2. Roh kudus memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh. 16:18,10) bahkan seluruh
kebenaran (Yoh. 16:13) yang akan memuliakan kristus (Yoh. 16:14), bukan hanya
dengan kata-kata melainkan juga perbuatan.
3. Baptisan dalam Roh kudus merupakan titik tolak, di mana orang diberikan kuasa untuk
bersaksi tentang Kristus dan menginsafkan orang yang terhilang akan dosa, kebenaran
dan pengahakiman (Yoh. 16:8)
4. Baptisan Roh kudus hanya dapat diberikan kepada mereka yang hatinya sudah berbalik
kepada Allah dalam pertobatan yang sungguh-sungguh kepada Kristus (Kis. 5:32)
5. Baptisan Roh kudus merupakan suatu baptisan dalam Roh yang kudus adanya (bnd. “roh
kekudusan” dalam Rm 14)
Sebagai pribadi Roh Kudus memiliki pikiran , perasaan, dan kehendak. Sebagai pribadi
yang berperasaan, Roh kudus mangalami dukacita. Pada bagian ini akan diketengahkan tiga
pokok yang menunjukkan suatu dosa yang dilakukan manusia terhadap Roh Kudus yaitu:
Menghujat Roh Kudus (Mat. 12:31-32), Mendukacitakan Roh Kudus (Ef, 4:30), dan
memadamkan Roh (1 Tes 5:19). Sesuatu hal yang mengejutkan bahwa dosa terhadap pribadi Roh
Kudus adalah menghujat pribadi dan kuasaNya merupakan dosa yang tidak di ampuni.
Jangan padamkan Roh (1 Tes 5:19). Kalimat yang singkat dan tegas. Salah satu lambang dari
Roh Kudus adalah Api. Karena itulah disebut “jangan padamkan” (lihat Yes. 4:4; Kis. 2:3; Why
4:5). Api melambangkan kemurnian, kuasa, cahaya, kehangatan, dan (bila perlu) kehancuran.
Kata memadamkan di mulai dari mengecilkan sampai mematikan sama sekali. Pada waktu Roh
Kudus bekerja dalam kehiduapan kita dan di dalam jemaat-jemaat, kita merasakan kehangatan
dan kasih didalam hati kita, terang untuk pikiran kita dan tenaga untuk kehendak kita.
BAHASA ROH
Bahasa Roh dikenal dengan istilah dari bahasa Yunani glossolalia dari kata glossa yang
diterjemahkan dengan lidah atau bahasa. Kata kerjanya lalein yang berarti berbicara atau
berkata-kata. Akan tetapi, kata Yunani ini memang lazim dipakai untuk menyebut bahasa.
Sering diartikan dengan berbicara dalam bahasa lidah. Dalam Perjanjian Baru, fenomena
glossolalia ini biasa diungkapkan dengan menggunakan kata kerja “laleian” dan ditambah
dengan kata “glossa”, baik tunggal maupun jamak, dalam kasus dativus. Bahasa Roh merupakan
karunia supernatural untuk dapat berbicara bahasa lain tanpa belajar. Berbahasa roh berarti
berkata-kata secara supraalami dengan bahasa lain oleh kuasa dan kesanggupan Roh Kudus.
Bahasa Roh itu dapat saja merupakan bahasa malaikat atau bahasa manusia (1 Kor. 13:1).
Paulus menyebut tiga macam bahasa Roh: pertama, bahasa yang ada di dunia. Kisah Para rasul
2:4 menyebutkan bahwa para pengikut Tuhan dipenuhi dengan Roh Kudus, lalu berkata-kata
dalam bahasa-bahasa lain (glossais). Bahasa Roh yang disebut pada bagian ini adalah bahasa-
bahasa yang ada di dunia. Kedua, bahsa yang dimengerti. Waktu Petrus mengabarkan Injil
kepada orang-orang yang berada di rumah Kornelius, Roh Kudus turun memenuhi metreka dan
dikatakan mereka berbicara Bahasa Roh (Ki. 10:44-46). Akan tetapi, yang perlu diperhaatikan
disini adalah sebutan bahwa orang-orang yang mendengar dapat berbicara Roh yang mereka
isinya memuliakan Allah. Ketiga, bahasa yang tidak dimengerti. Tatkala Rasul Paulus
menyinggung bahwa ada orang yang diberi karunia berbahasa Roh, tetapi ada pula yang
diberikan karunia menafsirkan bahasa tersebut, jelas disebutkan bahwa bahasa Roh yang tersebut
adalah bahsa Roh yang tidak dimengerti.
Berbahasa Roh adalah Karunia karena seperti yang dikatakan di atas bahasa Roh
bukanlah sesuatu yang dipelajari karena Ia merupakan karunia supernatural. Karunia berarti
pemberian atau hadiah, yaitu pemberian cuma-cuma. Doa dalam bahasa Roh tidak perlu
diucapkan dalam suatu bahasa asing yang dimengerti oleh seorang yang berbahasa lain. Kerana
sebenarnya perkataan Allah itu cukup jelas, “siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh tidak
berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang dimengerti
bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.