan dan pembiasaan dari penerbit, penulis
maupun mitra bestari dalam menerbitkan jurnal secara elektronik. Selain itu penerbit jurnal ilmiah
Indonesia sebagian besar belum memiliki nomor Digital object identifier (DOI-nya) dan belum terdaftar
di lembaga pengindeks seperti google scholar, DOAJ, Scopus, Thomson dan lainnya mengingat tingkat
pemahaman dan persyaratan yang belum dapat dipenuhi oleh penerbit jurnal, hal tersebut
mengakibatkan indeks sitasi penerbitan jurnal ilmiah Indonesia masih rendah.
DOI merupakan tanda pengenal atau identitas bagi kandungan intelektual dalam dunia digital
yang bersifat unik dan permanen (persistent). Sebagai sebuah identitas, DOI membantu pengelolaan
sumberdaya digital, terutama dalam kaitannya dengan hak cipta dan hak kekayaan intelektual. Dalam

7
dunia bisnis dan komersial, DOI menjadi sebuah protokol bagi pertukaran informasi dan penjualan
produk melalui e-commerce. Dalam konteks perpustakaan digital, DOI juga dipakai sebagai bagian dari
metadata untuk pengelolaan sumberdaya digital, misalnya artikel jurnal elektronik. Lembaga yang
mengurus pemberian identitas digital ini adalah International DOI Foundation atau IDF
(http://www.doi.org/) yang memiliki kantor registrasi atau pendaftaran nomor DOI di Amerika Serikat,
Eropa, dan Australia

8. Kesimpulan

Perkembangan penggunaan aplikasi e-journal khususnya penggunaan open access journal yang
pesat oleh penerbit perlu diimbangi dengan sosialisasi penggunaan e-journal kepada pengelola, mitra
bestari, penulis dan pengguna sehingga mekanisme penerbitan secara elektronik tidak hanya sekedar
meng-on-line-kan jurnal semata. Selain itu jurnal yang terbit perlu diimbangi dengan kualitas dari artikel
yang diterbitkan dengan mengundang pengelola, mitra bestari, penulis dan pengguna dari seluruh dunia
dan memberikan abstrak minimal dalam bahasa inggris. Perubahan paradigma dari jurnal konvensional
ke dalam bentuk elektronik perlu diikuti oleh regulasi, khususnya lembaga yang mengakreditasi jurnal
dalam hal ini DIKTI untuk jurnal yang terbit di perguruan tinggi dan LIPI untuk lembaga penelitian
sehingga instrumen dalam penilaian jurnal perlu segera disesuaikan sehingga memudahkan bagi
penerbit untuk proses akreditasi dan juga reviewer dalam mengakreditasi jurnal.

Daftar Pustaka

1. Lukman, Swistien Kustantyana, 2012, “Manajemen Penerbitan Jurnal Ilmiah”, Sagung Seto
Jakarta
2. Lukman, Dwiatri Kusumaningrum, Implementasi “Open-source electronic publishing systems”
dalam Menunjang Penerbitan Jurnal Ilmiah Secara Elektronik Di Indonesia, Disampaikan dalam
acara pertemuan pemimpin redaksi jurnal ilmiah Indonesia, Jakarta, 22 Juni 2010
3. Lukman, Kebijakan Pengembangan Jurnal Ilmiah di Indonesia Disampaikan dalam Seminar
Manajemen Jurnal dan Pengenalan Open Journal System (OJS), Auditorium Ismangoen, Fakultas
Kedokteran UGM, 6 Oktober 2011
4. Lukman, Putut I Pudjiono, Sjaeful Afandi, Slamet Riyanto, “Pengembangan Indonesian Scientific
Journal Database (ISJD)”, Proceeding Digital Information System (DISC), Bandung 2009.,
5. Mark Cyzyk and Sayeed ChoudhuryLibrary Digital Programs The Sheridan Libraries The Johns
Hopkins University Baltimore, Maryland. USA, A Survey and Evaluation of Open-Source
Electronic Publishing Systems.
6. OJS Team, 2007, ‘OJS in an Hour’, Public Knowledge Project, Simon Fraser University,

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai